You are on page 1of 35

Tugas Mata Kuliah Jaringan Akses

(TE091525)

Perencanaan Perancangan
Jaringan Wi-Fi 802.11n di Area
Asrama Mahasiswa ITS
Surabaya

Disusun Oleh:
Pranata Ari Baskoro
2207 100 120

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

i
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2010

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadirat Allah


SWT karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya makalah ini dapat
penulis selesaikan. Dalam makalah ini penulis membahas tentang
“Perencanaan Perancangan Jaringan Wi-Fi 802.11n di Area Asrama
Mahasiswa ITS Surabaya”.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman


tentang jaringan akses khususnya jaringan telekomunikasi nirkabel
dalam cakupan area yang terbatas yang disebut Wireless Local
Area Network atau Wi-Fi untuk membantu mempermudah akses
informasi bagi penggunanya dan sekaligus menyelesaikan tugas
mata kuliah Jaringan Akses.

Dalam proses pendalaman materi yang penulis bahas di sini,


tentunya penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan
saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya penulis
sampaikan pertama-tama kepada dosen mata kuliah Jaringan Akses
yaitu Ir. Djoko Suprajitno R., dan rekan-rekan penulis yang telah
memberikan masukan kepada penulis.

Demikian makalah ini dibuat, semoga bermanfaat.

Surabaya, 31 Mei 2010

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................... ii

Daftar Isi.................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang........................................................ 2

1.2. Tujuan..................................................................... 2

1.3. Ruang lingkup materi.............................................. 3

BAB II. TEKNOLOGI WI-FI

2.1. Teknologi Wireless LAN........................................... 4

2.2. Kelebihan dan Kekurangan WLAN........................... 4

2.3. Topologi WLAN........................................................ 5

2.4. Perkembangan Wireless LAN................................... 7

2.5. Frekuensi dan Modulasi yang Digunakan Wireless LAN


...............................................................................................7

2.6. Wireless Network 802.11n....................................... 8

BAB III. PEMBAHASAN

3.1. Model Topologi Jaringan.......................................... 10

3.2. Perangkat-perangkat yang Digunakan.................... 10

3.3. Perhitungan Link Budget......................................... 18

iii
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan................................................................... 26

Daftar Pustaka......................................................................... 27

Lampiran.................................................................................. 28

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan hardware Wireless LAN secara global tumbuh sangat


pesat dan fenomenal dalam beberapa tahun terakhir. Chipset WLAN, yang
biasanya ditanamkan di dalam laptop, smartphone dan perangkat
elektroniknya yang mempunyai kemampuan konektivitas Wi-Fi, telah
didistribusikan melampaui 100 juta unit pada tahun 2005, 10 kali lebih dari
yang dicapai pada tahun 2001.

Kebutuhan tersebut terutama didorong oleh peningkatan mobilitas


masyarakat yang semakin tinggi, masyarakat menginginkan akses internet
cepat dimanapun bukan hanya di tempat kerja, lingkungan pendidikan dan
tempat-tempat umum. Tidak heran jika teknologi Wi-Fi lebih banyak
ditemukan di laptop-laptop dan perangkat yang digunakan untuk mengakses
internet lainnya.

Mobilitas teknologi Wi-Fi mendorong terciptanya kebutuhan baru bagi


pengguna seperti streaming video, VoIP, video conference dan lain-lain.
Kebutuhan baru seperti itu meningkatkan jumlah pengguna WLAN juga dan
semakin memadati space-space yang tersedia pada suatu jaringan Wi-Fi.
Dengan begitu dibutuhkan suatu standar baru yang mampu mengakomodir
teknologi Wi-Fi terbaru yang memiliki kemampuan jauh lebih baik. Teknologi
Wi-Fi terbaru tersebut adalah 802.11 draft-n, sebuah standar WLAN terbaru
yang menjanjikan data rate yang lebih tinggi dan reliabilitas lebih baik.
Teknologi Wi-Fi terbaru ini baru diresmikan sebagai standar IEEE 802.11n-
2009 pada bulan Oktober 2009.

Dengan adanya standar baru ini, hardware yang di-support dengan


teknologi Wi-Fi 802.11n menjadi semakin banyak tersedia sehingga
konsumen dapat mulai membangun jaringan Wi-Fi berkecepatan tinggi ini
sebagai antisipasi semakin padatnya traffic di jaringan Wi-Fi yang
teknologinya keluar lebih dahulu seperti 802.11a, 802.11b dan 802.11g.
Standar baru ini juga menjamin interoperabilitas dengan hardware WLAN
yang sudah ada sebelumnya.

1.2. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk menjelaskan tentang


langkah-langkah perencanaan dalam merancang jaringan Wireless Local
Area Network yang mendukung standar terbaru 802.11n untuk diterapkan di
area asrama mahasiswa.

1.3. Ruang Lingkup Materi

Makalah ini mencakup pembahasan tentang jaringan akses secara


umum dilanjutkan dengan pembahasan langkah-langkah perencanaan dalam
merancang jaringan Wi-Fi 802.11n di area asrama mahasiswa ITS mulai dari
dasar teori tentang teknologi Wi-Fi, topologi jaringan, peralatan yang
digunakan untuk perancangan jaringan dan spesifikasinya, analisa link
budget, hingga perhitungan anggaran biaya perancangan jaringan
keseluruhan.
BAB II. DASAR TEORI

2.1. Teknologi Wireless LAN


LAN (Local Area Network) merupakan suatu jaringan yang
menghubungkan komunikasi antar Data Terminal Equipment (DTE) yang
ditempatkan dalam suatu lokasi. Umumnya menggunakan media transmisi
berupa kabel, biasa juga disebut dengan Wired LAN. Di samping itu ada LAN
yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi wireless (nirkabel)
yaitu dengan menggunakan medium gelombang radio disebut dengan
wireless LAN. Keuntungannya adalah biaya instalasi yang lebih murah
dibandingkan wired LAN, karena tidak dibutuhkan instalasi kabel yang terlalu
besar khususnya untuk lokasi atau sub grup yang agak jauh. Pertimbangan
kedua adalah wireless LAN ini cocok untuk unit-unit DTE yang portabel dan
bersifat mobile. Dengan demikian, wireless LAN merupakan gabungan antara
konektivitas data dengan mobilitas user.
Wireless LAN menawarkan beberapa manfaat, diantaranya adalah
dalam hal mobolitas, kecepatan dan kemudahan dalam instalasinya,
fleksibilitas instalasi, mengurangi biaya/menekan harga dan skalabilitas,
dimana sistem wireless LAN dapat menyediakan para pengguna LAN dengan
akses informasi secara real time dimanapun mareka berada. Mobilitas ini
mendukung produktivitas dan kesempatan layanan Jaringan wireless dapat
dikategorikan menjadi dua kategori utama berdasarkan struktur jaringan
yaitu terdiri dari jaringan dengan mode infrastruktur dan jaringan dengan
mode tanpa infrastruktur (mode ad-hoc).

