You are on page 1of 21

”KONSEP ELIMINASI BOWEL DAN URINE”

Disusun Oleh: Kelompok VII

Latifah

Lolyta loviani

Rieske Justiani

Sri hardiyanti saputri

Tirza umami

Wahyudiansyah

2B/S1 REGULER

Dosen Pembimbing:

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena limpahan rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah tentang ”KONSEP ELIMINASI
BOWEL DAN URINE” dengan lancar.

Dalam menyelesaikan makalah ini tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada guru
pembimbing yang telah membimbing penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan juga masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
penulis harapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, dan
untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Pontianak, Maret 2010

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Eliminasi adalah suatu proses pengeluaran zat-zat sisa (zat racun) yang tidak diperlukan
oleh tubuh. Contohnya BAB, BAK, dan pengeluaran keringat. Jika zat-zat tersebut tidak
dikeluarkan, maka zat akan mempengaruhi sistem dan fungsi organ lainnya. Oleh sebab itu
proses eliminasi sangat diperlukan guna mengeluarkan zat racun yang masih ada dalam tubuh.

B.Masalah

1. Bagaimanakah anatomi fisiologi eliminasi bowel dan urine?

2. Apa sajakah factor-faktor yang mempengaruhi eleminasi bowel dan urine ?

3. Apa saja masalah-masalah yang pada pola eliminasi bowel dan urine ?

4. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan yang akan diberikan pada klien dengan gangguan
eleminasi bowel dan urine?

C. Tujuan

1. Mengetahui anatomi fisiologi eliminasi bowel dan urine.

2. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi eleminasi bowel dan urine .

3. Mengetahui masalah-masalah yang pada pola eliminasi bowel dan urine .

4. Mengetahui Asuhan Keperawatan yang akan diberikan pada klien dengan gangguan
eleminasi bowel dan urine.
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Eliminasi Bowel

Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang
tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan dalam
pembuangan eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari mulut
sampai anus.

1.1.1Anatomi Fisiologi saluran pencernaan bawah

Anatomi fisiologi saluran pencernaan bawah :

Saluran pencernaan bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri
atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Sedangkan usus besar terdiri atas
empat bagian yaitu sekum, kolon, apendiks, dan rektum.

a. Usus Halus

Panjang usus halus kira-kira 6 meter, dengan diameter 2,5 cm. Usus merupakan
lumen muskular yang dilapisi membran mukosa yang terletak di antara lambung dan usus
besar. Serat dan ototnya berbentuk sirkuler dan longitudinal, yang memungkinkan
terjadinya segmentasi (motilitas usus dalam mencampur dan mendorong kimus).
Sebagian besar proses pencernaan dan penyerapan makanan berlangsung di sini. Usus
halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.

1. Duodenum : adalah saluran berbentuk C dengan panjang sekitar 25 cm yang terletak di


bagian belakang abdomen, mengitari kaput pankreas. Duodenum digambarkan dalam 4 bagian,
yaitu : 1). Bagian I, mengarah ke kanan. 2). Bagian II, mengarah ke bawah. 3). Bagian III,
mendatar ke kiri dan ke depan vena kava inferior dan aorta. 4). Bagian IV, mengarah ke atas dan
bersambungan dengan jejenum.
2. Jejenum dan ileum. Setelah duodenum, bagian usus halus berikutnya adalah jejenum
yang diikuti dengan ileum. Panjang keduanya bervariasi antara 300 dan 900 cm. Tidak ada
perbedaan yang jelas di antaranya. Jejunum berukuran agak besar,memiliki dinding yang tebal,
lipatan membran mukosa yang lebih banyak, dan plak peyeri yang lebih sedikit. Jejunum dan
ileum terletak di dalam rongga peritonium,kecuali sepanjang garis perlekatannya. Usus halus
diperdarahi oleh percabangan arteri mesenterika superior (cabang dari aorta). Fungsi usus adalah
untuk menyekresi cairan usus, menerima getah empedu dan getah pankreas, mencerna makana,
mangabsorbsi air, garam dan mineral, serta menggerakkan isi usus melalui kontraksi segmen
pendek dan peristaltik rush (gelombang peristaltik usu yang kuat) yang menggerakkan isi usus
lebih cepat (John Gibson, 2002).
b. Usus Besar

Usus besar,atau intestinum mayor, memiliki panjang kurang lebih 1,5 m dan
diameter 5-6 cm. Usus menerima makanan yang sudah berbentuk kimus ( makanan
setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrien dan elektrolit.

Usus mensekresi mucus, kalium, bikarbonat, dan enzim. Fungsi usus besar adalah
untuk menyerap air dan makanan, sebagai tempat tinggal bakteri coli, dan tempat
penampungan feses (Syaifuddin, 1994). Bagian-bagian usus besar meliputi sekum,
apendiks, kolon (asendens, tranversus, desendens, sigmoid), rectum, dan anus.

