You are on page 1of 19

3.1.

Penggolongan/Klasifikasi dalam Komoditi Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae.
Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Brazil
dipercaya sebagai tempat di mana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman
ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan. Benih kelapa sawit
pertama kali yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius, Afrika. Perkebunan
kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt (Jerman) pada
tahun 1911.

Klasifikasi kelapa sawit adalah sebagai berikut :


Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Palmaceae
Sub keluarga : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Varietas unggul kelapa sawit adalah varietas Dura sebagai induk betina dan Pisifera sebagai induk
jantan. Hasil persilangan tersebut memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Varietas unggul
hasil persilangan antara lain: Dura Deli Marihat (keturunan 434B x 34C; 425B x 435B; 34C x 43C),
Dura Deli D. Sinumbah, Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan, D. Ilir (keturunan 533 x 533; 544 x 571),
Dura Dumpy Pabatu, Dura Deli G. Bayu dan G Malayu (berasal dari Kebun Seleksi G. Bayu dan

Komoditi Kelapa Sawit


III - 1
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

G. Melayu), Pisifera D. Sinumbah dan Bah Jambi (berasal dari Yangambi), Pisifera Marihat (berasal
dari Kamerun), Pisifera SP 540T (berasal dari Kongo dan ditanam di Sei Pancur).
Beberapa ciri yang dapat digunakan untuk menandai kecambah yang dikategorikan baik dan layak
untuk ditanam antara lain sebagai berikut:
• Warna radikula kekuning-kuningan, sedangkan plumula keputih-putihan
• Ukuran radikula lebih panjang daripada plumula
• Pertumbuhan radikula dan plumula lurus dan berlawanan arah
• Panjang maksimum radikula 5 cm, sedangkan plumula 3 cm.

Ilustrasi beberapa jenis varietas bibit kelapa sawit yang dikategorikan memenuhi syarat seperti pada
Gambar 3.1.

DXP Simalungun DXP Langkat DXP Bah Jambi DXP Dlk sinumbah DXP Lame

DXP SP 1 DXP Yangambi DXP Marihat DXP Avros DXP SP 1

Gambar 3.1. Bibit Kelapa Sawit yang Memenuhi Syarat

Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama
berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua
berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu
prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 %
pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % FFA.
Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % - 22,2 %
(tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % - 2,1 % (terendah).

Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar-benar murni dan tidak
bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai
sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium.
Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan

Komoditi Kelapa Sawit


III - 2
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam
tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai
bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian,
kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak
sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk
pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain
itu, ada beberapa faktor yang langsung berkaitan dengan standar mutu minyak sawit seperti di
bawah ini :
 Free Fatty Acid (FFA)  Cloud Point
(As Palmitic)  M.Pt (AOCS Cc3-25)
 Moisture % impurities (M&I)  Colour (5 1/4" Lovibond Cell)
 Peroxide value  Saponifiable Matter
 Iodine value  Dirt
 DOBI  Fibre
 Melting Point  Profat

Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut, didapat hasil dari
pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini :
• Crude Palm Oil • Palm Kernel Expeller (PKE)
• Crude Palm Stearin • Palm Cooking Oil
• RBD Palm Oil • Refined Palm Oil (RPO)
• RBD Olein • Refined Bleached Deodorised Olein (ROL)
• RBD Stearin • Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS)
• Palm Kernel Oil • Palm Kernel Pellet
• Palm Kernel Fatty Acid • Palm Kernel Shell Charcoal
• Palm Kernel

Selain standar mutu sesuai dengan standar Dirjen Perkebunan berikut kualitas CPO yang baik:
(sesuai Standar Produksi SP 10-1975)
a. kadar minyak minimum 48 % cara pengujian AP-SMP-13-1975
b. kadar air maksimum 8,5 % cara pengujian SP-SMP-7-1975
c. kontaminasi maksimum 4 % cara pengujian SP-SMP-31-1975
d. kadar inti pecah maksimum 15 % cara pengujian SP-SMP-31-1975.

