Professional Documents
Culture Documents
Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae.
Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Brazil
dipercaya sebagai tempat di mana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman
ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan. Benih kelapa sawit
pertama kali yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius, Afrika. Perkebunan
kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt (Jerman) pada
tahun 1911.
Varietas unggul kelapa sawit adalah varietas Dura sebagai induk betina dan Pisifera sebagai induk
jantan. Hasil persilangan tersebut memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Varietas unggul
hasil persilangan antara lain: Dura Deli Marihat (keturunan 434B x 34C; 425B x 435B; 34C x 43C),
Dura Deli D. Sinumbah, Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan, D. Ilir (keturunan 533 x 533; 544 x 571),
Dura Dumpy Pabatu, Dura Deli G. Bayu dan G Malayu (berasal dari Kebun Seleksi G. Bayu dan
G. Melayu), Pisifera D. Sinumbah dan Bah Jambi (berasal dari Yangambi), Pisifera Marihat (berasal
dari Kamerun), Pisifera SP 540T (berasal dari Kongo dan ditanam di Sei Pancur).
Beberapa ciri yang dapat digunakan untuk menandai kecambah yang dikategorikan baik dan layak
untuk ditanam antara lain sebagai berikut:
• Warna radikula kekuning-kuningan, sedangkan plumula keputih-putihan
• Ukuran radikula lebih panjang daripada plumula
• Pertumbuhan radikula dan plumula lurus dan berlawanan arah
• Panjang maksimum radikula 5 cm, sedangkan plumula 3 cm.
Ilustrasi beberapa jenis varietas bibit kelapa sawit yang dikategorikan memenuhi syarat seperti pada
Gambar 3.1.
DXP Simalungun DXP Langkat DXP Bah Jambi DXP Dlk sinumbah DXP Lame
Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama
berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua
berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu
prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 %
pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % FFA.
Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % - 22,2 %
(tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % - 2,1 % (terendah).
Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar-benar murni dan tidak
bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai
sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium.
Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan
spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam
tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai
bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian,
kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak
sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk
pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain
itu, ada beberapa faktor yang langsung berkaitan dengan standar mutu minyak sawit seperti di
bawah ini :
Free Fatty Acid (FFA) Cloud Point
(As Palmitic) M.Pt (AOCS Cc3-25)
Moisture % impurities (M&I) Colour (5 1/4" Lovibond Cell)
Peroxide value Saponifiable Matter
Iodine value Dirt
DOBI Fibre
Melting Point Profat
Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut, didapat hasil dari
pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini :
• Crude Palm Oil • Palm Kernel Expeller (PKE)
• Crude Palm Stearin • Palm Cooking Oil
• RBD Palm Oil • Refined Palm Oil (RPO)
• RBD Olein • Refined Bleached Deodorised Olein (ROL)
• RBD Stearin • Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS)
• Palm Kernel Oil • Palm Kernel Pellet
• Palm Kernel Fatty Acid • Palm Kernel Shell Charcoal
• Palm Kernel
Selain standar mutu sesuai dengan standar Dirjen Perkebunan berikut kualitas CPO yang baik:
(sesuai Standar Produksi SP 10-1975)
a. kadar minyak minimum 48 % cara pengujian AP-SMP-13-1975
b. kadar air maksimum 8,5 % cara pengujian SP-SMP-7-1975
c. kontaminasi maksimum 4 % cara pengujian SP-SMP-31-1975
d. kadar inti pecah maksimum 15 % cara pengujian SP-SMP-31-1975.
Selain minyaknya, ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber pupuk kalium dan berpotensi
untuk diproses menjadi pupuk organik melalui fermentasi (pengomposan) aerob dengan
penambahan mikroba alami yang akan memperkaya pupuk yang dihasilkan. Tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) mencapai 23 % dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai
alternatif pupuk organik sehingga memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi. Bagi perkebunan
kelapa sawit, dapat menghemat penggunaan pupuk sintetis sampai dengan 50 %. Ada beberapa
alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan, yaitu sebagai pupuk kompos, merupakan bahan
organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh
mikroorganisme. Kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain :
• Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan.
• Membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
• Bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman.
• Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah.
• Dapat diaplikasikan pada sembarang musim.
Selain sebagai pupuk kompos TKKS juga sebagai pupuk kalium karena abu tandan tersebut
memiliki kandungan 30 - 40 % K2O, 7 % P2O5, 9 % CaO, dan 3 % MgO. Selain itu juga
mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 1.000 ppm Mn, 400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu.
Fungsi lain TKKS juga sebagi bahan serat untuk bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot, dll.
• Pelepah pohon dan CPO dapat dijadikan ekstrak untuk Vitamin E
• Batang pohon dapat dijadikan “Fiber Board” untuk bahan baku mebel, kursi, meja, lemari dan
sebagainya.
• Ampas tandan/buangan sisa pabrik dapat dijadikan serbuk pengisi kasur, bantalan kursi, dan
sebagainya.
Dari gambaran tersebut dapat disampaikan bahwa prospek kelapa sawit masih sangat luas, tidak saja
untuk pemenuhan kebutuhan minyak goreng kelapa sawit, tetapi juga untuk kebutuhan produk-
produk turunannya. Untuk lebih meningkatkan daya saing produk kelapa sawit dan turunannya agar
lebih mempunyai daya saing, keterpaduan penanganan sejak dari kegiatan perencanaan, kegiatan
on-farm, off-farm, dukungan sarana dan prasarana serta jasa-jasa penunjangnya sangat diperlukan.
A. Pembibitan
Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai paling lambat satu tahun
sebelum penanaman di lapangan. Standar yang biasa dilakukan, kapasitas pembibitan 1 ha kelapa
sawit dapat menyediakan bibit tanaman untuk kebun seluas 71 ha. Lokasi pembibitan harus
mendapat perhatian, terutama hal-hal sebagai berikut:
• dekat dengan sumber air
• bebas genangan air atau banjir
Persemaian
Persemaian bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang merata sebelum dipindahkan
ke pembibitan. Medium persemaian biasanya dipilih pasir atau tanah berpasir. Persemaian dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dalam bentuk bedengan atau polibag. Berikut langkah-langkah
persemaian:
1). Penyiraman dilakukan dua kali sehari kecuali jika ada hujan 7 - 8 mm.
2). Gulma dibuang/dicabut atau disemprot dengan herbisida setiap 3 bulan. Penyiangan
dilakukan 2 - 3 kali dalam sebulan.
3). Bibit yang buruk harus dibuang
Pemupukan dilakukan beberapa kali selama masa pembibitan, selengkapnya seperti terlihat pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Umur dan Jenis Pupuk yang Digunakan Pada Persemaian
Pupuk Dosis/Periode Umur
Urea 0,2 % 3 - 4 lt/100 bibit 4 - 5 minggu
Urea 0,2 % 4 - 5lt/100 bibit 6 - 7 minggu
Rustica 15.15.6.4 1 gr/bibit 8 - 16 minggu
Rustica 12.12.17.2 1 gr/bibit 8 - 16 minggu
Sumber: Seri AgriBisnis, Kelapa Sawit, Budidaya dan Pengolahannya, Penerbit Penebar Swadaya
Sistem Pembibitan
Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan ganda (double stage system)
dan sistem pembibitan tunggal (single stage system). Pada penerapan sistem tahap ganda,
penanaman bibit dilakukan sebanyak dua kali. Tahap pertama disebut pembibitan pendahuluan,
yaitu kecambah ditanam dengan menggunakan plastik polibag kecil sampai bibit berumur 3
bulan, kemudian tahap kedua bibit tersebut ditanam ke pembibitan utama yang menggunakan
plastik polibag besar selama 9 bulan. Pada sistem pembibitan tahap tunggal, bibit langsung di
tanam di dalam plastik polibag besar hingga berumur 12 bulan tanpa harus ditanam di dalam
plastik polibag kecil. Pada prinsipnya sistem manapun yang dipilih tujuannya sama, yaitu untuk
menghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya tahan tinggi dan kemampuan adaptasinya yang
besar sehingga faktor kematian bibit di pembibitan dan setelah dilapangan dapat ditekan.
Perkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah bekas hutan, daerah bekas alang-alang, atau
bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki topografi yang berbeda-beda. Namun, yang
perlu diperhatikan dalam pemukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah.
Selain itu, harus memperhatikan urutan pekerjaan, alat, dan teknik pelaksanaannya.
Sebelum melakukan pembukaan lahan terlebih dahulu dilakukan identifikasi vegetasi yang ada pada
lahan tersebut. Dari data yang ada maka dapat ditentukan apakah pembukaan lahan dilakukan secara
manual, manual – mekanis atau secara mekanis saja. Pembukaan areal perkebunan kelapa sawit pada
daerah alang-alang dapat dilakukan dengan cara mekanis dan khemis, secara mekanis dilakukan
dengan cara membajak dan menggaru, secara khemis dilakukan dengan menyemprot alang-alang
dengan racun antara lain Dalapon atau Glyphospate. Pembukaan kelapa sawit juga bisa dengan cara
konversi yaitu membuka areal perkebunan dari bekas perkebunan lain.
Metode pembukaan lahan yang sebaiknya dilakukan adalah pembukaan lahan tanpa bakar, karena
dengan cara membakar hutan dilarang oleh pemerintah dengan dikeluarkannya SK Dirjen
Perkebunan No. 38 tahun 1995, tentang pelarangan membakar hutan. Selain itu alasan
menggunakan metode ini adalah:
• mempertahankan kesuburan tanah,
• menjamin pengembalian unsur hara,
• mencegah erosi permukaan tanah, dan
• membantu pelestarian lingkungan.
Tahapan untuk pembukaan lahan adalah sebagai berikut : membabat rintisan, mengimas, menebang,
merancek, membuat pancang kepala dan membersihkan jalur. Sedangkan tahapan untuk penyiapan
lahan adalah : pembuatan teras dan pembuatan benteng (tanggul) sinambung dan rorak. Pembuatan
saluran drainase, penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), dan pembuatan jalan
transportasi.
C. Penanaman
Penanaman di lapangan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau pada bulan Oktober
sampai Februari. Tahapan pekerjaan penanaman adalah sebagai berikut:
Waktu Tanam
Penanaman pada awal musim hujan adalah yang paling tepat karena persediaan air sangat
berperan dalam menjaga pertumbuhan bibit tanaman yang baru dipindahkan. Penanaman yang
dilakukan pada musim kemarau dapat menyebabkan kematian dan memerlukan biaya yang lebih
karena perlu persediaan air. Minimum 10 hari setelah penanaman diharapkan dapat turun hujan
secara berturut-turut. Di Indonesia, saat terbaik untuk melakukan penanaman adalah pada
bulan Oktober atau November.
Teknik Penanaman
• Penentuan Pola Tanaman
Ketika tajuk belum saling menutup, kelapa sawit dapat ditumpangsari dengan segala jenis
tanaman pangan/buah-buahan seperti nenas, tapi bila tajuk telah menutupi maka pola
tanamnya monokultur.
• Pembuatan Lubang Tanam
Pengajiran dilakukan untuk menentukan tempat-tempat yang akan dibuat lubang tanam.
Ajir dipasang pada jarak 9 x 9 x 9 m dalam pola segi tiga. Lubang tanam dibaut beberapa
hari sebelum tanam dengan ukuran 50 x 40 cm sedalam 40 cm.
• Cara Penanaman
Kelapa sawit ditanam pada awal musim hujan, atau setelah turun hujan dengan teratur.
a. Lubang tanam dipupuk dengan pupuk fostat Agrophos 250g/lubang.
b. Lepaskan plastik polybag dan masukkan bibit.
c. Timbun bibit dengan galian atas tanah, padatkan.
d. Beri mulsa disekitar batang.
