Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
sebagai orang-orang yang tak bernegara dan tidak diakui secara penuh
Pemerkosaan dan kerja paksa adalah hal yang cukup lazim, serta
1
seringnya pemerasan terhadap mereka. Tentara meminta uang dari
mereka dan ketika mereka tidak dapat membayar, mereka akan ditahan
dan disiksa.1
terbesar di tahun 2006. Sejak 1962, tidak ada Masjid baru yang dibangun.
kekejaman yang terjadi di Utara Arakan, bagian barat Burma, “Kalian akan
2
negara tetangganya dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Antara
kembali. Kami terjebak antara mulut buaya dan ular, kemana kami akan
3
Solidaritas untuk pengungsi rohingya di aceh, Muhammad Ardan, 11 Januari
2009, (http://www.siwah.com/news/jurnalis-oposisi-burma-mengunjungi-pengungsi-
rohingya.html.) diakses 16 Maret 2009, pukul 15:18 WITA.
4
Pengungsi Rohingya enggan kembali ke Myanmar, Hanin Mazaya, 05 Februari
2009, (http://www.arrahmah.com/index.php/news/read/3292/pengungsi-rohingya-enggan-
kembali-ke-myanmar.), Ibid.
3
masyarakat Rohingya menghadapi diskriminasi oleh pergerakan
juga untuk tetap membuat Islam berdiri di Burma. Rohingya, sejak tahun
suara itu hilang ditelan bumi, terhalang tembok-tembok rezim dan hilang
terbawa angin.
melarikan diri dari Myanmar akibat penderitaan fisik dan batin mereka
4
Myanmar. Sampai di Thailand, mereka pun mengalami nasib yang tak
jauh berbeda dengan perlakuan yang mereka terima di negara asal. Militer
di Thailand selatan6.
yang dialami oleh Indonesia baru-baru ini yaitu pada bulan Januari 2009,
oleh para nelayan di sana, sekedar untuk bertahan hidup sembari menanti
6
Rohingya kaum muslim yang terpinggirkan (http//.Sunu Wibirama _ [Cerdas-
Terampil-Taqwa] » Blog Archive » Rohingya, Kaum Muslim yang Terpinggirkan.htm)
diakses 16 Maret 2009, pukul 16:20 WITA.
7
UNHCR, 2005, Pengenalan tentang Perlindungan Internasional, melindungi
orang-orang yang menjadi perhatian UNHCR. Switzerland : Komisariat Tinggi PBB untuk
Urusan Pengungsi. Hlm 5
5
Indonesia meminta PBB untuk melindungi etnis Rohingya dari perlakuan
buruk pemerintah junta. Ini di dukung pula dengan salah satu pasal dalam
konstitusi kita yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk bebas
6
dengan memberikan suaka sesuai kewajiban internasionalnya, dan
memberikan suaka.
10
Hinamagazine ‘unhcr dilibatkan tangani pengungsi rohingya di aceh, Faisal
Rahmat 05 Februari 2009, (http://www.hinamagazine.com/index.php/2009/04/01/unhcr-
dilibatkan-tangani-pengungsi-rohingya-di-aceh.) diakses pada 16 Maret 2009, pukul
15:23 WITA.
