You are on page 1of 72

TEKNIK

KONSELING
Draf bahan kuliah jurusan BPI

Mengutarakan cara-cara konselor dalam melakukan


proses konseling dengan konselinya.

MIHARJA, S.Ag.,M.Pd.
9/1/2010
1| S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

DAFTAR ISI BAB I


BAB 1 Pengertian dan ruang lingkup (1)
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
TEKNIK KONSELING
BAB 2 Tahapan proses konseling (12)

BAB 3 Teknik-teknik melakukan konseling (23) A. Lingkup Teknik Konseling


Konseling merupakan pekerjaan profesional seperti halnya guru.
BAB 4 Teknik konseling verbal (40) Sebagai suatu pekerjaan profesional menuntut dimilikinya
sejumlah kompetensi dan keterampilan tertentu. Selain itu,
BAB 5 Teknik konseling nonverbal (63) konseling juga merupakan suatu proses. Dalam setiap tahapan
proses konseling memerlukan penerapan keterampilan-
BAB 6 Teknik-teknik dalam tahapan konseling (67) keterampilan tertentu. Agar proses konseling dapat berjalan
secara lancar dan tujuannya tercapai secara efektif dan efisien,
BAB 7 Teknik konseling dalam teori konseling Client Center (81) konselor harus mampu mengimplementasikan keterampilan-
keterampilan tertentu yang relevan. Konselor yang terampil
BAB 8 Teknik konseling dalam teori konseling RET (93) adalah yang mengetahui atau memahami sejumlah keterampilan
tertentu dan mampu mengimplementasikannya dalam proses
BAB 9 Teknik konseling dalam teori konseling Trait & Factor (98) konseling.

BAB 10 Teknik konseling dalam teori konseling behavioristic (109) Bimbingan dan konseling merupakan suatu proses. Proses
bimbingan dan konseling menempuh tahap-tahap tertentu.
BAB 11 Teknik konseling dalam Analisis Transaksional (122) Dalam setiap tahapannya akan menggunakan teknik-teknik
tertentu pula. Konseling merupakan salah satu teknik dalam
BAB 12 Teknik pemulihan Penyimpangan tingkahlaku (129) bimbingan.

Ruang lingkup teknik konseling meliputi kajian teoretis dan


praktis mengenai segala kemampuan dan kesemaptaan konselor
hingga mampu melakukan proses konseling yang berhasil guna.

Lingkup teknik konseling meliputi kajian sejumlah asumsi


mengenai implikasi teori konseling pada teknik konseling,
keterampilan dasar selama proses konseling, komunikasi verbal
Draf kuliah Teknik Konseling
2| S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

dan nonverbal dalam konseling, dan cara-cara dalam melakukan Merasa asing Merasa muak
terapi penyimpangan tingkah laku (abnormalitas), hingga cara- Merasa benci Merasa ngeri/jijik
cara melakukan konseling melalui media elektronik. Merasa bingung Merasa pesimis/depresif
Merasa bengong Merasa tanpa harapan
Suasana batin konseli selama proses konseling dapat berupa perasaan Merasa bosan/jenuh/jemu Merasa pasrah
senang ataupun sebaliknya yakni perasaan tidak senang. Konseling Merasa berat hati Merasa panik
yang baik, tentunya diupayakan seoptimal mungkin mencapai derajat Merasa berkabung Merasa patah hati
konseling yang menumbuhkan perasaan senang. Merasa berdosa/bersalah Merasa panas hati
Merasa curiga Merasa prihatin
Suasana Batin yang Tergolong "Perasaan Senang" Merasa cemburu Merasa bimbang
Merasa akrab/dekat Merasa pantas Merasa canggung Merasa risih
Merasa antusias Merasa puas Merasa diabaikan Merasa minder
Merasa bahagia Merasa penuh harapan Merasa dihina/terhina Merasa sedih/ murung
Merasa bebas Merasa penuh harga diri Merasa dendam Merasa sakit hati/pedih
Merasa bergairah Merasa riang/gembira Merasa sebatang kara Merasa segan/enggan
Merasa bangga hati Merasa rindu/kangen Merasa kehilangan Merasa sebal/sebel
Merasa bersukacita Merasa berterima kasih Merasa kasihan/iba Merasa terancam
Merasa cocok Merasa santai/rileks Merasa dingin Merasa terpukul
Merasa cinta/terpikat Merasa simpati Merasa dioyak-oyak Merasa ada kejanggalan
Merasa diakui/diterima Merasa sabar Merasa gugup/grogi Merasa terbebani
Merasa damai/tenteram Merasa terlindung/aman Merasa hambar/hampa Merasa terpaksa
Merasa tak janggal Merasa terhibur Merasa hancur/tercacah Merasa tersinggung
Merasa geli Merasa tenang/kalem Merasa iri Merasa tergerak
Merasa kagum Merasa terharu Merasa jengkel/mangkel Merasa tersiksa
Merasa kerasan/betah Merasa tertarik Merasa jera/kapok Merasa tak betah
Merasa lega Merasa tabah Merasa khawatir/gelisah Merasa terganggu
Merasa mantap Merasa terpukau/terpana Merasa kecewa/ gagal Merasa tersayat/pilu
Merasa nyaman Merasa terpesona Merasa kikuk Merasa terpojok/ terdesak
Merasa nikmat Merasa tergugah/terlibat Merasa kesal Merasa terkekang
Merasa optimis Merasa suka Merasa kesepian Merasa tak sabar
Merasa tertipu Merasa tak berdaya/kalah
Suasana Batin yang Tergolong "Perasaan Tidak Senang" Merasa takut/gentar Merasa tegang
Merasa apatis Merasa malas Merasa kaget/terhenyak Merasa goyah
Merasa antipati Merasa merana Merasa kecil hati Merasa tersipu-sipu

Draf kuliah Teknik Konseling


3| S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Merasa tak berdaya Merasa diasingkan


Merasa malu/jengah Merasa tercengang Penyesuaian yang normal (well adjusted person) mempunyai ciri-ciri
Merasa marah /gusar Merasa duka yang normal antara lain : Tidak menunjukan adanya ketegangan
emosional; Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi; Memiliki
Hasil yang ingin dicapai dari konseling adalah manusia yang pertimbangan rasional dan pengarahan diri; sosial dan moral
mempunyai hubungan baik antara manusia dengan lingkungan, merupakan bekal untuk mampu belajar; menghargai pengalaman.
dengan Tuhan dan manusia sebagai organisme, maka perlu Bentuk penyesuaian diri secara normal antara lain : mampu
diperhatikan beberapa prinsip mewujudkan kondisi: Keadaan mengemukakan masalah dan pemecahannya secara langsung,
jasmani yang baik terintegrasi sebagai organisme; Sesuai dengan melakukan penelitian, mampu melakukan trial and error (uji coba)
hakikat kemanusiaan dalam moral, intelektual religi, emosional mencari substitusi (pengganti), menggali potensi diri, belajar,
dan sosial; Memiliki integritas dan kontrol diri dalam cara memilih tindakan yang tepat dan control diri serta melakukan
berpikir, berkhayal, emosi, keinginan, dan perilaku; Memperluas perencanaan yang cermat. Adapun ciri mental sehat lainnya pada
pengetahuan dan memiliki tilikan diri (self insight); Memiliki orang dewasa: Merasa disukai oleh orang lain; Merasa aman
konsep diri yang sehat; Memiliki penerimaan diri, perbaikan diri dengan kehadiran sesuatu yang asing; Senang humor; Dapat tidur
dan realisasi diri; Mengembangkan moral yang luhur; dengan baik; Merasa memiliki kebebasan; Dapat menyatakan diri
Menanamkan kebiasaan dan mengembangkannya dengan baik; dengan bebas; Memiliki hobbi dan suka berekreasi sesudah
Mampu melakukan perubahan sesuai dengan kepribadian; mengalami kelelahan; Merasa bagian dari masyarakat; Merasa
Berusaha mencapai kematangan emosi dalam berpikir dan mudah memasuki suatu kelompok; Merasa diperlakukan baik oleh
memiliki hubungan antar pribadi terutama dengan baik; Kepuasan orang lain dan di rumah; Mencintai kehidupan dan memiliki
dalam bekerja mempengaruhi perasaan dan ketenangan batin; falsafah hidup; Memiliki elusi yang seimbang, Berbuat sesuai
Bersikap realistis; dapat menerima kenyataan dalam keluarga; dengan usianya; Bersikap wajar terhadap lain jenis; Segar, tenang
agama memegang peranan penting dalam kehidupannya; selalu dan tidak letih; Merasa puas dengan status ekonominya; Percaya
menjaga hubunga yang tetap dan teratur dengan Tuhan dalam diri dan menyukai orang lain; Dapat tidur dengan baik; Mudah
melaksana ajaran agama yang dianut. melupakan hal-hal yang salah terhadap dirinya; Dapat bersahabat
dengan baik; Menyenangi orang tua dan rumah; Memiliki hobi
Bimbingan dan konseling merupakan upaya untuk dan suka berkreasi; Memiliki kemerdekaan dan dapat berbuat
mengembangkan kemampuan individu dalam bidang pribadi dan untuk diri sendiri; Merasa dipercaya oleh teman-temannya;
sosial. Bidang-bidang pribadi antara lain penyesuaian diri dan Mampu menyatakan diri sendiri secara terbuka; Mempunyai
segala aspeknya seperti penyesuaia diri, dan kesehatan mental. selera makan yang baik.

Tidak selamanya individu berhasil menyesuaikan diri dan Karakteristik mental yang sehat pada anak-anak yang harus
mengatasi berbagai rintangan, baik yang datang dari diri maupun diwujudkan antara lain: Merasa disukai oleh teman-temannya;
dari luar diri individu. Yang berhasil menyesuaikan diri disebut Merasa aman, terutama menghadapi kejadian yang akan datang;
well adjusted person dan yang gagal disebut mal adjusted person. Merasa tenang dan teguh; Tidak takut sendirian; Dapat tertawa

Draf kuliah Teknik Konseling


4| S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

dalam situasi yang lucu; berbuat sesuai denqan umurnya; menjaga hubungan yang tetap dan teratur dengan Tuhan dalam
Menunjukan sikap tenang, tidak takut terhadap obyek tertentu melaksana ajaran agama yang dianut.
seperti air, tempat yang tinggi, dll; Senang bersekolah dan
permainan pra sekolah; Senang bermain dan menyenangi B. Apa itu teknik Konseling?
permainan; Senang berkelompok dan merasa bagian dari Teknik konseling merupakan cara-cara tertentu yang digunakan
kelompok; Periang dan optimis; Kepribadian termasuk konsep oleh seorang konselor dalam proses konseling untuk membantu
dalam penerimaan diri dan realisasi diri; kondisi fisik, termasuk klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi
pembawaan, sistem saraf, kelenjar otot, kesehatan fisik dan lain- masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-
lain; Perkembangan dan kematangan termasuk aspek intelektual, kondisi lingkungannya yakni nilai-nilai sosial, budaya dan
sosial, moral, emosional; Kondisi psikologis, termasuk agama.
pengalaman, sikap, frustasi, konflik, suasana psikis dan lain-lain;
Kondisi lingkungan dan kulturasi; Kondisi agama (religi) Bagi seorang konselor, menguasai teknik-teknik konseling
hubungan manusia dengan Tuhan, sikap keagamaan deln lain- merupakan suatu keharusan. Dalam proses konseling,
lain. penguasaan terhadap teknik konseling akan merupakan kunci
keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor
Prinsip-prinsip mewujudkan kondisi mental yang sehat dapat yang efektif harus mampu merespons klien secara baik dan benar
didasarkan pada hakekat hubungan manusia dengan lingkungan, sesuai keadaan klien saat itu. Respons yang baik berupa
dengan Tuhan dan manusia sebagai organisme. Karenanya perlu pertanyaan-pertanyaan verbal dan nonverbal yang dapat
diperhatikan beberapa prinsip mewujudkan kondisi: Keadaan menyentuh, mamacu, dan mendorong sehingga klien terbuka
jasmani yang baik terintegritas sebagai organisme; Sesuai dengan untuk menyatakan secara bebas perasaan, pikiran, dan
hakikat kemanusiaan dalam moral, intelektual religi, emosional pengalamannya.
dan sosial; Memiliki integritas dan kontrol diri dalam cara
berpikir, berkhayal, emosi, keinginan, dan perilaku; Memperluas Sebagai suatu proses, implementasi teknik-teknik konseling
pengetahuan dan memiliki tilikan diri (self insight); Memiliki melalui beberapa tahap kegiatan, dari mulai persiapan konseling,
konsep diri yang sehat; Memiliki penerimaan diri, perbaikan diri selama konseling, hingga berakhirnya proses konseling.
dan realisasi diri; Mengembangkan moral yang luhur;
Menanamkan kebiasaan dan mengembangkannya dengan baik; Konseling mengandung suatu proses antarpribadi yang berlangsung
Mampu melakukan perubahan sesuai dengan kepribadian; melalui saluran komunikasi verbal dan nonverbal. Dengan
Berusaha mencapai kematangan emosi dalam berpikir dan menciptakan Susana yang kondusif, seperti empati, penerimaan
memiliki hubungan antar pribadi terutama dengan baik; Kepuasan penghargaan, keikhlasan serta kejujuran, dan perhatian yang tulen
dalam bekerja mempengaruhi perasaan dan ketenangan batin; (facilitative conditions).
Bersikap realistis; dapat menerima kenyataan dalam keluarga;
agama memegang peranan penting dalam kehidupannya; selalu Konselor memungkinkan konseli untuk merefleksi atas diri sendiri
serta pengalaman hidupnya, memahami diri sendiri serta situasi

Draf kuliah Teknik Konseling


5| S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

kehidupannya dan, berdasarkan itu, menemukan penyelesaian atas masalah itu berlainlainan. Perbedaan pandangan ini harus disadari
masalah yang dihadapi. Melalui berbagai tanggapan verbal dan aneka oleh konselor dan memperluas cakrawalanya berpikir, bahkan
reaksi nonverbal, konselor mengkomunikasikan kondisi positif itu membantunya dalam mendampingi klient yang datang kepadanya
kepada konseli, sehingga konseli menyadari adanya kondisi untuk konseling secara lebih efisien dan efektif, dengan tetap
pendukung dan karenanya bersedia pula untuk berkomunikasi menggunakan teknik konseling sejauh selaras dengan pendekatan
dengan konselor. Kondisi serasi dapat dikomunikasikan melalui konseling yang diterapkannya serta metode konseling yang
suatu teknik verbal tertentu, seperti refleksi dan klarifikasi, dan diikutinya.
melalui suatu teknik nonverbal seperti sikap badan dan pandangan
mata.

Kondisi kondisi konseling pula penerapan teknik verbal dan


nonverbal yang lain, sehingga dari awal sampai akhir kondisi
pendukung itu tercipta dan terbina terus-menerus. Maka, bantuan
diberikan oleh seorang konselor meliputi baik penciptaan serta
pembinaan seluruh kondisi (core conditions) maupun struktur serta
organisasi pada pembicaraan, sehingga konseli secara bertahap dapat
menuntaskan penyelesaian atas masalah yang dihadapinya. Dalam
batinnya konselor selalu mempunyai maksud atau intensi untuk
membantu konseli; tanggapan batin ini merupakan dasar bagi setiap
kali ada tanggapan verbal dan suatu reaksi nonverbal. Adanya intensi
dasar untuk memberikan bantuan terlaksana, antara lain, dalam
memberikan tanggapan tertentu, seperti memberikan tanggapan
pemantulan; memberikan tanggapan evaluatif, korektif, atau sugestif;
memberikan tanggapan analitis atau interpretatif memberikan
tanggapan suportif; atau memberikan tanggapan eksploratif.

Penggunaan teknik dalam proses konseling memerlukan timbal-balik


antara konselor dan konseli, tetapi pun tidak lepas dari sistematika
kerja tertentu yang terwujud dalam berpegang pada suatu
pendekatan konseling berdasarkan pertimbangan rasional. Meskipun
pelayanan konseling memuat unsur akal sehat yang menyertai
penggunaan teknik, namun pandangan para pakar konseling tentang
apa yang menyebabkan manusia menghadapi masalah dan
bagaimana caranya memberikan bantuan psikologis dalam mengatasi

Draf kuliah Teknik Konseling


6| S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

BAB II partisipasi dari klien atau tanpa kesiapan klien, proses konseling
bisa gagal.
TAHAPAN PROSES KONSELING
Hal-hal yang berkenaan dengan kesiapan konseling terutama
yang berhubungan dengan klien adalah: (1) motivasi klien untuk
Tahapan konseling dimulai dari tahapan permulaan konseling
memperoleh bantuan, (2) pengetahuan klien tentang konseling,
hingga tahapan selama proses konseling. Tahapan permulaan
(3) kecakapan intelektual, (4) tingkat tilikan terhadap masalah dan
merupakan segala upaya menuju pada proses konseling dapat
dirinya sendiri, (5) harapan-harapan terhadap peran konselor, dan
berjalan dengan baik. Tahapan selama konseling mengacu pada
(6) sistem pertahanan diri.
pendeatan dalam berbagai teori konseling. Disini akan
diutarakan tahapan konseling yang diajukan dalam sistematika
Motivasi klien untuk memperoleh bantuan akan menentukan
Carkhuff dan klinikal. Sistematika Carkhuff mengenai bagaimana
jalannya proses konseling. Klien yang mengikuti sesi konseling
tahapan dalam wawancara konseling, adapun penedekatan
karena mengikuti keinginan guru wali kelas atau orang lain
klinikal mengenai tahapan suatu masalah dapat diselesaikan
termasuk konselornya sendiri (terpaksa), akan berbeda
selama proses konseling.
partisipasinya dalam konseling jika motivasi mereka benar-benar
ingin memperoleh bantuan. Begitu pun klien yang mengetahui
A. Tahapan permulaan konseling
ten tang konseling. Klien yang tidak mengetahui tentang
Ada tiga hal yang dilakukan oleh konselor untuk memulai proses
konseling, ia akan tidak maksimal memanfaatkan jasa konselor.
konseling yaitu: (a) membentuk kesiapan untuk konseling, (b)
memperoleh riwayat kasus, dan ( c) evaluasi psikodiagnostik.
Dalam proses konseling harus ada respons-respons tertentu dari
klien. Klien yang kemampuan intelektualnya rendah, akan sulit
1. Kesiapan untuk Konseling
merespons proses konseling. Ada klien yang mampu melihat
Kesiapan untuk konseling tertuju kepada konselor atau kliennya.
masalahnya sendiri dan ada yang tidak. Klien yang mampu
Setiap aktivitas yang berproses akan memerlukan persiapan yang
melihat masalahnya sendiri, akan mampu berpartisipasi secara
matang. Aktivitas konseling sebagati suatu proses, memerlukan
aktif dalam konseling sehingga proses konseling akan betjalan
persiapan yang matang. Tanpa persiapan konseling tidak akan
secara lancar. Sebaliknya, klien yang tidak mampu melihat
dapat beljalan secara efektif dan sangat mungkin tujuan
masalahnya sendiri, akan sulit untuk berpartisipasi dalam proses
konseling tidak tercapai. Untuk dapat melakukan konseling
konseling. Klien yang banyak berharap dan mengerti peran-peran
secara efektif dan agar konseling berhasil dan berdaya guna,
konselor, ia akan memanfaatkan jasa konselor secara maksimal,
konselor harus melakukan persiapan.
sebaliknya yang tidak mengerti tentang peran-peran konselor,
maka ia tidak banyak berharap bahwa konselor dapat
Begitu juga klien, agar dapat berpartisipasi secara aktif sesuai
membantunya untuk memecahkan masalah. Dampak lanjutnya
tuntutan konseling, harus siap untuk mengikuti konseling. Tanpa
adalah klien tidak mau di konseling. Sistem pertahan diri yang
baik dari klien, akan membantu kelancaran proses konseling,

Draf kuliah Teknik Konseling


7| S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

sebaliknya sistem pertahanan diri yang jelek akan menghambat anekdot). (5) Grafik waktu tentang kehidupan helpee yang
proses konseling; karena ketika konselor bertanya sesuatu yang berkasus.
sedikit memojokkan klien, ia akan menangis.
3. Evaluasi Psikodiagnostik
Agar klien siap dalam mengikuti konseling, disarankan kepada
konselor agar melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) memulai Dalam bidang medis, diagnosis diartikan sebagai suatu proses
pembicaraan dengan berbagai pihak tentang berbagai topik memeriksa gejala, memperkirakan sebab-sebab, mengadakan
masalah dan pelayanan konseling yang diberikan, (2) observasi, menempatkan gejala dalam kategori, dan
menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif sehingga memperkirakan usaha-usaha penyembuhannya Dalam bidang
membangkitkan klien untuk memperoleh bantuan, (3) psikologis, proses diagnosis mempunyai beberapa arti dan sulit
menghubungi sumber-sumber referal (rujukan) misalnya dari dipisahkan secara tegas sebagaimana halnya dalam bidang
organisasi, sekolah dan madrasah dan sebagainya, (4) medis. Secara umum diagnosis dalam bidang psikologis berarti
memberikan informasi kepada klien tentang dirinya dan pernyataan tentang masalah klien, perkiraan sebab-sebab
prospeknya, (5) melalui proses pendidikan itu sendiri, (6) kesulitan, kemungkinan teknik-teknik konseling untuk
melakukan survei terhadap masalah-masalah klien, dan (7) memecahkan masalah, dan memperkirakan hasil konseling
melalukan orientasi prakonseling. dalam bentuk tingkah laku klien di masa yang akan datang.

2. Riwayat Kasus Psikodiagnosis mempunyai dua arti yaitu: pertama, sebagai suatu
klasiftkasi deskriptif masalah-masalah yang sama dengan
Riwayat kasus adalah suatu kumpulan fakta yang sistematis klasiftkasi psikiatris untuk gangguan neurosis, psikosis, dan
tentang kehidupan klien sekarang dan masa yang lalu. Dengan karakter yang selanjutnya disebut diagnosis diferensial. Kedua,
perkataan lain mengumpulkan sejumlah kasus yang dialami oleh psikodiagnosis sebagai suatu prosedur menginterpretasikan data
klien pada masa sekarang maupun yang telah lalu. Secara kasus, yang selanjutnya disebut diagnosis struktural.
sederhana riwayat kasus bisa dikatakan melakukan identifikasi
terhadap masalah-masalah yang dialami klien. Dalam proses konseling hendaknya berhati-hati menggunakan
diagnosis dengan pengertian di atas; sebab dapat menimbulkan
Riwayat kasus dapat dibuat dalam berbagai bentuk: (1) Riwayat bahaya sebagai berikut: (1) data yang terbatas atau kurang memadai,
konseling psikoterapeutik, yang lebih memusatkan pada padahal kehidupan klien (helpee) sangat kompleks, (2). konselor
masalah-masalah psikoterapeutik dan diperoleh melalui kurang memperhatikan keadaan tingkah Iaku klien sekarang, (3)
wawancara konseling. (2) Catatan kumulatif (cummulative record), terlalu cepat menggunakan tes, (4) hilangnya pemahaman terhadap
yaitu suatu catatan tentang berbagai aspek yang menggambarkan indiyidualitas atau hunikan sistem diri klien, (5) pengaruh sikap
perkembangan seseorang. (3) Biografi dan autobiografi. (4) menilai dari konselor.
Tulisan-tulisan yang dibuat sendiri oleh helpee yang berkasus
sebagai dokumen pribadi (mungkin dalam bentuk catatan

Draf kuliah Teknik Konseling


8| S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Psikodiagnosis dapat dilakukan melalui tes dengan tujuan untuk dalam fase-fase selanjutnya).
memperoleh data tentang kepribadian klien melalui sampel tingkah Menggali aspek-aspek penting dalam
Membantu konseli menggali
Iaku dalam situasi yang terstandar. Asumsi yang melandasi masalah yang dihadapi:
aspek-aspek penting dengan
penggunaan tes dalam psikodiagnosis adalah kepribadian sebagai Mengambil unsur-unsur pokok
menggunakan responding skills,
suatu yang dinamis dan dapat diukur melalui sampel tingkah Iaku. dalam masalah.
Eksplorasi seperti Refleksi dan Klarifikasi
Selain itu juga didasarkan atas asumsi bahwa pola berpikir dan Meninjau makna bagi dirinya.
Perasaan; Permintaan untuk
merasa klien yang diperoleh melalui tes akan menggambarkan struk- Menghayati perasaan-perasaan yang
Melanjutkan;
tur dasar karakter klien. Penggunaan tes psikodiagnosis dalam timbul.
Pertanyaan-Pertanyaan spesifik
konseling berfungsi untuk: (1) menyeleksi data yang diperlukan bagi Melihat alasan-alasan timbulnya
konseling, (2) meramalkan keberhasilan konseling, (3) memperoleh semua reaksi perasaan itu.
informasi yang lebih terinci, (4) merumuskan diagnostik yang lebih Menyadari bahwa masalah adalah
tepat. problem dirinya sendiri, yang tidak
dapat ditimpakan pada orang lain;
Membantu konseli memahami diri
B. Tahapan selama proses konseling dia sendiri bertanggung jawab
berkaitan dengan masalah yang
mengatasinya:
dihadapi dan menerima tanggung
Tahapan proses konseling berbeda asumsi apabila mengacu Akibat permasalahan bagi dirinya.
jawab terhadap masalah itu,
pada teorinya. Tahapan konseling yang umum dapat mengacu Pemahaman Merumuskan masalah dalam
dengan menggunakan personalizing
pada sistematika Carkhuff dan klinikal. Sistematika Cahkhuff bentuk:"Problemku adalah ...
skills, seperti Refleksi, Klarifikasi,
menekankan pada proses selama wawancara konseling, adapun Menyadari perasaan sendiri dalam
Interpretasi, Konfrontasi,
konseling klinikal mencakup lebih menyeluruh dari mulai menghadapi masalah ini, disertai
Diagnosis, Penyajian Alternatif-
penentuan masalah hingga evaluasi. alasan berperasaan demikian.
Alternatif, Pemberian Umpan Balik.
Menetapkan tujuan yang ingin
1. Sistematika Carkhuf dicapai, sehingga masalah dapat
Pada pendekatan sistematika Carkhuff konseling melalui empat diatasi.
pase dalam proses (1) keterlibatan (2) eksplorasi, (3) pemahaman Mengimplementasikan tujuan yang
Membantu konseli menuangkan
(4) bertindak. Aktivitas dan keterampilan konselor pada tiap ingin dicapai dalam suatu program
kemauan untuk mencapai tujuan
pase disajikan sebagai berikut: kerja yang konkret; Tujuan
dalam bentuk rencana urutan
Fase Aktivitas konseli Keterampilan konselor dirumuskan dalam bentuk tindakan
langkah kerja yang konkret, dengan
Melibatkan diri: Melibatkan konseli dengan yang nyata. Menetapkan jalan/cara
Bertindak menggunakan initiating skills,
Menghadap konselor. menggunakan attending skills, yang tepat untuk mencapai tujuan.
seperti Pemberian Struktur,
Keterlibatan Mengungkapkan sesuatu, secara seperti merapikan meja; mengamati Merencanakan urutan langkah kerja
Penyelidikan, Pemberian Informasi,
verbal dan nonverbal. isyarat-isyarat nonverbal; yang akan ditempuh.
Usul/Saran, Pemberian Umpan
Mulai mengutarakan masalah pribadi mendengarkan dan menunjukkan Mulai melaksanakan langkah
balik, Dukungan/Bombongan.
yang dihadapi penerimaan. (Keterampilan ini ada pertama yang direncanakan.