D. Pemeliharaan Tanaman
Pada tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua fase, yaitu tanaman belum menghasilkan (TBM)
dan tanaman menghasilkan (TM). Pada masa TBM merupakan masa pemeliharaan yang banyak
memerlukan tenaga dan biaya, karena pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari pembukaan
lahan dan persiapan tanaman, selain itu pada masa ini sangat menentukan keberhasilan pada masa
TM. Pekerjaan-pekerjaan dalam pemeliharaan tanaman TBM adalah sebagai berikut:
1) Konsolidasi,
2) Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit dan lain-lain,
3) Penyulaman,
4) Pengendalian gulma,
5) Pemupukan
6) Pemeliharaan tanaman penutup tanah,
7) Kastrasi/ablasi
8) Penyerbukan (polinasi),
9) Pengendalian hama dan penyakit.
Pemeliharaan kelapa sawit pada TM pada dasarnya hampir sama dengan pemeliharaan TBM.
Kegiatan pada TM meliputi pemeliharaan jalan, teras tanggul, pemangkasan pelepah daun,
konsolidasi dan inventarisasi, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta
pemupukan.
Cara Panen
1. Tandan matang dipanen semuanya dengan kriteria 25 - 75 % buah luar memberondol atau
kurang matang dengan 12,5 - 25 % buah luar memberondol
2. Potong pelepah daun yang menyangga buah
3. Tandan dipotong
4. Bertanda di bekas potongan dengan nama atau tanggal panen
5. Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di gawangan dengan cara ditelungkupkan.
Periode Panen
Panen dilakukan 5 hari dalam seminggu, 2 hari untuk pemeliharaan alat. Tingkat produksi
dipengaruhi kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim, umur tanaman, pemeliharaan
tanaman dan serangan hama - penyakit. Contoh kapasitas produksi kelapa sawit jenis dura:
1. Umur tanaman 4 tahun hasil minyak = 500 kg/ha, hasil inti = 100 kg/ha
2. Umur tanaman 6 tahun hasil minyak = 1.000 kg/ha, hasil inti = 200 kg/ha
3. Umur tanaman 8 tahun hasil minyak = 1.600 kg/ha, hasil inti = 320 kg/ha
4. Umur tanaman 10 tahun hasil minyak= 2000 kg/ha, hasil inti = 400 kg/ha
5. Umur tanaman 12 tahun hasil minyak = 2250 kg/ha, hasil inti = 450 kg/ha.
Pada dasarnya, ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik yaitu minyak sawit yang
merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti
sawit. Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan
sebagai berikut:
1. Pengangkutan TBS ke Pabrik
2. Perebusan TBS
3. Perontokan dan Pelumatan Buah
4. Pemerasan atau Ekstraksi Minyak Sawit
5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit
6. Pengeringan dan Pemecahan Kulit
7. Pemisahan Inti Sawit dari Tempurung
Berikut ini bagan proses penyulingan minyak kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit
(Gambar 3.2. dan Gambar 3.3.).
Penyimpanan
CPO
Pembuangan
Getah &
Penjernihan
Pencucian
Penyaringan
Penghilangan
Bau
PFAD PFAD
Pemecahan
Penyaringan
Penerimaan TBS
Proses Sterilisasi
Mesin Bantingan
Proses
Pengepresan
Proses Pemecahan
Penjernihan Biji
Digunakan Pembuangan
untuk pupuk sesuai dengan
tanaman di ketentuan
lapangan pemerintah
Digunakan
untuk bahan
bakar boiler
Keberhasilan panen dan produksi sangat tergantung kepada bahan tanaman yang digunakan, SDM
dengan kapasitas kerjanya, peralatan yang digunakan pada saat panen, kelancaran tranformasi serta
faktor pendukung lainnya seperti organisasi, keadaan areal. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian
dalam pelaksaan panen adalah sebagai berikut : persiapan panen, sistem dan organisasi panen,
kapasitas, kualitas dan sortasi panen, ramalan produksi, angkutan panen.
