Professional Documents
Culture Documents
Arifianto
20070702
1. Latar Belakang
Alergi makanan merupakan masalah kesehatan yang kejadiannya semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Masalah ini terjadi pada 6% anak-anak dan tiga sampai
empat persen dewasa. Pada bayi dan anak, alergi makanan menjadi cukup serius karena
berkaitan dengan asupan nutrisi yang adekuat untuk mencapai pertumbuhan optimal.1
Salah satu bentuk alergi makanan tersering pada bayi anak adalah alergi susu sapi.
Beberapa protein yang terkandung di dalamnya dibuktikan berperan dalam reaksi alergi,
dengan berbagai mekanisme, baik yang diperantarai IgE maupun non IgE.1,2
Tata laksana masalah ini adalah dengan melakukan penghindaran (avoidance)
terhadap semua bahan makanan yang mengandung protein susu sapi, yang dilakukan oleh
ibu yang menyusui bayi/anaknya dan bayi/anak yang minum susu formula. Orangtua perlu
mempunyai pengetahuan untuk membedakan produk makanan yang mengandung protein
susu sapi atau tidak.3
2. Masalah
1. Bayi dan anak dengan alergi susu sapi melakukan penghindaran
terhadap susu sapi, tetapi masih mengkonsumsi makanan pendamping
ASI (MPASI) yang mengandung protein susu sapi.
2. Ibu yang menyusui anak dengan alergi susu sapi tetap mengkonsumsi
makanan yang mengandung protein susu sapi.
3. Orangtua tidak memahami bahwa konsumsi produk makanan yang
mengandung protein susu sapi dapat mencetuskan alergi, meskipun
sudah melakukan penghindaran terhadap susu sapi.
4. Produk makanan yang mengandung protein susu sapi yang beredar
belum tentu mengikuti peraturan labelisasi pangan yang berlaku.
3. Pertanyaan Penelitian
1. Apa saja produk makanan yang mengandung protein susu sapi yang
beredar di Jakarta?
2. Apakah produk makanan yang beredar sudah memenuhi ketentuan
labelisasi pangan yang ditetapkan di Indonesia?
2
3. Apakah produk-produk makanan ini harus dihindari oleh ibu yang
sedang menyusui anak dengan alergi susu sapi?
4. Apakah produk-produk ini harus dihindari oleh bayi dan anak dengan
alergi susu sapi?
4. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui produk-produk makanan yang mengandung protein susu sapi
yang beredar di pasaran.
2. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi komposisi produk makanan yang mengandung protein susu
sapi yang beredar di pasaran di wilayah Jakarta.
b. Mengevaluasi kepatuhan pembuatan makanan yang mengandung protein
susu sapi berdasarkan peraturan labelisasi pangan yang berlaku.
5. Manfaat Penelitian
1. Bidang pendidikan
Memperoleh pengalaman dalam membuat penelitian sederhana dan melatih daya
pikir kreatif dan analitik.
2. Pengabdian Masyarakat
Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai produk makanan yang
mengandung protein susu sapi yang beredar, agar dapat dihindari oleh anak
dengan alergi susu sapi dan ibu yang menyusui anak dengan alergi susu sapi.
3. Pengembangan Penelitian
Menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi simpang terhadap makanan mencakup reaksi alergi dan non alergi. Alergi
makanan melibatkan reaksi imunologis, baik diperantarai oleh IgE ataupun non IgE.
Sedangkan reaksi simpang non alergi terdiri atas intoleransi makanan (misalnya defisiensi
enzim seperti intoleransi laktosa) dan keracunan makanan.4
4
kompleks imun antibodi IgA atau IgG (hipersensitivitas tipe III) dan stimulasi langsung
sel T oleh antigen protein susu (hipersensitivitas tipe IV). Interaksi ini menyebabkan
pelepasan sitokin dan produksi antibodi meningkat, sehingga terjadi kaskade inflamasi.3
Gejala-gejala yang timbul menyerupai reaksi alergi pada anak besar dan dewasa,
meliputi manifestasi kulit seperti urtikaria, ruam, pruritus, dan gejala saluran napas seperti
mengi dan batuk. Perbedaan manifestasi klinis yang disebabkan oleh perantara IgE dan
non IgE dijelaskan dalam tabel di bawah.3
Lain-lain
Tidak diklasifikasikan Anemia (tanpa kolitis) Banyak kemungkinan
Artritis
Purpura Henoch-Schonlein
5
Diagnosis alergi protein susu sapi ditegakkan dengan double-blind placebo-
controlled food challenge (DBPCFC) sebagai baku emasnya. Pemeriksaan lain yang dapat
dilakukan adalah skin-prick testing (SPT), pemeriksaan kadar IgE serum, dan uji tempel
(patch test). Kombinasi SPT dan pengukuran kadar IgE serum menghasilkan nilai prediksi
positif sebesar 95% untuk menegakkan diagnosis alergi protein susu sapi, sehingga
DBPCFC harus dilakukan.3
Sistem imun mayoritas individu mampu mengenali protein susu sapi sebagai suatu
hal yang tidak membahayakan dan dapat mentoleransinya. Individu dengan alergi
mempunyai hipersensitivitas terhadap protein susu dan berakibat pada respon inflamasi.2
Komposisi protein dalam susu manusia maupun sapi disebutkan dalam tabel di bawah.
