You are on page 1of 71

1

PENGARUH LATIHAN LOMPAT DENGAN RINTANGAN DAN


MERAIH SASARAN DIATAS TERHADAP KEMAMPUAN
LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA
KELAS V SD NEGERI SIDOMULYO 04 UNGARAN
TAHUN PELAJARAN 2004/2005

SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nama : SUTRISWATI
NIM : 6301903028
Program Studi : S1/ Transfer PKLO
Jurusan : Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2005
2

SARI

SUTRISWATI (2005). Pengaruh Latihan Lompat Dengan Rintangan dan Meraih


Sasaran Di Atas Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa
Putra Kelas V SD Negeri Sidomulyo 04 Ungaran Tahun Pelajaran 2004/2005.

Permasalahan penelitian ini adalah : Apakah ada perbedaan pengaruh latihan


lompat dengan rintangan dan meraih sasaran diatas terhadap kemampuan lompat
jauh pada siswa putra kelas V SD Negeri Sidomulyo 04 Ungaran tahun
2004/2005?. Tujuan penelitian untuk menyatakan ada dan tidaknya perbedaan
pengaruh latihan lompat dengan rintangan dan meraih sasaran di atas.
Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan pola M-S.
Populasi penelitian ini siswa putra kelas V SD Negeri Sidomulyo 04 Ungaran
yang berjumlah 24 siswa. Pengambilan sampel menggunakan tehnik total
sampling. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu dengan latihan
lompat dengan rintangan dan meraih sasaran diatas, serta variable terikat yaitu
kemampuan lompat jauh. Instrument penelitian yang digunakan adalah test lompat
jauh gaya jongkok. Analisis data menggunakan t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa t-hitung > t-tabel atau 2,4620 > 2,201
dengan taraf signifikan 5% dengan db 11 berarti ada perbedaan pengaruh yang
signifikan antara latihan lompat dengan rintangan dan meraih sasaran diatas
terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa putra kelas V SD Negeri Sidomulyo
04 Ungaran tahun pelajaran 2004/2005. Dari perhitungan mean, menunjukkan
bahwa mean kelompok eksperimen 1 lebih besar dari mean kelompok eksperimen
2 (318,67 > 308,17), dengan demikian latihan lompat dengan rintangan lebih baik
hasilnya dibandingkan dengan latihan meraih sasaran di atas.
Melihat hasil penelitian, disarankan kepada guru Penjas dan pelatih untuk
meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok dapat melakukan latihan
lompat dengan rintangan.
3

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan disyahkan untuk diajukan kepada Panitia Ujian
Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Khomsin, M.Pd. Sri Haryono, S.Pd. M.Or.


Nip. 131469639 Nip. 132205930

Mengetahui,
Ketua Jurusan PKLO

Drs. Wahadi, M.Pd.


Nip. 131571551
4

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi


Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, pada:

Hari : Kamis
Tanggal : 14 Juli 2005

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Sutardji, MS Drs. Wahadi, M.Pd


NIP. 130525506 NIP. 131571551

Penguji :

1. Kumbul S. Budiyanto, S.Pd. M.Kes.


NIP. 132205932

2. Dr. Khomsin, M.Pd.


NIP. 131469639

3. Sri Haryono, S.pd. M.Or


NIP. 132205930
5

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

- Kemarin penuh angan – angan

- Hari ini jadi kenyataan

- Esok penuh harapan

Skripsi Ini Saya Persembahkan Kepada :

1. Ibu dan Bapak saya ( almarhum )

2. Suami saya tercinta

3. Anak saya tersayang

4. Teman-teman Mahasiswa S1 Transfer

PKLO FIK UNNES Semarang.


6

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu

melimpahkan rahmat-Nya, sehingga atas kehendak-Nya peneliti dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak mendapatkan dorongan dan bantuan

secara langsung maupun tidak langsung yang tak ternilai harganya, untuk itu pada

kesempatan ini perkenankanlah untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah

memberi ijin untuk mengadakan penelitian.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNNES yang telah

memberikan persetujuan dalam penelitian ini.

3. Dr. Khomsin, M.Pd dan Sri Haryono, S.Pd. M.Or, yang telah memberikan

petunjuk, bimbingan dan arahan sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan

dengan lancar.

4. Kepala SD Negeri Sidomulyo 04 Kecamatan Ungaran yang telah memberikan

ijin penggunaan siswa putra kelas V sebagai sampel penelitian.

5. Para Dosen FIK UNNES yang telah ikut serta memberikan petunjuk

6. Guru-guru SD Negeri Sidomulyo 04 Ungaran yang telah banyak membantu

dalam penelitian ini.

7. Suami, anak dan Orangtua terkasih yang selalu memberikan dorongan moral

dalam penyelesaian kripsi ini.


7

8. Rekan-rekan seperjuangan yang telah banyak membantu pelaksanaan tes awal

dan tes akhir selama penelitian

9. Siswa putra kelas V SD Negeri Sidomulyo 04 Kecamatan Ungaran Tahun

Pelajaran 2004/2005 yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak

langsung dalam peneletian skripsi ini.

Atas bantuan dan pengorbanannya yang telah diberikan, semoga mendapat

imbalan dari Allah SWT.

Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi

pembinaan dunia olahraga atletik khususnya lompat jauh dimasa yang akan

datang.

Penulis
8

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................. i
SARI................................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv
MOTTO & PERSEMBAHAN......................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul ................................................................. 1
1.2 Permasalahan ................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 8
1.4 Penegasan Istilah ........................................................................... 8
1.5 Kegunaan Hasil Penelitian............................................................. 11

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS


2.1 Landasan Teori .............................................................................. 12
2.1.1 Atletik................................................................................... 12
2.1.2 Lompat Jauh ......................................................................... 13
2.1.3 Tehnik Lompat Jauh............................................................. 14
2.1.4 Faktor Kondisi Fisik............................................................. 20
2.1.5 Latihan Lompat dan Prinsip-Prinsip Latihan ....................... 22
2.1.6 Latihan Lompat Dengan Melompati Rintangan dan Latihan
Lompat Meraih Sasaran........................................................ 26
2.1.7 Analisis Gerakan Latihan Lompat........................................ 31
2.2 Hipotesis ........................................................................................ 33
9

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Populasi ...................................................................................... 34
3.2 Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel .................................. 35
3.3 Variabel Penelitian ..................................................................... 36
3.4 Metode dan Rancangan Penelitian ............................................. 36
3.4.1 Metode Penelitian.............................................................. 36
3.4.2 Rancangan Penelitian ........................................................ 36
3.4.3 Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 37
3.5 Instrumen Penelitian................................................................... 40
3.6 Tehnik Pengambilan Data .......................................................... 41
3.7 Metode Analisis ........................................................................ 41
3.8 Faktor yang Mempengaruhi Penelitian ...................................... 42
3.8.1 Faktor Pengalaman Dalam Latihan ................................... 42
3.8.2 Faktor Kesungguhan Melakukan Latihan ......................... 42
3.8.3 Faktor Tempat dan Cuaca ................................................. 43
3.8.4 Faktor Pemberian Materi................................................... 43
3.8.5 Faktor Kondisi Sampel...................................................... 43
3.8.6 Faktor Kegiatan Anak ....................................................... 44
3.8.7 Faktor Alat......................................................................... 44
3.8.8 Faktor Peneliti ................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian........................................................................... 45
4.2 Pembahasan ................................................................................ 46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan..................................................................................... 48
5.2 Saran ........................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 49


LAMPIRAN..................................................................................................... 51
10

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Cara Melakukan Gerak Tumpuan (Take-off) ............................................... 16
2. Sikap Melayang Diudara Pada Lompat Jauh Gaya Jongkok ....................... 18
3. Serangkaian Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok...................................... 20
4. Gerakan Loncat-loncat Menyentuh Suatu Penentu...................................... 27
5. Latihan Melompati Rintangan dan di Modifikasi ........................................ 29
6. Latihan Lompat Meraih Sasaran di atas....................................................... 30
11

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Keuntungan melompati rintangan dan lompat meraih sasaran diatas.... 32
2. Kerugian latihan melompati rintangan dan lompat meraih sasaran....... 33
3. Rancangan penelitian ............................................................................. 37
4. Rangkuman Hasil Perhitungan Statistik ................................................ 45
12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. SK Pembimbing.......................................................................... 51
2. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas .............................................. 52
3. Surat Ijin Penelitian dari SD ...................................................... 53
4. Populasi dan Sampel .................................................................. 54
5. Hasil Tes Awal .......................................................................... 55
6. Program Latihan ........................................................................ 61
7. Tes Akhir ................................................................................... 69
8. Analisa Data .............................................................................. 71
9. Tabel Nilai – nilai t..................................................................... 73
10. Foto-Foto .................................................................................... 74
13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik

sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi

tubuh agar tetap sehat. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam

kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani,

rohani serta mempunyai kepribadian, disiplin, sportifitas yang tinggi sehingga

pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas. Suatu kenyataan yang

bisa diamati dalam dunia olahraga, menunjukkan kecenderungan adanya

peningkatan prestasi olahraga yang pesat dari waktu kewaktu baik ditingkat

daerah, nasional maupun internasional. Hal ini dapat dilihat dari pemecahan-

pemecahan rekor yang terus dilakukan pada cabang olahraga tertentu, penampilan

tehnik yang efektif dan efisien dengan ditunjang oleh kondisi fisik yang baik.

Dengan adanya kecendrungan prestasi yang meningkat, maka untuk

berpartisipasi dan bersaing antar atlet dalam kegiatan olahraga prestasi harus

dikembangkan kualitas fisik, tehnik, psikologi dan sosial yang dituntut oleh

cabang olahraga tertentu. Oleh karena itu melalui pengembangan dan pembinaan

di masyarakat, olahraga wajib diajarkan di sekolah-sekolah dari sekolah tingkat

dasar, sekolah tingkat pertama sampai dengan sekolah tingkat menengah.


Olahraga atletik merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan

pada siswa di Sekolah Dasar (SD) sesuai dengan materi kurikulum 2004 standar

kompetensi Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Menurut Aip Syarifuddin

dan Muhadi (1992/1993: 59) atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua

yang dilakukan oleh manusia sejak jaman Yunani Kuno sampai dewasa ini.

Dalam mata pelajaran atletik yang dipelajari adalah gerakan dasar manusia di

dalam kehidupan sehari-hari, yaitu berjalan, berlari, melompat dan melempar.

Selain itu dalam kejuaraan atletik ada beberapa nomor yang diperlombakan

antaranya adalah nomor lari, jalan cepat, nomor lompat dan nomor lempar.

Khusus untuk nomor lompat yang diperlombakan baik yang bersifat nasional

maupun internasional terdiri dari nomor : lompat jauh, lompat tinggi, lompat

jangkit dan lompat tinggi galah.

Keempat nomor lompat tersebut yang akan dibahas lebih lanjut adalah pada

nomor lompat jauh. Lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dari cabang

olahraga atletik. Dalam perlombaan lompat jauh seorang pelompat akan bertumpu

pada balok tumpuan sekuat-kuatnya dan untuk mendarat di bak lompat sejauh-

jauhnya. Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 90) lompat jauh adalah suatu bentuk

gerakan melompat mengangkat kaki ke atas, ke depan dalam upaya membawa

titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan

dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mancapai

jarak yang sejauh-jauhnya. Karena lompat jauh termasuk nomor lompat yang

diperlombakan, maka diperlukan metode latihan yang tepat untuk meningkatkan

prestasi. Untuk mencapai prestasi yang baik di dalam lompat jauh menurut
ii

Aip Syarifuddin (1992 : 90), selain si pelompat harus memiliki kekuatan, daya

ledak, kecepatan, ketepatan, kelentukan dan koordinasi gerak, juga harus

memahami dan menguasai tehnik untuk melakukan gerakan lompat jauh tersebut

serta dapat melakukannya dengan cepat, tepat, luwes dan lancar. Tehnik untuk

lompat jauh yang benar perlu memperhatikan unsur-unsur: awalan, tolakan, sikap

badan di udara (melayang) dan mendarat. Menurut Yoyo Bahagia dkk (1999 /

2000 : 16) keempat unsur ini merupakan satu kesatuan, yaitu urutan gerakan

lompat yang tidak terputus.