2.2. Kelebihan dan Kekurangan WLAN


1). Kelebihan WLAN
- Mobilitas tinggi
WLAN memungkinkan klien untuk mengakses informasi secara real-
time dimana pun dia berada (dalam jangkauan WLAN), tidak terpaku
pada satu tempat saja. Mobilitas yang tinggi tentunya dapat
meningkatkan kualitas layanan dan produktivitas.
- Kemudahan dan kecepatan instalasi
Instalasi WLAN sangat mudah dan cepat karena bisa dilakukan tanpa
harus menarik dan memasang kabel melalui dinding ataupun atap.
- Fleksibel
Teknologi WLAN memungkinkan untuk membangun jaringan dimana
kabel tidak dapat digunakan/tidak memungkinkan untuk digunakan.
- Menurunkan biaya kepemilikan
Meskipun biaya investasi awal untuk perangkat keras WLAN lebih
mahal daripada LAN, tapi biaya instalasi dan perawatan jaringan
WLAN lebih murah, sehingga secara total dapat menurunkan besar
biaya kepemilikan.
- Scalable
WLAN dapat menggunakan berbagai topologi jaringan sesuai dengan
kebutuhan, mulai dari jaringan independen yang hanya terdiri dari
beberapa klien saja, sampai jaringan infrastruktur yang terdiri dari
ratusan bahkan ribuan klien.
2). Kekurangan WLAN
- Biaya peralatan mahal (kelemahan ini dapat dihilangkan dengan
mengembangkan dan memproduksi teknologi komponen elektronika
sehingga dapat menekan biaya jaringan).
- Delay yang besar.
- Adanya masalah propagasi radio seperti terhalang, terpantul dan
banyak sumber interferensi.
- Kapasitas jaringan menghadapi keterbatasan spektrum (pita
frekuensi tidak dapat diperlebar tetapi dapat dimanfaatkan dengan
efisien).
- Keamanan / kerahasian data kurang terjamin.

2.3. Topologi WLAN


a. Topologi Mode Infrastruktur
Topologi jaringan jenis ini dibangun dengan fixed infrastruktur
yang terdiri atas Base Station (BS) atau Access Point (AP). Base station
atau access point berfungsi memberikan service dan kontrol pada
mobile node yang berada di coverage areanya. Pada topologi ini setiap
BS atau AP saling dihubungkan dengan media kabel dan setiap mobile
node dikoneksikan dengan base station melalui media wireless. Base
station dapat berkomunikasi dengan semua mobile node yang berada
di coverage area yang dimilikinya

Gambar 1. Topologi Infrastruktur

Pada gambar diatas diperlihatkan konfigurasi jaringan WLAN


infrastruktur dengan beberapa access point yang dihubungkan dengan
media kabel.
b. Topologi Mode Ad-Hoc
Topologi jaringan ad hoc terdiri dari beberapa mobile node yang
dapat saling berkomunikasi secara peer-to-peer tanpa menggunakan
infrastruktur seperti access point maupun base station. Setiap mobile
node memiliki wireless network interface dan saling berkomunikasi
dengan memanfaatkan media radio atau infra merah. Contoh node
pada jaringan ad hoc adalah laptop computer dan PDA (Personal
Digital Assistant) yang dapat berkomunikasi secara langsung satu
dengan yang lainnya. Node-node pada konfigurasi jaringan ad hoc
dapat bergerak dengan bebas atau diam pada posisinya. Pada gambar
dibawah diperlihatkan konfigurasi jaringan ad-hoc dengan tiga node
yang dapat berkomunikasi secara langsung. Setiap node pada
konfigurasi ad hoc memiliki coverage area tertentu. Setiap node dapat
saling bertukar data apabila masih berada di dalam coverage area
atau dapat pula menggunakan node lain untuk mem-forward data
menuju node tujuan seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa setiap node pada konfigurasi ad hoc
dapat berperan sebagai suatu host dan sebagai router yang dapat me-
rute-kan data menuju node tujuan.
Gambar 2. Topologi ad-hoc

Setiap host atau mobile node pada jaringan ini memiliki


kedudukan yang sama dan tidak ada administrator pusat seperti pada
jaringan celluler atau pada WLAN mode infrastruktur. Pada jaringan ini
setiap node dapat bergerak dengan bebas keluar dan masuk jaringan
setiap saat tetapi dibatasi oleh cakupan daerah transmisi jaringan. Jika
dibandingkan dengan jaringan local dengan kabel, jaringan ad-hoc
tidak memerlukan access point sebagai router dan kabel sebagai
penghubung untuk komunikasinya. Jaringan ad-hoc hanya dapat
berkomunikasi dengan sesama jaringan ad-hoc, tidak dapat
berkomunikasi dengan mode infrastruktur maupun jaringan yang
menggunakan kabel. Jaringan ad-hoc sangat berguna untuk keperluan
transfer data atau file sharing secara cepat antar pengguna di dalam
satu jaringan.

2.4. Perkembangan Wireless LAN


Jaringan nirkabel pertama dikembangkan oleh Prof. Norman Abramson
dari University of Hawaii untuk menghubungkan tujuh komputer yang
tersebar di empat pulau dengan satu komputer sentral di Pulau Oahu tanpa
menggunakan kabel telepon pada tahun 1970 yang dikenal sebagai
ALOHAnet. Jaringan nirkabel ini dikembangkan lebih jauh menjadi bentuk
wireless modem atau packet radio service pertama yang mulai
dikembangkan tahun 1980-an dan dengan kecepatan transfer data
mencapai 9600bps.
Standar wireless network pertama yang diresmikan oleh IEEE adalah
IEEE 802.11-1997 pada Juni tahun 1997. Perkembangan standar wireless LAN
yaitu sebagai berikut:
- IEEE 802.11-a pada September 1999.
- IEEE 802.11-b pada September 1999.
- IEEE 802.11-g pada Juni 2003.
- IEEE 802.11-n pada Oktober 2009.