7
jawab dan beban tersebut. Karena kepergian pengungsi (Internasional)
lainnya, yang menjadikan cikal bakal lahirnya pengungsi ini, yang didalam
yang lalu. Konvensi ini sendiri telah diterima secara resmi oleh Majelis
11
UNHCR. 2007. Pengungsi Dalam Negeri Sendiri (IDP) Pertanyaan dan
Jawaban. Hlm. 13
12
Pasal 7 . UU No. 26 tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia,
(UUNO262000ttgPengadilanHAM.AdobeAcrobatDocument) diakses pada 21 Desember
2009, pukul 21:10 WITA
8
Umum PBB berdasarkan Resolusi No. 429 (V)13. Serta Protokol Tentang
1967) yang ditanda tangani oleh Presiden Majelis Umum dan Sekretaris
setiap negara dapat bertanggung jawab dan menjamin agar hak warganya
jika perlindungan nasional tidak diberikan atau tidak ada. Pada saat itu,
13
Konvensi mengenai status pengungsi, 1951, (http://www.unhcr.or.id
/Data/KonfensidanProtokol.pdf.) diakses pada 16 Maret 2009, pukul 16:09 WITA. Hlm. 9
14
Protokol mengenai status pengungsi 1967, (http://www.unhcr.or.id
/Data/KonfensidanProtokol.pdf.). Hlm. 2
9
Dalam praktiknya, banyak negara-negara yang kemudian
diatur dalam Konvensi 1951 dan Protocol 1967, sebut saja Negara
secara aktif, mereka akan merasa lebih percaya kepada pihak-pihak yang
15
Jalaluddin, Rakhmat. 2005. Rekayasa Sosial, Reformasi, Revolusi, atau
Manusia Besar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hlm. 25
10
terbaik berupa perlindungan hukum yang efektif jika kebutuhan dasar
B. Rumusan Masalah
melihat arti penting dari standar penanganan pengungsi yang sudah diatur
sebagai berikut :
diwilayahnya?
C. Tujuan Penelitian
16
UNHCR. 2007. Melindungi Pengungsi dan Peran UNHCR. Hlm. 21
11
3. Untuk mengetahui kekurangan-kekurangan pemerintah
terpenuhi.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis :
2. Kegunaan Praktikal :
status pengungsi.
12
b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
1. Pengungsi
13
Definisi pengungsi dalam perangkat internasional, itu
17
UNHCR. 2007. The 1951 Refugee Convention Questions & Answers. Hlm. 5
18
UNHCR, 2005, Pengenalan tentang Perlindungan Internasional, melindungi
orang-orang yang menjadi perhatian UNHCR. Op.Cit. Hlm. 53
14
Negara tempatnya menetap, dan melakukan
pelanggaran yang serius sehingga ia tidak berhak
menerima status pengungsi.
c. pasal pemberhentian, menerangkan kondisi-kondisi yang
mengakhiri status pengungsi karena tidak lagi diperlukan
atau dibenarkan.
Didalam pasal pemberhentian ini diatur bahwa konvensi
juga menjabarkan keadaan-keadaan yang menghentikan
status kepengungsian seseorang karena sudah tidak
diperlukan lagi atau tidak dapat dibenarkan lagi karena
tindakan sukarela dari pihak individu, atau perubahan
fundamental pada keadaan di Negara asal pengungsi.
Sedangkan definisi pengungsi dari Konvensi Pengungsi
yang lari dari dampak tanpa pandang bulu dari perang sipil,
20
UNHCR, 2005, Pengenalan tentang Perlindungan Internasional, melindungi
orang-orang yang menjadi perhatian UNHCR. Loc.Cit. Hlm. 58
15
Definisi lain mengenai pengungsi juga terdapat didalam
berikut :
21
Ibid Hlm. 59
22
Ibid Hlm. 64
16
2. Rohingya
Melayu)24.
17
ini dihuni oleh sekitar 5 juta penduduk yang terdiri dari dua etnis
beragama Budha.
nama lama dari negara bagian Arakan. Etnis Rohingya yang sudah
dan sejak saat itu pula pengaruh Islam mulai merambah masuk ke
18
Namun pada 24 September 1784 M. Raja Boddaw Paya dari
mayoritas25.
19
merayakan kemerdekaan pada tahun 1948, Umat Islam Rohingya
Jenderal Aung San (Ayah tokoh pro Demokrasi Aung San Su Kyi)
20
ditutupnya tempat-tempat belajar bahasa Rohingya pada tahun
21
atas kejahatan yang serius, berbahaya bagi masyarakat
namun tidak berlaku jika individu tersebut menghadapi
resiko penyiksaan atau perlakuan atau hukuman yang
kjam, tidak manusiawi atau menghinakan.
c. Sebagai bagian dari hukum adat dan traktat, prinsip
dasar ini mengikat semua Negara.