Komoditi Kelapa Sawit


III - 3
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

3.2. Penggunaan Komoditi Kelapa Sawit


Kelapa sawit sangat bermanfaat, mulai dari industri makanan sampai industri kimia. Data
selengkapnya mengenai produk dan penggunaan minyak sawit dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia


Pemanfaatan Keterangan
Industri makanan Mentega, shortening, coklat, additive, es cream, pakan ternak,
minyak goreng.
Produk obat – obatan dan kosmetik Krim, shampoo, lotion, pomade, vitamin and beta carotene.
Industri berat dan ringan Industri kulit (untuk membuat kulit halus dan lentur dan tahan
terhadap tekanan tinggi atau temperatur tinggi), cold rolling and
fluxing agent pada industri perak, dan juga sebagai bahan pemisah
dari material cobalt dan tembaga di industri logam.
Industri kimia Bahan kimia yang digunakan untuk detergen, sabun, dan minyak.
Sisa - sisa dari industri minyak sawit, dapat digunakan sebagai
bahan bakar boiler, bahan semir furniture, bahan anggur.

Selain minyaknya, ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber pupuk kalium dan berpotensi
untuk diproses menjadi pupuk organik melalui fermentasi (pengomposan) aerob dengan
penambahan mikroba alami yang akan memperkaya pupuk yang dihasilkan. Tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) mencapai 23 % dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai
alternatif pupuk organik sehingga memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi. Bagi perkebunan
kelapa sawit, dapat menghemat penggunaan pupuk sintetis sampai dengan 50 %. Ada beberapa
alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan, yaitu sebagai pupuk kompos, merupakan bahan
organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh
mikroorganisme. Kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain :
• Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan.
• Membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
• Bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman.
• Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah.
• Dapat diaplikasikan pada sembarang musim.

Selain sebagai pupuk kompos TKKS juga sebagai pupuk kalium karena abu tandan tersebut
memiliki kandungan 30 - 40 % K2O, 7 % P2O5, 9 % CaO, dan 3 % MgO. Selain itu juga
mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 1.000 ppm Mn, 400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu.
Fungsi lain TKKS juga sebagi bahan serat untuk bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot, dll.
• Pelepah pohon dan CPO dapat dijadikan ekstrak untuk Vitamin E
• Batang pohon dapat dijadikan “Fiber Board” untuk bahan baku mebel, kursi, meja, lemari dan
sebagainya.

Komoditi Kelapa Sawit


III - 4
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

• Ampas tandan/buangan sisa pabrik dapat dijadikan serbuk pengisi kasur, bantalan kursi, dan
sebagainya.

3.3. Karakteristik Konsumsi/Pemanfaatan Komoditi Kelapa Sawit dan Ikutannya


Selain sebagai sumber minyak goreng kelapa sawit, produk turunan kelapa sawit ternyata masih
banyak manfaatnya dan sangat prospektif untuk dapat lebih dikembangkan, antara lain:
1. Produk turunan CPO. Produk turunan CPO selain minyak goreng kelapa sawit, dapat
dihasilkan margarine, shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery Fats, Instans Noodle,
Sabun dan Detergent, Cocoa Butter Extender, Chocolate dan Coatings, Specialty Fats, Dry Soap Mixes,
Sugar Confectionary, Biskuit Cream Fats, Filled Milk, Lubrication, Textiles Oils dan Bio Diesel. Khusus
untuk biodiesel, permintaan akan produk ini pada beberapa tahun mendatang akan semakin
meningkat, terutama dengan diterapkannya kebijaksanaan di beberapa negara Eropa dan Jepang
untuk menggunakan renewable energy.
2. Produk Turunan Minyak Inti Sawit. Dari produk turunan minyak inti sawit dapat dihasilkan
Shortening, Cocoa Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee Whitener/Cream, Sugar Confectionary,
Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation Cream, Sabun, Detergent, Shampoo dan Kosmetik.
3. Produk Turunan Oleochemicals kelapa sawit. Dari produk turunan minyak kelapa sawit
dalam bentuk oleochemical dapat dihasilkan Methyl Esters, Plastic, Textile Processing, Metal Processing,
Lubricants, Emulsifiers, Detergent, Glicerine, Cosmetic, Explosives, Pharmaceutical Products dan Food
Protective Coatings.

Dari gambaran tersebut dapat disampaikan bahwa prospek kelapa sawit masih sangat luas, tidak saja
untuk pemenuhan kebutuhan minyak goreng kelapa sawit, tetapi juga untuk kebutuhan produk-
produk turunannya. Untuk lebih meningkatkan daya saing produk kelapa sawit dan turunannya agar
lebih mempunyai daya saing, keterpaduan penanganan sejak dari kegiatan perencanaan, kegiatan
on-farm, off-farm, dukungan sarana dan prasarana serta jasa-jasa penunjangnya sangat diperlukan.