Gambar 3. Sertifikasi yang dikeluarkan Wi-Fi Alliance pada perangkat


Wi-Fi

2.5. Frekuensi dan Modulasi yang Digunakan Wireless LAN


Tabel di bawah ini berisi informasi frekuensi, kapasitas bandwidth dan
tipe modulasi masing-masing wireless network standard mulai dari 802.11a
s/d 802.11n.

802.11 membagi masing-masing band yang dijelaskan di atas ke


dalam saluran, analoginya bagaimana saluran radio dan siaran TV sub-band
dibagi tapi dengan saluran yang lebih besar lebar dan tumpang tindih.

Gambar 4. Alokasi spectrum gelombang radio wireless 802.11

Ketersediaan saluran diatur oleh negara, dibatasi sebagian bagaimana


masing-masing negara mengalokasikan spektrum radio ke berbagai layanan.
Jepang mengizinkan penggunaan semua 14 channel (dengan pengecualian
802.11g / n dari saluran 14), sementara pada awalnya Spanyol hanya
memperbolehkan saluran 10 dan 11 dan Perancis mengizinkan hanya 10, 11,
12 dan 13, sekarang kedua negara mengikuti model Eropa membiarkan
saluran 1-13. Sebagian besar negara-negara Eropa lainnya hanya tidak
menggunakan saluran 14, sementara Amerika Utara dan beberapa Tengah
dan negara-negara Amerika Selatan melarang lebih lanjut 12 dan 13.
Selain spesifikasi frekuensi pusat setiap saluran, 802.11 juga
menentukan sebuah spectral mask yang diizinkan menentukan distribusi
daya di setiap saluran. Topeng membutuhkan bahwa sinyal akan dilemahkan
oleh setidaknya 30 dB dari energi puncaknya pada ± 11 MHz dari frekuensi
pusat, artinya saluran adalah efektif pada lebar 22 MHz. Salah satu
dampaknya adalah stasiun yang hanya dapat menggunakan setiap empat
atau lima saluran tanpa tumpang tindih, biasanya 1, 6 dan 11 di Amerika,
dan dalam teori, 1, 5, 9 dan 13 di Eropa meskipun 1, 6, dan 11 adalah khas
di sana juga . Lainnya adalah bahwa saluran secara efektif memerlukan 1-13
band 2,401-2,483 GHz, alokasi yang
sebenarnya, misalnya, 2,400-2,4835 GHz di Inggris, 2,402-2,4735 GHz di AS,
dan lainnya. Karena hanya topeng spektral output daya mendefinisikan
pembatasan sampai dengan ± 22 MHz dari frekuensi pusat yang akan
dilemahkan oleh 50 dB, sering berasumsi bahwa energi dari saluran
memanjang tidak lebih dari batas tersebut.
Hal ini lebih tepat dikatakan bahwa, dengan pemisahan antara saluran
1, 6, dan 11, sinyal pada saluran mana pun sebaiknya dilemahkan untuk
meminimalkan gangguan pemancar di saluran lainnya. Karena masalah
dekat-jauh pemancar penerima dapat berdampak pada "non-overlapping"
kanal, tetapi hanya jika dekat dengan korban penerima (dalam meter) atau
operasi di atas level daya yang diperbolehkan. Meskipun pernyataan bahwa
saluran 1, 6, dan 11 adalah "tidak tumpang tindih" adalah terbatas pada
jarak atau produk kerapatan, 1-6-11 pedoman yang berjasa. Jika pemancar
lebih dekat bersama-sama dari saluran 1, 6, dan 11 (misalnya, 1, 4, 7, dan
10), tumpang tindih antara saluran-saluran tidak dapat diterima dapat
menyebabkan degradasi kualitas sinyal dan throughput. Namun, saluran
yang tumpang tindih dapat digunakan dalam keadaan tertentu.

2.6. Wireless Network 802.11n

Wireless 802.11n atau Wi-Fi 802.11n adalah teknologi terbaru Wireless


Local Area Network yang berdasarkan oleh standar IEEE 802.11n-2009. IEEE
802.11n-2009 adalah sebuah perubahan standar jaringan nirkabel 802.11-
2007 untuk meningkatkan throughput lebih dari standar sebelumnya, seperti
802.11b dan 802.11g, dengan peningkatan data rate maksimum 54 Mbps ke
maksimum 600 Mbps dengan menggunakan empat ruang aliran di lebar
saluran 40 MHz.
Sejak 2007, Wi-Fi Alliance telah memberikan sertifikat interoperabilitas
produk "draft-N" berdasarkan pada draft 2.0 dari spesifikasi IEEE 802.11n.
Aliansi telah meningkatkan perangkat ini dengan tes kompatibilitas untuk
beberapa perangkat tambahan yang diselesaikan setelah Draft 2.0 . Lebih
jauh lagi, telah ditegaskan bahwa semua produk bersertifikat draft-n tetap
kompatibel dengan produk-produk standar akhir.
IEEE 802.11n didasarkan pada standar 802.11 sebelumnya dengan
menambahkan multiple-input multiple-output (MIMO) dan 40 MHz ke lapisan
saluran fisik (PHY), dan frame agregasi ke MAC layer. Teknologi MIMO
(Multiple-Input, Multiple-Output) adalah teknologi radio yang memanfaatkan
multiple antenna baik di sisi receiver maupun transmitter untuk
meningkatkan performansi komunikasi daripada hanya menggunakan satu
antenna. Dua manfaat penting MIMO adalah menyediakan keragaman
antenna dan spasial multiplexing untuk 802.11n.
Kelebihan-kelebihan wireless 802.11n yaitu:
a. mampu mentransfer data seperti di ‘jalan tol wireless‘ sehingga
menghemat waktu
dan lebih cepat.
b. terdapat kombinasi dua frekuensi wireless untuk performance yang
lebih baik.
c. fitur memperkecil jumlah data yang dibutuhkan untuk transfer file
untuk memberi
ruang lebih di jalur pengiriman file.
d. Wi-Fi 802.11n dapat mencapai kecepatan 600Mbps.
e. memberikan waktu lebih panjang untuk daya baterai karena chip
802.11n
menggunakan power yang lebih sedikit.
f. Interoperabilitas dengan perangkat 802.11a/b/g.

