You are on page 1of 8

ABSTRAKSI KASUS

DELANEY MOTORS
Frank Delaney memiliki dan mengoperasikan Delaney Motors, dealer resmi penjualan mobil
produksi General Motors di Ohio. Kegiatan operasional dealer tersebut terdiri atas penjualan
mobil baru, dan mobil bekas, penjualan onderdil mobil, penyewaan mobil, servis kendaraan, dan
pengecatan ulang serta perbaikan body kendaraan. Dealer tersebut menguntungkan, dengan
pendapatan hampir 5% dari penjualan, tetapi laba yang dilaporkan atas body shop terlalu rendah
bagi Mr. Delaney. Oleh karena itu, dia menugaskan seorang konsultan untuk meneliti
operasional body shop dan membuat rekomendasi.
Sebagai dasar penelitian konsultan tersebut, ia menggunakan data milik Mr. Delaney beberapa
tahun terbaru, dan membuat penyesuaian tertentu, ditunjukkan di Exhibit 1. Berikut asumsi yang
digunakan oleh konsultan tersebut:
1. Sebagian besar biaya semivariabel (semivariable costs) terdiri atas biaya bersama
(common costs). Contohnya, akuntan yang menyiapkan dan mengisi laporan pajak
dealer, pengacara dan pemilik yang menghabiskan waktu mereka untuk melakukan
kegiatan bisnis perusahaan.
2. Beban telepon dan biaya tetap (fixed costs) dapat dialokasikan ke tiap departemen jika
dokumen-dokumen pendukung tersedia. Dikarenakan tidak tersedianya dokumen-
dokumen tersebut, metode alokasi biaya yang lain harus dipertimbangkan.
3. Terdapat sebuah persoalan yang kontroversial melibatkan masalah gaji pemilik. Manajer
body shop menegaskan bahwa biaya gaji pemilik seharusnya tidak dibebankan ke
departemennya tersebut. Pemilik menempatkan nama dan waktunya di semua aspek
bisnis body shop, sehingga gajinya pun seharusnya dialokasikan sebagaimana mestinya.
Sebagai informasi, data industri menunjukkan bahwa gaji pemilik berdasarkan pada
volume penjualan.
4. Biaya semivariabel dapat dialokasikan kepada tiap departemen dengan berbagai cara,
dengan demikian akan ada penilaian lebih baik atas kinerja manajemen dan departemen.
Dasar penilaian tersebut meliputi unit produksi, jam kerja mesin, biaya bahan baku, dolar
penjualan, biaya tenaga kerja langsung, dan jam kerja tenaga kerja langsung.
Dikarenakan departemen memproduksi produk yang beranekaragam ( heterogeneous
products) yang membutuhkan bahan baku dan mesin yang berbeda-beda( departemen
penjualan mobil baru dan mobil bekas tidak menggunakan mesin), maka tiga dasar
alokasi yaitu unit produksi, jam operasional mesin, biaya bahan baku- pada dasarnya
tidak tepat.
5. Nilai penjualan juga merupakan dasar alokasi biaya yang tidak valid Contohnya, rasio
biaya atas penjualan mobil baru seharga $9,000 melebihi rasio biaya atas body shop
repair sebesar $1,000. Dengan demikian, menimbulkan dasar alokasi yang tidak sama.
6. Alokasi biaya berdasarkan biaya tenaga kerja langsung (direct labor costs) menjadi dasar
alokasi biaya yang valid di perusahaan-perusahaan yang biaya semivariabelnya
berhubungan dengan tenaga kerja (contohnya: operasional yang sebagian besar dilakukan
secara manual) dan tarif per jam diantara dan ditiap departemen adalah seragam. Namun,
karena biaya semi variable dealer tersebut tidak berhubungan dengan tenaga kerja dan
tarif per jam tidak seragam, biaya tenaga kerja langsung sebagai dasar alokasi tidak
mencerminkan dasar kegiatan perusahaan.
7. Jam tenaga kerja langsung (direct labor hours) merupakan dasar alokasi biaya yang dapat
diterima. Walaupun beberapa biaya semivariabel tidak beragam secara langsung
berdasarkan jam kerja tenaga kerja langsung, seperti biaya audit dan biaya hukum(legal
fees), berkaitan dengan kepraktisan dan karena metode lainnya jelas-jelas tidak dapat
diterima, pengalokasian biaya semivariabel berdasarkan jam kerja tenaga kerja langsung
tampaknya menjadi alternatif yang paling dapat diterapkan.
8. Laporan keuangan perusahaan mendaftar jumlah pegawai langsung (direct employees)
dan pegawai tidak langsung (indirect employees) di setiap departemen, tetapi gagal untuk
mengungkapkan jumlah jam kerja tiap departemen. Diasumsikan bahwa seluruh pegawai
langsung bekerja kurang lebih dalam jumlah jam kerja yang sama per minggu. Oleh
karena itu, jumlah jam kerja tenaga kerja langsung menjadi dasar alokasi untuk biaya
semivariabel. Seperti yang telah didiskusikan sebelumnya, biaya tetap dialokasikan
berdasarkan rasio meter persegi setiap departemen terhadap meter persegi keseluruhan
perusahaan, disesuaikan dengan weighted factor.
EXHIBIT 1 Analisa untuk profitabilitas toko bagian-bagian mobil:

