You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, seorang individu menerima informasi
begitu banyak. Namun, memori seseorang memiliki keterbatasan saat
mengingat sesuatu sehingga informasi-informasi yang masuk bisa hilang
atau terlupa begitu saja. Seperti halnya saat kita berkenalan dengan orang
baru. Setelah beberapa saat kita berkenalan, tanpa sengaja kita bisa
melupakan nama orang tersebut setelah selanjutnya kita berbicara atau
mengobrol dengan teman lainnya.
Berdasarkan fenomena inilah peneliti tertarik untuk mencoba penelitian A
Modified Version Of The Brown/Peterson & Peterson Technique yang
mendemonstrasikan bagaimana suatu informasi yang masuk ke memori kita
dengan mudah terlupakan.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mendemonstrasikan percobaan A Modified


Version Of The Brown/Peterson & Peterson Technique dan mengumpulkan
data dengan maksud mencari tahu bahwa suatu informasi tanpa
pengulangan dapat terlupakan.

1
BAB II
LANDASAN TEORITIS

WORKING MEMORY
Working memori adalah memori singkat dimana materi sesegera mungkin
diproses dan juga mengkoordinasi rangkaian aktivitas mental. Working memory
menyimpan informasi aktif dan dapat digunakan, maka informasi tersebut dapat
digunakan dalam berbagai kegiatan kognitif (Cowan, 2001; Engle, 2001;
E.E.Smith, 2000)

Penelitian Klasik Tentang Working Memory (Short - Term Memory)


“George Miller’s “Magical Number Seven””
Pada tahun 1956, George Miller menuliskan artikel terkenalnya “The
Magical Number Seven, Plus or Minus two: Some limits on our Capacity for
processing information”. Miller berpendapat bahwa manusia dapat mengingat
sekitar tujuh item (±2) antara lima dan Sembilan item.
Miller menggunakan istilah chunk untuk menggambarkan dasar-dasar
short-term memory. Chunk merupakan unit memori yang terdiri dari beberapa
komponen yang berhubungan satu dengan lainnya (Bellezza, 1994; Cowan,
2001). Chunk dapat berupa satuan kata maupun angka. Jadi kita bisa menyusun
beberapa angka/kata menjadi sebuah chunk. Chunk bertujuan agar dapat enarik
minat dalam proses mental untuk mengubah stimulus-stimulus menjadi chunk
yang teratur.

Penelitian Terdahulu tentang Short-Term Memory Capacity


Pada pertengahan 1950-1970, dua metode yang biasa digunakan untuk
menaksir seberapa banyak informasi pada short-term memori yang dapat kita
tangkap, yaitu menggunakan teori The Brown/Peterson & Peterson Technique
dan hitungan yang berasal dari serial position
1. The Brown/Peterson & Peterson Technique

John Brown (1958) seorang psikolog dari Inggris, serta Lloyd


Peterson dan Margaret Peterson (1959) dua orang psikolog dari Amerika
secara independen mendemonstrasikan bahwa materi yang tersimpan

2
Long Term
Short Term memory
memory
from sensory memory Sensory memory
om long
short- -term
termmemory
memory (working Memory)
om

dalam memori kurang dari satu menit akan terlupakan.

Peterson dan Peterson (1959), meminta beberapa orang untuk


mempelajari tiga buah kata. Partisipan tersebut kemudian menghitung
mundur tiga angka dalam waktu yang singkat, suatu aktivitas yang
mencegah partisipan mengulang kata – kata dengan pelan (rehearsel).
Akhirnya, partisipan mencoba mengingat kata – kata yang telah mereka
lihat. Pada percobaan pertama, mereka mengingat sebagian besar kata –
kata tersebut. namun, setelah beberapa kali percobaan, kata – kata
berikutnya menghasilkan interfensi dan recall sangat sedikit. Penelitian ini
juga memberikan informasi penting tentang kerapuhan memori untuk
materi yang disimpan hanya dalam waktu beberapa detik

