Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Disusun oleh :
Aris Setiawan, 2005. “Perbandingan Hasil Tendangan Bola antara Tungkai Panjang
dan Tungkai Pendek Pada Pemain Sepak bola Senior Klub PERSEBA Bangsri Jepara
Tahun 2004”. Skripsi UNNES.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan hasil
tendangan bola antara subyek yang mempunyai tungkai panjang dan subyek yang
mempunyai tungkai pendek pada pemain sepak bola senior Klub PERSEBA Bangsri
Jepara tahun 2004. Sedangkan tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui
perbedaan hasil tendangan bola antara subyek yang mempunyai tungkai panjang dan
subyek yang mempunyai tungkai pendek pada pemain sepak bola senior Klub
PERSEBA Bangsri Jepara tahun 2004.
Metode dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survei
dengan teknik tes dan pengukuran. Metode survei yaitu salah satu pendekatan
penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang lebih luas
dan banyak. Sementara teknik pengukuran adalah alat pengumpul data yang
bermaksud mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif, sedangkan teknik tes adalah
seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud
untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.
Metode penelitian ini terdiri dari a). Populasi penelitian ini adalah pemain sepak bola
senior Klub PERSEBA Bangsri Jepara tahun 2004; b). Sampel dalam penelitian ini
menggunakan Purposive Sampling atau sampel bertujuan, karena dalam mengambil
subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang/pemain; c).
Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya
adalah tungkai panjang dan tungkai pendek, sedangkan variabel terikatnya yaitu hasil
tendangan bola; d). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Antropometri yaitu untuk mengukur panjang tungkai dan Roll meter untuk mengukur
hasil tendangan bola; e). Teknik analisis data diolah dengan menggunakan t-tes atau
Uji Beda.
Berdasarkan harga t 0 = 3,54 dan d.b = 21, selanjutnya dilakukan pengetesan
satu ekor. Dalam tabel nilai presentil untuk Distribusi t diketahui harga t tabel pada
t 0 , 05 = 1,72 dan pada t 0, 01 = 2,52. Jadi t 0 = 3,54 lebih besar dari t 0 , 05 = 1,72 dan t 0, 01 =
2,52 sehingga hasilnya signifikan.
.Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diambil simpulan bahwa ada
perbedaan hasil tendangan bola antara subyek yang mempunyai tungkai panjang dan
subyek yang mempunyai tungkai pendek pada pemain sepak bola senior Klub
PERSEBA Bangsri Jepara tahun 2004. Dengan demikian penulis memberikan saran
kepada para pelatih Klub PERSEBA Bangsri Jepara hendaknya dalam memilih bibit
pemain memperhatikan faktor panjang tungkai.
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan kepada panitia ujian skripsi Fakultas
Hari :……………………………………
Tanggal :……………………………………
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan PKLO
Drs. Wahadi, M.Pd
NIP. 131571551
HALAMAN PENGESAHAN
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Penguji
Motto :
dan Kurawa,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
penulisan skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES, yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian.
3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan PKLO, yang senantiasa memberi dorongan