Line
1. Sales: body shop $306,652
2. Gross profit: body shop 91,107
3. gross profit percentage (line 2 ¸line 1) 29.70%

Analysis of Semivariable Costs


4. Legal and auditing (body shop) 0
5. Owner`s salary (body shop) 0
6. Telephone and telegraph (body shop) 839
7. Total body shop semivarible costs 839
8. Legal and auditing (company) 2,113
9. Owner`s salary (company) 21,600
10. Telephone and telegraph (company) 21,676
11. Total company semivariable costs 45,389
12. Body shop percentage (line 7¸line 11) 1.85%
13. Body shop employees as percent of total (5/23) 21.70%
14. Revised body shop semivariable costs (line 11*line 13) 9,867
15. Increase in body shop semivariable costs (line 14 - line 7) 9,028

Analysis of Fixed Costs


16. Body shop fixed costs, as now allocated 6,106
17. Total company fixed costs 28,815
18. Body shop percentage (line 16¸ line 17) 21.19%
19. Revised body shop fixed costs (20% of line 17) 5,763
20. Decrease in body shop fixed costs (line 19- line 16) (343)

Summary of Findings
21. Net increase in costs (line 15-line 20) 8,685
22. Unrevised body shop profit 9,009
23. Revised body shop profit (line 22-line 21) (324)
24. Unrevised profit to sales (line 22¸ line 1) 2.94%
25. Revised profit to sales (line 23¸ line 1) .1%

Other Dealers
No. 9 No. 6 No. 3
1. Sales, body shop $363,662 $505,025 $681,201
3. Gross profit percent 32.90% 30.00% 30.60%
14. Body shop, semivariable 9,547 13,913 18,177
19. Body shop, fixed 12,767 11,134 12,233
22. Body shop profit, unrevised 4,453 26,338 56,401
23. Body shop profit (loss) -8,190 19,386 36,650
24. Unrevised percent profit to sales 1.22% 5.22% 8.28%
25. Revised percent profit to sales -2.25% 3.84% 5.38%