Dalam lompat jauh terdapat beberapa macam gaya atau sikap badan pada saat

melayang di udara. Soegito dkk (1994 : 143) menyebutkan ada tiga cara sikap

melayang yaitu: 1) gaya jongkok (waktu melayang bersikap jongkok), 2) gaya

lenting (waktu di udara badan dilentingkan), dan 3) gaya jalan di udara (waktu

melayang kaki bergerak seolah-olah berjalan di udara). Gaya lompat jauh yang

paling sederhana untuk diajarkan pada pemula seperti siswa di SD adalah lompat

jauh gaya jongkok. Tehnik lompat jauh gaya jongkok termasuk yang paling

sederhana di banding dengan gaya yang lain.

Untuk mencapai prestasi yang baik di dalam lompat jauh perlu didukung

dengan latihan yang baik melalui pendekatan-pendekatan ilmiah dengan

melibatkan berbagai ilmu pengetahuan. Kaitannya dengan latihan untuk mencapai

prestasi ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan. Unsur

tersebut menurut M. Sajoto (1988 : 15) diantaranya adalah: 1) unsur fisik yang

lebih popular dengan kondisi fisik, 2) unsur tehnik, 3) unsur mental, 4) unsur

kematangan juara. Dari keempat unsur tersebut, ialah satu unsur yang merupakan
iii

faktor utama yaitu kondisi fisik, seperti pendapat dari Depdiknas (2000 : 101)

bahwa salah satu unsur atau faktor penting untuk meraih suatu prestasi dalam

olahraga adalah kondisi fisik, disamping penguasaan tehnik, taktik dan

kemampuan mental.

Kondisi fisik menurut M. Sajoto (1988 : 16) adalah satu kesatuan yang utuh

dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik

peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha

peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan,

walaupun disana sini dilakukan dengan system prioritas sesuai keadaan atau status

tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan

tersebut. Komponen yang dimaksud menurut M. Sajoto (1988 : 16) adalah sebagai

berikut : 1. Kekuatan; 2. Daya tahan; 3. Daya ledak; 4. Kecepatan; 5. Daya lentur;

6. Kelincahan; 7. Koordinasi; 8. Keseimbangan; 9. Ketepatan dan 10. Reaksi.

Dari beberapa komponen kondisi fisik tersebut, menurut Aip Syarifuddin

(1992 : 93) komponen yang sangat besar pengaruhnya terhadap hasil lompatan

pada lompat jauh adalah kekuatan otot tungkai yang meliputi : kecepatan yaitu

pada awalan dan kekuatan yaitu pada tolakan. Perpaduan antara kecepatan dan

kekuatan dinamakan power atau daya otot (M. Sajoto, 1988 : 12). Usaha untuk

meningkatkan power dibutuhkan latihan yang disesuaikan dengan kemampuan

atlet, sebab atlet dari masing-masing cabang baik dari cabang yang sama dan

bahkan dari cabang yang berbeda yang memiliki kemampuan yang berlainan.

Dengan demikian perlu dicari bentuk latihan yang tepat dan efektif untuk
iv

meningkatkan power ototnya terutama pada kemampuan melompat adalah

kekuatan otot-otot pada tungkai.

Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992/1993 : 49, 50) latihan

pembentukan daya ledak anak usia SD dapat dilakukan dengan jalan latihan

lompat jauh tanpa awalan, lompat setinggi-tingginya meraih sesuatu benda yang

tergantung di atas, atau meraih pada dinding dan lompat berjongkok (squat jump).

Dikatan oleh J. Matakupan (1996 : 56) bahwa aktivitas bermain pada anak yang

dilakukan pada proses pendidikan jasmani akan sangat penting dalam masa

pertumbuhan anak, dasar gerak akan menjadi lebih baik karena meningkatnya

kekuatan otot, kelentukan, daya tahan otot setempat dan daya tahan

cardiovaskuler yang semakin menjadi baik, selain itu akan menjadi panjang dan

besarnya otot-otot, fungsi organ tubuh menjadi baik, sehingga dapat dikatakan

bahwa terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik. Bentuk latihan

lain yang dapat meningkatkan kekuatan otot kaki menurut Carr (2000 : 120)

adalah dengan melompat rintangan rendah dan memyundul bola. Sedangkan

menurut Gunter Bernhard (1993 : 86) bentuk-bentuk permainan dan latihan untuk

melatih melompat pada lompat jauh yaitu loncatan- loncatan dengan menyentuh

suatu penentu selama mungkin memegang teguh sikap tubuh bagian atas yang

tegak, penentu arah selalu diambil dari tempat pendaratan.

Untuk merangsang agar siswa melakukan lompatan yang cukup melambung,

perlu dipasang tali atau batas melintang di atas tepi bak pasir, dengan ketinggian

sekitar 75 cm, jarak antara balok tumpu dengan tali/bilah .sekitar 1-2 meter untuk

disesuaikan dengan kemampuan (Tamsir Riyadi, 1985 : 103). Beberapa metode


v

latihan lompat menurut beberapa ahli dapat dilakukan dengan: 1) Melompat di

atas serangkaian rintangan rendah, cara melakukannya masing-masing peserta

melompat atau melambung di atas serangkaian rintangan yang rendah , tangan

digerakkan di atas dan paha kaki yang memimpin digerakkan keatas pada setiap

lompatan (Gerry A. Carr, 1997 : 141), dan 2) Meraih bola yang digantung atau

meraih sasaran di atas, pelaksanaannya : gantungkan bola dengan tali, kira-kira

setinggi 30 cm hingga 60 cm di atas kepala, peserta menggunakan run-up 3

hingga 5 langkah, masing-masing siswa melompat untuk menyentuh bola, dengan

menggunakan take-off satu kaki. Jika mereka menyentuh bola dengan baik,

mereka berpindah ke bola yang lain (Gunter Bernhard, 1993 : 86).

Latihan-latiahan tersebut diberikan pada anak dengan program latihan

memakai beban berat badannya sendiri. Seperti yang dikatakan M. Sajoto (1988 :

42) beban yang digunakan dapat berupa berat badan sendiri, dengan berteman,

bola karet, tali elastis, dumble, burble, latihan mendorong dan menahan alat

permanen seperti latihan isometric. Dengan adanya berbagai macam bentuk-

bentuk latihan lompat jauh yang tujuannya untuk memacu atau merangsang

tolakan kaki agar kuat sehingga menghasilkan lompatan melambung tinggi.

Dalam penelitian ini dipilih dua jenis bentuk latihan yaitu latihan lompat

dengan rintangan rendah dan lompat setinggi-tingginya meraih suatu benda.

Latihan ini pada intinya bertujuan untuk memacu dan merangsang tolakan kaki

agar kuat sehingga menghasilkan lompatan melambung tinggi. Kedua bentuk

latihan tersebut belum diketahui dengan pasti, mana yang lebih efektif dalam
vi

meningkatkan prestasi lompat jauh. Untuk mengetahui bentuk latihan yang dapat

memberikan pengaruh yang lebih baik, maka perlu dilakukan penelitian.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis akan melakukan penelitian eksperimen

dengan judul : Pengaruh Latihan Lompat dengan Rintangan dan Meraih Sasaran

Di atas Terhadap Kemampuan Lompat Jauh pada Siswa Putra Kelas V SD Negeri

Sidomulyo 04 Ungaran Tahun Pelajaran 2004/2005, dengan alasan pemilihan

judul adalah :

1. Latihan lompat dengan rintangan dan lompat meraih sasaran di atas

merupakan bentuk latihan yang sederhana, mudah, tidak membahayakan dan

dapat digunakan sebagai metode pembelajaran pada anak SD.

2. Latihan lompat dengan rintangan dan lompat meraih sasaran di atas dapat

merangsang anak untuk melakukan lompatan yang cukup tinggi, lompatan

yang melambung tinggi sangat dibutuhkan untuk melompat, sehingga

mempengaruhi jauhnya lompatan.

1.2. Permasalahan

Permasalahan penelitian adalah : Apakah ada perbedaan pengaruh antara

latihan lompat dengan rintangan dan meraih sasaran di atas terhadap kemampuan

lompat jauh pada siswa kelas V SD Negeri Sidomulyo 04 Ungaran Tahun

Pelajaran 2004/2005 ?
vii

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan lompat dengan

rintangan dan meraih sasaran di atas terhadap kemampuan lompat jauh

pada siswa putra kelas V SD Negeri Sidomulyo 04 Ungaran Kabupaten

Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005.

2. Apabila ditemukan ada perbedaan maka akan dicari bentuk latihan mana

yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap kemampuan lompat jauh

pada siswa putra kelas V SD Negeri Sidomulyo 04 Ungaran Kabupaten

Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005.

1.4. Penegasan Istilah

Agar persoalan yang dibicarakan dalam penelitian ini tidak menyimpang dari

tujuan penelitian dan tidak terjadi salah penafsiran pada istilah-istilah yang

digunakan, maka perlu adanya penegasan istilah sebagai berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh menurut Poerwadarminto ( 1984 : 731) diartikan daya yang ada

atau yang ditimbulkan dari sesuatu yang berkuasa atau yang berkekuatan.

Pengaruh dalam penelitian ini adalah daya yang timbul dari latihan lompat

dengan rintangan dan lompat meraih sasaran di atas terhadap kemampuan

lompat jauh.

2. Latihan

Latihan menurut Harsono (1982 : 27) adalah proses yang sistematis

daripada berlatih atau bekerja secara berulang-ulang dengan kian hari kian
viii

menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya. Dikatakan pula oleh

Depdiknas (2000 : 103) latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih

secara berulang-ulang dengan kian menambah jumlah beban atau

pekerjaannya. Dan dua pendapat tersebut yang dimaksud latihan dalam

penelitian ini adalah latihan melompati rintangan rendah dan lompat meraih

sasaran di atas terhadap kemampuan lompat jauh.

3. Lompat

Pengertian lompat menurut Aip Syarifuddin (1992 : 90) bahwa lompat

adalah istilah yang digunakan dalam cabang olahraga atletik, yaitu melakukan

tolakan dengan satu kaki. Maksud lompat dalam penelitian ini adalah

melakukan gerakan melompati, melampaui rintangan dan melompat meraih

sasaran di atas dengan tujuan untuk melatih kekuatan otot kaki.

4. Rintangan

Rintangan menurut Poerwadarminto (1984 : 827) adalah alangan ; apa-

apa yang merintangi; gangguan. Dalam penelitian ini pengertian rintangan

adalah serangkaian rintangan yang terbuat dari bilah bambu yang digunakan

sebagai alat bantu dalam latihan dengan jumlah rintangan sebanyak 5 buah

dengan ketinggian 30 cm dan kian hari kian meningkat.

5. Meraih Sasaran Di atas

Meraih sasaran di atas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

melompat menggunakan run-up 3 langkah tangan diayun keatas untuk

menyentuh atau memegang bola digantung, jika mereka menyentuh satu bola
ix

dengan baik mereka berpindah ke bola lain yang dilakukan secara

berkesinambungan (Gunter Bernhards, 1993 : 86).

6. Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok

Kemampuan menurut Poerwadarminto (1984 : 682) adalah kesanggupan

seseorang dalam melakukan sesuatu. Lompat jauh adalah suatu bentuk

gerakan melompat, mengangkat kaki keatas ke depan dalam upaya membawa

titik berat badan selama mungkin diudara (melayang diudara) yang dilakukan

dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk

mencapai jarak yang sejauh-jauhnya (Aip Syarifuddin, 1992 : 90), kemudian

menurut Yusuf Adisasmita (1992 : 64) lompat jauh adalah salah satu lompat

dalam cabang olahraga atletik yang meliputi cara malakukan awalan,

tumpuan, malayang di udara dan cara melakukan pendaratan. Dalam

perlombaan lompat jauh, seorang pelompat akan berusaha ke depan dengan

bertumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya untuk mendarat di bak lompat

sejauh- juahnya, yang mempunyai empat unsur gerakan yaitu awalan,

tumpuan, melayang dan mendarat. Lompat jauh juga memiliki beberapa gaya

dan gerakan sikap tubuh di udara (waktu melayang), inilah yang biasa disebut

gaya lompatan dalam lompat jauh. Gaya lompat jauh yang dikenal adalah

gaya jongkok, gaya lenting dan gaya berjalan di udara.

Lompat jauh gaya jongkok menurut Tamsir Riyadi (1985 : 98) disebut

juga gaya duduk di udara. Setelah kaki kiri bertumpu, maka kaki ayun (kanan

terutama bagian paha) diangkat cepat tinggi kedepan. Pada saat itu pula kedua

lengan diangkat kedepan atas. Setelah kaki kiri lepas dari tanah (balok tumpu)
x

segera diayun kedepan sehingga sejajar dengan kaki kanan. Pada saat

mencapai titik ketinggian sikap badan dan kaki seperti duduk / berjongkok.

Selanjutnya setelah bergerak turun, kedua kaki diluruskan kedepan, kedua

lengan juga dijulurkan kedepan, badan condong kedepan. Dalam penelitian ini

yang dimaksud kemampuan lompat jauh gaya jongkok adalah jauhnya jarak

lompatan yang di tempuh untuk meningkatkan prestasi dalam lompat jauh

gaya jongkok.

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna :

1. Sebagai masukan bagi guru Penjaskes SD Negeri Sidomulyo Kecamatan

Ungaran Kabupaten Semarang dan pembina maupun pelatih olahraga

dalam upaya memberikan latihan fisik khususnya untuk meningkatkan

kemampuan power dalam lompat jauh

2. Sebagai langkah awal bagi pengembangan dan peningkatan proses belajar

untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh.

3. Sebagai bahan referensi pada penelitian lebih lanjut.


xi

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Atletik

Dalam dunia olahraga, dikenal banyak sekali cabang olahraga, antara lain

adalah atletik, permainan, senam dan beladiri. Dari keempat cabang olahraga

tersebut, atletik mempunyai peranan penting, karena gerakan-gerakannya

merupakan gerakan dasar bagi cabang olahraga lainnya. Atletik menurut Aip

Syarifuddin (1992 :2) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Athlon yang artinya

pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan, sedangkan orang yang

melakukannya dinamakan Athleta (Atlet). Dengan demikian dapatlah

dikemukakan, bahwa atetik adalah salah satu cabang yang dipertandingkan atau

diperlombakan yang meliputi atas nomor-nomor jalan, lari, lompat dan lempar.

Atletik merupakan dasar untuk melakukan bentuk-bentuk gerakan yang

terdapat didalam cabang olahraga yang lainnya. Dengan mengikuti kegiatan

latihan atletik, akan dapat diperoleh berbagai pengalaman yang sangat berguna

dan bermanfaat bagi kehidupan, karena didalam melakukan kegiatan atletik akan

dilatih kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, daya tekan,

koordinasi gerak, keuletan, kedisiplinan dan percaya diri serta bertanggung jawab

(Aip Syarifuddin dan Muhadi, 1992/1993 : 60).


xii

Dalam cabang olahraga atletik ada empat nomor lompat yaitu nomor lompat

jauh, lompat jangkit, lompat tinggi dan lompat tinggi galah. Lompat jauh

merupakan salah satu nomor atletik yang wajib diajarkan di SD.

2.1.2. Lompat jauh

Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga

atletik. Lompat jauh menurut Aip Syarifuddin (1992 : 90) didefinisikan sebagai

suatu bentuk gerakan melompat, mengangkat kaki keatas kedepan dalam upaya

membawa titik berat badan selama mungkin diudara (melayang diudara) yang

dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk

mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat menggunakan tumpuan satu

kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tujuan lompat jauh adalah

untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin kesebuah letak pendaratan atau

bak lompat. Jarak lompatan diukur dari papan tolakan sampai batas terdekat dari

letak pendaratan yang dihasilkan oleh bagian tubuh. Menurut Engkos Kosasih

(1985:67) bahwa yang menjadi tujuan lompat jauh adalah mencapai jarak

lompatan yang sejauh-jauhnya yang mempunyai empat unsur gerakan yaitu :

awalan; tolakan; sikap badan di udara; sikap badan pada waktu jatuh atau

mendarat. Dalam hal yang sama Yusuf Adisasmita (1992:65) berpendapat bahwa

keempat unsur ini merupakan suatu kesatuan, yaitu urutan gerakan lompat yang

tidak terputus.

Dalam lompat jauh terdapat beberapa macam gaya yang umum dipergunakan

oleh para pelompat, yaitu : gaya jongkok, gaya menggantung atau disebut juga
xiii

gaya lenting dan gaya jalan di udara. Perbedaan antara gaya lompatan yang satu

dengan yang lainnya, ditandai oleh keadaan sikap badan si pelompat pada waktu

melayang di udara (Aip Syarifuddin, 1992 : 93). Jadi mengenai awalan tumpuan /

tolakan dan cara melakukan pendaratan dari ketiga gaya tersebut pada prinsipnya

sama. Salah satu gaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya jongkok.

Disebut gaya jongkok karena gerak dan sikap sewaktu badan berada diudara

seperti orang jongkok ( Tamsir Riyadi, 1985: 98).

Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam lompat jauh selain pelompat

harus memiliki kondisi fisik yang baik, juga harus memahami dan mengusai

tehnik untuk melakukan gerakan lompat jauh tersebut. Bernhard (1993 : 45)

menyatakan bahwa unsur-unsur dalam mencapai prestasi lompat jauh yang

maksimal adalah: 1) faktor kondisi fisik terutama kecepatan tenaga lompatan dan

tujuan yang diarahkan pada ketrampilan, 2) faktor tehnik ancang-ancang,

persiapan dan perpindahan fase melayang dan pendaratan.

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dalam lompat jauh terkandung

unsur-unsur kondisi fisik yang meliputi : kecepatan, tenaga ledak otot tungkai

yang mengarah pada ketrampilan.

2.1.3 Tehnik Lompat Jauh

Lompat jauh mempunyai empat fase gerakan, yaitu awalan, tolakan,

melayang dan mendarat serta terdapat tiga macam gaya yang membedakan antara

gaya yang satu dengan gaya yang lainnya pada saat melayang diudara. Uraian

mengenai keempat fase gerakan dalam lompat jauh adalah sebagai berikut:
xiv

2.1.3.1. Awalan

Awalan adalah langkah utama yang diperlukan oleh pelompat untuk

memperoleh kecepatan pada waktu akan melompat. Seperti dikatakan Aip

Syarifuddin (1992 : 90) awalan merupakan gerakan permulaan dalam bentuk lari

untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan (lompatan).

Jarak awalan yang biasa dan umum digunakan oleh para pelompat (atlet) dalam

perlombaan lompat jauh adalah : 1) untuk putra antara 40 m sampai 50 m; 2)

untuk putri antara 30 m sampai dengan 45 m. Akan tetapi di dalam pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar, terutama di SD hendaknya disesuaikan dengan

kemampuan anak-anak SD. Misalnya antara 15 m sampai 20 m atau antara 15 m

sampai 25 m. Menurut Engkos kosasih (1985 : 67) awalan harus dilakukan dengan

secepat-cepatnya serta jangan merubah langkah pada saat melompat.

Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 91) agar dapat menghasilkan daya tolakan

yang besar, maka langkah dan awalan harus dilakukan dengan mantap dan

menghentak-hentak (dinamis step). Untuk itu dalam melakukan lari awalan, bukan

hanya kecepatan lari saja yang dibutuhkan, akan tetapi ketepatan langkah juga

sangat dibutuhkan sebelum melakukan tolakan.

2.1.3.2. Tumpuan atau tolakan

Tumpuan atau tolakan adalah gerakan menolak sekuat-kuatnya dengan kaki

yang terkuat, yaitu meneruskan kecepatan horizontal ke kekuatan vertical yang

dilakukan secara cepat. Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) tolakan yaitu

menolak sekuat-kuatnya pada papan tolakan dengan kaki terkuat ke atas (tinggi
xv

dan ke depan). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa melakukan tolakan

berarti jarak merubah kecepatan horizontal menjadi kecepatan vertical.

Mengenai tolakan, Soedarminto dan Soeparman (1993 : 360) mengemukakan

sebagai berikut : untuk membantu tolakan ke atas, lengan harus diayun ke atas dan

kaki yang melangkah diayunkan setinggi mungkin (prinsipnya adalah bahwa

momentum dari bagian dipindahkan kepada keseluruhan). Ayunan kaki ke atas

mengunci sendi panggul karena kerjanya Ligamenta iliofemoral. Oleh karena itu

lutut kaki tumpu harus sedikit ditekuk, seperti pada gambar 1.

Gambar 1
Cara melakukan gerak tumpuan (take off)
(Carr. 2000 : 146)

Pada waktu menumpu seharusnya badan sudah condong kedepan, titik berat

badan harus terletak agak dimuka titik sumber tenaga, yaitu kaki tumpu pada saat

pelompat menumpu, letak titik berat badan ditentukan oleh panjang langkah

terakhir sebelum melompat (Yusuf Adisasmita, 1992 : 67-68).

Dikatakan pula oleh Soegito dkk (1994 : 146) cara bertumpu pada balok

tumpuan harus dengan kuat, tumit bertumpu lebih dahulu diteruskan dengan

seluruh telapak kaki, pandangan mata tetap lurus kedepan agak ke atas.
xvi

2.1.3.3. Melayang di udara

Sikap melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan

sudah terangkat tinggi keatas. Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 92/93) sikap dan

gerakan badan di udara sangat erat hubungannya dengan kecepatan awalan dan

kekuatan tolakan. Karena pada waktu pelompat lepas dari papan tolakan badan si

pelompat akan dipengaruhi oleh suatu kekuatan yaitu gaya gravitasi (gaya penarik

bumi). Untuk itu, kecepatan lari awalan dan kekuatan pada waktu menolak harus

dilakukan oleh pelompat untuk mengetahui daya tarik bumi tersebut. Dengan

demikian jelas bahwa pada nomor lompat jauh kecepatan dan kekuatan sangat

besar pengaruhnya terhadap hasil tolakan. Tetapi, dengan mengadakan suatu

perbaikan bentuk dan cara-cara melompat serta mendarat, maka akan

memperbaiki hasil lompatan. Perubahan dan perbaikan bentuk tersebut dinamakan

“gaya lompatan” yang sifatnya individual. Pada nomor lompat (khususnya lompat

jauh) perubahan bentuk akan gaya-gaya lompatan itu tidak akan mempengaruhi

parabola dari titik berat badan, tetapi berguna untuk menjaga keseimbangan serta

pandaratan yang lebih baik.

Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) sikap badan di udara adalah badan harus

diusahakan melayang selama mungkin di udara serta dalam keadaan seimbang.

Dalam hal yang sama Yusuf Adisasmita (1992 : 68) berpendapat bahwa pada

waktu naik, badan harus dapat ditahan dalam keadaan sikap tubuh untuk menjaga

keseimbangan dan untuk memungkinkan pendaratan lebih sempurna. Kalaupun

mengadakan gerak yang lain harus dijaga agar gerak selama melayang itu tidak

menimbulkan perlambatan. Pada lompat jauh, waktu melayang di udara berprinsip


xvii

pada 3 hal sebagai berikut : 1) bergerak ke depan semakin cepat semakin baik: 2)

menolak secara tepat dan kuat; 3) adapun gerakan yang dilakukan selama

melayang di udara tidak akan menambah kecepatan gerak selama melayang dan

hanya berperan untuk menjaga keseimbangan saja.