4. Bali Process
telah dilaksanakan sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 2002, 2003,
dan yang terakhir pada tahun 2009 baru-baru ini yang dilaksanakan
di Bali.
pada tanggal 14-15 April 2009, BRMC ke-3 diketuai bersama oleh
28
Arsip Direktorat Kejahatan Internasional dan Pelucutan Senjata (KIPS)
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Hlm 1
22
Pertemuan BRMC ke-3 yang didahului oleh pertemuan
23
Myanmar (Burma) merupakan salah satu negara termiskin,
yang berbeda31.
sebutan Burma. Tapi secara tidak resmi, nama Burma masih tetap
dipakai32.
31
Myanmar atau Burma (http://www.asiamaya.com/panduasia/myanmar/e-
01land/em-lan10.htm) diakses pada 28 November 2009, Pukul 13:30 WITA.
32
Ibid.
24
Junta militer diucapkan menurut ucapan bahasa Spanyol
yaitu di Pulau Weh Sabang dan Idi Rayeuk Aceh Timur (Pengungsi
Rohingya).
33
Militer Myanmar (Junta-militer-Wikipedia-bahasa-indonesia,ensiklopedia-
bebas.webarchive) diakses pada 07 Desember 2009, pukul 17:05 Wita
25
6.1 Aceh
34
Sejarah Aceh (http://id.wikipedia.org/wiki/Aceh#Sejarah) diakses pada 05
Desember 2009, Pukul 11:20 WITA.
35
Ibid.
26
Kabupaten Sabang dan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur yang di
wilayah besar, dan yang lain wilayah kecil. Negeri-negeri ini adalah
36
Demografi Australia (http://id.wikipedia.org/wiki/Australia) diakses pada 02
Desember 2009, Pukul 16:10 WITA.
27
Victoria dan Australia Barat. Dua wilayah tanah besar adalah
dengan lebih banyak pensiunan dan lebih sedikit orang usia kerja.
28
penduduk. Sebagian besar imigrannya terlatih, namun kuota
pengungsi37.
Pengungsi Rohingya.
37
Ibid.
29
organisasi dan sumber daya manusia ini, pencapaian misi
rakyat.
Aceh.
38
Deplu “benah diri” (http://www.deplu.go.id/Pages/AboutUs.aspx?IDP=4&I=id)
diakses pada 13 Desember 2009, pukul 20:27 WITA.
39
Tugas utama Deplu dari tahun 1998 – sekarang (http://www.deplu.go.id
/Pages/History.aspx?IDP=4&I=id) Diakses pada 13 Desember 2009, pukul 20:23 WITA.
30
kebijakan di bidang kesejahteraan rakyat dan penanggulangan
kemiskinan.
menyelenggarakan fungsi :
mengkoordinasikan :
1. Departemen Kesehatan
2. Departemen Pendidikan Nasional
3. Departemen Sosial
4. Departemen Agama
5. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
6. Kementerian Negara Lingkungan Hidup
7. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
8. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
9. Kementerian Negara Perumahan Rakyat
10. Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga
40
Kelembagaan Kementrian Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
(http://www.menkokesra.go.id/content/view/14/34/) diakses pada 11 Desember 2009,
Pukul 10:05 WITA.
31
11. Instansi lain yang dianggap perlu41
41
Tugas dan Fungsi Kementrian Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat (http://www.menkokesra.go.id/content/view/166/117/) diakses pada 11 Desember
2009, Pukul 10:15 WITA.
42
Ibid.