4. Drs. Wahadi, M.Pd dan Drs. Tohar, M.Pd yang telah membantu memberikan
5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNNES, yang telah
6. Drs. Nuryadi, yang telah memberikan ijin anak didiknya untuk dijadikan sampel
7. Punto Wiyono dan Maslekhan serta Pemain Klub PERSEBA Bangsri Jepara.
8. Keluarga Dr. Khomsin, M.Pd dan Drs. Nuryadi, yang telah memberikan dorongan
jauh dari sempurna, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan
Semoga segala bantuan yang telah diberikan oleh Bapak, Ibu, saudara dan
saudari kepada penulis akan diberikan imbalan yang setimpal oleh Allah SWT.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kaki Bagian Kiri .................................................................................... 18
2. Tendangan dengan Kaki Kura-kura Bagian Dalam ............................... 20
3. Coxcae (Tulang Pangkal Paha) ............................................................. 22
4. Femur (Tulang Paha) ............................................................................. 23
5. Tibia (Tulang Kering) dan Fibula (Tulang Betis) .................................. 24
6. Tulang-tulang Telapak Kaki .................................................................. 26
7. Jarak Anguler A, B sama Jarak Linier A < B ........................................ 29
8. Pengaruh Sudut Elevasi pada Jarak Horisontal dan Jarak Vertikal
yang Ditempuh Proyektil ....................................................................... 31
9. Otot-otot superficial dari Paha Kanan, Pandangan Anterior dan
Posterior ................................................................................................. 32
10. Persiapan Penelitian .............................................................................. 79
11. Sampel melakukan Pemanasan ............................................................. 79
12. Pengukuran Panjang Tungkai ............................................................... 80
13. Sampel melakukan Tendangan Bola dengan Menggunakan
Kura-kura Kaki Bagian Dalam ............................................................. 81
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.1 URAIAN UMUM
Sejak tahun 1997 negara kita dilanda krisis moneter yang berakibat
terpuruknya berbagai bidang usaha, termasuk usaha di bidang jasa konstruksi. Namun
pemerintah tidak tinggal diam, banyak usaha yang telah dilakukan untuk
mengembalikan keadaan perekonomian menjadi lebih baik. Berangsur-angsur
kegiatan perekonomian dan pembangunan menggiat kembali.
Pemerintah daerah Jawa Tengah bekerja sama dengan Dinas Perindustrian
Dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah untuk mengadakan proyek pengembangan
sarana dan prasarana dengan membangun Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi
Jateng.
1.2 LATAR BELAKANG
Proyek pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng
dilatarbelakangi oleh permintaan dari Kepala Dinas Perindustrian Dan Perdagangan
Propinsi Jawa Tengah karena merasa masih banyak kekurangan sarana dan prasarana
bila dibandingkan dengan banyaknya kegiatan yang membutuhkan tempat dan
fasilitas. Pembangunan gedung ini nantinya akan digunakan untuk gudang pada
sebagian besar lantai 1 juga sebagai aula pertemuan dan kegiatan lainnya yang
membutuhkan ruangan luas pada lantai 2 dan sekaligus sebagian juga untuk kantor.
pembangunan gedung serba guna ini mempunyai maksud dan tujuan antara lain :
a. Meningkatkan sarana dan prasarana yang lebih baik kepada pelajar dan pengajar
serta lingkungan Disperindag.
b. Meningkatkan kenyamanan dan efektifitas kegiatan – kegiatan di Disperindag.
Berdasarkan surat perintah kerja praktek nomor: 1194/J40.24/PP/2005 yang
dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dan
ijin dari PT. MARGACIPTA WIRAGRYA, selaku Kontraktor Pelaksana,
maka penulis telah mendapatkan kesempatan melaksanakan Kerja Praktek
pada Proyek Pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi
Jateng, Jl. Pahlawan No.04 Semarang dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Lokasi proyek Pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng
yang mudah dijangkau dari tempat tinggal penulis.
2. Sesuai dengan program studi yang ditempuh penulis.
1.3 DATA PROYEK
1. Data Umum :
Nama proyek : Pembangunan Gedung Dekranasda
Disperindag Propinsi Jateng
Lokasi Proyek : Jl. Pahlawan No.04 Semarang
Pemilik Proyek : Disperindag
Konsultan Perencana : PT. SANDHIKA
Konsultan Pengawas : PT. GAGAS RANCANG
Kontraktor Pelaksana : PT. MARGACIPTA WIRAGRYA
Nilai Kontrak : Rp. 4.323.500.000,00
Masa Pelaksanaan : 180 hari
Masa Pemeliharaan : 120 hari
1. Data Teknik :
Jenis pondas : Tiang Pancang
Struktur bangunan : Beton bertulang
Atap bangunan : Kuda- kuda
Penutup atap : Genteng
Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng direncanakan terdiri dari 5
lantai dengan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan secara bertahap ini, luas
bangunan yang dikerjakan 592 m2 .