Tabel 2. Komposisi protein utama dalam air susu manusia dan sapi2
Protein Manusia (mg/mL) Sapi (mg/mL)
α-laktalbumin 2,2 1,2
α-s1-kasein 0 11,6
α-s2-kasein 0 3,0
β-kasein 2,2 9,6
κ-kasein 0,4 3,6
γ-kasein 0 1,6
imunoglobulin 0,8 0,6
laktoferin 1,4 0,3
β-laktoglobulin 0 3,0
lisozim 0,5 trace
albumin serum 0,4 0,4
dll 0,8 0,6
Tata laksana utama alergi protein susu sapi adalah menghindarkan alergen, sambil
menjaga asupan nutrisi seimbang bagi bayi dan ibunya.1-4 Hal yang sering dilakukan pada
bayi yang mendapatkan susu formula (tidak mendapatkan ASI) adalah menghentikan susu
6
sapi, dan menggantinya dengan susu yang lain. Tetapi bayi tetap mengkonsumsi makanan
pendamping ASI (MPASI) yang mengandung protein susu sapi, sehingga manifestasi
alergi timbul kembali. Ibu yang menyusui bayinya juga tidak menyadari bahwa protein
susu sapi yang dikonsumsinya dapat masuk ke dalam ASI, dan menimbulkan reaksi alergi.
Ibu sebenarnya dapat terus menyusui sambil menghindari semua bentuk protein susu sapi,
dan bahkan sumber protein lainnya seperti kedelai. Untuk itu perlu diketahui produk-
produk pangan yang mengandung protein susu sapi, sehingga dapat dihindari oleh bayi
dengan alergi protein susu sapi maupun ibu yang menyusuinya. Daftar produk pangan
yang harus dihindari terdapat dalam tabel di bawah.
Selain menghindari alergen di atas, pilihan susu pada bayi yang mendapatkan susu
formula adalah extensively hydrolysed formulas (EHFs) sapi dan formula berbasis asam
amino bagi bayi yang terbukti alergi protein susu. Formula protein terhidrolisis ekstensif
7
menggabungkan hidrolisat kasein atau whey yang diambil dari susu sapi, sehingga masih
potensial mencetuskan alergi. Efektivitasnya dalam menghindari reaksi alergi mencapai
90%. Formula berbasis asam amino menunjukkan efektivitas mencapai 99%, sehingga
dapat digunakan sebagai alternatif selain EHFs. Penggunaan formula berbasis kedelai
sebagai alternatif pada alergi protein susu sapi tidak dianjurkan, karena sebagian anak
dengan alergi susu sapi juga terbukti alergi terhadap protein kedelai.3
Waktu yang tepat untuk kembali memaparkan protein susu sapi adalah 2 minggu
(atau sampai 4 minggu pada kasus eksim atopik atau kolitis alergik) setelah eliminasi diet
pada ibu menyusui atau setelah mengganti dengan EHFs pada bayi dengan susu formula,
jika terdapat perbaikan gejala. Panduan lain lebih umum menyebutkan protein susu sapi
dapat kembali diperkenalkan pada usia 1 tahun, dan jika terdapat toleransi, boleh
dipaparkan tiap 3 bulan.3,7
8
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Populasi target adalah seluruh produk makanan komersial yang mengandung protein susu
sapi yang beredar di wilayah Jakarta.
Populasi terjangkau adalah produk makanan komersial yang mengandung protein susu
sapi yang ada di supermarket besar di wilayah Jakarta Timur.
