You are on page 1of 62

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN

PADA KANTOR PERTANAHAN DI KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Manajemen


Pertanahan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh
Nama : Sunarto
NIM : 3451302528

FAKULTAS ILMU SOSIAL


JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
2005
PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN
PADA KANTOR PERTANAHAN DI KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Manajemen Pertanahan


pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Nama : Sunarto
NIM : 3451302528

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing

Dra. Surati
NIP. 130 324 049

Mengetahui
Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

Drs. Eko Handoyo


NIP. 131 764 048

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Tanggal :

Yang mengajukan judul

Sunarto
NIM. 3451302528

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing

Dra. Surati
NIP. 130 324 049

Mengetahui
Ketua Jurusan Hukum Dan Kewarganegaraan

Drs. Eko Handoyo


NIP.131 764 048

iii
SARI

Sunarto, 2005, “Pelaksanaan Pendaftaran Hak Tanggungan


Di Kantor Pertanahan Kota Semarang “, Prodi Manajemen Pertanahan,
Jurusan Hukum Dan Kewarganegaan , Fakultas Ilmu Sosial, Unnes, 67
halaman
Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional
merupakan suatu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil
dan makmur dalam rangka keseimbangan pembagunan perlu adanya dana
yang besar sebagian di peroleh dari perkreditan
Permasalahan yang di teliti adalah bagaimana pelaksanaan
Pendaftaran Hak Tanggungan Di Kantor Pertanahan Kota Semarang,
Hambatan yang di hadapi dalam Pelaksanaan Pendaftaran Hak
Tanggungan Di Kantor Pertanahan Kota Semarang
Metode yang digunakan metode pengumpulan data untuk
menggumpulkan data primer yaitu wawancara, dokumentasi, studi
kepustakaan.
Hasil penelitian adalah proses terjadinya hak tanggungan melalui
dua tahap yaitu pemberiaan haak tanggungan yang dilakukan PPAT
dengan pembuatan akta pemberian hak tanggungan, Tahap kedua yaitu
pendaftaran hak tanggungan dikantor pertanahan.
Kesimpulan fungsi dari pada jaminan adalah sebgai dasar
terciptanya keamanan modal dan kepastian hukum bagi si pemberi modal,
ada pun tujuan dari hak tanggungan memberi jaminan kepada seseorang
yang berpiutang uang bahwa uang jaminan itu betul-betul akan dibayar .
Saran hendaknya para pihak khususnya pemerintah memberi jalan
keluar terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi didalam pembuatan akta
seperti : masalah tanah yang belum di bukukan.

ii
iii
PENGESAHAN KELULUSAN

Telah diuji dan disahkan oleh panitia ujian akhir Jurusan Hukum

dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial UNNES pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Tugas Akhir

Ketua Anggota I

Dra. Surati Drs. Slamet Sumarto, M.Pd


NIP. 130 324 049 NIP. 131 570 070

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Sunardi, MM
NIP. 130 367 998

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

¾ Jika kamu berbuat baik maka kebaikan itu untuk dirimu sendiri dan

jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu akibat dirimu sendiri.

(Q.S. Surat Al-Isra’ Ayat 7)

Kupersembahkan Tugas Akhir ini Untuk :

¾ Bapak (alm) dan Ibu yang telah

menjadikanku orang berguna untuk diriku

dan masa depanku

¾ Keluargaku

¾ Kakak-kakakku

¾ Sayangku (Metta) yang selalu mendoakanku

¾ Agus, Devi, Kenther, Alfa, Indra, Prima,

Hari, Dwi, Tempe, Erwin.

¾ Teman-teman angkatan 2002

¾ Almamaterku

¾ Dan semua yang tak bisa aku sebutkan

¾ Terima kasih atas semua yang kalian

berikan semoga Allah SWT membalas

kebaikan kalian semua. Amin

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirahim Puji Syukur Alhamdulillah Penulis

Panjatkan Kehadirat Allah S.W.T yaang telah memberikan rahmat,

kekuatan, dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam

memperoleh gelar ahli madya Manajemen Pertanahan pada UNNES.

penulis menyadari dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak dan untuk itu penulis menyampaikan ucapan

terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Drs.A.T. Suegito SH.MM, Rektor UNNES yang telah memberi

kesempatan penulis untuk belajar di Unnes.

2. Drs.Sunardi MM, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Unnes.

3. Drs.Eko Handoyo,Msi Ketua Jurusan Hukun dan Kewarganegaraan

4. Drs. Rustopo SH,M.Hum Ketua Program Studi D III Manejemen

Pertanahan Fakultas Ilmu Sosial Unnes.

5. Dra.Surati Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan

dalam penulisan Tugas Akhir.

6. Yahman ,SH Kepala Kantor Pertanahan Kota Semarang

7. Karwinto ,SH kepala Sub bagian Tata Usaha beserta Staf yang telah

memberikan bantuan kepada penulis dengan pinjaman buku.

vi
8. Teman-teman Mahasiswa angkatan 2002 Manajemen Pertanahan D III

selama ini bersama-sama menjalani kuliah dengan penuh semangat dan

saling membantu.

9. Keluarga tercinta atas doa ,kesabaran dan dukungannya.

10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini yang tak dapat disebut satu persatu.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

SARI ............................................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ............................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI................................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ........................................................... 6

1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ...................................... 6

A. Tujuan Penelitian ......................................................... 6

B. Kegunaan Penelitian .................................................... 7

1.4. Sistematika Penulisan ....................................................... 8

BAB II PENELAAHAN KEPUSTAKAAN

2.1. Pengertian Tanah Menurut UUPA..................................... 9

2.2. Tanah Sebagai Jaminan Hutang......................................... 11

2.3. Dasar Hukum Hak Tanggungan Atas Tanah ................... 16

viii
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian ............................................................... 18

3.2. Fokus Penelitian................................................................. 18

3.3. Sumber Data .................................................................... 19

3.4. Metode Pengumpulan Data................................................ 19

3.5. Teknik Analisis Data ......................................................... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian .................................................................. 24

4.1.1. Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kota

Semarang ............................................................... 24

4.1.2. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota

Semarang ............................................................... 27

4.1.3. Fungsi Kantor Pertanahan...................................... 33

4.2. Pembahasan ...................................................................... 33

4.2.1. Pendaftaran Hak Tanggungan Di Kantor

Pertanahan Kota Semarang .................................... 33

1. Obyek hak atas tanah yang dapat dibebani hak

tanggungan....................................................... 34

2. Proses pembebanan hak tanggungan .............. 36

3. Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan 41

4.2.2. Kegiatan Pendaftaran Hak Tanggungan Di Kantor

Pertanahan Kota Semarang .................................... 42

ix
4.2.3. Ciri-ciri dan Sifat-sifat Hak Tanggungan .............. 44

4.2.4. Masalah-masalah / Hambatan yang di Hadapi

Dalam Praktek........................................................ 46

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ....................................................................... 49

5.2. Saran-saran......................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data Pemohon konversi / Pengakuan Hak.............................................. 58

2. Surat pernyataan Diri ............................................................................. 59

3. Berita Acara Kesaksian........................................................................... 60

4. Kutipan Daftar Buku C ........................................................................... 61

5. Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah ( Sporadik )............. 62

6. Daftar Permohonan Pekerjaan Tanah ( Sporadik ) ............................... 63

7. Salinan Buku Tanah Hak Tanggungan .................................................. 64

8. Sertipikat Hak Tanggungan ................................................................... 65

9. Akta Pemberian Hak Tanggungan .......................................................... 66

10. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan........................................ 67

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari Pembangunan

Nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka memelihara

keseimbangan pembangunan tersebut yang para pelakunya meliputi

baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang perseorangan dan

Badan Hukum sangat diperlukan dana dalam jumlah besar. Dengan

meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat juga keperluan

akan tersedianya dana yang sebagian besar diperoleh melalui

kegiatan perkreditan.

Mengingat pentingnya kedudukan dana perkreditan tersebut

dalam proses pembangunan sudah semestinya jika pemberi dan

penerima kredit serta pihak yang lain terkait mendapat perlindungan

melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan yang dapat pula

memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Pemberian kredit pada hakekatnya adalah suatu kepercayaan

dari si pemberi kredit terhadap si penerima kredit, namun tidaklah

disangkal bahwa kepercayaan itu tidak mungkin semata-mata

1
2

didasarkan atas perasaan karena kedudukan seorang Debitur di dalam

masyarakat ataupun begitu saja diberikan dengan alasan sudah lama

dikenal baik berdasar kebiasaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan jaminan suatu kredit,

baik berupa jaminan perorangan ataupun jaminan kebendaan serta

adanya angka-angka positif, haruslah merupakan faktor-faktor dalam

hal-hal yang tidak diinginkan. Apabila kita simak bersama maka

jaminan yang baik adalah :

1. Jaminan dapat segera mudah dan cepat membantu mendapatkan

kredit oleh yang memerlukan kredit.

