You are on page 1of 3

PEMBAHASAN

Pada saat bulan Ramadhan seperti ini bukan hal asing


lagi kalau ada yang berjualan takjil. Pedagang-pedagang
makanan yang tidak dapat berjualan seperti biasanya
dikarenakan bulan puasa terpaksa mengalihkan diri dengan
berjualan takjil. Tapi belakangan ini jumlah penjual takjil
membludak jumlahnya. Apalagi di sekitaran jalan Soekarno-
Hatta, jumlah penjual takjil sudah melebihi batas yang dapat
ditolerir. Sudah mulai sekitar pukul 14.00 mereka sudah
berkumpul dan bersiap-siap dengan jumlah pedagang yang
tidak sedikit. Para penjual takjil ini bukan hanya berasal dari sekitar daerah suhat tapi juga
daerah-daerah yang jauh.

Para pedagang takjil ini juga bukan hanya orang yang berniat mencari uang dengan
jualan. Tapi banyak juga pemuda-pemudi yang memanfaatkan momen ini sebagai pedagang
dadakan. banyak yang melihat peluang ini sebagai kesempatan mencari uang guna
mempersiapkan momen lebaran. Semua berusaha mencari peruntungannya masing-masing.
Begitu banyaknya pedagang model seperti ini yang menambah jumlah penjual takjil di
jalanan Suhat.

Yang lebih parahnya lagi kebanyakan pemuda-pemudi ini adalah anak ABG. Mereka
sering mengajak teman-temannya untuk membantu mereka berjualan. Mereka berusaha
menarik pembelinya tidak hanya
mengandalkan makanan atau minuman
yang nikmat tapi juga dengan
penampilannya. Banyak dari mereka yang
berdandan dan mengenakan pakaian yang
menarik untuk menarik pembeli supaya
datang. Dan kebanyakan dari mereka yang
diajak berjualan tidak memiliki niatan
berjualan, hanya sekedar nampang dan
rekreasi. Mereka hanya berniat cuci mata dan ngabuburit sambil menunggu waktu berbuka.
Sehingga bukan berdagang dengan baik tapi hanya berniat nongkrong-nongkrong saja dan
mengganggu jalanan yang pada dasarnya sudah ramai dengan para penjual takjil.

Tapi bagi mereka yang serius berjualan, mereka


bersaing menarik pembeli dengan sedikit tidak mengindahkan
aturan. Tapi harus sedikit diapresiasi kerja mereka. Walaupun
sedikit kasar mereka tidak pasif tapi dengan aktif menawarka
produk-produk dagangan mereka. Yang kegiatan ini juga
mengganggu kenyamanan berkendaraan di jalan raya Suhat.

Dan yang menjadi korbannya adalah para pemakai jalan


umum. Mereka merasa sangat terganggu dengan keadaan
seperti ini. Mereka yang kebanyakan pegawai pabrik ataupun
pegawai kantoran yang biasanya bergegas pulang supaya dapat berbuka di rumah menjadi
tidak bisa karena mereka terjebak kemacetan musiman ini. Para pengguna jalan terpaksa
berdesak-desakan dan kebut-kebutan untuk mengejar momen berbuka bersama keluarga.

Belum lagi tidak adanya koordinasi penyedia lahan berjualan, pedagang dan pihak
berwajib tentang bagaimana cara penataan stand pedagang takjil. Pedagang sibuk sendiri
mencari tempat strategis, penyedia lahan hanya memikirkan keuntungan tanpa
memperhatikan resiko pengguna jalan. Sedangkan pihak berwajib bersikap sedikit apatis,
memikirkan hanya pada momen itu tidak memikirkan akibat berikutnya.

Jadi fenomena ini memang terlihat aneh. Di sisi lain ada keuntungannya sendiri tapi
juga ada kerugiannya juga. Para pemuda yang berjiwa wirausaha mungkin dapat
menggunakan momen ini sebagai sarana untuk mengembangkan minat yang dimilikinya.
Tetapi hal ini harus diimbangi dengan penataan tempat dan pengaturan lalu lintas yang lebih
baik lagi agar tidak menimbulkan kemacetan.

Begitulah pada dasarnya setiap fenomena memiliki dua akibat, akibat positif dan
negatif. Dampak negatif dapat ditekan atau malah dikurangi dengan membuat sistem,
struktur dan aturan yang benar mengenai bagaimana dan cara berjualan para penjual takjil ini.
Sedangkan efek positifnya harus ditingkatkan dengan mengupayakan wadah dan dukungan
kemudahan berjualan dan bantuan modal agar mereka dapat lebih maju dan baik tiap
tahunnya.

You might also like