3.4. Proses Produksi Komoditi Kelapa Sawit

A. Pembibitan
Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai paling lambat satu tahun
sebelum penanaman di lapangan. Standar yang biasa dilakukan, kapasitas pembibitan 1 ha kelapa
sawit dapat menyediakan bibit tanaman untuk kebun seluas 71 ha. Lokasi pembibitan harus
mendapat perhatian, terutama hal-hal sebagai berikut:
• dekat dengan sumber air
• bebas genangan air atau banjir

Komoditi Kelapa Sawit


III - 5
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

• dekat dari pengawasan, mudah dikunjungi


• tidak jauh dari areal yang akan ditanami
• tidak terlalu jauh dengan sumber tanah (top soil) untuk mengisi polybag.
Untuk memperoleh bibit yang berasal dari biji dapat dilakukan dengan mengusahakan sendiri atau
memesan ke produsen resmi bibit kelapa sawit yang telah ditunjuk pemerintah. Kegiatan
mengusahakan bibit kelapa sawit dimulai dengan melakukan seleksi biji, mengecambahkan,
menyemai, dan membibitkannya.

 Persemaian
Persemaian bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang merata sebelum dipindahkan
ke pembibitan. Medium persemaian biasanya dipilih pasir atau tanah berpasir. Persemaian dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dalam bentuk bedengan atau polibag. Berikut langkah-langkah
persemaian:
1). Penyiraman dilakukan dua kali sehari kecuali jika ada hujan 7 - 8 mm.
2). Gulma dibuang/dicabut atau disemprot dengan herbisida setiap 3 bulan. Penyiangan
dilakukan 2 - 3 kali dalam sebulan.
3). Bibit yang buruk harus dibuang
Pemupukan dilakukan beberapa kali selama masa pembibitan, selengkapnya seperti terlihat pada
Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Umur dan Jenis Pupuk yang Digunakan Pada Persemaian
Pupuk Dosis/Periode Umur
Urea 0,2 % 3 - 4 lt/100 bibit 4 - 5 minggu
Urea 0,2 % 4 - 5lt/100 bibit 6 - 7 minggu
Rustica 15.15.6.4 1 gr/bibit 8 - 16 minggu
Rustica 12.12.17.2 1 gr/bibit 8 - 16 minggu
Sumber: Seri AgriBisnis, Kelapa Sawit, Budidaya dan Pengolahannya, Penerbit Penebar Swadaya

 Sistem Pembibitan
Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan ganda (double stage system)
dan sistem pembibitan tunggal (single stage system). Pada penerapan sistem tahap ganda,
penanaman bibit dilakukan sebanyak dua kali. Tahap pertama disebut pembibitan pendahuluan,
yaitu kecambah ditanam dengan menggunakan plastik polibag kecil sampai bibit berumur 3
bulan, kemudian tahap kedua bibit tersebut ditanam ke pembibitan utama yang menggunakan
plastik polibag besar selama 9 bulan. Pada sistem pembibitan tahap tunggal, bibit langsung di
tanam di dalam plastik polibag besar hingga berumur 12 bulan tanpa harus ditanam di dalam
plastik polibag kecil. Pada prinsipnya sistem manapun yang dipilih tujuannya sama, yaitu untuk

Komoditi Kelapa Sawit


III - 6
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

menghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya tahan tinggi dan kemampuan adaptasinya yang
besar sehingga faktor kematian bibit di pembibitan dan setelah dilapangan dapat ditekan.

Pekerjaan yang dilakukan pada pembibitan ini meliputi:


1) Pembuatan pembibitan awal (0 – 3 bulan), meliputi pekerjaan : persiapan lahan dan
perataan lahan, pengadaan alat dan bahan, pembuatan naungan, pembuatan jaringan irigasi
dan penanaman.
2) Pembuatan pembibitan utama (3 – 9 bulan), meliputi pekerjaan : persiapan lahan dan
perataan lahan, pengadaan alat dan bahan, pemindahan tanaman dari plastik kecil ke plastik
besar, pengaturan jarak, dll.
3) Pemeliharaan tanaman meliputi : pemupukan, penyiraman, pengendalian hama penyakit,
penyiangan gulma, dan seleksi bibit.

B. Pembukaan Lahan dan Penyiapan Lahan

Perkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah bekas hutan, daerah bekas alang-alang, atau
bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki topografi yang berbeda-beda. Namun, yang
perlu diperhatikan dalam pemukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah.
Selain itu, harus memperhatikan urutan pekerjaan, alat, dan teknik pelaksanaannya.