2. Jaminan tidak mengurangi atau melemahkan perbuatan si pencari

kredit dalam melaksanakan tujuannya.

3. Jaminan dapat memberikan kepastian kepada si pemberi kredit,

dalam arti bahwa barang jaminan tersebut setiap waktu tersedia

untuk di eksekusi, bilamana perlu dapat segera di uangkan dengan

cepat dapat dipakai melunasi hutang si pemberi kredit.

Demikianlah apa yang penulis utarakan di atas dapat

merupakan prinsip-prinsip atau hal-hal yang harus diketahui oleh

semua pihak yang terlihat dalam suatu pemberian jaminan kredit.

Dari uraian diatas maka di tarik kesimpulan bahwa jaminan yang

paling utama di tuntut oleh kreditur yaitu jaminan terhadap benda-

benda tetapi khususnya tanah.


3

Di dalam setiap kredit selalu diperlukan jaminan atau

tanggungan. Adapun jaminan yang dapat diberikan berbentuk benda

tidak bergerak (tetap), misalnya tanah, rumah, dan pekarangan,

sawah, ladang, tambak dan lain sebagainya. Sebetulnya yang

dijadikan jaminan disisni adalah hak atas tanah tersebut diatas.

Berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5

tahun 1960 dijadikan jaminan hutang dengan di bebani Hak

Tanggungan adalah :

1. Hak Milik

2. Hak Guna Usaha

3. Hak Guna Bangunan.

Adapun fungsi daripada jaminan tersebut adalah demi

keamanan modal yang diberikan oleh kreditur kepada debitur (si

pemberi modal). Hal ini memang sudah sewajarnyalah hak-hak dari

kreditur harus dilindungi dan disinilah letak arti penting lembaga

jaminan.

Kebijakan yang longgar dalam perkreditan juga sangat

diperlukan demi perlindungan terhadap pihak ekonomi lemah yaitu

para petani kecil, pedagang kecil, para pegawai kecil. Mereka semua

itu memerlukan kredit untuk mengembangkan usahanya disamping

kurang mampunya untuk memberikan jaminan yang memadai untuk

jaminan bagi kredit yang diperlukan.


4

Dalam rangka memperhatikan lembaga jaminan yang

demikian, bentuk-bentuk lembaga jaminan yang tumbuh dengan

suburnya dalam praktek perlu mendapat pengaturan dengan segera.

Hal ini sangat dirasakan sangat perlu karena beberapa masalah atau

persoalan yang menurut pengamatan penulis banyak sekali hal-hal

yang terjadi di dalam praktek tidak sejalan dengan peraturan yang

ada, misalnya saja para pengusaha pada khususnya serta masyarakat

pada umumnya belum dapat memanfaatkan fasilitas yang diberikan

oleh pemerintah berupa pemberian kredit perbankkan, sehingga apa

yang terjadi kewajiban debitur untuk mengembalikan modal yang

diberikan dari kreditur tidak berjalan lancar sebagaimana mestinya

ini jelas merupakan faktor penghambat jalannya perekonomian suatu

negara.

Kemudian problem yang lain adalah bahwa pengusaha atau

masyarakat belum mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan

pemberian kredit dengan jaminan atau tanggungan.

Dengan melihat kenyataan diatas maka sangatlah perlu sekali

pemerintah memberikan bimbingan berupa penyuluhan-penyuluhan

kepada para pengusaha maupun masyarakat yang mempunyai

kepentingan dengan masalah tersebut. Di samping itu pemerintah

dalam hal ini memberikan pengawasan yang tepat dan cepat sehingga

kredit perbankkan yang diberikan tersebut dapat berperan


5

sebagaimana diharapkan., sehingga kemungkinan kebocoran-

kebocoran dapat dihindari sedini mungkin.

Adapun proses pembebanan Hak Tanggungan menurut

Undang-Undang Hak Tanggungan adalah melalalui dua tahap:

1. Tahap pemberian Hak Tanggungan dengan pembuatan AKTA

pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT sebelumnya telah dibuat

perjanjian hutang piutang yang menjadi dasar dari Hak

Tanggungan ini (Pasal 8 ayat 1).

2. Tahap pendaftaran oleh kantor Pertanahan,pendaftaran ini adalah

penting karena membuktikan saat lahirnya Hak Tanggungan yang

dibebankan.

Bahwa untuk memperoleh kepastian mengenai saat

pendaftaran maka ditentukan bahwa tanggal hari ketujuh setelah

penerimaan surat-surat yang diperlukan untuk pendaftaran tersebut

secara lengkap oleh Kantor Pertanahan. Apabila hari ketujuh jatuh

pada hari libur,maka dihitung hari kerja berikutnya.

Dalam penulisan ini, Pendaftaran Hak Tanggungan adalah

Badan Pertanahan Nasional yang Kewenangannya dilimpahkan oleh

Kanwil BPN dan didaftar pada Kantor Pertanahan Kota Semarang.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul tugas Akhir

tentang: “PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK

TANGGUNGAN PADA KANTOR PERTANAHAN DI KOTA

SEMARANG”.
6

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan Ruang lingkup di atas maka perumusan masalah

yang diambil adalah :

1. Bagaimana Pelaksanaan Pendaftaran Hak Tanggungan di Kantor

Pertanahan Kota Semarang ?

2. Hambatan apa yang dihadapi dalam praktek Pelaksanaan

Pendaftaran Hak Tanggungan di Kantor Pertanahan Kota

Semarang ?

1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

A. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Pendaftaran Hak Tanggungan

di Kantor Pertanahan Kota Semarang.

2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang timbul dalam

praktek.

3. Agar masyarakat mengetahui arti penting Pelaksanaan

Pendaftaran hak Tanggungan di Kantor Pertanahan Kota

Semarang khususnya bagi seseorang kreditur dan debitur

dalam suatu utang piutang.


7

B. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Teoritis

Menambah pengetahuan dan wawasan serta untuk

menerangkan disiplin ilmu yang diperoleh dari Universitas,

khususnya dapat mengetahui Pelaksanaan Pendaftaran Hak

Tanggungan Pada Kantor Pertanahan di Kota Semarang.

2. Praktis

a. Bagi Masyarakat

Dengan adanya Tugas Akhir ini masyarakat diharapkan

lebih mengetahui tentang proses Pelaksanaan Pendaftaran

Hak Tanggungan di Kantor Pertanahan Kota Semarang

sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.

Agar Masyarakat mengetahui arti penting pelaksanaan

Pendaftaran Hak Tanggungan di Kantor Pertanahan Kota

Semarang khususnya bagi seorang kreditur dan debitur

dalam suatu utang piutang tertentu.

b. Bagi Kantor Pertanahan Kota Semarang

Agar lebih berhati-hati dalam melaksanakan Pelaksanaan

Pendaftaran Hak Tanggungan dan menambah referensi di

bidang Pertanahan khususnya dalam Pelaksanaan

Pendaftaran Hak Tanggungan.


8

1.4. Sistematika Penulisan

Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas dan kearah

serta lebih memudahkan dalam menangkap keseluruhan tugas akhir

ini maka penulis menggunakan sistematika tugas akhir sebagai

berikut :

BAB I : Pendahuluan

Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,

perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II : Tinjauan Pustaka / Kerangka Teoritik

BAB III : Metode Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang lokasi penelitian, fokus

penelitian, sumber pengumpulan data dan metode

pengumpulan data.

BAB IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Dalam bab ini menerangkan tentang uraian tata cara

pelaksanaan pendaftaran hak tanggungan pada Kantor

Pertanahan Kota Semarang dan analisis hasil pekerjaan

BAB V : Penutup

Penutup ini berisi tentang saran dan kesimpulan


BAB II

PENELAAHAN KEPUSTAKAAN

2.1. Pengertian Tanah Menurut UUPA

Di dalam Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) yang di

maksud dengan tanah ialah permukaan bumi, pasal 4 ayat 1:

“Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang


dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam
hak atas hak permukaan bumi yang disebut tanah yang
dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang alin serta
badan hukum”.