Draf kuliah Teknik Konseling


9| S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

2. Tahapan konseling standard pendekatan konseling klinikal "prestasi menurun" masalah-masalah yang lain juga menjadi
berkurang.
Proses konseling pendekatan klinikal menempuh beberapa
langkah yaitu: (1) menentukan masalah, (2) pengumpulan data, (2) Pengumpulan Data
(3) analisis data, (4) diagnosis, (5) prognosis, (6) terapi, dan (7) Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam
evaluasi atau follow up. konseling, selanjutnya adalah mengumpulkan data helpee yang
bersangkutan (data Dawar). Data helpee yang dikumpulken
(1) Menentukan Masalah harus secara komprehensif (menyeluruh) yang meliputi: data
Menentukan masalah dalam proses konseling dapat dilakukan diri, data orang tua (ayah ibu), data pendidikan, data kesehatan,
dengan terlebih dahulu melakukan identiflkasi masalah dan data lingkungan.
(identifIkasi kasus-kasus) yang dialami oleh klien. Misalnya,
seorang helpee sebut saja bernama Dawar berdasarkan fenomena Data diri bisa mencakup (nama lengkap dan panggilan atau
dan perilaku sehari-hari yang ditunjukkan oleh helpee tersebut nama kesayangan, jenis kelamin, anak keberapa (status anak
dapat diidentifikasi bahwa masalah yang sedang dialaminya dalam keluarga misalnya anak kandung, tiri, atau angkat),
adalah: (a) sering terlambat masuk kelas (tidak disiplin), (b) tempat tanggal lahir, agama, hobi atau cita-cita, ciri-ciri tubuh,
sering bolos sekolah. (c) sering mengganggu teman dalam belajar alamat dan lain sebagainya). Data orang tua dapat mencakup:
(suka usil), (d) sulit berkonsentrasi dalam belajar agama Islam, (e) (nama ayah, tempat dan tanggal lahir, agama, pekerjaan,
prestasi belajar terus menurun, (f) merokok secara sembunyi- penghasilan setiap bulan, alamat, dan nama ibu, tempat dan
sembunyi (ketagihan rokok), (g) dikucilkan dari pergaulan, tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan, alamat, dan lain-
teman-teman di sekolah atau madrasah, (h) sering ribut dengan lain). Data pendidikan dapat mencakup: tingkat pendidikan,
orang tua terutama ayah, dan lain-lain. status sekolah, lokasi sekolah, sekolah sebelumnya, kelas berapa,
. dan lain-lain. Data kesehatan dapat mencakup: (riwayat
Berdasarkan identifikasi di atas dapat diketahui bahwa Dawar penyakit yang pernah diderita, pernah atau tidak dirawat di
memiliki delapan jenis masalah. Untuk menentukan masalah rumah sakit dan gangguan kesehatan lain yang bisa
yang mana untuk dipecahkan harus menggunakan prinsip skala mempengaruhi fisik dan psikis helpee yang bersangkutan). Data
prioritas. Penetapan skala prioritas ditentukan atas dasar akibat lingkungan dapat mencakup (di mana helpee tinggal, dengan
atau dampak yang lebih besar terjadi apabila masalah tersebut siapa ia tinggal, bagaimana pola asuh keluarga, dalam
tidak dipecahkan. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, lingkungan seperti apa, dan lain sebagainya).
misalnya pembimbing (konselor) menetapkan masalah "prestasi
belajar yang menurun" untuk diprioritaskan dipecahkan melalui Data-data helpee (Dawar) di atas dapat dikumpulkan dengan
layanan konseling. Alasannya karena Dawar statusnya sebagai cara tes dan nontes. Pengumpulan data helpee dengan tes dapat
pelajar kelas III, apabila tidak segera dibantu, dikhawatirkan ia mencakup: tes kecerdasan (IQ), tes hasil belajar, tes bakat, minat,
tidak lulus. Mudah-mudahan dengan terpecahkannya masalah dan lain sebagainya. Pengumpulan data helpee dengan cara
nontes seperti: observasi atau pengamatan angket atau daftar

Draf kuliah Teknik Konseling


10 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

isian (untuk orang tua dan helpee), wawancara, sosiometri, diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh Dawar.
biografi atau catatan harian, pemeriksaan fisik atau kesehatan, Berdasarkan rnasalah Dawar di atas, bisa diberikan bimbingan
studi kasus, kunjungan rumah, dan lain sebagainya. belajar misalnya pengajaran remedial, les tambahan, dan lain-
lain yang sesuai dengan bimbingan belajar atau bimbingan
(3) Analisis Data sosial yang tujuannya agar Dawar memperoleh penyesuaian
Data-data helpee yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. sosial dengan teman-temannya di sekolah dan madrasah.
Data hasil tes bisa dianalisis secara kuantitatif dan data hasil
nontes dapat dianalisis secara kualitatif. Misalnya hasil tes (6) Terapi
belajar Dawar pada setiap mata pelajaran memperoleh nilai lima Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian
dan rata-rata di bawah lima. Berdasarkan data tersebut bisa bantuan selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang
dinyatakan bahwa prestasi belajar Dawar rendah dan seterusnya telah ditetapkan. Dalam contoh di atas, pembimbing atau
untuk data yang diperoleh melalui tes. Selanjutnya untuk data konselor melaksanakan bantuan belajar atau bantuan sosial
yang diperoleh melalui non test (misalnya sosiometri) dan 40 yang telah ditetapkan untuk memecahkan masalah Dawar.
orang teman sekelas Dawar hanya lima orang yang rnemilih
suka berteman dengan Dawar. Berdasarkan data tersebut, (7) Evaluasi atau Follow Up
analisisnya adalah bahwa Dawar cenderung tidak disukai oleh Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang
teman-temannya (fenornenanya adalah Dawar dikucilkan dari telah diberikan memperoleh hasil atau tidak. Dalam contoh di
pergaulan oleh tenan-temannya di sekolah) dan seterusnya. Dari atas apakah pelaksanaan pemberian bimbingan belajar dan
analisis data akan diketahui siapa Dawar? dan apa sosial kepada Dawar telah memberikan hasil di mana prestasi
sesungguhnya rnasalah yang dialami oleh Dawar? belajar Dawar meningkat atau perilaku Dawar berubah
sehingga mulai disenangi oleh teman-temannya atau belum.
(4) Diagnosis Apabila sudah memberikan hasil apa langkah-Iangkah
Diagnosis rnerupakan usaha pembimbing (konselor) selanjutnya yang perlu diambil? Begitu juga sebaliknya apabila
menetapkan latar belakang rnasalah atau faktor-faktor penyebab belum berhasil.
timbulnya masalah pada klien. Pada contoh di atas pembimbing
(konselor) mencari faktor-faktor penyebab timbulnya masalah
pada Dawar; yakni faktor-faktor penyebab prestasi belajar
Dawar yang rendah dan dikucilkan dari pergaulan teman-teman
di sekolah dan madrasah.
(5) Prognosis
Setelah diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah
pada helpee (dalam contoh di atas adalah masalah pada Dawar)
selanjutnya pembimbing atau konselor menetapkan langkah-
Iangkah bantuan yang akan diambil. jenis bantuan apa bisa

Draf kuliah Teknik Konseling


11 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

suasana yang aman dan akrab, (3) mempermudah ekspresi


perasaan klien dengan bebas.
BAB III
TEKNIK-TEKNIK MELAKUKAN KONSELING Wujud perilaku attending dalam proses konseling misalnya:
pertama, kepala mengangguk sebagai pertanda setuju atas
pernyataan klien. Kedua, ekspresi wajah tenang, ceria, dan
Proses konseling memerlukan teknik-teknik tertentu sehingga senyum. Ketiga, posisi tubuh agak condong ke arah klien, jarak
konseling bisa berjalan secara efektif dan efisien atau berdaya guna duduk antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab
dan berhasil guna. Berikut ini diuraikan beberapa teknik dalam berhadapan atau berdampingan. Keempat, melakukan variasi
konseling. isyarat gerakan tangan lengan secara spontan untuk
memperjelas ucapan (pernyataan konselor). Kelima,
1. Teknik Rapport mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian, menunggu
Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling ucapan klien hingga selesai, diam (menunggu saat kesempatan
memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utama teknik ini bereaksi), perhatian terarah pada klien (lawan bicara).
adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan
klien, penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien Sebaliknya, wujud perilaku attending yang tidak baik adalah:
dan masalahnya. Melalui teknik ini akan tercipta hubungan pertama, kepala kaku. Kedua, wajah kaku (tegang), ekspresi
yang akrab antara konselor dan klien yang ditandai dengan melamunr mengalihkan pandangan, tidak melihat ketika klien
saling mempercayai. Implementasi teknik rapport dalam berbicara, mata melotot. Ketiga, posisi tubuh tegak kaku,
konseling adalah: (1) pemberian salam yang menyenangkan, (2) bersandar, miring, jarak duduk dengan klien agak jauh, duduk
menetapkan topik pembicaraan yang sesuai, (3) suasana ruang kurang akrab dan berpaling. Keempat, memutuskan pembicaraan,
konseling yang menyenangkan, (4) sikap yang ditandai dengan: berbicara terus tanpa ada teknik diam guna memberi
(a) kehangatan emosi, (b) realisasi tujuan bersama, (c) menjamin kesempatan berpikir dan berbicara. Kelima, perhatian terpecah,
kerahasiaan klien, (4) kesadaran terhadap hakikat klien secara mudah buyar oleh gangguan dari Iuar.
alamiah.
Perilaku attending berkenaan dengan teknik penerimaan konselor
2. Perilaku Attending terhadap klien. Teknik penerimaan menggambarkan cara
Attending merupakan upaya konselor menghampiri klien yang bagaimana konselor menerima klien dalam proses atau sesi
diwujudkan dalam bentuk perilaku seperti kontak mata, bahasa konseling. Atau cara bagaimana konselor bertindak agar klien
tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik harus merasa· diterima dalam proses konseling. Teknik ini dalam
mengombinasikan ketiga aspek di atas sehingga akan proses konseling bisa diwujudkan melalui ekspresi wajah,
memudahkan konselor untuk membuat klien terlibat (misalnya ceria atau cemberut). Ekspresi wajah ceria bisa
pembicaraan dan terbuka. Perilaku attending yang baik akan menggambarkan penerimaan konselor atas kliennya, sebaliknya
dapat: (1) meningkatkan harga diri klien, (2) menciptakan ekspresi wajah cemberut bisa menggambarkan penolakan atau

Draf kuliah Teknik Konseling


12 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

ketidaksetujuan konselor atas kliennya. Selanjutnya juga bisa dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan
diwujudkan dalam bentuk tekanan atau nada suara dari bersamaan dengan attending, karena tanpa attending tidak akan
konselor (tinggi, mendatar, dan rendah) dan jarak duduk antara ada empati. Empati ada dua macam, pertama: empati primer
konselor dan klien. (primary empathy), yaitu apabila konselor hanya memahami
perasaan, pikiran, keinginan dan pengalaman klien dengan
Konselor yang berkata dengan nada tinggi atau duduk yang tujuan agar klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Kedua,
berjarak melebihi batas ketentuan dalam konseling, mungkin empati tingkat tinggi (advanced accurate empathy), yaitu apabila
merupakan indikasi bahwa konselor tidak menerima klien. kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan, dan
pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena
3. T eknik Structuring konselor ikut dengan perasaan tersebut. Melalui empati tingkat
Structuring adalah proses penetapan batasan oleh konselor tinggi, akan inembuat klien tersentuh dan terbuka untuk
tentang hakikat, hatas-batas dan tujuan proses konseling pada mengemukakan isi hatinya berupa perasaan, pikiran,
umumnya dan hubungan tertentu pada khususnya. Structuring pengalaman bahkan penderitaannya.
memberikan kerangka kerja atau orientasi pada klien. Structuring
ada yang bersifat inplisit di mana secara umum peranan Dalam melakukan empati, konselor harus mampu: pertama,
konselor diketahui oleh klien dan ada yang bersifat formal mengosongkan perasaan dan pikiran egoistik. Kedua, Memasuki
berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan dan membatasi dunia dalam klien. Ketiga, melakukan empati primer dengan
proses konseling. Misalnya, berapa lama konseling ini akan kita mengatakan: "Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda".
lakukan, atau kapan waktu-waktu Anda bisa untuk mengikuti Atau "Saya dapat memahami pikiran Anda." Atau "Saya mengerti
konseling dan seterusnya. keinginan Anda." Keempat, melakukan empati tingkat tinggi
dengan mengatakan: "Saya merasakan apa yang Anda rasakan, dan
Ada lima macam structuring dalam konseling; yaitu: (1) Batas- saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu".
batas waktu baik dalam satu individu maupun seluruh proses
konseling. (2) Batas-batas tindakan baik konselor maupun klien. Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri. Semakin terbuka
(3) Batas-batas peranan konselor. (4) Batasbatas proses atau kita kepada emosi diri sendiri, semakin terampil kita membaca
prosedu, misalnya menyangkut waktu atau jadwal, berapa lama perasaan. Kemampuan berempati merupakan kemampuan
konseling akan dilakukan dan lain sebagainya. (5) Structuring untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain ikut berperan
dalam proses, misalnya menyangkut tahapan-tahapan yang dalam pergulatan dalam arena kehidupan. Kunci untuk
harus ditempuh (dilalui), apa yang boleh dan tidak boleh memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan
dilakukan selama proses konseling berlangsung. nonverbal (nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah, dan
sebagainya).
4. Empati
Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa 5. Refleksi Perasaan
yang dirasakan oleh klien, merasa dan berpikir bersama klien

Draf kuliah Teknik Konseling


13 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk Refleksi merupakan keterampilan konselor untuk memantulkan
menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan
diperlukan terhadap klien. Refleksi perasaan juga merupakan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
teknik penengah yang bermanfaat untuk digunakan setelah verbal dan nonverbalnya. Refleksi terbagi atas tiga jenis, yaitu (1)
hubungan permulaan (tahap awal konseling) dilakukan dan refleksi perasaan, (2) refleksi pengalaman, dan (3) refleksi pikiran.
sebelum pemberian informasi serta tahap interpretasi dimulai.
Refleksi perasaan bisa berwujud positif, negatif, dan ambivalen. Pertama, refleksi perasaan, yaitu keterampilan konselor untuk
dapat memantulkan (merefleksikan) perasaan klien sebagai hasil
Refleksi perasaan positif ditunjukkan oleh konselor dalam pengamatan verbal dan nonverbal terhadap klien.
konseling melalui pernyataan persetujuan atas apa yang
disampaikan oleh klien. Refleksi perasaan negatif ditunjukkan Kedua, refleksi pengalaman, yaitu keterampilan konselor untuk
oleh konselor dalam konseling melalui pernyataan memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil
ketidaksetujuan atau penolakan konselor atas apa yang di- pengamatan perilaku verbal dan nonverbal klien.
nyatakan oleh klien. Sedangkan refleksi perasaan yang
ambivalen (masa bodoh) ditunjukkan oleh konselor dengan Contoh refleksi perasaan: "Tampaknya yang Anda katakan adalah ..... ".
membiarkan saja (tidak menyatakan setuju ·dan tidak menolak) Atau "Barangkali Anda merasa .... " atau "Hal itu rupanya seperti ..... "
atas apa yang dinyatakan oleh klien. atau "Adakah yang Anda maksudkan .... " dan seterusnya. Dalam proses
konseling, refleksi perasaan misalnya ketika klien mengatakan :"
Refleksi perasaan akan mengalami kesulitan apabila: (1) Si A itu sialan." "Saya membencinya." "Saya tidak akan berteman lagi
streotipe dari konselor, (2) konselor tidak dapat mengatur waktu dengannya." "Sampai kapan pun saya tidak akan berteman lagi dengannya."
sesi konseling, (3) konselor tidak dapat memilih perasaan mana Mendengar perkataan tersebut, konselor merefleksikan dengan
untuk direfleksikan, (4) konselor tidak dapat mengetahui isi mengatakan: " Tampaknya Anda sungguh-sungguh marah dengan si A."
perasaan yang direfleksikan, (5) konselor tidak dapat
menemukan ke dalam perasaan, (6) konselor menambah arti Contoh refleksi pengalaman: "Tampaknya yang Anda kemukakan
perasaan, dan (7) konselor menggunakan bahasa yang kurang adalah suatu ... " atau "Barangkali yang akan Anda utarakan adalah.." atau
tepat. "Adakah yang Anda maksudkan suatu peristiwa ". Dalam proses
konseling, refleksi pengalaman misalnya ketika klien
Manfaat refleksi perasaan dalam proses konseling adalah: (1) mengatakan: "Saya trauma dengan masa lalu saya yang hampir tidak ada
membantu klien untuk merasa dipahami secara mendalam, (2) yang menyenangkan". Konselor merefleksi dengan mengatakan:
klien merasa bahwa perasaan menyebabkan tingkah laku, (3) "Adakah yang Anda maksudkan adalah peristiwa-peristiwa sedih yang Anda
memusatkan evaluasi pada klien, (4) memberi kekuatan untuk alami pada masa lalu".
memilih, (5) memperjelas cara berpikir klien, dan (6) menguji
kedalaman motif-motif klien. 6. Teknik Eksplorasi

Draf kuliah Teknik Konseling


14 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Eksplorasi merupakan keterampilan konselor untuk menggali tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap kesuksesan belajar
perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Teknik ini dalam Anda. "
konseling sangat penting karena umumnya klien tidak mau terus
terang (tertutup), menyimpan rahasia batin, menutup diri atau 7. Teknik Paraphrasing (Menangkap Pesan Utama)
tidak mampu mengemukakannya secara terus terang. Eksplorasi Sering klien mengemukakan pikiran, ide, perasaan, pengalaman
memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, secara berbelit-belit dan tidak terarah sehingga intinya sulit
tertekan, dan terancam. Eksplorasi ada tiga macam: (1) eksplorasi dipahami. Untuk memudahkan klien memahami pikiran, ide,
perasaan; (2) eksplorasi pikiran; dan (3) ekplorasi pengalaman. perasaan, dan pengalamannya, konselor perlu menangkap pesan
utama dari apa yang disampaikan oleh klien dan
Pertama, eksplorasi perasaan, yaitu keterampilan konselor untuk menyampaikannya kepada klien dengan bahasa konselor sendiri.
menggali perasaan klien yang tersimpan. Tujuan paraphrase antara lain adalah mengatakan kembali esensi
Contoh eksplorasi perasaan: "Dapatkah Anda menjelaskan apa perasaan atau inti ungkapan klien. Selain itu, praphrase juga bertujuan
bingung yang dimaksudkan" atau "Saya kira rasa sedih Anda begitu untuk: pertama, untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa
mendalam dalam peristiwa tersebut. Dapatkah Anda kemukakan perasaan konselor bersama dia, dan berusaha untuk memahami apa yang
Anda lebih jauh" dikatakan klien. Kedua, mengendapkan apa yang dikemukakan
klien dalam bentuk ringkasan. Ketiga, membeIi arah wawancara
Kedua, eksplorasi pikiran, yaitu keterampilan konselor untuk konseling. Keempat mengecek kembali persepsi konselor tentang
menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. apa yang dikemukakan klien.
Contoh eksplorasi pikiran: "Mungkin Anda dapat menjelaskan lebih
jauh ide Anda ten tang sekolah sambil bekerja. " Untuk dapat melakukan paraphrasing yang baik, konselor harus:
(1) menggunakan kata-kata yang mudah dan sederhana, (2)
Ketiga, refleksi pikiran, yaitu keterampilan konselor untuk dengan teliti mendengarkan pesan utama pembicaraan klien, (3)
memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil nyatakan kembali dengan ringkas, (4) amati respons klien
pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal klien. terhadap konselor. Dalam proses konseling, paraphrasing misalnya
Contoh refleksi pikiran: "Tampaknya yang akan Anda katakan .... " atau ketika klien mengatakan:
"Mungkin yang akan Anda uia[akan adalah ... " atau "apakah yang Anda "Biasanya Si A selalu senang dengan saya, tetapi entah kenapa …
maksudkan ... "
8. Teknik Bertanya
Ketiga, ekplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau Umumnya konselor mengalami kesulitan untuk membuka
kemampuan konselor untuk menggali pengalaman-pengalaman percakapan dengan klien, karena sulit menduga apa yang
klien yang telah dilaluinya. dipikirkan klien. Untuk itu, konselor harus memiliki
Contoh eksplorasi pengalaman: "Saya amat terkesan dengan keterampilan bertanya. Teknik bertanya ada dua macam, yaitu
pengalaman yang Anda lalui, namun saya ingin memahami lebih jauh bertanya terbuka (open question) dan bertanya tertutup (closed
question). Pada pertanyaan terbuka, klien bebas memberikan

Draf kuliah Teknik Konseling


15 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

jawabannya, sedangkan pada pertanyaan tertutup telah seperti Anda. Karena tantangan masa depan yang semakin kompleks, maka
menggambarkan alternatif jawabannya misaInya jawaban ya atau dibutuhkim SDM Indonesia yang handal. Membantu orang tua memang
tidak, setuju atau tidak setuju, dan lain sebagainya. Contoh harus, tetapi sangat disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong
pertanyaan terbuka: "Bagaimana perasaan Anda saat ini?" Sedangkan pintar di sekolah akan meninggalkan MA."
contoh pertanyaan tertutup adalah: "Biasanya Anda menempati posisi
rangking berapa di dalam kelas?" Kemungkinan jawabannya adalah 11. Teknik Mengarahkan (Directing)
rangking pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Seperti telah disebutkan di muka, bahwa proses konseling
memerlukan partisipasi secara penuh dari klien. Untuk
9. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement) mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam proses
Dalam proses konseling, konselor harus mengupayakan agar konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor. Upaya
klien selalu terlibat dalam pembicaraan. Untuk itu konselor harus konselor mengarahkan klien dapat dilakukan dengan
mampu memberikan dorongan minimal kepada klien, yaitu menyuruh klien memerankan sesuatu (bermain peran) atau
suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah mengkhayalkan sesuatu. Penerapan teknik ini dalam konseling.
dikatakan klien seperti pernyataan oh. .. , ya ... , terus ... , lalu ... , dan Misalnya: "Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tidak dapat
.... Teknik ini memungkinkan klien untuk terus berbicara dan lagi menahan diri. Akhimya terjadi pertengkaran sengit". Lalu konselor
dapat mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan. mengatakan: "Bisakah Anda mendemonstrasikan di depan saya,
Dorongan minimal juga dapat meningkatkan eksplorasi diri. bagaimana sikap dan katakata ayah Anda ketika memarahi Anda?"
Dorongan minimal diberikan secara selektif, yaitu ketika klien
menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi atau 12. Teknik Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
menghentikan pembicaraan atau pada saat klien kurang Agar pembicaraan dalam konseling maju secara bertahap dan
memusatkan pikirannya pada pembicaraan dan saat konselor arah pembicaraan semakin jelas, maka setiap periode waktu
ragu terhadap pembicaraan klien. tertentu konselor bersama klien perlu menyimpulkan
pembicaraan. Membuat kesimpulan bersama perlu dilakukan
10. Interpretasi agar klien memiliki pemahaman dan kesadaran bahwa
Interpretasi merupakan usaha konselor mengulas pikiran, keputusan tentang dirinya menjadi tanggung jawab klien,
perasaan, dan perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas sedangkan konselor hanya membantu. Kapan suatu
teori-teori tententu. Tujuan utama teknik ini adalah untuk pembicaraan akan disimpulkan bisa ditetapkan sendiri oleh
memberikan rujukan, pandangan atau tingkah laku klien, agar konselor atau bisa tergantung kepada felling konselor.
klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil
rujukan. Contoh interpretasi: "Saya berhenti sekolah dan memusatkan Contoh summarizing: “Setelah kita. mendiskusikan persoalan yang
perhatian membantu orang tua, berarti bakti saya terhadap keluarga karena Anda hadapi, sebaiknya kita simpulkan terlebih dahulu agar jelas hasil
adik-adik saya banyak dan membutuhkan biaya sekolah." Mendengar pembicaraan kita sampai saat ini. Dari materi pembicaraan kita tadi,
perkataan klien di atas, konselor mengatakan: "Pendidikan MA setidaknya sudah sampai pada dua hal pertama, tekad Anda untuk belajar
saat ini mudak bagi setiap warga negara, terutama yang hidup di kota besar sambil bekerja. Kedua, hambatan yang akan Anda hadapi seperti yang Anda

Draf kuliah Teknik Konseling


16 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

beritakan tadi adalah orang tua Anda yang menginginkan Anda lebih Mendengar perkataan tersebut, konselor mengatakan: "Bukankah
konsentrasi kepada pelajaran dan waktu bekerja di perusahaan yang sampai saat ini kepedulian Anda tertuju kepada belajar sambil bekerja.
menuntut Anda bekerja seeara penuh". Mungkin Anda tinggal merinci kepedulian itu. Tentang pacaran, apakah
termasuk ke dalam kepedulian Anda juga?"
Tujuan utama menyimpulkan sementara (summarizing) adalah:
pertama, memberikan kesempatan kepada klien untuk 14. Teknik Fokus
mengambil kilas balik (feed back) dari hal-hal yang telah Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui
dibicarakan bersama konselor. Kedua, untuk menyimpulkan perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien
kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap. Ketiga, untuk (wawancara konseling). Fokus akan membantu klien untuk
meningkatkan kualitas diskusi. Keempat, mempertajam atau memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan. Ada empat
memperjelas fokus atau arah wawancara konseling. fokus dalam konseling; pertama: fokus pada diri klien.

13. Teknik-teknik Memimpin Misalnya: "Dawar, Anda tidak yakin apa yang akan Anda lakukan"? atau
Agar wawancara konseling tidak menyimpang (pembicaraannya "Tampaknya Anda berjuang sendirian?" Kedua, fokus pada orang lain.
terfokus pada masalah yang dibicarakan), konselor harus mampu Misalnya perkataan konselor sebagai berikut: "Siska telah membuat
memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling bisa Anda gelisah dan tersiksa. Terangkanlah tentang dia, dan apa yang telah
tercapai secara efektif dan efisien. Memimpin dalam konseling dilakukannya pada Anda?" Ketiga, fokus pada topik. Misalnya
bisa memiliki dua arti, pertama: menunjukkan keadaan di mana perkataan konselor sebagai berikut: "Minum baigon? Anda akan
konselor berada di dalam atau di Iuar pikiran klien. Kedua, bunuh diri? Sebaiknya pertimbangkan masak-masak dengan berbagai
keadaan di mana konselor mengarahkan pikiran klien kepada pertimbangan." Keempat, fokus mengenai budaya. Misalnya
penerimaan perkataan konselor. Penerapan teknik ini dalam perkataan konselor sebagai berikut: "Cepat menyerah atau putus asa
konseling harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: pertama, bukan budayanya laki-laki. Laki-laki tidak boleh mudah menyerah atau
memimpin hanya sebatas klien dapat memberikan toleransi mudah putus asa."
sesuai dengan kecakapan dan pemahamannya. Kedua, memimpin
bisa berbeda dari topik ke topik. Ketiga, memulai proses konseling Dalam wawancara konseling selalu ada fokus yang membantu
dengan sedikit memimpin. Keberhasilan konselor memimpin klien untuk menyadari bahwa persoalan pokok yang
dalam sesi konseling juga ditentukan oleh tipe-tipe dihadapinya adalah "A". Mungkin banyak masalah yang
kepemimpinan konselor yang demokratis, otoriter, atau permisif berkembang di dalam wawancara konseling, tetapi konselor
(masa bodoh). harus membantu klien agar ia memfokuskan pada masalah
tertentu (misalnya tentang "A" dan lain-lain). Misalnya
Teknik ini bertujuan agar pembicaraan klien tidak menyimpang perkataan konselor: "Apakah tidak sebaiknya pokok pembicaraan kita
dari fokus yang dibicarakan dan agar arah pembicaraan terfokus difokuskan pada rencana Anda yang ingin belajar sambil bekerja?
pada tujuan konseling. Contohnya: "Saya mungkin berpikir juga
tentang masalah hubungan dengan pacar. Tapi bagaimana ya .... ?" 15. Teknik Konfrontasi

Draf kuliah Teknik Konseling


17 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Teknik ini dalam konseling dikenal juga dengan "mem- konselor mengatakan: "Bisakah Anda menjelaskan persoalan pokoknya?
perhadapkan". Teknik konfrontasi adalah suatu teknik yang Misalnya peran ayah, ibu, atau saudara-saudara Anda"
menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi (tidak
konsisten) antara perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan 17. Memudahkan (Facilitating)
ide berikutnya, senyum dengan kepedihan. Misalnya klien Facilitating adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien
menceritakan hal-hal yang sedih tetapi sambil tertawa dan dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan
tersenyum gembira. perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Melalui
teknik ini, komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses
Dalam proses konseling, teknik tampak dari ungkapan klien konseling berjalan secara efektif.
sebagai berikut: "Oh. .. , saya baik-baik saja". (suara rendah, wajah Misalnya ketika konselor mengatakan: "Saya yakin Anda akan
tidak ceria/cerah, duduk gelisah). Selanjutnya konselor berbicara secara jujur apa adanya, karena saya akan mendengarkan dengan
mengatakan: "Anda katakan baik-baik saja, tetapi kelihatannya ada sebaik-baiknya."
sesuatu yang tidak beres" atau "Saya melihat ada perbedaan antara ucapan
Anda dengan kenyataan diri Anda." 18. Diam sebagai Suatu Teknik
Diam dalam konseling bisa dijadikan sebagai suatu teknik.
Tujuan teknik ini adalah: pertama, mendorong klien untuk Dalam konseling, diam bukan berarti tidak ada komunikasi.
mengadakan penelitian diri secara jujur (instrospeksi diri secara Komunikasi tetap ada, yaitu melalui perilaku nonverbal. Diam
jujur). Kedua, meningkatkan potensi klien. Ketiga, membawa klien amat penting pada saat attending. Saat diam yang ideal dalam
kepada kesadaran adanya. diskrepansi (kondisi pertentangan proses konseling adalah antara 5-10 detik. Tetapi waktu itu tidak
antara harapan seseorang dengan kondisi nyata di lingkungan) harga mati, artinya saat diam bersifat kondisional dan bisa
dari klien dengan, inkonsistensi, konflik atau kontradiksi dalam tergantung kepada feeling konselor.
dirinya.
Dalam konseling, diam bisa memiliki beberapa makna: pertama,
16. Menjemihkan (Clarifying) penolakan atau kebingungan klien. Kedua, klien atau konselor
Dalam konseling, teknik ini dilakukan oleh konselor dengan telah mencapai akhir suatu ide dan ragu mengatakan apa selanjutnya.
mengklarifIkasi ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, samar- Ketiga, kebingungan yang didorong oleh kecemasan atau
samar, atau agak meragukan. Tujuan teknik ini adalah: pertama, kebencian. Keempat, klien mengalami perasaan sakit dan tidak
mengundang klien untuk menyatakan pesannya secara jelas, siap untuk berbicara. Kelima, klien mengharapkan sesuatu dari
ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang konselor. Keenam, klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
logis. Kedua, agar klien menjelaskan, mengulang dan Ketujuh, klien baru menyadari kembali dari ekspresi emosional
mengilustrasikan perasaannya. Misalnya klien mengatakan: sebelumnya.
"Konflik yang terjadi di rumah membuat saya bingung dan stress. Saya
tidak mengerti siapa yang menjadi pemimpin di rumah itu." Selanjutnya Tujuan teknik ini adalah: pertama, menanti klien yang sed-ang
berpikir. Kedua, sebagai protes apabila klien berbicara berbelit-

Draf kuliah Teknik Konseling


18 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

belit (nglantur). Ketiga, menunjang perilaku attending dan empati tidak sesuai dengan hakikat kemandilian dalam konseling. Jalan
sehingga klien bebas berbicara. Keadaan diam di pihak konselor tengah yang ditawarkan adalah dalam pemberian nasihat harus
bermanfaat bagi proses konseling, yaitu pertama, mendorong klien tetap dijaga agar tujuan konseling, yakni kemandirian klien tetap
untuk berbicara. Kedua, membantu klien untuk lebih memahami tercapai.
dirinya. Ketiga, klien dapat mengikuti ekspresi yang membawa
klien berpikir dengan tilikan yang mendalam. Keempat, 21. Pemberian Informasi
mengurangi kecepatan interviu. Apabila konselor tidak mengetahui suatu informasi, sedangkan
klien memintanya, maka konselor harus secara jujur mengatakan
Kondisi diam dalam proses konseling, misalnya ketika klien tidak mengetahuinya. Sebaliknya, apabila konselor mengetahui,
mengatakan: "Saya kurang senang dengan perilaku guru itu, dan … saya sebaiknya diupayakan agar klien tetap mengusahakannya
(diam berpikir). Konselor : diam. Klien : "Saya .... harus bagaimana sendiri. Misalnya, klien bertanya tentang syarat-syarat masuk
..... Saya tidak mengetahui... " Konselor : "…." (diam). Sekolah Islam Unggulan dan terpadu, karena konselor tidak
mengetahui, secara jujur konselor mengatakannya tidak
19. Mengambil Inisiatif mengetahui informasi tersebut dan menganjurkan klien mencari
Pengambilan inisiatif perlu dilakukan oIeh konselor ketika klien sendiri ke sumber informasi (mendatangi sekolah yang
kurang bersemangat untuk berbicara, lebih sering diam, dan bersangkutan).
kurang partisipatif. Konselor mengucapkan kata-kata yang
mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. 22. Merencanakan
Teknik ini diterapkan apabila: pertama, untuk mengambil inisiatif Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus membantu klien
apabila klien kurang bersemangat. Kedua, klien lambat berpikir untuk dapat membuat rencana suatu program untuk action
untuk mengambil keputusan, dan Ketiga, klien kehilangan arah (melakukan tindakan sesuatu) guna memecahkan masalah yang
pembicaraan. Dalam konseling teknik ini tercermin dari dihadapinya. Atau rencana perbuatan nyata yang produktif bagi
perkataan konselor sebagai berikut: "Baiklah, saya pikir Anda kemajuan klien. Rencana yang baik harus merupakan hasil kerja
memiliki suatu keputusan, tetapi Anda ragu menyatakannya. Coba Anda sama antara konselor dengan klien.
renungkan lagi." Misalnya konselor mengatakan: "Sebaiknya Anda memulai menyusun
rencana yang baik dengan berpedoman kepada hasil pembicaraan kita."
20. Memberi N asihat
Dalam konseling, pemberian nasihat sebaiknya dilakukan apabila 23. Menyimpulkan
klien memintanya. Meskipun demikian, konselor tetap harus Pada akhir sesi konseling, bersama klien konselor membuat suatu
mempertimbangkannya, apakah pantas atau tidak memberikan kesimpulan. Atau konselor membantu klien membuat suatu
nasihat. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian nasihat kesimpulan yang menyangkut hal: pertama, bagaimana keadaan
adalah aspek kemandirian dalam konseling. Para penganut teori perasaan klien saat ini terutama menyangkut kecemasannya
Client Centered menyatakan bahwa apabila klien masih dinasihati akibat masalah yang dihadapinya. Kedua, memantapkan rencana
berarti belum mandiri. Dengan perkataan lain, pemberian nasihat klien. Ketiga, pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya

Draf kuliah Teknik Konseling


19 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

pada sesi berikut. Misalnya, menjelang waktu akan berakhir,


konselor mengatakan: "Apakah sudah dapat kita buat kesimpulan akhir
pembicaraan kita?"