32
11. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kerakyatan dan Informasi
Kesejahteraan Rakyat
12. Staf Ahli Bidang Politik dan Keamanan
13. Staf Ahli Bidang Teknologi, Air Bersih, dan Perumahan Rakyat
14. Staf Ahli Bidang Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah
Tertinggal
15. Inspektorat43
3. UNHCR
dibentuk oleh sidang umum PBB melalui resolusi No. 319 (IV),
pada Resolusi 428 (V) Sidang Umum PBB tahun 1950. Wewenang
43
Ibid.
33
berdasarkan alasan kemanusiaan dan non-politik, perlindungan
bagi mereka44.
juga ada kategori lainnya dari yang kehilangan tempat tinggal atau
suaka45.
4. IOM
46
Syahmin AK. 1985. Hukum Internasional Humaniter 1 Bagian Umum ,
Bandung : Armico. Hlm. 3
34
berkomitmen untuk membantu penanganan migrasi secara tertib &
membutuhkan47.
makanan mereka.
dan lainnya48.
5. ICRC
47
Materi Ajar (Hand Out) dari Yosefina Tanggau Bore’ (Salah Satu Staf IOM di
Indonesia), Makassar 25 November 2009. Hlm. 7 dan 8.
48
Ibid. Hlm. 21
35
ICRC “International Committee of the Red Cross” (yang
Utara)52.
Hlm 2
50
Sumaryo Suryokusumo. 2005. Hukum Diplomatik Teori dan Kasus. Bandung :
Alumni. Hlm. 158. Lihat Juga Kompas, 24 November 1993.
51
KGPH, Haryomataram. 2005. Pengantar Hukum Humaniter. Jakarta : Rajawali
Pers. Hlm. 48
52
ICRC. 2006. Kenali ICRC. Production Sector : International Committee of the
Red Cross. Hlm 2
36
pertama untuk merespon darurat yang disebabkan oleh tsunami
6. PMI
Ketua, dr. Bahder Djohan sebagai Penulis dan tiga anggota panitia
37
yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada
38
keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
1. Kemanusiaan (humanity)
2. Kesamaan (impartiality)
3. Kenetralan (neutrality)
4. Kemandirian (independence)
5. Kesukarelaan (voluntary service)
56
Ibid.
57
Ibid.
39
6. Kesatuan (unity)
7. Kesemestaan (universality)58
1951)
berikut :
diskriminasi, agama, hak yang diberikan yang terpisah dari konvensi ini,
58
Ibid.
59
J. G. Starke. 2007. Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh (2).
Jakarta : Sinar Grafika. Hlm. 586
60
http://www.unhcr.or.id/Data/KonfensidanProtokol.pdf.). Ibid. Hlm. 9
61
Ibid. Hlm 11
40
Bab II mengenai status hukum dari pasal 12 sampai dengan pasal
16, yang berisi status pribadi, milik bergerak dan tidak bergerak, hak karya
sebelumnya.
41
aksesi, ketentuan pemberlakuan toritorial, klausul federal, reservasi, mulai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
42
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan berkaitan
Konflik sosial ),
Family Links ),
43
8. Wilayah pengungsian ( Pulau Weh ) di Sabang Nangroe
1. www.google.com,
2. www.wikipedia.org,
3. www.menkokesra.go.id,
4. www.icrc,org,
5. www.deplu.go.id,
6. www.unhcr.ch, dan
44
Jenis data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara secara
Dit. Dinas III Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya Deplu’,
Krishnajie ‘Direktorat Asia Timur dan Pasifik Deplu’, Syahbuddin ‘Ka. Bid.
Kesejahteraan Rakyat’, Darwin dan Anita ‘Staf UNHCR’, Ronnie Bala ‘Staf
IOM’, Dinihari Puspita ‘Staf ICRC’, Andreane Tampubolon dan Umi Alfiyah
penulisan skripsi ini, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
dengan masalah yang akan dibahas melalui studi kepustakaan dan studi
45
Bangsa Mengenai Status Pengungsi 1951 (Convention Relating to the
UUD’ 1945 dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia.
pakar hukum. Serta bahan hukum tersier yakni bahan yang memberikan
D. Analisis Data
mengolah data Primer, Sekunder, dan tersier yang telah diperoleh agar
46
bekerjasama dengan UNHCR, Organisasi Internasional, dan LSM-LSM
lainnya.