1.4 METODA PENGUMPULAN DATA
Dalam penulisan laporan ini, data-data yang didapat oleh penulis dengan cara
sebagai berikut :
1. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapangan.
Penulis mengadakan pengamatan dilokasi selama kurang lebih 2 (dua) bulan.
Dalam proyek pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng
ini penulis menamati pembuatan dan pemasangan bekisting kolom, balok, plat
lantai 1. 2, 3.4,5 dan atap serta pengecorannya.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
Pelaksanaan kerja praktek ditentukan hanya selama 60 hari kerja. Walaupun
waktu yang diberikan hanya sedikit, namun diharapkan dapat menambah wawasan
dalam bidang aplikasi teori perkuliahan di lapangan, serta pengetahuan praktis dalam
pelaksanaan proyek yang tidak didapatkan dibangku kuliah.
Pekerjaan yang dipaparkan dalam laporan ini adalah pekerjaan bekisting,
pekerjaan pembesian, pekerjaan pengecoran mulai pada pekerjaan struktur bawah dan
struktur atas, pembongkaran bekisting, perawatan beton, finishing, pemasangan batu
bata dan kusen.
Laporan kerja praktek ini disusun dalam 5 bab sesuai dengan pedoman
pembuatan laporan kerja praktek yang dijabarkan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang proyek, data proyek, metoda pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan.
Bab II : Perencanan, Bahan dan Peralatan
Berisi tentang perencanaan, bahan dan peralatan
Bab III : Pelaksanaan Pekerjaan
Berisi tentang tinjauan umum, pekerjaan konstruksi bawah, pekerjaan struktur atas, dan finishing.
Bab IV : Manajemen Proyek dan Organisasi Proyek
Berisi tentang manajemen proyek, organisasi proyek, pemberian tugas.
Bab V : Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
PERENCANAAN, BAHAN DAN ALAT
b. Perencanaan Pondasi
Pondasi merupakan struktur bangunan bagian bawah yang memikul beban di
atasnya. Pondasi dibedakan menjadi 2 macam :
1. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang adalah pondasi dalam yang memiliki kekuatan
menahan beban yang besar.
2. Pondasi Batu Belah
Pondasi batu belah merupakan pondasi dangkal. Pondasi dari batu belah dapat
dibuat dengan batu pecahan yang cukup besar. Harus diperhatikan antara celah-
celah antara batu belah dipasangi selang-seling dan diisi dengan adukan 1
(bagian) kapur : 1 semen : 3 pasir : atau 1 (bagian) kapur : 5 tras atau ½ (bagian)
semen portland : 1 kapur : 7 pasir. Semua batu belah harus rata dan terletak pada
tempatnya. Lebar pondasi sekurang-kurangnya 5 cm lebih tebal dari dinding pada
sisi masing-masing ½ tinggi pondasi.
sumber daya cadangan berasal dari diesel generator set. Sumber daya listrik
daya yang sewajarnya untuk mesin genset tersebut. Sedangkan tegangan yang
diberikan oleh PLN berkisar antara 220 Volt dengan daya 6000 Watt. Apabila
arus tidak mengalir dari PLN maka generator set secara otomatis akan
1. Semen
Portland Cement adalah bahan pengikat campuran beton yang bersifat hidrolis,
artinya apabila dicampurkan dengan air akan mengalami pengerasan, jadi semen
Semen untuk pekerjaan ini menggunakan semen Portland Cemen (PC) type 1
sesuai dengan ASTM C 150, atau dengan persyaratan dalam standar Indonesia
NI-8 atau standar Inggris B.S 1.2 dan diusahakan agar satu merk saja yang
Semen tersebut disuplei dari salah satu pabrik yang telah disetujui oleh pengawas
terlebih dahulu dan kontraktor menunjukkan sertifikat dari produsen dan telah
Semen disimpan digudang yang terlindungi dari pengaruh cuaca dan diletakkan di
atas papan yang jaraknya 30 cm dari permukaan tanah agar terhindar dari air
adalah:
a. Semen harus disimpan dalam gudang yang terlindungi dari pengaruh cuaca
dan diletakkan di atas papan yang jaraknya 30 cm.