2. Recency Effect
Digunakan untuk mengaitkan hubungan bentuk U antara posisi
sebuah kata dalam sebuah daftar dan kemungkinan pengambilannya.
Fenomena ini mengatakan bahwa kata yang diingat terletak pada posisi
awal dan akhir

Model Atkinson dan Shiffrin


External input

Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (1968) mengusulkan model

3
pemrosesan informasi klasik. Seperti anda lihat, dalam diagram ingatan jangka
pendek terpisah dari memori jangka panjang. Atkinson dan Shiffrin berpendapat
bahwa memori jangka pendek sangat rentan, dan bisa hilang sekitar 30 detik
kecuali diulang. Selain itu, Atkinson dan Shiffrin mengusulkan proses kontrol
atau strategi – seperti menghapal – yang digunakan orang untuk meningkatkan
ingatannya. Bentuk asli dari model ini memfokuskan pada peran ingatan jangka
pendek pada pembelajaran dan ingatan. Model ini tidak membahas bagaimana
memori jangka pendek penting ketika kita melakukan tugas kognitif lain.

Faktor lain yang Mempengaruhi Kapasitas Ingatan Praktis/Jangka Pendek


Waktu pengucapan. Penelitian menunjukkan bahwa waktu pengucapan
sangat berpengaruh pada jumlah item yang bisa disimpan dalam working
memory (Cowan, 1994, 1995; Huime et al., 1999; Page & Noris, 1998). Misalnya,
Schweickert dan Boruff (1986) menguji memory span untuk berbagai stimulus,
seperti konsonan, angka, kata benda, nama bentuk, nama warna, dan kata tak
bermakna. Secara konsisten, orang cenderung mengingat jumlah item yang
mereka sebutkan dalam sekitar 1,5 detik. Nampaknya, kapasitas ingatan jangka
pendek ditentukan oleh waktu yang terbatas agar jejak verbal dari item bertahan.
Untuk suku kata tak bermakna, orang hanya bisa menyebutkan empat item
dalam 1,5 detik; karena itu, hanya empat item yang diingat. Untuk angka dalam
bahasa Inggris, seseorang umumnya bisa menyebutkan enam item dalam 1,5
detik dan juga jumlah item yang diingat agak lebih banyak.
Peneliti juga menguji hipotesis waktu pengucapan untuk jenis item lain.
Baddeley dkk (1975) menemukan bahwa orang bisa mengingat secara akurat
rata-rata 4,2 kata dari daftar negara dengan nama yang pendek, tetapi hanya 2,8
kata dari daftar negara dengan nama yang panjang.
Salah satu penelitian paling sistematis tentang waktu pengucapan
dilakukan pada mengingat angka dalam berbagai bahasa. Naveh-Benjamin dan
Ayres (1986) menguji memory span orang yang berbahasa Inggris, Spanyol,
Yahudi atau Arab. Nama-nama angka bahasa Inggris dari 1 dan 10 bisa
diucapkan dengan cepat; hampir semua angka hanya kata satu suku kata. Nama
Spanyol dan Yahudi untuk angka ini memiliki suku kata lebih banyak dan terlebih
angka Arab.
Seperti pada gb 4.3, memory span untuk angka lebih besar untuk orang