47
BAB IV
PEMBAHASAN
48
Subyek-subyek hukum yang dimaksud disini adalah negara.
65
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, 2003. Pengantar Hukum
Internasional, Bandung: Alumni. Hlm 117
66
Alma, Manuputty dkk. 2008. Hukum Internasional. Depok: Rechta. Hlm 110
49
agama, kebangsaannya, keanggotaannya pada kelompok sosial atau
pandangan politiknya67.
(International Covenant on Civil and Political Rights) tahun 1966 pasal 13,
Lebih dari itu, prinsip inipun telah diakui sebagai bagian dari hukum
yang belum menjadi pihak (state parties), dengan kata lain belum
refoulement ini.
67
Sulaiman Hamid. 2002. Lembaga Suaka dalam Hukum Internasional. Jakarta :
Rajawali Pers. Hlm. 96
68
Negara-negara peserta Konvensi ini tidak diperbolehkan untuk mengusir
ataupun mengembalikan pengungsi dalam bentuk apapun ke luar wilayahnya dimana
keselamatan dan kebebasan mereka terancam karena alasan ras, agama,
kebangsaannya, keanggotaannya pada kelompok sosial atau pandangan politiknya
(Pasal 33 ayat 1 Konvensi 1951)
69
Heru Susetyo. Prinsip Non Refoulement dan Mensikapi Pencari Suaku
Rohingya. (http://saverohingya.com/manusia-perahu-dan-warga-yang-dilupakan.html)
diakses pada 10 Desember 2009, Pukul 15:00 WITA.
50
Baik Myanmar, Thailand, maupun Indonesia hingga saat ini belum
menjadi negara pihak (state parties) dari Konvensi 1951. Kendati demikian
atas dasar perbedaan etnis dan agama (persecution). Hal mana dapat
berproses).
namun ini semua dapat memberikan pelajaran bagi semua negara agar
70
Ibid.
71
Hasil Wawancara Bersama Bapak Teuku Faizasyah ‘Juru Bicara Dept. Luar
Negeri RI’ di Gedung Utama Deplu Lantai 3, Bagian Biro Administrasi Mentri, Hari
Kamis, 16 Juli 2009, Pukul 10.00 – 11.30 WIB.
51
Thailand, Indonesia, dan negara-negara lain yang menjadi tempat
untuk tidak serta merta mengusir dan memulangkan mereka secara paksa
hal yang sangat tidak mungkin. “Ketika kami sampai di Thailand kami
hingga akhirnya pada saat itu saya terpisah dengan keluarga saya yang
mendapat solusi yang terbaik, dan proses inilah yang dinamakan dengan
72
Hasil Wawancara Bersama Bapak Rahmat Bin Mohammad Daud (37 Tahun)
“Salah Seorang Pengungsi Rohingya asal Myanmar” oleh Hanin Mazaya, yang dikutip
oleh penulis seusai shalat Jum’at. Hari Jum’at 31 Juli 2009. Pukul 13.10 WIB
52
ke-3 negara terkait tersebut (Myanmar, Bangladesh, dan Indonesia)
mandat ini tak terbatas pada ‘pengungsi’ yang dimaksud pada Konvensi
menyeberang ke negeri lain. Maka, kali ini kita patut bangga dengan
negara lain, dan adalah hal yang sepatutnya dilakukan dari sisi hukum
adalah hal yang sepatutnya dilakukan sesuai asas non refoulement dalam
Konvensi 195174.
73
Hasil Wawancara bersama Bapak Teuku Faizasyah
74
Heru Susetyo. Prinsip Non Refoulement dan Mensikapi Pencari Suaku
Rohingya. (http://saverohingya.com/manusia-perahu-dan-warga-yang-dilupakan.html)
Ibid.