b. Pemakaian semen dalam satu adukan tidak dibenarkan berlainan merk.
c. Dalam penyimpanan semen tidak boleh dari 2m atau tumpukan semen.
d. Tiap-tiap penerimaan semen harus dibedakan dengan penerimaan
sebelumnya. Pengeluaran semen diatur secara kronologis sesuai dengan
penerimaan.
e. Apabila semen tidak memenuhi syarat maka kontraktor harus dengan segera
menyingkirkan semen dan dikeluarkan dari area proyek.
f. Merk semen yang dipakai dapat ditukar dengan persetujuan tertulis dari tim
pengawas.
2. Pasir
Pasir untuk beton yang dipergunakan untuk proyek ini adalah hasil disintegrasi
alami batu-batuan atau hasil pemecahan batu. Pasir yang digunakan adalah pasir
a. Pasir untuk beton, adukan harus menggunakan pasir alam. Pasir yang dipakai
harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil, dan harus terdiri dari
butiran yang keras padat dan tidak berselaput oleh material yang lain.
b. Pasir yang ditolak oleh pengawas harus segera disingkirkan dari lapangan
kerja.
c. Pasir harus bersih dari tanah liat, alkalis dan berat substansi yang merusak
tidak boleh lebih dari 5%.
d. Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan
persyaratan pada PBB-1971
3. Kerikil
Agregat kasar (split) berupa kerikil, merupakan desintegrasi alami batu batuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Kerikil adalah bahan
terbanyak dibandingkan bahan yang lain dalam campuran yang digunakan dalam
minyak, alkali, sulfur, bahan organik, garam, silt yang terkandung dalam air tidak
boleh lebih dari 2%. Air yang digunakan sebagai adukan beton adalah air PDAM
6. Baja tulangan
Baja tulangan yang digunakan memenuhi ketentuan PBBI 1971.Untuk beton
mutu U-32 ( tegangan karakteristik = 3200 kg/m2), sedang beton untuk D16
mesh, maka harus digunakan tipe dengan electrical welded wire mesh dan
sertifikat dari suplaier dan laboratorium, baik pada pemesanan maupun secara
a. Kayu yang dipakai adalah kayu kelas kuat 1, kayu yang berkualitas bauk,
tua kering dan tidak cacat.
b. Kelembaman kayu dipakai untuk kelembaman kayu halus harus kurang dari
12-16 % dan untuk kayu kasar 16-18%. Tempat pekerjaan harus konstan
sampai bangunan selesai.
c. Selama pekerjaan mutu dan kekeringan kayu harus dijaga di tempat kering
serta terhindar dari panas dan hujan.
2.7 PERALATAN
Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, pertimbangan yang harus
dipergunakan dalam menggunakan alat-alat kerja antara lain dalam segi ekonomis
kelancaran pekerjaan dan pengadaan alat artinya alat diperoleh dengan membeli
kapasitas alat kerja serta jumlah dan ruang gerak dari alat tersebut dilokasi proyek.
pekerjaan. Hal ini yang tidak kalah penting adalah pemeliharaan alat, kondisi alat
yang selalu siap pakai dalam pemeliharaan yang baik akan memperpanjang usia serta
Adapun pemilihan dan penggunaan alat kerja disesuaikan dengan keadaan lapangan,
volume pekerjaan dan tenaga yang tersedia serta waktu pelaksanaan. Dalam
pelaksanaan penggunanaan alat, operator diawasi oleh mandor agar diperoleh hasil
kerja yang efisien. Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan selama pelaksanaan
proyek:
1. Theodolit
Alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan as-as bangunan.
