Professional Documents
Culture Documents
Latifah
Lolyta loviani
Rieske Justiani
Tirza umami
Wahyudiansyah
2B/S1 REGULER
Dosen Pembimbing:
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena limpahan rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah tentang ”KONSEP ELIMINASI
BOWEL DAN URINE” dengan lancar.
Dalam menyelesaikan makalah ini tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada guru
pembimbing yang telah membimbing penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan juga masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
penulis harapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, dan
untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Eliminasi adalah suatu proses pengeluaran zat-zat sisa (zat racun) yang tidak diperlukan
oleh tubuh. Contohnya BAB, BAK, dan pengeluaran keringat. Jika zat-zat tersebut tidak
dikeluarkan, maka zat akan mempengaruhi sistem dan fungsi organ lainnya. Oleh sebab itu
proses eliminasi sangat diperlukan guna mengeluarkan zat racun yang masih ada dalam tubuh.
B.Masalah
3. Apa saja masalah-masalah yang pada pola eliminasi bowel dan urine ?
4. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan yang akan diberikan pada klien dengan gangguan
eleminasi bowel dan urine?
C. Tujuan
4. Mengetahui Asuhan Keperawatan yang akan diberikan pada klien dengan gangguan
eleminasi bowel dan urine.
BAB II
PEMBAHASAN
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang
tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan dalam
pembuangan eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari mulut
sampai anus.
Saluran pencernaan bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri
atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Sedangkan usus besar terdiri atas
empat bagian yaitu sekum, kolon, apendiks, dan rektum.
a. Usus Halus
Panjang usus halus kira-kira 6 meter, dengan diameter 2,5 cm. Usus merupakan
lumen muskular yang dilapisi membran mukosa yang terletak di antara lambung dan usus
besar. Serat dan ototnya berbentuk sirkuler dan longitudinal, yang memungkinkan
terjadinya segmentasi (motilitas usus dalam mencampur dan mendorong kimus).
Sebagian besar proses pencernaan dan penyerapan makanan berlangsung di sini. Usus
halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.
Usus besar,atau intestinum mayor, memiliki panjang kurang lebih 1,5 m dan
diameter 5-6 cm. Usus menerima makanan yang sudah berbentuk kimus ( makanan
setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrien dan elektrolit.
Usus mensekresi mucus, kalium, bikarbonat, dan enzim. Fungsi usus besar adalah
untuk menyerap air dan makanan, sebagai tempat tinggal bakteri coli, dan tempat
penampungan feses (Syaifuddin, 1994). Bagian-bagian usus besar meliputi sekum,
apendiks, kolon (asendens, tranversus, desendens, sigmoid), rectum, dan anus.
Kolon yang merupakan bagian terbesar usus besar berfungsi mengabsorpsi air dan
nutrient, member perlindungan dengan mensekresi mucus yang akan melindungi dinding
usus dari trauma akibat feses dan aktivitas bakteri, serta menghantarkan sisa makanan
sampai ke anus melalui kontraksi. Kolon bergerak dalam 3 cara, yaitu :
1. Haustral shuffling, yakni gerakan mencampur kimus untuk membantu absorpsi air.
2. Kontraksi haustral, yakni gerakan mendorong materi cair dan semi padat di sepanjang
kolon.
D
asendens, sigmoid, dan
rektum
Refleks defekasi parasimpatis berlangsung seperti pada gambar 4.4 (John Gibson,
2002).
Selanjutnya rangsangan
ditransmisikan di sepanjang
saraf parasimpatis aferen
menuju pars sakralis medulla
spinalis
- Terjadi relaksasi
sfingter anus
- Terjadi defekasi
- Sfingter berkontraksi,
mengeluarkan feses
3. Upaya Volunter
Selain kedua mekanisme reflex di atas, defekasi juga bisa terjadi karena upaya
volunter seperti yang terlihat pada gambar 4.5 :
Tekanan intraabdomen
meningkat
Terjadi defekasi
Dipermudah dengan :
a. Usia
Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut
kontrol defekasi menurun.
b. Diet
Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan
yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
c. Intake Cairan
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.
d. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang
colon.
e. Fisiologis
Keadan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga
menyebabkan diare.