Ringkasan data terpilih yang diambil dari laporan keuangan ditunjukkan di Exhibit 1:
1. Biaya semivariabel body shop dan dealer ditunjukkan di baris 7 dan 11, berturut-
turut. Alokasi biaya semivariabel didasarkan pada jam kerja tenaga kerja langsung
(direct labor hours), dengan asumsi bahwa tiap pegawai bekerja dalam jumlah jam
kerja yang sama per minggu. Dibaris 13 jumlah pegawai body shop yang melakukan
pekerjaan tenaga kerja langsung dibagi dengan total jumlah pegawai keseluruhan di
dealer. Berdasarkan metode ini, peningkatan biaya semivariabel, seperti yang terlihat
di baris 15, menunjukkan bahwa anda telah terlalu rendah mengalokasikan overhead
untuk manajer body shop, yang bonusnya termasuk dalam bagian laba
departemennya. Sistem akuntansi biayanya seharusnya diubah agar lebih akurat
menggambarkan penggunaan sumber daya dealer di setiap departemen.
2. Biaya-biaya tetap untuk body shop dan dealer diringkas di baris 16 dan 17. Hasil bagi
keduanya terlihat dibaris 18. Di baris 19, alokasi biaya tetap yang ditinjau kembali
diperlihatkan. Beberapa dealer General Motors mengalokasikan biaya tetap terhadap
body shop berdasarkan rasio luas meter persegi body shop terhadap luas dealer.
Alokasi ini menjadi dasar yang akurat atas alokasi biaya tetap gedung, tetapi gagal
memperhitungkan berbagai macam mesin, peralatan, furniture, perlengkapan tetap
yang ada dalam keseluruhan dealer.
3. Untuk mengalokasikan biaya tetap tersebut secara lebih tepat, “weights” sama seperti
yang digunakan oleh Volkswagen, seharusnya digunakan. Dealer Volkswagen
mengalikan square footage tiap bagian dealer dengan value factor untuk memberi
bobot distribusi biaya tetap secara proporsional. Contohnya, bobot atas mobil bekas
dan body shop adalah 2.4 dan 1.0, berturut-berturut. Diasumsikan bahwa bobot ini
juga diterapkan terhadap dealer, maka dealer seharusnya mengurangi alokasi terhadap
body shop menjadi 20 persen. Baris 19 lalu menunjukkan bahwa 20 persen tersebut
mengimbangi biaya tetap dealer.
4. Baris 21 sampai 25 meringkas temuan-temuan yang ada. Alokasi biaya yang ditinjau
kembali menurunkan laba body shop dari 2.94 persen atas penjualan menjadi 0.30
persen atas penjualan.
Data-data tersebut disusun menurut persentasi body shop (baris 25): dealer no. 3 menempati
posisi tiga tertinggi, dealer no. 6 berada di tengah, dan dealer no. 9 adalah ketiga dari bawah.
Konsultan tersebut menunjukkan bahwa body shop menghasilkan laba lebih rendah
dibandingkan dengan yang Mr. Delaney perkirakan sebelumnya, dan ia menyarankan Mr.
Delaney untuk mempertimbangkan untuk menjual, menyewakannya kepada pihak lain,
menaikkan harga, atau jika permintaan akan body shop dianggap bersifat elastis, maka turunkan
harganya. Konsultan tersebut menunjukkan bahwa penjualan atau penyewaan body shop akan
memberi Mr.Delaney waktu lebih banyak untuk mengurus departemen lainnya.
Mr.Delaney mempertimbangkan rekomendasi tersebut, tetapi ia tidak yakin bahwa profitabilitas
yang seharusnya menjadi pertimbangan utama. Ia merasa bahwa dealer berkewajiban
menyediakan jasa yang berkualitas tinggi untuk para pelanggannya, dan bahwa penyewa
mungkin saja menyediakan jasa berkualitas rendah. Ia tidak yakin bahwa harga dapat dinaikkan,
dan meminta konsultan untuk mencari tahu lebih banyak mengenai harga yang ditetapkan oleh
dealer pesaing sebelum membuat keputusan mengenai hal tersebut.

PEMBAHASAN KASUS
PERTANYAAN
1. Berikan komentar atas penyesuaian yang disusun oleh konsultan, seperti yang
ditampilkan pada exhibit 1. Setujukah anda dengan penyesuaian tersebut? Jika
tidak, menurut anda apakah metode yang lebih baik dalam melakukan penyesuaian
berkaitan dengan kasus tersebut?
Jawab:
Di satu sisi, kelompok kami tidak setuju dengan penyesuaian yang dilakukan oleh
konsultan tersebut atas biaya semivariabel. Dasar alokasinya yaitu direct labor hours
tidak menjadikan biaya semivariabel tersebut akurat dikarenakan tidak adanya data
lengkap mengenai jumlah jam kerja tiap departemen, termasuk jam kerja tenaga kerja
langsung (direct labor hours). Konsultan tersebut tidak mempertimbangkan bahwa untuk
biaya telepon dan telegraf tiap unit bisnis atau tiap departemen berbeda-beda sehubungan
dengan pemakaian telepon dan telegraf tersebut. Selain itu, tidak adanya dokumen
pendukung menjadikan biaya dialokasikan secara tidak tepat .