4
berbahasa Inggris daripada orang yang berbicara tiga bahasa lain. Selain itu,
garis terputus menunjukkan tingkat pengucapan untuk masing-masing bahasa.
Memory span yang lebih besar berhubungan dengan bahasa yang angkanya
bisa disebutkan dengan cepat. Jelas bahwa, tingkat pengucapan – seperti jumlah
kelompok – harus diperhitungkan ketika membahas kapasitas memori jangka
pendek.
Kesamaan semantik dari Item dalam Memori Jangka Pendek. Makna
kata juga berpengaruh penting pada jumlah item yang bisa disimpan dalam
memori jangka pendek.
Misalnya, pada penelitian Wickens dkk (1976), tekniknya didasarkan pada
konsep klasik dari penelitian memori yang disebut proactive interference.
Proactive Interference (PI) berarti orang kesulitan mempelajari materi baru
karena materi yang telah dipelajari sebelumnya terus mengganggu pembelajaran
yang baru. Misalkan anda sebelumnya mempelajari tiga item – XCJ, HBR, dan
TSV – dalam uji memori Brown/Peterson & Peterson. Anda akan kesulitan
mengingat item keempat, KRN, karena tiga item sebelumnya mengganggu.
Namun, jika pelaku percobaan menggeser kategori item keempat dari huruf ke,
misalnya, angka, ingatan akan membaik. Anda akan terbebas dari interferensi
proaktif; kinerja pada item berbeda yang baru (misal 529) akan sama tingginya
seperti pada item pertama, XCJ.
Banyak percobaan menunjukkan kebebasan dari PI jika kategori item
diubah, seperti dari huruf ke angka. Namun, Wickens dkk (1976) menunjukkan
bahwa kebebasan dari PI bisa juga didapat jika mereka mengubah kategori
semantik dari item. Penelitian mereka menggunakan lima kategori sematik.
Wickens dkk awalnya memberi tiga uji pada uji Brown/Peterson & Peterson.
Dengan kata lain, pada tiap pengujian mereka melihat satu daftar tiga kata,
disertai dengan angka tiga digit. Setelah menghitung terbalik dari angka ini
selama 18 detik, mereka mencoba mengingat ketiga kata tadi.
Pada tiap pengujian, peserta melihat tiga kata berkaitan. Misalnya mereka
dalam kondisi Pekerjaan mungkin mulai dengan “lawyer, firefighter, teacher”
pada ujian pertama. Pada ujian 2 dan 3, orang di kondisi ini melihat daftar
pekerjaan lain. Pada ujian ke 4, mereka melihat daftar tiga buah – seperti “jeruk,
ceri, nanas” – seperti orang pada keempat kondisi lain.
Jika makna penting dalam ingatan jangka pendek, proses mengingat

5
dalam kondisi ini akan tergantung pada kesamaan semantik antara item dan
buah. Misalnya, orang yang melihat sayuran pada ujian 1 hingga 3 akan memiliki
kinerja buruk, karena buah dan sayuran mirip – keduanya bisa dimakan dan
ditanam di tanah. Orang yang diperlihatkan bunga atau daging juga berkinerja
agak lebih baik, karena bunga dan daging masing-masing hanya memiliki satu
atribut dari buah. Namun, orang yang melihat pekerjaan akan berkinerja terbaik,
karena pekerjaan tidak bisa dimakan dan tidak ditanam di tanah.
Kesimpulan, faktor semantik mempengaruhi jumlah item yang bisa
disimpan dalam ingatan jangka pendek; kata yang telah disimpan sebelumnya
bisa mengganggu proses mengingat kata yang baru jika memiliki makna serupa.
Selain itu, derajat kesamaan semantik berhubungan dengan jumlah interferensi.

Pendekatan Working Memory


Selama tahun 1970-an, Alan Baddeley dan Graham Hitch melakukan
banyak pengujian terhadap penelitian tentang short-term memory. Mereka
menyetujui bahwa fungsi short – term memory adalah saling menghubungkan
informasi di dalam pikiran kita, pada saat yang sama, maka informasi tersebut
dapat dikerjakan bersama dan kemudian digunakan (Badeley & Hitch, 1974)
Sebagai contoh, jika kita mencoba untuk memahami kalimat yang saat ini
sedang kita baca, kita butuh untuk menyimpan permulaan kata dalam pikiran
sampai kita mengetahui bagaimana kalimat tersebut berakhir. Baddeley and
Hitch juga menyadari bahwa working memory akan diperlukan untuk tugas
kognitif yang luas, seperti pemahaman bahasa, aritmatik, penalaran, dan
problem solving.
Berdasarkan pendekatan working memory yang dibuat Baddeley, memori
singkat adalah sistem yang multi bagian yang untuk sementara menahan dan
memanipulasi informasi yang ditampilkan oleh tugas kognitif.
Pedekatan Baddeley menekankan bahwa working memory bukan
merupakan tempat penyimpanan pasif yang sederhana, dengan sejumlah papan
untuk menangani proses informasi sacara parsial sampai informasi tersebut
berpindah ke lokasi lain, anggaplah long-term memory. Penekanan pada
manipulasi informasi berarti working memory adalah lebih seperti meja kerja
tempat materi secara konstan ditangani, dikombinasikan, dan ditransformasikan.
Meja kerja tersebut menangani materi baru dan meteri lama yang kita telah