53
“Walaupun secara yuridis Indonesia tidak berkewajiban untuk
terikat dalam aturan Konvensi 1951 karena Indonesia bukan salah
satu negara yang ikut meratifikasi konvensi, namun demi alasan
kemanusiaan, Indonesia memiliki tradisi baik dalam membantu
para manusia perahu yang lari dari negaranya (selain Rohingya
termasuk juga penungsi Vietnam dan Timor Leste), dan ini sudah
diketahui oleh banyak Negara”75.
3 Februari 2009, 198 manusia perahu yang juga berasal dari etnis
Darussalam tersebut.
75
Hasil Wawancara bersama Bapak Teuku Faizasyah
76
Arsip Direktorat Asia Timur dan Pasifik (Astimpas) Departemen Luar Negeri RI.
Hlm. 1-2
54
regional. Hal tersebut juga telah dibahas dalam pertemuan presiden RI
perahu tersebut. Fokus upaya Pemerintah Indonesia pada saat ini adalah
repatriation).
55
Pada tataran nasional, Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan
tersebut.
penduduk Myanmar.
lebih luas dengan melibatkan negara asal, transit dan tujuan. Dalam
kaitan ini, Bali Process Ke-3 di Bali pada 14-16 April 2009 telah
56
Indonesia senantiasa mendukung Bali Process sebagai mekanisme
dan dalam kurun waktu yang tidak lama akan didapat kepastian apakah
perahu tersebut.
Sejak minggu lalu77, telah ada aktifitas verifikasi dari tim UNHCR
57
penerjemah. Pemerintah Indonesia memberikan keleluasaan kepada
Rohingya. Oleh sebab itu proses tersebut memerlukan waktu dan terus
itu akan menjadi bagian dari fungsi UNHCR untuk mencarikan negara
Indonesia dengan IOM dan UNHCR telah selesai dilakukan, dari proses
Bangladesh.
78
Ibid.
58
Adapun masalah teknis pemulangan akan melibatkan pemerintah
daerah Medan pada awal Desember 2009, dengan jumlah 195 orang (196
dan sebagian lagi kabur / lari dari daerah pengungsian) dan kesemuanya
telah diberikan status pengungsi oleh UNHCR, namun hingga saat ini
Rohingya.
79
Teuku Faizasyah. Pokok-Pokok Press Briefing Juru Bicara Departemen Luar
Negeri Republik Indonesia. Jakarta 5 Juni 2009. Hlm. 2
80
Hasil Pemberitahuan dari Bapak Darwin “ Staf UNHCR” Kepada Penulis via
Telepon. Hari Kamis 24 Desember. Pukul 13.05 WITA.
59
Disela-sela BRMC ke-3 telah diadakan Informal Ministerial
yakni :
81
Arsip Direktorat KIPS. Deplu. Op.Cit. Hlm. 1
60
batas wilayah kawasan, dan melemahkan kemampuan negara untuk
diperdagangkan.
antara asal, transit, dan tujuan. Dapat memperkuat upaya kawasan dalam
ancaman bagi berbagai kelompok orang yang rentan. Selain itu diakui
dukungan korban, rehabilitasi dan reintegrasi. Dalam hal ini, dinilai penting
61
menciptakan insentif bagi orang untuk mengejar keuntungan ekonomi
bagi pencari suaka. Sementara bagi yang diketahui bukan pencari suaka,
kerjasama internasional.
“spontan” migrasi tenaga kerja, migrasi spontan disini adalah mereka yang
kontrak kerja atau mereka yang bermigrasi secara illegal untuk bekerja di
Negara82.
hoc (AHG) yang dihentikan pada tahun 2004. AHG tersebut dimaksudkan
82
M. Arif Nasution. 1999. Globalisasi dan Migrasi Antar Negara. Bandung :
Alumni. Hlm. 2
62
melanjutkan dan dimanfaatkan guna menaggapi kasus-kasus irregular
people movement83.
ini. Namun hasil akhir dari Bali Process adalah terbentuknya suatu Ad Hoc
working groups yang nantinya akan membahas current issues yang lebih
besar.
para Rohingya.