24. Teknik Mengakhiri (Menutup Sesi Konseling)


Mengakhiri sesi konseling merupakan suatu teknik dalam proses
konseling. Untuk mengakhiri sesi konseling, dapat dilakukan
konselor dengan cara: pertama, mengatakan bahwa waktu sudah
habis. Kedua, merangkum isi pembicaraan. Ketiga, menunjukkan
kepada pertemuan yang akan datang (menetapkan jadwal
pertemuan sesi berikutnya). Keempat, mengajak klien berdiri
dengan isyarat gerak tangan: Kelima, menunjukkan catatan-
catatan singkat hasil pembicaraan konseling. Keenam, memberikan
tugas-tugas. tertentu kepada klien yang relevan dengan pokok
pembicaraan apabila diperlukan.

Draf kuliah Teknik Konseling


20 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

BAB IV kalimat/kata tanya, tetapi hal ini tidak harus berarti bahwa juga
TEKNIK KONSELING YANG VERBAL digunakan teknik verbal yang sama. Misalnya, pada akhir tanggapan
yang menggunakan teknik klarifikasi konselor dapat memakai kata
tanya "begitu?"; kata tanya yang sama juga dipakai pada akhir
A. Teknik-Teknik Konseling yang Verbal
tanggapan yang menggunakan teknik ringkasan. Selain itu, bentuk
Suatu teknik konseling yang verbal adalah segala tanggapan verbal yang
diberikan oleh konselor, yang merupakan perwujudan konkret dari gramatikal kalimat tanya tidak harus berarti bahwa konselor
maksud, pikiran, dan perasaan yang terbentuk dalam batin konselor menggunakan teknik pertanyaan mengenai hal tertentu: mungkin juga
(tanggapan batin) untuk membantu konseli pada saat tertentu. menggunakan teknik yang lain, misalnya klarifikasi perasaan. Oleh
Wawancara konseling terdiri atas rangkaian ungkapan di pihak
karena itu, bentuk gramatikal ungkapan verbal konselor tidak
konseli yang disusul dengan ungkapan-ungkapan di pihak konselor;
setiap ungkapan konseli disusul dengan suatu ungkapan di pihak memberikan petunjuk yang pasti tentang teknik konseling mana yang
konselor. Dengan demikian, wawancara membentuk suatu rangkaian digunakan; teknik konseling yang digunakan tergantung dari intensi
mata rantai-mata rantai, di mana setiap mata rantai terdiri atas Suatu
konselor yang terdapat di belakang kata-kata yang diucapkan. Kata-
ungkapan konseli dan suatu ungkapan konselor. Ungkapan konselor
yang berupa tanggapan verbal dengan membantu konseli. kata itu dapat dituangkan dalam bentuk kombinasi dari pernyataan
menggunakan satu atau Iebih teknik yang verbal, tergantung dari dan kalimat/kata tanya.
intensi konselor, misalnya hanya menunjukkan penerimaan saja (satu
teknik), atau menunjukkan penerimaan dan memantulkan perasaan
konseli (dua teknik), atau memantulkan pikiran dan memberikan
informasi serta menanyakan hal tertentu (tiga teknik). Beberapa Khususnya mengenai kalimat tanya, perlu dibedakan antara bentuk
ungkapan verbal konselor yang bercorak tata kesopanan atau sopan pertanyaan terbuka (open question) dan bentuk pertanyaan tertutup
santun pergaulan sosial, seperti ucaran selamat siang pada awal
(closed question). Dalam kalimat tanya yang mengandung pertanyaan
wawancara dan sampai berjumpa pada akhir wawancara, tidak
termasuk dalam teknik konseling yang verbal. terbuka. konselor memberikan kesempatan kepada konseli untuk
menanggapi secara luas dan memberikan ulasan menurut ketentuan
Tanggapan verbal konselor dapat dituangkan dalam bentuk dan kesukaan sendiri, sehingga tanggapan itu tidak dapat diberikan
pernyataan atau dalam bentuk kalimat tanya atau dalam bentuk dalam satu-dua kata saja. Misalnya, bila konselor berkata: .. Bagaimana
kombinasi dari pernyataan dan kalimat/kata tanya. Hal ini perasaanmu pada saat itu?" atau "Selanjutnya bagaimana?", konseli
menyangkut bentuk gramatikal tanggapan konselor, menurut diharuskan untuk memberikan tanggapan yang agak panjang. Dalam
ketentuan tata bahasa. Menurut ketentuan tata bahasa beberapa kalimat tanya yang mengandung pertanyaan tertutup, konselor
tanggapan atau bagian tanggapan dapat sama-sama menggunakan mengharapkan tanggapan terbatas yang cukup tertuangkan dalam
Draf kuliah Teknik Konseling
21 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

satu-dua kata saja, sesuai dengan hal dan segi tertentu yang tidak mengajak konseli untuk ikut berpikir. Kalimat tanya yang
ditanyakan. mengandung pertanyaan tertutup tidak harus salah, asal digunakan
pada saat-saat tertentu bila memang relevan untuk mengajukan
Misalnya, bila konselor berkata: "Kapan hal itu terjadi?" atau "Dengan
pertanyaan tentang hal tertentu, misalnya "Kamu sudah sampai di
siapa Anda pergi nonton?", konseli cukup menjawab dengan "Kemarin
semester berapa?" atau "Saudara sekandung ada berapa orang?"
dahulu" atau "Dengan adik"; atas pertanyaan: "Apa perasaanmu pada
saat itu, cukup dijawab "Sedih". Pada umumnya lebih baik konselor Selain itu, konselor harus sangat hati-hati dalam memulai suatu
merumuskan kalimat tanya yang mengandung pertanyaan terbuka. kalimat tanya dengan Mengapa atau Kenapa. Penggunaan kedua kata
Penggunaan kontinyu kalimat-kalimat yang mengandung bentuk itu mengandung bahaya karena konseli mendapat kesan dia diminta
pertanyaan tertutup menimbulkan bahaya bahwa wawancara pertanggungjawaban atau konselor secara implisit menyatakan
konseling menjadi pertemuan tanya jawab, sebagaimana tampak keheranannya atas hal yang sudah terjadi, bahkan secara implisit dia
dalam contoh di bawah ini. diadili; kalau konseli mendapat kesan yang demikian, dia mungkin
sekali cenderung membela diri daripada memberikan gambaran yang
"Saya ingin ikut tes seleksi, tetapi saya belum mendaftar."
jujur. Misalnya, kalimat tanya: "Mengapa kamu menjadi marah?",
"Apa Saudara merasa takut gagal" "Barangkali!" mudah memacu konseli untuk menghindar, apalagi bila nada bicara
konselor mengandung suatu tuduhan sehingga terdengar: "Mengapa,
"Apakah orang tua mendukung pendaftaran di BIMBEL!"… "Ya," sih, kamu menjadi marah?" Kalimat tanya yang dimulai dengan
Mengapa atau Kenapa, dapat diubah, misalnya " Kiranya ada alasan
"Sejak kapan Saudara berkeinginan ikut tes di BIMBEL ?" "Awal
untuk menjadi marah; coba jelaskan" atau "Alasan apa yang
tahun."
mendorong Anda untuk marah?" Oleh karena itu, penggunaan kata-
"Apakah keinginan ini pernah dibicarakan dengan wali kelas)"" kata Mengapa atau Kenapa sebaiknya dihindari; kalau toh digunakan,
"Tidak." hendaklah konselor waspada terhadap nada bicaranya, jangan sampai
mengandung tuduhan, tuntutan pertanggungjawaban, atau
"Apakah orang tua mampu membiayai studi di BIMBEL?" "Mampu
keheranan.
saja."
Pengarang-pengarang profesional tidak memberikan nama yang sama
Wawancara yang bercorak demikian membuat konseli mengambil
pada setiap teknik yang verbal; jumlah teknik yang mereka bahas juga
sikap pasif sambil menunggu dilempari pertanyaan berikutnya dan
tidak sama. Di samping itu, sistematika yang digunakan dalam
Draf kuliah Teknik Konseling
22 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

menyusun suatu daftar teknik tidak sama pula; dalam hal ini dengan saya."; "Kelihatannya ada hal yang membebani pikiranmu."; dan
pandangan masing-masing pengarang tentang jumlah fase dalam sebagainya.

proses konseling dan nama yang diberikan pada masing-masing fase (b) Penerimaan/Menunjukkan Pengertian (acccptance, Understanding)
sangat menentukan. Selama tidak ada pembakuan dalam hal Konselor menyatakan pengertiannya dan/atau penerimaannya terhadap hal
sistematika pengaturan teknik-teknik dan dalam hal peristilahan yang yang terungkapkan. misalnya dengan mengatakan: "Saya mengerti" Ya ya ...
"; atau dengan bergumam: "Hm, hm .... ". Sekaligus konseli dipersilakan
digunakan, akan ditemukan perbedaan antara cara menyusun daftar
untuk meneruskan berbicara. Dengan ungkapan-ungkapan tersebut
aneka teknik verbal dan cara pembahasan daftar teknik itu. Oleh konselor tidak bermaksud menyatakan bahwa ia setuju, sepaham, atau
karena itu, daftar yang disajikan di bawah ini tidak bersifat mutlak sependapat.
dan barangkali dapat dianggap tidak lengkap pula. Daftar ini disusun
(c) Perumusan Kembal Pikiran-Gagasan/Refleksi Pikiran (Reflection of
mengingat urutan fase yang umumnya terdapat dalam proses
Content)
konseling, yaitu: fase pembukaan: rase konseli mengemukakan Menyangkut komponen pengalaman dan komponen refleksif dalam pesan
masalahnya; fase konselor bersama konseli menggali latar belakang konseli; disebut pikiran-gagasan karena subjek menggunakan suatu bentuk
masalah dan berusaha memperoleh gambaran yang lengkap serta representasi mental. Peristiwa/kejadian/pengalaman (apa yang terjadi),
gagasan dan perasaan di pihak orang lain, atau pendapatan/pandangan
cukup mendahului rase memikirkan bersama bentuk penyelesaian
konseli sendiri terhadap apa yang telah terjadi (komponen refleksif), yang
yang paling tepat, dengan membuat pilihan di antara beberapa terungkap seeara eksplisit oleh konseli, dirumuskan kembali oleh konselor
alternatif atau meninjau kembali sikap dan pandangan dalam dalam bentuk: menggunakan kata-kata sendiri; menggunakan kata-kata
penyesuaian diri yang lebih baik; dan fase penutup. Teknik verbal konseli (restatement). Dalam memantulkan kembali konselor tidak boleh
menambah atau mengurangi apa yang telah diungkapkan oleh konseli baik
dengan nomor a s.d i mengandung pengarahan sedikit dan lebih
dalam makna maupun bobotnya.
sesuai dengan metode nondirektif, sedangkan nomor j s.d. u
mengandung pengarahan banyak dan lebih sesuai dengan metode Contoh : Ki "Saya berharap akan memperoleh sekadar uang dengan bekerja
di toko sebagai pelayan." Kr "Saudara mengharapkan mendapat sekadar
direktif.
uang dengan bekerja di toko sebagai pelayan." (restatement). Kr "Saudara
ingin memperoleh kesempatan membantu di toko dan dengan demikian
(a) Ajakan untuk Mulai (Invitation to Talk) mendapat penghasilan." (parafrase).
Pada akhir fase pembukaan konselor mempersilakan konseli untuk mulai
menjelaskan masalah yang ingin dibicarakan. Konselor dapat berkata: "Apa (d) Perumusan Kembali Perasaan/Refleksi Perasaan (Refelxion of
yang ingin Saudara bicarakan sekarang?"; "Saya dapat membantu dalam hal Feelings) menyangkut komponen afektif dalam pesan konseli.
apa?"; "Bagaimana saya dapat membantu Anda?"; "Coba jelaskan apa yang Konselor memantulkan kembali kepada konseli perasaan tentang
memberatkan hatimu."; "Kiranya ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan kejadian atau pengalaman yang telah diungkapkannya secara verbal

Draf kuliah Teknik Konseling


23 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

maupun secara nonverbal namun jelas dan eksplisit. Pcmantulan tentang kemampuan Saudara" (Minta umpan balik dengan menggunakan
perasaan tersebut dirumuskan dalam bentuk restatement atau dalam kata khusus). Kr "Saudara be]um yakin akan kemampuan Saudara?"
bentuk parafrase. Pada umumnya parafrase lebih efektif untuk (Minta umpan balik dengan menggunakan bentuk kalimat tanya). Ki
digunakan. Yang dipantulkan kembali adalah perasaan penampang "Kiranya memang demikian. Saya tidak percaya pada diri sendiri."
(surface feelings), tanpa menambah atau mengurangi makna dan bobot
perasaan. (f) Penjelasan Perasaan/Klarifikasi Perasaan (Clarification of Feelings)
Contoh : Ki "Saya sungguh-sungguh jengkel dengan cara seperti Menyangkut komponen afektif dalam pesan konseli. Konselor ingin
itu." Kr "Saudara sangat mendongkol ketika mengalami perlakuan mengecek apakah ia telah menangkap dengan tepat isi dan bobot
yang demikian. kedalaman perasaan yang secara implisit telah diungkapkan oleh konseli.
Ungkapan perasaan secara implisit dapat terjadi secara verbal, dalam
(e) Penjelasan Pikiran-Gagasan/Klarifikasi Pikiran (Clarification of bentuk ungkapan verbal tidak langsung (misal: mencap, memerintah,
Content) menuduh, bertanya, menyindir, memuji, mencela, dan sebagainya), atau
Menyangkut sembarang komponen refleksi pada pesan konseli, yang secara nonverbal dalam bentuk tingkah laku tertentu (misal: berkeringat,
biasanya mencakup suatu keyakinan, suatu pandangan, suatu gemetar. menggeser-geser posisi duduk, dan sebagainya). Secara eksplisit
pendapat atau suatu evaluasi terhadap kejadian atau pengalaman. konselor merumuskan kepada konseli perasaan apa yang kiranya dialami
Konselor ingin mengecek apakah penangkapannya terhadap pesan (underlying feelings = perasaan latar belakang). Penjelasan ini juga masih
yang telah diungkapkan oleh konseli dengan katakata yang kurang bersifat tentatif sampai konseli memberikan umpan balik, bahwa
memadai, telah tepat. Konselor merumuskan secara eksplisit kepada penangkapan konselor itu memang tepat. Dengan kata lain, konselor
konseli apa yang telah diungkapkannya secara implisit; dan sekaligus mengadakan apa yang disebut perception check dengan menggunakan
minta umpan balik dari konseli, apakah penangkapannya tentang isi bentuk parafrase.
dan makna dari pesan yang telah terungkap secara implisit itu Contoh : Ki "Saya kira hubungan antara kami baik dan saling
memang tepat. Untuk itu, misalnya konselor dapat berkata sebagai menguntungkan". Kr "Saudara merasa puas dan bahagia selama
berikut: "Apakah Saudara ingin mengatakan ... ", "Coba kita lihat, berhubungan dengan dia. Benarkah demikian" (Minta umpan halik dengan
apakah saya telah menangkap dengan tepat maksud Saudara?", menggunakan kata-kata khusus.)
"Betulkah demikian?", dan sebagainya. Jelaslah bahwa penjelasan
(clarification) ini agak bersifat tentatif, artinya meraba atau menduga; (g) Permintaan untuk Melanjutkan (General Lead)
maka konseli diminta untuk memberikan umpan balik (feedback) Konselor mempersilakan konseli untuk rnemberikan ulasan/penjelasan
kepada konse]or, apakah penangkapan konselor memang tepat. lebih lanjut mengenai sesuatu yang telah dikemukakannya; isi
Dengan sendirinya konselor menggunakan parafrase, sedangkan ulasan/penjelasan dan arahnya ke mana terserah kepada konseli. Kalau
umpan balik dapat diminta dengan menggunakan kata-kata khusus konselor menggunakan bentuk kalimat tanya, dipakai apa yang disebut
atau menggunakan bentuk kalimat tanya. pertanyaan terbuka (open question).
Contoh : Ki "Saya kira saya mampu untuk berbuat itu; tetapi
kadang-kadang saya menjadi ragu-ragu. Mencoba sih mau saja, tetapi Contoh perumusan : "Coba Saudara jelaskan lebih lanjut mengenai diri
apakah akan ada gunanya?". Kr "Agaknya Saudara belum yakin Saudara sendiri"; "Mengenai yang Saudara sebut paling akhir tadi, apakah

Draf kuliah Teknik Konseling


24 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Saudara dapat memberikan penjelasan lebih lanjut; "Lalu, bagaimana;


"Bagaimana maksud Anda?"; "Dan ...; "Maka ... "; "Tetapi ... "; "Coba, Akan baik juga jika konseli sendiri rnembuat ringkasan pada akhir
lanjutkan." wawancara; dengan demikian konselor mendarat umpan batik (feedback).
Bila konselor sendiri memberikan ringkasan, dia dapat minta umpan balik,
Teknik ini dapat digunakan dalam beberapa fase selama proses konseling. misalnya "Demikian?"; "Begitu?" ,
Paling sering akan digunakan selama fase konseli mengutarakan
masalahnya dan selama fase menggali latar belakang masalah, tetapi masih (j) Pertanyaan Mengenai Hal Tertentu (Questioning/Probing)
dapat digunakan dalam fase memikirkan penyelesaian. Tujuan penggunaan Konselor bertanya tentang hal tertentu, misalnya: "Siapa ... ?; "Dengan
teknik ini ialah supaya konseli menjelaskan Iebih lanjut, menggali lebih dan maksud apa?; Apa yang ... ? Kapan ... ? Bagaimana (ini-itu) ... ?", dan
memperluas pandangan, dengan diberi suatu umpan yang merangsang. sebagainya. Konselor ingin mendapat tanggapan tentang hal tertentu; maka
jawaban konseli terbatas isinya, yaitu sesuai dengan hal yang ditanyakan.
Kalimat tanya ini dapat mengandung pertanyaan terbuka atau pertanyaan
(h) Pengulangan Satu-Dua Kata (Accent) tertutup; pada umumnya lebih baik digunakan pertanyaan terbuka. Hal
Konselor mengulangi satu atau dua kata kunci dalam pernyataan konseli yang ditanyakan dapat mengenai sesuatu yang perlu diketahui oleh konselor
dalam bentuk kalimat tanya, dengan tujuan supaya konseli memberikan untuk mendapat gambaran yang lebih lengkap, misalnya:
penjelasan lebih lanjut. Konselor dapat memilih kata-kata yang lebih "Saudara belajar di rumah dari jam berapa sampai jam berapa?"; "Jumlah
mengungkapkan pikiran atau gagasan, atau yang lebih mengungkapkan saudara sekandung ada berapa?". Dalam hal ini konselor minta informasi
perasaan. faktual. Pertanyaan dapat juga mengenai contoh yang harus diberikan oleh
konseli, misalnya:
Contoh "Apakah kamu dapat memberikan contoh tentang hal yang sering
Ki "Saya merasa terlalu bingung untuk menentukan apakah lebih baik menimbulkan pertengkaran dengan adik?"; "Dengan jalan bagaimana kakak
melanjutkan hubungan ini atau memutuskannya saja ... Mengerikan mencampuri urusanmu? Pertanyaan dapat berupa memmta penjelasan atas
rasanya, jika saya disuruh mengambil inisiatif ... sayalah yang akan Istilah atau kata tertentu yang dipakai oleh konseli, misalnya: "Apa yang
bertanggungjawab .. , dapat berakibat jelek." Kr "Terlalu bingung?" (accent dimaksudkan dengan semiprofesional?"; "Apa yang kamu maksud dengan
pada ungkapan perasaan) "Mengerikan rasanya pad ungkapan perasaan berkata 'terangsang'?" Pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan paling
"Bertanggungjawab pada ungkapan pikiran "Berakibat jelek?" sering diajukan selama fase penggalian latar belakang masalah. Mengajukan
suatu pertanyaan dapat relevan juga di fase penyelesaian masalah dan fase
(i) Ringkasan/Rangkuman (Summary) penutup. MisaInya, di fase penyelesaian masalah konselor dapat minta
Secara singkat dan dalam garis besar, konselor merumuskan apa yang telah tanggapan atas pertanyaan tertentu untuk mengarahkan pikiran konseli,
dikatakan. Mengenai isi terdapat empat kemungkinan berikut ini: (l) pikiran seperti "Pandanganmu sekarang sebaiknya bagaimana?"; "Kalau Anda
dan gagasan yang telah dikemukakan oleh konseli sampai sekarang; (2) berbuat begitu, apakah kesukarannya teratasi?" Pada akhir wawancara yang
sejumlah perasaan yang telau diungkapkan oleh konseli sampai sekarang; (3) masih akan dilanjutkan pada lain waktu, konselor dapat bertanya: "Kapan
inti pembicaraan antara konseli dan konselor sampai sekarang; dan (4) inti sebaiknya kita bertemu kembali?"
pembicaraan selama wawancara (ringkasan pada akhir wawancara).

Draf kuliah Teknik Konseling


25 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

(k) Pemberian Umpan Balik (feedback) Contoh : Kr "Tekad Saudara untuk menjadi seorang dokter ini
Dalam pemberian umpan balik kepada seseorang disampaikan dapat bersumber pada keinginan untuk menjadi kaya; dapat juga
kepadanya bagaimana ungkapannya, sikapnya dan tindakannya berpangkal pada kerelaan mengabdi kepada sesama manusia. Mana
ditafsirkan orang lain. Dalam hal ini konselor menyampaikan kepada kiranya yang mendorong Anda?"
konseli pikiran atau perasaannya sendiri ten tang sikap konseli
selama wawancara berlangsung atau mengenai kemajuan yang telah (n) Penyelidikan (Investigation)
dicapai dalam proses konseling. Pikiran atau perasaan itu dituangkan Konselor mengajak kanseli untuk bersama-sama menyelidiki berbagai
dengan jujur dan secara konkret, sehingga konseli tidak ragu-ragu alternatif yang dapat dipilih, meninjau bersama-sama alasan pro dan
akan apa yang dimaksud oleh konselor. Secara implisit pemberian kontra pada masingmasing alternatif, memprakirakan segala akibat
umpan balik dapat mengandung pujian atau celaan. Di sini konselor yang kiranya timbul jika alternatif tertentu dipilih. Untuk itu biasanya
memberikan umpan balik atas prakarsanya sendiri dan tidak minta sangat perlu lebih dulu menentukan alternatif-alternatif yang ada
umpan balik dari konseli, seperti terjadi pada sejumlah teknik yang (inventarisasi). Teknik ini paling sering digunakan dalam fase
lain. penyelesaian masalah yang memungkinkan heberapa alternatif
Contoh : Ki "Maksud Bapak, saya seharusnya mengambil sikap pemecahan, dalam rangka apa yang disebut decision making.
yang lain?". Kr "Bagus! lni pertanyaan yang membawa kita maju
selangkah". Kr (Terhadap konseli yang seJama wawancara menunjukkan Contoh : Kr “Apa keuntungan bagi Anda kalau memilih program
sikap mau berusaha sendiri) "Kamu sungguh-sungguh berusaha untuk studi Arsitektur?". Kr " Bagaimana, Apakah Saudara masih melihat
bertindak secara dewasa!". Kr (Terhadap konseli yang menghindar saja kemungkinan lain"
dan tidak terlibat) "Sikap Anda sampai sekarang menghambat
pembicaraan kita. Mungkin sebaiknya kita meninjau hambatan ini" (0) Pemberian Struktur (Structuring)
Konselor memberikan petunjuk tentang urutan langkah berpikir atau
(l) Pemberian Informasi (Information Giving) tahap dalam pembicaraan yang sebaiknya diikuti, supaya akhirnya
Konselor menyampaikan pengetahuan tentang sesuatu kepada sampai pada pemecahan/penyelesaian masalah.
konseli; sesuatu yang sebaiknya diketahui, namun ternyata belum Contoh : Kr "Marilah kita sekarang meninjau ... ". Kr "Langkah
diketahuinya. Penyampaian pengetahuan ini tidak mengandung berikutnya yang harus kita tempuh ialah meninjau semua alternatif
unsur saran. Misalnya. konselor menerangkan syarat-syarat masuk ke yang ada". Kr "Barangkali suatu perubahan sikap dalam
PT Negeri dan Swasta; menerangkan ciri-ciri khas masa remaja; menghadapi situasi itu dapat meringankan beban. Bagaimana?". Kr
menjelaskan arti skor dalam tes. Pemberian informasi ini lebih baik "Kiranya ada baiknya kita kembali ke suatu hal yang Anda katakan
tidak disebut penjelasan, supaya tidak dikacaukan dengan Penjelasan tadi, yaitu ... " ,. Kr "Nah, sekarang kita telah sampai pada gambaran
seperti dalam butir (e) dan (t). yang jelas tentang masalahmu. Selanjutnya kita melihat sasaran apa
yang ingin kau capai". Kr "Bagaimana Anda membayangkan
(m) Penyajian Altematif (Forking Response) pelaksanaan dari rencanamu itu?"
Konselor mengemukakan beberapa alternatif; konseli diminta untuk
memilih salah satu.

Draf kuliah Teknik Konseling


26 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

(p) Interpretasi (Interpretation) ketepatan interpretasi yang akan diberikan, tanpa maksud
Kepada konseli diutarakan arti atau makna dari kata-katanya atau membeberkan pengetahuan di bidang ilmu Psikologi.
perbuatannya. Teknik interpretasi menggali Iebih dalam daripada
teknik penjelasan. Pada teknik penjelasan konselor memperjelas Contoh
pikiran atau perasaan yang telah terungkap secara implisit; kalau Kr 'Tadi Saudari mengatakan, 'merasa sangat sukar memilih
persepsi konselor tepat, konseli akan membenarkannya. Konselor antara pemuda A dan pemuda B. Apakah mungkin kesukaran itu
tidak menambah sesuatu pada apa yang telah terungkap, hanya timbul karena status sosial pemuda A akan menaikkan gengsi
memperjelasnya. Konseli setengah-setengah sudah menyadari pikiran Saudari, sedangkan pemuda B akan membuat Saudari merasa puas
atau perasaan itu (subconscious). karena mendapatkan kehangatan? Bagaimana menurut pendapat
Saudari?". Kr "Anda mengatakan tadi bahwa Anda merasa malu
Pada teknik interpretasi konselor menambahkan sesuatu pada hal-hal berbadan gemuk. Anda juga mengatakan di lain saat, bahwa Anda
yang sudah terungkap dan yang belum disadari oleh konseli kerap berkata-kata kasar terhadap teman-teman dan suka
(unconscious). Konselor menggali arti dan makna yang terdapat di membeberkan kepada mereka semua kesalahan yang mereka perbuat.
belakang kata-kata konseli atau di belakang perbuatan/tindakannya Apakah mungkin semua itu hanyalah merupakan siasat yang Anda
yang telah diceritakan. Berdasarkan kesan-kesannya selama gunakan untuk menutupi rasa malu itu? “Bagaimana pendapat
wawancara berlangsung, dengan didukung oleh pengalamannya Anda?"
dalam bergaul dengan orang serta pemahaman psikologis, konselor
menunjukkan motif yang bias any a mendasari tingkah laku orang (q) Konfrontasi (Confrontation)
serta sumber kebutuhan psikologis yang menjadi ujung pangkal Konselor mengarahkan perhatian konseli atas beberapa hal yang
motivasi itu. Pemberian interpretasi dapat membantu konseli untuk menurut pandangan konselor tidak sesuai satu sama lain.
lebih memahami diri sendiri, kalau konseli bersedia Ketidaksesuaian atau ketidakcocokan terdapat di antara dua hal yang
mempertimbangkannya dengan pikiran terbuka. Namun, suatu telah dikatakan oleh konseli (inconsistency), atau di antara ungkapan
interpretasi dapat pula meninggalkan kesan pada konseli, bahwa verbal dan nonverbal konseli (kontradiksi). atau di antara kata-kata
konselor lebih mengenal konseli daripada dia mengenal diri sendiri; dan tindakan konseli (inconsistency). Biasanya konseli belum
kesan yang demikian pada gilirannya dapat menimbulkan sikap menyadari ketidakcocokan itu; maka konselor menyadarkannya
defensif. Oleh karena itu, interpretasi harus diberikan dengan cara dengan maksud supaya konseli menghadapi diri sendiri secara lebih
yang bijaksana dan pada saat yang tepat, bila konselor cukup yakin jujur. Penggunaan teknik ini pun menuntut kebijaksanaan, baik dalam
interpretasinya akan diterima dengan baik. Sebaiknya konselor cara merumuskan maupun dalam memilih saat yang tepat. Suatu
mengemukakan lebih dahulu kata-kata atau tindakan konseli yang konfrontasi dapat mengejutkan konseli dan menimbulkan sikap
melandasi pemberian interpretasi; baru kemudian menawarkan defensif. Sebaiknya konselor mengemukakan lebih dahulu kata-kata
interpretasinya sebagai kemungkinan dengan disertai permintaan yang didengarkan atau perilaku yang diamatinya, yang melandasi
umpan balik, sehingga konseli bebas untuk menerimanya atau ketidakcocokan itu, baru kemudian ditunjukkan unsur
menolaknya. Tentu saja konselof harus cukup yakin pula mengenai ketidakcocokan dengan disertai permintaan umpan balik, sehingga
konseli bebas untuk menerima atau menolak. Apa alasannya

Draf kuliah Teknik Konseling


27 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

ketidaksesuaian itu timbul, tidak disinggung oIeh konselor; alasan itu semua data yang diperolehnya, baik yang diperoleh dari hasil testing
dapat dibicarakan kemudian setelah konseli mengakui adanya psikologis maupun yang diperoleh dari konseh sendiri secara
ketidaksesuaian itu. Tentu saja konselor harus cukup yakin tentang langsung atau diperoleh dari orang lain. Konselor sampai pada
apa yang ditunjukkan sebagai pertentangan, dan tidak boleh bicara diagnosis tertentu setelah semua data yang tersedia dihubungkan
dengan nada mengadili, menuduh, atau memamerkan ketajaman satu sama lain. Sebaiknya konselor minta umpan balik dari konseli,
penbimbeltannya. supaya dia terlibat pula dalam proses pemikiran.