Penyebutan pasal diatas pelaksanaan lebih lanjut dari pada

apa yang telah ditentukan oleh pasal 2 yaitu tentang hak

menguasai dari Negara. Berdasarkan hak menguasai ini, maka

Negara dapat mengatur adanya bermacam-macam hak atas tanah

dan berbagai peraturan di bidang Agraria.

Segala sesuatu yang bersangkutan dengan bumi, air dan

ruang angkasa dapat diatur dan diselenggarakan oleh pemerintah

sebagai wakil dari Negara. Demikian juga dengan hak-hak dan

tindakan hak atas bumi, air dan ruang angkasa dapat diatur oleh

negara. Kekuasaan yang diberikan kepada Negara untuk

mengatur soal-soal yang berkenaan dengan Agraria, harus

dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang luhur yaitu

9
10

digunakan untuk mencapai kemakmuran rakyat yang sebesar-

besarnya didalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan

kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara Republik Indonesia

yang berdaulat adil dan makmur. Pemerintah sebagai wakil

Negara Republik Indonesia tidak perlu selamanya harus

menyelenggarakan hak menguasai dimaksud dalam pasal 2 UUPA

tapi dapat mendelegasikan kekuasaannya kepada Pemerintahan

yang lebih rendah (Pemerintah Daerah).

Pengertian tanah tidak termasuk isi bumi yang berupa

barang mineral. Tanah diartikan sebagai permukaan bumi namun

orang yang mempunyai hak atas tanah menurut pasal 4 ayat 2

yang berbunyi :

Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini


memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang
bersangkutan, dengan demikian bila tubuh bumi dan air
serta ruang angkasa yang ada diatasnya, sekedar diperlukan
untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan
penggunaan tanah itu, dalam batas-batas menurut undang-
undang ini dan peraturan hukum lain yang lebih tinggi.

Kita ketahui sejak jaman dulu kala sampai sekarang ini

tanah merupakan benda yang tidak bergerak, yang paling sering

dipersoalkan antara individu dengan badan hukum bahkan tidak

jarang antara Negara yang satu dengan Negara yang lain. Karena

sangat pekanya masalah-masalah yang ditimbulkan oleh tanah,

maka untuk itu penulis berpendapat memang sangat penting atau


11

suatu keharusan bagi suatu Negara/Pemerintah untuk menciptakan

peraturan-peraturan yang dituangkandalam bentuk undang-undang

mengenai masalah-masalah tanah tersebut.

Untuk Negara kita masalah tanah ini justru merupakan

permasalahan yang utama karena seperti kita ketahui Negara

Indonesia ini termasuk juga salah satu Negara yang sebagian

besar sumber penghidupan rakyatnya berasal dan bergantung dari

pengolahan tanah seperti halnya pertanian dan pertambangan.

Suatu Negara Agraria dimana mayoritas rakyatnya hidup

bercocok tanam, maka amat diharapkan pemikiran serta

pemecahan mengenai masalah tanah-tanahtersebut secara baik dan

adil.

Hal tersebut di atas dimaksudkan untuk dapat terwujudnya

keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia seperti apa yang tercantum

dalam sila ke 5 dari pancasila.

2.2. Tanah Sebagai Jaminan Hutang

Dalam alam pembangunan seperti yang dilaksanakan oleh

Indonesia dewasa ini, maka satu bagian yang tidak terpisahkan

adalah modal sebagai masalah satu pendukungnya. Seperti kita

ketahui bahwa faktor produksi adalah terdiri dari :

1. Modal

2. Alam
12

3. Tenaga kerja

4. Skill (tenaga ahli)

Alam dan tenaga kerja di Indonesia berlimpah, sedangkan

skill dan modal masih sangat kurang.

Sehubungan dengan ini bagi penulis akan mengupas

hubungan modal dengan jaminan, khususnya hak tanggungan atas

tanah. Kebutuhan akan modal tampak semakin besar, dengan

demikian makin stabilnya perekonomian dan dan makin majunya

perdagangan serta industri sudah tentu dalam suatu pemberian

kredit tidak begitu saja akan diperoleh, akan tetapi harus ada

jaminan dan ini sangat penting.

Suatu jaminan yang ditentukan terlebih dahulu guna

memperoleh suatu kredit, merupakan syarat mutlak bagi

kelancaran pengembalian hutang, bilamana suatu pemberian

kredit yang dimaksud mengalami suatu kemacetan.

Dari si pemberi kredit, dalam hal ini fihak bank, adalah

amat penting artinya untuk mengetahui jaminan manakah yang

paling aman, cara-cara yang bagaimana mengadakan suatu

perjanjian tentang jaminan yang mantap apabila dikemudian hari

tidak. Jalan lain untuk memperoleh kembali uangnya. Sedangkan

dari si penerima kredit juga harus mengetahui macam jaminan

yang dapat dipergunakan untuk memperoleh suatu kredit serta

akibat-akibat yang mungkin timbul terhadap jaminan tersebut.


13

Pada umumnya kreditur akan merasa aman apabila tanah

yang dijadikan jaminan hutang, hal ini karena tanah tidak sudah

musnah atau hilang and lain-lain.

Suatu lembaga jaminan yang mengurusi masalah hutang

piutang tidak hanya akan melindungi pihak kreditur dan debitur

saja akan tetapi harus memperhatikan juga kepentingan fihak

ketiga terhadap akibat yang sangat merugikan kepentingannya.

Hukum memberikan perlindungan bagi kreditur dalam

Pasal 1131 KUH Perdata yang memuat ketentuan bahwa :

Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang


tak bergerak baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada
dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perkatannya
perseorangan.

Akan tetapi pasal ini tidak merupakan perlindungan

sepenuhnya bagi seorang kreditur, oleh karena bisa ada kreditur

lain yang membutuhkan tanah tersebut dengan jaminan menurut

Pasal 1132 KUH Perdata yaitu dalam pelunasan hutangnya dibagi

secara berimbang dengan piutang masing-masing.

Atas pertimbangan ini, maka seringkali seseorang minta

diberikan jaminan secara khusus dan jaminan ini dapat pula

berupa jaminan perorangan. Namun penulis hanya akan

membahas jaminan kebendaan saja.

Jaminan kebendaan dapat diadakan antara kreditur dengan

fihak kedua yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si


14

debitur. Pemberian kaminan kebendaan akan selalu berupa

pemisahan suatu bagian kekayaan seseorang si pemberi jaminan,

dan menyediakannya untuk pemenuhan kewajiban si debitur.

Kekayaan tersebut dapat berupa kekayaan si debitur sendiri atau

kekayaan fihak ketiga.

Pemisahan atau penyediaan secara khusus ini

diperuntukkan bagi keuntungan/keamanan si kreditur yang

memintanya, karena bilamana tidak ada tindakan yang demikian

itu, bagian kekayaan tadi, seperti halnya dengan seluruh kekayaan

si debitur merupakan jaminan guna pembayaran semua hutang si

debitur. Dengan demikian akan pemberian jaminan kebendaan

kepada seseorang kreditur tertentu, memberikan kepada seseorang

kreditur tersebut suatu kedudukan istimewa terhadap para kreditur

lainnya.

Apabila debitur memberikan suatu barang sebagai jaminan

berarti melepaskan sebagian kekuasaan barang tersebut. Pada

dasarnya yang harus dilepaskan itu adalah kekuasaan untuk

memindahkan hak milik atas barang tersebut dengan cara apapun

juga, seperti menjual, menukar, menghibahkan dan sebagainya.

Untuk barang-barang bergerak cara yang paling afektif

guna mengurangi barang-barang tersebut dipindahkan hak

miliknya oleh si debitur, adalah dengan cara menarik barang itu

dari kekuasaan fisik si debitur.


15

Disamping jaminan kredit yang telah ditetapkan oleh

undang-undang, dapat pula bank menentukan syarat-syarat

tambahan untuk pengamanan suatu kredit yang dikeluarkan antara

lain dengan adanya :

1. Asuransi terhadap barang-barang jaminan.

2. Pernyataan bahwa si peminjam/si penerima kredit tidak akan

menjaminkan lagi barang-barang jaminan kepada fihak lain.

3. Laporan keuangan dari si penerima kredit kepada fihak bank

tentang keadaan perusahaan pada waktu yang telah

ditetapkan.

Walaupun pemberian kredit pada hakekatnya adalah suatu

kepercayaan si pemberi kredit terhadap si penerima kredit, namun

tidaklah disangkal bahwa kepercayaan itu tidak mungkin

didasarkan semata-mata perasaan kedudukan seorang debitur di

dalam masyarakat, ataupun begitu itu saja diberikan dengan

alasan sudah lama dikenal dengan baik berdasar kebiasaan.