2. Waterpass
Alat yang digunakan untuk menentukan pail-pail atau elevasi lantai bangunan,
menentukan elevasi vertikal dan muka tanah maupun bangunan terhadap bidang
horizontal.
3. Meteran
Meteran kegunaannya untuk mengukur bentang-bentang kecil, yang setiap saat
seperti membuat begel, kait tulangan utama dan sebagainya. Alat pembengkok ini
5. Beton molen
Molen adalah alat untuk mengaduk adukan beton untuk mengecor pasa pekerjaan
yang relatuf kesil, misalnya membuat lantai kerja pada sloof dan pemasangan
batu bata. Molen yang digunakan bermerk Hercules kapasitas 0.35 m3 dengan
penggerak diesel 6 PK. Dengan molen ini diharap menghasilkan hasil yang
antara lain:
readymix dalam skala pekerjaan yang besar agar diperoleh hasil yang maksimum
dan efektif seperti pengecoran plat lantai dan balok pada lantai dua dan tiga.,
dalam menggunakan pompa beton ini dihasilkan hasil yang cepat dan ekonomis.
7. Ready Mix
Readymix adalah alat yang dipesan yang berisi campuran beton segar yang
Readymix ini berisi 5m3 sehingga dapat dipesan sesuai dengan kebutuhan.
Readymix ini dipesan untuk skala yang cukup besar seperti pengecoran plat dan
Kaligawe.
8. Scaffolding
Scaffolding adalah perancah yang terbuat dari besi yang digunakan untuk
menyangga untuk bekisting plat lantai dan balok agar kokoh dan kuat dalam
menahan beban beton atau beban luar yang bekerja padanya. Scaffolding yang
akan digunakan dapat diatur tingginya sesuai dengan ukuran diperlukan dan dapat
digunakan berulang kali.
Gambar 3. Scaffolding
BAB III
TAHAP PELAKSANAAN
pekerjaan.
yaitu:
1. Rencana kerja (network planning), rencana ini didasarkan pada pengertian yang
tepat untuk menentukan pekerjaan apa yang harus dilaksanakan terlebih dahulu.
2. Waktu kerja, baik mengenai masimg-masing pekerjaan proyek maupun mengenai
proyek secara keseluruhan.
3. Sumber-sumber yang diperlukan:
a. Tenaga Kerja
b. Peralatan
c. Material
d. Pendanaan
e. Pengawasan
langsung di lapangan.
SK SNI T-15-1991-03
sehingga akan diperoleh bekisting yang kuat dan tidak bocor. Dalam
berikut:
1. Bekisting harus dibuat dengan ukuran yang tepat, cukup kaku, stabil dan
kuat menahan beban-beban pada waktu pengecoran, atau pun pada saat
pemadatan sampai beton mencapai umurnya, serta dapat memikul berat
sendiri dan beban lainnya.
2. Bekisting harus cukup rapat, terutama pada daerah sambungan yang
rawan mengalami bocor pada saat pengecoran.
3. Bekisting harus terbuat dari bahan yang kuat dan baik serta tidak mudah
menyerap air dan direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat dilepas
tanpa menyebabkan kerusakan pada beton.
Dalam perencanaan proyek Gedung Dekranasda, pada pengecoran
balok, plat, dan kolom menggunakan bekisting konvensional yang terdiri dari:
kelompok:
1. Pekerjaan persiapan
Dilakukan dengan mempelajari gambar konstruksi kemudian dibuat daftar
kebutuhan jumlah tulangan menurut diameternya, serta dilengkapi dengan
pembengkokan dan pemotongan tulangan.
2. Pekerjaan fabrikasi di lapangan
Dibuat berdasarkan pada daftar kebutuhan sebelumnya menurut jumlah
dan ukuran pemotongan, sehingga pekerjaan tinggal dikerjakan dengan
jumlah yang ada.