Cara melakukan lompat jauh gaya jongkok menurut Aip Syarifuddin (1992 :

93) pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan) keadaan sikap badan di udara

jongkok dengan jalan membulatkan badan dengan kedua lutut ditekuk, kedua

tangan ke depan. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan

kemudian mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih dahulu, kedua

tangan ke depan. Untuk lebih jelasnya, sikap badan di udara seperti terlihat pada

gambar 2. berikut ini.

Gambar 2
Sikap Melayang diudara Pada Lompat Jauh Gaya Jongkok
(Soegito dkk, 1994 : 147)

Pada prinsipnya sikap badan diudara bertujuan untuk berada selama mungkin

diudara menjaga keseimbangan tubuh dan untuk mempersiapkan pendaratan.

Sehubungan dengan itu diusahakan jangan sampai menimbulkan perlambatan dari

kecepatan yang telah dicapai. Dengan demikian tubuh akan melayang lebih lama.
xviii

2.1.3.4. Mendarat

Mendarat adalah sikap jatuh dengan posisi kedua kaki menyentuh tanah

secara bersama-sama dengan lutut dibengkokkan dan mengeper sehingga

memungkinkan jatuhnya badan kearah depan. Seperti dikatakan Yusuf Adisasmita

(1992 : 68) pada saat mendarat titik berat badan harus dibawa kemuka dengan

jalan membungkukkan badan hingga lutut hampir merapat, dibantu pula dengan

juluran tangan kemuka. Pada waktu mendarat ini lutut dibengkokkan sehingga

memungkinkan suatu momentum membawa badan ke depan di atas kaki.

Mendarat merupakan suatu gerakan terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh.

Sikap mendarat pada lompat jauh baik untuk lompat jauh gaya jongkok, gaya

menggantung maupun gaya jalan di udara adalah sama, yaitu : pada waktu akan

mendarat kedua kaki dibawa ke depan lurus dengan cara mengangkat paha ke

atas, badan dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke depan, kemudian mendarat

dengan kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper, dengan kedua lutut ditekuk,

berat badan dibawa kedepan supaya tidak jatuh dibelakang, kepala ditundukkan,

kedua tangan ke depan (Aip Syarifuddin, 1992 : 95).

Gerakan mendarat dapat disimpulkan sebagai berikut : sebelum kaki

menyentuh pasir dengan kedua tumit, kedua kaki dalam keadaan lurus ke depan,

maka segara diikuti ayunan kedua lengan ke depan. Gerakan tersebut

dimaksudkan supaya secepat mungkin terjadi perpindahan posisi titik berat badan

yang semula berada di belakang kedua kaki berpindah ke depan, sehingga terjadi

gerakan yang arahnya sesuai dengan arah lompatan dengan demikian tubuh akan

terdorong ke depan setelah menginjak pasir. Untuk lebih jelasnya, gambar


xix

dibawah ini menunjukkan serangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok dari

take-off sampai sikap mendarat.

Gambar 3
Serangkaian Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok
(Tamsir Riyadi, 1985 : 97)
Keterangan gambar:
1-2-3 : bertumpu / menolak dengan kaki kiri
4-5 : kaki tumpu kiri diayun kedepan menyusul kaki kanan (sikap jongkok)
6-7 : kedua kaki diluruskan kedepan, kedua lengan diayun kebelakang (dapat
pula sikap kedua lengan ini tetap lurus kedepan)
8 : mendarat dipasir dengan bagian tumit terlebih dahulu, kedua kaki lurus
9-10 : kedua kaki segera ditekuk, terus menjatuhkan diri kedepan

2.1.4. Faktor Kondisi Fisik

Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh, dari komponen-komponen yang

tidak dapat dipisahkan begitu saja. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan

kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun di

sana-sini terutama dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status

komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan

tersebut (M. Sajoto, 1988 : 57).

Kondisi fisik akan baik apabila komponen-komponen yang ada terpelihara

dengan baik. Komponen kondisi fisik menurut M. Sajoto (1988 : 57) meliputi

kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi,
xx

keseimbangan dan reaksi. Pada lompat jauh gaya jongkok akan dibahas komponen

kondisi fisik tentang kecepatan, kekuatan dan daya ledak. 1) Kecepatan adalah

kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan keseimbangan dalam bentuk

yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya (Depdikbud, 1997 : 6). Sedangkan

menurut Suharno HP (1986 : 43) kecepatan adalah kemampuan organisme atlit

dalam melakukan gerakan-gerakan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya

untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Kecepatan disini adalah kecepatan lari

dalam lompat jauh gaya jongkok yang mana kecepatan larinya ditentukan oleh

gerakan berturut-turut dari langkah yang dilakukan secara cepat dan tepat. Secara

cepat maksudnya setelah lari awalan dalam lompat jauh, bisa mendapatkan

lompatan yang jauh, secara tepat maksudnya setelah lari dengan kecepatan tinggi

diupayakan lari tumpu dapat jatuh di balok tumpuan. Untuk menghasilkan tolakan

yang kuat dan melambung tinggi perlu adanya kekuatan otot tungkai. Kekuatan

merupakan unsur penting dan perlu mendapatkan perhatian kekuasaannya dalam

melaksanakan program latihan. Maksudnya latihan kekuatan ini hendaknya

dilakukan dan mendapatkan porsi latihan yang latihan yang banyak dibanding

unsur latihannya. 2) Kekuatan adalah dasar yang paling penting dalam melatih

ketrampilan gerak. Menurut M. Sajoto (1988 : 58) kekuatan diartikan komponen

kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seorang pada saat

menggunakan otot-ototnya, menerima beban waktu bekerja. Jadi kekuatan

merupakan otot dalam menahan beban dari bekerja motorik dalam waktu tertentu

secara maksimal. Dalam lompat jauh unsur kekuatan sangat penting untuk

mendapatkan hasil tolakan yang kuat dan benar. 3) Daya ledak menurut M. Sajoto
xxi

(1988:58) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum

dengan usahanya dikeluarkan dalam waktu sependek-pendeknya. Dalam hal ini

dapat dinyatakan bahwa daya otot = kekuatan (force) x kecepatan (velocity).

Berdasarkan pendapat para ahli dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud

dengan daya ledak otot adalah kombinasi gerakan ini bila dilakukan secara

intensif dalam waktu yang singkat akan dapat menimbulkan daya ledak otot yang

cukup besar atau kuat dan dapat dikatakan bahwa daya ledak otot tungkai adalah

merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menggerakkan kekuatan dengan

cepat dalam waktu yang singkat dengan gerakan naik turun (vertikal) dan

menggunakan anggota gerak bawah (otot tungkai). Daya ledak ini sangat

dibutuhkan dalam lompat jauh terutama pada fase awalan dan tolakan pada

rangkaian lompat jauh.

2.1.5 Latihan Lompat dan Prinsip-Prinsip Latihan

2.1.5.1 Pegertian Latihan Lompat

Latihan adalah proses yang sistematis daripada berlatih atau bekerja secara

berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau

pekerjaannya (Harsono, 1982 : 27). Lompat adalah istilah yang digunakan dalam

cabang olahraga atletik, yaitu melakukan tolakan dengan satu kaki, Aip

Syarifuddin (1992 : 90). Pengertian latihan lompat dari pendapat tersebut dapat

disimpulkan yaitu melakukan gerakan melompat dengan tumpuan satu kaki yang

dilakukan secara berulang-ulang dan setiap hari jumlah beban latihan ditambah.

Latihan lompat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah latihan lompat dengan

melompati rintangan dan lompat meraih sasaran di atas.


xxii

Latihan lompat adalah metode yang terbaik untuk meningkatkan power

maksimal pada otot tertentu. Cara yang paling baik untuk mengembangkan power

maksimal pada kelompok otot tertentu, ialah dengan merenggangkan

(memanjangkan) dahulu otot-otot tersebut secara eksplosif atau meledak-ledak.

Untuk melatih power otot tungkai dimulai dengan gerakan tungkai kearah yang

berlawanan (jongkok) yang disebut sebagai fase pre-regang (pre-stretching

phase), kemudian melompat dengan kuat keatas. Setelah mendarat, tanpa adanya

masa berhenti, kemudian secepatnya melompat lagi sekuat tenaga keatas,

sehingga seakan-akan mendarat pada bara api (KONI, 2000: 27).

2.1.5.2 Prinsip-Prinsip Latihan

1) Prinsip Penambahan Beban Bertambah (overload)

Untuk meningkatkan prestasi atlit prinsip overload harus digunakan.

Apabila atlet sudah merasa ringan pada beban yang diberikan maka beban

harus ditambah. Menurut M. Sajoto (1988 : 42) dengan berprinsip pada

overload, maka kelompok-kelompok otot akan bergabung kekuatannya secara

efektif dan akan merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang

mendorong meningkatkan kekuatan otot. Prinsip overload ini akan menjamin

agar system di dalam tubuh yang menjalankan latihan, mendapat tekanan

beban yang besarnya makin meningkat, serta diberikan secara bertahap dalam

jangka waktu tertentu. Apabila tidak diberikan secara bertahap, maka

komponen kekuatan tidak akan dapat mencapai tahap potensi sesuai fungsi

kekuatan secara maksimal.


xxiii

2) Prinsip Peningkatan Beban Terus Menerus

Otot yang menerima beban latihan lebih atau overload kekuatannya akan

bertambah dan apabila kekuatan bertambah, maka program latihan berikutnya

bila tidak ada penambahan beban, tidak lagi dapat menambah kekuatan.

Penambahan beban dalam jumlah repetisi tertentu, otot belum merasakan

lelah. Prinsip penambahan beban demikian dinamakan prinsip penambahan

beban secara progresif. (M. Sajoto, 1988 : 115)

3) Prinsip Urutan Pengaturan Suatu Latihan

Latihan berbeban hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga kelompok

otot besar mendapat giliran latihan lebih dulu sebelum latihan otot kecil. Hal

ini perlu agar kelompok otot kecil tidak mengalami kelelahan terlebih dahuu,

sebelum kelompok otot mendapat giliran latihan pengaturan latihan

hendaknya diprogramkan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi dua bagian

otot dalam tubuh yang sama mendapat dua giliran latihan secara berurutan

(M. Sajoto, 1988 : 115)

4) Prinsip Kekhususan Program Latihan

Menurut O’shea dalam bukunya M. Sajoto (1988 : 42) menyatakan bahwa

semua program latihan harus berdasarkan “SAID” yaitu Specific Adaptation to

Imposed Demands. Prinsip tersebut menyatakan bahwa latihan hendaknya

bersifat khusus, sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Bila akan

meningkatkan kekuatan, maka program latihan harus memenuhi syarat untuk

tujuan meningkatkan kekuatan.


xxiv

Program latihan dengan beban dalam beberapa hal hendaknya bersifat

khusus. Namun perlu memperhatikan pula gerak yang dihasilkan, oleh karena

itu latihan berbeban hendaknya dikaitkan dengan latihan peningkatan

ketrampilan motorik khusus. Dengan kata lain latihan beban menuju

peningkatan kekuatan, hendaknya diprogram yang menuju nomor-nomor

cabang olahraga yang bersangkutan. Seperti diketahui bahwa untuk

mendapatkan hasil lompatan yang jauh dalam lompat jauh perlu adanya

bentuk latihan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai, latihan tersebut

dapat dilakukan baik dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Menggunakan

alat dalam hal ini adalah latihan lompat dengan rintangan dan latihan lompat

meraih sasaran di atas.