Pemberian kredit yang diberikan oleh suatu bank itu karena suatu

usaha perusahaan dari seseorang peminjaman baik secara

perseorangan atau secara bersama-sama sebagai suatu perusahaan,

dimana keadaan usaha/perusahaan dari penguisaha yang baik

untuk ini haruslah tercermin di dalam angka-angka yang positif,

baik berupa kekayaan maupun laporan keuangan yang

menggambarkan keuntungan suatu usaha.


16

Dengan tidak meninggalkan tujuan utama dari pemerintah

dalam peningkatan penghasilan secara merata dan kelancaran

kehidupan perekonomian pada dewasa ini di satu fihak ada

pengamanan pemberian kredit di lain fihak maka jaminan yang

baik adalah :

1. Yang dapat segera dengan mudah dan cepat membantu

mendapatkan kredit oleh yang memelukan kredit.

2. Yang tidak mengurangi atau melemahkan kekuatan si pencari

kredit dalam usaha melaksanakan tujuannya.

3. Yang memberi kepastian kepada si pemberi kredit, dalam arti

bahwa barang jaminan tersebut setiap waktu tersedia untuk

dieksekusi, bilamana perlu dapat segera dipakai melunasi

hutang si penerima kredit.

Dari uraian di atas maka jelaslah bahwa jaminan yang

paling utama dan disukai oleh kreditur berupa tanah dan

bangunan.

2.3. Dasar Hukum Hak Tanggungan Atas Tanah

Undang-Undang No 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggugan

atas tanah serta benda-benda yung berkaitan dengan tanah yang

mulai berlaku tanggal 9 April 1992 yaitu mulai di Undangkannya

(Pasal 31).
17

Adapun pasal-pasal yang menyangkut Hak Tanggugan atas

tanah ini adalah :

Pasal 25 : Hak Milik dapat dijadikan jaminan hutang dengan

dibebani Hak Tanggugan .

Pasal 33 : Hak Guna Usaha dapat dijadikan jaminan hutang

dengan dibebani Hak Tanggugan,

Pasal 39 : Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan

hutang dengan dibeban Hak Tanggugan.

Pasah 51 : Hak Tanggugan dapat dibebankan pada Hak Milik,

Hak Guna Usaha dan Hak Guna Banguan tersebut

dalam Pasal 25, 33, dan 39 dan akan diatur dengan

Undang –Undang.

Dan sehubungan dengan ketentuan pasal tersebut, maka

Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No 4 Tahun 1996

yang dalam pasal 4 berbunyi : Tanah-tanah Hak Milik, Hak Guna

Bangunan dan Hak Guna Usaha, yang telah dibukukan dalam

daftar buku tanah menurut ketentuan-ketentuan menurut Peraturan

Pemerintah No 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dapat

di bebani Hak Tanggungan.


BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam suatu penelitian agar memperoleh hasil yang sesuai dengan

yang diharapkan, maka harus diterapkan metode penelitian yang bisa

dipertanggungjawabkan hasil penelitian itu akan berhasil dengan baik dan

sesuai dengan yang diharapkan apabila metode-metode yang dipilih dan

digunakan sesuai dengan obyek serta tujuan penelitian.

3.1. Lokasi Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penyusun mengambil sasaran

lokasi penelitian pada Kantor Pertanahan Kota Semarang Jalan Ki

Mangunsarkoro No.23 Semarang Telp.(024)831089. Dipilihnya lokasi

penelitian di Kantor Pertanahan Semarang tersebut karena dianggap

cukup representatif dalam mengungkap data-data mentah yang akan

melengkapi penyusunan Tugas Akhir ini.

3.2. Fokus Penelitian

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis mengadakan

semacam pembatasan masalah terhadap uraian Tugas Akhir supaya

dalam pembahasannya tidaklah jauh dari masalah-masalah yang

ditimbulkan oleh tanah. Agar supaya dapat mempelajari lebih

mendalam serta menyusunnya secara sistematis pokok masalah

tersebut diatas, maka penulis membatasi hanya mengenai

Pelaksanaan Pendaftaran Hak Tanggungan.

18
19

3.3. Sumber Data

Dalam penelitian ini memerlukan data-data yang akan

dijadikan sumber untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi

penulis. Penggunaan metode dan teknik yang tepat akan memberikan

kemudahan bagi peneliti dalam memgolah dan menganalisis data-data

yang masuk.Hasil pengolahan dan analisis tersebut diharapkan dapat

memberi jawaban dan alternatif pemecahan atas segala permasalahan

yang dihadapi.

Sumber pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

a. Informan

Yaitu data yang di kumpulkan melalui wawancara dari obyek

penelitian dengan petugas Kantor Pertanahan Kota Semarang.

Secara langsung pada obyek yang akan diteliti.

b. Dukumentasi

Yaitu data yang di peroleh dengan mempelajari dan mengutip

buku-buku di perpustakaan yang berhubungan dengan obyek

sasaran penelitian.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang di gunakan untuk mengumpulkan data primer

yaitu :
20

a. Wawancara

Menurut Iqbal Hasan (2002:85) pengertian wawancara

adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-

jawaban responden dicatat atau direkam. Dalam hal ini peneliti

mengadakan wawancara mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan pelaksanaan Pendaftaran Hak Tanggungan Pada Kantor

Pertanahan Di Kota Semarang,Hambatan apa yang dihadapi dalam

praktek Pelaksanaan Pendaftaran Hak Tanggungan di Kantor

Pertanahan Kota Semarang.

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak

berstruktur (Iqbal Hasan 2002:85) yaitu teknik wawancara dimana

pewawancara tidak menggunakan daftar pertanyaan atau daftar

isian sebagai penuntun selama dalam proses wawancara.

Kelebihan wawancara ini adalah peneliti dapat memberikan

pertanyaan langsung kepada responden. Keterangan atau tanya

jawab yang diberikan oleh staff ataupun karyawan Kantor

Pertanahan Kota Semarang dapat lebih berkembang dan pada saat

melakukan wawancara peneliti dapat mengetahui secara langsung

tentang situasi dan kondisi yang sebenarnya, sehingga dapat

diketahui adanya permasalahan-permasalahan.Selain itu ada juga

kerugiannya,yaitu pada saat peneliti memberikan pertanyaan


21

kepada staff dan karyawan Kantor Pertanahan Kota Semarang

jawaban yang mereka berikan hanya sepatah-sepatah atau

disingkat-singkat, sehingga hal ini merugikan peneliti dalam

penyusunan tugas akhir karena jawaban yang diberikan tidak

dapat dikembangkan

b. Dokumentasi

Menurut Iqbal Hasan (2002:87) yang dimaksud dengan

dokumantasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen.

Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian . Dalam hal

ini penulis menggunakan dokumen berupa contoh-contoh produk

yang dibuat Kantor Pertanahan Kota Semarang Misalnya: Buku

Hak Tanggungan ,Sertifikat Hak Tanggungan. Kelebihan dari

studi dokumentasi, peneliti mendapatkan bukti – bukti yang

otentik sebagai acuan dalam pembuatan tugas akhir ini.

c. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan yaitu dengan cara membaca dan

mencatat literatur yang berhubungan dengan Pelaksanaan

Pendaftaran Hak Tanggungan


22

3.5. Teknik Analisis Data

Menurut Patton ( 1980 : 268 ) dalam bukunya Moleong ,

analisa data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan

uraian dasar. Selanjutnya Bogdan dan Taylor (1975:79)

mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha

secara formal untuk menentukan tema dan merumuskan hipotesisnya

(ide) seperti yang disarankan olah data dan sebagai usaha untuk

memberikan bantuan kepada tema dan pada hipotesis itu. Dengan

demikian dapat disimpulkan analisis data proses mengorganisasikan

dan mengurutkan data kepola, kategori, dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2002:103).

Langkah-langkah dalam model analisis interaksi sebagai

berikut adalah :

a. Pengumpulan data

Adalah mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan yang

dilakukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data yang ada

dilapangan.

b. Reduksi data

Hasil penelitian di lapangan sebagai bahan mentah dirangkum,

direduksi, kemudian disusun supaya lebih sistematis untuk

mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang

diperoleh apabila diperlukan kembali.