BAB III. PEMBAHASAN


Di bagian pembahasan ini akan dijelaskan langkah-langkah
perancangan jaringan Wi-Fi 802.11n di area asrama mahasiswa ITS mulai
dari perencanaan topologi jaringan hingga tahap akhir perencanaan
anggaran biaya pembuatan jaringan.

3.1. Model Topologi Jaringan

Topologi jaringan Wi-Fi yang digunakan adalah topologi


infrastruktur. Topologi infrastruktur yaitu dimana komputer-komputer
maupun mobile stations dalam suatu jaringan terhubung melalui AP
(Access Point). Jadi setiap komputer maupun mobile station yang hendak
berhubungan satu sama lain harus melewati AP terlebih dahulu, baru
kemudian dapat menggunakan sumber daya yang ada pada jaringan.

Terdapat 1 buah Access Point (AP) yang terhubung jaringan kabel


(Wired LAN) dan router untuk koneksi ke internet. PC pada jaringan kabel
berkomunikasi dengan PC WLAN melalui AP, Demikian pula komunikasi
antar PC WLAN. PC dalam jaringan kabel/nirkabel dapat bersama-sama
mengakses internet melalui router.

Kualitas saluran (Link Quality) antara AP ke client WLAN ditentukan


oleh kekuatan sinyal (Signal Strength) yang diterima oleh wireless
adapter pada PC client. Model topologi jaringan ini selengkapnya dapat
dilihat di Lampiran 1. Model Topologi WLAN 802.11n di Asrama
Mahasiswa ITS.

3.2. Perangkat-perangkat yang Digunakan

Perangkat-perangkat yang digunakan untuk membangun suatu


jaringan Wi-Fi seperti model di atas dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
perangkat-perangkat (baik keras maupun lunak) di sisi server dan sisi
client.

a. Sisi Server

Perangkat-perangkat yang digunakan di sisi server yaitu:

1. Modem ADSL
Modem ADSL digunakan sebagai jaringan akses yang
menyambungkan pelanggan sebuah Internet Service Provider (ISP)
dengan ISP-nya. Modem ADSL memiliki data throughput antara 384
kbps s/d 20 Mbps yang cukup untuk mengakomodir kebutuhan
koneksi internet banyak user. Dengan modem ini, pelanggan atau
pengguna yang berada di dalam jaringan milik pelanggan koneksi
ADSL ini dapat berinternet.

ISP yang akan digunakan di sini adalah Telkom Speedy yang


menawarkan paket Biz Unlimited dengan line speed 3,1 Mbps yang
dapat di-share ke banyak pengguna dengan biaya langganan per
bulan Rp 1.695.000,00. Tiap line akan mendapatkan satu IP public,
sehingga agar user di jaringan internal dapat berinternet juga, kita
harus menambahkan Network Address Translation (NAT) Server di
router.

2. Router atau PC Mikrotik Server

Router digunakan untuk menghubungkan dua jaringan yang


berbeda. Dalam hal ini berarti menghubungkan jaringan internal
(Local Area Network, LAN) dengan jaringan akses milik ISP. Pada
router terdapat beberapa port yang digunakan untuk menancapkan
konektor RJ-45 dari kabel-kabel UTP milik client atau menancapkan
switch/hub. Router dapat berupa hardware contohnya Cisco Router
yang diproduksi oleh Cisco, Wireless Router yang fungsinya
biasanya terintegrasi dengan Wireless Access Point misalnya
Linksys WRT54-GL, atau bisa juga sebuah PC yang diinstall sistem
operasi Mikrotik Router OS seperti yang digunakan dalam
pembuatan jaringan Wi-Fi 802.11n ini.

Gambar 5. Wireless Router Linksys WRT54-GL dan Cisco Router


Sistem operasi Mikrotik Router OS adalah sistem operasi yang
dapat memanfaatkan sebuah PC untuk dijadikan router dengan
persyaratan minimum sebagai berikut:

- PC dengan prosesor Intel Pentium 1, 2, 3 (penggunaan


lebih dari 1 prosesor misalnya Intel Core 2 Duo tidak didukung
Mikrotik OS), Cyrix 6x86 dan AMD K5.

- Memori (RAM) sebesar minimal 32 Mb dan maksimum 1


Gb.

- Hard drive berkapasitas minimal 400 Mb (untuk instalasi


sistem operasi Mikrotik) dengan konektor IDE, ATA, SATA dan
versi terbaru saat ini sudah mendukung USB storage devices.

- Network Interface Card (NIC) seperti Ethernet 10/100Mbps.

Mikrotik OS sudah banyak digunakan sebagai router network di


berbagai ISP, hotspot provider dan warnet. Fungsi-fungsi Mikrotik
Router OS sendiri sangat lengkap antara lain:

- Sebagai router network

- Bandwidth manager

- Bridging

- NAT Server

- Firewall
Gambar 6. Tampilan konfigurasi di Mikrotik Router OS

Dengan adanya fitur NAT (Network Address Translation), IP local


dapat diterjemahkan menjadi IP public.

Mikrotik RouterOS ada pula yang sudah di-bundle ke dalam satu


routerboard yang sudah memiliki CPU dan sistem operasi Mikrotik
sehingga dapat menghemat biaya pembelian komputer
administrator. Dengan routerboard, kita hanya perlu menambahkan
monitor saja. Routerboard sebenarnya tidak lebih dari sebuah CPU
rakitan yang dimodifikasi sehingga dapat digunakan sebagai router.
Routerboard yang akan digunakan adalah Mikrotik RB750 G. Data-
data spesifikasi bisa dilihat di Lampiran 6. Spesifikasi Mikrotik
RB750G.
Gambar 7. Sebuah Mikrotik Routerboard

3. Switch/Hub 10/100/1000Mbps

Hub/switch sama-sama menggunakan topologi star untuk saling


menghubungkan antar komputer dalam satu jaringan dan
menghubungkan komputer client ke server/gateway. Switch/hub
biasa digunakan dalam membangun jaringan LAN.