Contoh Contoh : Kr "Rasa jijik pada warna merah yang kerap Saudara alami
(1)Kontradiksi antara lingkapan verbal dan nonverbal: Kr “Bagai- kiranya bersumber pada pengalaman yang Saudara ceritakan tadi,
mana keadaanmu sekarang?” Ki "Baik-baik saja ... Semuanya beres ... ketika menolong seorang korban kecelakaan dan pakaian Saudara
Tidak ada halangan apa-apa." (Berbicara sangat lambat, dengan nada pun kena darah. Kiranya demikian?"
suara rendah, bermuka suram, tuncluk kepala). Kr "Maaf ya. Saudara
berkata: 'Semua baik', tetapi cara Saudara berbicara mencerminkari (s) Dukungan (Reassurance/Support)
rasa sedih. lni kiranya bagaimana?" Konselor memberikan semangat dan keyakinan kepada konseli, lebih-
(2) Ketidakcocokan antara kata-kata dan tindakan konseli: Kr "Anda lebih pada saat segalanya terasa sulit. Konselor dapat membesarkan
tadi berkata 'tidak suka bertcle-tele': tetapi, maaf ya, selama hati, memberikan atau menunjukkan harapan, supaya konseli tidak
pembicaraan ini Anda terus bicara bertele-tele. Ini kiranya kehilangan semangat. Namun, perlu diperhatikan agar bombongan itu
bagaimana?" tidak bertele-tele atau berlebihan, dan menimbulkan kesan pada
(3) Pertentangan antara dua hal yang dikatakan oleh konseli: Kr "Tadi konseli bahwa dia masih dianggap seperti anak kecil. Dalam kata-
kamu berkata beberapa kali, bahwa sewaktu dirawat di rumah sakit katanya konselor harus hati-hati. jangan sampai memberikan
ingin segera pulang. Sekarang ini kamu menyatakan keseganan untuk kepastian yang sebenarnya tidak dapat diberikan, misalnya dengan
berkumpui dengan keluarga dan ingin tinggal di tempat lain. Apakah mengatakan: "Pasti semuanya akan baik dan berhasil", atau "Saya
di sini tidak terdapat sesuatu yang ganjil?" Kr "Tadi Saudara yakin, bahwa Saudara akan berhasil."
mengatakan bahwa Saudara menuntut dari pacar, agar ia Contoh : Kr "Pada mulanya akan sedikit sukar melaksanakan
menceritakan semua pengalamannya dengan bekas pacarnya, keputusan itu; tetapi sekali mulai melangkah Anda akan melihat
termasuk semua penyelewengannya. Kemudian Saudara menyatakan sendiri, bahwa kiranya semuanya tidak sesukar yang Anda
tidak suka, jika pacar Saudara yang sekarang ini menanyakan riwayat bayangkan pada saat sekarang". Kr "Nah, kamu sendiri menyatakan
hidup Saudara dalam hal percintaan. Menurut Saudara bagaimana? keinginan untuk menyelesaikan persoalan salah paham an tara kamu
Apakah kedua hal itu tidak bertentangan satu sama lain, ditinjau dari dan paear. Apakah keinginan ini tidak menimbulkan harapan pula,
kesamaan hak antara pria dan wanita?" bahwa persoalan ini dapat diselesaikan seeara memuaskan;
bagaimana?"
(r) Diagnosis (Diagnosis)
Konselor mengatakan kepada konseli apa yang rnenjadi inti masalah
dan/atau rnengapa masalah itu timbul. Konselor memanfaatkan

Draf kuliah Teknik Konseling


28 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

(t) Usul/Saran (Suggestion, Advice) rcnggunaan teknik ini. misalnya pertimbangan moral dan pertimbangan
Konselor memberikan nasi hat, agar konseli mengambil tindakan pedagogis.
tertentu atau memilih cara A daripada cara B. Ada konseli yang
kadang-kadang membutuhkan hal ini, lebih-lebih bila dia sedang Contoh : "Rencanamu untuk membalas dendam kepada guru yang
dalam keadaan bingung. Konselor yang berpengalaman tidak akan memberikan nilai kurang dalam buku rapor, tidak dapat saya restui karena
ragu-ragu menggunakan teknik ini, tetapi dia harus sangat bijaksana ini tindakan yang salah!" "Pendapatmu, bahwa orang yang sudah
dalam menentukan terhadap siapa dan kapan teknik ini sebaiknya berpacaran lama harus melakukan hubungan intim untuk melihat apakah
digunakan. Nasihat biasanya baru diberikan dalam fase penyelesaian mereka cocok dalam bidang seksual, harus ditolak karena melanggar norma
masalah, bila seluk-beluk permasalahannya sudah jelas dan konselor moralitas!"
yakin bahwa usul atau sarannya memang sesuai dengan keadaan
konseli. Namun, nasihat harus diterima baik oleh konseli dan diyakini Teknik-teknik konseling verbal yang disebutkan di atas, harus digunakan
kecocokannya; untuk itu konselor minta umpan balik. Bujukan secara luwes dan lama-kelamaan diterapkan secara spontan; untuk itu
(persuasion) adalah saran yang disertai desakan kuat untuk dibutuhkan pengalaman di lapangan yang cukup lama. Maka, tidak
menerimanya dan melaksanakannya, namun konseli tidak boleh mengherankan kalau semua calon konselor masih mengalami kesulitan
merasa dikejar-kejar atau dipaksa. dalam penggunaan teknik-teknik itu; namun serangkaian latihan terarah
dalam rangka praktikum konseling (microconseling) dapat membiasakan
Contoh : Kr "Seandainya Saudara mencari kesempatan untuk berbicara mereka dengan penggunaan aneka teknik ini sebagaimana mestinya.
terus terang kepada orang tua mengenai hal ini, pada waktu orang Menurut pengalaman pengarang buku ini, banyak calon konselorderutama
tua tidak terlalu sibuk, misalnya pada hari libur, Bagaimana?” Kr mengalami kesulitan dalam mengenali pikiran serta perasaan yang
"Coha ya, saya ada usul: mengambil tes minat di lembaga testing terungkap, baik secara eksplisit maupun secara implisit; dengan demikian
yang sudah lama menjalin hubungan kerja sama dengan sekolah kita. timbul kesulitan pula dalam merumuskan tanggapan verbal berupa Refleksi
Bagaimana menurut pendapatmu?" Pikiran, Rcfleksi Perasaan, Klarifikasi Perasaan dan Klarifikasi Pikiran.
Khususnya, mengenali pikiran dan perasaan yang terungkap secara implisit
(u) Penolakan (Criticism, Negative Evaluation) menuntut kemampuan untuk membayangkan bagaimana pikiran dan
Konselor menyatakan pendapatnya berdasarkan pertimbangan perasaan orang lain (social insight, social feeling). Sebagai contoh latihan
objektif, yang bersifat menolak pandangan, tindakan, atau rencana dalam mengenali pikiran dan perasaan orang lain serta merumuskan
konseli. Teknik ini hanya boleh digunakan jika hubungan antara tanggapan verbal yang sesuai disajikan suatu ungkapan seorang remaja.
konseli dengan konselor sangat baik, sehingga komentar negatif dari
konselor tidak akan merusak hubungan, bahkan akan membantu (Wanita remaja) "Pada suatu hari ada teman pria datang ke rumah pinjam
konseli untuk menghadapi dirinya sendiri secara realistis. Konselor catatan; mula-mula orang tua bersikap biasa dan hatiku sudah merasa
yang berpengalaman sekalipun akan sang at berhati-hati dalam hal senang karena tidak dimarahi. Tapi apa yang terjadi sesudah tema pulang?
ini. Konselor yang bertugas di institusi pendidikan dapat saja Aku dimarahi setengah mati dan mereka bilang, kalau-masih ada teman
mempunyai pertimbangan tertentu sebagai dasar yang membenarkan pria yang datang lagi, maka aku tidak boleh sekolah lagi. Coba, bayangkan
bagaimana tindakan terhadap aku ini. Aku tidak bisa membicarakan soal ini

Draf kuliah Teknik Konseling


29 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

dengan mereka; hanya bisa bicara dengan teman akrab di sekolah. Jadi Klarifikasi perasaan: "Mula-mula kau merasa lega dan gembira, tetapi
setiap ada masalah aku hanya dapat berbicara dengan teman, sehingga kemudian merasa pedih dan terpukul sekali. Kau merasa bersyukur
pergaulan dengan teman sangat kurang, karena aku ini kurang mempunyai teman dekat yang menunjukkan pengertian. Pada dasarnya kau
berpendidikan dan kasih sayang; dan ini disebabkan karena kedua orang merasa kasihan pada dirimu sendiri. Kira-kira demikian?"
tuaku broken home."
Dalam menanggapi pesan konseli, konselor dapat lebih memperhatikan
Refleksi pikiran ungkapan pikiran atau lebih memperhatikan ungkapan perasaan. Misalnya,
Restatement "Jadi pada waktu teman pria datang ke rumah, orang tuamu jika konseli pada awal proses konseling banyak mengungkapkan perasaan.
bersikap biasa saja.l Namun sepulangnya teman itu, kau dimarahi dan konselor biasanya juga banyak memberikan tanggapan pemantulan
diancam tidak boleh bersekolah lagi kalau masih ada teman pria datang. perasaan; seluruh pikiran yang menyertai ungkapan perasaan itu dapat
Soal ini hanya dapat kau bicarakan dengan teman akrab di sekolah. digali kemudian. Demikian pula sebaliknya. Mengutamakan ungkapan
Pergaulan dengan teman dianggap sangat kurang, karena kau mengalami perasaan atau mengutamakan ungkapan pikiran, masing-masing
kekurangan dalam hal pendidikan dan kasih sayang, akibat dari broken mengandung pro dan kontra sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
home".
Dalam memberikan pemantulan perasaan melalui teknik refleksi dan
Parafrase: "Jadi ketika teman laki-laki berkunjung ke rumah. orang tua klarifikasi, konselor harus mendeskripsikan perasaan yang dialami
kelihatannya tidak apa-apa. Tahu-tahu, setelah kawanmu pergi. mereka konseli, dengan menyebutkan nama perasaan, melukiskan perbuatan
marah-marah sampai mengeluarkan ancaman tidak boleh bersekolah lagi yang ingin dilakukan, menggunakan kiasan bahasa atau
kalau masih akan dikunjungi teman laki-laki. Dengan siapa kau dapat menggunakan kiasan perasaan. Untuk membantu konselor
membicarakan hal ini selain dengan sahabat di sekolah? Menurut mendeskripsikan perasaan konseli dengan menyebutkan nama
pendapatmu, kau kurang mendapat pendidikan dan cinta kasih di rumah perasaan psikologis tertentu, di bawah ini disajikan dua daftar nama
karena keluargamu sudah retak. Akibatnya ialah pergaulanmu terlalu perasaan, dengan menggolongkan semua perasaan itu dalam
terbatas. kelompok perasaan senang dan perasaan tidak senang. Namun, patut dicatat
bahwa kata "merasa ... " dalam bahasa percakapan sehari-hari tidak
Refleksi perasaan selalu menunjuk pada ungkapan perasaan. Misalnya, merasa setuju
Restatement: "Jadi mula-mula kau merasa senang dengan sikap orang sebenarnya bukan deskripsi perasaan, melainkan deskripsi pikiran;
tuamu." Parafrase: "Jadi awal mula Anda merasa puas (senang) karena sikap sebaiknya merasa setuju diganti dengan menyetujui, lebih-lebih
baik orang tua." bilakonselor yang berbicara. Demikian pula suatu kata yang terdapat
dalam kedua daftar itu tidak selalu menunjuk pada ungkapan
Klarifikasi pikiran: " Kalau tidak salah tangkap, kamu kurang mengerti perasaan, tetapi dalam konteks tertentu dapat menunjuk pada
mengapa orang tua berbalik sikap dan dalam hati juga menyalahkan mereka. ungkapan pikiran. Misalnya, menganggap diri salah bukan deskripsi
Hanyalah sahabat di sekolah dianggap dapat mengerti kamu. Kamu perasaan, melainkan ungkapan gagasan evaluatif, yang dapat disertai
memandang dirimu sebagai anak yang serba sial. perasaan implisit merasa bersalah.

Draf kuliah Teknik Konseling


30 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

BAB 5 saja harus terdapat kesesuaian atau kesclarasan antara scgala ucapan verbal
konselor dan perilakunya yang nonverbal.
TEKNIK KONSELING YANG NONVERBAL
Teknik-teknik nonverbal itu adalah, antara lain:
(a) Senyuman: untuk menyatakan sikap menerima, misalnya pada saat
Istilah perilaku nonverbal (nomterbal behavior) dapat diartikan secara
menyambut kedatangan konseli. (Sikap dasar)
sempit dan secara luas. Dalam arti sempit perilaku nonverbal
menunjuk pada reaksi atau tanggapan yang dibedakan dari berbahasa
(b) Cara duduk: untuk menyatakan sikap rileks dan sikap.mau
dengan memakai kata-kata, misalnya ekspresi wajah, gerakan lengan
memperhatikan, misalnya membungkuk ke depan, duduk agak bersandar.
dan tangan, isyarat dan pandangan mata, sikap badan, anggukan
Sikap badan jelas-jelas menyampaikan suatu pcsan kepada konseli. (Sikap
kepala, berbagai gerakan tungkai kaki dan tangan. Dalam arti luas
dasar)
perilaku nonverbal, di samping hal-hal yang disebutkan di atas, juga
menunjuk pada gejala-gejala vokal yang menyertai ucapan kata-kata,
(c) Anggukan kepala: untuk menyatakan penerimaan dan menunjukkan
seperti kekeliruan pada waktu berbicara, saat-saat diam, kecepatan
pengertian. (Sikap dasar). Boleh juga menyertai kata-kata yang bertujuan
berbicara, lamanya berbicara, volume suara, into nasi dan nada
membombong, (Menguatkan, Menunjang)
berbicara (paralinguistic phenomena); termasuk juga dalam arti yang
luas itu berbagai cara membawa diri dan menampilkan diri, seperti
(d) Gerak-gerik lengan dan tangan: untuk memperkuat apa yang
berjalan, duduk, cara berpakaian, cara menata rambut, penggunaan
diungkapkan secara verbal. Gerak-gerik semacam itu banyak variasinya dan
kosmetika dan perhiasan, menyentuh, sinkronisasi antara bicara dan
mengandung macam-macam makna. (Menguatkan, Menunjang)
bergerak, perlengkapan kantor, perabot di dalam rumah, hiasan-
hiasan di ruang, dan sebagainya. Semua bentuk perilaku nonverbal
(e) Berdiam diri: untuk memberikan kesempatan kepada konseli berbicara
itu mengandung nilai-nilai komunikatif dan dapat berperan sebagai
secara
bentuk komunikasi implisit dalam komunikasi antarpribadi.
leluasa, mengatur pikirannya atau menenangkan diri (Sikap dasar). Bila
konseli diam, mungkin konselor ikut berdiam diri, namun lamanya
Sejumlah cara konselor dapat berkomunikasi secara nonverbal dengan
tergantung pada makna yang terkandung dalam diamnya konseli, misalnya
helpee dan mahahelpee yang berurusan dengun dia. Di bawah ini
konseli merasa:
ditambahkan sejumlah cara yang dapat dipandang sebagai suatu teknik
 sulit mengungkapkan perasaannya;
konseling yang nonverbal, guna melengkapi dan menunjang teknik-teknik
 malu untuk berbicara danlatau gelisah;
yang verbal atau menggantikannya. Teknik ini digunakan dengan sengaja
 antipati terhadap konselor karena bersikap bermusuhan;
untuk menyampaikan suatu pesan tertentu kepada konseli pada waktu
 bingung dan mengharapkan saran dari konselor; dan
wawancara berlangsung, lebih-Iebih pesan yang agak sulit dirumuskan
 lega sesudah mengungkapkan semua perasaannya.
secara verbal seperti sikap dasar, misalnya penerimaan (acceptance) dan
Kesimpulan: penggunaan teknik berdiam diri tidaklah mudah. (Sikap
pemahaman (understanding), serta ungkapan-ungkapan perasaan. Tentu
dasar)

Draf kuliah Teknik Konseling


31 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

(f) Mimik (ekspresi wajah, roman muka, air muka, raut muka): untuk Konselor yang memahami corak khas yang terkandung dalam komunikasi
menunjang atau mendukung dan menyertai reaksi-reaksi verbal. Mimik nonverbal dan semakin menggunakannya secara sadar, ,akan memperkaya
bervariasi banyak, sedangkan maknanya juga tergantung pada lingkungan lalu lintas hubungan antarpribadi dengan konseli karena dia mampu
budaya di daerah tertentu, misalnya mengerutkan dahi, mengerutkan menangkap makna yang terkandung dalam komunikasi nonverbal di pihak
kening, mengangkat alis, senyum, dan wajah cerah. (Menunjang) konseli dan sekaligus mewujudkan komunikasi bermakna di pihaknya
sendiri. Dia paham bahwa ekspresi komunikasi nonverbal tidak selalu
(g) Kontak mata (konselor mencari kontak mata dengan konseli); untuk mudah ditafsirkan karena pengaruh kultural; lama-kelamaan menjadi milik
menunjang atau mendukung tanggapan verbal dan/atau menyatakan sikap pribadi seseorang; kiranya dapat diandalkan memang sesuai dengan isi batin
dasar. Namun, harus dihindarkan kesan bahwa konselor mengejar, orang; dan datam banyak lingkungan kebudayaan lebih bermakna bagi
memaksa konseli, atau mempermalukan. Cara menatap muka si konseli kaum wanita. Saluran komunikasi ini digunakan orang untuk
haruslah sesuai dan wajar, Selain digunakan sebagai teknik nonverbal. mengungkapkan perasaan, menunjang dan memodifikasi pernyataan verbal
kontak mata juga sarana pengamatan terhadap konseli karena sinar mata serta memberikan umpan balik evaluatif tentang proses hubungan
dan raut muka dapat mengungkap suatu perasaan yang dialami, seperti juga antarpribadi; namun dapat pula digunakan untuk menipu, meskipun tidak
gerakan tubuh dan kualitas vokal dapat mengandung makna ekspresi mudah untuk tetap konsisten dan konsekuen dalam hal ini.
afektif.

(h) Variasi dalam nada suara dan kcccpatan bicara: untuk Iucnyesuaikan diri
dengan
ungkapan perasaan konseli, misalnya konselor berbicara lebih lembut, lebih
lambat, lebih cepat, dengan nada suara, lebih tinggi atau lebih rendah. Hal-
hal ini termasuk rumpun gejala vokal. (Menunjang)

(i) Sentuhan: untuk menunjang tanggapan verbal dan/atau menyatakan


sikap dasar.
Namun perlu diingat, bahwa kontak fisik antara konselor dan konseli secara
potensial dapat membahayakan, lebih-lebih dalam lingkup kebudayaan yang
cenderung menghindari kontak fisik selain berjabatan tangan sebagai tanda
salam: apalagi kontak fisik di antara orang yang berlainan jenis, termasuk
orang dewasa terhadap anak. Maka disarankan supaya konselor
mengendahkan diri dalam menggunakan sentuhan sebagai tanda perhatian
dan keprihatinan. jangankan menyentuh dengan cara yang dapat ditafsirkan
sebagai pelecehan seksual oleh pihak yang mencari-cari kesalahan.

Draf kuliah Teknik Konseling


32 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

BAB 6
1. Keterampilan Attending (Attending Skills)
TEKNIK DALAM TAHAPAN KONSELING Keterampilan attending adalah perilaku konselor menghampiri
klien yang diwujudkan dalam bentuk kontak mata dengan klien,
bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Keterampilan attending juga
Konseling merupakan pekerjaan profesional seperti halnya guru.
mencerminkan bagaimana konselor menghampiri klien yang
Sebagai suatu pekerjaan profesional menuntut dimilikinya
diwujudkan dalam perilaku di atas. Proses konseling menuntut
sejumlah kompetensi dan keterampilan tertentu. Selain itu,
keterlibatan atau partisipasi dari klien. Oleh karena itu,
konseling juga merupakan suatu proses. Dalam setiap tahapan
kemampuan attending konse1or, akan memudahkannya untuk
proses konseling memerlukan penerapan keterampilan-
membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka.
keterampilan tertentu. Agar proses konseling dapat berjalan
secara lancar dan tujuannya tercapai secara efektif dan efisien,
Attending yang baik akan dapat meningkatkan harga diri klien,
konselor harus mampu mengimplementasikan keterampilan-
menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah ekspresi
keterampilan tertentu yang relevan. Konselor yang terampil
perasaan klien secara bebas. Ciri-ciri attending yang baik adalah:
adalah yang mengetahui atau memahami sejumlah keterampilan
(a) menganggukkan kepala apabila menyetujui pernyataan klien,
tertentu dan mampu mengimplementasikannya dalam proses
(b) ekspresi wajah tenang, ceria, dan senyum, (c) posisi tubuh
konseling.
agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien
dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan, (d) variasi
Secara umum proses konseling terbagi atas tiga tahap yaitu:
isyarat gerakan tangan berubah-ubah untuk menekankan suatu
pertama, tahap awal (tahap identifikasi masalah). Kedua, tahap
pembicaraan, (e) mendengarkan secara aktif, penuh perhatian,
pertengahan (tahap kerja dengan masalah tertentu). Ketiga, tahap
menunggu ucapan klien hingga selesai, diam atau menunggu
akhir (action). Berikut akan dijelaskan masing-masing
kesempatan bereaksi, dan perhatian terarah pada lawan bicara.
keterampilan dalam masing-masing tahapan konseling.
Ciri-ciri perilaku attending (attending skills) yang tidak baik adalah:
A. Tahap Awal Konseling
(a) kepala kaku, (b) ekspresi muka melamun, tegang,
Tahap awal konseling disebut dengan tahap identifikasi
mengaIihkan pandangan, tidak melihat klien saat klien
masalah. Dalam tahap ini ada sejumlah keterampilan yang bisa
berbicara, dan mata melotot, (c) posisi tubuh tegak kaku,
diterapkan oleh konselor yaitu: (1) attending, (2) mendengarkan,
bersandar di kursi, miring, jarak duduk dengan klien menjauh,
(3) empati, (4) refleksi, (5) eksplorasi, (6) bertanya, (7)
duduk kurang akrab dan berpaling, (d) memutuskan
mengungkap pesan utama, (8) mendorong dan dorongan
pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam, tidak
minimal.

Draf kuliah Teknik Konseling


33 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

memberikan kesempatan kepada klien untuk berbicara, (e) memahami perasaan, pikiran, keinginan, serta pengalaman klien
perhatian terpecah, mudah buyar oleh gangguan Iuar. secara lebih mendalam, dan menyentuh klien karena konselor
ikut dengan perasaan tersebut. Ketika konselor berkata: "Saya
memahami perasaan, pikiran, dan keinginan Anda" berarti konselor
bersimpati, tetapi ketika konselor berkata: "Saya dapat merasakan
2. Keterampilan Mendengarkan apa yang Anda rasakan", berarti konselor sedang berempati.
Keterampilan mendengarkan adalah kemampuan pembimbing
atau konselor menyimak atau memperhatikan penuturan klien Empati sangat penting dalam proses konseling. Tanpa empati,
selama proses konseling berlangsung. Pembimbing atau proses konseling tidak akan berjalan secara efektif. Konselor
konselor harus bisa menjadi pendengar yang baik selama sesi yang tidak mampu berempati tidak akan bisa menjadi pemecah
konseling berlangsung. Tanpa keterampilan ini, pembimbing masalah yang efektif, dalam arti akan mengalami kesulitan
atau konselor tidak akan dapat menangkap pesan pembicaraan. membantu mencarikan alternatif pemecahan masalah individu
Selama sesi konseling berlangsung, pembimbing atau konselor (klien). Melalui keterampilan ini, dalam proses konseling
harus mendengarkan secara sungguh-sungguh apa yang diharapkan klien akan terlibat pembicaraan dan terbuka. Selain
dituturkan oleh klien. Dari sini nantinya akan menentukan itu, dengan berempati klien akan tersentuh dan bersedia serta
ketepatan pengambilan kesimpulan sementara maupun terbuka untuk mengemukakan isi yang tersimpan dalam lubuk
kesimpulan akhir wawancara konseling. Pengambilan hati yang dalam berupa perasaan, pikiran, pengalaman bahkan
kesimpulan sementara atau akhir bisa salah apabila konselor penderitaannya.
tidak mendengarkan secara sungguh-sungguh penuturan klien.
Optimalisasi keterampilan ini sangat didukung oleh fungsi 4. Keterampilan Refleksi
pendengaran (telinga), oleh sebab itu seorang konselor tidak Refleksi adalah keterampilan pembimbing atau konselor untuk
boleh memiliki gangguan pendengaran. memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran,
dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap
3. Keterampilan Berempati (Emphaty Skills) perilaku verbal dan nonverbalnya.
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien .dan bukan Refleksi ada tiga macam yaitu: (a) refleksi perasaan, yaitu
untuk atau tentang klien. Empati diawali dengan simpati, yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan (merefleksikan)
kemampuan konselor memahami perasaan, keinginan, dan perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan nonverbal
pengalaman klien. terhadap klien, (b) refleksi pikiran, yaitu keterampilan
pembimbing atau konselor untuk memantulkan ide, pikiran,
Empati ada dua macam yaitu: pertama, empati primer (primary pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal
empathy), yaitu kemampuan konselor memahami perasaan, dan nonverbal terhadap klien, (c) refleksi pengalaman, yaitu
pikiran, keinginan, dan pengalaman klien. Kedua, empati tingkat keterampilan pembimbing atau konselor merefleksikan
tinggi (advanced accurate empathy), kemampuan konselor

Draf kuliah Teknik Konseling


34 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap terbuka, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka
pelilaku verbal dan nonverbal klien. dan klien bebas menjawabnya. Kedua, keterampilan bertanya
tertutup. Pada keterampilan bertanya tertutup, pertanyaan yang
diajukan konselor kepada klien mengandung jawaban yang
singkat dari klien seperti ya atau tidak, setuju atau tidak setuju,
5. Keterampilan Eksplorasi dan lain sebagainya.
Istilah eksplorasi bisa berarti penelusuran atau penggalian.
Keterampilan eksplorasi adalah suatu keerampilan kensoler untuk Keterampilan Menangkap Pesan Utama (Parapharasing)
menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Keterampilan Dalam sesi konseling sering klien mengemukakan perasaan,
ini penting karena dalam konseling terkadang klien menyimpan pikiran, dan pengalamannya secara berbelit-belit. Oleh sebab itu,
rahasia, menutup din, dan diam seribu bahaya atau tidak mampu diperlukan kemampuan konselor menangkap pesan utama (ide
mengemukakan pendapatnya secara terus terang. Melalui utama) dari penuturan-penuturan klien selanjutnya dinyatakan
keterampilan ini, akan memungkinkan klien untuk bebas secara sederhana dan disampaikan dengan bahasa sendiri oleh
berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam. konselor, sehingga mudah dipahami.

Eksplorasi ada tiga macam; yaitu: pertama, eksplorasi perasaan, Keterampilan ini bertujuan untuk mengatakan kembaIi esensi
yaitu keterampilan konselor untuk menggali perasaan klien yang atau inti ungkapan klien. SeIain itu juga bertujuan untuk: (a)
tersimpan. Kedua, eksplorasi pikiran, yaitu keterampilan atau mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia
kemampuan konselor untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat dan berusaha memahami apa yang dikatakan klien, (b)
klien. Ketiga, eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan konselor mengendapkkan apa yang diungkapkan klien dalam bentuk
untuk menggali pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil tingkasan, (c) memberi arah wawancara konseling, dan (d)
pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal klien. mengecek kembali persepsi konselor tentang apa yang
dikemukakan oleh klien. Parapharasing yang baik adalah
6. Keterampilan Bertanya menyatakan kembali pesan utama klien secara saksama dengan
Keterampilan bertanya adalah suatu kemampuan pembimbing kalimat yang mudah dan sederhana.
atau konselor mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada sesi
konseling. Keterampilan ini penting dimiliki oleh setiap 7. Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal
konselor. Tanpa keterampilan ini, pertanyaan-pertanyaan yang Keterampilan memberikan dorongan minimal adalah
diajukan konselor mungkin tidak dipahami klien sehingga ia kemampuan konselor memberikan dorongan langsung dan
tidak bisa menjawab (diam). Tanpa keterampilan ini, konselor singkat terhadap apa yang telah dikatakan oleh klien. Melalui
juga akan mengalami kesulitan membuka sesi konseling. keterampilan ini, klien akan selalu terlibat dalam pembicaraan
dan terbuka. Tujuan keterampilan ini adalah menjadikan klien
Keterampilan bertanya ada dua macam yaitu: pertama, terbuka dan bersedia untuk berbicara serta dapat mengarahkan
keterampilan bertanya terbuka. Pada keterampilm bertanya agar pembicaraan (wawancara konseling) mencapai tujuan.