23

c. Sajian data

Sajian data ini membantu peneliti untuk melihat gambaran

keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian.

d. Verifikasi data

Dari data - data yang diperoleh dari hasil wawancara, kemudian

peneliti mencari makna dari hasil penelitian. Penelitian berusaha

mencari pola, hubungan serta hal-hal yang sering timbul. Dari

hasil penelitian atau data yang diperoleh peneliti membuat

kesimpulan-kesimpulan kemudian di verifikasikan. Secara

sistematis proses pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan

verifikasi data dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengumpul data

Penyajian data

Penarikan kesimpulan

Reduksi data
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kota Semarang

Kantor pertanahan kota semarang dalam melaksanakan

kegiatan pelayanan sehingga dapat memenuhi harapan semua pihak,

selain jumlah karyawan yang sangat menentukan namun kelengkapan

penunjang seperti prasarana dan sarana kerja juga sangat

mempengaruhi.

Kantor pertanahan kota semarang mempunyai 124 orang

karyawan yang terdiri dari :

1. Golongan IV sebanyak 2 orang

2. Golongan III sebanyak 73 orang

3. Golongan II sebanyak 59 orang

4. Golongan I sebanyak 0 orang

Tingkat pendidikan SD : 2 orang, SMP : 8 orang, SMA : 64

orang, Akademi : 10 orang, S1 : 42 orang, dan S2 : 3 orang.

Demikian juga luas kantor yang digunakan untuk kegiatan

sehari-hari adalah bangunan kantor seluas 1.800 M2 (seribu delapan

ratus meter persegi) diatas tanah seluas 2.800 M2 (dua ribu delapan

ratus meter persegi).

24
25

1. Jumlah Pegawai Menurut Jabatan

Jabtaan/Eselon Non
No. Sub Bagian/Seksi Jumlah Keterangan
II III IV V Struktural
1 Sub Bagian Tata Usaha 20 0 1 1 2 16
2 Seksi PPT 6 0 0 1 2 3
3 Seksi PGT 8 0 0 1 2 5
4 Seksi HAT 27 0 0 1 2 24
5 Seksi P dan PT 63 0 0 1 3 59
Jumlah 124 0 1 5 11 107

2. Jumlah Pegawai Menurut Golongan

Golongan Ruang
No. Sub Bagian/Seksi I II III IV
Jumlah Ket
A B C D A B C D A B C D A B C D
Sub Bagian Tata
1 0 0 0 0 3 3 1 5 2 0 4 1 1 0 0 0 20
Usaha
2 Seksi PPT 0 0 0 0 0 0 1 0 2 1 0 2 0 0 0 0 6
3 Seksi PGT 0 0 0 0 0 0 1 1 3 1 2 1 0 0 0 0 9
4 Seksi HAT 0 0 0 0 0 1 2 4 9 5 4 2 0 0 0 0 27
5 Seksi P dan PT 0 0 0 0 3 6 7 11 15 12 6 1 1 0 0 0 62
Jumlah 0 0 0 0 6 10 12 21 31 19 16 7 2 0 0 0 124

3. Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan
No. Sub Bagian/Seksi Jumlah Keterangan
SD SLTP SMTA AKD S1 S2
1 Sub Bagian Tata Usaha 20 1 2 12 2 3 0
2 Seksi PPT 6 0 0 2 0 4 0
3 Seksi PGT 8 0 1 5 0 2 0
4 Seksi HAT 27 0 1 10 4 12 0
5 Seksi P dan PT 63 0 4 27 10 17 5
Jumlah 124 1 8 56 16 38 5
26

4. Jumlah Pegawai Teknis dan Non Teknis

Pendidikan
Jumlah Ket
Gol I Gol II Gol III Gol IV
No. Sub Bagian/Seksi
Non Non Non Non Non
Tek Tek Tek Tek Tek
Tek Tek Tek Tek Tek
1 Sub Bagian Tata Usaha 6 14 0 0 0 13 5 1 1 0
2 Seksi PPT 5 1 0 0 0 1 5 0 0 0
3 Seksi PGT 8 0 0 0 4 0 4 0 0 0
4 Seksi HAT 15 12 0 0 10 5 6 6 0 0
5 Seksi P dan PT 37 26 0 0 20 22 16 4 1 0
Jumlah 71 53 0 0 34 41 36 11 2 0

Dalam melakukan kegiatan pelayanan disediakan ruang tunggu

bagi pemohon yang representatif dengan berbagai fasilitas sebagai

berikut :

1. TV monitor untuk mengetahui kemajuan pekerjaan pelayanan.

2. Papan pengumuman yang berisi tata cara pendaftaran, jangka

waktu penyelesaian serta biaya yang diperlukan.

3. Kotak saran untuk menyampaikan segala saran terhadap

pelayanan pertanahan.

Selain kotak saran yang tersedia di kantor juga telah dibuka

Kotak Pos 40 yang menampung saran dan masukan serta

pendapat/pengaduan dari masyarakat perihal pelayanan pertanahan

yang ada.

Selain hal-hal tersebut, guna meningkatkan kinerja kesadaran

masyarakat terhadap hukum pertanahan kota semarang juga berperan

aktif dengan menyelenggarakan penyuluhan-penyuluhan hukum

pertanahan diantaranya adalah :


27

1. Penyuluhan dalam rangka proyek ajudikasi

2. Dalam rangka pelaksanaan PRONA

3. Penyuluhan bersama instansi lain (KADARKUM)

4. Penyuluhan dalam POKMASDAARTIBNAH

5. Penyuluhan pelayanan permohonan hak secara swadaya missal

Misi Pelayanan Pertanahan :

1. Tertib pelayanan hukum pertanahan

2. Tertib pelayanan administrasi pertanahan

3. Tertib pelayanan pengaturan penguasaan dan penggunaan tanah

4. Tertib pelayanan pengaturan pemeliharaan tanah dan lingkungan

hidup

Visi Pelayanan Pertanahan

Mewujudkan Pelayanan Prima :

1. Tepat waktu

2. Tepat mutu artinya jaminan kepastian hukum hak atas tanah

4.1.2. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Semarang

Kantor pertanahan kota semarang adalah instansi vertikal dari

badan pertanahan nasional yang susunan struktur organisasinya

berdasarkan surat keputusan kepala badan pertanahan nasional No.

11/KBPN/1988 tentang organisasi dan tata kerja badan pertanahan

nasional jo No. 1 Tahun 1989 tentang organisasi dan tata kerja kantor

wilayah badan pertanahan nasional di propinsi dan kantor pertanahan


28

kabupaten/kota jo keputusan presiden nomor 103 tahun 2001 jo

keputusan presiden nomor 110 tahun 2001.

Kantor pertanahan kota semarang dipimpin oleh seorang

kepala kantor, dan dibantu oleh :

1. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat, rumah

tangga, perlengkapan sarana-prasarana kantor, perjalanan dinas,

kepegawaian, keuangan, kehumasan, memilihkan rencana

program ketatausahaan.

Kepala sub bagian tata usaha membawahi :

a. Kepala sub bagian umum dan kepegawaian

Dimana tugasnya adalah

1) Melaksanakan surat menyurat, kearsipan, ekspedisi, rumah

tangga, ketatalaksanaan, menyiapkan perjalanan dinas dan

kegiatan dokumentasi serta menghimpun peraturan

perundang-undangan di bidang pertanahan.

2) Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian.

3) Melaksanakan administrasi perijinan.

4) Melaksanakan perencanaan dan pengadaan barang,

pengaturan kendaraan dinas, pencatatan dan pemeliharaan

sarana prasarana kantor dan barang-barang inventaris.

b. Kepala sub bagian keuangan

Dimana tugasnya adalah :

Merencanakan dan melaksanakan pengelolaan

administrasi di bidang keuangan yang meliputi penerimaan,


29

penyusunan anggaran, penyetoran, pembukuan,

pertanggungjawaban dan pelaporan dengan berpedoman pada

sistem informasi manajemen pelaporan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kepala seksi pengaturan penguasaan tanah

Menyiapkan dan melakukan kegiatan pengendalian

penguasaan, pemilikan, pemanfaatan bersama, pengalihan hak

atas tanah, pembayaran ganti rugi dan penyelesaian masalah.

a. Kepala sub seksi penataan penguasaan dan pemilikan tanah

Melakukan kegiatan penegasan dan redistribusi tanah

obyek pengaturan penguasaan tanah, pembayaran ganti rugi

tanah kelebihan maksimum, tanah absented an tanah partikelir,

konsolidasi tanah perkotaan dan pedesaan, serta pengaturan

pemanfaatan bersama atas tanah, termasuk bagi hasil, sewa

dan gadai tanah.

b. Kepala sub seksi pengendalian penguasaan dan pemilikan

tanah

Melakukan kegiatan dibidang penguasaan dan

pemilikan tanah, pengalihan hak, dan penyelesaian masalah.