9
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Survei pasar yang kami lakukan mendapatkan cukup banyak produk makanan
komersial yang mengandung protein susu sapi. Produk-produk ini dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu: (1) makanan yang dikonsumsi oleh ibu (yang sedang menyusui anak
dengan alergi susu sapi) dan (2) makanan (MPASI) yang dikonsumsi oleh bayi/anak
dengan alergi susu sapi. Daftar yang ada disajikan dalam tabel-tabel di bawah.
Tabel 4. Makanan yang mengandung protein susu sapi yang harus dihindari oleh ibu
menyusui anak dengan alergi susu sapi
No. Nama produk Kategori Protein susu sapi Produsen
yang dikandung
1. Mio stick wafer rasa Biskuit/wafer Tepung whey PT. Ultra Prima Abadi
vanila
2. Chocho wafer stik rasa Biskuit/wafer Tepung whey PT. Dolphin
stroberi
3. Rocky XXX-tra wafer Biskuit/wafer Whey PT. Dolphin
stik rasa coklat
4. Good Time assorted Biskuit/wafer Whey PT. Arnott’s Indonesia
cookies aneka rasa
5. Peptisol Makanan cair Konsentrat whey, Kalbe Farma
susu skim
6. Entrasol Makanan cair Konsentrat whey, Kalbe Farma
susu skim
7. Diabetasol Makanan cair Konsentrat whey, Kalbe Farma
susu skim
8. Ensure Makanan cair Natrium kaseinat, PT. Abbott Indonesia
protein whey
9. Glucerna CS Makanan cair Natrium kaseinat, PT. Abbott Indonesia
protein whey
10. Maxcreamer Krimer Whey Indofood
11. Indocreamer Krimer Whey Indofood
12. Haan Ice Cream rasa Bubuk instan Susu bubuk full Haan
coklat, stroberi, vanila krim, bubuk whey
13. Astra stik wafer coklat Biskuit/wafer Susu bubuk, whey PT. Arnott’s Indonesia
14. Loacker Biskuit Susu skim, whey Loacker
15. Nestle Milo Sereal Susu bubuk skim, Nestle
bubuk whey
10
Produk-produk yang disebutkan dalam tabel 4 menyimpulkan jenis biskuit, wafer,
makanan cair, krimer, es krim, dan sereal mengandung protein susu sapi. Masih ada
produk-produk lain yang belum disebutkan, seperti produk coklat, mentega, keju, yogurt,
dan sirup yang mengandung protein susu sapi. Fakta ini menunjukkan banyaknya produk
pangan di pasaran yang harus dicermati secara hati-hati oleh ibu yang menyusui bayi/anak
dengan alergi susu sapi.
Produk yang harus dihindari oleh bayi/anak dengan alergi protein susu sapi
disebutkan dalam tabel 5.
Tabel 5. Makanan pendamping ASI (MPASI) yang mengandung protein susu sapi yang
harus dihindari oleh bayi/anak dengan alergi susu sapi
No. Nama produk Kategori Protein susu sapi Produsen
yang dikandung
1. Milna Bubur Bayi Bubur bayi Protein whey Kalbe Nutritionals
Penambah Berat Badan (bubuk instan)
semua rasa
2. Milna Toddler Biskuit Biskuit untuk 1-5 Konsentrat protein Kalbe Nutritionals
rasa coklat dan keju tahun whey
3. Promina Bubur Khusus Bubur bayi Protein whey Indofood
for Gaining Weight
4. Gizi Kita Gizi Tabur 2-5 Bubuk tabur Protein whey Sari Husada
tahun (sprinkles)
5. Pediasure Makanan cair Natrium kaseinat, Abbott
protein whey
caseinat
6. SGM Bubur Susu Bayi Bubur susu Konsentrat protein Sari Husada
8+ whey, susu bubuk
skim
7. Nestle Cerelac Bubur susu “Dapat Nestle
mengandung
sekelumit protein
susu” (tidak
dijelaskan)
8. Milna Biskuit Bayi 6+ Biskuit bayi “may contain Kalbe Nutritionals
traces of dairy”
Tidak semua bubur susu, bubur bayi, dan biskuit bayi mengandung protein susu
sapi. Beberapa yang mengandung protein tersebut disebutkan di atas. Produk-produk yang
mengandung susu skim atau bubuk susu saja tidak dimasukkan dalam tabel. Beberapa
produk tidak jelas menyebutkan kandungan protein susu sapi, dengan mencantumkan
“dapat mengandung sekelumit protein susu” atau “may contain traces of dairy”.