6
dapatkan kembali dari penyimpanan (long-term memory)

Evidence for Components with Independent Capacities


Baddeley dan koleganya mengemukakan empat komponen untuk
working memory: a phonological loop, a visuospatial sketchpad, a central
executive, dan episodic buffer.

1. Phonological Loop
Phonological loop menyimpan suara terbatas untuk periode waktu yang
singkat. Contoh kita melafalkan nama negara seperti Birma dan Yunani dengan
cepat dan baik sehingga dapat mengingat kembali dengan cepat juga.
Sedangkan, kita terbatas melafalkan nama yang panjang seperti Nikaragua dan
Venezuela. Ketika kita memiliki nama yang panjang untuk diingat, beberapa akan
hilang dari phonological loop.

Penelitian lain pada phonological loop .


Menyelidiki kekeliruan akustik pada phonological loop. Pada
penelitian klasik Wickelgren, 1965. Penelitian Wickelgren menegaskan
bahwa orang bingung pada huruf dan angka yang bunyinya terdengar
sama.

Kegunaan lain dari phonological loop.


Contoh, coba hitung banyaknya kata pada kalimat sebelumnya. Kita akan
mendengar suara dalam diri kita menghitung kata tersebut. Sekarang coba
hitung banyaknya kata pada kalimat yang sama, tetapi dengan cepat sebutkan
kata itu ketika kita menghitung. Ketika phonological loop mu sedang berpikir
dengan berkata “itu”, kita bahkan tidak bisa mengerjakan tugas menghitung
yang sederhana. Beberapa tugas problem-solving membutuhkan phonological
loop dari working memory untuk menjaga jalan angka dan informasi lainnya.
Phonological loop juga memainkan peranan penting dalam membaca (selama
kita membaca kata yang panjang, kita tidak bisa tanpa mengucapkannya dalam
hati). Selain itu, phonological loop juga penting ketika kita mendapat kosa kata
yang baru.
Penelitian Neuroscience pada Phonological Loop.

7
Studi ini menujukan bahwa tugas phonological mengaktifkan bagian lobus
frontal dan temporal pada hemisfer kiri otak. Dibandingkan dengan hemisfer
kanan otak, hemisfer kiri lebih pada proses informasi yang berhubungan dengan
bahasa. Banyak penelitian fine-grained brain-imaging menunjukan bahwa
phonological loop menyimpan informasi auditori pada lobus parietal korteks.
Selain itu, bagian lobus frontal akan aktif bicara ketika kita mengingat materi
verbal.

2. Visuospatial Sketchpad
Visuospatial sketchpad menyimpan informasi visual dan spasial.
Sketchpad juga menyimpan informasi visual yang telah disandikan dari stimulus
verbal (Baddeley, 1999; Logie, 1995). Contoh: ketika teman kita bercerita, kita
membayangkan kejadian cerita tersebut berlangsung. Term lain dari visuospatial
sketchpad adalah visuospatial scratchpad dan visuospatial working memory.
Orang dapat bekerja bersamaan pada 1 tugas verbal (mengingat angka) dan 1
tugas spasial (membuat keputusan tentang posisi relatif huruf A dan B) tanpa
banyak perubahan dalam perilaku. Kapasitas visuospatial sketchpad terbatas
(Baddeley, 1999; Frick, 1988, 1990). Ketika terlalu banyak item yang masuk ke
dalam visuospatial working memory, kita tidak dapat menyajikannya dengan
tepat untuk memperbaiki dengan benar. Baddeley menemukan bahwa tidak
mungkin untuk mengerjakan satu tugas yang memerlukan mental image—
dengan komponen visual dan spasial— pada waktu yang sama mengerjakan
tugas spasial. Contoh, ketika kita mendengarkan pertandingan sepakbola sambil
menyetir mobil. Agar lebih mengerti pertandingan, kita membayangkan
pertandingan secara detil. Ketika membayangkan, kita akan menemukan bahwa
mobil kita mulai keluar dari jalur.