Sebelum melakukan pembukaan lahan terlebih dahulu dilakukan identifikasi vegetasi yang ada pada
lahan tersebut. Dari data yang ada maka dapat ditentukan apakah pembukaan lahan dilakukan secara
manual, manual – mekanis atau secara mekanis saja. Pembukaan areal perkebunan kelapa sawit pada
daerah alang-alang dapat dilakukan dengan cara mekanis dan khemis, secara mekanis dilakukan
dengan cara membajak dan menggaru, secara khemis dilakukan dengan menyemprot alang-alang
dengan racun antara lain Dalapon atau Glyphospate. Pembukaan kelapa sawit juga bisa dengan cara
konversi yaitu membuka areal perkebunan dari bekas perkebunan lain.

Metode pembukaan lahan yang sebaiknya dilakukan adalah pembukaan lahan tanpa bakar, karena
dengan cara membakar hutan dilarang oleh pemerintah dengan dikeluarkannya SK Dirjen
Perkebunan No. 38 tahun 1995, tentang pelarangan membakar hutan. Selain itu alasan
menggunakan metode ini adalah:
• mempertahankan kesuburan tanah,
• menjamin pengembalian unsur hara,
• mencegah erosi permukaan tanah, dan
• membantu pelestarian lingkungan.

Komoditi Kelapa Sawit


III - 7
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

Tahapan untuk pembukaan lahan adalah sebagai berikut : membabat rintisan, mengimas, menebang,
merancek, membuat pancang kepala dan membersihkan jalur. Sedangkan tahapan untuk penyiapan
lahan adalah : pembuatan teras dan pembuatan benteng (tanggul) sinambung dan rorak. Pembuatan
saluran drainase, penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), dan pembuatan jalan
transportasi.

C. Penanaman
Penanaman di lapangan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau pada bulan Oktober
sampai Februari. Tahapan pekerjaan penanaman adalah sebagai berikut:

 Pembuatan Lubang Tanam


Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Pembuatan lubang
tanam lebih satu minggu akan memungkinkan tertimbunnya kembali sebagian lubang yang
sudah digali dengan tanah yang berada di sekitar galian lubang itu sendiri. Hal ini dapat
mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibit, karena tenaga kerja harus mengulang
kembali penggalian lubang yang telah tertimbun. Begitu pula sebaliknya, penggalian lubang
tanam yang terlalu cepat atau kurang dari satu minggu juga tidak dianjurkan karena semakin
kecil persiapan untuk mengontol kebenaran ukuran dan posisi lubang. Pembuatan lubang
tanam berbeda untuk tanah mineral dan tanah gambut.

 Umur dan Tinggi Bibit


Bibit tanaman terlebih dahulu diseleksi sebelum dipindahkan terutama dari segi umur dan tinggi
bibit. Penyeleksian bibit dimaksudkan agar bibit yang akan ditanam merupakan bibit yang tahan
terhadap hama dan penyakit, serta memiliki produktivitas yang tinggi. Umur bibit yang akan
ditanam di lapangan tidak sama di semua tempat. Hal ini disebabkan oleh iklim yang
mempengaruhinya. Pemindahan bibit pada umur yang tidak tepat dapat menyebabkan
kematian. Bibit dengan umur 12 - 14 bulan adalah yang terbaik untuk dipindahkan. Bibit yang
berumur kurang dari 6 bulan tidak tahan terhadap hama dan penyakit. Sebaliknya, jika melebihi
akan menambah biaya penanaman dan waktu tanam. Walaupun umurnya sama, tinggi bibit di
pembibitan tidak seragam. Tinggi bibit yang dianjurkan berkisar 70 - 180 cm. Bibit yang
tingginya kurang dari ukuran yang dianjurkan akan menurunkan produksi, sedangkan yang
terlalu tinggi, produksinya tidak lebih tinggi dibandingkan tanaman yang berasal dari bibit yang
dianjurkan.

Komoditi Kelapa Sawit


III - 8
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

 Susunan dan Jarak Tanam


Pembibitan dengan sistem kantong plastik mempermudah pada saat bibit akan dipindahkan.
Pembibitan sistem lapangan, pemindahan bibitnya dilakukan dengan cara putaran atau cabutan.
Dengan cara putaran, bibit yang akan dipindahkan harus beserta tanahnya. Caranya dengan
menggunakan sekop yang tajam. Dalam jarak kira-kira 15 cm dari bibit, sekop ditekankan ke
tanah sehingga sebagaian akar terputus. Dalam waktu 2 minggu bibit dibiarkan dan diamati
pertumbuhannya. Pada bibit yang masih segar, pemotongan akar yang kedua dapat dilakukan
4 minggu sebelum ditanam dan bibit dapat diputar. Bibit putaran sebaiknya dibungkus dengan
kulit batang pisang kering, daun kelapa, atau pembungkus lain. Pembungkusan bertujuan untuk
mencegah pecahnya tanah dan mempermudah pengangkutan.