11
BAB V
DISKUSI
12
yang dianjurkan. Semua produk yang sudah disebutkan di atas secara umum memenuhi
aturan ini. Peraturan ini tidak menjelaskan mengenai kandungan bahan berisiko alergen.9
Pentingnya memastikan keamanan suatu produk pangan ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia no.28 tahun 2004 mengenai “Keamanan, Mutu, dan Gizi
Pangan”, yang antara lain mengatur sanitasi dalam rantai produksi, menghindari
pencemaran pangan, pedoman ritel, pelarangan penambahan bahan berbahaya, dan
peraturan kemasan serta uji mutu. Masih belum ada pembahasan mengenai labelisasi
peringatan kandungan bahan berisiko alergen.10
Peraturan lain terkait pangan yang berlaku adalah Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.00.06.1.52.6635 tentang
“Larangan Pencantuman Informasi Bebas Bahan Tambahan Pangan pada Label dan Iklan
Pangan” tertanggal 27 Agustus 2007.11 Masih belum ada peraturan serupa FALCPA yang
berlaku di Indonesia. Sehingga orangtua yang mempunyai anak dengan alergi susu sapi
harus membekali dirinya dengan pengetahuan mengenai makanan-makanan yang sudah
dijelaskan di atas. Untuk mengatasi terbatasnya asupan nutrisi anak akibat penghindaran
berbagai sumber makanan, orangtua dapat berkonsultasi dengan dokter dan dietitian,
untuk mengetahui makanan apa saja yang dapat mengganti kebutuhan berbagai nutrien
yang hilang.3
13
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
1. Banyak produk makanan jadi yang tersedia di pasaran mengandung protein susu
sapi.
2. Sebagian besar produk tersebut sudah mencantumkan kandungan protein susu sapi,
seperti whey dan kasein, namun sebagian kecil tidak jelas menyebutkan kandungan
susu sapinya, padahal berpotensi untuk mengandung protein susu sapi.
3. Orangtua yang memiliki anak dengan alergi susu sapi belum tentu mempunyai
pengetahuan mengenai kandungan protein susu sapi ini.
4. Eliminasi diet protein susu sapi adalah tata laksana alergi protein susu sapi, dengan
tetap memperhatikan makanan lain yang dapat menggantikan kebutuhan akan
protein ini.
5. Ibu dapat tetap menyusui bayi dengan alergi susu sapi, dan bayi/anak yang
mendapatkan susu formula dapat menggunakan formula terhidrolisis ekstensif
(EHFs).
2. Saran
1. Edukasi terhadap orangtua yang memiliki anak dengan alergi susu sapi agar
mengetahui sumber makanan apa saja yang mengandung protein susu sapi.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Benhamou AH, Tempia MGS, Belli DC, Eigenmann PA. An overview of cow’s milk
allergy in children. Swiss Med Wkly 2009;139(21-22):300-7.
2. Crittenden RG, Bennett LE. Cow’s milk allergy: a complex disorder. J Am Coll Nutr
2005;24(6):582S-91S.
3. Brill H. Approach to milk protein allergy in infants. Can Fam Physician 2008;54:1258-64.
4. Connolly MV. Special diets. Dalam: Duggan C, Watkins JB, Walker WA, penyunting.
Nutrition in pediatrics. Edisi ke-3. Ontario: BC Decker Inc; 2008. h. 801-3.
5. Lara-Villoslada F, Olivares M, Xaus J. The balance between caseins and whey proteins in
cow’s milk determines its allergenicity. J Dairy Sci 2005;88:1654-60.
6. How to read a label for a milk-free diet. The Food Allergy and Anaphylaxis Network.
2009. Diunduh dari www.foodallergy.org tanggal 20 Agustus 2009.
7. Vandenplas Y, Brueton M, Dupont C, Hill D, Isolauri E, Koletzko S, et al. Guidelines for
the diagnosis and management of cow's milk protein allergy in infants. Arch Dis Child
2007;92:902-8.
8. Food labels list food allergens to help you avoid an allergic reaction: here are the top eight
food allergies listed. Mayo Clinic Staff. Diakses dari www.mayoclinic.com tanggal 20
Agustus 2009.
9. Presiden Republik Indonesia. Label dan Iklan Pangan. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun
1999.
10. Presiden Republik Indonesia. Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Peraturan
Pemerintah No. 28 Tahun 2004.
11. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Larangan
Pencantuman Informasi Bebas Bahan Tambahan Pangan pada Label dan Iklan Pangan.
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.
HK.00.06.1.52.6635 tahun 2007.
15