Draf kuliah Teknik Konseling


35 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Penerapan keterampilan ini dalam sesi konseling harns 3. Keterampilan Memfokuskan


dilakukan secara selektif; yaitu ketika klien menunjukkan tanda- Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus
tanda akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan. Atau melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan
ketika klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan dengan klien. Keterampilan ini akan membantu klien
dan ketika konselor merasa risau terhadap pembicaraan klien. memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan.
Melalui keterampilan ini juga akan dapat meningkatkan
eksplorasi diri. 4. Keterampilan Melakukan Konfrontasi
Konfrontasi merupakan suatu kemampuan konselor menantang
B. Tahap Pertengahan klien untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi
1. Keterampilan Menyimpulkan Sementara (ketidakkonsistenan) antara perkataan dengan bahasa badan atau
Keterampilan menyimpulkan sementara adalah suatu perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan
kemampuan konselor bersama klien untuk menyampaikan kepedihan dan sebagainya. Keterampilan ini berguna untuk: (a)
kemajuan hasil pembicaraan, mempertajam atau memperjelas mendorong klien mengadakan instrospeksi diri secara jujur, (b)
fokus wawancara konseling. Tujuan keterampilan ini adalah meningkatkan potensi klien, (e) membawa klien kepada
untuk melihat kemajuan wawancara konseling pada setiap kesadaran adanya diskrepansi, konflik dalam dirinya.
tahapannya. Selain itu juga bertujuan untuk: (a) memberikan
kesempatan kepada klien untuk melakukan feed back (kilas balik) Penerapan keterampilan ini harus secara hati-hati dilakukan oleh
dari hal-hal yang telah dibicarakan, (b) menyimpulkan kemajuan konselor; yaitu dengan eara: (a) memberi ,komentar khusus
hasil pembicaraan secara bertahap, (c) untuk meningkatkan terhadap klien yang tidak konsisten secara tepat waktu, (b) tidak
kualitas diskusi, (d) mempertajam atau memperjelas fokus pada menilai apalagi menyalahkan, dan (e) dilakukan konselor
wawancara konseling. bersamaan dengan perilaku attending dan empati.

2. Keterampilan Memimpin 5. Keterampilan Menjernihkan (Darifying)


Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak Keterampilan menjernihkan adalah kemampuan konselor
menyimpang, konselor harus memimpin arah pembicaraan menjernihkan atau memperjelas ucapan-ucapan klien yang
sehingga tujuan konseling dapat tercapai secara efektif dan samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuan
efisien. Memimpin arah pembicaraan bukan berarti konselor keterampilan ini adalah; (a) mengajak klien untuk menyatakan
mengarahkan klien ke arah pembicaraan sesuai keinginan pesannya secara jelas, dan (b) agar klien menjelaskan, mengulang,
konselor, melainkan Iebih banyak mengamati jalannya dan mengilustrasikan perasaannya.
wawancara konseling. Keberhasilan konselor memimpin arus
lalu lintas bimbingan dan konseling dipengaruhi oleh tipe-tipe 6. Keterampilan Memudahkan (Facilitating)
kepemimpinan konselor itu sendiri apakah demokratis, otoritas Facilitating adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar
dan permisif (masa bodoh). klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan

Draf kuliah Teknik Konseling


36 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas sehingga


komunikasi dan partisipasi meningkat serta proses konseling 10. Keterampilan Mengambil lnisiatif
berlangsung secara efektif. Mengambil inisiatif perlu dilakukan oleh konselor apabila klien
kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang
7. Keterampilan Mengarahkan (Directing) partisipatif. Konselor dapat mengucapkan kata-kata yang
Directing adalah kemampuan konselor mengajak dan mengajak klien untuk. berpatisipasi dan berinisiatif dalam
mengarahkan klien untuk berpartisipasi secara penuh dalam menuntaskan pembicaraan. Keterampilan ini diterapkan apabila:
proses konseling. Melalui keterampilan ini, konselor mengajak (a) akan mengambil inisiatif jika klien tampak kurang
klien agar berbuat sesuatu atau mengarahkannya agar berbuat bersemangat, (b) jika klien lambat berpikir ilntuk. mengambil
sesuatu. keputusan, (c) jika klien kehilangan arah pembicaraan.

8. Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal (Minimal 11. Keterampilan Memberi Nasihat


Encouragement) Nasihat bisa diberikan kepada klien apabila ia meminta.
Minimal encouragement atau keterampilan memberikan dorongan Meskipun demikian pemberian nasihat tetap perlu harus
minimal adalah suatu upaya konselor memberikan dorongan dipertimbangkan. Hal yang harus dijaga untuk memberi nasihat
secara langsung dan singkat agar kliennya selalu terlibat dalam adalah tujuan konseling, yakni kemandirian klien harus tetap
pembicaraan dan dirinya terbuka. Keterampilan ini bertujuan tercapai.
agar klien terus berbicara dan dapat mengarahkan agar
pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal dilakukan 12. Keterampilan Memberi Informasi
oleh konselor apabila klien kelihatan akan mengu.rangi atau Informasi diberikan oleh konselor kepada klien harus hal-hal
menghentikan pembicaraan, ketika klien kurang memusatkan yang diketahui konselor. Apabila konselor tidak mengetahui
pikirannya pada pembicaraan, dan ketika konselor ragu terhadap informasi apa yang dikehendaki klien, konselor secara jujur
pembicaraan klien. Melalui keterampilan ini juga akan dapat harus mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui informasi
meningkatkan eksplorasi diri. tersebut. Sebaliknya, apabila konselor mengetahui, sebaiknya
upayakan agar klien tetap mengusahakannya (klien mencari
9. Keterampilan Sailing (Saat Diam) sendiri sumber informasi tersebut).
Dalam proses konseling, diam atau tidak bersuara bisa menjadi
teknik konseling. Oleh sebab itu, konselor harus dapat
memanfaatkan situasi ini. Keadaan diam akan membantu 13. Keterampilan Menafsirkan atau Interpretasi
konselor: (a) untuk mendorong klien untuk berbicara, (b) Keterampilan menafsirkan atau interpretasi merupakan upaya
membantu klien untuk lebih memahami dirinya, (c) setelah diam, konselor mengulas pikiran, perasaan, dan pengalaman klien
klien dapat mengikuti ekspresi yang membawanya berpikir dan dengan merujuk kepada teori-teori. Sifat-sifat subjektif tidak
bangkit dengan tilikan yang mendalam, (d) mengurangi boleh dimasukkan ke dalam interpretasi.
kecepatan wawancara.

Draf kuliah Teknik Konseling


37 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Tujuan keterampilan ini adalah untuk memberikan rujukan,


pandangan atau perilaku klien agar klien mengerti dan berubah 4. Keterampilan Mengakhiri Konseling
melalui pemahaman dari hasil rujukan tersebut. Keterampilan mengakhiri konseling merupakan suatu
kemampuan konselor menutup sesi konseling. Berbagai cara bisa
C Tahap Akhir (Action) dilakukan oleh konselor untuk menutup sesi konseling.
1. Keterampilan Menyimpulkan Penutupan sesi konseling tidak harus dilakukan secara seragam
Keterampilan menyimpulkan merupakan kemampuan konselor oleh semua konselor. Masing-masing konselor tentu memiliki
mengambil inti pokok pembicaraan selama proses konseling teknik tensendiri dalam menutup sesi konseling yang
berlangsung. Kesimpulan pembicaraan atau wawancara disesuaikan dengan kondisi klien, masalah klien, dan situasi
konseling bisa dilakukan konselor bersama klien. Dari konseling itu sendiri. Secara umum penutupan sesi konseling
kesimpulan pembicaraan akan diketahui: (a) bagaimana keadaan dilakukan oleh konselor dengan melakukan hal-hal sebagai
perasaan klien saat ini, (b) apa rencana klien selanjutnya, (c) berlkut: (a) mengatakan bahwa waktu konseling akan berakhir,
pokok-pokok pembicaraan apa yang akan dibicarakan pada sesi (b) merangkum isi pembicaraan (isi wawancara konseling), (c)
selanjutnya. menunjukkan kepada klien tentang pertemuan yang akan
datang, (d) mengajak klien kembali sambil menunjukkan isyarat
2. Keterampilan Merencanakan gerak tangan, (e) menunjukkan catatan-catatan singkat kepada
Menjelang sesi akhir wawancara konseling, konselor harus dapat klien tentang hasil pembicaraan (hasil wawancara konseling),
membantu klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu dan (f) memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien apabila
program untuk action, yaitu rencana perbuatan nyata yang diperlukan.
produktif bagi kemajuan klien. Rencana yang baik harus
merupakan hasil kerja sama antara konselor dengan klien. Keterampilan-keterampilan konseling di atas diterapkan dalam
Dengan demikian, keterampilan merencanakan adalah praktik konseling terutama pada teknik-teknik melakukan
kemampuan konselor merencanakan tindakan nyata (action) yang konseling). Untuk menguasai keterampilan-keterampilan
produktif bagi kemajuan kliennya. konseling di atas, seorang konselor harus melalui berbagai
latihan secara berurutan, yaitu setelah sebagian keterampilan
3. Keterampilan Menilai (Mengevaluasi) dikuasai dalam latihan mikro, dilanjutkan dengan latihan makro.
Keterampilan menilai atau mengevaluasi berarti kemampuan Akan tetapi, seorang kenselor juga harus menguasai teori-teori
konselor menetapkan batas-batas atau ukuran-ukuran konseling yang ada.
keberhasilan proses konseling yang telah dilaksanakan. Melalui
keterampilan ini, konselor menetapkan sisi mana dali proses Latihan micro counseling atau konseling mikro adalah suatu cara
konseling yang telah dicapai dan sisi mana yang belum. Selain itu memberikan penguasaan teknik-teknik konseling kepada calon
juga bisa ditetapkan kendala apa yang menjadi penghambat konselor. Semua keterampilan konseling dilatihkan satu persatu
proses konseling. Selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi secara bertahap.
ditentukan apa tindak lanjutnya (follow up-nya).

Draf kuliah Teknik Konseling


38 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Latihan micro counseling dilengkapi dengan rekaman video dan


tape recorder. Pada sesi akhir latihan diadakan evaluasi dan
diskusi setelah menyaksikan atau mendengarkan rekaman kaset
video. Pengamat dan pembimbing memberikan penilaian dan
masukan untuk bahan diskusi.

Latihan macro counseling atau konseling makro adalah melatihkan


secara role playing beberapa keterampilan konseling yang telah
dikuasai melalui mikro konseling. Beberapa kegiatan yang
dilatihkan dalam konseling, makro adalah: pertama., latihan
menulis kasus. Setiap calon konselor mengawasi peristiwa atau
cerita kasus yang terdiri atas deskripsi dan dialognya.

Kedua., menyiapkan pasangan-pasangan pemain (koselor dan


klien untuk melakukan permainan peran konseling dengan
kasus yang telah disiapkan.

Ketiga, menonton tayangan video micro counseling yang digunakan


sebagai rujukan bagi calon hmselor.

Keempat, melakukan latihan konseling dan memvideokannya.

Kelima., mengadakan tayangan ulang untuk dievaluasi dan


dengan menggunakan lembar evaluasi yang telah disiapkan
oleh pembimbing.

Keenam, mengadakan diskusi, selanjutnya mengadakan latihan


ulang dan memperbaiki keterampilan berdasarkan masukan
dari pengamat.

Draf kuliah Teknik Konseling


39 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

BAB 7 Untuk memudahkan dan memperlancar proses yang berlangsung


dalam diri konseli, konselor menciptakan beberapa kondisi yang
TEKNIK KONSELING CLIENT CENTER mendukung. Kalau semua kondisi tertentu terpenuhi, maka akan
berlangsung suatu proses dalam diri konseli yang akan menghasilkan
perubahan dalam konsep diri dan dalam tingkah laku. Di pihak
Istilah Client-Center merupakan corak konseling yang menekankan
konselor kondisi itu adalah: menunjukkan penerimaan dan
peranan konseli sendiri dalam proses konseling. Mula-mula corak
penghargaan tanpa syarat (unconditional positive regard); pemahaman
konseling ini disebut konseling nondirektif untuk membedakannya dari
terhadap apa yang diungkapkan oleh konseli sesuai dengan kerangka
corak konseling yang mengandung banyak pengarahan dan kontrol
acuan konseli sendiri (phenomenal field), seolah-olah konselor
terhadap proses konseling di pihak konselor, seperti dalam Konseling
mengenakan kepribadian konseli (emphatic understanding);
Klinikal dan Psikoanalisis. Kemudian mulai digunakan nama Client-
penerimaan, penghargaan, dan pemahaman itu dapat
Center Counseling, dengan maksud menggarisbawahi individualitas
dikomunikasikan kepada konseli dalam suasana interaksi pribadi
konseli yang setaraf dengan individualitas konselor, sehingga dapat
yang mendalam, sehingga konseli merasakan semua itu sungguh-
dihindari kesan bahwa konseli menggantungkan diri pada konselor.
sungguh ada; kejujuran, keikhlasan, dan keterbukaan mengenai apa
yang dihayati oleh konselor sendiri tentang konseli (counselor
Selama proses konseling semua pengalaman nyata dalam bergaul
congruence). Menurut pandangan Rogers, kondisi-kondisi itu
dengan orang lain dan dalam dirinya dibiarkan muncul dan disadari
diperlukan dan sekaligus mencukupi untuk menjamin keberhasilan
sepenuhnya, sehingga dapat diberi tempat dalam keseluruhan konsep
proses konseling. Oleh karena itu, hubungan antarpribadi
diri. Konseli menetapkan bagi dirinya sendiri tujuan apa yang ingin
(relationship) antara konselor dan konseli yang saling berkomunikasi
dicapainya dalam proses konseling, yaitu keselarasan antara ideal self
menjadi kunci sukses atau gagalnya proses dan wawancara konseling.
dan real self Bagaimana bentuk atau wujud keselarasan itu akan
Kalau digunakan istilah teknik konseling, inilah teknik yang diterapkan
ditemukannya sendiri, tanpa diberi petunjuk atau pengarahan oleh
oleh konselor, yaitu menciptakan suasana komunikasi antar pribadi
konselor dalam hal ini; bagaimana tindakannya selanjutnya terhadap
yang merealisasikan segala kondisi yang disebutkan di atas. Dengan
adiknya juga akan ditemukannya sendiri. Dalam proses konseling
menjadi. seorang pendengar yang sabar dan peka, yang meyakinkan
perhatian konseli dipusatkan pada keadaan sekarang ini tanpa
konseli dia diterima dan dipahami konselor memungkinkan konseli
menggali-gali secara mendalam sejarah perkembangan rasa iri dalam
untuk mengungkapkan seluruh perasaannya secara jujur, lebih
hatinya. Konselor tidak mencoba untuk mengadakan diagnosis, yaitu
memahami diri sendiri dan mengembangkan suatu tujuan perubahan
mencari sebab-musabab dalam sejarah hidup sehingga mulai
dalam diri sendiri dan perilakunya. jelaslah kiranya, bahwa peranan
tampaklah suatu hubungan sebab-akibat. Tugas konselor adalah
konselor yang demikian bukanlah peranan yang bercorak pas if,
membantu konseli mengakui dan mengungkapkan seluruh perasaan
melainkan peranan yang sangat aktif, meskipun konselor tidak
yang dialami sekarang ini serta menghayatinya, dengan harapan
memberikan pengarahan seperti dalam pendekatan konseling yang
bahwa konseli pada suatu ketika akan meninjau segala perasaan itu
lain.
secara lebih objektif, dengan mengambil jarak dari dirinya sendiri.

Draf kuliah Teknik Konseling


40 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Beberapa persyaratan yang berhubungan dengan sifat dan sikap


agar dapat melaksanakan hubungan konseling client center, di
Fungsi Konselor dalam Konseling Client center antaranya adalah sebagai berikut:
Dalam konseling client center, ada beberapa fungsi yang perlu (a) Kemampuan berempati
dipenuhi oleh seorang konselor. Fungsi yang dimaksud, di Empati pada dasamya adalah mengerti dan dapat merasakan
antaranya sebagai berikut: orang lain (konseli). Empati ini akan lebih lengkap dan sempurna
apabila diiringi oleh pengertian dan penerimaan konselor tentang
(a) Menciptakan hubungan yang bersifat permisif. apa yang dipikirkan oleh konseli. Empati adalah saling hubungan
Menciptakan hubungan yang bersifat permisif, penuhpengertian, antara dmi orang, dan kuat lemahnya empati itu sangat
penuh penerimaan, kehangatan, terhindar dari segala bentuk bergantung pada saling pengertian dan penerimaan terhadap
ketegangan, tanpa memberikan penilaian baik_ positif maupun suasana yang diutarakan oleh konseli. Empati yang dalam, dapat
negatif. Dengan terciptanya hubungan yang demikian itu, secara dirasakan oleh kedua belah pihak, yaitu baik oleh konselor
langsung dapat melupakan keteganganketegangan, perasaan- maupun oleh konseli itu sendiri.
perasaan, dan pertahanan diri konseli. Menciptakan hubungan
permisif bukan saja secara verbal tetapi juga secara nonverbal. (b) Kemampuan menerima konseli
Kemampuan konselor untuk benar-benar menerima konseli
(b) Mendorong pertumbuhan pribadi. sebagaimana adanya adalah memegang peranan penting dalam
Dalam konseling client center fungsi konselor bukan saja hubungan konseling. Dasar dari kemampuan ini ialah
membantu konseli untuk melepaskan diri dari masalah-masalah penghargaan terhadap orang lain (dalam hal ini konseli) sebagai
yang dihadapinya, tetapi lebih dari itu adalah berfungsi untuk me- seorang yang padadasarnya baik. Dalam menerima konseli ini
numbuhkan perubahan-perubahan yang fundamental (terutama adadua unsur yang perlu diingat ialah: (a) konsel6r berkehendak
perubahan sikap). Jadi, proses hubungan konseling di sini adalah untuk membiarkan adanya perbedaan antara konselor dengan
proses untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi konseli,. (b) konselor menyadari bahwa pengalaman yang akan
konseli. dilalui oleh konseli ada usaha yang penuh dengan perjuangan,
pembinaan, dan perasaan. Penerimaan konselor terhadap konseli
(c) Mendorong kemampuan memecahkan masalah. secara langsung berSangkut paut dengan kemampuan konselor
Dalam konseling client center, konselor berfungsi dalam untuk tidak memberikan penilaian tertentu terhadap diri konseli.
membantu konseli agar ia mengembangkan kemampuannya
untuk memecahkan masalah. Jadi, dengan demikian salah satu (c) Kemampuan untuk menghargai konseli
.potensi yang perlu dikemb,ingkan atau diaktualisasikan pada diri Seorang konselor client center harus menghargai pribadi konseli
konseli adalah potensi untuk ·memecahkan masalahnya sendiri. tanpa syarat apa pun. Apabila perasaan dihargai dirasakan oleh
konseli, maka timbullah rasa percaya bahwa dirinya mempunyai
Persyaratan Sifat dan Sikap Seorang Konselor Client center harga sebagai individu (tidak dipandang rendah/ tidak berarti),
maka konseli akan berani mengemukakan segala masalahnya,

Draf kuliah Teknik Konseling


41 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

maka timbul pula keinginan bahwa dirinya berharga untuk tersebut. Keakraban yang murni dan wajar diwarnai oleh adanya
mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Konselor harus dapat perhatian, tanggapan, dan keterlibatan perasaan secara tulus dan
menerima konseli sebagaimana adanya. Dengan sikap dan tanpa pamrih. Keakraban itu adalah lebih dalam dari hanya
kemampuan yang dimiliki konselor untuk menghargai konseli sekadar ucapan salam atau mengenakkan hati konseli. Lebih jauh
tanpa syarat, sertamenerima konseli apa adanya secara langsung dari itu keakraban itu merupakan kesatuan suasana hubungan
akan membina hubungan yang akrab penuh rasa persahabatan, yang ditandai oleh rasa saling percaya mempercayai, kerjasama,
hangat, terbuka dengan konselinya. kesungguhan, ketulusan hati, dan perhatian.

(d) Kemampuan memperhatikan (f) Sifat keaslian (gunuin)


Kemampuan memperhatikan menuntut keterlibatan sepenuhnya Seorang konselor client center harus memperlihatkan sifat
dari konselor terhadap segala sesuatu yang dikemukakan oleh keaslian dan tidak berpura-pura. Kepura-puraan dalam
konseli. Kemampuan ini memerlukan keterampilan dalam hubungan konseling menyebabkan konseli menutup diri Jadi,
mendengarkan dan rnengamati untuk dapat mengetahui dan me- proses konseling nondirektif mengharapkan keterbukaan dari
ngerti inti dari isi dan suasana perasaan bagaimana yang konseli. Konseli akan terbuka apabila konselor dapat dipercaya
diungkapkan konseli. Melalui mendengar dan mengamati itu dan bersungguh-sungguh.
konselor tidak hanya menangkap dan mengerti apa yang
dikemukakan oleh konseli, tetapi juga bagaimana konseli (g) Sikap terbuka
menyampaikan hal itu. Bagaimanapun juga, suka atau tidak suka, Konseling client center mengharapkan adanya keterbukaan dari
konseli menginginkan perhatian penuh terhadap apa yang konseli baik untuk mengemukakan segala masalahnya maupun
diungkapkan oleh konseli, baik melalui kata-kata (verbal) maupun untuk menerima pengalaman-pengalainan. Keterbukaan dari
isyarat (nonverbal). konseli akan terwujud apabila ada keterbukaan dari konselor
pula.
(e) Kemampuan membina keakraban
Keakraban merupakan syarat yang sangat penting demi Tujuan Konseling Client center
terbinanya hubungan yang nyaman dan serasi antara konselor dan Secara umum tujuan yang ingin dicapai melalui pendekatan
konseli. Keakraban ini akan tumbuh terus-menerus dan terbina konseling client center ialah untuk membantu individu atau konseli
dengan baik apabila konselor benar-benar menaruh perhatian dan agar berkembang secara optimal sehingga ia mampu menjadi
menerima konseli dengan permisif. manusia yang berguna.

Perhatian dan penerimaan yang murni (tidak semu dan palsu) ini Secara rinci tujuan dasar dari pendekatan konseling client center ialah
sebenarnya tidak dipaksakan, direncanakan ataupun dibuat-buat. sebagai berikut:
Seorang konselor yang memaksakan dirinya menaruh perhatian (a) Membebaskan konseli dari berbagai konflik psikologis yang
dan menerima konseli, maka wujud perhatian itu tidak akan dihadapinya.
wajar, ketidakwajaran itu sendiri akan mewamai hubungan

Draf kuliah Teknik Konseling


42 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

(b) Meriumbuhkan kepercayaan pada diri konseli, bahwa ia memiliki bahasa yang sesuai dengan diri konseli. Konseli harus dibiatkan
kemampuan untuk mengambil satu atau serangkaian keputusan yang dengan leluasa dan dengan caranya sendiri untuk mengungkapkan
terbaik bagi dirinya sendiri tanpa merogikan orang lain. masalahnya secara bebas, dan pada waktu yang bersamaan konselor
(c) Memberikan kesempatan seluas-Iuasnya, kepada konseli urttuk memisahkan semua informasi yang relevan dengan tujuan dari
belajar mempercayai orang lain, dan memiliki kesiapan secara konseling.
terbuka untuk menerima berbagai pengalaman orang lain yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri. Dalam konseling client center, konselor harus benar-benar menerima
(d) Memberikan kesadaran kepada konseli bahwa dirinya konseli sebagaimana adanya, dan tidak seyogianya menuntut sesuatu
merupakan bagian dari suatu lingkup sosial budaya yang luas, atau mengharapkan syarat-syarat tertentu terhadap konseli, sebelum
walaupun demikian ia masih tetap memiliki kekhasan atau konselor mau memberikan bantuan, konselor benar-benar
keunikan tersendiri. menghadapi konseli secara tulus sebagai individu yang memiliki
(e) Menumbuhkan suatu keyakinan pada konseli bahwa dirinya potensi untuk mengambil keputusan dan mengatasi masalahnya
terus bertumbuh dan berkembang (process of becoming). sendiri.

Ciri-Ciri Proses KonseIing Client center Dalam proses konseling client center tidak terikat oleh langkah-
Ciri-ciri dari pendekatan konseling client center dapat dirinci Iangkah yang harus dilakukan. oleh konselor, atau proses konseling
sebagai berikut: tidak bisa ditentukan oleh konselor, tapi itu sangat bergantung
(a) Dalam proses konseling client center, konseli berperan lebih padakonseli. Lebih cepat konseli dapat mengungkapkan masalahnya,
dominan daripada konselor. Aktivitas konseli tampak lebih maka secepat itu pula konselor dapat mengarahkan konseli dalam
menonjol ketimbang konselor, konselor di sini hanya berperan mengambil keputusan sendiri, sepanjang masalahnya telah
sebagai fasilitator atau sebagai cermin. dimengerti oleh konseli.
(b) Dalam mengambil keputusan akhir, itu ada pada diri konseli
sendiri, sedangkan konselor hanya berusaha tintuk mengarahkan Dalam proses konseling client center, empati menduduki tempat yang
agar konseli memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan penting, karena empati pada dasarnya adalah mengerti dan dapat
sendiri. merasakan perasaail ldien. Empati ini akan lebih lengkap jika
(c) Dalam proses konseling client center menekankan betapa dibarengi oleh pengertian dan penerimaan konselor tentang apa yang
pentingnya hubungan yang bersifat permisif, intim sebagai dipikirkan oleh konseli. Kuat lemahnya empati itu sangat
persyaratan mutlak bagi berhasilnya hubungan konseling. bergantung pada saling pengertian dan penerimaan terhadap
Komunikasi antara konselor dengan konseli akan lebih mudah situasi yang diutarakan oleh konseli.
apabila berbentuk keakraban (rapport), karena keakraban ini
merupakan dasar untuk membentuk kepercayaan dan pengertian Langkah-Langkah Konseling Client center
antara konselor dengan konseli. Tanpa keakraban yang· baik tidak Ada dua belas langkah yang dapat dipakai pedoman dalam
mungkin dilakukan kerjasama antara konselor dengan konseli. melaksanakan konseling client center. Tapi kedua belas langkah
Dalam membentuk keakraban yang baik, konseli menggunakan

Draf kuliah Teknik Konseling


43 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

yang dkemukakan itu bukanlah langkah yang baku, tapi dapat (e) Apabila perasaan-perasaan yang negatif dari konseli tehih
diubah-ubah. sepenuhnya terungkapkan, maka secara psikologis bebannya mulai
berkurang. Dalam keadaan yang demikian ekspresi-ekspresi positif
akan muncul, dan yang memungkinkan konseli untuk bertumbuh
Langkah-Iangkah dimaksud adalah sebagai berikut: dan berkembang.
(a) Konseli datang untuk meminta bantuan kepada konselor secara
sukarela. Apabila seorang konseli datang kepada konselor (f) Konselor menerima perasaan-perasaan positif yang diungkapkan
berdasarkan petunjuk atau saran orang lain, maka konselor harus konseli.
mampu menciptakan suasana permisif, santai, penuh keakraban,
dan kehangatan, serta terbuka, sehingga konseli dapat (g) Saat pencurahan perasaan itu diikuti oleh perkembangari yang
menentukan sikap dalam pemecahan masalahnya. berangsur-angsur tentang wawasan (insight) konseli mengenai
dirinya, dan pemahaman (understanding) serta penerimaan diri
(b) Merumuskan situasi bantuan. Dalam merumuskan situasi tersebut.
bantuan atau menentukan situasi konseling, konseli didorong
untuk menerima tanggung jawab untuk melaksanakan pemecahan (h) Apabila telah memiliki pemahaman tentang masalahnya dan
masalah yang dihadapinya. Dorongan ini hanya bisa dilaksanakan menerimanya, mulailah membuat suatu keputusan untuk melakukan
apabila konselor mempunyai keyakinan tentang kemampuan sesuatu dan melangkah untuk memikirkan tindakan selanjutnya. Jadi,
konseli untuk mampu membantu dirinya sendiri. bersamaan dengan proses pemahaman, adalah proses verifikasi ke
arah diambilnya suatu keputusan dan tindakan yang memungkinkan.
(c) Konselor mendorong konseli untuk mengungkapkan perasaan-
perasaannya secara bebas, berkaitan dengan masalahnya. Dengan (i) Mulai melakukan tindakan-tindakan yang positif.
menampakkan sikap yang permisif, santai, penuh persahabatan
dan kehangatan, serta terhindar dari ketegangan-ketegangan, (j) Pertumbuhan atau perkembangan lebih lanjut wawasan
memungkinkan konseli untuk mengungkapkan perasaan- konseli.
perasaannya, ketegangan-ketegangan, keresahannya, serta
keterikatannya, sehingga dirasakan meredanya ketegangan- (k) Meningkatkan tindakan-tindakan (tingkah laku) positif secara
ketegangan atau tekanan-tekanan batinnya. terpadu pada diri konseli.

(d) Konselor secara tulus menerima dan menjernihkan perasaan- (l) Mengurangi ketergantungan konseli atas bantuan konselor, dan
perasaan konseli yang sifatnya negatif, yang berarti bahwa konselor memberitahukan kepada konseli secara bijaksana bahwa proses
memberikan respons kepada perasaan-perasaan dan/ atau kata-kata konseling itu perlu diakhiri.
konseli, dan secara tulus menerlma dan menjernihkan kembali
perasaan-perasaan yang sifatnya negatif dari konseli. Dasar Pertimbangan Digunakannya Konseling Client Center

Draf kuliah Teknik Konseling


44 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Dasar-dasar pertimbangan yang mendorong dipergunakannya client center paling baik dipergunakan terhadap masalah-masalah
konseling client center didasarkan atas: (1) Sifat konseli, (2) Sifat konselor, yang sifatnya berkaitan dengan konflik psikologis. Konflik psikologis
dan (3) Sifat masaJah yang dihadapi oleh konseli. yang dimaksud di sini adalah yang ada sal)gkut pautnya dengan
ketegangan-ketegangan psikologis, sebagai akibat individu
tertekan oleh lingungan maupun oleh dirinya sendiri.
(a) Sifat konseli
Dalam proses hubungan konseling, diharapkan kepada konselor
untuk memahami sifat-sifat konselinya secara baik. Karena pada
hakikatnya konseli sebagai individu sudah barang tentu memiliki
keunikan tersendiri, di samping memiliki kesamaan-kesamaan
maupun perbedaan-perbedaan. Konseling client center, sebagai
suatu bentuk pendekatan yang memberikan keleluasaan yang
seluas-luasnya, slerta kebebasan pada klien, adalah diperuntukkan
bagi konseli-konseli yang memiliki sifatsifat: agresif, terbuka, terus
terang, serta memiliki kemampuan untuk mengungkapkan masalahnya secara terus
terang, bebas, dan Jancar.