3. Kepala seksi penatagunaan tanah

Mengumpulkan data dan menyiapkan rencana

penatagunaan tanah, memberikan bimbingan penggunaan tanah

kepada masyarakat, serta menyiapkan pengendalian perubahan

penggunaan tanah.
30

a. Kepala sub seksi data penatagunaan tanah

Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan penatagunaan

tanah.

b. Kepala sub seksi rencana dan bimbingan penatagunaan tanah

Menyiapkan penyusunan rencana penatagunaan tanah,

memberikan bimbingan penggunaan tanah kepada masyarakat

dan menyiapkan pengendalian perubahan penggunaan tanah.

4. Kepala seksi hak-hak atas tanah

Menyiapkan dan melakukan kegiatan dibidang hak-hak

atas tanah, pengadaan tanah dan penyelesaian masalah

pertanahan.

a. Kepala sub seksi pengurussan hak-hak atas tanah

Menyiapkan dan melakukan kegiatan pemeriksaan dan

pemberian fatwa mengenai pemberian, pembaruan,

perpanjangan jangka waktu, pengertian dan pembatalan hak-

hak atas tanah.

b. Kepala sub seksi pengadaan tanah

Menyiapkan dan melakukan kegiatan dibidang pengadaan

tanah bagi instansi pemerintah.

c. Kepala sub seksi penyelesaian masalah pertanahan

Menyiapkan dan melakukan penyelesaian masalah pertanahan.

5. Kepala seksi pengukuran

Melakukan pengukuran dan pemetaan serta menyiapkan

pendaftaran, peralihan hak atas tanah, pembebanan hak atas tanah,

dan bimbingan PPAT.


31

a. Kepala sub seksi pengaturan, pemetaan dan konversi

Melakukan identifikasi, pengukuran, pemetaan dan

menyiapkan pendaftaran konversi tanah milik adat.

b. Kepala sub seksi pendaftaran hak dan informasi pertanahan

Menyiapkan pendaftaran hak berdasarkan pemberian hak dan

pengakuan hak, mengumpulkan data hak atas tanah untuk

pembuatan laporan dan penyajian informasi pertanahan, serta

memelihara daftar-daftar umum dan warkah dibidang

pengukuran dan pendaftaran tanah.

c. Kepala sub seksi peralihan hak, pembebanan hak dan PPAT

Menyiapkan penyelesaian peralihan hak atas tanah,

pembebanan hak atas tanah dan bahan-bahan bimbingan

PPAT, serta menyiapkan bahan-bahan daftar isian dibidang

pengukuran dan pendaftaran.


32

STRUKTUR ORGANISASI DAN PERSONALIAA


KANTOR PERTANAHAN KOTA SEMARANG
(Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPN No. 1 Tahun 1989)

KEPALA KANTOR PERTANAHAN


KOTA SEMARNG

KEPALA SUB BAGIAN


TATA USAHA

KAUR KEUANGAN KAUR UMUM

KEPALA SEKSI PPT KEPALA SEKSI PGT KEPALA SEKSI HAT KEPALA SEKSI P&PT

KASUBSI KASUBSI DATA KASUBSI KASUBSI PPK


PENATAAN PPT PGT PEMBERIAN HAK

KASUBSI KASUBSI KASUBSI


PENGENDALIAN RENCANAA DAN PERDAGANGAN KASUBSI PHI
PPT BIMBINGAN PGT TANAH

KASUBSI
PENYESALAN KASUBSI PH &
MASALAH PPAT
PERTANAHAN
33

4.1.3. Fungsi Kantor Pertanahan

Kantor pertanahan kota semarang mempunyai wewenang

melaksanakan sebagai tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional

dalam lingkungan wilayah kota Semarang. Untuk menyelenggarakan

tugas tersebut di atas, kantor pertanahan kota semarang mampunyai

fungsi :

1. Menyiapkan data dan kegiatan di bidang pengaturan dan

penguasaan tanah, pengurusan hak-hak atas tanah, serta

pengukuran dan pendaftaran tanah.

2. Melaksanakan kegiatan dibidang pengaturan dan penguasaan

tanah, pengurusan hak-hak atas tanah, serta pengukuran dan

pendaftaran tanah.

3. Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Susunan organisasi kantor pertanahan kota semarang terdiri dari :

1. Sub Bagian Tata Usaha (TU).

2. Seksi Pengaturan Penguasaan Tanah (PPT).

3. Seksi Penatagunaan Tanah (PGT).

4. Seksi Hak-hak Atas Tanah (HAT).

5. Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah (P&PT).

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pendaftaran Hak Tanggungan Di Kantor Pertanahan Kota

Semarang
34

Pembebanan hak atas tanah yaitu suatu proses pemasangan

jaminan atas benda-benda tidak bergerak yang dapat dijadikan

jaminan atas utang dengan agunan benda-benda tidak

bergerak/bidang tanah yang dapat memberikan keyakinan kepada

pihak utang (kreditur).

Pembebanan hak atas tanah dilakukan atas bidang-bidang

tanah baik yang telah mempunyai tanda bukti hak atas

tanah/sertipikat hak atas tanah maupun atas bidang-bidang tanah

yang belum bersertipikat. Penyelenggaraan pembebanan hak atas

tanah dilakukan oleh kantor pertanahan yaitu dengan penerbitan

sertipikat berupa sertipikat hak tanggungan.

Pelaksanaan pendaftaran hak tanggungan dikantor pertanahan

kota semarang berpedoman pada :

1. Undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar

pokok-pokok agrarian (UUPA).

2. Undang-undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas

tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah.

3. Undang-undang nomor 5 tahun 1996 tentang pendaftaran hak

tanggungan.

4. Peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran

tanah.

1. Obyek hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan


35

Adapun obyek hak atas tanah yang dapat dibebani hak

tanggungan yaitu :

a. Hak Milik (HM)

Hak Milik adalah hak turun temurun, terkuat dan

terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, hanya dapat

dimiliki oleh warga negara Indonesia (WNI) dan badan hukum

indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah.

Ciri-ciri hak milik yaitu :

1) Sifat haknya terkuat dan terpenuh bukan berarti hak atas

tanah tersebut menjadi mutlak, tak terbatas dan tidak dapat

digangu gugat.

2) Hak turun temurun, terkuat dan terpenuh karena tidak

dibatasi jangka waktunya.

3) Hak milik dapat dibebani hak tanggungan, dapat teralih

dan dialihkan kepada pihak lain.

b. Hak Guna Bangunan (HGB)

Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan

mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan

miliknya sendri dengan jangka waktu paling lama 30 tahun

dan dapat diperpanjang 20 tahun dan apabila tanah tersebut

dipergunakan sebagaimana mestinya sesuai dengan sifat dari

haknya dan atas persetujuan pemegang hak atau yang

berwenang, dapat diberikan lagi hak baru sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.


36

Hak guna bangunan dapat dibebani hak tanggungan,

dapat beralih dan dialihkan pada pihak lain. Dan hanya dapat

dimiliki oleh warga negara Indonesia (WNI) dan badan hukum

Indonesia (baik swasta maupun BUMN/BUMD).

c. Hak Guna Bangunan (HGU)

Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah

yang di kuasai langsung oleh negara untuk perusahaan,

pertanian, perkebunan, ataupun peternakan dengan jangka

waktu paling lama 35 tahun dengan luas minimal 5 hektar dan

apabila tanah tersebut dipergunakan sebagaimana mestinya

sesuai dengan sifat dari haknya secara produktif dapat

diberikan lagi hak baru sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Hak guna usaha dapat dibebani hak tanggungan, dapat

beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Hanya dapat dimiliki

oleh warga negara Indonesia (WNI) dan badan hukum

Indonesia (baik swasta maupun BUMN/BUMD).

2. Proses pembebanan hak tanggungan

Proses pembebanan hak tanggungan terdiri atas dua tahap

yaitu tahap pemberian hak tanggungan yang dilakukan dihadapan

PPAT dan tahap pendaftaran hak tanggungan yang dilakukan pada

kantor pertanahan. Adapun proses pembebana tersebut adalah :

a. Tahap Pemberian Yang Dilakukan Dihadapan PPAT

Menurut peraturan Perundang-undangan yang berlaku,

PPAT atau pejabat umum yang berwenang membuat akta


37

pemberian hak tanggungan (APHT) dan akta lain dalam

rangka pembebanan hak atas tanah, yang bentuk aktanya telah

di tetapkan, sebagai buku dilakukannya perbuatan hukum

tertentu mengenai tanah yang terletak didalam daerah kerjanya

masing-masing. Dalam kedudukannya sebagai yang disebutkan

diatas, maka akta-akta yang dimuat oleh PPAT merupakan

akta yang otentik.