Selain keempat prinsip yang cukup mendasar untuk program latihan

menurut Tohar (2004 : 54) program latihan dapat diatur dan dikontrol dengan

cara memvariasikan beban latihan seperti volume, intensitas, recovery dan

frekuensi dalam suatu unit program latihan harian. Volume menurut

Depdikbud (1997 : 31) ialah kuantitas beban latihan yang biasa dinyatakan

dengan satuan jarak, jumlah beberapa elemen jenis latihan, total waktu latihan,

berat beban yang diangkat, jumlah set dalam latihan interval dan sirkuit

sebagai ukuran rangsangan motorik dalam satu unit latihan. Intensitas menurut

Tohar (2004 : 55) adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkat

pengeluaran energi, alat dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun

pertandingan. Intensitas latihan plaiometrik dapat ditingkatkan dengan

penambahan beban pada hal-hal tertentu dengan peningkatan ketinggian


xxv

rintangan-rintangan (bilah) untuk depth jump atau dengan memperlebar jarak

dalam longitudinal jump. Recovery dikatakan oleh Tohar (2004 : 55) adalah

waktu yang digunakan untuk pemulihan tenaga kembali antara satu elemen

materi latihan dengan elemen berikutnya. Menurut O’Shea yang dikutip oleh

M. Sajoto (1988 : 48) mengatakan bila latihan lebih dari satu rangkaian, maka

masa istirahat dalam rangkaian adalah antara 1-2 menit. Menurut Bompa yang

dikutip oleh M. Sajoto (1988 : 33) mengatakan bahwa tes untuk mengevaluasi

hasil latihan kekuatan dapat dilaksanakan setelah antara 4-6 minggu dari suatu

masa siklus latihan makro. Frekuensi menurut Tohar (2004 : 55) adalah

ulangan gerak beberapa kali atlet harus melakukan gerakan setiap giliran.

Frekuensi tinggi berarti ulangan gerak banyak sekali dalam satu giliran.

Frekuensi dapat juga diartikan berapa kali latihan per hari atau berapa hari

latihan per minggu.

Dalam penelitian ini frekuensi latihan yang dipakai adalah tiga kali per

minggu selama enam minggu. Sehingga tidak terjadi kelelahan yang kronis

dengan lama latihan enam minggu tersebut.

2.1.6.Latihan Lompat dengan Melompati Rintangan dan Latihan Lompat Meraih


Sasaran Di Atas

Untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai menurut Gerry A. Carr (1997 :

141) dilatih dengan melompati rintangan dan menyundul bola yang digantung dan

dikatakan oleh Aip Syarifuddin (1992 : 10) untuk mendapatkan lompatan yang

tinggi dapat diberi rintangan kira-kira 25 cm sampai 30 cm. Anak-anak melompati

rintangan tersebut. Dengan jalan demikian anak-anak akan dapat melompat lebih
xxvi

tinggi kedua kaki diangkat dan kedua lutut ditekuk. Disamping itu juga bisa

dengan jalan lain, untuk menolong ketinggian lompatan , dapat dibantu dengan

menggantungkan sebuah benda. Tinggi benda kira-kira tidak akan terjangkau bila

anak itu melompat.

Menurut Aip Syarifuddin (1992/1993 : 62) bahwa dalam membentuk

gerakan-gerakan dasar melompat dapat dilakukan dengan latihan diantaranya

lompat meraih suatu benda di atas dan lompat melewati temannya yang

merangkak. Gunter Bernhard (1993 : 86) berpendapat bahwa untuk melatih

lompat pada lompat jauh dengan melakukan bentuk-bentuk permainan dalam

latihan yaitu melakukan loncatan-loncatan dengan menyentuh suatu penentu

selama mungkin memegang teguh sikap tubuh bagian atas yang tegak, penentu

arah selalu diambil dari tempat pendaratan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 4.

Gambar 4.

Gerakan Loncat-Loncat Menyentuh Suatu Penentu


(Gunter Bernhard, 1993 : 86)
xxvii

Dari pendapat beberapa ahli di atas, latihan lompat yang peneliti maksud

adalah latihan lompat dengan rintangan yang tingginya semakin meningkat dan

latihan lompat meraih serangkaian sasaran atau serangkaian bola yang digantung

dimana ketinggian bola gantungnya semakin ditingkatkan. Adapun uraian latihan

tersebut adalah sebagai berikut :

2.1.6.1. Latihan Lompat dengan melompati rintangan

a. Pelaksanaan

Sikap awal : berdiri kira-kira 3 meter disisi depan rintangan, sikap badan

tegak. Gerakkannya : dari sikap awal ancang-ancang (run up) 3 langkah

dilanjutkan menolak dengan kaki satu sebagai kaki tumpu (kiri) melompat di atas

rintangan mendarat dengan dua kaki kemudian langsung melompat kerintangan

kedua dan seterusnya. Gerakan melompat dilakukan terus berkesinambungan

antar rintangan dengan tetap memperhatikan ancang-ancang (run up) 3 langkah,

jarak tolakan kaki dengan rintangan 1 meter dengan ditandai garis batas tumpuan.

Sikap badan saat melompat di atas rintangan, tangan digerakkan ke atas dan paha

kaki digerakkan hingga horizontal. Pendaratan : mendarat dengan kedua kaki

bersama-sama, posisi kaki renggang selebar bahu dan sedikit jongkok kepala

tegak kedua lengan disamping badan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 5.
xxviii

Gambar 5
Latihan Melompati Rintangan dan Dimodifikasi
(Garry A. Carr, 1997 : 141)

Keterangan :
1. Gerakan saat menolak
2. Gerakan di atas rintangan
3. Gerakan saat mendarat

b. Perlengkapan

Perlengkapan yang diperlukan dalam latihan lompat dengan rintangan adalah

bilah sebagai rintangan yang tingginya semakin meningkat dari 30 cm, 35 cm, 40

cm, 50 cm dan 55 cm. Adapun jarak antara rintangan 4 meter dan jarak tumpuan

dengan rintangan 1 meter.

2.1.6.2. Latihan Lompat meraih sasaran di atas

a. Pelaksanaan

Sikap awal : berdiri tegak di depan sasaran di atas (bola digantung), jarak

kira-kira 3 meter. Selanjutnya melakukan ancang-ancang (run up) 3 langkah

kemudian melompat kedua lengan naik ke atas meraih bola di gantung dengan
xxix

bertumpu pada satu kaki (kiri), begitu mendarat ancang-ancang dan melompat lagi

untuk meraih bola digantung yang kedua dan seterusnya yang dilakukan sebanyak

5 kali secara berkesinambungan. Sikap setelah menumpu mengayunkan lengan

dan kaki yang mengayun ke atas untuk membantu menambah ketinggian. Waktu

melakukan tolakan tetap memperhatikan ancang-ancang 3 langkah dan menumpu

dengan satu kaki, jarak tumpuan dengan garis vertical bola digantung 1 meter

yang ditandai pada garis batas tumpuan setiap bola digantung.

Pendaratan : mendarat dengan kedua kaki bersama-sama posisi badan agak

jongkok, lutut agak ditekuk dan tangan disamping badan. Lebih jelasnya lihat

Gambar 6.

Gambar 6
Latihan Lompat Meraih Sasaran Di Atas
(Gunter Bernhard, 1993 : 86)

Keterangan :
1. Gerakan saat ancang-ancang
2. Gerakan saat menumpu
3. Gerakan saat melayang / saat meraih
4. Gerakan saat mendarat
xxx

b. Perlengkapan

Perlengkapan yang diperlukan untuk latihan lompat meraih sasaran di atas

adalah bola digantung dengan ketinggian semakin meningkat dari 175 cm, 180

cm, 185 cm, 190 cm, 195 cm dan 200 cm, adapun jarak antar bola digantung 4

meter dan jarak tumpuan melompat dengan garis vertical bola digantung 1 meter.

2.1.7. Analisis Gerakan Latihan Lompat

2.1.7.1 Latihan Lompat Dengan Rintangan

Secara anatomi gerakan dan otot-otot utama yang terlibat secara langsung

dalam latihan lompat dengan rintangan yaitu dari otot tungkai atas sampai otot

tungkai bawah. Dengan kekuatan otot tungkai yang dilimiliki akan menambah

kecepatan waktu berlari untuk awalan dan tolakan pada waktu menolak, demikian

pula waktu pendaratan. Sedangkan ketinggian lompatan yang dihasilkan lebih

tinggi, karena siswa terpacu untuk berusaha semaksimal mungkin melompat

setinggi-tingginya di atas rintangan sehingga rintangan tidak jatuh.

Hasil lompatan yang diperoleh pada latihan ini lebih jauh karena ada ayunan

tangan dan gerakan kaki yang memimpin keatas dan kemudian lurus kedepan,

selanjutnya mendarat. Kecepatan dan gerak lebih cepat, karena tidak ada usaha

mempertahankan badan di atas rintangan. Untuk keseimbangan badan saat

mendarat lebih seimbang dan terarah.

2.1.7.2 Latihan Lompat Meraih Sasaran Di Atas

Ketinggian lompatan yang dihasilkan pada latihan lompat meraih sasaran di

atas tinggi karena siswa juga terpacu untuk bisa sampai meraih bola digantung,
xxxi

akan tetapi posisi bola jauh di atas kepala maka ayunan tangan untuk meraih

sasaran tidak sampai.

Hasil lompatan yang diperoleh kurang jauh karena siswa terkonsentrasi untuk

meraih bola setelah meraih mendarat tidak jauh dari garis vertical bola digantung.

Kecepatan gerak waktu yang dibutuhkan saat melayang diudara lebih lama,

karena ada usaha mempertahankan sikap tegak saat meraih bola.

Dari hasil analisis kedua latihan yang dilakukan menunjukkan adanya

beberapa perbedaan pengaruh terhadap kemampuan lompat jauh. Masing-masing

bentuk latihan memiliki keuntungan dan kerugian yang dapat dirangkum seperti

pada tabel 1 dan 2 berikut ini.

Tabel 1: keuntungan melompati rintangan dan lompat meraih sasaran di atas.

No Melompati Rintangan No Meraih Bola digantung


1. Adanya irama gerakan 1. Adanya irama gerakan
melambung keatas melambung keatas
2. Adanya daya tarik bumi 2. Adanya daya tarik bumi
3. Akan memperoleh tenaga 3. Semakin kecil sudut lutut,
lompatan yang kuat semakin tinggi gerakan keatas
4. Bentuk gerakan cukup efektif 4. Waktu melayang di udara lebih
dan efisien dalam pemakaian lama
ruang gerak pada lompat jauh 5. Melatih otot kaki tolak lebih baik.
5. Melatih otot kaki tolak lebih
baik.
6. Keseimbangan saat mendarat
lebih baik
xxxii

Tabel 2 : kerugian latihan melompati rintangan dan lompat meraih sasaran

No Melompati Rintangan No Meraih Bola digantung


1. Menimbulkan rasa ragu-ragu 1. Anak cepat lelah
dalam melakukan gerakan
melompati rintangan
2. Pendaratan terlalu cepat 2. Mendarat kurang seimbang karena
konsentrasi terpusat pada bola

2.2. Hipotesis

Hipoteisis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti malalui data yang terkumpul (Suharsimi

Arikunto, 1998 : 67). Penolakan atau penerimaan suatu hipotesis sangat

tergantung kepada hasil-hasil penyelidikan terhadap data-data yang terkumpul.

Berdasarkan hasil analisis dari latihan lompat dengan rintangan dan latihan

lompat meraih sasaran di atas, maka dapat dikemukakan rumusan hipotesis

peneliti sebagai berikut : ada perbedaan pengaruh antara latihan lompat dengan

rintangan dan lompat meraih sasaran di atas terhadap kemampuan lompat jauh

pada siswa putra kelas V SD Negeri Sidomulyo 04 Ungaran Tahun Pelajaran

2004/2005.
xxxiii

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan syarat mutlak dalam suatu penelitian.

Penggunaan metode penelitian dalam suatu penelitian harus tepat dan mengarah

pada tujuan penelitian, serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Maksudnya adalah untuk menjaga agar pengetahuan yang dicapai dari suatu

penelitian memberikan arah yang tepat guna tercapainya tujuan penelitian.