(b) Sifat konselor


Dalam konseling client center, sifat-sifat yang dituntut harus
dimiliki oleh seorang konselor, di antaranya:
(1) Memiliki kemampuan dan kesediaan sebagai pendengar yang baik,
apa yang diungkapkan oleh konseli. Di samping itu pula konselor
bersedia untuk menyimak, mengkaji, dan menangkap apa yang
diungkapkan oleh konseli.
(2) Konselor harus memiliki kemampuan untuk menciptakan
hubungan keakraban (rapport). Karena hubungan keakraban (rapport)
dalam proses ini merupakan dasar untuk membentuk kepercayaan
dan pengertian antara konselor dan konseli.
(3) Karena proses konseling client center ini memungkinkan untuk
berlangsung cukup lama, maka pada konselor dituntut untuk
meluangkan waktu yang cukup banyak.
(c) Sifat masalah
Dalam konseling client center pada dasarnya bisa dipergunakan
untuk setiap masalah yang dihadapi oleh konseli. Tetapi konseling

Draf kuliah Teknik Konseling


45 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

BAB 8 B. Hakikat Masalah yang Dihadapi Klien


Hakikat masalah yang dihadapi klien dalam pendekatan
TEKNIK DALAM KONSELING konseling rasional-emotif itu muncul disebabkan oleh
RATIONAL-EMOTIVE THERAPY ketidaklogisan klien dalam berpikir. Ketidaklogisan berpikir ini
selalu berkaitan dan bahkan menimbulkan hambatan, gangguan
atau kesulitan-kesulitan emosional dalam melihat dan
Teori Konseling Rasional Emotif dengan istilah lain dikenal dengan menafsirkan objek atau fakta yang dihadapinya. Menurut
"rasional-emotive therapy" yang dikembangkan oleh Dr. Albert Ellis. Atas konseling rasional-emotif ini, individu rnerasa dicela, diejek, dan
dasar pengalaman selama prakteknya dan kemudian dihubungkan tidak diacuhkan oleh individu fain, karena ia memiliki keyakinan
dengan teori tingkah laku belajar, ia mencoba untuk mengembangkan dan berpikir bahwa individu lain itu mencela dan tidak
suatu teori yang disebut "Rational-Emotive Therapy", dan selanjutnya mengacuhkan dirinya. Kondisi yang demikian inilah yang disebl;tt
populer dengan singkatan RET. Tujuan dari RET pada intinya cara berpikir yang tidak nasional oleh konseling rasionalemotif.
ialah untuk mengatasi pikiranyang tidak logis tentang diri sendiri
dan lingkungannya. Konselor/terapis berusaha agar klien makin C. Tujuan Konseling Rasional-Emotif
menyadari pikiran dan kata-katanya sendiri, serta mengadakan Tujuan utama dari konseling rasional-emotif ialah menunjukkan
pendekatan yang tegas, melatih klien untuk bisa berpikir dan dan menyadarkan klienbahwa cara berpikir yang tidak logis itulah
berbuat yang lebih realistis dan rasional. merupakan penyebab gangguan emosionalnya. Atau dengan kata
lain konseling rasional emotif ini bertujuan membantu klien mem-
A. Konsep Dasar Konseling Rasional-Emotif bebaskan dirinya dari cara berpikir atau ide-idenya yang tidak
Ciri-ciri dari konseling rasional-emotif dapat diuraikan sebagai logis dan menggantinya dengan cara-cara yang logis.
berikut:
(a) Dalam menelurusi masalah klien yang dibantunya, konselor D. Proses dan Teknik Konseling Rasional-Emotif
berperan lebih aktif dibandingkan dengan klien. Seperti telah diuraikan di muka bahwa dalam konseling rasional-
(b) Dalam proses hubungan konseling harus diciptakan dan emotif konselor tidak terlalu banyak menelusuri kehidupan masa
dipelihara hubungan baik dengan klien. lampau klien. Sehingga dengan demikian berarti bahwa dalam
(c) Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan konseling ini konselor tidak banyak melakukan pengumpulan
oleh konselor untuk membantu klien mengubah cara berpikimya data untuk keperluan analisis maupun diagnosis sebagaimana halnya
yang tidak rasional menjadi rasional. dalam konseling klinikal. Alat-alat pengumpulan data bersifat testing
(d) Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak terlalu dan non-testing sedikit sekali dipergunakan dalam konseling ini.
banyak menelusuri kehidupan masa lampau klien. Karena, diagnosis dalam konseling ini dilakukan bertujuan untuk
(e) Diagnosis (rumusan masalah) yang dilakukan dengan membuka ketidaklogisan pola berpikir klien.
konseling rasional-emotif bertujuan untuk membuka
ketidaklogisan pola berpikir dari klien.
E. Peranan Konselor dan Langkah-Langkah Konseling

Draf kuliah Teknik Konseling


46 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Peranan konselor dalam proses konseling rasionalemotif akan tampak Peranan konselor mengembangkan pandangan-pandangan yang
dengan jelas dalam langkah-Iangkah konseling sebagai berikut: realistis dan menghindarkan diri dari keyakinan yang tidak rasional.
(a) Langkah pertama Konselor berperan untuk menyerang inti cara berpikir yang tidak
Dalang langkah ini konselor berusaha menunjukkan kepada klien rasional dari klien dan mengajarkan bagaimana caranya mengganti
bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinannya cara berpikir yang tidak rasional dengan rasional.
yang tidak rasional. Di sini klien harus belajar untuk memisahkan
keyakinan rasional dari yang tidak rasional. Pada tahap ini peranan Teknik-Teknik Konseling Rasional-Emotif
konselor adalah sebagai propagandis yang berusaha mendorong, Sebagaimana telah diuraikan di muka bahwa inti dati konseling
membujuk, meyakinkan, bahkan sampai kepada mengendalikan klien rasional-emotif ialah menghilangkan cara berpikir yang tidak logis
untuk menerima gagasan yang logis dan rasional. Jadi, pada langkah yang dapat menimbulkan gangguan emosional.
ini peran konseling ialah menyadarkan klien bahwa gangguan atau Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan beberapa teknik
masalah yang dihadapinya disebabkan oleh cara berpikirnya yang konseling rasional-emotif sebagai berikut:
tidak logis.
(a) Teknik pengajaran
(b) Langkah kedua Dalam konseling rasional-emotif konselor mengambil peranan lebih
Peranan konselor adalah menyadarkan klien bahwa pemecahan aktif dari klien. Maka dari itu teknik pengajaran di sini memberikan
masalah yang dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri. Maka keleluasaan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan
dari itu dalam konseling rasional-emotif ini konselor berperanan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana
untuk menunjukkan dan menyadarkan klien, bahwa gangguan ketidaklogisan berpikir itu secara langsung menimbulkan gangguan
emosional yang selama ini dirasakannya akan terns menghantuinya emosional kepada klien.
apabila dirinya akan tetap berpikir secara tidak logis. Oleh karenanya,
klienlah yang harus memikul tanggung jawab secara keselurnhan (b) Teknik konfrontasi
terhadap masalahnya sendiri. Dalam teknik konfrontasi ini, konselor menyerang ketidaklogisan
berpikir klien dan membawa klien ke arah berpikir logis empiris.
(c) Langkah ketiga
Pada langkah ketiga ini konselor berperan mengajak klien menghilangkan cara
berpikir dan gagasan yang tidakrasional. Konselor tidaklah cukup menunjuk- (c) Teknik persuasif
kan kepada klien bagaimana proses ketidakiogisan berpikir ini, tetapi Teknik persuasif, yaitu meyakinkan klien untuk mengubah
lebih jauh dari itu konselor harus berusaha mengajak klien mengubah pandangannya, karena pandangan yang ia kemukakan itu tidak
cara berpikirnya dengan cara menghilangkan gagasangagasan yang benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan, mengemukakan
tidak rasional. berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh
klien benar tidak bisa diterima atau tidak benar.

(d) Langkah keempat (d) Teknik pemberian tugas

Draf kuliah Teknik Konseling


47 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Dalam teknik konselor menugaskan klien untuk mencoba melakukan


tindakan tertentu dalam situasi nyata. Teknik ini bisa dilakukan
untuk menugaskan kepada klien untuk bergaul kepada anggota
masyarakat kalau mereka merasa dikucilkan dalam pergaulan,
membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan cara berpikimya.

Draf kuliah Teknik Konseling


48 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

BAB 9 kepribadian, yang mempunyai relevansi terhadap kesuksesan atau


kegagalan dalam suatu pekerjaan/jabatan, dengan tuntutan kualifikasi
TEKNIK DALAM KONSELING TRAIT-FACTOR dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau
jabatan. Dengan demikian, orang muda bukannya mencari pekerjaan
demi asal punya pekerjaan (the hunt of a job), melainkan memilih secara
sadar suatu pekerjaan yang berfungsi sebagai jabatan (the choice of a
Pengantar
vocation).
TraitFactor Counseling merupakan corak konseling yang menekankan
pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan
Alat yang digunakan untuk mempelajari keadaan seseorang sehingga
pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem yang
menghasilkan suatu analisis bagi masing-masing pribadi, adalah tes-
dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi dan/atau
tes psikologis yang mula-mula digunakan oleh para ahli psikologi
bidang pekerjaan. Corak konseling ini dikenal juga dengan nama
industri dalam rangka seleksi aplikan untuk bidang-bidang pekerjaan
directive counseling atau Counselor-Centered Counselling, karena
tertentu. Berdasarkan identifikasi berbagai kemampuan yang dimiliki
konselor secara sadar mengadakan strukturalisasi dalam proses
atau tidak dimiliki seseorang setelah dites, dan berdasarkan penelitian
konseling dan berusaha mempengaruhi arah perkembangan konseli
terhadap tuntutan pekerjaan di lapangan untuk mengetahui
demi kebaikan konseli sendiri.
kemampuan mana yang harus dimiliki seseorang supaya berhasil
dalam suatu jenis pekerjaan tertentu, para ahli psikologi industri itu
Poses lahirnya konseling berpegang pada teori Trait-Factor bermula
menyusun tabel-tabel prakiraan sukses atau gagalnya seorang aplikan
pada akhir abad yang ke-19 dimana Frank Parson mulai mencari
dalam jenis pekerjaan tertentu. Cara berpikir yang demikian mulai
suatu cara untuk membantu orang-orang muda dalam memilih
diikuti juga oleh konselor jabatan, dengan menekankan penggunaan
pekerjaan yang sesuai dengan potensi rnereka, sehingga dapat cukup
suatu tes psikologis sebagai alat untuk mengidentifikasi ciri-ciri
berhasil di bidang pekerjaan itu. Frank Parsons menunjukan tiga
kepribadian, seseorang yang mempunyai relevansi terhadap suatu
langkah yang harus diikuti dalam rnemilih suatu pekerjaan yang
jabatan/ pekerjaan. Dalam hal ini aliran konseling jabatan berpegang.
sesuai, yaitu: pertama, pemahaman diri yang jelas mengenai
pada teori kepribadian yang dikenal dengan nama teori Trait-Factor.
kemampuan otak, bakat, minat, berbagai kelebihan dan kelemahan,
Yang dimaksudkan dengan Trait adalah suatu ciri yang khas bagi
serta ciri-ciri yang lain. Kedua, pengetahuan tentang keseluruhan
seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku, seperti
persyaratan yang harus dipenuhi supaya dapat mencapai sukses
inteligensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku).
dalam berbagai bidang pekerjaan, serta tentang balas jasa dan
Ciri-ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang
kesempatan untuk maju dalam semua bidang pekerjaan itu. Ketiga,
masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang
berpikir secara rasional mengenai hubungan antarakedua kelompok
terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah. Dengan
fakta di atas. Jadi, langkah yang pertama menggunakan analisis diri;
demikian,misalnya, seseorang dapat diidentifikasikan dan diketahui
langkah yang kedua memanfaatkan informasi jabatan (vocational,
sebagai orang yang sangat inteligen, kurang iba hati, dan agak agresif.
information); langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk
Ciri-ciri itu diandalkan dapat diketahui melalui berbagai tes
berpikir rasional guna menemukan kecocokan antara ciri-ciri
psikologis.

Draf kuliah Teknik Konseling


49 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

terkandung di dalamnya. Namun, beberapa data paling diketahui


Yang dipersoalkan ialah: ciri-ciri itu berapa jumlahnya? Semua ciri itu oleh konseli sendiri, seperti nilai-nilai kehidupan dan cita-cita hidup.
bersifat dasar dan berdiri sendiri, ataukah berkaitan satu sama lain? (b) Fakta tentang keluarga dekat; aneka harapan keluarga; kewajiban
Beberapa ahli psikologi telah mencoba untuk menemukan moral-sosial terhadap keluarga; kemampuan ekonomi keluarga, dan
seperangkat ciri dasar yang terbatas jumlahnya,dengan menganalisis sebagainya.
data hasil testing psikologis melalui teknik statistik yang disebut (c) Fakta tentang lingkungan hidup: ciri/corak khas dari setiap
Factor Analysis.Ciri-ciri dasar yang mereka temukan disebut factors, program studi dan/atau setiap bidang pekerjaan; konstelasi kualifikasi
misalnya Catteli berpendapat telah menemukan 16 faktor, yang yang secara minimal dituntut; keadaan konkret masyarakat yang
merupakan ciri-ciri dasar yang dapat mendeskripsikan kepribadian mempersempit atau mernperluas ruang gerak konseli yang
seseorang secara memadai. Teori Trait-Factor adalah pandangan yang menghadapi keharusan memilih. Sejauh mungkin fakta itu bersifat
mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan kenyataan yang disahkan dalam hasil penelitian; namun data sosial
mengidentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing, semacam ini tidak selalu tersedia atau sudah tidak up-to-date.
psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.
Konseling Trait-Factor berpegang pada pandangan yang sama dan Pendekatan ini dapat digunakan terhadap semua kasus yang
menggunakan alat tes psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis mengandung unsur-unsur sebagai berikut: termasuk ragam konseling
seseorang mengenai ciri-ciri atau dimensi/aspek kepribadian jabatan dan/atau konseling akademik (konseling karier), di mana
tertentu,Yang , diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan konseli menghadapi keharusan untuk memilih di antara beberapa
atau kegagalan seseorang dalam memangku jabatan dan mengikuti alternatif; konseli telah menyelesaikan minimal jenjang pendidikan
suatu program studio Dalam hal ini program studi di institusi SLTE dan sudah mulai tampak stabil dalam berbagai ciri kepribadian;
pendidikan juga dipandang sebagai jabatan sehingga akan diikuti konsel tidak menunjukkan kelemahan serius dalam beberapa segi
prosedur yang sama terhadap pilihan bidang pekerjaan dan bidang kepribadiannya, misalnya selalu ragu-ragu dalam keputusan tentang
studio Dengan demikian, aliran konseling jabatan telah memperluas apa pun juga atau sangat dikuasai oleh alam perasaannya sendiri.
diri menjadi Konseling Jabatan-Akademik, dewasa ini sering disebut Namun, harus selalu diperhatikan apakah pilihan yang akan dibuat
Konseling Karier. bersifat intermediar atau definitif sehingga sukar diubah kelak.

Secara praktis, data dan fakta yang dibutuhkan dapat dikumpulkan Sebagai contoh diambil kasus sebagai berikut: Ada seorang siswa MA,
dalam urutan sebagai berikut. kelas III, program studi IPA. Dia mengambil program studi itu karena
(a) Data tentang diri sendiri: kemampuan intelektual; bakat ingin supaya tetap terbuka kesempatan baginya untuk kelak
khusus;minat; harapan; berbagai perasaan; nilai-nilai kehidupan melanjutkan ke Fakultas Kedokteran atau Fakultas Pertanian. kalau
(personal values); cita-cita; keterampilanketerampilan; serta ciri-ciri kiranya bisa. Data yang akan dikumpulkan dengan bantuan konselor
kepribadian yang lain, yang bersifat nonkognitif. Sejauh mungkin meliputi:
data itu dicari dengan melalui alat-alat tes dan nontes; bilamana alat (a) Data tentang diri sendiri: kemampuan intelektual bertaraf lebih
yang terandalkan tidak tersedia, data itu dikumpulkan berdasarkan dari cukup (berdasarkan hasil testing); berbakat khusus di bidang
refleksi diri (selfanalysis) dengan menyadari kelemahan yang studi matematika (berdasarkan hasil penilaian guru selama beberapa

Draf kuliah Teknik Konseling


50 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

tahun); berminat terhadap matematika dan memelihara tanaman Pendidikan Matematika di dan menjadi guru di suatu sekolah serta
(berdasarkan ,analisis diri, yang diperkuat dalam hasil testing); nilai memberikan tes privat. Pilihan program studi di PT tidak dikaitkan
kehidupan menekankan pengabdian kepada sesama (berdasarkan dengan program studi yang diambil di MA, menurut ketentuan yang
analisis diri, yang diperkuat oleh beberapa guru pada skala berlaku pada saat itu.
penilaian); cita-cita masa depan terpusat pada usaha pembangunan
dan kepemimpinan (berdasarkan data kartu pribadi mengenai Dalam pembicaraan selanjutnya menjadi jelas, bahwa siswa ini harus
keterlibatannya dalam kegiatan ekstrakurikuler sebagai pemimpin, memberikan tekanan pada fakta yang tercantum dalam butir (b) di
disertai keyakinan sendiri); sifat-sifat kepribadian yang mencolok atas. Setelah masing-masing alternatif program studi, sebagai
adalah sabar, ringan tangan, dan besar hati (berdasarkan analisis diri, persiapan untuk karier tertentu, ditinjau pro dan kontranya untuk
diperkuat oleh penilaian sejumlah guru pada skala penilaian); dapat menjawab dua soal, yaitu "Bisakah?/Mungkinkah?" (Possible?)
keterampilan tidak ada yang mencolok, tetapi diakuinya sendiri tidak dan "Inginkah?" (Desirable?), akhirnya diputuskan bahwa:
merasa malu bila tangannya menjadi kotor; harapannya ialah Kedokteran umum tidak mungkin, meskipun sebenarnya ingin. Maka
melanjutkan ke perguruan tinggi dan membuat orang tuanya merasa tidak jadi.
bangga. Psikologi tidak diinginkan, meskipun sebenarnya bisa. Maka tidak
jadi.
(b) Fakta tentang keluarga dekat: orangtua mengharapkan dia Teknologi Pertanian bisa dan diinginkan. Namun dia harus studi di
melanjutkan studi, tetapi jangan sampai terlalu lama karena harus PTN di kota tempat tinggalnya; tidak ada PTS yang menawarkan
ikut membiayai pendidikan adik-adik; kemampuan ekonomi keluarga program studi itu. Maka ditentukan sebagai pilihan yang kedua.
sedang saja, sehingga selama studinya dia harus tetap tinggal di Ilmu Pasti bisa dan diinginkan. Di kota tempat tinggalnya ada Negeri
rumah orang tua nanti; program studi diserahkan kepada anak, asal dan Swasta yang menawarkan program studi Pendidikan
dia dapat menekuninya. Matematika. Maka pilihan yang pertama menjadi Pendidikan
Matematika, SI, dengan preferensi di Negeri.
(c) Fakta tentang program studi, yang mempersiapkan untuk karier
tertentu yang pernah dibayangkan, yaitu Kedokteran Umum, Ditentukan dua pilihan program studi atas dasar pertimbangan,
Psikologi, Teknologi Pertanian, Ilmu Pasti. Kedokteran Umum bahwa belum tentu dia diterima untuk pilihannya yang pertama.
menuntut beberapa kualifikasi yang kiranya dapat dipenuhi, tetapi Daripada merasa frustasi besar, dia secara mental sudah siap untuk
secara finansial sangat berat, Psikologi menuntut pola kualifikasi diterima dalam pilihannya yang kedua. Untuk siswa ini kedua pilihan
yang tidak berbeda jauh dengan data dalam butir (a), tetapi program itu bercirikan definitif, meskipun keputusan tentang suatu spesialisasi
studi strata satu (S1) tidak memberikan harapan dapat segera bekerja dapat diambil kemudian. Segi yang tidak ditinjau dalam kasus ini
dengan mendapat imbalan yang cukup memadai baginya. Teknologi ialah apakah suatu alternatif pilihan probable, dalam arti siswa itu
Pertanian memungkinkan segera bekerja dan memulai usaha dapat diramalkan akan berhasil baik dalam program studi Teknologi
sambilan untuk menambah penghasilan serta pola kualifikasinya pun Pertanian dan Pendidikan Matematika. Untuk itu diperlukan data
tidak jauh berbeda dengan data mengenai diri sendiri. Ilmu Pasti pun yang memberikan indikasi tentang besar-kecilnya probabilitas akan
kelihatan sesuai, apalagi kalau dia menamatkan program studi berhasil baik, setelah diterima di salah satu program studio Data

Draf kuliah Teknik Konseling


51 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

semacam itu di Indonesia dewasa ini masih jarang tersedia. Namun, dipilih alternatif program studi atau bidang pekerjaan tertentu,
mengingat data psikologis yang tersedia, siswa ini boleh sedangkan istilah yang kedua menyangkut hasil yang boleh
mengharapkan akan berhasil baik kalau dia tetap bermotivasi kuat. diharapkan bila dipilih suatu alternatif tertentu dalam lingkup
permasalahan yang tidak berkaitan dengan bidang studi atau bidang
Perlu dicatat bahwa pengumpulan data tentang diri sendiri dan fakta pekerjaan.
tentang keluarga dekat serta lingkungan hidup sangat bermanfaat
untuk dapat menentukan suatu norma atau patokan yang menjadi Pelaksanaan Trait-Factor Counseling
landasan untuk kelak dapat mengambil suatu keputusan tegas. Kasus
Biarpun norma atau patokan itu di sini tidak dirumuskan secara Fulan adalah seorang siswa MA, kelas III, program studi IPA. Pada
eksplisit seperti kerap terjadi dalam konseling yang tidak bulan November dia menghadap konselor di sekolah untuk
menyangkut suatu pilihan program studi atau bidang pekerjaan, membicarakan masalah kelanjutan studi setelah tamat sekolah, pada
namun tinjauan mengenai segi pro dan segi kontra pada setiap bulan April tahun berikutnya. Dalam wawancara menjadi jelas bahwa
alternatif pilihan lazimnya berlandaskan pada suatu norma atau Fulan merasa bingung sekali karena tidak mengetahui bagaimana
patokan yang berkaitan dengan data tentang diri sendiri dan fakta caranya mengatasi kesulitanyang dihadapinya. Adapun kesulitan
tentang keluarga dekat serta lingkungan hidup. Dengan kata lain, Fulan adalah sebagai berikut: dia berkeinginan sekali melanjutkan ke
himpunan data dan fakta yang disebutkan dalam uraian di atas fakultas teknik dan nanti bekerja sebagai insinyur sipil. Dia yakin
menghasilkan suatu pegangan dasar dalam proses pengambilan mampu menyelesaikan studi di fakultas teknik karena hasil belajar di
keputusan selanjutnya. Selain itu patut diperhatikan bahwa dalam MA dalam seluruh bidang studi, yang menunjang studi di fakultas
contoh yang disajikan dalam uraian di atas konseli sudah mempunyai teknik, selama ini tergolong baik Hasil ini memang sesuai dengan
beberapa alternatif program studi untuk ditinjau, antara lain hasil tes kemampuan belajar yang ditempuh ketika Fulan
meninjau kualifikasi yang dituntut. Dalam kasus yang demikian tidak mencalonkan diri sebagai siswa di MA ini. Sejak masuk MTS Fulan
perlu lagi membuat suatu inventarisasi tentang alternatif program senang membaca buku-buku tentang teknik yang dipinjam di
studio Berbedalah keadaan konseli yang belum memikirkan alternatif perpustakaan sekolah, khususnya teknik bangunan suatu jalan raya.
yang dapat terbuka baginya, mengingat data tentang diri sendiri dan Menurut pendapat Fulan, kepribadiannya cocok untuk bekerja
fakta tentang keluarga dekat., sehingga harus diadakan inventarisasi sebagai insinyur pembangunan di lokasi mana pun juga. Atas
alternatif lebih dahulu untuk melengkapi data sosial, agar proses pertanyaan konselor Fulan menjelaskan bahwa keluarganya
pengambilan keputusan selanjutnya berjalan lancar. Akhirnya, harap mendukungcita-cita tersebut, namun tidak mampu untuk membiayai
diperhatikan bahwa pendekatan sebagaimana dijelaskan di atas studi di fakultas teknik sampai mencapai gelar insinyur. Dia
menyangkut suatu kasus pilihan di antara beberapa alternatif (a choice diharapkan akan cepat bekerja supaya dapat membantu membiayai
case) mengenai program studi/bidang studi dan/atau bidang pendidikan. adik-adiknya. Nah, keadaan ekomomi keluarga dan
pekerjaan, bukan kasus pilihan di antara beberapa alternatif di luar harapan orang tua inilah. Yang menimbulkan kesulitan besar,
dua bidang itu. Istilah "probable" dalam urain di atas dan istilah sehingga Fulan sudah lama menghadapi masalah: bagaimana saya ini
"feasible" tidak menunjukkan pada sesuatu, yang sangat berbeda; sesudah tamat? Karena masalah yang belum terpecahkan ini, Fulan
istilah yang pertama menyangkut hasil yang boleh diharapkan bila semakin merasa sukar untuk berkonsentrasi dalam belajar. Dia

Draf kuliah Teknik Konseling


52 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

bahkan merasa minder sebab teman/rekan sekelas semuanya berkata


akan melanjutkan ke PT yang banyak terdapat di lokasi. (4) Membantu Fulan mengintegrasikan semua data di atas satu sama
lain dan mempertimbangkan pro dan kontra dari masing- masing
Langkab-langkah kerja: alternatif, agar menjawab dua pertanyaan: "bisakah?/mungkinkah"
(1) Membangun hubungan pribadi dengan Fulan. (2) Mendengarkan serta "inginkah?". Misalnya dipertimbangkan sebagai berikut: (a)
dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan perasaan Fulan. Semua program studi Sl kelihatannya tidak mungkin (tidak
Masalah yang ingin dibicarakan oleh Fulan ialah: tidak mengetahui bisa),karena masa studi terlalu lama dan biaya tidak tersedia,
akan melanjutkan studi ke mana karena keluarganya tidak mampu meskipun program-prograrn studi itu sebenarnya diinginkan.
membiayai studi di fakultas teknik. Dia merasa sangat bingung Namun, dapat dicari informasi apakah bagi Fulan tersedia
karena persoalan ini; merasa minder kalau tidak dapat melanjutkan. kemungkinan mendapatkan beasiswa atau mengambil kredit
mahasiswa di bank dengan syarat lunak. Seandainya kemungkinan
(3) Mengadakan analisis kasus, yaitu menghimpun data yang itu ada, seluruh program studi itu dapat dipertimbangkan lagi (Untuk
ternyata tersedia:(a) Fulan sendiri. Kemampuan belajar: cukup tinggi. mencari informasi itu proses konseling dihentikan dulu). Dalam
Bakat khusus: matematika dan menggambar mistar. Cita-cita hari wawancara berikutnya. Fulan melaporkan bahwa bagi dia tidak
depan: menjadi insinyur sipil dengan belajar di fakultas teknik suatu tersedia kemungkinan itu. Dengan demikian, jelaslah bahwa semua
PT. Minat: teknik pembangunan jalan raya. Sifat kepribadian yang program studi S l tidak dapat dipilih (tidak mungkin dipilih; tidak
mencolok: mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. bisa dipilih). (b) Semua program studi D3 dimungkinkan karena masa
Nilai kehidupan (setelah ditanyakan langsung): pengabdian pada studi tidak terlalu lama, biaya tidak terlalu tinggi dan tersedia
kebutuhan bangsa dan Negara, Perasaan: bingung, minder. (b) kesempatan untuk lekas bekerja. Namun program studi manakah
Keluarga Fulan. Orang tua sebenarnya mendukung cita-citanya. yang diinginkan mengingat cita-cita semula adalah menjadi insinyur
tetapi terbentur pada persoalan biaya seandainya dia belajar di sipil? Berarti harus ada perubahan dalam cita-cita Fulan, alias
fakultas teknik. Dia diharapkan lekas bekerja untuk membantu aspirasinya harus diturunkan. Di antara altematif-alternatif yang ada,
pendidikan adik-adiknya. (c) Bidang pekerjaan yang diinginkan: Fulan ternyata paling menginginkan program D3 Pendidikan Teknik
sebenarnya mempunyai prospek masa depan yang baik, lebih-lebih Bangunan karena sebagai guru dia dapat juga mengabdi. (c)
bila Fulan bersedia ditugaskan di luar Pulau Jawa. Bidang-bidang Universitas Terbuka, program D2 Keterampilan Teknik sebenarnya
studi di PT yang sesuai dengan data tentang Fulan sendiri dan dapat mungkin, tetapi Fulan tidak begitu ingin karena dianggap di bawah
dipertimbangkan sebagai alternatif-alternatif: l) di PTN Universitas, kemampuan otaknya. Dia baru bersedia memilih alternatif ini kalau
S1, JurusanTeknik Sipil; 2) di PTS Universitas, S1, Jurusan Teknik dia ternyata tidak diterima di program Politeknik dan Pendidikan
Sipil; 3) di PTN Universitas, Program D3 Politeknik, Teknik Sipil; 4) di Teknik yang tercantum pada butir b di atas. Akhirnya. Fulan
PTN , S1, dalam Pendidikan Teknik Bangunan; 5) di PTN , D3, datam memutuskan untuk memilih sebagai alternatif pertama program D3
Pendidikan Teknik Bangunan; 6) di Universitas Terbukas Program D2 Pendidikan Teknik sebagai alternatif kedua program D3 Politeknik di
Keterampilan Teknik; 7) alternatif lain yang relevan, seandainya Universitas; dan sebagai alternatif ketiga program D2 Keterampilan
diketahui tersedia. Semua alternatif itu dikumpulkan dalam rangka Teknik di Universitas Terbuka.
inventarisasi kemungkinan yang terbuka baginya.

Draf kuliah Teknik Konseling


53 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

(5) Mengakhiri hubungan pribadi dengan Fulan. Patut dicatat di sini


bahwa dalam kasus ini konseli belum memikirkan sejumlah alternatif
program studi di PT. Maka pada akhir fase 3 diadakan inventarisasi
alternatif lebih dahulu untuk melengkapi data sosial, agar proses
pengambilan keputusan selanjutnya berjalan lancar; dalam
inventarisasi itu belum digunakan nama program karena nama itu
masih dapat berubah. Digunakan nama jurusannya atau bidang
studinya.

Draf kuliah Teknik Konseling


54 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

dasarnya berpegang pada keyakinan bahwa banyak perilaku manusia


merupakan hasil suatu proses belajar dan, karena itu, dapat diuoah
BAB 10 dengan belajar baru. Dengan demikian, proses konseling pada
TEKNIK DALAM KONSELING BEHAVIORISTIK dasarnya pun dipandang sebagai suatu proses belajar.