Kolon yang merupakan bagian terbesar usus besar berfungsi mengabsorpsi air dan
nutrient, member perlindungan dengan mensekresi mucus yang akan melindungi dinding
usus dari trauma akibat feses dan aktivitas bakteri, serta menghantarkan sisa makanan
sampai ke anus melalui kontraksi. Kolon bergerak dalam 3 cara, yaitu :

1. Haustral shuffling, yakni gerakan mencampur kimus untuk membantu absorpsi air.

2. Kontraksi haustral, yakni gerakan mendorong materi cair dan semi padat di sepanjang
kolon.

3. Peristaltik, yakni gerakan berupa gelombang menuju anus.

1.1.2 Fisiologi defekasi


Sewaktu makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan massa di kolon yang
disebabkan oleh refleks gastrokolon. Refleks ini biasanya paling jelas terlihat setelah
sarapan dan sering diikuti oleh keinginan kuat untuk buang air besar. Ketika gerakan
massa di kolon mendorong isi kolon ke dalam rectum, terjadi peregangan rectum yang
memicu refleks defekasi.

Terdapat 3 refleks defekasi yg terjadi:

1. Refleks Defekasi Intrinsik

Menurut Syaifuddin (1994), refleks deefekasi intrinsic berlangsung seperti


diuraikan pada gambar 4.3.

Didahului dengan transpor


feses ke dalam rektum

Rektum yang penuh


mengakibatkan ketegangan
(distensi rectum)

Terjadi rangsangan reflex


defekasi pada pleksus
mesentrikus

Otot usus lain berkontraksi,


terjadi peristaltic di kolon

D
asendens, sigmoid, dan
rektum

Sfingfer internal melemas,


Feses akan terdorong ke anus
tetapi sfingfer eksternal (m.
levator) relaksasi secra
volunteer, dan tekanan
dihasilkan oleh otot-otot
abdomen.
2. Refleks Defekasi Parasimpatis

Refleks defekasi parasimpatis berlangsung seperti pada gambar 4.4 (John Gibson,
2002).

Feses masuk ke rektum

Terjadi rangsangan pada saraf


rektum

Selanjutnya rangsangan
ditransmisikan di sepanjang
saraf parasimpatis aferen
menuju pars sakralis medulla
spinalis

Pesan aferen ditramsimisikan


disepanjang saraf
parasimpatis eferen untuk
mencapai kerja otot
Menghasilkan kombinasi reflex
dan usaha volunter :

- Terjadi relaksasi
sfingter anus

- Kontraksi otot kolon

- Kontraksi otot perut dan


diagfragma

- Dasar panggul naik

- Terjadi defekasi

- Sfingter berkontraksi,
mengeluarkan feses
3. Upaya Volunter

Selain kedua mekanisme reflex di atas, defekasi juga bisa terjadi karena upaya
volunter seperti yang terlihat pada gambar 4.5 :

Kontraksi otot abdomen dan


diagfragma

Tekanan intraabdomen
meningkat

Otot levator anus kontraksi

Menggerakkan feses melalui


saluran anus

Terjadi defekasi

Dipermudah dengan :

- Fleksi otot femur

- Posisi saat defekasi


seprti jongkok
1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi Bowel

a. Usia
Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut
kontrol defekasi menurun.

b. Diet
Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan
yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.

c. Intake Cairan
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.

d. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang
colon.

e. Fisiologis
Keadan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga
menyebabkan diare.

f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.

g. Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara teratur, fasilitas untuk BAB
dan kebiasaan menahan BAB.
h. Prosedur Diagnostik
Klien yang akan dilakukan diagnostik biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma
dahulu agar tidak BAB kecuali setelah makan.

i. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.

j. Anestesi dan Pembedahan


Anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang
dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-48 jam.

k. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis,
epesiotomi akan menghalangi keinginan untuk BAB.

l. Kerusakan sensorik dan motorik


Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan stimulus
sensorik untuk defekasi.

1.1.4 Masalah Eleminasi Bowel :

a. Konstipasi

Gangguan eleminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras
melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur,
penggunaan laksatif yang lama, stres, psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas,
usia.

b.Fecal Infaction

Masa keras yang dilipatan rektum yang mengakibatkan oleh retensi dan
akumulasi material feses yang berkepanjangan.

c.Diare
Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi BAB akibat cepatnya
chyme melewati usus, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup
untuk menyerap air.

d.Inkontinensia Alvi

Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas


yang melalui saraf spinter anus

e.Kembung

Flatus yang berlebihan didaerah intestinal sehingga menyebabkan disetnsi


intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan dan
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas.

f.Hemorroid

Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah


tersebut.