3.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit

mempunyai satu sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 2000 : 220). Sedangkan menurut

Suharsimi Arikunto (1998 : 115), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah seluruh

individu yang akan dijadikan subjek penelitian dan keseluruhan individu itu

paling sedikit harus memiliki suatu sifat yang sama.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas V SD Negeri

Sidomulyo 04 Ungaran Tahun Pelajaran 2004/2005 yang berjumlah 24 orang

siswa putra. Adapun alasan pengambilan populasi adalah :

1. Mereka sama-sama dalam satu sekolah, yaitu siswa putra kelas V SD Negeri

Sidomulyo 04 Ungaran Tahun Pelajaran 2004/2005

2. Mempunyai jenis kelamin yang sama , yaitu laki-laki


xxxiv

Berdasarkan uraian di atas, maka populasi yang diambil telah memenuhi

syarat, dimana suatu populasi harus memiliki minimal satu sifat yang sama,

berarti populasi ini dapat diterima.

3.2 Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi

Arikunto, 1998 : 117). Pendapat lain, Sutrisno Hadi (2000 : 221), menjelaskan

bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang diselidiki.

Pedoman dalam pengambilan jumlah sampel ini, penulis mengacu pada

pendapat Suharsimi Arikunto (1998 : 120) yaitu hanya untuk sekedar ancer-ancer

apabila subyek kurang dari 100 sebaiknya diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyek besar dapat diambil

antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari

kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, dana, dan tenaga.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putra kelas V SD Negeri

Sidomulyo 04 Ungaran Tahun pelajaran 2004/2005, yang berjumlah 24 anak.

Subyek yang diteliti sejumlah 24 orang siswa maka ditetapkan sebagai sampel

semua karena jumlah sampel atau subyeknya kurang dari 100 orang. Oleh sebab

itu dalam penentuan atau pengambilan sampel menggunakan teknik Total

Sampling, yaitu mengikutkan semua anggota populasi sebagai sampel penelitian.

Daftar nama sampel penelitian dapat dilihat dalam lampiran 4 halaman 54.
xxxv

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi dan menjadi objek penelitian, atau apa

yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998 : 99).

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variable bebas dalam penelitian ini yaitu latihan lompat dengan rintangan

dan latihan lompat meraih sasaran diatas. Sedangkan variable terikatnya adalah

kemampuan lompat jauh.

3.4 Metode dan Rancangan Penelitian

3.4.1 Metode Penelitian

Agar penelitian ini dapat memperoleh hasil yang baik dan sesuai dengan

harapan, maka metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

metode eksperimen. Dasar penggunaan metode eksperimen adalah kegiatan

percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan terhadap subjek dan

diakhiri dengan tes untuk menguji seberapa jauh akibat dari perlakuan yang

diberikan. Jadi metode eksperimen merupakan metode yang paling tepat untuk

menyelidiki hubungan sebab akibat.

3.4.2 Rancangan Penelitian

Pola eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matchced by

Subject Design atau disingkat dengan Pola M-S, yang mengandung suatu

pengertian seperti dikatakan oleh Sutrisno Hadi (1973 : 453) bahwa pola M-S

matching dilakukan terhadap subjek demi subjek. Hakekat Subjek Macthing

adalah sedemikian rupa sehingga pemisahan pasangan-pasangan subjek masing-


xxxvi

masing kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 secara otomatis akan

menseimbangkan kedua kelompok itu. Rancangan penelitian dapat digambarkan

pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3: Rancangan penelitian

Kelompok Pre-test (tes awal) Treatmen Post-test (test akhir)


Eksperimen 1 Lompat jauh gaya Latihan lompat Lompat jauh gaya
jongkok (X1) dengan jongkok (X2)
rintangan
Eksperimen 2 Lompat jauh gaya Latihan lompat Lompat jauh gaya
jongkok (X1) meraih sasaran jongkok(X2)
diatas

3.4.2.1 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu, yaitu mulai tanggal 13 Januari

2005 sampai dengan 24 Pebruari 2005. Penelitian ini diawali dengan pre test pada

tanggal 13 Januari 2005 dan hari latihan mulai tanggal 18 Januari 2005 sampai

dengan 22 Pebruari 2005. Post test dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2005.

Penelitian ini dilaksanakan tiga kali seminggu tiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu.

Dengan pelaksanaan tiap sore pukul 15.00-16.30 WIB. Tes tersebut terbagi dalam

tiga kegiatan: 1) Tes awal, 2) Perlakuan, 3) Tes akhir

1. Pre Test atau Tes Awal

Tes awal dilaksanakan dilapangan / halaman olahraga SD Negeri Sidomulyo

04 Ungaran. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah lompat jauh yang

disesuaikan dengan buku peraturan perlombaan atletik dari PASI. Sebelum tes

awal dimulai, siswa diberi penjelasan mengenai pelaksanaan tes lompat jauh.

Sesudah diberi penjelasan baru dilaksanakan tes awal. Tes awal dilaksanakan pada

hari Selasa tanggal 13 Januari 2005 pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai
xxxvii

dilapangan / halaman SD Negeri Sidomulyo 04 Kecamatan Ungaran, Kabupaten

Semarang.

2. Perlakuan

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu, setiap minggu 3 kali pertemuan

mulai tanggal 18 Januari 2005 sampai 22 Pebruari 2005 dengan demikian

penelitian ini dilaksanakan selama 16 kali pertemuan. Sedangkan setiap

pertemuan dilaksanakan selama ± 90 menit, dengan pengaturan waktu yaitu 10

menit untuk pemanasan, 70 menit latihan inti dan 10 menit untuk penenangan.

Waktu kegiatan latihan dilaksanakan pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu

dimulai pukul 15.00 – 16.30 WIB. Materi latihan pada kelompok eksperimen 1

adalah latihan lompat dengan rintangan dan kelompok eksperimen 2 adalah

latihan lompat meraih sasaran. Untuk penyajian materi disesuaikan dengan alokasi

waktu yang tersedia. Sedangkan mengenai pengaturan waktu latihan adalah

sebagai berikut.

a) Pemanasan

Pemanasan diberikan pada siswa secukupnya dengan tujuan untuk persiapan

fisik siswa sebelum melakukan latihan inti. Latihan ini sangat penting untuk tubuh

dan menghindari resiko terjadinya cedera otot maupun sendi, mengadakan

perubahan dalam fungsi organ tubuh guna menghadapi fisik yang lebih berat

(Tohar, 2004 : 4). Latihan yang merupakan kegiatan pemanasan dalam penelitian

ini meliputi keliling lapangan, senam kelentukan dan senam khusus yang

bertujuan untuk menyiapkan siswa pada materi latihan yang akan dilakukan.
xxxviii

b) Latihan Inti
Latihan inti dilaksanakan sesuai dengan program latihan materi diberikan

sesuai dengan jadwal latihan. Setiap kelompok berlatih lompat sesuai dengan

kelompoknya. Kelompok eksperimen 1 berlatih lompat dengan rintangan,

sedangkan kelompok eksperimen 2 berlatih lompat meraih sasaran diatas. Setelah

melakukan latihan sesuai dengan kelompoknya masing-masing kemudian latihan

lompat jauh gaya jongkok

c) Penenangan
Penenangan dilaksanakan selama 10 menit dan hal ini bertujuan untukm

memulihkan kembali kondisi badan sesudah menerima materi latihan, dengan

demikian keadaan tubuh akan pulih secara sempurna seperti semula. Adapun

gerakan yang digunakan untuk penenangan bisa melakukan gerakan-gerakan

stretching kembali. Selanjutnya bisa diberi penjelasan atau koreksi secara

keseluruhan selama jalannya latihan, kesan dan pesan untuk membangkitkan

motivasi latihan berdoa dan dibubarkan.

3. Post Test atau Tes Akhir


Setelah program latihan dilaksanakan selama 16 kali pertemuan, pada tanggal

24 Pebruari 2005 dilaksanakan tes akhir yang pelaksanaannya sama dengan tes

awal. Adapun tujuan dilaksanakannya tes akhir adalah untuk mengetahui hasil

yang dicapai oleh siswa baik dari kelompok eksperimen 1 dan kelompok

eksperimen 2 setelah mengikuti program latihan.

3.4.2.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan adalah lapangan olahraga SD Negeri

Sidomulyo 04 Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang.


xxxix

3.4.2.3 Alat dan Perlengkapan Penelitian

Alat dan perlengkapan penelitian adalah faktor penting yang sangat

membantu kelancaran pelaksanaan penelitian dan untuk mendapatkan data yang

sesuai dengan apa yang diinginkan. Alat dan perlengkapan tersebut terdiri dari : 1)

Bak lompat jauh, 2) Roll meter, 3) Bendera kecil, 4) Cangkul, 5) Alat Tulis /

blangko penilaian.

3.4.2.4 Tenaga Pembantu

Demi kelancaran jalannya penelitian ini, peneliti dibantu oleh beberapa

tenaga guru Pendidikan Jasmani Kecamatan Ungaran dan rekan-rekan mahasiswa

yang bertugas menyiapkan sarana latihan dan sebagai pembantu dalam

pelaksanaan tes awal dan tes akhir. Daftar petugas dapat dilihat pada lampiran 6.

3.5 Instrumen Penelitian

1. Instrumen Tes

Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan suatu metode

(Suharsimi Arikunto, 1998 : 137). Dalam penelitian ini metode yang digunakan

adalah instrumen tes. Tes yang diperlukan dalam penelitian ini adalah tes lompat

jauh. Tujuan tes lompat jauh ini adalah untuk mengetahui hasil lompatan

(petunjuk pelaksanaan tes pada lampiran 6 halaman 68.

2. Program Latihan

Program latihan adalah jumlah pertemuan yang dilaksanakan selama

penelitian berlangsung. Program latihan ini berlangsung 16 kali pertemuan

perlakuan (treatment) ditambah dua pertemuan untuk tes awal dan tes akhir.
xl

Jumlah pertemuan latihan tiga kali dalam seminggu, sehingga waktu yang

dipergunakan ada enam minggu. Hal ini menurut De Lorme dan Watkin yang

dikutip oleh M. Sajoto (1988 : 48), program latihan yang dilakukan empat kali

seminggu selama enam minggu cukup efektif, namun rupanya pelatih cenderung

melaksanakan latihan setiap minggu tiga kali agar tidak terjadi kelelahan yang

kronis dengan lama latihan enam minggu atau lebih.

3.6 Tehnik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dilaksanakan dengan tes dan pengukuran. Nurhasan

(2001 : 24 dan 25) menjelaskan tes adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk

memperoleh data yang obyektif tentang hasil belajar siswa. Sedangkan

pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi dari suatu obyek

tertentu dan dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur. Cirri khas dari

hasil pengukuran yakni dinyatakan dalam skor kuantitatif yang dapat diolah

secara statistik. Melalui pengukuran kita akan memperoleh informasi yang

obyektif sehingga kita dapat menentukan kemampuan atau prestasi seseorang

pada saat tertentu.

Tes dan pengukuran dalam penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan

data tentang hasil lompat jauh gaya jongkok yang dilaksanakan dua kali yaitu pre-

test dan post-test. Hasil tes dicatat dalam satuan centimeter.