Pemberian hak tanggungan dilakukan dengan

pembuatan akta pemberian hak tanggungan (APHT) yang

dibuat oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Formulirnya disediakan oleh kantor

pertanahan kota semarang atau dibeli di kantor-kantor pos.

Dalam pemeberian hak tanggungan, pemberian hak

tanggungan wajib hadir dihadapan PPAT. Jika karena suatu

sebab tidak dapat hadir, ia wajib menunjuk pihak lain sebagai

kuasanya, dengan surat kuasa membebankan hak tanggungan

(SKMHT) yang berbentuk akta otentik.

Pemberian kuasa pada hakekatnya merupakan suatu

persetujuan dari seorang pemberi kuasa kepada penerima

kuasa guna menyelenggarakan suatu urusan. Menurut kitab

undang-undang hukum perdata (BW) kuasa mana dapat

diberikan dan diterima dalam suatu akta umum, dalam suatu

tulisan dibawah tangan, bahkan dapat terjadi pula pemberian

kuasa secara diam-diam (pasal 1793 BW).


38

Surat kuasa untuk membebankan hak tanggungan

menurut undang-undang hak tanggungan 1996 tersebut

dipisahkan antara surat kuasa membebankan hak tanggungan

terhadap hak atas tanah yang sudah didaftar, dan surat kuasa

membebankan hak tanggungan mengenai hak atas tanah yang

belum didaftar.

Surat kuasa membebankan hak tanggungan terhadap

hak atas tanah yang sudah terdaftar wajib diikuti dengan

pembuatan akta pemberian hak tanggungan selambat-

lambatnya 1 (satu) bulan sesudah kuasa tersebut diterima

(pasal 15 ayat 3 UUHT). Sedangkan surat kuasa membebankan

hak tanggungan mengenai hak atas tanah yang belum terdaftar

wajib diikuti dengan akta pembuatan hak tanggungan

selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah diberikan.

Pada tahap pemberian hak tanggungan oleh pemberi

hak tanggungan pada kreditur, hak tanggungan yang

bersangkutan belum lahir. Hak tanggungan belum lahir pada

saat dibukukannya dalam buku tanah di kantor pertanahan.

Oleh karena itu epastian mengenai saat didaftarkannya hak

tanggungan tersebut sangat penting bagi kreditur.

Saat tersebut bukan saja menentukan kedudukannya

tarhadap kreditur-kreditur lain, melainkan juga menentukan

peringkatnya dalam hubungannya dengan kreditur-kreditur


39

lain yang juga pemegang hak tanggungan, dengan tanah yang

sama sebagai jaminan.

Dalam UUHT disebutkan bahwa tanggal buku tanah

yang bersangkutan adalah tanggal hari ketujuh setelah

penerimaaan surat-surat yang diperlukan bagi pendaftaran

tersebut secara lengkap oleh kantor pertanahan dan jika hari

ketujuh itu jatuh pada hari libur, maka buku tanah yang

bersangkutan bertanggal hari kerja berikutnya.

b. Tahap Pendaftaran Di Kantor Pertanahan

Pendaftaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

dilakukan secara terus menerus, dan pengolahan pembukuan,

dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis,

dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah

dan satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti

haknya bagi bidang-bidang tanah yang ada haknya.

Oleh karena pembebanan hak atas tanah merupakan

pemasangan jaminan pada hak atas tanah yang membebaninya

maka akta pemberian hak tanggungan (APHT) yang dibuat oleh

PPAT wajib dikirim dan didaftarkan kepada kantor pertanahan

selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah

penandatanganannya.

Adapun mekanisme pendaftaran hak tanggungan di kantor

pertanahan kota semarang adalah sebagai berikut :


40

a. mendaftarkan pada loket pendaftaran.

b. Mengisi blanko permohonan pendaftaran.

c. Pemeriksaan keabsahan akta oleh kepala sub seksi peralihan,

pembebanan hak, dan PPAT.

d. Membayar biaya pendaftaran sebesar Rp. 25.000,-.

e. Proses pengerjaan berupa pengetikan blanko sertipikat hak

tanggungan, mengisi atau membuat buku tanah yang menjadi

obyek hak tanggungan.

f. Salinan APHT dijilid bersama sertipikat hak tanggungan.

g. Diserahkan pada kepala sub seksi peralihan, pembebanan hak

dan PPAT.

h. Akta asli yang bermaterai menjadi arsip buku tanah hak

tanggungan.

i. Kemudian dikoreksi oleh kepala seksi pengukuran dan

pendaftaran tanah dan diajukan kepada kepala kantor

pertanahan untuk ditandatangani.

j. Setelah penandatanganan oleh kepala kantor pertanahan

diberikan ke petugas pembukuan.

k. Sertipikat hak tanggungan dapat di ambil.

Adapun syarat pendaftaran hak tanggungan untuk hak atas

tanah yang sudah terdaftar :

a. Surat pengantar dari PPAT yang dibuat rangkap 2 (dua) dan

memuat daftar jenis-jenis surat yang disampaikan.


41

b. Surat permohonan pendaftaran hak tanggungan dari penerima

hak tanggungan (kreditur).

c. Foto copy identitas pemberi dan penerima hak tanggungan.

d. Sertipikat asli hak atas tanah yang menjadi obyek hak

tanggungan.

e. Lembar ke-2 (dua) akta pemberian hak tanggungan (APHT).

f. Salinan APHT yang sudah diparaf oleh PPAT yang

bersangkutan untuk disahkan sebagai salinan oleh kepala

kantor pertanahan untuk pembuatan sertipikat hak tanggungan.

3. Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan

Menurut perundang-undangan yang berlaku PPAT /pejabat

umum yang berwenang membuat akta pemberian hak tanggungan

dan akta lain dalam rangka pembebanan hak atas tanah dalam hal

ini pemberian hak tanggungan wajib hadir di hadapan PPAT.

Nyonya A Direktur PT.MEGA PRIMA KENCANA di

semarang dan Tuan B Kepala Cabang Perseroan Terbatas BANK

TABUNGAN NEGARA di semarang menurut keterangan nyonya

A meminjam utang sebesar Rp350.000.000,00 di kemudian utang

tersebut dapat bertambah menjadi Rp525.000.000,00 dengan

jaminan berupa 2 obyek hak atas tanah :


42

Hak Guna Bangunan Sertipikat Nomor:1158 dan 1159

terdaftar atas nama PT MEGA PRIMA KENCANA .yang letak

batas-batas dan luas tanahnya di urauikan dalam surat

ukur/gambar situasi /gambar denah.

Sertipikat tersebut di serahkan kepada Tuan B untuk

keperluan Pendaftaran hak tanggungan yang di uraikan dengan

akta (Contoh akta dapat di lihat ada lampiran )

4.2.2. Kegiatan Pendaftaran Hak Tanggungan Di Kantor

Pertanahan Kota Semarang

Proses pendaftaran hak tanggungan dilakukan dengan tahap-

tahap sebagai berikut :

1. Pembukuan didalam buku tanah hak tanggungan oleh kepala

kantor pertanahan

Pendaftaran hak tanggungan dilakukan oleh kepala kantor

pertanahan atas dasar data yang ada didalam APHT serta berkas

pendaftaran yang diterimanya dari APHT, dengan dibuatnya buku

tanah tersebut hak tanggungan yang bersangkutan baru lahir dan

kreditur menjadi pemegang hak tanggungan. Permohonan hak

tanggungan dapat didaftarkan pada loket pendaftaran yang telah

ditentukan oleh kantor pertanahan kota semarang.

2. Pencatatan adanya hak tanggungan dalam buku tanah dan

sertipikat obyek hak tanggungan


43

Setelah dibuat buku tanah adanya hak tanggungan oleh

kepala kantor pertanahan dicatat pada buku tanah dan

menyalinnya pada sertipikat hak atas tanah yang dijadikan

jaminan. Dengan demikian selesailah acara pendaftaran hak

tanggungan yang bersangkutan.

Sertipikat hak atas tanah yang telah dibubuhi salinan

catatan adanya hak tanggungan tersebut diserahkan kepada

pemegang haknya, kecuali kalau ada perjanjian tertulis untuk

diserahkan kepada pihak kreditur pemegang hak tanggungan.