Sejalan dengan keyakinan mendasar itu. bagi seorang konselor


Pengantar behavioristik perilaku konseli merupakan hasil dari keseluruhan
pengalaman hidupnya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Kalau
Konseling Behavioristik berasal dari Behavioral Counseling, yang untuk perilaku konseli ditinjau dari sudut pandangan apakah perilaku itu
pertama kali digunakan oleh John D. Krumboltz (1964). Konseling ini tepat dan sesuai dengan situasi kehidupannya (well-adjusted) atau
diharapkan menghasilkan perubahan yang nyata dalam perilaku tidak tepat dan salah suai (maladjusted), harus dikatakan bahwa baik.
konseli (counselee behavior). Aliran baru ini menekankan bahwa tingkah laku tepat mauptin tingkah laku salah sama-sama merupakan
hubungan antarpribadi itu tidak dapat diteliti secara ilmiah, hasil belajar. Karena tingkah laku salah merupakan hasil belajar,
sedangkan perubahan nyata dalam perilaku konseli memungkinkan tingkah laku yang salah itu juga dapat dihapus dan diganti dengan
dilakukan penelitian ilmiah. tingkah laku yang tepat melalui suatu proses belajar. Dengan kata
lain, kalau seseorang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
Perubahan dalam perilaku itu harus diusahakan melalui suatu proses (adjustment), hal itu disebabkan karena orang itu telah belajar
belajar (learning) atau belajar kembali (relearning), yang berlangsung bertingkah laku yang salah. Di masa yang lampau orang belajar
selama proses konseling. Oleh karena itu, proses konseling dipandang dalam interaksi dengan lingkungannya, lebihlebih orang lain
sebagai suatu proses pendidikan (an educational process), yang (Lingkungan sosial). Dia telah berhadapan dengan sejumlah
terpusat pada usaha membantu dan kesediaan dibantu untuk belajar rangsangan (Stimulus, disingkat S) dan telah bereaksi pula dengan
perilaku baru dan dengan demikian mengatasi berbagai macam cara tertentu (Response, disingkat R). Cara bereaksi itu lama-kelamaan
permasalahan. Perhatian difokuskan pada perilaku-perilaku tertentu akan dapat membentuk suatu pola bertingkah laku. yang sesuai
yang dapat diamati (observable), yang selama proses konseling melalui dengan situasi kehidupannya pada saat tertentu. Suatu pola
berbagai prosedur dan aneka teknik tertentu akhirnya menghasilkan bertingkah laku yang dahulu mungkin sesuai, di waktu kemudian
perubahan yang nyata, yang juga dapat disaksikan dengan jelas. dapat tidak sesuai lagi karena situasi kehidupannya telah berubah.
Semua usaha untuk menuatangkan perubahan dalam tingkah laku Kalau pola berperilaku yang dipelajari dahulu tetap dipertahankan,
(behavior change) didasarkan pada teori belajar yang dikenal dengan meskipun situasi kehidupan telah berubah, akan ada kesulitan, alias
nama Behaviorisme dan sudah dikembangkan sebelurn lahir aliran orang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri. Misalnya,
pendekatan Behavioristik dalam konseling. Teori belajar seorang remaja Dawar telah mengembangkan kebiasaan untuk
Behaviorisme mengandung banyak variasi dalam sudut pandangan. mengurung diri di kamar tidurnya setiap kali berbeda biasanya tidak
Oleh karena itu, pendekatan Behavioristik dalam konseling mengenal diutarakan oleh konseli pada waktu konseli menjelaskan masalahnya.
banyak variasi dalam prosedur, metode, dan teknik yang diterapkan. Konselor yang berpegang pada model A-B-C baru mengetahui apa
Meskipun demikian. jajaran pelopor pendekatan Behavioristik pada yang terjadi sesudah A dan sebelum C, tetapi belum mengetahui apa

Draf kuliah Teknik Konseling


55 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

bentuk konkret dari A dan apa bentuk konkret dari c. Oleh karena itu, sesuai. Dalam hal ini dapat ditempuh dua jalan atau diterapkan dua
konselor akan mengajak konseli untuk mengidentifikasikan A dan C; siasat, yaitu:
rangsangan atau kombinasirangsangankonkret apa yangtelah
berlangsung (A) dankeuntungan/efek positif apayangdiperoleh (C). Mengubah respons/reaksi terbuka (R) atau perilaku (B) seeara
Analisis ini sering tidak terbatas pada rangkaian A,B,C yang terdapat langsung, tanpa mengusahakan perubahan dalam respons/reaksi
di masa sekarang ini, tetapi juga menggali rangkaian A-B-C yang tertutup (r) atau cara berpikir lebih dahulu. Dalam hal ini diterapkan
terjadi dimasa yang lampau. Ternyata seringkali perilaku yang pola/cara belajar menurut konsepsi Pavlov, konsepsi Skinner atau
sekarang ini juga terdapat di tahun-tahun yang lampau, sebagai menurut konsepsi Bandura, yang mungkin dikombinasikan satu sama
reaksi terhadap rentetan peristiwa atau rangkaian pengalaman yang lain untuk mencari cara yang paling efektif bagi konseli tertentu
sama atau mirip dengan peristiwa di masa sekarang; ternyata dengan kasus tertentu. Adanya rasa cemas. gelisah, khawatir, dan
pula,bahwa keuntungan/efek positif yang didapat di masa yang takut-takut dapat ikut dipertimbangkan dalam prosedur
lampau sama dengan keuntungannya di masa sekarang. Dengan penyembuhan, dapat pula tidak. Berbagai variasi dalam prosedur
demikian menjadi jelas, bagaimana proses lahirnya permasalahan mengusahakan mengubah perilaku secara langsung, seperti yang
yang dihadapi pada masa sekarang. Dapat menjadi tampak,bahwa dikenal dengan nama desensitization. counterconditioning, social
suatu seri kejadian atau pengalaman telah menjadi situasi psikologis modeling, dan reinforcement program. Dalam prosedur-prosedur itu
tertentu, yang dihadapi dengan pola berperilaku tertentu dengan diusahakan suatu perubahan dalam Antecedent dan/atau Consequence,
memperoleh efek yang sama.,Misalnya, seorang mahasiswi telah sehingga Behavior yang terdapat di antara kedua hal itu akan berubah
berkali-kali mengalami perlakuan kasar dari sejumlah mahasiswa bila pula. Seandainya diakui peranan dari suatu reaksi internal yang
berkumpul. Berkali-kali pula dia bereaksi dengan mengundurkan diri berupa perasaan dan/atau pikiran (r); peranan itu tidak
dari pergaulan sama para mahasiswa itu. Lama-kelamaan setiap ditanggulanginya secara khusus. atas dasar pertirnbangan bahwa
pertemuan antar mahasiswa baginya menjadi situasi yang perubahan dalam respons/reaksi tertutup akan mengikuti perubahan
mengancam dan menegangkan. Akibatnya, dia selalu cenderung dalam respons/reaksi terbuka. Jadi mengubah R dahulu, kemudian
pergi secepat mungkin dan menyibukkan diri dengan aktivitas lain, akan menyusul perubahan dalam r dengan sendirinya. Berbagai
seperti yang sudah-sudah. Keuntungan yang diperoleh ialah rasa lega prosedur itu umumnya dikenal dengan nama modifikasi tingkah laku
karena lolos dari ancaman. Rasa lega itulah yang dicarinya sampai (Behavior Modification), yang diterapkan terhadap orang yang
sekarang. Akhirnya dia menjatuhkan dirinya sendiri dalam suatu mengidap penyakit jiwa atau mengalami gangguan neurotik
lingkaran setan. Namun, sebagai wanita muda dia juga berkeinginan (psikoterapi) diterapkan pula terhadap anak-anak yang sukar dididik,
untuk berjumpa dengan lawan jenisnya, sehingga dia akan bahkan terhadap anak-anak normal di taman kanak-kanak dan
mengalami kesukaran serius dalam pergaulan dengan kaum pria. sekolah dasar. Misalnya, seorang anak yang takut terhadap kelinci
dan menjerit-jerit bila kelinci itu ditaruh di tempat yang dekat
Setelah diadakan analisis kasus, konselor akan membantu konseli padanya secara berangsur-angsur dibuat tidak menjerit lagi, bahkan
untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi sekarang, bersedia mengelus-elus kelinci itu. Prosedur yang digunakan ialah
dengan mengembangkan suatu cara bertingkah laku yang lebih menaruh kelinci itu di tempat yang agak jauh pada waktu anak
sedang asyik menikmati sepotong cokelat manis. lni diulang-ulang,

Draf kuliah Teknik Konseling


56 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

tetapi setiap kali kelinci itu ditaruh makin dekat padanya, sampai efektif bagi konseli tertentu dalam permasalahan tertentu. Misalnya.
akhirnya dapat dipangku tanpa menjerit-jerit (counterconditioning). seseorang yang berbadan terlalu gemuk karena salah makan, dapat
Seorang anak dapat belajar bertingkah laku tepat dengan meniru dibantu dengan mengembangkan suatu program mengatur waktu
suatu model yang memperlihatkan tingkah laku yang tepat, misalnya makan dan kuantitas bahan makanan, dengan memberikan suatu
bersalaman dengan orang yang tidak dikenal. Berbagai prosedur itu peneguhan (reinforcement) kepada dirinya sendiri setiap kali setia
dapat saja diterapkan dalam konseling di. sekolah dalam kasus-kasus pada pelaksanaan program kerja itu, seperti nonton acara TV yang
tertentu, tetapi kebanyakan konselor di indonesia tidak dipersiapkan sangat-digemari atau memberikan pujian kepada diri sendiri (self-
khusus untuk merancang suatu prosedur modifikasi tingkah laku management). Misalnya pula, seorang karyawan yang selalu takut
yang sesuai untuk setiap kasus yang ditangani. Oleh karena itu, menghadapi pimpinannya untuk membicarakan suatu kepentingan,
pengubahan tingkah laku secara langsung menurut prosedur yang dapat dibantu dengan meninjau apa sebab-sebabnya dia merasa
diutarakan di atas, tidak akan dibahas lebih lanjut di sini. takut, mempertimbangkan semua alas an positif yang mendorong
untuk menghadap, dan memikirkan pula cara berbicara yang tidak
Mengubah respons/reaksi tertutup (r) lebih dahulu, lebih-Iebih akan menimbulkan ketegangan dan konflik, disertai latihan
tanggapan pikiran dalam batin seseorang; sebagai akibat menghadap seorang atasan yang dimainkan oleh konselor (assertive
respon/reaksi terbuka (R) akan berubah pula, namun tidak secara training, kombinasi antara pendekatan tidak langsung dan langsung).
langsung seperti dalam butir (a) di atas. Sesuai dengan yang
diterangkan diatas tentang peranan tanggapan pikiran (mediating Semua prosedur itu telah diterapkan oleh yang ahli dalam
response), telah dikembangkan suatu pendekatan Behavioristik yang pendekatan Behavioristik ini terhadap banyak orang dalam berbagai
dikenal dengan nama Pendekatan Kognitif-Behavioristik (Cognitive- macam permasalahan, baik yang mengandung. unsur kegelisahan
Behavioral Approach). Tentang pendekatan ini diuraikan lebih lanjut di dan kecemasan maupun yang tidak, dengan taraf keberhasilan yang
bawah ini. berbeda-beda. Prosedur yang teruji ini dapat diterapkan dalam
konseling di jenjang pendidikan menengah dan perguruan tinggi,
Tokoh/pakar seperti Bandura (1977), Kamfer dan Philips (1970), namun diragukan apakah jajaran konselor sekolah di Indonesia
Cautela dan Baron (1977), dan Ellis (1977) menekankan peranan dari dewasa ini sudah cukup terlatih dalam mengaplikasikannya terhadap
persepsi, pikiran, dan keyakinan, yang semuanya bersifat kognitif, kliennya secara jeli. Namun, ini tidak berarti bahwa corak pendekatan
sebagai komponen yang sangat menentukan dalam rangkaian S r R. konseling Behavioristik ini tidak dapat digunakan oleh konselor
Manusia dapat mengatur baik perilakunya sendiri dengan mengubah sekolah terhadap kaum remaja dan mahasiswa. Banyak kasus
tanggapan kognitifnya terhadap Antecedent dan mengatur sendiri berkisar pada rasa khawatir, takut, main, bersalah, muak, dan benci,
Reinforcement yang diberikan kepada dirinya sendiri. Corak yang semuanya disertai perasaan gelisah, cemas, dan tidak tenang.
pendekatan ini mengenal beberapa variasi dalam prosedur yang Perasaan itu menyangkut orang lain, benda-benda, dan kejadian-
diikuti; seperti Assertive Training, Thought Stopping, Attribution kejadian tertentu. Aneka rasa tersebut timbul karena konseli tidak
Psychology, Self Management (dikombinasikan dengan pendekatan pernah mendapat kesempatan untuk belajar hal-hal tertentu, seperti
secara langsung. seperti dalam butir (a), Cognitive Restructuring dan kelincahan dalam bergaul dengan orang lain (social skills) dan cara
Rational-Emotive Therapy. Di sini pun dicari prosedur yang paling membawakan diri di hadapan umum; dapat pula timbul masalah

Draf kuliah Teknik Konseling


57 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

karena kesempatan penyesuaian yang ada tidak dipergunakan sebelumnya (A), dan dari bentuk peneguhan yang efektif (C). Dengan
semestinya, gara-gara pengaruh negatif dari beraneka perasaan itu, demikian, pendekatan Behavioristik menurut siasat yang diutarakan
seperti terjadi dalam kasus mahasiswi yang diutarakan di atas. dalam butir (b) tadi dapat diterapkan terhadap kasus orang takut
Perbedaan itu akan tampak dalam analisis kasus, ketika konselor pada sesuatu, asalkan konseli ini mampu berefleksi atas tingkah
menggali rangkaian A-B,-C di masa sekarang dan di masa yang lakunya sendiri.
lampau. Konseli kemudian dibantu untuk mengakui rasa takut dan
perasaan cemas dalam batinnya sendiri (r afektif), dan meninjau Pendekatan Konseling Behavioristik masih dalam taraf penelitian
masalahnya dari sudut lain serta memikirkan suatu cara bereaksi untuk menentukan efektivitas dari berbagai prosedur spesifik seperti
yang lain (r kognitif) sebagai langkah intermediar untuk berperilaku yang diutarakan di atas. Namun, dewasa ini semakin ditekankan
yang lebih tepat. bahwa pendekatan Behavioristik dapat menunjukkan fleksibilitas
yang besar, karena tujuan konseling (perubahandalam tingkah laku)
Sebagai contoh: mahasiswi yang akhirnya sangat takut untuk bergaul dan prosedur yang diikuti untuk sampai pada tujuan itu disesuaikan
dengan teman-teman mahasiswa, dapat diajak untuk memikirkan dengan kebutuhan nyata pada konseIi dalam setiap kasus. Selain itu,
suatu tanggapan kognitif yang lebih baik, seperti: "Saya tidak perlu seorang konselor Behavioristik dewasa ini mengakui sepenuhnya
menjatuhkan vonis atas semua pemuda. Saya harus membedakan bahwa suasana kepercayaan dan hubungan antarpribadi yang
antara mahasiswa yang genah (benar) dan tidak genah (tidak benar). menyenangkan (working relationship) juga sangat penting. Dengan
Saya dapat menolak ajakan yang tidak sopan. Saya dapat menyatakan demikian, kritik negatif yang dahulu kerap dilontarkan terhadap
keberatan saya terhadap perlakuan tertentu. Saya dapat menghindari pendekatan. Behavioristik sebagai manipulasi manusia yang tidak
pembicaraan dengan pemuda yang tidak genah dan hanya bergaul manusiawi agak kehilangan sengatnya. Diprakirakan bahwa
dengan pemuda yang tahu cara membawa diri dan sebagainya. Lalu pendekatan Behavioristik akan. semakin bergeser dari usaha
dirundingkan tatacara bergaul yang baik dan tepat tanpa disertai membantu orang yang mempunyai masalah ke arah membekali orang
perasaan was-was akan dirugikan. Akhirnya program kerja itu mulai dengan aneka siasat untuk mencegah timbulnya persoalan kejiwaan
diterapkan di luar ruang konseling: kalau program kerja itu berhasil, yang serius.
dia akan mendapat peneguhan yang diberikan kepada diri sendiri
(menurut konsepsi Skinner). Misalnya pula, seorang yang takut pada Prosedur Konseling Behavioristik
darah dan akhirnya takut pada warna merah, dapat diajak untuk Kasus
melihat arti-arti lain yang melekat pada warna merah, seperti Zaedun adalah siswi di MA, kelas II, catur wulan IV Dia berumur 16
kepahlawanan. (bendera nasional) dan keindahan (bunga mawar). tahun, putri kedua dari lima bersaudara. Orang tua berpendidikan
Seandainya darah sampai sekarang dipersepsikan sebagai lambang SLTA dan berhasil menciptakan suasana kehidupan keluarga yang
kematian dan kehilangan hidup, orangnya dapat diajak untuk akrab. Wali kelas II, seorang ibu, menaruh perhatian besar terhadap
menanggapinya dengan cara lain, seperti memberikan kehidupan .perkembangan siswa di kelasnya. Pada suatu hari wali kelas itu
(transfusi darah) (menurut konsepsi Pavlov). Tanggapan-tanggapan menghubungi konselor sekolah untuk minta tolong dalam
kognitif yang lebih tepat tergantung sekali dari kasus konkret, dari menghadapi kasus Zaedun. Wali kelas menjelaskan: dia sudah lama
wujud tingkah laku yang harus berubah (B), dari rangsangan memperoleh kesan bahwa Zaedun menghadapi kesulitan yang

Draf kuliah Teknik Konseling


58 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

menyangkut pergaulan dengan siswa lain jenis di sekolah. Wali kelas Dia mempunyai pikiran untuk tidak pemah menikah dari pada
sudah kerap menyaksikan bahwa Zaedun, setiap kali diajak bicara dihadapkan pada ulah laki-Iaki.
oleh seorang anak Dawar, menghindar dan menolak berbicara. Dia (3) Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap
segera lari ke kelompok teman/kawan putri, seolah-olah mencari mengenai kaitan antara A-B dan C (Antecedents, Behavior; Consequences).
perlindungan dari mereka. Bahkan, baru-baru ini Zaedun menolak Konselor akan menaruh perhatian khusus pada semua reaksi internal
tawaran dari wali kelasnya untuk ikut dalam mementaskan drama, (r) karena dia akan mengusahakan supaya Zaedun mengubah dahulu
dengan alasan tidak suka tampil di panggung bersama dengan reaksi pikiran dan perasaan sebagai jalan intermediar untuk
pemain-pemain Dawar. mengubah perilakunya (R).

Wali kelas mengusulkan kepada konselor untuk mengajak Zaedun (a) Pada saat sekarang perilakunya yang nyata ialah menghindari
bicara dan konselor menyatakan dirinya sanggup. Ketika konselor pembicaraan dengan teman/kawan Dawar dan menolak tawaran
memanggil Zaedun, mula-mula siswi itu agak segan berbicara, tetapi untuk berpartisipasi dalam pementasan drama (B). Anteseden adalah
kemudian membuka diri. Dia mengakui merasa benci dan sekaligus sapaan oleh teman Dawar dan tawaran ikut main pentas bersama
takut terhadap semua anak Dawar. "Mereka semua jahat dan maunya dengan beberapa anak Dawar (A). Akibatnya dari penghindaran dan
hanya menindas cewek," katanya. Hanya kepada kedua adiknya yang penolakan .adalah rasa tenang dan perasaan lepas dari suatu bahaya
laki-laki, yang masih di SD, dia merasa sayang. Dia mengatakan juga, yang mengancam (C); hal-hal ini diakui oleh Zaedun ketika konselor
"Lebih baik tidak menikah daripada jatuh dalam lembah kenistaan." memancing bagaimana perasaannya setelah menghindarkan diri. Ini
Konselor menduga bahwa Zaedun telah mengalami hal-hal tertentu sekaligus berfungsi sebagai penguat (reinforcement).
dan akhirnya menjadi merasa benci pada semua siswa Dawar; maka
konselor ingin membantu Zaedun bersikap lain dan bertindak lain. (b) Konselor bertanya-tanya mengenai pengalaman-pengalaman
Zaedun di masa yang lampau, apakah pernah terjadi hal-hal yang
Langkah-langkah kerja: tidak mengenakkan dalam bergaul dengan teman/kawan Dawar.
(1) Membangun hubungan pribadi dengan Zaedun. Di sini pun Ternyata ada, yaitu pada waktu belajar di MTS rambutnya sering
konselor menjelaskan alasan Zaedun dipanggil dan bertanya apakah ditarik-tarik oleh beberapa siswa Dawar; di kampungnya sering
Zaedun memang mengalami suatu kesulitan. Zaedun mengakui ada diejek oleh pemuda brandal karena wajahnya penuh jerawat; pada
kesulitan dalam bergaul dengan anak Dawar dan bersedia waktu pergi ke Sekaten menyaksikan banyak pemuda mengganggu
membicarakan hal ini dengan konselor. gadis-gadis dengan cara yang kasar; dari pernah menyaksikan film
(2) Mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan horor di mana wanita disakiti oleh laki-Iaki (A). Reaksinya adalah
perasaan Zaedun. Zaedun mengutarakan bahwa dia tidak suka ikut selalu sama, yaitu menghindar (R) dan merasa takut serta jijik (r).
dalam pementasan drama kalau ada pemain Dawar. Dia mengatakan Setelah dia menghindar dan menyembunyikan diri dalam kelompok
juga bahwa dia merasa lebih tenang dalam bergaul dengan kelompok teman/kawan putri, dia.merasa aman dan lega (C). Konselor mulai
teman/kawan putri saja. Dia merasa takut dan benci pada mengerti bahwa dalam sejarah hidup Zaedun telah terjadi
teman/kawan Dawar dan menyalahkan mereka menindas cewek saja. generalisasi: tindakan ancaman dari kaum Dawar diartikan sebagai
situasi yang menegangkan, yang diatasi dengan cara melarikan diri

Draf kuliah Teknik Konseling


59 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

sebagai reaksi biasa. Dengan demikian Zaedun menggali lubang jiwanya. Dia dapat menegur pemuda seperti itu dengan kata-kata
untuk diri sendiri kafena dia semakin cenderung untuk: melarikan yang tegas: dia dapat mengacuhkan perlakuan itu dan seolah-olah
diri dan dengan demikian mendapatkan ketenangan; namun tidak melihat atau mendengar apa-apa. Reaksi melarikan diri
sekaligus dia membuat keadaan dirinya sendiri semakin sulit untuk hanyalah tepat bila keselamatannya sungguh-sungguh terancam.
diatasi (unsur peneguhan atau reinforcement). Dengan demikian Kalau terus-menerus merasa takut pada pemuda, bagaimana
menjadi jelas bagaimana telah berlangsung suatu proses belajar pada akibatnya nanti bila timbul keinginan untuk mendapatkan seorang
Zaedun dan telah terbentuk suatu pola reaksi terhadap suatu situasi pacar seperti pemudi sebaya yang lain? Pokoknya, Zaedun harus
khusus, yang mula-mula menyangkut pemuda nakal dan kemudian dibantu untuk membedakan antara pemuda yang sungguh-sungguh
meluas menjadi bergaul dengan sembarang pemuda. tidak genah, pemuda remaja yang sedikit nakal, dan pemuda yang
betul-betul genah. Hanyalah mereka yang sungguh-sungguh tidak
(4) Membantu Zaedun untuk menentukan penyelesaian yang genah patut dihindari; yang sedikit nakal dikoreksi saja; yang betul-
memuaskan. Konselor dapat menjelaskan kepada Zaedun bahwa betul genah boleh bergaul dengan dia tanpa dia menentukan macam-
kecenderungannya untuk melarikan diri dan rasa takut serta jijik macam syarat, supaya tabu bagaimana kaum pria itu. Dengan jalan
merupakan hasil dari suatu proses belajar, sampai akhirnya Zaedun yang demikian Zaedun mulai memikirkan tatacara lain dalam
tidak mengenal pola reaksi yang lain terhadap situasi yang khusus berhadapan dengan seorang pemuda. Pemikiran/tanggapan kognitif
itu. Kemudian, konselor membantu Zaedun untuk mengakui reaksi yang baru ini tidak serta merta menghilangkan rasa takut dan benci,
perasaannya sebagai suatu kenyataan yang harus dihadapi tetapi tetapi memberi kemungkinan untuk menghilangkan rasa takut dan
sekaligus dapat diatasi kalau dia berani mengubah pandangannya benci itu walau memakan waktu yang lama. Kemudian, konselor
terhadap beraneka peristiwa yang telah dialaminya. Konselor dapat mengusulkan kepada Zaedun untuk berani terjun, dengan menerima
bertanya, apakah dia juga mempunyai pengalaman berisikan lain tawaran ikut serta dalam pementasan drama dan berpartisipasi dalam
dalam pergaulan dengan seorang pemuda, bahkan dengan pria pada kelompok belajar Dawar-putri di sekolahnya. Perilaku nyata (R) ini
umumnya. Ternyata memang ada, misalnya beberapa kali ditolong akan membantu Zaedun mengusahakan sesuatu yang konkret, yang
oleh seorang pemuda kenalan baik mendapat perlakuan baik dari tidak hanya tinggal gagasan saja. Akhirnya, Zaedun menyatakan
guru-guru pria yang masih bujang selama duduk di MTS dan kerelaannya untuk terjun dan mencari pengalaman baru dalam
ayahnya sendiri selalu menunjukkan kasih sayang kepadanya. bergaul dertgan teman Dawar di sekolahnya.
Pokoknya, digali pengalaman mengesankan yang positif untuk (5) Mengakhiri hubungan pribadi dengan Zaedun.
mengimbangi pengalaman mengesankan yang negative. Selain itu,
konselor menunjukkan pada kata-kata Zaedun sendiri bahwa
diasayang pada kedua adiknya yang laki-laki. Ini semua
dikemukakan dengan tujuan supaya Zaedun membuka
cakrawalanya. Kemudian, konselor mengajak Zaedun untuk
memikirkan tanggapan kognitif yang lain terhadap peristiwa/kejadian
negatif yang dialami, misalnya perlakuan kasar dari beberapa
pemuda tidak harus dipandang sebagai bahaya yang mengancam

Draf kuliah Teknik Konseling


60 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

BAB 11 (a) Dalam kontrak, konselor, dan klien harus melalui transaksi
dewasa-dewasa, serta ada kesepakatan dalam menentukan tujuan-
TEKNIK DALAM KONSELING tujuan yang ingin dicapai.
ANALISIS TRANSAKSIONAL (b) Kontrak harus mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya
pertimbangan pertama, konselor memberikan layanan kepada
klien secara profesional (baik berupa kesempatan maupun ke-
Tokoh konseling ini adalah Eric Berne. Ada empat tujuan yang ingin ahlian), sedangkan pertimbangan kedua, klien memberikan
dicapai dalam konseling analisis transaksional, di antaranya: imbalan jasa kepada konselor, dan menandatangani serta
 Tujuan yang pertama, konselor membantu klien yang mengalami melaksanakan isi kontrak sesuai dengan waktu atau jadwal yang
kontaminasi (pencemaran) status ego yang berlebihan. telah ditetapkan.
 Konselor berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri (c) Kontrak memiliki pengertian sebagai suatu bentuk kompetensi
klien dalam menggunakan semua status egonya yang cocok. Ini antara dua pihak, yaitu pihak pertama adalah konselor yang
menyangkut pula dalam memperoleh kebebasan dan harus memiliki kecakapan atau kemampuan untuk membantu
kernampuan yang dapat ditembus di antara status egonya. klien dalam mengatasi masalah-masalahnya, sedangkan di pihak
 Konselor berusaha membantu klien di dalam mengembangkan kedua ialah klien, harus cukup umur dan matang untuk
seluruh status ego dewasanya. Pengembangan ini pada memasuki suatu kontrak.
hakikatnya adalah menetapkan pikiran dan penalaran individu. (d) Akhirnya tujuan dari kontrak haruslah sesuai dengan kode
Untuk itu dibutuhkan suatu kemampuan serta kapasitas yang etik konseling.
optimal dalam mengatur hidupnya sendiri.
 Tujuan terakhir dari konseling adalah membantu klien dalam Dalam konseling yang menggunakan pendekatan analisis
membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok transaksional digunakan teknik tertentu. Teknik yang
serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru atau dipergunakan terdiri dari empat tahap. Tahap itu di antaranya: (a)
naskah hidup (life script) yang lebih produktif. Struktural, (b) Analisis transaksional, (c) Analisis naskah (script
analysis), dan (d) Analisis main an (game analysis).
Proses dan Teknik Konseling Analisis Transaksional
Berdasarkan keempat tujuan konseling di atas, kemudian
dibuatlah suatu kontrak. Kontrak di antara konselor dan klien ini (a) Analisis struktur (structural analysis)
merupakan suatu ciri khas dalam usaha klien untuk mengadakan Analisis struktur sebagai langkah pertama dari proses hubungan
hubungan proses konseling analisis transaksional. konseling analisis transaksional, telah diuraikan secara luas pada
struktur kepribadian di muka. Apabila ditelaah secara lebih
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam kontrak, di mendalam tentang status ego itu (status ego anak, dewasa, dan
antaranya: orang tua) maka akan membentuk struktur kepribadian. Dan bila
kemudian dicoba pula untuk menegakkan diagnosis dari status
ego ini, maka konselor telah mulai mehmgkah ke arah analisis

Draf kuliah Teknik Konseling


61 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

struktur kepribadian. Telah diketahui bahwa setiap orang Terjadinya suatu transaksi disebabkan oleh adanya stimulus atau
memiliki status ego anak, dewasa, orang tua, dengan demikian rangsangan. yang datang dari seseorang pembicara yang,
setiap kali konselor mengadakan pertemuan konseling dengan didengarkannya. Sedangkan respons atau tanggapan dari orang yang
seorang klien, maka dapatlah dianalisis sejumlah status ego. diajak bicara (mendengarkan) mungkin saja menyebabkan terjadinya
suatu rangkaian stimulus respons ... dan seterusnya.
Semua status ego ini adalah kondisi psikis yang normal. Setiap
status ego memiliki kelebihan-kelebihan disamping kekurang- Di sini yang terpenting bagaimana seorang konselor mampu untuk
kekurangannya. Pada status ego anak terdapat intuisi, kreativitas, menganalisis status, ego yang ada, status ego yang manakah yang
dan kegembiraan; pada status ego dewasa diperlukan demi menerima stimulus serta memberikan respons. Untuk menganalis
kelangsungan hidup; sedangkan status ego orang tua bermanfaat status ego, stimulus maupun responsnya, tidaklah tukup hanya
dalam berperan sebagai tokoh dalam mendidik anak-anak, bersandar kepada apa yang diungkapkan oleh kliensecara verbal,
memberikan petunjuk-petunjuk yang secara otomatis tetapi juga harus mengimalisis sikap dan sifat dari klien yang non-
mempengaruhi sifat, sikap, dan tingkah laku, kemudian verbal misalnya: sikap tubuh, air muka, nada suara, tindak tanduknya
mengatahkan mereka untuk dapat berpikir dan bertindak yang dalam transaksi. Bila pemahaman mengenai bentuk-bentuk transaksi
lebih efektif. antara masing-masing status ego telah mendalam dan telah dikuasai
oleh konselor, maka konselor akan lebih mudah untuk mengadakan
Jadi, status ego itu mempunyai nilai yang penting dalam analisis transaksional yang terjadi pada saat proses pendekatan
kehidupan seseorang. Satu saja dari ketiga status ego itu konseling.
mengganggu keseimbangan hidup yang sehat, perlulah kiranya
dianalisis dan diadakan penataan kembali. Hidup tanpa Bagaimana peranan data-data dan informasi yang dimiliki dalam
kelengkapan status ego akan membosankan, menjemukan serta konseling analisis transaksional? Jawabnya, bahwa dalam konseling
tidak menggairahkan. analisis transaksional penggunaan data-data dan informasi yang
dimiliki oleh klien pada masa lalu, tidaklah mutlak diperlukan.
Dengan menggunakan apa yang diungkapkan oleh klien baik verbal
(b) Analisis transaksional maupun nonverbal dalam saat terjadinya transaksi sudah cukup
Penghayatan tentang ketiga status ego di atas (anak, dewasa, .memadai untuk digunakan sebagai sumber informasi dalam
orang tua) merupakan bahan berharga bagi konselor, dalam menganalisis klien. Di sinilah letanya ciri khas dari analisis
rangka melangkah ke tahap selanjutnya, yaitu analisis transaksional transaksional (TA) yang tidak terpaku dengan masalah teoretis, tetapi
yang terjadi pada suatu proses konseling dengan klien. Jadi, tahap berorientasi pada perbendaharaan bahasa sehari-hari yang
pertama tersebut di atas dari proses pendekatan konseling analisis dipergunakan dalam pergaulan.
transaksional ditekankan kepada pengembangan pemahaman klien
untuk mengikat transakasi yang normal. Dalam menganalisis status ego anak (A) bukan saja harus
mendengarkan transaksi dengan melalui ucapan dan kata-kata, tetapi
juga melalui sikap, sifat atau tingkah laku nonverbal dengan isyarat-