3. Pekerjaan pemasangan
Pemasangan dan penyetelan tulangan di bagian konstruksi yang
dikehendaki, dilaksanakan dengan besi yang telah difabrikasi.
Pemasangan tulangan hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tulangan harus bebas dari kotoran dan lemak.
b. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa, sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempat.
Diperhatikan ketebalan beton decking, beton deking minimal dibuat dengan
mutu yang sama dengan beton yang akan dicor. Penahan dipasang 4 buah tiap
bersih dari kotoran, potongan kawat, paku, serbuk gergaji dan lain-lain.
dengan pemeriksaan benda uji sesuai dengan pasal 4.7.5 PBI 1971 dan
pada beban rencana atau yang akan terjadi keadaan yang lebih berbahaya dari
bangunan.
1. Pekerjaan Pembesian
Kekuatan bangunan beton bertulang sangat ditentukan oleh
pekerjaan pembesian, oleh karena itu pekerjaan pembesian ini harus
mendapatkan perhatian. Kesalahan yang timbul dalam pekerjaan ini
akan mengakibatkan berkurangnya kekuatan struktur bangunan.
Pekerjaan pembesian kolom lantai menggunakan tulangan yang
panjangnya 12 m yang dipotong sesuai dengan panjang yang
dibutuhkan.
Pekerjaan sambungan kolom antara lantai 1 dengan lantai
lainnya harus memenuhi syarat yang telah ditentukan, yaitu tulangan
berdiameter 12 dan pada penyambungan menggunakan kawat beton.
Cara pemasangan tulangan pada kolom adalah sebagai berikut:
1. Tulangan utama dipasang bersamaan dengan tulangan sloof sesuai
dengan gambar desain.
2. Setelah pasangan utama dipasang, tulangan sengkang dipasang
mengitari tulangan utama, tulangan diikat dengan menggunakan
kawat beton.
Gambar 6. Persiapan Pembesian Kolom dan Tulangan
3. Pekerjaan Pengecoran
Sebelum pengecoran dilakukan pemeriksaan bekisting,
pemeriksaan tersebut antara lain:
a. Pemeriksaan terhadap as-as kolom beserta dimensinya
b. Pemeriksaan penunjang bekisting-bekisting kolom. Pemeriksaan
bekisting-bekisting kolom apakah sudah lurus atau belum
pengecoran menggunakan mutu K-225 yang pengecorannya
menggunakan alat manual (pekerjaan langsung pengecoran). Untuk
memadatkan adukan beton digunakan vibrator.
menyatu (monolith).
a. Pemasangan Bekisting
Pemasangan bekisting plat lantai dan balok dilakukan setelah
b. Pemasangan Tulangan
Pada pemasangan tulangan yang pertama dipasang adukan
c. Pengecoran
Pengecoran balok dan plat ini dilakukan secara bersama-sama.
apakah sudah sesuai dengan shop drawing dan dipasang relat (yaitu
dicor) pada daerah elevasi yang ditentukan. Selain itu lokasi yang
pump karena areal atau lokasi yang akan dicor tidak dapat dicapai
Gambar 10. Pelaksanaan Pengecoran
d. Pembongkaran bekisting balok dan plat
Pembongkaran bekisting dilakukan setelah umur beton 14 atau
atau tidak.
cepat, diperlukan juga upaya- upaya seperti beton harus dilindungi dari
hujan lebat, aliran air dan kerusakan yang disebabkan perawatan selama
3.3.3 Finishing
Dalam pekerjaan finishing sangat diperlukan ketelitian-ketelitian
yang tepat dan cermat, karena menyangkut masalah keindahan dan seni
Pasangan batu bata yang dipakai adalah pasangan ½ bata, mengingat batu
berisi air (waterpas) untuk mengetahui apakah kusen sudah tegak lurus
dengan bata. Apabila pemasangan batu bata tidak tegak lurus maka akan
BAB IV
MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK
ragam kegiatan orang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama seperti
yang telah ditetapkan. Yang terpenting dalam manajemen suatu proyek adalah
pengendalian yang tepat dari suatu proyek untuk menjamin bahwa dalam
pelaksanaannya sesuai dengan jadwal, batas anggaran dan kualitas yang ditetapkan
dasar yaitu :
d. Laporan Keuangan
Laporan keuangan ini dibuat oleh bagian administrasi proyek yang
berisi tentang :
1. Daftar pembayaran biaya tidak langsung yang dibuat setiap hari dan
berisi tentang pengeluaran uang yang dipergunakan setiap hari.