 Waktu Tanam
Penanaman pada awal musim hujan adalah yang paling tepat karena persediaan air sangat
berperan dalam menjaga pertumbuhan bibit tanaman yang baru dipindahkan. Penanaman yang
dilakukan pada musim kemarau dapat menyebabkan kematian dan memerlukan biaya yang lebih
karena perlu persediaan air. Minimum 10 hari setelah penanaman diharapkan dapat turun hujan
secara berturut-turut. Di Indonesia, saat terbaik untuk melakukan penanaman adalah pada
bulan Oktober atau November.

 Teknik Penanaman
• Penentuan Pola Tanaman
Ketika tajuk belum saling menutup, kelapa sawit dapat ditumpangsari dengan segala jenis
tanaman pangan/buah-buahan seperti nenas, tapi bila tajuk telah menutupi maka pola
tanamnya monokultur.
• Pembuatan Lubang Tanam
Pengajiran dilakukan untuk menentukan tempat-tempat yang akan dibuat lubang tanam.
Ajir dipasang pada jarak 9 x 9 x 9 m dalam pola segi tiga. Lubang tanam dibaut beberapa
hari sebelum tanam dengan ukuran 50 x 40 cm sedalam 40 cm.
• Cara Penanaman
Kelapa sawit ditanam pada awal musim hujan, atau setelah turun hujan dengan teratur.
a. Lubang tanam dipupuk dengan pupuk fostat Agrophos 250g/lubang.
b. Lepaskan plastik polybag dan masukkan bibit.
c. Timbun bibit dengan galian atas tanah, padatkan.
d. Beri mulsa disekitar batang.

Komoditi Kelapa Sawit


III - 9
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

D. Pemeliharaan Tanaman
Pada tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua fase, yaitu tanaman belum menghasilkan (TBM)
dan tanaman menghasilkan (TM). Pada masa TBM merupakan masa pemeliharaan yang banyak
memerlukan tenaga dan biaya, karena pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari pembukaan
lahan dan persiapan tanaman, selain itu pada masa ini sangat menentukan keberhasilan pada masa
TM. Pekerjaan-pekerjaan dalam pemeliharaan tanaman TBM adalah sebagai berikut:
1) Konsolidasi,
2) Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit dan lain-lain,
3) Penyulaman,
4) Pengendalian gulma,
5) Pemupukan
6) Pemeliharaan tanaman penutup tanah,
7) Kastrasi/ablasi
8) Penyerbukan (polinasi),
9) Pengendalian hama dan penyakit.

Pemeliharaan kelapa sawit pada TM pada dasarnya hampir sama dengan pemeliharaan TBM.
Kegiatan pada TM meliputi pemeliharaan jalan, teras tanggul, pemangkasan pelepah daun,
konsolidasi dan inventarisasi, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta
pemupukan.

E. Panen dan Produksi


 Umur panen
Kelapa sawit berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak 5,5 bulan setelah penyerbukan.
Kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman berumur 31 bulan, sedikitnya 60 % buah telah matang
panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Satu tandan beratnya berkisar 10 kg
lebih.

 Cara Panen
1. Tandan matang dipanen semuanya dengan kriteria 25 - 75 % buah luar memberondol atau
kurang matang dengan 12,5 - 25 % buah luar memberondol
2. Potong pelepah daun yang menyangga buah
3. Tandan dipotong
4. Bertanda di bekas potongan dengan nama atau tanggal panen
5. Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di gawangan dengan cara ditelungkupkan.

Komoditi Kelapa Sawit


III - 10
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

Periode Panen
Panen dilakukan 5 hari dalam seminggu, 2 hari untuk pemeliharaan alat. Tingkat produksi
dipengaruhi kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim, umur tanaman, pemeliharaan
tanaman dan serangan hama - penyakit. Contoh kapasitas produksi kelapa sawit jenis dura:
1. Umur tanaman 4 tahun hasil minyak = 500 kg/ha, hasil inti = 100 kg/ha
2. Umur tanaman 6 tahun hasil minyak = 1.000 kg/ha, hasil inti = 200 kg/ha
3. Umur tanaman 8 tahun hasil minyak = 1.600 kg/ha, hasil inti = 320 kg/ha
4. Umur tanaman 10 tahun hasil minyak= 2000 kg/ha, hasil inti = 400 kg/ha
5. Umur tanaman 12 tahun hasil minyak = 2250 kg/ha, hasil inti = 450 kg/ha.