Kelompok kami juga tidak setuju atas penyesuaian sehubungan dengan gaji pemilik.
Kelompok kami berpendapat bahwa gaji pemilik dibebankan sebagian besar kepada body
shop karena pemilik lebih banyak menghabiskan waktunya untuk body shop. Namun,
alokasi biaya untuk gaji pemilik juga dibebankan ke segmen atau unit bisnis lainnya
karena dalam hal ini pemilik ikut serta dalam operasional tiap unit bisnis.

Di sisi lain, kelompok kami setuju atas penyesuaian tersebut berkaitan dengan hal-hal
sebagai berikut:
a. Berdasarkan uraian kasus, diketahui bahwa biaya semivariabel sebagian besar
terdiri dari biaya bersama (common costs). Biaya bersama adalah biaya yang
tidak dapat ditelusuri, yang timbul karena adanya kebutuhan lebih dari satu
departemen. Contohnya, gaji seorang wakil direktur pemasaran bukanlah biaya
bersama yang biasa dibagi dengan departemen Sumber Daya Manusia. Tetapi,
jika departemen pemasaran memberikan jasanya ke beberapa departemen di
perusahaan, maka biaya tersebut dianggap sebagai biaya bersama yang dibagi
dengan beberapa departemen tersebut. Dalam kasus dijelaskan bahwa terdapat
biaya-biaya seperti: biaya yang harus dibayar atas akuntan yang menyiapkan dan
mengisi laporan pajak dealer. Jika tiap departemen di dealer tersebut memakai
jasa atas akuntan tersebut, maka biaya atas akuntan dianggap sebagai biaya
bersama sehingga harus dialokasikan ke tiap departemen. Hal ini sesuai dengan
penyesuaian yang dibuat oleh konsultan.
b. Kenaikan biaya semivariabel yang dibebankan ke departemen body shop
menunjukkan adanya overstated atas biaya pada departemen body shop. Hal ini
menunjukkan adanya indikasi manager departemen melakukan hal tersebut yang
berdampak pada bonus departemen.
c. Penyesuaian fixed cost berdasarkan weighted, rasio luas per departemen
dibandingkan luas perusahan secara keseluruhan.

Dalam hal ini, ada beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan sebagai metode yang
dapat digunakan untuk membuat penyesuaian dalam kasus tersebut:
a. Fixed cost dapat dibebankan dengan menggunakan penyusutan atas asset yang
dimiliki tiap departemen. Untuk gedung/bangunan, bila bangunan di dept body shop
menjadi satu bagian dengan bangunan utama perusahaan, dapat menggunakan rasio
luas bangunan per departemen dibandingkan dengan luas bangunan perusahaan
secara keseluruhan. Peralatan mesin, equipment, fixtures, dan furniture dapat di
identifikasi dan digolongkan penyusutannya. Metode ini akan lebih tepat dalam
mengalokasikan fixed cost. Sistem akuntansi biaya yang lebih baik perlu digunakan
untuk hal ini.
b. Pemecahan departemen yang dimiliki menjadi unit-unit yang berdiri sendiri,
sehingga tiap departemen memiliki system akuntansi dan pencatatan yang berdiri
sendiri. Alokasi biaya, memakai metode masing masing unit. Tiap departemen akan
memberikan laporan keuangannya kepada pusat untuk dilakukan konsolidasi. Untuk
biaya semivariabel yang merupakan Common cost, dapat di alokasikan menjadi
biaya kantor pusat.
2. Asumsikan bahwa Mr.Delaney memutuskan untuk mempertahankan body shop,
dan konsultan melaporkan bahwa memungkinkan untuk menaikkan harga produk,
haruskah Mr. Delaney menaikkan harga? Jika Mr.Delaney menaikkan harga,
berapa seharusnya kenaikan harganya menurut anda?
Jawab:
Menurut kelompok kami, jika memungkinkan untuk menaikkan harga produk,
Mr.Delaney seharusnya menaikkan harga sesuai dengan standar industri yang berlaku.
Jika ia berusaha mempertahankan laba dengan harga yang lebih rendah dari harga standar
yang ditetapkan kompetitornya, maka akan merugikan body shop.
Alternatif-alternatif dalam menentukan kenaikan harga:
1. Salah satu metode penentuan harga adalah cost-plus pricing (Hilton, 2009). Metode
tersebut menetapkan bahwa harga jual sama dengan biaya produk (cost) ditambah
dengan mark up. Dalam hal ini, perlu ditentukan terlebih dahulu markup atas harga
jual. Berdasarkan data atas tiga dealer General Motors lainnya di Exhibit 1, diketahui
bahwa dealer lainnya yang menghasilkan laba yaitu dealer no 6 dan dealer No.3
memiliki profit margin sebesar 3.84% dan 5.38 %. Dealer No 3 adalah yang memiliki
profit margin tertinggi. Dengan kata lain, diantara ketiga dealer tersebut, Dealer no 3
adalah yang paling efisien dalam operasionalnya. Oleh karena itu, profit margin
Dealer No 3 adalah tepat untuk dijadikan patokan dalam menaikkan harga.
Asumsikan bahwa profit margin yang ditargetkan adalah setara dengan profit margin
Dealer No. 3, yaitu sebesar 5.38%.
Perhitungannya:

Profit margin= EBIT ÷ sales

5.38%= EBIT÷ $306,652


EBIT= $16,498.
Jadi, asumsikan bahwa berdasarkan perhitungan tersebut, target profit Delaney
adalah $16,498.

Markup percentage atas Delaney= $$16,498 ÷ ($9,867 + $ 5,763)

= $$16,498 ÷ $15,630
= 1.05%
Harga setelah dinaikkan= $15,630 + (1.05% * $15,630)
= $15,630 + $164
= $15,794
Jadi, kenaikan harga yang seharusnya adalah 2.34% sehingga harga jual menjadi
$15,966.

2. Bila dibandingkan Dealer No. 6 dengan Dealer Delaney, dealer No. 6 memiliki sales
lebih dari 50% lebih besar dibandingkan Dealer Delaney, gross profit percentage
yang lebih besar 0.3% dibandingkan Delaney, dan dengan biaya semivariabel dan
fixed cost yang lebih tinggi dari dealer Delaney.
Dengan asumsi jumlah pelanggan yang tetap sama dengan yang dipakai pada Exhibit
1, menaikkan harga sekitar 5%-6% akan meningkatkan sales sebesar 5% dimana
biaya- biaya (expenses) diasumsikan tidak berubah dikarenakan jumlah
pelanggan yang sama, maka tingkat profitabilitas yang diinginkan Delaney sebesar
5% akan dapat dicapai. Kenaikan harga sebesar 5% menempatkan dept body shop
milik Delaney memiliki harga masih dibawah pesaing nya di industri.

3. Apa tindakan yang seharusnya diambil Mr.Delaney?


Jawab:
Dasar pemikiran Mr. Delaney adalah profitabilitas bukan faktor utama dalam
memutuskan apakah akan menjual, menyewakan, atau mempertahankan body shop. Hal-
hal lainnya yang seharusnya menjadi pertimbangan Mr.Delaney adalah berkaitan
dengan control, full service dealership, permintaan pasar, dan hal-hal sejenisnya. Selain
itu, tindakan yang harus diambil Mr.Delaney adalah mengubah sistem akuntansi biaya
agar dapat mengalokasikan biaya secara akurat ke tiap unit bisnis secara tepat.
Kelompok kami berpendapat bahwa Mr. Delaney sebaiknya mempertahankan body shop
dengan pertimbangan:
a. Mempertahankan layanan purna jual yang berkualitas
b. Menaikkan harga untuk memperoleh margin sebesar rata-rata perusahaan dealer pada
umumnya, dengan asumsi bahwa permintaan terhadap body shop bersifat elastis,
kenaikan harga tidak akan berpengaruh besar terhadap daya saing Delaney
Motors.

You might also like