Salah satu hal positif yang dihasilkan dari Bali Process adalah
83
Arsip Direktorat KIPS. Deplu. Op.Cit. Hlm. 2
63
yang berada dikawasan Asia Pasifik, mengapresiasi segala bentuk upaya-
upaya bilateral84.
apabila belum melewati perbatasan maka hal ini diserahkan pada pihak
Indonesia adalah salah satu dari banyak negara yang tidak dapat
dibebani dengan masalah ini, karena banyak negara yang harus dilibatkan
imigran ilegal yang datang ke Indonesia dari bulan Januari sampai April.
hal tersebut.
meningkatnya illegal immigrant yang datang ke Indonesia, dan hal ini telah
dibahas pada saat Bali Process. Dalam hal ini salah satu alasan adalah
situasi politik dinegara asal . dan terdapat poin penting antara hubungan
84
Teuku Faizasyah. Pokok-Pokok Press Briefing. 17 April 2009. Op.Cit Hlm. 2
85
Ibid. Hlm. 1
64
3.4 Poin-Poin Penting dalam AHG Bali Process.
dari Bali Process ke-3 yang diadakan pada tanggal 14-15 April 2009,
movement di kawasan86.
yang dapat menghasilkan tindak lanjut yang bersifat konkret dan praktis,
Perlindungan87.
86
Arsip Direktorat KIPS. Deplu. Op.Cit. Hlm. 2
87
Ibid.
65
Disamping hasil Bali Process dan AHG Bali Process diatas, secara
Indonesia hingga saat ini yaitu Deplu telah melakukan repatriasi kepada
negara ke-3 (tiga) bagi para Pengungsi Rohingya yang berasal dari
Kesra sendiri hingga saat ini telah memberikan 500 ton beras, dan
dilakukan untuk Pengungsi Rohingya yang saat ini ada di Aceh adalah
66
Sabang, serta membuka posko dan membuat septi tank di wilayah
pengungsian.
Selain itu PMI juga melakukan 3 (tiga) penanganan PMI, yaitu (a)
PSP, yang sifatnya Non-Material seperti terapi sosial dan games yang
para pengungsi91.
Pengungsi Rohingya.
91
Hasil Wawancara Bersama Ibu Anne Tampubolon dan Umi Alfiyah.
92
Hasil Wawancara Bersama Bapak Ronnie Bala ‘National Operations Officers
International Organization for Migration (IOM)’ di Gedung Eksekutif. Lantai 9, Kantor IOM
Indonesia, Hari Selasa, 28 Juli 2009, Pukul 14.00 – 15.30 WIB.
67
i. Seberapa lama aparat yang membantu disana bisa menjamin
kepada pihak Kesra, serta sulitnya mendapat data yang valid soal
3.6 Hal-Hal yang Harus Dilakukan ke Depan yang Hingga Saat Ini Belum
93
Hasil Wawancara Bersama Bapak Teuku Faizasyah.
94
Hasil Wawancara Bersama Bapak Syahbuddin.
95
Hasil Wawancara Bersama Ibu Anne Tampubolon dan Umi Alfiyah.
96
Hasil Wawancara Bersama Bapak Teuku Faizasyah.
97
Hasil Wawancara Bersama Ibu Anne Tampubolon dan Umi Alfiyah.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
69
1. Prinsip non refoulement ini tidak hanya terdapat pada
dari itu, prinsip inipun telah diakui sebagai bagian dari hukum
lazim.
70
2. Bali Process ke-3 pun yang membahas permasalahan
Bangladesh.
71
B. Saran
kenegaranya. .
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
72
D. W. Bowett. 2007. Hukum Organisasi Internasional. Jakarta : Sinar
Grafika.