Pada dasarnya, ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik yaitu minyak sawit yang
merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti
sawit. Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan
sebagai berikut:
1. Pengangkutan TBS ke Pabrik
2. Perebusan TBS
3. Perontokan dan Pelumatan Buah
4. Pemerasan atau Ekstraksi Minyak Sawit
5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit
6. Pengeringan dan Pemecahan Kulit
7. Pemisahan Inti Sawit dari Tempurung

Berikut ini bagan proses penyulingan minyak kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit
(Gambar 3.2. dan Gambar 3.3.).

Komoditi Kelapa Sawit


III - 11
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

Penyimpanan
CPO
Pembuangan
Getah &
Penjernihan

Pencucian

Penyaringan

Penghilangan
Bau

PFAD PFAD

Pemecahan

Penyaringan

RDB Stearin Olein

Gambar 3.2. Proses Penyulingan Minyak Kelapa Sawit

Komoditi Kelapa Sawit


III - 12
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

Penerimaan TBS

Proses Sterilisasi

Mesin Bantingan

Tandan Kosong Buah Sawit

Proses
Pengepresan

CPO Kotor Biji Sawit Serat

Proses Pemecahan
Penjernihan Biji

Limbah Cair Limbah Cair

CPO Jernih Hidrosiklon


Pengolahan Pengolahan
Limbah Limbah

Palm Kernel Cangkang

Digunakan Pembuangan
untuk pupuk sesuai dengan
tanaman di ketentuan
lapangan pemerintah
Digunakan
untuk bahan
bakar boiler

Gambar 3.3. Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Komoditi Kelapa Sawit


III - 13
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

Keberhasilan panen dan produksi sangat tergantung kepada bahan tanaman yang digunakan, SDM
dengan kapasitas kerjanya, peralatan yang digunakan pada saat panen, kelancaran tranformasi serta
faktor pendukung lainnya seperti organisasi, keadaan areal. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian
dalam pelaksaan panen adalah sebagai berikut : persiapan panen, sistem dan organisasi panen,
kapasitas, kualitas dan sortasi panen, ramalan produksi, angkutan panen.

Penggunaan teknologi pada pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit mentah (CPO),
merupakan teknologi yang sederhana antara lain meliputi proses pemurnian dengan melakukan
penguapan kadar air dengan menggunakan mesin bertekanan tinggi. Ilustrasi mesin pengolahan
kelapa sawit disajikan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Susunan Mesin dan Peralatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
Keterangan:
1. Bunch reception and Storage, yaitu tempat penimbangan dan pemeriksaan buah kelapa sawit yang
datang dari kebun,
2. Sterilising Station, yaitu suatu ruangan yang dilengkapi ketel uap dan pipa penyalur uap panas. Di
dalam ruangan ini buah kelapa sawit yang sudah ditimbang & diseleksi diberi uap panas selama
60 menit,
3. Thresing Station, suatu alat/mesin yang berfungsi untuk memisahkan buah kelapa sawit dari
tandannya. Buah kelapa sawit yang dimasukkan ke dalam mesin ini adalah buah yang sudah
dipanaskan,
4. Pressing Station, suatu alat yang berfungsi untuk mengupas kelapa sawit, seihingga biji kelapa
sawit terpisah dari sabutnya. Biji dan daging buah yang sudah hancur kemudian dikempa,
sehingga akan keluar minyak sawit kotor (crude palm oil = CPO),
5. Depercarping Station, tempat untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam minyak sawit
dan ditempat ini biji sawit akan dipisahkan dari sabutnya dengan meniupkan udara,
6. Kernel Recovery Station, tempat untuk mengeringkan biji sawit, kemudian biji sawit dipecah dalam
Nut Craker serta dibersihkan dari partikel kecil yang ringan dengan tiupan udara,

Komoditi Kelapa Sawit


III - 14
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

7. Palm Oil Storage, tempat penyimpanan sementera minyak sawit kotor, sebelum diproses lebih
lanjut,
8. Clarification Station, tempat memproses minyak sawit terdiri dari tangki, tungku pemanas,
saringan dan vacum arier,
9. Incinerator, tempat pembakaran tandan kelapa sawit,
10. Jaringan pipa,
11. Power house,
12. Instalasi listrik,
13. Steam generating plan,
14. Instalasi air.