Draf kuliah Teknik Konseling


62 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

isyarat dan gerakan-gerakan yang ditampilkan oleh klien dalam (b) Analisis mainan (game analysis)
komunikasi dengan konselor.
Suatu game memiliki tiga unsur penting di antaranya:
Petunjuk nonverbal bahwa status ego anak menampakkan diri, (l) Transaksi yang tamp aknya berjalan seperti biasa dapat berkulit
misalnya: tertawa terbahak-bahak, mengangkat bahu, mata diarahkan seakan-akan transaksi berlangsung secara wajar.
ke bawah, air mata, bibir yang gemtar karena marah atau sedih, dan (2) Dalam transaksi tampak adanya suatu maksud yang terselubung
lain-lain. Sedangkan petunjuk verbal status ego anak menampakkan (maksud yang tersirat di balik ucapan).
diri yaitu melalui ungkapan dan kata-kata, misalnya: (3) Adanya imbalan (pay off).
"Saya pikir .... " "Menurut hemat saya "Berdasarkan informasi …” Ketiga unsur ini selalu ada dalam segala bentuk analisis transaksional
"Bagaimana ..... ?" "Siapa ..... ?" dengan menggunakan game. Peranan konselor dalam analisis mainan
apabila klien benar-benar bermotivasi untuk memperbaiki sikap, sifat,
Ungkapan khas dari status ego dewasa kita dikenali dari ungkapan maupun kebiasaan yang dirasakan perlu untuk diperbaiki dan
Why, What, Where, When, Who, dan How. Semua data yang masuk memerlukan bantuan dari konselor.
menunjukkan adanya tanda processing data dari dewasa.
Menganalisis status ego orang tua dapat dikenali dengan petunjuk (c) Analisis naskah (script analysis)
nonverbal, misalnya: sikap merangkul, membelai, berpangku Analisis naskah (script analysis) adalah merupakan langkah terakhir dari
tangan, kening berkerut, memukul paha, menepuk bahu orang suatu tata laksana pendekatan konseling dengan berorientasi kepada
lain, badan sedikit condong ke depan atau ke belakang, mata analisis transaksional. Analisis naskah terjadi sejak masa si bayi masih
melotot, dan lain-lain. dalam asuhan orang tuanya (bapak atau ibu) di mana pada masa itu
terjadi bentuk transaksi antara orang tua dengan anak-anaknya.
Secara verbal status ego orang tua dapat dikenali melalui Lambat laun dengan terjadinya transaksi antara anak dan orang tua
ungkapan dan kata-katanya, misalnya: "Ingat, kau harus ..." "Lebih terciptalah suatu tujuan hidup atau rencana hidup (life plant) yang
baik kau …" "Pokoknya kau harus ..." dalam istilah analisis transaksional disebut script atau bila
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia disebut naskah. Segi positif dari
Dengan mengenali ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) naskah (script), ialah naskah itu bisa diubah, karena naskah itu terjadi
yang dinyatakan oleh klien baik secara langsung maupun tidak dengan adanya proses learned atau sesuatu yang dibiasakan dan tidak
langsung, baik secara verbal maupun nonverbal konselor akan karena faktor pembawaan.
dapat mengenali status ego yang dimiliki oleh klien atau status
ego yang tampak pada diri klien. Dengan mengetahui berbagai Karakteristik dari Pendekatan Konseling Analisis Transaksional
status ego seseorang (klien), konselor akan dapat untuk Konselor analisis transaksional adalah individu yang lebih banyak
menentukan produktivitas komunikasi dengan klien. Dengan berperan sebagai fasilitator dalam proses kelompok, dan juga sebagai
demikian, konselor akan dengan mudah untuk memberikan suatu pemimpin yang memiliki keahlian dalam menganalisis status ego,
analisis terhadap klien. transaksi, permainan, dan naskah hidup (life script). Di samping itu,
konselor juga harus memiliki kapasitas diri sendiri untuk

Draf kuliah Teknik Konseling


63 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

mengadakan interaksi, komunikasi, atau transaksi dengan klien


secara terbuka, penuh kehangatan, dan murni. Dan juga sebagai
s.eorang konselor harus memiliki kemampuan untuk membaca dan
mengamati tingkah laku klien baik secara langsung maupun tidak
langsung, baik verbal maupun nonverbal. Eric Berne menyatakan dua
kebutuhan tambahan yang harus dimiliki oleh seorang konselor
analisis transaksional, yaitu:
(1) Konselor harus memiliki kemampuan untuk mengenal dari mana
memulai untuk mengungkapkan ketiga status ego dari klien.
(2) Konselor harus dapat memperlihatkan kemurnian dari komitmen
pada klien, menunjukkan kepercayaan atas kemampuan dirinya
dalam membahtu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
klien.

Jadi dengan demikian, seorang konselor dengan memakai pendekatan


AT harus memiliki pandangan yang penuh kehangatan, empati,
cakap untuk memberikan tanggapan walaupun sekecil-kecilnya
untuk mencapai tujuan dari konseling yang telah ditetapkan.

Draf kuliah Teknik Konseling


64 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

BAB 12 seorang anak yang tidak mau bicara sama sekali, tapi senang permen
karet. Permen karet inilah yang dijadikan reinforcement bagi anak itu,
TEKNIK PEMULIHAN antara lain dengan menjatuhkan permen karet itu ke lantai hingga
PENYIMPANGAN TINGKAHLAKU terlihat oleh anak agar terjadi komunikasi.

Terapi tingkahlaku memandang tingkahlaku individu mengikuti


A. Konsep perubahan tingkah laku hukum kausal. Peranan penyuluh ialah membantu individu
mengatasi hambatannya dengan jalan mengatur kembali assosiasi
Penyimpangan tingkahlaku atau behavior disorder menunjuk pada antara stimulus dengan respon, sehingga serasi dengan
berbagai bentuk abnormalitas yang sulit dirumuskan secara tegas dan lingkungannya.
tepat. Ada yang merumuskan abnormalitas dalam pengertian statistis,
yaitu bahwa individu yang terletak di luar batas garis normal pada Khusus berkenaan dengan perawatan penyimpangan tingkah Iaku,
kurva normal. Ada pula yang memandangnya dari standard kultural, Wolpe menggunakan reciprocal inhibition yang terdiri atas enam teknik
atau norma subyektif, individual. Setiap orang sewaktu-waktu akan utama, yaitu;
memperlihatkan gejala salah suai, tapi orang yang memperlihatkan a. Desensitization dengan tujuan mengganti respon cemas
penyimpangan tingkahlaku akan menunjukkan gejala maladaptive terhadap stimulus tertentu dengan respon santai. Caranya ialah
yang lebih dominant dan continue dalam pola tingkahlakunya. Dengan dengan mengurangkan ketegangan klien dengan jalan berlatih santai
kata lain, perbedaan antara manusia normal dengan yang abnormal (relaks). Klien dibantu menyusun urutan stimulus yang mencemaskan
memperlihatkan penyimpangan tingkahlaku tidaklah bersifat dari mulai yang kurang mencemaskan hingga yang paling
kualitatif. Tegasnya, pola tingkahlaku salah suai dan adaptif tidaklah mencemaskannya.
secara tajam terpisah menjadi dua kelompok yang berbeda.
b. Assertive training merupakan latihan mempertahankan diri akibat
Terapi tingkahlaku terutama digunakan untuk mengubah perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan. Klien dilatih
tingkahlaku yang termasuk abnormal, baik yang tergolong neurotik untuk mempertahankannya dalam memelihara dirinya.
ataupun psikotik. Penyimpangan tingkahlaku ini dapat dijabarkan
dalam berbagai jenis kegiatan, seperti ngompol, gagap, phobia, c. Sexual training merupakan latihan yang digunakan untuk klien
obsessi, kompulsi, hysteria, tics, alcoholism ataupun mental deficfency. yang menghadapi masalah di waktu menghadapi jenis kelamin lain.
Kegiatan ini berulangkali dilakukan hingga kecemasan itu sendiri
Ada dua issue utama yang memelopori kepesatan penyembuhan berangsur berkurang. Klien dihadapkan pada stimulus bertahap,
penyimpangan tingkahlaku, yaitu operant conditioning (Skinner), dan hingga akhirnya tidak memperlihatkan kecemasannya di saat bekerja
reciprocal inhibitionnya (Wolpe). Operant conditioning menggunakan dengan jenis kelamin lain.
reinforcement. Reinforcement bisa bersifat umum maupun khusus.
Yang umum misalnya perhatian, persetujuan, dan uang. Yang
khusus, individual, yang disebut idiosyncratic reinforcement, contohnya

Draf kuliah Teknik Konseling


65 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

d. A version therapy yang digunakan untuk menghilangkan kebiasaan Terdapat perbandingan antara terapi tingkahlaku dengan psikoterapi,
buruk. Klien mengganti respon terhadap stimulus dengan prosedur sebagai berikut:
pemberian stimulus yang tidak disenanginya.  Terapi tingkahlaku menekankan akan perubahan simptom, sedang
psikoterapi merawat berbagai perasaan yang tidak teratur.
e. Covert desensitization digunakan untuk menyembuhkan tingkah-  Teori tingkahlaku menggunakan latihan yang bertahap, sedang
laku klien yang menyenangkan, tapi menyimpang. Klien dilatih psikoterapi menganggap, bahwa pertalian dengan klien
untuk memberikan respon negatif terhadap stimulus yang merupakan kunci penyembuhan.
disenanginya itu dengan jalan membayangkan sesuatu yang tidak  Terapi tingkahlaku menggunakan tahapan fantasi klien dalam
menyenangkan dirinya. latihan, sedang psikoterapi membina pertalian agar klien berani
mengekspresikan segala perasaannya.
f. Thought stopping digunakan untuk menghilangkan respon cemas  Terapi tingkahlaku menggunakan ayersion technique, sedang
dengan jalan melatih menghentikan bayangan cemas itu. psikoterapi menghubungkan tingkahlaku yang ada dengan pola
tingkahlaku yang lain.
Selanjutnya Wolpe menyodorkan dua tipe desensitization, yang  Terapi tingkahlaku menggunakan conditioning yang positif, sedang
disebut imaginal desensitization (SD-I) dan in vivo desensitization (SD- psikoterapi mentafsirkan fantasi dan mimpi klien.
R). Imaginal desensitization menggunakan reproduksi imaginasi
subyek, sedang in vivo desensitization menggunakan situasi yang Di samping mengajukan perbedaan, ada pula kesamaan antara kedua
nyata. metoda terapi itu, yaitu bahwa kedua-duanya menggunakan teknik:
 encouragement, advice dan reassurence
Untuk merawat berbagai penyimpangan tingkahlaku dipergunakan  manipulasi lingkungan
berbagai latihan, dapat menggantikan schock listrik, sirine, berbagai  mencari sumber stress
bentuk ganjaran, baik intrinsik ataupun ekstrinsik.  mencari pola tingkahlaku klien.

Ada empat pandangan tentang jenis metoda psikotherapi yang ada Berdasarkan perbedaan dan persamaan itu, berbagai metoda terapi
(terapi tingkahlaku dan terapi lainnya) yaitu, bahwa: (a) metoda- itu saling melengkapi. Apa yang tiada terjangkau oleh aliran terapi
metoda penyuluhan itu berbeda secara tajam baik teori ataupun tertentu dapat juga digunakan metoda lain. Konsep tingkahlaku yang
tekniknya sehingga tidak dapat dipertemukan, (b) metoda-metoda digambarkan dalam pandangan ahli terapi tingkahlaku belum
penyuluhan saling melengkapi, karena memiliki kesamaan dan mencakup seluruh aspek penggerak tingkahlaku itu sendiri. Kiranya
perbedaan, (c) terapi tingkahlaku oleh psikodinamika dipandang akan memadai apabila terapi tingkahlaku tidak dipertentangkan
sebagai bagian kecil dari psikoterapi, dan (d) para ahli terapi dengan terapi lainnya, tapi justru digunakan sebagai metoda yang
tingkahlaku memandang sebaliknya, bahwa psikoterapi dapat lengkap melengkapi.
dimasukkan sebagai bagian dari terapi tingkahlaku.
Ditinjau dari metodologinya, terapi tingkahlaku memerlukan ruangan
khusus tempat eksperimen. Ruang seperti ini kadang-kadang justru

Draf kuliah Teknik Konseling


66 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

berlainan dengan situasi real bahkan tidak identik. Apabila individu setiap gangguan merupakan kasus yang menuntut kreativitas ahli
menghadapi kondisi baru, mungkin terbentuk tingkahlaku salah suai terapi. Namun demikian ada pola umum yang dapat digunakan.
baru pula. Oleh karena itu keterbatasan metoda ini hendaknya
diimbangi oleh kemampuan penyuluh dalam menganalisis stimulus
yang mana yang menimbulkan tingkahlaku salah suai, dan respon
manakah yang seharusnya diperkuat. 1. Enuresis (ngompol)
Terdapat perbedaan pengertian Enuresis, yang intinya dikemukakan
Dalam pembentukan tingkah laku baru, metoda ini dapat sebagai perilaku ngompol yang tidak terkendalikan dan tidak
dimanfaatkan oleh berbagai pihak, baik guru, orang tua ataupun klien diinginkan. Biasanya terjadi di waktu tidur pada anak-anak yang
sendiri. Namun demikian metoda terapi apa pun, janganlah telah menginjak umur tiga tahun ke atas.
dipandang sebagai yang mujarab untuk berbagai gangguan
tingkahlaku. Pandangan penyuluh, masalah dan keadaan klienlah Untuk terapinya, perlu dibedakan jenis enuresis ini yaitu:
yang akan menentukan keberhasilan perawatan klien.  primary enuresis (ngompol malam hari) dan secondary enuresis
(ngompol setelah diganti pakaian).
Penyimpangan tingkahlaku itu dalam empat katagori: (1)  ngompol yang reguler dan sewaktu-waktu.
memperlihatkan gejala neuroticism yang tinggi sekalipun ada tekanan  ngompol karena gangguan organik atau bukan karena gangguan
(stress) yang rendah, tapi dihayati oleh subyek sebagai ancaman. (2) organik.
memperlihatkan gejala neuroticism yang rendah, akan tetapi  kurang memperoleh latihan buang air kecil di waktu kecil atau
mengalami tekanan (stress) yang tinggi. (3) memperlihatkan gejala karena kekeliruan latihan di masa kecil.
neuroticism yang rendah, akan tetapi gagal untuk memperoleh
keterampilan yang kompleks. (4) memperlihatkan gejala psychoticism Para ahli sering berbeda pendapat tentang gejala ngompol yang
yang tinggi. disebabkan karena kriteria yang berbeda. Manakah yang sebenarnya
jadi masalah:
Terapi tingkahlaku akan mencoba mengubah tingkahlaku yang  anak yang berumur empat tahun yang ngompol dua malam
termasuk abnormal, baik yang tergolong neurotik, psikotik, ataupun seminggu, ataukah
tingkahlaku manusia yang tergolong normal. Penyimpangan tingkah-  anak yang berumur tujuh tahun, yang ngompol satu malam
laku ini dapat dijabarkan dalam berbagai bentuk seperti: ngompol, seminggu,
gagap, phobia, obsessi dan kompulasi, histeri, tiks, delingkuensi,  anak yang berumur sepuluh tahun yang ngompol sebulan satu kali.
psikopat, kriminalitas, ketimpangan seksual, psikosa alcoholism, dan Namun demikian mereka sependapat, bahwa seorang anak berumur
mentaldeficiency pada manusia yang tergolong normal. empat tahun yang ngompol satu bulan satu kali, dipandang kurang
serius masalahnya apabila dibandingkan dengan seorang remaja yang
B. Berbagai Teknik Mengubah Tingkahlaku ngompol sebulan sekali.
Dalam mengubah tingkahlaku tidak ada prosedur yang berlaku
untuk setiap perawatan penyimpangan tingkahlaku. Pada dasarnya

Draf kuliah Teknik Konseling


67 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Gejala ngompol ini sebenarnya merupakan masalah sosial dan strata a. menggunakan theori classical conditioning dan metoda lonceng. Ada
sosial orang tua mempunyai pengaruh terhadap pandangan mereka. tahapan yang dapat diikuti untuk mengubah prilaku ngompol:
Bagi kelas sosial rendah, anak yang berumur tiga tahun yang selalu tahapan pre-training, dan tahapan training, membangunkan anak
ngompol, dianggap tidak apa-apa. Akan tetapi pada kelas sosial setelah ngompol, dengan menggunakan lonceng (bell), yang dapat
tinggi, masalah anak yang berumur dua tahun, yang seminggu sekali digambarkan: anak terbangun apabila terjadi ketegangan ingin buang
ngompol, sudah dipandang sebagai masalah. air kecil, sebelum lonceng berbunyi (sebelum ngompol).

Ahli teori Psikodinamika memandang enuresis sebagai "overt b. menggunakan shock listrik. Pinggang anak dibalut dengan ikat
symptom" dari gangguan yang dialami yang bersangkutan. Sedang pinggang yang dihubungkan dengan elektroda. Apabila anak itu
para psikiatris memandang enuresis sebagai sindrom kepribadian kencing, terjadi denyutan elektroda pada alat kelamin anak. Dengan
ataupun fisiologis. demikian anak itu pun terbangun.

Kaum behavioris berpegang pada tiga prinsip: c. menggunakan instrumental avoidence conditioning. Lovibond
bayi yang baru lahir memiliki daya refleks yang wajar, yang polos. menggunakan sirine sebagai alat untuk menghukum anak ngompol.
anak yang lebih besar menghadapi masalah pengembangan pusat Di saat anak mulai ngompol, sirine berbunyi cukup keras, sehingga
syaraf melalui kematangan dan belajar, dan masih berpegang pada mengejutkan anak. Tapi kemudian sirine itu tidak perlu lama
gerak refleks yang wajar. keterampilan buang air kecil berbunyi cukup satu sekon.
menggambarkan tingkat keterampilan yang kompleks, yang dapat
menimbulkan masalah bagi anak, terutama dalam 2. Encorpresis (gangguan buang air besar )
mengendalikannya. Encorpresis merupakan gangguan dalam pengaturan buang air besar,
yang tidak disebabkan oleh gangguan organ tubuh. Gangguan ini
Yang menjadi masalah pokok bagi kaum behavioris ialah diperoleh akibat perlakuan orang tua terhadap anak berkenaan
bagaimanakah pembentukan pengendalian buang air kecil itu (baik dengan buang air besar. Ada orang tua yang sangat santai,
siang ataupun malam) dan faktor-faktor apa yang menyebabkan membiarkan anaknya berbuat sekehendak anak itu. Dan ada juga
kegagalan dalam pengendalian tersebut. orang tua yang justru sangat keras terhadap anaknya.
Menurut mereka, ada 2 proses yang terlibat dalam pengendalian
tingkahlaku tersebut, yaitu: Adapun teknik penyembuhannya dengan jalan: Latihan kembali
proses fisiologis yang kompleks, mulai dari ginjal hingga keluar secara sistematis, dengan menggunakan prinsip-prinsip operant
kealat kelamin, dengan daya otot dan volume air kencing itu sendiri. conditioning. Di samping itu dapat juga menggunakan satu deretan
proses perkembangan pengendalian oleh pusat syaraf. tahapan reward training untuk buang air pada waktu dan tempat yang
ditentukan. Kemudian dilanjutkan dengan self control, dengan
Berdasarkan perkembangannya, ada tiga tahapan cara penyembuhan dijanjikan ganjaran apabila dapat melaksanakannya dengan baik.
ngompol dengan conditioning, yaitu: Pada dasarnya penyembuhan tersebut bersifat situasional, dan sejalan
dengan penyembuhan Enuresis.

Draf kuliah Teknik Konseling


68 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

c. Negative practice yang mirip dengan massed practice "Yang


3. Stuttering (gagap dan mengulang kata ) terganggu" diminta mengulang seluruh kalimat yang menunjukkan
Sulitlah dirumuskan secara tegas, mana yang disebut gagap dan tidak kata-kata mengganggu, sehingga lancar.
gagap, apalagi kalau dihubungkan dengan masalah kelancaran
berbicara (fluency). Masalah ini termasuk kategori "continum" dan d. Rythmic and Syllable time speech yang memberi kesempatan kepada
bukan dikhotomi. Ada orang yang mengulang beberapa kata saja, yang "terganggu" untuk mengucapkan kata-kata mengikuti rithme
seluruh kata, beberapa ungkapan atau memperbaiki ucapan. Ada tertentu, dengan diukur pula waktunya.
pula yang kata-katanya tidak lengkap terputus-putus atau dipanjang- e. menggunakan jalan mengurangi respon yang menunjukkan sikap
panjangkan, sehingga dapatlah dirumuskan, bahwa gejala ini bersifat cemas. Hal ini dapat dilakukan secara berkelompok dengan
individual. membahas berbagai masalah penyesuaian diri.

Terdapat beberapa bukti empirik yang menunjukkan, bahwa 4. Phobia


stuttering itu bisa diubah hingga tahapan tertentu. Adapun Istilah phobia ada dalam berbagai kategori, seperti takut pada hewan,
pengubahan dan penyembuhan tersebut sebagai berikut: social interpersonal, penyakit, kematian, suara, dan phobia. Phobia
sendiri dibagi-bagi menjadi seratus tipe.
a. feedback Control of Stuttering
Stuttering itu dapat disembuhkan dengan teknik "speech shadowing", Metoda yang paling disukai digunakan untuk menyembuhkan phobia
yaitu dengan jalan memberi kesempatan kepada orang yang ialah systematic desensitization dengan tahapan: latihan santai,
terganggu tersebut untuk berbicara keras-keras, mengikuti ucapan membentuk urutan tahapan kecemasan menurunkan kepekaan
orang yang membaca satu bacaan. Dapat juga disuruh membaca emosional berkenaan dengan obyek yang mencemaskan. Teknik yang
sendiri secara terus-menerus, yang pada mulanya diberi contoh digunakan dapat juga berupa membayangkan obyek yang ditakuti
membaca. Latihan ini diulang beberapa kali dengan membaca 40 - 50 dalam khayalan, atau dapat juga dengan menyajikan obyek yang
kata. Orang yang terganggu itu terus membaca dan diikuti suara ditakuti secara nyata.
orang lain yang lancar membaca (melalui tape recorder, headphone).
Ada gejala lain yang menarik perhatian para ahli pada sepuluh tahun
b. Operant Control of Stuttering terakhir ini yaitu masalah School phobia. Istilah ini selalu dihubungkan
Perilaku stuttering dapat diubah dengan jalan mengendalikan apa dengan masalah keengganan anak datang ke sekolah. Keengganan ini
yang diucapkannya, karena suara yang dikeluarkan oleh yang gagap dilatar-belakangi oleh situasi sekolah yang dipandang menimbulkan
itu menimbulkan suara yang tidak menyenangkan. Dalam teknik ini rasa takut pada anak. Terdapat berbagai kemungkinan tentang
digunakan extrinsic (es cream) dan intrinsic rewards (mencapai hasil keengganan masuk sekolah itu, di antaranya:
yang lebih baik). anak itu sendiri pembolos, keengganan masuk sekolah yang dilatar-
belakangi keengganan meninggalkan rumah. Dalam kondisi seperti
itu treatmentnya mungkin diarahkan kepada penserasian pertalian
antara anak dengan orang tua di rumah.

Draf kuliah Teknik Konseling


69 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

dan manja. Exhibitionis dramatization, bersandiwara, dusta, berkhayal,


Adapun karakteristik School Phobia ialah: kurang mampu mengendalikan emosi, reaksinya tidak konsisten,
 memperlihatkan rasa takut sakit, kalau-kalau mendapat bencana menunjukkan tingkahlaku sexual, provokatif, dingin, takut yang
di sekolah. mendalam berkenaan dengan seks, gagal mengembangkan dorongan
 menunjukkan keluhan yang bersifat badaniah, seperti sakit kepala seks pada tujuan yang wajar, ketidakmatangan seks, banyak tuntutan
dan ngantuk. dan banyak bergantung.
 takut berpisah dengan ibu, selalu cemas akan berbagai bentuk
konflik antara orang tua dengan petugas administrasi sekolah. Hysteria juga merupakan gangguan yang tampak dalam perilakunya,
emosinya tidak stabil, represi, mudab terpengaruh. Adapun orang
Pemulihannya antara lain dengan mengusulkan agar sekolah dan yang mengalami conversion hysteria. memanifestasikan konflik
keluarga diarahkan untuk menghasilkan powerful pressure terhadap tersebut dalam gejala-gejala fisik, seperti buta paralyses (syaraf yang
anak agar mau kembali ke sekolah. Dapat pula menggunakan classical tidak berfungsi), anesthesia (daya pekanya hilang).
dan operant conditioning dengan prinsip reinforcement. Juga bisa
menggunakan situasi permainan yang secara bertahap mirip dengan Jenis hysteria lainnya ialah: somnambulism (jalan-jalan sambil tidur),
kondisi sekolah yang sebenarnya. Ditambahkan pula dengan teknik amnesia (lupa akan segala pengalamannya) dan multiple personality.
yang memungkinkan orang tua dan guru dilatih untuk memberikan Karena banyak jenisnya, penyembuhannya dapat digolongkan dalam
ganjaran yang hampir bersamaan. beberapa kelompok:
a. Menghilangkan nonorganic sensory dan perceptial functioning,
5. Obsessi dan kompulsi seperti pada kebutaan, ketulian dan daya peka.
Obsessi menunjukkan idea yang berulangkali muncul dalam pikiran b. menghilangkan non-organik motor functioning. seperti pada kejang
klien dan sulit dihindari. Kompulsi merupakan impuls untuk berbuat tangan, aphobia (kebisuan), retention of urine, anorexian (hilang nafsu
berulangkali. Kedua hal ini seringkali menjadi satu kesatuan yang makan).
dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku, dan sulit dikendalikan.
Manifestasinya gelisah dan cemas.
7. Gangguan Tics
Untuk menyembuhkannya ada dua tahapan, yaitu: (a) usaha Pada mulanya gerakan merupakan kegiatan yang terkoordinir dan
langsung menghilangkan tingkah laku obsessi pada awal mula terarah yang ditumbuhkan oleh sebab-sebab di luar atau idea. Tapi
munculnya gangguan tersebut yang perlu diusahakan dengan kemudian menjadi kebiasaan yang tidak diinginkan oleh individu
desensitization, (b) digunakan teknik SD-I dan SD-R. yang bersangkutan, tanpa alasan dan tanpa maksud. Tics ini meliputi
gerakan mata, perut, hidung, dan leher yang tidak terkontrol.
6. Gangguan Hysteria
Istilah hysteria mengandung berbagai arti seperti: hysterical personality, Untuk perawatan tics, dilakukan dengan jalan massed practice. Latihan
conversion hysteria, anxiety hysteria. Adapun karakteristik orang yang ini secara berangsur diadakan, mulai satu menit, lima menit hingga
"hysterical personality", ialah: egois, congkak, egocentris, self centered

Draf kuliah Teknik Konseling


70 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

satu jam. Mula-mula di bawah pengawasan, tapi kemudian dilakukan


sendiri oleh klien.

8. Sexual disorder
Penyimpangan sek dapat diteliti dengan cara mengukur perubahan
alat kelamin di saat nonton blue film. Sejak awal mula melihat film,
pada pertengahan film ini, hingga tujuh menit sesudah film terakhir,
perubahan alat kelaminnya diukur.

Terdapat beberapa cara penyembuhan, di antaranya ialah:


a. classical aversive conditioning with drugs. Klien dibaringkan di kamar
gelap, dengan proyektor. 1a disuntik agar mual di saat melihat film
dari jenis kelamin sendiri. Demikianlah dilakukan hingga enam hari
berturut-turut.

b. instrumental escape and avoidance conditioning with schock as the


aversive stimulus. Klien mendapat schock di saat menunjukkan
tingkahlaku homoseks. Atau ia mendapat reinforcement di saat
diperlihatkan gambar-gambar wanita telanjang.

Draf kuliah Teknik Konseling


71 | S. Miharja, S.Ag.,M.Pd.

Rujukan:

Bimo Walgito. 2005. Bimbingan dan Konseling. Andi Yogyakarta.


Brammer, Awrence. 2000. The Helping Relationship. Prentice-Hall
International Edition.
MD Dahlan. 1985. Beberapa pendekatan dalam Konseling. CV Dipenogoro
MD Dahlan. 1987. Latihan dalam Keterampilan Konseling. CV
Dipenogoro
Miharja. 2008. Pengantar Bimbingan dan Konseling. LPM STAIS.
Sukardi. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling. Rineka Cipta.
Surya. 2003. Psikologi konseling. Pustaka Bumi Quraisy.
Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
Rineka Cipta
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling Di Madrasah. Rajagrafindo
Persada.
Yies Sadiyah. 1997. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. IAIN SGD
Bandung
Willis. 2005. Konseling Individual, Teori dan Praktek. Alfabeta

Draf kuliah Teknik Konseling

You might also like