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
g. Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara teratur, fasilitas untuk BAB
dan kebiasaan menahan BAB.
h. Prosedur Diagnostik
Klien yang akan dilakukan diagnostik biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma
dahulu agar tidak BAB kecuali setelah makan.
i. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
k. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis,
epesiotomi akan menghalangi keinginan untuk BAB.
a. Konstipasi
Gangguan eleminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras
melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur,
penggunaan laksatif yang lama, stres, psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas,
usia.
b.Fecal Infaction
Masa keras yang dilipatan rektum yang mengakibatkan oleh retensi dan
akumulasi material feses yang berkepanjangan.
c.Diare
Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi BAB akibat cepatnya
chyme melewati usus, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup
untuk menyerap air.
d.Inkontinensia Alvi
e.Kembung
f.Hemorroid
• Gangguan neuromuskuler
• Fecal impaction
Gambar. Fisiologi
Berkemih
a. Ginjal
Bentuknya seperti kacang, jumlahnya ada 2 dikiri dan dikanan. Ginjal terletak di
kedua sisi medula spinalis, dibalik rongga peritoneum. Ginjal kiri lebih besar dari
ginjal kanan, dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang daripada ginjal
perempuan (Syaifuddin, 1994). Ginjal terdiri atas satu juta unit fungsional nefron
yang bertugas menyaring darah dan membuang limbah metabolik. Selain itu ginjal
juga bertugas mempertahankan homeostasis cairan tubuh melalui beberapa cara yakni
:
b. Ureter
Ureter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung kemih,
panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm.Urine didorong melewati ureter
denga gelombang peristalsis yang terjadi sekitar satu sampai empat kali permenit.
Pada pertemuan antara ureter dan kandung kemih, terdapat lipatan membran mukosa
yang bertindak sebagai katup guna mencegah refluks urine kembali ke ureter
sehingga mencegah penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.
c. Kandung Kemih
Kandung kemih atau vesika urinaria adalah kantung muskular tempat urine
bermuara dari ureter. Dinding kandung kemih sangat elastis sehingga mampu
menahan regangan yang sangat besar. Saat penuh, kandung kemih bisa melebihi
simfisis pubis, bahkan bisa setinggi umbilikus.
d. Uretra
Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra. Panjang uretra
pada pria sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis.
Pada wanita, panjang uretra sekitar 3 cm dan membentang dari kandung kemih
sampai lubang diantara labia minora, 2,5 cm dibelakang klitorisis.
Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochorome. Namun
demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadaan dehidrasi konsentrasinya
menjadi lebih pekat dan kecokletan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti
multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan sampai
kehitaman.Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecahan
urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan.
Pada orang dewasa sekitar 1.200-1.500 ml per hari atau 150-600 ml per sekali miksinya.
1.2.3 Fisiologi Perkemihan
Fisiologi berlemih secara umum menurut Gibson (2003) dapat dilihat pada gambar 4.6 :
Gambar. Fisiologi
Berkemih
1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urin
Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. Pada orang
tua volume bladder berkurang demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi
berkemih juga akan lebih sering.
b. Sosiokultural
Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat
tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat kemih pada lokasi terbuka .
c. Psikologis
e. Tonus otot
Eliminasi membutuhkan eliminasi tonus otot bladder, otot abdomen dan pelvis
untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga
akan berkurang.
g. Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urin karena banyak
cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih
menimbulkan retensi urin.
h. Pembedahan
i. Pengobatan
Penggunaan ADH menggunakan output urin, anti kolinergik dan anti hipertensi
menimbulkan retensi urin.
j. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urin adalah
sebagai berikut :
• Kerusakan mobilitas
• Hambatan linkungan
• Adanya hambatan pada sfingter akibat penyakit striktur, BPH, dan lain-
lain
PENUTUP
1. Kesimpulan
Eleminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini
sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder,
dan uretra.Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan
urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang
kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh
yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan
dalam pembuangan eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari
mulut sampai anus.
Masalah- masalah pada eliminasi urin yaitu retensi urin, inkontinensia urin, dan
enuresis. Sedangkan masalah-masalah eliminasi bowel yaitu konstipasi, fecal infaction,
diare, inkontinensia alvi, kembung, dan hemorroid.
2. Saran
Diharapkan kepada semua orang untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang
kaya akan serat karena mempengaruhi proses defekasi dan proses pengeluaran urine.
Kebiasaan buruk lainnya yang mempengaruhi proses pengeluaran urine yaitu seperti
sering menahan keinginan untuk BAK karena dapat menimbulkan komplikasi berupa
inkontinensia, batu ginjal dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008.Kebutuhan dasar manusia. Cet. ke-1, Mei.
Jakarta :EGC.