3.7 Metode Analisis

Menurut Sutrisno Hadi (1973 : 455) analisis terhadap hasil-hasil eksperimen

yang didasarkan atas subject matching selalu menggunkan t-test pada correlated
xli

sampel. Dengan demikian untuk pengetesan signifikansi dengan menggunakan t-

test dengan rumus pendek (short methode). Rumus ini banyak digunakan dalam

penelitian eksperimen karena efektif dan efisien seperti yang dikemukakan

Sutrisno Hadi (1973 : 458), rumus pendek adalah rumus yang serba guna dan

efisien, rumus ini dapat dipersiapkam untuk penyelidikan eksperimen yang

menggunakan matching subjek. Untuk analisa data diperlukan suatu rumus t-test,

md
sebagai berikut : t =
Σd 2
N ( N − 1)

Keterangan :
T : nilai perbedaan
N : jumlah subjek
Md : rata-rata selisih antara X1 dan X2
d : penyimpangan (selisih) antara X1 dan X2

3.8 Faktor Yang Mempengaruhi Penelitian

Variabel-variabel yang tidak masuk dalam eksperimen tetapi berpengaruh

perlu dikendalikan, antara lain :

3.8.1. Faktor pengalaman dalam latihan

Faktor lompat jauh sampel siswa SD kelas V sudah mendapat pelajaran

lompat jauh (kurikulum 1994), tetapi belum pernah berlatih melompati rintangan

dan meraih sasaran di atas untuk menambah kemampuan lompat jauh yang lebih

baik prestasinya.

3.8.2. Faktor kesungguhan melakukan latihan

Kesungguhan dalam mengikuti latihan mempengaruhi hasil latihan yang

dicapai oleh sampel. Atas dasar tersebut peneliti mengambil satu langkah awal
xlii

untuk menghindari adanya penyimpangan dalam mengikuti latihan serta usaha

agar sampel mempunyai kesungguhan dalam latihan. Adapun usaha tersebut

antara lain :

1. Peneliti memberikan pengarahan dan penjelasan tentang penelitian

2. Peneliti memberikan penugasan dan mengontrol jalannya penelitian

3. Peneliti memberikan motivasi

3.8.3 Faktor tempat dan cuaca

Tempat yang digunakan peneliti berada di lapangan terbuka sehingga apabila

hujan latihan ditunda dan latihan diganti di hari yang lain.

Faktor pemberian materi

Pemberian materi latihan mempunyai peranan penting dalam usaha untuk

memperoleh hasil yang baik. Usaha yang dapat ditempuh supaya penyampaian

materi dapat diterima dengan baik, maka sebelum memberikan materi latihan

sampel dijelaskan mengenai bentuk latihan yang akan diterima secara lisan

kemudian didemonstrasikan gerakan latihan tersebut agar sampel dapat

menirukannya. Koreksi selalu dilakukan baik secara individu maupun klasikal.

3.8.5 Faktor kondisi sampel

Kondisi masing-masing sampel berbeda baik mengenai kondisi keluarga,

lingkungan maupun kesehatannya. Untuk itu selalu diberikan penjelasan agar

sampel selalu menjaga kondisinya dengan baik.


xliii

3.8.6 Faktor kegiatan anak (sampel)

Kegiatan sampel yang dilakukan di luar penelitan sangat sulit diawasi, hal ini

karena kondisi tempat tinggal sampel tidak satu tempat. Untuk itu peneliti

menekankan dan memberikan penjelasan agar sampel tidak melakukan kegiatan

latihan yang sama di luar latihan, sebab dapat mempengaruhi hasil penelitian.

3.8.7 Faktor alat

Dalam penelitian ini menggunakan alat bantu yang dapat menentukan

keberhasilan latihan. Kondisi alat yang kurang baik atau kurang layak akan

mempengaruhi latihan. Maka untuk menutup kekuranglayakan alat dalam

penelitian, peneliti melakukan :

1. Pada latihan lompat dengan rintangan untuk mendapatkan ketinggian

lompatan yang apabila bilah rintangan jatuh maka segera dipasangkan kembali

dan apabila bilah melengkung maka diganti dengan bilah yang lurus, sehingga

ketinggian rintangan yang dikehendaki dapat tercapai.

2. Pada latihan lompat meraih sasaran di atas, bola digantung dengan tali dan

ketinggiannya diukur dengan papan ukur dan apabila waktu digunakan bola

bergoyang atau bola berputar maka bola segera ditenangkan atau dibenahi

seperti posisi semula sehingga tidak merubah ketinggian bola saat digantung.

3.8.8 Faktor peneliti

Kemampuan peneliti dalam memberikan materi latihan dapat mempengaruhi

hasil latihan, maka berusaha semaksimal mungkin untuk tetap konsisten pada

program latihan dan persiapan latiahan yang tidak ditetapkan dan direncanakan.
xliv

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Untuk mencari hasil perbedaan latihan lompat dengan rintangan dan lompat

meraih sasaran di atas dapat dilihat pada hasil analisis t-test seperti tercantum

pada Tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Rangkuman Hasil Perhitungan Statistik

Kelompok Mean t-hitung t-tabel Keterangan


Eksperimen 1 318,67
2,462 2,201 Signifikan
Eksperimen 2 308,17

Dari hasil perhitungan statistik diperoleh nilai t-hitung 2,462 kemudian t-tabel

dengan db 11 dan taraf signifikan 5% diperoleh hasil 2,201, dengan demikian t-

hitung lebih besar dari pada t-tabel yaitu 2,462 > 2,201, maka hipotesis dalam

penelitian ini yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara latihan lompat

dengan rintangan dan lompat meraih sasaran di atas terhadap kemampuan lompat

jauh pada siswa putra kelas V SD Negeri Sidomulyo 04 Ungaran diterima.

Dari hasil analisis data ditemukan adanya perbedaan yang signifikan, maka

dilakukan uji lanjut untuk mengetahui metode latihan mana yang lebih baik

pengaruhnya antara latihan lompat dengan rintangan dan lompat meraih sasaran di

atas terhadap kemampuan lompat jauh dilakukan uji perbandingan mean.

Diketahui mean kelompok eksperimen 1 = 318,67 dan mean kelompok

eksperimen 2 = 308,17, berarti MXe1 > MXe2, maka latihan lompat dengan
xlv

rintangan lebih baik pengaruhnya dari pada latihan lompat dengan meraih sasaran

di atas pada siswa kelas V SD Negeri Sidomulyo 04 Ungaran Tahun Pelajaran

2004/2005.

4.2. Pembahasan

Hasil penelitian antara latihan lompat dengan rintangan dan latihan lompat

meraih sasaran diatas terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok

menunjukkan adanmya pengaruh yang berarti. Ternyata meskipun menurut teori

masing-masing mempunyai kelebihan, secara analisis gerakan kedua bentuk

latihan dalam penelitian ini adalah ketinggian lompatan yang dihasilkan pada

latihan lompat dengan rintangan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan latihan

lompat meraih sasaran diatas perbedaan hasil latihan ini terutama pada lompatan

yang melambung sehingga jarak yang dihasilkan lebih baik.

Hasil perbandingan antara latihan lompat dengan rintangan dan latihan

lompat meraih sasaran diatas terhadap kemampuan daya ledak otot tungkai yang

digunakan untuk melakukan tolakan lompat jauh menunjukkan sama-sama

menghasilkan lompatan yang tinggi, akan tetapi pada latihan lompat dengan

rintangan, lompatan yang dihasilkan melambung tinggi dan dilakukan dengan

cepat sehingga hasil lompatannya lebih jauh, sedangkan pada lompat meraih

sasaran diatas lompatan yang dihasilkan kurang melambung tinggi dan dilakukan

lebih lambat sehingga jarak yang dihasilkan kurang jauh.

Pada latihan lompat dengan rintangan punya satu kelebihan yaitu adanya

irama gerakan melambung tinggi keatas. Gerakan pada waktu melayang

dipengaruhi oleh suatu kekuatan tarikan yang disebut daya tarik bumi
xlvi

(Aip Syarifuddin : 1992). Daya tarik bumi tersebut bertitik tolak pada suatu titik

yang disebut titik berat badan. Titik berat badan letaknya kira-kira pada pinggang

sedikit dibawah pusar. Hal ini sesuai dengan gerakan melayang pada latihan

lompat dengan rintangan. Sehingga pada latihan ini dapat membentuk gerakan

cukup efektif dan efisien didalam hal pemakaian ruang gerak, waktu dan tenaga

yang dihasilkan serta perbaikan kemampuan gerakan pada lompat jauh gaya

jongkok. Sedangkan latihan melompat meraih sasaran diatas irama gerakan

tercurahkan pada konsentrasi gerakan meraih sasaran, sehingga gerakan yang

dihasilkan berupa lompatan keatas saja (vertikal) tanpa ada dorongan usaha

melompat kedepan sejauh-jauhnya, sehingga hasil lompatan kurang maksimal.

Pemberian latihan selama 16 kali pertemuan berdasarkan hasil penelitian di atas

berarti hipotesis penelitian ini dapat diterima dan terbukti kebenarannya. Dengan

demikian apa yang telah dilakukan dalam penelitian ini mulai dari penelitian

populasi, pengambilan sampel, variabel, tes awal, program latihan, tes akhir dan

metodologi penelitian sudah benar dan terbukti.


xlvii

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa :

1. Ada perbedaan pengaruh antara latihan melompati rintangan dan meraih

sasaran di atas terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa kelas V SD

Negeri Sidomulyo 04 Ungaran Tahun Pelajaran 2004/2005.

2. Latihan lompat dengan rintangan lebih baik pengaruhnya dari pada latihan

lompat meraih sasaran di atas terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa

putra kelas V SD Negeri Sidomulyo 04 Ungaran Tahun Pelajaran 2004/2005.

5.2. Saran

Berdasarkan pada hasil akhir dari penelitian ini maka dapat diberikan saran

sebagai berikut :

1. Bagi Guru Penjaskes dan pelatih untuk memperoleh hasil yang lebih baik

dalam latihan daya ledak otot tungkai disarankan menggunakan bentuk latihan

lompat dengan rintangan, karena sudah diuji bahwa latihan lompat dengan

rintangan mempunyai pengaruh lebih baik dari pada latihan lompat meraih

sasaran di atas terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

2. Untuk Peneliti yang berminat dapat meneliti ulang dan hasil penelitian bisa

digunakan sebagai pembanding.


xlviii

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta : Depdikbud.

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.


Jakarta : Depdikbud.

Bernhard, G. 1993. Atletik Prinsip Dasar Latihan Loncat Tinggi, Jauh, Jangkit
dan Loncat Galah. Terjemahan dari String Trainning voor. Djeugd.
Semarang : Dahara Prize.

Carr, Gerry. 2000. Atletik (Edisi Terjemahan). Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

Depdikbud. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi SD dan MI. Jakarta:


Dharma Bhakti.

--------------. 1997. Kondisi Fisik Anak-anak Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud.

Depdiknas. 2000. Pedoman dan Modal Pelatihan Kesehatan Olah Raga Bagi
Pelatih Olahragawan Pelajar. Jakarta.

Engkos, Kosasih. 1985. Olahraga Tehnik dan Program Latihan. Jakarta.


Akademika Pressindo.

Harsono. 1982. Ilmu Coaching. Jakarta: KONI Pusat.

J. Matakupan. 1996. Teori Bermain. Jakarta: Depdikbud

KONI. 2000. Panduan Kepelatihan. Jakarta: KONI.

M. Sajoto. 1988. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam


Olahraga. Semarang : Dahara Prize.

Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta:


Depdiknas.

Poerwodarminto. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud.

Rubianto Hadi. 2003. Ilmu Kepelatihan Dasar. Semarang : FIK UNNES.

Soedarminto dan Soeparman. 1993. Materi Pokok Kinesiologi. Jakarta.

Sugito dkk. 1994. Pendidikan Atletik. Jakarta : Depdikbud.


xlix

Suharno. HP. 1986. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta: FPOK IKIP


Yogyakarta.

Suharsimi, A. 1998. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Sutrisno Hadi. 2000. Statistik II. Yogyakarta : Andi.

---------------. 1973. Metodologi Research. Yogyakarta : UGM.