2. Bukti kas yang telah dibuat setiap minggu antara lain berisi tentang
keadaan keuangan proyek sampai dengan saat ini.
3. Laporan keuangan ini dibuat sebulan sekali dan dikirim kepada
Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan kantor pusat serta
Pemilik proyek.
mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan fungsi dan
dengan yang lain. Hubungan tersebut dapat dilihat seperti pada gambar berikut :
Pemberi Tugas
DISPERINDAG
: garis perintah
: garis koordinasi
4.2.4 Kontraktor
Kontraktor adalah seseorang atau badan hukum yang melaksanakan
proyek secara fisik berdasarkan gambar bestek beserta perhitungannya. Yang
bertindak sebagai kontraktor proyek ini adalah PT.MARGACIPTA
WIRAGRYA. Adapun tugas dari kontraktor adalah
1. Menyiapkan tenaga kerja, bahan, perlengkapan dan jasa yang diperlukan
sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang telah ditentukan dengan
memperhatikan :
a. Biaya pelaksanaan.
b. Waktu pelaksanaan.
c. Kualitas pekerjaan.
d. Keamanan pekerjaan.
2. Kontraktor harus segera melaporkan secara tertulis jika terjadi force
majeure, yang dimaksud dengan force majeure adalah :
a. Pemogokan.
b. Larangan kerja.
c. Gempa bumi.
d. Bencana alam dan gangguan masyarakat lainnya.
3. Selama terjadi force majeure, semua hak dan tanggung jawab kedua belah
pihak ditangguhkan, dibekukan, diubah atau diputuskan sesuai dengan
musyawarah kedua belah pihak.
4. Bertanggung jawab atas resiko terjadinya kebakaran, kerusuhan,
pencurian dan keselamatan kerja.
5. Melindungi semua perlengkapan, bahan dan pekerjaan terhadap
kehilangan dan kerusakan sampai pada penyerahan pekerjaan.
6. Wajib menyerahkan laporan hasil pekerjaan kepada pengawas yang
memuat laporan tentang :
a. Pelaksanaan pekerjaan.
b. Prestasi kerja yang dicapai.
c. Jumlah tenaga kerja yang digunakan.
d. Jumlah bahan yang masuk.
e. Keadaan cuaca dan lain-lain.
7. Berhak meminta kepada Owner pengunduran waktu penyelesaian
pembangunan dengan memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan
kenyataan di lapangan yang memerlukan tambahan waktu.
8. Bertanggung jawab penuh atas hasil pelaksanaan pekerjaan.
9. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan time schedule yang telah
ditetapkan dan disepakati bersama.
10. Menyerahkan pekerjaan apabila telah selesai dilaksanakan.
Pralatan Gudang
Pribadi Sukimin
c. Pelaksana
Pelaksana adalah seorang teknisi yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan pekerjaan atau terlaksananya pekerjaan. Pelaksana ditunjuk
oleh seorang pemborong dan setiap saat harus berada di tempat pekerjaan.
Penunjukannya harus diberi tahu kepada pengawas, disertai penjelasan
identitas dirinya, seperti : pendidikan, pengalaman, umur, dan lain-lain.
Karena pengawas dapat menolak pelaksana yang dianggapnya tidak
memenuhi syarat. Adapun tugas dari pelaksana proyek sebagai berikut :
1. Melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan RKS dan gambar
yang telah ditentukan.