1.1.5 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Eliminasi Bowel

Diagnosis keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi


bowel adalah sebagai berikut :

1. Konstipasi berhubungan dengan :

• Defek persyarafan, kelemahan pelvis, immobilitas akibat cedera medulla


spinalis dan CVA

• Penurunan respon berdefekasi

• Nyeri akibat hemorrhoid

• Efek samping tindakan pengobatan (antasida, laksantif, anastesi)

• Menurunnya peristaltic akibat stress

2. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan yang


berlebihan atau diare
3. Inkontinensia berhubungan dengan:

• Menurunnya tingkat kesadaran

• Gangguan spinkter anus

• Gangguan neuromuskuler

• Fecal impaction

1.2 Eliminasi Urin

Eleminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini


sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter,
bladder, dan uretra.Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter
mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas
tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.

Urine masuk ke kandung


kemih

Terjadi peregangan serat


otot dinding kandung kemih

Impuls berjalan melalui


serabut aferen menuju pars
lumbalis medulla spinlis
dan ditransmisika ke
Miksi dkontrol saraf aferen
manuju kandung kemih,
impuls berjalan menuju saraf
Timbul rangsangan ingin parasimpatis
buang air kecil sakralismenyebabkan :

- otot dinding kandung


kemih berkontraksi
Pengeluaran urine dibantu - sfingfter kandung
kemihberelaksasi
oleh kontraksi otot dinding
abdomen dan diagfragma,
juga oleh peningkatan
tekanan kandung kemih
yang sbelumnya telah berisi

Gambar. Fisiologi
Berkemih

1.2.1Anatomi fisiologi saluran perkemihan

a. Ginjal

Bentuknya seperti kacang, jumlahnya ada 2 dikiri dan dikanan. Ginjal terletak di
kedua sisi medula spinalis, dibalik rongga peritoneum. Ginjal kiri lebih besar dari
ginjal kanan, dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang daripada ginjal
perempuan (Syaifuddin, 1994). Ginjal terdiri atas satu juta unit fungsional nefron
yang bertugas menyaring darah dan membuang limbah metabolik. Selain itu ginjal
juga bertugas mempertahankan homeostasis cairan tubuh melalui beberapa cara yakni
:

a. Pengaturan volume cairan

b. Pengaturan jumlah elektrolit tubuh

c. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh

d. Ekskresi sisa-sisa metabolisme

e. Reabsorbsi bahan yang bersifat vital untuk tubuh


f. Fungsi hormonal dan metabolisme

b. Ureter

Ureter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung kemih,
panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm.Urine didorong melewati ureter
denga gelombang peristalsis yang terjadi sekitar satu sampai empat kali permenit.
Pada pertemuan antara ureter dan kandung kemih, terdapat lipatan membran mukosa
yang bertindak sebagai katup guna mencegah refluks urine kembali ke ureter
sehingga mencegah penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.

c. Kandung Kemih

Kandung kemih atau vesika urinaria adalah kantung muskular tempat urine
bermuara dari ureter. Dinding kandung kemih sangat elastis sehingga mampu
menahan regangan yang sangat besar. Saat penuh, kandung kemih bisa melebihi
simfisis pubis, bahkan bisa setinggi umbilikus.

d. Uretra

Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra. Panjang uretra
pada pria sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis.
Pada wanita, panjang uretra sekitar 3 cm dan membentang dari kandung kemih
sampai lubang diantara labia minora, 2,5 cm dibelakang klitorisis.

1.2.2 Karakteristik Urine Normal

Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochorome. Namun
demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadaan dehidrasi konsentrasinya
menjadi lebih pekat dan kecokletan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti
multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan sampai
kehitaman.Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecahan
urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan.
Pada orang dewasa sekitar 1.200-1.500 ml per hari atau 150-600 ml per sekali miksinya.
1.2.3 Fisiologi Perkemihan

Fisiologi berlemih secara umum menurut Gibson (2003) dapat dilihat pada gambar 4.6 :

Urine masuk ke kandung


kemih

Terjadi peregangan serat


otot dinding kandung kemih

Impuls berjalan melalui


serabut aferen menuju pars
lumbalis medulla spinlis
dan ditransmisika ke Miksi dkontrol saraf aferen
manuju kandung kemih,
impuls berjalan menuju saraf
Timbul rangsangan ingin parasimpatis
buang air kecil sakralismenyebabkan :

- otot dinding kandung


kemih berkontraksi
Pengeluaran urine dibantu - sfingfter kandung
kemihberelaksasi
oleh kontraksi otot dinding
abdomen dan diagfragma,
juga oleh peningkatan
tekanan kandung kemih
yang sbelumnya telah berisi

Gambar. Fisiologi
Berkemih
1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urin

a. Pertumbuhan dan Perkembangan

Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. Pada orang
tua volume bladder berkurang demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi
berkemih juga akan lebih sering.