Gambar 8. 8 Port Switch 10/100/1000Mbps

Perbedaan antara hub dengan switch yaitu hub secara


konseptual bekerja pada OSI layer ke-1 yaitu Physical Layer.
Sedangkan switch di OSI layer ke-2 yaitu Data Link Layer. Hub tidak
menyaring menerjemahkan sesuatu, hanya mengetahui kecepatan
transfer data dan susunan pin pada kabel. Cara kerja alat ini adalah
dengan cara mengirimkan sinyal paket data ke seluruh port pada
hub sehingga paket data tersebut diterima oleh seluruh computer
yang berhubungan dengan hub tersebut kecuali computer yang
mengirimkan. Sinyal yang dikirimkan tersebut diulang-ulang
walaupun paket data telah diterima oleh komputer tujuan. Hal ini
menyebabkan collission lebih sering terjadi.

Switch pada saat pengirimkan data mengikuti MAC address


pada NIC (Network Interface Card) sehingga switch mengetahui
kepada siapa paket ini akan diterima. Jika ada collision yang terjadi
merupakan collision pada port-port yang sedang saling berkirim
paket data. Misalnya ketika ada pengiriman paket data dari port A
ke port B dan pada saat yang sama ada pengiriman paket data dari
port C ke port D, maka tidak akan terjadi tabrakan (collision) karena
alamat yang dituju berbeda dan tidak menggunakan jalur yang
sama. Semakin banyak port yang tersedia pada switch, tidak akan
mempengaruhi bandwidth yang tersedia untuk setiap port.

Switch yang jadi pilihan untuk membangun jaringan Wi-Fi


802.11n ini adalah yang mampu mendukung data throughput
hingga 600Mbps yaitu switch 10/100/1000Mbps yang memiliki 8
port.

4. Access Point

Meskipun sudah memiliki antena omni dengan gain 3-5dB, gain


antena ini tidak cukup untuk menjangkau seluruh area asrama
sehingga diperlukan antena eksternal yaitu antena omni dengan
gain 15dB. AP yang digunakan di sini yaitu D-Link DAP-1360
Wireless-N Access Point yang sudah mendukung Wi-Fi
802.11a/b/g/n. Access Point dapat beroperasi di mode Access Point,
router dan bridge. Spesifikasi hardware ini terlampir di Lampiran
7. Spesifikasi D-Link DAP-1360 Wireless-N Access Point.

Gambar 9. D-Link DAP-1360 Wireless-N Access Point

5. Antena Omni 15Db

Antena omni banyak digunakan sebagai


antenna outdoor Access Point di RT/RW-Net,
Wireless ISP dan hotspot karena memiliki
penguatan sinyal yang tinggi dan efektif dengan
jarak jangkauan yang luas, mencapai 5 km. Antena omni
kompatibel dengan Wi-Fi tipe a, b, g dan n serta bisa digunakan
sebagai antenna Bluetooth dan antena AP yang bekerja di frekuensi
2,4 GHz. Spesifikasi lainnya dari antenna Omni 15Db yang umum di
pasaran antara lain:

- Frekuensi : 2,4-2,5 GHz

- Gain : 15dBi

- Polarisasi : Vertikal

- Vertical Beamwidth : 8 derajat

- Horizontal Beamwidth : 360 derajat

- Maximum Input Power : 100 Watt

- Impedansi : 50 Ohm

Gambar 10. Antena Omni 15dB

- Ukuran : diameter 30 mm , panjang


105 mm

- Bobot : 1,5 kg

- Tipe konektor : N-Female

Untuk menambahkan jangkauan sinyal Wi-Fi yang dipancarkan,


antenna omni biasa dipasang pada tower dengan ketinggian di atas
20 meter.

6. Tower

Tower akan digunakan untuk memasang antenna omni dan


access point. Access Point dipasang di atas tower karena
sambungan kabel koaksial ataupun kabel pigtail yang panjang
dapat meningkatkan loss secara signifikan pada antenna pemancar.
Meskipun pigtail memiliki loss yang lebih rendah daripada koaksial
namun disarankan panjang kabel tidak lebih dari 1 meter untuk
menghubungkan antenna omni dengan perangkat Access Point.
Perangkat Access Point yang dipasang di tower akan diberikan box
pelindung dan juga anti petir. Direncanakan tower akan
berketinggian 25 meter (setara bangunan 6 lantai) untuk
menjangkau seluruh area gedung-gedung asrama.

Gambar 11. Tower Antena Omni

7. Anti Petir/ Lightning Arrester/ Grounding


System

Yang kita perlukan dalam operasional WLAN


adalah Lightning Ground dan RF Ground, kedua-
nya harus diletakan pada tempat yang terpisah,
jangan di jadikan satu. RF Grounding system
terutama dibutuhkan untuk antenna omnidirectional atau [antena
sectoral]]. Untuk antenna directional biasanya tidak dibutuhkan,
karena salah satu bagian dari antenna directional telah menjadi RF
ground itu sendiri. RF ground dapat dibuat dari beberapa kabel radial
di tanah yang di sambungkan ke ground coax.

Gambar 12. Anti Petir

Tentunya dengan adanya lightning ground ini maka diperlukan


peralatan anti-petir di hubungkan ke kabel coax yang kita gunakan
agar bisa menyalurkan petir ke lightning ground.

8. Kabel Pigtail

Kabel pigtail digunakan untuk menghubungkan access point ke


antenna omni secara langsung. Loss dari kabel pigtail ini jauh lebih
kecil dibandingkan kabel koaksial. Kabel pigtail kualitas terbaik dapat
memiliki loss hanya 0,21 dB/meter. Kabel pigtail memiliki dua ujung
yang berbeda. Ujung yang satu adalah ujung dengan konektor SMA
untuk menyambungkan dengan perangkat Access Point dan konektor
N-Male untuk menyambungkan ke antenna omni.

Gambar 13. kabel pigtail

Karena Access Point akan diletakkan di tower bersama dengan


antenna omni, maka kabel pigtail tidak perlu panjang-panjang, cukup
0,5 meter atau 1 meter.

b. Sisi Client
Perangkat-perangkat yang digunakan di sisi client yaitu:

1. Antena Client

Antena di sisi client menggunakan antena Ubiquiti Nanostation


M2 yang telah mendukung Wi-Fi 802.11n. Setiap antena ini
dipasang di atas atap masing-masing blok gedung asrama. Antena
ini dipilih karena menggunakan frekuensi yang sama dengan yang
digunakan di Wi-Fi 802.11b/g yaitu 2,4 GHz yang masih paling
banyak digunakan masyarakat. Spesifikasi lainnya antena ini
dapat ditemukan di datasheet antenna Ubiquiti Nanostation M2
yang terlampir di Lampiran 2. Datasheet Antena Client
Ubiquiti Nanostation M2.