Tamsir Riyadi. 1985. Petunjuk Atletik. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta

Tohar. 2004. Ilmu Kepelatihan Lanjut. Semarang: FIK UNNES

Yusuf, Adisasmita. 1992. Olahraga Pilihan Atletik. Jakarta : Dekdikbud.


l

INSTRUMEN TES LOMPAT JAUH

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lompat jauh, sesuai

dengan petunjuk PASI. Tujuan tes lompat jauh ini untuk mengetahui hasil

lompatan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan pada saat pelaksanaan tes lompat jauh

adalah sebagai berikut:

a. Alat dan Perlengkapan:

1. Lapangan lompat jauh

2. Rol meter

3. Bendera kecil

4. Cangkul

5. Alat tulis

b. Petugas:

Dalam penelitian ini dibantu oleh 5 orang yang sebelumnya telah diberi

penjelasan tentang jalannya penelitian baik dalam pelaksanaan tes maupun dalam

latihan. Kelima orang tersebut bertugas sebagai pemanggil sampel, pengukur hasil

lompatan, pencatat hasil lompatan dan pengambil gambar. Adapun petugasnya

sebagai berikut:

1. Sri Wulan Oktina Hartati (Mahasiswa Transfer PKLO UNNES)

2. Jumiyatun (Guru SD Kalisidi 03)

3. Ahmadi (Guru SD Bandarjo 02)

4. Supardi (Guru SD Ungaran 03)

5. Hadi Astuti (Guru SD Ungaran 02 )


li

c. Pelaksanaan Tes:

1. Siswa dipersiapkan terlebih dahulu pada daerah lintasan awalan

2. Siswa dipanggil sesuai dengan nomor urut.

3. Tiap peserta diberi kesempatan tiga kali melompat secara bergiliran

4. Pengukuran dimulai dari bekas pendaratan yang terdekat dengan balok

tumpuan.

5. Hasil tiap lompatan yang sah diukur oleh petugas

6. Hasil akhir diambil dari lompatan yang terjauh.


lii

PROGRAM LATIHAN DAN TES


LOMPAT JAUH SISWA PUTRA KELAS V
SD NEGERI KALISIDI 03 KECAMATAN UNGARAN

Kelompok Eksperimen 1 : Latihan dengan Rintangan


Kelompok Eksperimen 2 : Latihan Meraih Sasaran Di atas
Frekuensi Latihan : 3 x 1 Minggu (Selasa, Kamis & Sabtu)
Pkl. 15.00 – 16.30 WIB
Jumlah Pertemuan : 18 Pertemuan
(Termasuk Pre-Test dan Post-Test)

Cara melakukan:
1. Latihan Lompat dengan Rintangan
Berdiri tegak kira – kira 3 m di depan rintangan pertama, dilanjutkan
ancang-ancang 3 langkah menolak dengan kaki satu sebagai kaki tumpu,
melompati rintangan pertama kemudian langsung melompat ke rintangan ke dua
dan seterusnya sampai pada rintangan ke lima. Gerakan dilakukan terus
berkesinambungan antar rintangan dengan memperhatikan ancang-ancang 3
langkah. Jarak kaki tolak dengan rintangan 1 meter dengan ditandai garis batas
tumpuan.

2. Latihan Lompat Meraih Sasaran Di atas


Berdiri tegak jarak kira-kira 3 m di depan sasaran di atas, selanjutnya
ancang-ancang 3 langkah kemudian melompat meraih sasaran di atas dengan
bertumpu pada satu kaki, begitu mendarat langsung ancang-ancang dan
melompati lagi dan seterusnya yang dilakukan sebanyak 5 kali secara
berkesinambungan. Jarak tumpuan dengan garis vertical bola digantung 1 meter
yang ditandai garis batas tumpuan setiap sasaran benda yang digantung di atas.
liii

No Perte- Mgg Kegiatan Alokasi Ket.


muan Eksperimen 1 Eksperimen 2 Waktu
1 1 I A. Pendahuluan A. Pendahuluan 5’
- Penjelasan tentang - Penjelasan tentang
penelitian lompat penelitian lompat jauh
jauh - Penjelasan Pre-test
- Penjelasan Pre-test - Pemanasan 15’
- Pemanasan : 1. Jogging
1. Jogging 2. Senam penguluran,
2. Senam peng - penguatan dan pe-
uluran, penguatan lepasan
dan pelepasan B. Latihan Inti
B. Latihan Inti - Melakukan lompat 40’
- Melakukan lompat jauh
jauh C. Penenangan
C. Penenangan - Strecthing statis 15’ Pre-test
- Strecthing statis - Penjelasan tentang pe-
nelitian, dibubarkan
- Penjelasan tentang
penelitian, dibubar -
kan

2 2,3,4 I A. Pendahuluan A. Pendahuluan 15’


- Pemanasan - Pemanasan
ABC running ABC running
- Senam penguluran,
- Senam penguluran, penguatan dan pe-
penguatan dan pe- lepasan
B. Latihan Inti 30’
lepasan - Latihan lompat
B. Latihan Inti meraih sasaran di
- Latihan melompati
rintangan (tingginya atas (175 m) selama
30 cm) dengan mungkin memegang
memperhatikan
ancang-ancang 3 teguh sikap tubuh
langkah , jarak kaki
tolak dengan bagian atas tegak,
rintangan 1 m penentu arah selalu
dengan ditandai
garis batas tumpuan diambil dari tempat
1. Repetisi : 5x
lompatan
pendaratan
liv

2. Set : 3 set 20’ Test


3. Istirahat : 2 parameter
menit 1. Repetisi : 5x 10’ pada pert
tiap set lompatan 4
- Latihan lompat jauh 2. Set : 3 set
C. Penenangan 3. Istirahat : 2
- Strecthing statis menit
tiap set
- Latihan lompat jauh
C. Penenangan
- Strecthing statis

3 5,6,7 II A. Pendahuluan A. Pendahuluan 15’


- Pemanasan - Pemanasan
ABC Running ABC Running
- Senam penguluran, - Senam penguluran,
penguatan dan pe- penguatan dan pe-
lepasan lepasan 40’

B Latihan inti B. Latihan Inti


Latihan melompati - Latihan lompat
rintangan (tingginya
35 cm) dengan meraih sasaran di
memperhatikan atas (180 m) selama
ancang-ancang 3
langkah , jarak kaki mungkin memegang
tolak dengan
rintangan 1 m teguh sikap tubuh
dengan ditandai bagian atas tegak,
garis batas tumpuan
1. Repetisi : 5x penentu arah selalu
lompatan Test
2. Set : 3 set
diambil dari tempat 20’ parameter
3. Istirahat : 2 menit pendaratan 10’ pada pert
tiap set 7
- latihan lompat jauh
4. 8,9,10 III C. Penenangan 15’
- Strecthing statis 1. Repetisi : 5x
lompatan
lv

A. Pendahuluan 2. Set : 3 set


- Pemanasan 3. Istirahat : 2 menit
ABC Running tiap set
- latihan lompat jauh 45’
- Senam penguluran, C. Penenangan
penguatan dan pe- - Strecthing statis

lepasan A. Pendahuluan
- Pemanasan
B. Latihan Inti
ABC Running
- Latihan melompati
rintangan (tingginya - Senam penguluran,
40 cm) dengan
memperhatikan penguatan dan pe-
ancang-ancang 3 lepasan
langkah , jarak kaki
tolak dengan B. Latihan Inti
rintangan 1 m - Latihan lompat
dengan ditandai
garis batas tumpuan meraih sasaran di
20’ Test
1. Repetisi : 5x atas (180 m) selama parameter
lompatan 10’ pada pert
2. Set : 3 set mungkin memegang 10
3. Istirahat : 2 menit
tiap set
teguh sikap tubuh
5. 11,12,13 IV 15’
- latihan lompat jauh bagian atas tegak,
C. Penenangan
- Strecthing statis penentu arah selalu
diambil dari tempat
A. Pendahuluan pendaratan
- Pemanasan
ABC Running 50’
- Senam penguluran,
penguatan dan pe- 1. Repetisi :5x
lompatan
lepasan 2. Set : 3 set
3. Istirahat : 2 menit
tiap set
B. Latihan Inti -latihan lompat jauh
- Latihan melompati C. Penenangan
rintangan (tingginya - Strecthing statis
45 cm) dengan
memperhatikan
ancang-ancang 3 A. Pendahuluan
langkah , jarak kaki - Pemanasan
tolak dengan ABC Running Test
rintangan 1 m - Senam penguluran, 20’ parameter
dengan ditandai 15’ pada pert
lvi

garis batas tumpuan penguatan dan pe- 13


1. Repetisi : 5x
6. 14,15,16 V lompatan lepasan 15’
2. Set : 3 set
3. Istirahat : 2 menit
tiap set
- latihan lompat jauh
B. Latihan Inti
C. Penenangan
- Strecthing statis - Latihan lompat 55’
meraih sasaran di
A. Pendahuluan atas (190 m) selama
- Pemanasan mungkin memegang
ABC Running teguh sikap tubuh
bagian atas tegak,
- Senam penguluran, penentu arah selalu
penguatan dan pe- diambil dari tempat
pendaratan
lepasan 1. Repetisi : 5x
B. Latihan Inti lompatan
- Latihan melompati 2. Set : 3 set
rintangan (tingginya 3. Istirahat : 2 menit
45 cm) dengan tiap set
memperhatikan - Latihan lompat jauh
C. Penenangan 20’
ancang-ancang 3
langkah , jarak kaki - Strecthing statis
15’
tolak dengan
rintangan 1 m A. Pendahuluan
dengan ditandai - Pemanasan
7. 17 VI ABC Running 15’
garis batas tumpuan
1. Repetisi : 5x - Senam penguluran,
lompatan
2. Set : 3 set penguatan dan pe-
3. Istirahat : 2 menit
tiap set lepasan
- latihan lompat jauh B. Latihan Inti
C. Penenangan - Latihan lompat 60’
- Strecthing statis
meraih sasaran di
A. Pendahuluan
atas (195 m) selama
- Pemanasan mungkin memegang
ABC Running teguh sikap tubuh
bagian atas tegak,
- Senam penguluran, penentu arah selalu
penguatan dan pe- diambil dari tempat
pendaratan
lepasan 1. Repetisi : 5x
lompatan
2. Set : 3 set
B. Latihan Inti 3. Istirahat : 2 menit
tiap set
lvii

- Latihan melompati -latihan lompat jauh


rintangan (tingginya C. Penenangan
45 cm) dengan - Strecthing statis 20’ Pos-test
memperhatikan 10’
ancang-ancang 3 A. Pendahuluan
langkah , jarak kaki - Pemanasan
tolak dengan ABC Running
8. 18 VI rintangan 1 m 5’
dengan ditandai - Senam penguluran,
garis batas tumpuan penguatan dan pe-
1. Repetisi : 5x
lompatan lepasan
2. Set : 3 set
3. Istirahat : 2 menit
tiap set
-latihan lompat jauh
C. Penenangan B. Latihan Inti
- Strecthing statis - Latihan lompat
meraih sasaran di
atas (195 m) selama 40’
A. Pendahuluan mungkin memegang
- Penjelasan tentang teguh sikap tubuh
penelitian lompat bagian atas tegak, 15’
jauh penentu arah selalu
- Penjelasan post test diambil dari tempat
- pemanasan
1. Jogging
pendaratan
1. Repetisi : 5x
2. Senam peng-
lompatan
uluran, peng-
2. Set : 4 set
uatan dan pe-
3. Istirahat : 2 menit
lepasan
tiap set
-latihan lompat jauh
B. Latihan Inti
C. Penenangan
- Melakukan lompat
- Strecthing statis
jauh
C. Penenangan :
- Strecthing statis
A. Pendahuluan
- Penjelasan tentang
- Penjelasan tentang
penelitian
penelitian lompat jauh
dibubarkan
- Penjelasan post test
- Pemanasan

1. Jogging
2. Senam penguluran,
penguatan dan pe-
lepasan

B. Latihan Inti
- Melakukan lompat
lviii

jauh
C. Penenangan :
- Strecthing statis
- Penjelasan tentang
penelitian dibubarkan

You might also like