Penggunaan teknologi pada pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit mentah (CPO),
merupakan teknologi yang sederhana antara lain meliputi proses pemurnian dengan melakukan
penguapan kadar air dengan menggunakan mesin bertekanan tinggi. Ilustrasi mesin pengolahan
kelapa sawit disajikan pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4. Susunan Mesin dan Peralatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
Keterangan:
1. Bunch reception and Storage, yaitu tempat penimbangan dan pemeriksaan buah kelapa sawit yang
datang dari kebun,
2. Sterilising Station, yaitu suatu ruangan yang dilengkapi ketel uap dan pipa penyalur uap panas. Di
dalam ruangan ini buah kelapa sawit yang sudah ditimbang & diseleksi diberi uap panas selama
60 menit,
3. Thresing Station, suatu alat/mesin yang berfungsi untuk memisahkan buah kelapa sawit dari
tandannya. Buah kelapa sawit yang dimasukkan ke dalam mesin ini adalah buah yang sudah
dipanaskan,
4. Pressing Station, suatu alat yang berfungsi untuk mengupas kelapa sawit, seihingga biji kelapa
sawit terpisah dari sabutnya. Biji dan daging buah yang sudah hancur kemudian dikempa,
sehingga akan keluar minyak sawit kotor (crude palm oil = CPO),
5. Depercarping Station, tempat untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam minyak sawit
dan ditempat ini biji sawit akan dipisahkan dari sabutnya dengan meniupkan udara,
6. Kernel Recovery Station, tempat untuk mengeringkan biji sawit, kemudian biji sawit dipecah dalam
Nut Craker serta dibersihkan dari partikel kecil yang ringan dengan tiupan udara,
7. Palm Oil Storage, tempat penyimpanan sementera minyak sawit kotor, sebelum diproses lebih
lanjut,
8. Clarification Station, tempat memproses minyak sawit terdiri dari tangki, tungku pemanas,
saringan dan vacum arier,
9. Incinerator, tempat pembakaran tandan kelapa sawit,
10. Jaringan pipa,
11. Power house,
12. Instalasi listrik,
13. Steam generating plan,
14. Instalasi air.
Untuk mengetahui suatu usaha layak atau tidak, maka diperlukan perhitungan skala usahanya. Untuk
kelayakan komoditi kelapa sawit, skala usaha untuk investasi besar yang menjanjikan keuntungan
yang cukup besar dapat dilakukan pada luas lahan kurang lebih 6.000 ha. Data mengenai rencana
produksi tanaman kelapa sawit berdasarkan umur tanaman untuk luas lahan 6.000 ha dapat dilihat
pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Produksi TBS, Minyak Sawit Dan Inti Sawit Tiap Tahun
untuk Luas Lahan 6.000 Ha
Produksi (ton)
Tahun ke-
TBS Minyak Sawit Inti Sawit
1 54.000 7.020 1.350
2 90.000 14.400 2.700
3 108.000 20.520 3.456
4 126.000 26.460 4.158
5 156.000 34.320 5.460
6 174.000 40.020 6.090
7 186.000 42.780 6.510
Tabel 3.3. Produksi Tbs, Minyak Sawit Dan Inti Sawit Tiap Tahun
untuk Luas Lahan 6.000 Ha
Produksi (ton)
Tahun ke-
TBS Minyak Sawit Inti Sawit
8 186.000 42.780 6.510
9 186.000 42.780 6.510
10 186.000 42.780 6.510
11 186.000 42.780 6.510
12 180.000 41.400 6.300
13 168.000 38.640 5.880
14 162.000 37.260 5.670
15 156.000 35.880 5.460
16 150.000 34.500 5.250
17 144.000 33.120 5.040
18 138.000 31.740 4.830
19 132.000 30.360 4.620
20 120.000 27.600 4.200
21 114.000 26.220 3.990
22 108.000 24.840 3.780
23 102.000 23.460 3.570
24 102.000 23.460 3.570
25 102.000 23.460 3.570
Sumber: Seri Agribisnis, Kelapa Sawit, Budidaya dan Pengolahannya, penerbit Penebar Swadaya
Pemasaran produk kelapa sawit pada perkebunan besar negara (PBN) dilakukan secara bersama
melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB), sedangkan untuk perkebunan besar swasta (PBS),
pemasaran produk kelapa sawit dilakukan oleh masing - masing perusahaan.