3.5. Skala Usaha Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit


Perkebunan kelapa sawit dan unit pengolahan minyak sawit (CPO mill) membutuhkan modal
intensif, teknologi, dan pasar dalam investasinya. Perkebunan kelapa sawit memerlukan area yang
sangat luas agar bisa menghasilkan tandan buah sawit dan memproduksi CPO secara
berkesinambungan dan cadangan area juga mungkin diperlukan untuk perluasan perkebunan.
Mengikuti peraturan yang ada, tidak mungkin membangun CPO mill tanpa perkebunan tersebut
(yang mampu menghasilkan bahan baku secara terus-menerus). Karenanya, investasi pada komoditi
CPO dan perkebunan kelapa sawit merupakan investasi yang terkategori proyek padat modal
(capital intensive).

Untuk mengetahui suatu usaha layak atau tidak, maka diperlukan perhitungan skala usahanya. Untuk
kelayakan komoditi kelapa sawit, skala usaha untuk investasi besar yang menjanjikan keuntungan
yang cukup besar dapat dilakukan pada luas lahan kurang lebih 6.000 ha. Data mengenai rencana
produksi tanaman kelapa sawit berdasarkan umur tanaman untuk luas lahan 6.000 ha dapat dilihat
pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Produksi TBS, Minyak Sawit Dan Inti Sawit Tiap Tahun
untuk Luas Lahan 6.000 Ha

Produksi (ton)
Tahun ke-
TBS Minyak Sawit Inti Sawit
1 54.000 7.020 1.350
2 90.000 14.400 2.700
3 108.000 20.520 3.456
4 126.000 26.460 4.158
5 156.000 34.320 5.460
6 174.000 40.020 6.090
7 186.000 42.780 6.510

Komoditi Kelapa Sawit


III - 15
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

Tabel 3.3. Produksi Tbs, Minyak Sawit Dan Inti Sawit Tiap Tahun
untuk Luas Lahan 6.000 Ha

Produksi (ton)
Tahun ke-
TBS Minyak Sawit Inti Sawit
8 186.000 42.780 6.510
9 186.000 42.780 6.510
10 186.000 42.780 6.510
11 186.000 42.780 6.510
12 180.000 41.400 6.300
13 168.000 38.640 5.880
14 162.000 37.260 5.670
15 156.000 35.880 5.460
16 150.000 34.500 5.250
17 144.000 33.120 5.040
18 138.000 31.740 4.830
19 132.000 30.360 4.620
20 120.000 27.600 4.200
21 114.000 26.220 3.990
22 108.000 24.840 3.780
23 102.000 23.460 3.570
24 102.000 23.460 3.570
25 102.000 23.460 3.570
Sumber: Seri Agribisnis, Kelapa Sawit, Budidaya dan Pengolahannya, penerbit Penebar Swadaya

Pemasaran produk kelapa sawit pada perkebunan besar negara (PBN) dilakukan secara bersama
melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB), sedangkan untuk perkebunan besar swasta (PBS),
pemasaran produk kelapa sawit dilakukan oleh masing - masing perusahaan.

3.6. Kebutuhan Fasilitas Prasarana Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit


Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengembangan komoditi kelapa sawit ini adalah:
1. Pembangunan Jalan dan Saluran Drainase
Jalan yang akan dibangun pada pengembangan perkebunan kelapa sawit terdiri dari:
• jalan utama, merupakan jalan penghubung yang menghubungkan afdeling ke pusat kebun,
pabrik dan merupakan jalan keluar masuk kebun dengan kualitas cukup baik sehingga dapat
dilalui walaupun dalam kondisi musim penghujan. Arah jalan utama ialah Utara – Selatan
dengan panjang jalan per hektar lebih kurang 2 % dari luas areal,
• jalan produksi, merupakan jalan lalu lintas pengankutan hasil dari kebun ke pabrik. Lebar
jalan 4 – 5 m dengan arah tegak lurus dengan arah barisan tanaman,
• jalan blok (jalan kontrol), yaitu jalan yang membatasi blok yang satu dengan yang lainnya
yang sewaktu-waktu berfungsi sebagai jalan produksi. Fungsi utama jalan ini adalah sebagai
jalan kontrol. Lebar jalan ini 3 m,