Gambar 14. Ubiquiti Nanostation M2

Antena ini menggunakan konektor POE yang masukannya ke


konektor ini berupa kabel Shielded Twisted Pair (STP) dan keluaran
dari konektor berupa kabel UTP RJ-45 Cat.5 untuk
menghubungkannya dengan switch, hub atau PC dan laptop user.

2. Switch 10/100/1000 Mbps

Perangkat switch ini digunakan jika kita ingin membuat


jaringan wired LAN yang menghubungkan antar client. Untuk
mengakomodir pengguna jaringan yang banyak (dengan kamar
yang tentu saja juga banyak), sebaiknya digunakan switch lebih
dari satu atau meletakkan satu switch di setiap lantai gedung
asrama. Meskipun begitu, saat ini sudah tersedia switch
10/100/1000 Mbps yang memiliki 48 port seperti NetGear FS750
ini.
Gambar 15. Switch 48 port 10/100/1000 Mbps

Pada gambar di bawah ini digambarkan bagaimana penyebaran


(deployment) switch di suatu blok gedung asrama. Di area gedung
yang masih terhubung secara fisik seperti area di sekitar
administrator, digunakan satu switch gigabit 10/100/1000 Mbps
dengan 5 port (dengan pertimbangan ekonomis) untuk
didistribusikan ke dua gedung lainnya yang masih terhubung
secara fisik. Sub-switch – sub-switch di setiap gedung akan
mendistribusikan LAN ke kamar-kamar di setiap tingkat di dalam
gedung.

Switch gigabit digunakan di seluruh area asrama untuk


mempercepat proses pertukaran data di dalam LAN asrama
dengan kecepatan maksimum switch yang mencapai 1000 Mbps.
Hal ini dilatarbelakangi oleh kegiatan file sharing di kalangan
mahasiswa sangat populer pada saat ini.

Gambar 16. Distribusi switch di area di sekitar administrator


Dalam satu blok yang terdiri dari tiga tingkat, digunakan dua
buah switch, switch pertama adalah switch gigabit 8 port yang
diletakkan di tingkat teratas dan switch kedua adalah switch
gigabit 24 port untuk tingkat 1 dan tingkat 2 sekaligus.

3.Network Interface Card (NIC)

Hardware NIC ini wajib dimiliki tiap PC/laptop yang ingin


menghubungkan ke jaringan. Contoh hardware NIC ini yaitu chipset
WLAN, Ethernet 10/100 Mbps, USB Wireless LAN dan PCMCIA card.

Meskipun jaringan Wi-Fi yang diimplementasikan adalah Wi-Fi


802.11n, perangkat-perangkat NIC yang belum mendukung
802.11n masih bisa memanfaatkan koneksi jaringan di asrama ini
karena menggunakan pita frekuensi yang sama yaitu 2,4 GHz.
Akan tetapi, tidak mungkin throughput yang lebih besar dari 100
Mbps dapat dinikmati hardware NIC yang tidak mendukung Wi-Fi
802.11n.

3.3. Perhitungan Link Budget

Ada beberapa parameter penting yang perlu dikalkulasi secara cermat


agar performance jaringan sesuai dengan yang kita harapkan yang disebut
Link Budget. Kalkulasi Link Budget atau Radio Link Calculation meliputi:

- System Operating Margin (SOM)

SOM berhubungan dengan daya pemancar, jenis antenna, panjang kabel


koaksial dan jarak antar antenna. Dengan memperhitungkan SOM kita
akan mengetahui apakah sistem yang kita rancang memiliki margin daya
yang cukup untuk menjangkau jarak tertentu.

- Free Space Loss (FSL)

FSL atau rugi ruang bebas yaitu rugi daya radio yang dialami setelah
berjalan sampai jarak tertentu.

- Fresnel Zone Clearance (FZC)

Parameter FZC berfungsi untuk mengetahui berapa ketinggian antenna


yang diperlukan untuk menghindari halangan.
- Antenna Bearing, Antenna Down Tilt, Antenna Down Tilt Coverage
Radius

Parameter ini digunakan untuk mengetahui ke titik atau area mana


sebenarnya gelombang radio diarahkan.

Pada perancangan jaringan Wireless LAN di area asrama ini, ada enam
antenna di sisi client yang terhubung ke satu antenna Access Point yang
berada di tower berketinggian 25 meter (lihat Lampiran 1). Sehingga untuk
menghitung Link Budget, mau tidak mau harus melibatkan semua antenna
tersebut.

Dengan bantuan peta yang diambil dari layanan Google Maps


(http://maps.google.com) , dapat diketahui jarak antara masing-masing
antenna client dengan antenna Access Point dari skalanya meskipun bukan
jarak yang 100% akurat (Lampiran 4. Peta Asrama Mahasiswa ITS).

a. Perhitungan Free Space Loss (FSL)

Dua parameter utama dalam perhitungan Free Space Loss yaitu


frekuensi operasi (MHz) dan jarak antara antenna pemancar (Tx) dengan
antenna penerima (Rx) dalam Mil.

Dengan rumus di atas didapatkan :

Tabel 1. Free Space Loss

AP ke Meter Mil Free Space Loss


Client (dB)
0.05840
A 94 9 79.6
0.06089
B 98 4 79.9
C 73 0.04536 77.4
0.07549
D 121.5 7 81.8
0.07456
E 120 5 81.7
F 175 0.10874 85

b. Line of Sight (LOS) dan Perhitungan Fresnel Zone Clearance


(FZC)

Kondisi Line of Sight atau ‘saling melihat’ antara antenna pemancar


dengan antenna penerima sangat penting dalam komunikasi radio
frekuensi tinggi. Ada dua jenis LOS yaitu:

- Optical Line of Sight, kedua antenna harus dapat ‘saling melihat’.

- Radio Line of Sight, yaitu tidak terjadi pantulan dan difraksi dari sinyal
radio.

Radio LOS melibatkan kalkulasi untuk mengetahui seberapa banyak


gangguan/penghalang merambatnya gelombang radio. Kalkulasi yang
dimaksud adalah perhitungan Fresnel Zone Clearance (FZC).