2. Melaksanakan pekerjaan sesuai time schedule.
3. Sebagai koordinator pelaksanaan pekerjaan.
d. Pembantu Pelaksana
Pembantu pelaksana adalah orang yang membantu tugas dari
pelaksana dalam menyelesaikan pekejaan proyek. Adapun tugasnya
yaitu :
1. Membantu aktivitas dari pelaksana.
2. Mempersiapkan hal-hal yang diperlukan pelaksana dalam pekerjaan
proyek.
e. Pelaksana ME ( Mechanical & Electrical )
Pelaksana ME merupakan pihak yang dipercaya untuk menangani
pelaksanaan dalam hal instalasi listrik dan pembagian daya listrik yang
direncanakan sesuai fungsinya dengan aman.
Tugas, wewenang dan tanggung jawab pelaksana ME:
1. Menempatkan peralatan-peralatan mesin untuk keperluan penunjang
fungsi bangunan.
2. Pelaksanaan instalasi listrik yang disesuaikan dengan keadaan dan
fungsi bangunan.
3. Memberikan informasi untuk menunjang keperluan pemasangan
instalasi listrik dan mesin-mesin pada pelaksanaan konstruksi.
f. Logistik
Logistik adalah orang yang mempersiapkan segala macam
kebutuhan bahan dan alat dalam pelaksanaan pekerjaan. Tugas dari
logistik yaitu :
1. Menyediakan semua kebutuhan bahan dan peralatan proyek.
2. Menjaga bahan dan peralatan proyek agar layak digunakan dalam
proyek.
3. Bertanggung jawab melindungi bahan dan peralatan dari seegala
macam kerusakan.
g. Administrasi
Administrasi adalah orang yang bertugas mengurusi dan mencatat
segala hal yang terjadi mengenai pelaksanaan proyek.
Selain itu dalam pengelolaan proyek juga dibutuhkan suatu organisasi kerja
sehingga segala kegiatan yang berhubungan dengan proyek tersebut bisa dikoordinir.
sebagai berikut :
kerja sendiri yang disesuaikan dengan kondisi pekerjaan yang akan dilaksanakan dan
menjamin pelaksanaan organisasi proyek dapat terealisasi dengan baik adalah sebagai
berikut:
a. Pemberian tanggung jawab yang jelas, tegas dan cermat kepada masing-masing
petugas sesuai dengan bidang masing-masing.
b. Pemberian tanggung jawab harus disertai pelimpahan wewenang.
c. Petugas-petugas sesuai dengan besar kecilnya tanggung jawab perlu diberi
tanggung jawab perlu diberi tenaga pembantu yang nantinya diharapkan dapat
memperlancar pekerjaan.
d. Pekerja pembantu jumlahnya harus memadai dalam arti tidak kurang maupun
berlebihan sehingga kontrol atau pengawasan dapat dilakukan dengan baik.
Pemberian suatu tugas pembangunan kepada kontraktor sendiri ada beberapa
cara atau tahapan, dimana tahapan-tahapan itu adalah kegiatannya berupa seleksi
pekerjaan. Biasanya pihak owner menyusun Daftar Rekanan Mampu (DRM), untuk
Apabila harga dalam penawaran telah dianggap wajar dan dalam batas
ketentuan mengenai harga satuan (harga standar) yang telah ditetapkan, serta
telah sesuai dengan ketentuan, atau telah ada kesepakatan dalam negosiasi
maka panitia akan mengusulkan calon kontraktor untuk dimintakan
persetujuan penetapannya kepada pejabat yang berwenang / Pemimpin
Bagian Proyek dari kesepakan harga yang ditetapkan alah harga penawaran
yang paling menguntungkan negara dalam arti :
a. Penawaran secara teknis dapat dipertanggung jawabkan .
b. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggung jawabkan.
c. Telah memperhatikan penggunaan semaksima mungkin produksi dalam
negeri.
adalah:
blacklist.