Komoditi Kelapa Sawit


III - 16
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

• jalan piringan adalah jalan yang dibuat pada perbatasan antar afdeling atau dengan
perkampungan,
• jalan pembantu adalah jalan yang dibuat pada daerah bergelombang berguna untuk
pengangkutan produksi dan menuju jalan produksi,
• jalan putaran adalah jalan yang digunakan untuk tempat berputar, biasanya dibuat di
punggung bukit,
• jalan pikul adalah jalan yang dibuat menurut barisan tanaman dengan sling atau gawangan,
berguna untuk mengankut hasil panen ke tempat pengumpul hasil (TPH).
Pembangunan jalan ini dilakukan bertahap sesuai dengan tahapan pembangunan kebun, yang
pertama dibangun adalah jalan utama, sedangkan jalan kebun atau jalan produksi bisa dibangun
kemudian, yang penting adalah pada saat tanaman sudah menghasilkan (berumur > 3 tahun)
jalan kebun/produksi sudah selesai dibangun. Berlainan dengan pembangunan jalan, untuk
pembangunan saluran drainase harus serentak dibangun bersamaan dengan pembangunan
kebun.
2. Pembangunan Kantor dan Bangunan Lainnya
Bangunan-bangunan yang harus dimiliki oleh suatu perkebunan meliputi bangunan kantor,
barak kerja, gudang, bengkel, perumahan (direktur, asisten dan karyawan, Mess dan bangunan
penunjang lainnya. Bangunan-bangunan yang harus dibangun adalah sebagai berikut : bangunan
kantor pusat kebun, kantor afdelin, barak kerja, bengkel/garasi kendaraan, gudang, pabrik,
rumah direksi, rumah administratur, rumah kepala kebun, rumah mandor, asrama karyawan,
poliklinik, tempat ibadah. Jumlah bangunan disesuaikan dengan kebutuhan proyek.
3. Sarana listrik dan air bersih.
Untuk kebutuhan penyediaan harus didukung dengan penyediaan generator yang cukup besar,
hal ini terkait dengan peruntukkannya sebagai sumber energi di lokasi kebun.
4. Dermaga dan Tangki Timbun
Dipersiapkan sebagai tempat penimbunan hasil CPO sebelum dikapalkan. Untuk ini tentunya
juga diperlukan pencadangan lahan dermaga.
5. Alat Angkutan
Untuk mendukung mobilitas proyek termasuk kendaraan kepala kantor, kepala afdeling, para
asisten, alat angkut sarana produksi serta truk tangki dan lain-lain. Jenis dan jumlah alat
angkut/kendaraan disesuaikan dengan kebutuhan.
6. Alat Berat
Pengadaan alat berat dimaksudkan untuk mempermudah kegiatan pembangunan kebun seperti
membangun jalan, merawat jalan, land clearing, pembuatan dan perawatan drainase dan dapat
juga sebagai sarana angkut pada saat kondisi jalan rusak berat yang tidak dapt dilalui oleh

Komoditi Kelapa Sawit


III - 17
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

kendaraan lain. Jenis alat berat yang diperlukan adalah Bulldozer, Grader, Excavator, Dump
Truck Compactor, dan Farm Tractor.
7. Pembangunan Prasarana Lainnya
Instalasi penunjang yang harus ada dalam perkebunan meliputi pompa air, tangki BBM, alat
pemadam kebakaran, genset, mesin las, compressor, jaringan listrik, jaringan air dan
perlengkapan perbengkelan. Pengadaan prasarana penunjang tersebut dilakukan paralel dengan
pembangunan kebun.

Komoditi Kelapa Sawit


III - 18
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

...............................1
3.1. Penggolongan/Klasifikasi dalam Komoditi Kelapa Sawit.....................1
3.2. Penggunaan Komoditi Kelapa Sawit ...................................................4
3.3. Karakteristik Konsumsi/Pemanfaatan Komoditi Kelapa Sawit dan
Ikutannya ...........................................................................................................5
3.4. Proses Produksi Komoditi Kelapa Sawit...................................................5
3.5. Skala Usaha Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit ...............................15
3.6. Kebutuhan Fasilitas Prasarana Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit ....16

Tabel 3.1. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia ...........................4
Tabel 3.2. Umur dan Jenis Pupuk yang Digunakan Pada Persemaian ......................6
Tabel 3.3. Produksi TBS, Minyak Sawit Dan Inti Sawit Tiap Tahun untuk Luas
Lahan 6.000 Ha ..........................................................................................................15

Gambar 3.1. Bibit Kelapa Sawit yang Memenuhi Syarat.........................................2


Gambar 3.2. Proses Penyulingan Minyak Kelapa Sawit............................................12
Gambar 3.3. Proses Pengolahan Kelapa Sawit ..........................................................13
Gambar 3.4. Susunan Mesin dan Peralatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit........14

Komoditi Kelapa Sawit


III - 19

You might also like