Fandi, Ahmad dan Tim Setia Kawan. 1999. Undang-Undang Dasar 1945
Amandemen Pertama – Ke Empat (1999 – 2002). Jakarta : Setia
Kawan.
Hendra, Nurtjahjo. 2005. Ilmu Negara Pengembangan Teori Bernegara
dan Suplemen. Jakarta : Rajawali Pers.
I Wayan Partiana. 2002. Hukum Perjanjian Internasional Bag:1. Bandung:
Mandar Maju.
ICRC. 2008. Hukum Humaniter Internasional Menjawab Pertanyaan Anda.
Switzerland : International Committee of the Red Cross Production
Sector.
ICRC. 2006. Kenali ICRC. Switzerland : International Committee of the
Red Cross Production Sector.
J. G. Starke. 2007. Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh (2).
Jakarta : Sinar Grafika.
Jalaluddin, Rakhmat. 2005. Rekayasa Sosial, Reformasi, Revolusi, atau
Manusia Besar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
KGPH, Haryomataram. 2005. Pengantar Hukum Humaniter. Jakarta :
Rajawali Pers.
M, Arif Nasution. 1999. Globalisasi dan Migrasi antar negara. Bandung :
Alumni.
73
UNHCR. 2005. Pengungsi dalam Angka. Switzerland : Media Relations
and Public UNHCR.
UNHCR. 2007. Melindungi Pengungsi dan Peran UNHCR. Switzerland :
Media Relations and Public UNHCR.
UNHCR. 2007. The 1951 Refugee Convention Questions and Answers.
Switzerland : Media Relations and Public UNHCR.
UNHCR. 2007. Pengungsi dalam Negeri Sendiri (IDP) Pertanyaan dan
Jawaban. Switzerland : Media Relations and Public UNHCR.
Konvensi:
Vienna Convention on the Law of Treaties, 1969.
Convention Relating to the Status of Refugees 1951.
Protocol Relating to the Status of Refugees 1967.
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak asasi Manusia.
Sumber Lain:
C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, 2002. Modul Hukum
Internasional, Jakarta: Djambatan.
Materi Ajar (Hand Out) dari Yosefina Tanggau Bore’ (Salah Satu Staf IOM
di Indonesia), Makassar 25 November 2009
Jurnal Hukum Humaniter Vol. 1 No. 2. 2006. Jakarta : Diterbitkan oleh
Pusat Studi Hukum Humaniter dan HAM (terAs) Fakultas Hukum
Universitas Trisakti atas Kerja sama dengan Komite Internasional
Palang Merah (ICRC).
Pengungsi Rohingya enggan kembali ke Myanmar, Hanin Mazaya, 05
Februari 2009, (http://www.arrahmah.com/index.php/news/ read /
3292/pengungsi-rohingya-enggan-kembali-ke-myanmar.) diakses
16 Maret 2009, pukul 15:10 WITA.
74
Kabar dari seberang ‘nasib pengungsi Rohingya’, Muhammad Yusuf, 26
Februari 2009, (http://www.hinamagazine.com/news/nasib-pengun
gsi-rohingya.html.) diakses 16 Maret 2009, pukul 15:15 WITA.
Rohingya kaum muslim yang terpinggirkan (http//.Sunu Wibirama _
[Cerdas-Terampil-Taqwa] » Blog Archive » Rohingya, Kaum Muslim
yang Terpinggirkan.htm) diakses 16 Maret 2009, pukul 16:20 WITA.
Solidaritas untuk pengungsi rohingya di aceh, Muhammad Ardan, 11
Januari 2009, (http://www.siwah.com/news/jurnalis-oposisi-burma-
mengunjungi-pengungsi-rohingya.html.) diakses 16 Maret 2009,
pukul 15:18 WITA.
75
Kelembagaan Kementrian Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat (http://www.menkokesra.go.id/content/view/14/34/) diakses
pada 11 Desember 2009, Pukul 10:05 WITA.
76