Fresnel Zone adalah area di sekitar Optical LOS dimana sinyal radio
merambat dari pemancar ke penerima. Untuk menjaga kekuatan sinyal
diperlukan LOS yang bebas dari penghalang terutama untuk komunikasi
Wi-Fi frekuensi 2,4 GHz. Sedangkan gelombang radio 2,4 GHz dapat
diserap oleh air yang terdapat di pepohonan sehingga pepohonan
merupakan salah satu jenis penghalang pula yang harus diperhatikan.
F re s n e l Z o n e s

3 rd * 2n d * 1 s t*

* F re s n e l Z o n e s

Gambar 17. Fresnel Zones

Fresnel Zone dapat dibagi menjadi Fresnel Zone I, II dan III seperti
yang tampak pada gambar di atas ini.

Normalnya kita menggunakan 80% dari Fresnel Zone I sebagai acuan


dimana tidak boleh ada satupun penghalang sinyal radio untuk
merambat. Sisa 20% pemblokan sinyal keluar dari Fresnel Zone yang
terjadi merupakan rugi yang terbilang kecil, dan di atas 40% baru terjadi
rugi yang signifikan. Jika ada obstacle masuk ke dalam Fresnel Zone I
maka akan terjadi difraksi gelombang radio. Ada beberapa formula
Fresnel Zone Clearance yang disesuaikan berdasarkan satuan jaraknya
(mil, kaki dan km) seperti sebagai berikut:

R = 17,32 x

Dimana: R = radius dari Fresnel Zone dalam meter

d = jarak antara dua titik dalam km

f = frekuensi dalam GHz

atau R = 43,33 x

Dimana: R = radius dari Fresnel Zone dalam kaki

d = jarak antara dua titik dalam mil

f = frekuensi dalam GHz


Dari besarnya jari-jari Fresnel Zone ini, kita dapat menghitung berapa
tinggi tower yang diperlukan untuk memasang antenna agar Fresnel Zone
radiusnya sebesar yang kita inginkan.

Ketinggian antenna = tinggi rintangan + Fresnel Zone Clearance

Jika ada bukit dengan ketinggian 10 meter maka ketinggian tower


yang diperlukan adalah 10 meter ditambah FZC yang dibutuhkan untuk
menempuh jarak d. Kita biasanya masih menolerir menggunakan
clearance 80% dari perhitungan FZC. Kondisi ini dapat ditemukan pada
perancangan jaringan Wi-Fi di lingkungan yang banyak terdapat gedung-
gedung di area di sekitarnya contohnya di Asrama Mahasiswa ITS.

Di bawah ini memperlihatkan FZC pada path antara masing-masing


antenna client dengan antenna access point. Perlu diperhatikan pula tidak
semua antenna client ini berada dalam kondisi Optical Line of Sight
dengan antena AP karena perbedaan ketinggian pemasangan antenna
dan tinggi gedung blok tersebut (lihat Lampiran 3. Gambar Dua
Dimensi Penempatan Access Point dan Antena Client di Area
Gedung Asrama Mahasiswa ITS).

Tabel 2. Perhitungan Fresnel Zone Clearance

AP ke Frekuensi Radius FZC 80% FZC (m)


Client Jarak (m) (GHz) (m)
A 94 1.03 0.82
B 98 1.05 0.84
C 73 0.9 0.72
2.412
D 121.5 1.17 0.93
E 120 1.16 0.93
F 175 1.40 1.12

c. Kalkulasi System Operating Margin (SOM)

SOM adalah selisih antara sinyal radio yang sebenarnya diterima


dengan sinyal yang diperlukan untuk mencukupi data recovery
(contohnya receiver sensitivity). Ada banyak parameter input yang
dibutuhkan, sementara ada tiga output yang dihasilkan, yaitu:

• Level sinyal RX (dBm)


• Free Space Loss (dB)
• Theoretical System Operating Margin (dB)
Pastikan kita mempunyai minimal 10-15 dB System Operating Margin
(SOM) untuk memberikan sedikit ruang bagi sinyal yang naik turun /
fading. Untuk dapat menghitung ketiga output tersebut, kita perlu
memasukan parameter-parameter berikut, yaitu:

• Frequency (MHz) yang digunakan pada komunikasi.


• Distance (Miles) antara dua stasiun.
• TX Power (dBm), WLAN biasanya mempunyai daya sekitar
30-100mW.
• TX Cable Loss (dB), redaman di kabel coax & konektor
antara pemancar ke antenna. Sebaiknya tidak menggunakan
coax sama sekali, hubungan antara antenna dan pemancar
hanya menggunakan pigtail yang tidak lebih dari satu (1) meter.
• TX Antenna Gain (dBi)
• Free Space Loss (FSL)
• RX Antenna Gain (dBi)
• RX Cable Loss (dB), redaman di kabel coax dari Antenna ke
penerima.
• RX Sensitivity (dBm), sensitivitas penerima.

Setelah kita mempunyai semua data / parameter yang dibutuhkan


kita dapat menghitung System Operating Margin (SOM) untuk
meyakinkan bahwa system yang kita kerjakan akan bekerja secara benar.
Pada dasarnya System Operating Margin (SOM) menghitung selisih antara
sinyal yang di terima dengan sensitifitas penerima.

SOM = Rx signal level - Rx sensitivity.

Sementara sinyal yang di terima (Rx signal level) dapat dihitung


dengan menambahkan dan mengurangi daya pancar (TX power) dengan
berbagai parameter yang ada dalam sebuah persamaan yang sederhana,
yaitu,

Rx signal level = Tx power - Tx cable loss + Tx antenna gain – FSL + Rx


antenna gain
- Rx cable loss

Berikut ini adalah hasil perhitungan SOM antara masing-masing


antenna client dengan antenna AP :

Tabel 3. Perhitungan System Operating Margin


Rx
AP ke
Jarak (m) Jarak (Mil) Rx Signal Sensitivity SOM
Client
Level (dBm) (dBm) (dB)
A 94 0.058409 -3.8 92.2
B 98 0.060894 -4.2 91.8
C 73 0.04536 -1.6 94.4
-96
D 121.5 0.075497 -6.0 90
E 120 0.074565 -5.9 90.1
F 175 0.10874 -9.2 86.8

d. Antenna Tilt Angle

Mungkin antenna tilt tidak terlalu penting terutama untuk


komunikasi Point-To-Point di tanah datar, tapi ada baiknya di hitung
menggunakan rumus perhitungan sederhana sebagai berikut:

Jarak = (( Hb – Hr ) / Tan A ) / 5280


Sudut = Tan-1 ( Hb – Hr ) / ( jarak x 5280 )

Dimana : Hb = ketinggian dari antenna base station


Hr = ketinggian dari antenna penerima
A = sudut dalam radian (bukan derajat).