b. Sosiokultural
Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat
tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat kemih pada lokasi terbuka .
c. Psikologis

Pada keadaan cemas dan stress akan menigkatkan stimulasi berkemih.


d. Kebiasaan seseorang

Misalnya seseorang hanya bisa berkemih ditoilet, sehingga ia tidak dapat


berkemih dengan menggunakan pot urin.

e. Tonus otot

Eliminasi membutuhkan eliminasi tonus otot bladder, otot abdomen dan pelvis
untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga
akan berkurang.

f. Intake cairan dan makanan

Alkohol menghambat ADH untuk meningkatkan pembuangan urin. Kopi, teh,


coklat, cola (mengandung cafein) dapat meningkatkan pembuangan dan ekskresi
urin.

g. Kondisi penyakit

Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urin karena banyak
cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih
menimbulkan retensi urin.

h. Pembedahan

Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomelurus sehingga produksi urin


akan menurun.

i. Pengobatan
Penggunaan ADH menggunakan output urin, anti kolinergik dan anti hipertensi
menimbulkan retensi urin.
j. Pemeriksaan Diagnostik

Intravenus pyelogram dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk


mengurangi output urin. Cystocospy dapat menimbulkan edema local pada uretra,
spasme pada spinter bladder sehingga dapat menimbulkan urin.

1.2.5 Masalah-masalah Eleminasi Urine :


a. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam blabber dan ketidakmampuan bladder untuk
mengkosongkan kandung kemih.
b. Inkontinensia Urine
Merupakan ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskesi urine.
c. Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan manahan kemih (mengompol) yang diakibatkan
ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada
anak-anak dan juga pada orang jompo.

1.2.6 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Perkemihan

Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urin adalah
sebagai berikut :

1. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan:

• Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali saluran urinaria

• Penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit

• Kerusakan pada saluran kemih

• Efek pembedahan saluran kemih

• Penurunan tonus otot akibat dampak pengobatan, dehidrasi, atau factor


psikologis.
• Pasca pemasangan kateter indwelling

• Lemahnya otot dasar pelvis akibat obesitas atau proses penuaan

• Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan

• Obstruksi saluran kandung kemih akibat konstipasi

• Hambatan lingkungan ke kamar mandi

• Ketidakmampuan ke kamar mandi akibat kerusakan mobilitas

• Kapasitas kandung kemih sedikit (pada anak)

• Kurang nya motivasi (pada anak)

2. Inkontinensia fungsional berhubungaan dengan:

• Penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk

mengenal isyarat akibat cedera atau kerusakan syaraf

• Penurunan tonus kandung kemih akibat dampak pengobatan, dehidrasi

atau factor psikologis

• Kerusakan mobilitas

• Hambatan linkungan

• Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris (lansia)

3. Retensi urin berhubungan dengan :

• Adanya hambatan pada sfingter akibat penyakit striktur, BPH, dan lain-

lain

• Kerusakan atau ketidakadekuatan jaras aferen akibat cedera dan

penggunaan obat seperti anti histamine atau anti kolinergik

• Obstruksi jalan keluar kandung kemih akibat impaksi feses

• Stress atau ketidaknyamanan


BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Eleminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini
sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder,
dan uretra.Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan
urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang
kemudian dikeluarkan melalui uretra.

Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh
yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan
dalam pembuangan eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari
mulut sampai anus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin yaitu pertumbuhan dan


perkembangan, sosiokultural, psikologis, kebiasaan seseorang, tonus otot, intake cairan
dan makanan, kondisi penyakit, pembedahan, pengobatan, dan pemeriksaan Diagnostik.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi bowel yaitu usia, diet, intake
cairan, aktivitas, fisiologis, pengobatan, gaya hidup, prosedur diagnostik, penyakit,
anastesi dan pembedahan, nyeri, kerusakan sensorik dan motorik.

Masalah- masalah pada eliminasi urin yaitu retensi urin, inkontinensia urin, dan
enuresis. Sedangkan masalah-masalah eliminasi bowel yaitu konstipasi, fecal infaction,
diare, inkontinensia alvi, kembung, dan hemorroid.

2. Saran
Diharapkan kepada semua orang untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang
kaya akan serat karena mempengaruhi proses defekasi dan proses pengeluaran urine.
Kebiasaan buruk lainnya yang mempengaruhi proses pengeluaran urine yaitu seperti
sering menahan keinginan untuk BAK karena dapat menimbulkan komplikasi berupa
inkontinensia, batu ginjal dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008.Kebutuhan dasar manusia. Cet. ke-1, Mei.
Jakarta :EGC.

http://www.kumpulanaskep.konsep-dasar-eliminasi-html, diperoleh pada tanggal 19 Maret


2010.

You might also like