3. Sertipikat hak tanggungan

Sebagai tanda bukti adanya hak tanggungan oleh kantor

pertanahan kota semarang diterbitkan surat tanda bukti hak yang

diberi nama sertipikat hak tanggungan. Dalam peraturan menteri

negara agraria/kepala badan pertanahan nasional nomor 3 tahun

1996 ditetapkan bahwa sertipikat hak tanggungan terdiri atas

salinan buku tanah hak tanggungan dan salinan akta pemberian

hak tanggungan (APHT) yang bersangkutan yang dibuat oleh

kantor pertanahan, dijilid menjadi satu dalam sampul dokumen

yang bentuknya ditetapkan dengan peraturan tersebut.

Contoh salinan buku tanah hak tanggungan dan sertifikat

hak tanggungan dapat dilihat pada lampiran.


44

4.2.3. Ciri-ciri dan Sifat-sifat Hak Tanggungan

Untuk mengetahui ciri-ciri hak tanggungan sebagai lembaga

jaminan atas tanah dapat diambil dari isi pasal yang ada beserta

penjelasan antara lain :

1. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada pemegangnya

yaitu krediturnya.

2. Selalu mengikuti obyek dalam tangan siapapun obyek hak

tanggungan itu berada.

3. Memenuhi asas spesialitas dan asas publisitas pemenuhan asas

spesialitas ini tersebut dalam muatan wajib akta pemberian hak

tanggungan (APHT) seperti yang tercantum dalam pasal UUHT

yaitu :

a. Identitas pemegang dan pemberi hak tanggungan.

b. Domisili pemegang dan pemberi hak tanggungan.

c. Jumlah utang-utang yang dijamin.

d. Nilai tanggungan

e. Benda atau yang menjadi obyek hak tanggungan sedangkan

pemenuhan asas spesialitas dengan cara wajib didaftarkannya

hak tanggungan pada kantor pertanahan setempat (pasal 13

UUHT).

4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya yaitu dengan cara :

a. menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui

pelelangan umum dan mengambil pelunasan piutangnya dari

hasil penjualan tersebut (pasal 16 UUHT)


45

b. Penjualan obyek hak tanggungan secara dibawah tangan, jika

dengan cara tersebut akan diperoleh harga tertinggi yang

menguntungkan semua pihak.

c. Memberikan kemungkinan penggunaan cara praktek eksekusi

sepihak diatur dalam (pasal 16 jo 14 UUHT)

5. Obyek hak tanggungan tidak masuk dalam boedel kepailitan

pemberi hak tanggungan sebelum kreditur pemegang hak

tanggungan mengambil pelunasan dari hasil penjualan obyek hak

tanggungan (pasal 21 UUHT)

Sedangkan sifat-sifat hak tanggungan antara lain :

a. tidak dapat dibagi-bagi (pasal 2 UUHT) bahwa hak

tanggungan membebani secara utuh obyek hak tanggungan dan

setiap bagian dari padanya, dan sifat ini tidak berlaku mutlak

karena ada kemungkinan untuk mengecualikan atau

menyimpang dari sifat tidak dapat dibagi-bagi ini didasarkan

dengan roya parsial.

Pengecualian ini diperbolehkan jika diperjanjikan dalam akta

pemberian hak tanggungan (APHT). Arti dari roya persial

adalah bahwa pelunasan utang yang dijamin dapat dilakukan

dengan cara mengangsur yang besarnya sama dengan nilai

masing-masing satuan yang merupakan bagian dari obyek hak

tanggungan . bagian yang telah diangsur pembayarannya akan

terbatas dari hak tanggungan dan hak tanggungan sebagai

jaminan utang yang belum lunas.


46

b. Bersifat accessoir (merupakan ikutan) pada perjanjian pokok,

yaitu perjanjian yang menimbulkan ….hukum utang-piutang.

Keberadaan berakhirnya kepada utang yang dijamin pelunasan

tersebut.

4.2.4. Masalah-masalah / Hambatan Yang Di Hadapi Dalam

Praktek

Didalam UU pokok No 14 Tahun 1967 Perbankan bank tidak

diperkenankan memberi kredit tanpa suatu jaminan. Padahal kalau

melihat kenyataan, justru yang sangat membutuhkan kredit dari bank

adalah pengusaha kecil yang tidak mampu memberikan jaminan

kepada bank yang bersangkutan. Pengusaha kecil ini banyak yang

berusaha dibidang produksi dimana hasil produksi tersebut langsung

dibutuhkan masyarakat sebagai konsumen yang umumnya golongan

rendah dan menengah.

Kalau usaha mereka tidak mendapatkan bantuan dari

pemerintah berupa pemberian kredit, dalam hal ini bank pemerintah

hanya karena mereka tidak mampu memberikan jaminan-

jaminankepada bank, maka walaupun usaha mereka itu mempunyai

masaa depan yang cerah, yang diharapkan turut serta menunjang

pembangunan nasional usaha mereka akan tidak berjalan lancar

bahkan mungkin akan mengalami kemunduran dan akhirnya gulung

tikar.
47

Ketentuan mulai adanya jaminan itu memang ada baiknya, hal

ini mengingat resiko yang besar bilamana nantinya si pengusaha

tersebut tidak mampu mengembalikan kredit yang telah diterima,

tetapi sebaliknya dapat jadi penghambat pemberian kredit bagi usaha

yang sangat perlu dalam pembangunan nasional. Hal ini telah

disadari oleh pemerintah sehingga mencarikan jalan keluar

bagaimana supaya resiko bank yang berat itu dapat ditanggung oleh

pihak lain, sedangkan sebaliknya bank menjadi dapat memberikan

kredit kepada pengusaha kecil yang tidak mampu memberikan

jaminan yang cukup, ini berarti memungkinkan pengusaha kecil yang

sangat dibutuhkan oleh masyarakat itu dapat memperluas dan

mengembangkan usaha mereka.

Jalan keluar yang ditempuh oleh pemerintah dalam

menaggulangi resiko dari pemberian kredit kepada pengusaha kecil

tersebut ialah dengan mendirikan badan usaha yang bergerak dalam

pertanggungan kredit.

Hambatan lain dapat pula terjadi adanya bukti pemilikan tanah

yang tidak cukup kuat, misalnya belum adanya surat sertipikat tanah.

Pada kenyataannya memang untuk mendapatkan sertipikat tanah ini

memakan waktu yang cukup lama, bahkan sampai berbulan-bulan dan

dengan biaya yang mahal pula. Hal semacam ini perlu mendapat

perhatian pemerintah nasional melalui dunia usaha. Tanpa sertipikat

tanah diharapkan kreditpun akan keluar.


48

Secara nyata timbul pula hambatan-hambatan terbatasnya

keterangan yang diperlukan oleh hak bank (kreditur) tentang karakter

serta bonafiditas para pemohon. Hal ini timbul karena pora

pengusaha tidak merencanakan sistem pembukuan yang tertib dan

teratur, sehingga oleh pihak kreditur (Bank) sangat diragukan akan

kemampuannya sebagai pengusaha yang baik. Hal ini mau tidak mau

perlu penanganan khusus untuk lebih dulu menyelidiki sejauh mana

kemampuan debitur.

Kemudian tentang biaya pengingkatan (pembebanan) hak

tanggungan masih dirasakan relative cukup tinggi, sehingga mereka

lebih senang mengikatkan dalam bentuk lain, misalnya gadai.


BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Fungsi dari pada jaminan adalah sebagai dasar terciptanya

keamanan modal dan kepastian hukum bagi si pemberi modal, adapun

tujuan dari pada hak tanggungan memberi jaminan kepada seseorang

yang berpiutang uang bahwa uang jaminan itu akan betul-betul

dibayar kembali. Apabila hutangnya tidak dibayar benda jaminan

yang dibebani hak tanggungan itu dapat dijual lelang dan dengan

uang pendapatannya, pinjaman yang dijamin itu dibayar lebih dulu

dari pada hutang-hutang lainnya dari si berhutang.

5.2. Saran-saran

Hendaknya para pihak khususnya pemerintah memberikan

jalan keluar terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi didalam

pembuatan akta hak tanggungan seperti : masalah tanah yang belum

dibukukan menurut peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997,

besarnya biaya yang dipikul oleh debitur dan lamanya proses

pendaftaran, baik dengan cara mengadakan pendekatan langsung

maupun pendekatan tidak langsung.

49

You might also like