• jalan piringan adalah jalan yang dibuat pada perbatasan antar afdeling atau dengan
perkampungan,
• jalan pembantu adalah jalan yang dibuat pada daerah bergelombang berguna untuk
pengangkutan produksi dan menuju jalan produksi,
• jalan putaran adalah jalan yang digunakan untuk tempat berputar, biasanya dibuat di
punggung bukit,
• jalan pikul adalah jalan yang dibuat menurut barisan tanaman dengan sling atau gawangan,
berguna untuk mengankut hasil panen ke tempat pengumpul hasil (TPH).
Pembangunan jalan ini dilakukan bertahap sesuai dengan tahapan pembangunan kebun, yang
pertama dibangun adalah jalan utama, sedangkan jalan kebun atau jalan produksi bisa dibangun
kemudian, yang penting adalah pada saat tanaman sudah menghasilkan (berumur > 3 tahun)
jalan kebun/produksi sudah selesai dibangun. Berlainan dengan pembangunan jalan, untuk
pembangunan saluran drainase harus serentak dibangun bersamaan dengan pembangunan
kebun.
2. Pembangunan Kantor dan Bangunan Lainnya
Bangunan-bangunan yang harus dimiliki oleh suatu perkebunan meliputi bangunan kantor,
barak kerja, gudang, bengkel, perumahan (direktur, asisten dan karyawan, Mess dan bangunan
penunjang lainnya. Bangunan-bangunan yang harus dibangun adalah sebagai berikut : bangunan
kantor pusat kebun, kantor afdelin, barak kerja, bengkel/garasi kendaraan, gudang, pabrik,
rumah direksi, rumah administratur, rumah kepala kebun, rumah mandor, asrama karyawan,
poliklinik, tempat ibadah. Jumlah bangunan disesuaikan dengan kebutuhan proyek.
3. Sarana listrik dan air bersih.
Untuk kebutuhan penyediaan harus didukung dengan penyediaan generator yang cukup besar,
hal ini terkait dengan peruntukkannya sebagai sumber energi di lokasi kebun.
4. Dermaga dan Tangki Timbun
Dipersiapkan sebagai tempat penimbunan hasil CPO sebelum dikapalkan. Untuk ini tentunya
juga diperlukan pencadangan lahan dermaga.
5. Alat Angkutan
Untuk mendukung mobilitas proyek termasuk kendaraan kepala kantor, kepala afdeling, para
asisten, alat angkut sarana produksi serta truk tangki dan lain-lain. Jenis dan jumlah alat
angkut/kendaraan disesuaikan dengan kebutuhan.
6. Alat Berat
Pengadaan alat berat dimaksudkan untuk mempermudah kegiatan pembangunan kebun seperti
membangun jalan, merawat jalan, land clearing, pembuatan dan perawatan drainase dan dapat
juga sebagai sarana angkut pada saat kondisi jalan rusak berat yang tidak dapt dilalui oleh
kendaraan lain. Jenis alat berat yang diperlukan adalah Bulldozer, Grader, Excavator, Dump
Truck Compactor, dan Farm Tractor.
7. Pembangunan Prasarana Lainnya
Instalasi penunjang yang harus ada dalam perkebunan meliputi pompa air, tangki BBM, alat
pemadam kebakaran, genset, mesin las, compressor, jaringan listrik, jaringan air dan
perlengkapan perbengkelan. Pengadaan prasarana penunjang tersebut dilakukan paralel dengan
pembangunan kebun.
...............................1
3.1. Penggolongan/Klasifikasi dalam Komoditi Kelapa Sawit.....................1
3.2. Penggunaan Komoditi Kelapa Sawit ...................................................4
3.3. Karakteristik Konsumsi/Pemanfaatan Komoditi Kelapa Sawit dan
Ikutannya ...........................................................................................................5
3.4. Proses Produksi Komoditi Kelapa Sawit...................................................5
3.5. Skala Usaha Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit ...............................15
3.6. Kebutuhan Fasilitas Prasarana Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit ....16
Tabel 3.1. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia ...........................4
Tabel 3.2. Umur dan Jenis Pupuk yang Digunakan Pada Persemaian ......................6
Tabel 3.3. Produksi TBS, Minyak Sawit Dan Inti Sawit Tiap Tahun untuk Luas
Lahan 6.000 Ha ..........................................................................................................15