Untuk memberikan gambaran, sebuah base station dengan


ketinggian antenna 30 meter pada jarak 3 km, akan memerlukan tilt
sebesar 0.35 derajat untuk memperoleh sinyal maksimal di sebuah
antenna penerima yang di pasang di tower 10 meter. Jadi sebetulnya
tilt dari antenna tidak terlalu besar. Semakin tinggi antenna base
station, semakin pendek jarak, semakin besar tilt antenna yang
dibutuhkan.
Ketinggian antenna AP Wi-Fi di asrama direncanakan setinggi 25
meter. Tinggi bangunan lainnya dimana antenna client akan
ditempatkan dapat dilihat di Lampiran .

Tabel 4. Hasil perhitungan Antenna Tilt:

Tinggi
AP ke Jarak antar Tilt
Antena (feet Jarak (mil)
Client antenna (m) (derajat)
dpl)
A 94 55.77428 4.692 0.7
B 98 75.45932 1.175 0.7
C 73 75.45932 1.567 3.5
D 121.5 75.45932 0.940 0.7
E 120 49.2126 4.620 3.5
F 175 75.45932 0.641 0.7

Terlihat bahwa antenna tilt yang dibutuhkan dipengaruhi oleh


jarak antara antenna client tersebut dengan AP an tinggi antenna.
Antenna Tilt yang dibutuhkan cukup besar saat diperlukan untuk
menjangkau area yang lebih jauh dengan ketinggian antenna
penerima yang lebih rendah. Namun antenna tilt seperti itu tidak
signifikan pengaruhnya ke performance.

e. Antenna Down Tilt Coverage Radius

Dalam beberapa kasus diperlukan estimasi coverage dari cell


atau cell radius.
Dimana H adalah tinggi antenna AP. A adalah sudut tilt antenna.
BW adalah beamwidth dari antenna. BW sebesar 10-15 dB terbilang
sempit tergantung dari antenna gain. Sebagai contoh, antenna AP
setinggi 30 m dengan beamwidth 10 derajat dan tilt 0.2 derajat, maka
inner radius-nya akan sebesar 150 m dan outer radius-nya sekitar 8.7
km dengan coverage 8.5 km.

Tabel 5. Perhitungan Antenna Downtilt Coverage Radius

Tinggi Tilt Beamwid Inner Outer


Covera
Antena anten antenna th Radius Radius
ge (mil)
na (derajat) (derajat) (mil) (mil)
A ke
AP 4.7 0.10 1.27 1.17
B ke
AP 1.2 0.17 -0.32 -0.49
C ke
AP 1.6 0.16 -0.37 -0.53
25 m 8
D ke
AP 0.94 0.18 -0.29 -0.47
E ke
AP 4.6 0.10 1.48 1.38
F ke
AP 0.6 0.19 -0.26 -0.45

BAB IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

- Jaringan Wi-Fi 802.11n dapat diimplementasikan di lingkungan yang


penuh gedung-gedung bertingkat seperti di area asrama mahasiswa
ITS.

- Faktor penempatan antenna baik untuk Access Point maupun client


sangat memengaruhi performance jaringan Wi-Fi 802.11n. Hal ini
diperkuat dengan kondisi gedung-gedung asrama yang bertingkat.
- Spesifikasi peralatan yang digunakan merupakan komponen yang
diperhitungkan di dalam link budget calculation selain faktor
penempatan antenna.

- Perhitungan-perhitungan link budget sangat diperlukan untuk menguji


kelayakan rancangan jaringan wireless secara teoritis.

- Dari hasil perhitungan Fresnel Zone Clearance, rancangan penempatan


antenna (lihat Lampiran 3) sudah layak.

- Dari hasil perhitungan System Operating Margin, SOM-nya rata-rata di


atas 90dB sudah sangat memenuhi criteria SOM (minimal 10-15 dB).

- Secara teknis, untuk menikmati kelebihan-kelebihan yang ditawarkan


teknologi Wi-Fi 802.11n diperlukan perangkat yang spesifikasinya
mendukung wireless network standard IEEE 802.11n. Frekuensi
operasinya yang menggunakan 2,4 GHz dimaksudkan untuk menjamin
interoperabilitas dengan sebagian besar perangkat Wi-Fi (baik di
laptop, telepon genggam dan lain-lain).

DAFTAR PUSTAKA

1]. Wireless LAN. http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?


view=article&catid=1 0%3Ajaringan&id=409%3Awireless-lan-local-
areanetwork

2]. Datasheet NanoStation M2. http://www.ubnt.com/nanostationm


3]. Wireless Network Calculation.
http://125.160.17.21/speedyorari/view.php?file=orari-
diklat/teknik/2.4ghz/buku-wifi/wireless-network-calculation-2-2003.xls

4]. Wi-Fi – Wikipedia, the Free Encyclopedia.


http://en.wikipedia.org/wiki/Wi-Fi

5]. Mikrotik RB 750G. http://antarlangit.com/mikrotik/paket-


mikrotik/mikrotik-rb-750.html

6]. List of WLAN Channels.


http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_WLAN_channels

7]. Sharony, Jacob. Introduction to Wireless MIMO – Theory and


Applications. New York: Stony Brook University; 2006.

8]. Spesifikasi Antenna Omni 15dB. Gresik: Gemini Teknologi.

9]. Suryana, Taryana. Proposal Internet Service Provider RT-RW Net.

10]. Azhar M, Priambodo G.E. IEEE 802.11n.

11]. Wireless Calculation. http://www.terabeam.com/support/calculations/

12]. Wi-Fi: Desain Jaringan Wireless Berbasis Wi-Fi.


http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/WiFi:_Disain_Jaringan_Wireless_b
erbasis_WiFi

13]. Onno W. Purbo. Buku Panduan RT/RW-Net.


http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Teknologi_RT/RW-net

14]. Anti Petir 0-6 GHz Altelicon. www.antarlangit.com

15]. MIMO – Wikipedia, the Free Encyclopedia. http://en.wikipedia.org/MIMO

16]. What is Routerboard? http://www.mikrotik.com

17]. Membuat Router dengan Mikrotik. http://anwart3k4j3.wordpress.com/

You might also like