Visual Coding pada Working Memory.


Mahasiswa teknik mesin, seni dan arsitektur sering menggunakan visual
coding dan visuospatial sketchpad dalam studi akademiknya. Mahasiswa
psikologi dan ilmu sosial lainnya lebih menggunakan encoding verbal atau
akustik dan phonological loop. Kita sering menggunakan sandi akustik ketika
menyimpan informasi dalam working memory. Ketika tidak menggunakan kode
akustik, kita menggunakan kode karakteristik visualnya.

8
Kegunaan Lain Dari Visuospatial Sketchpad
Penelitian Brandimonte et al. menekankan visual image khususnya
bentuk dari stimulus itu. Penelitian lain menekankan spatial task khususnya
lokasi dari stimulus tersebut. Toms et al menemukan bahwa orang-orang
bermasalah dengan task yang memerlukan pembayangan tempat jika mereka
diminta bersamaan melihat perubahan desain pada layar televise. Baddeley
2001 menunjukan banyak task yang relevan membutuhkan kedua komponen
baik spatial maupun visual.

Penelitian Neuroscience Pada Visuospatial Sketchpad


Tugas visual dan spasial terutama mengaktifkan hemisfer kanan korteks
daripada hemisfer kiri. Hemisfer kanan umumnya bertanggung jawab pada
proses tugas visual dan spasial. Tugas visual dan spasial sering mengaktifkan
berbagai daerah dari korteks. Contoh, tugas working memory dengan komponen
visual yang kuat mengaktifkan daerah occipital, bagian otak yang bertanggung
jawab pada persepsi gambar. Berbagai daerah korteks frontal aktif ketika orang-
orang mengerjakan tugas visual dan spasial. Penelitian pada spasial working
memory juga menunjukan bahwa orang-orang mengingat material ini dengan
memindahkan selektif atensinya dari satu lokasi ke mental image lainnya.
Rehearsal mental mengaktifkan area lobus frontal dan parietal.

3. Central Executive
Menurut model working memory, central executive itu mengabungkan
informasi-informasi yang diperoleh dari phonological loop, visuospatial
sketchpad, dan episodic buffer. Central executive ini memainkan peranan penting
di dalam atensi, perencanaan yang strategis, dan untuk mengatur tingkah laku
kita (Baddeley, 2001a; Gathercole, 1993; Healy & Mc Namara, 1996). Sebagai
tambahan, central executive ini bertanggung jawab untuk menyembunyikan
informasi yang tidak penting atau menyimpang dan irrelevant (Engle & Conway,
1998). Dalam aktivitas kita sehari-hari, central executive ini membantu kita untuk
menentukan apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Ini juga akan membantu
kita untuk memutuskan apa yang tidak perlu kita lakukan, sehingga kita tidak
perlu menjadi menyimpang dari tujuan utama kita.

9
Karakteristik dari Central Executive
Banyak peneliti menegaskan bahwa central executive itu berperan dalam
merencanakan dan mengatur, tapi tidak semua informasi yang ada. Seperti yang
kita tahu, phonological loop dan visuospatial sketchpad keduanya memiliki sistem
tempat penyimpanan informasi yang terspesialisasi.
Baddeley (1986,1999), mengatakan bahwa central executive itu bekerja
sama seperti executive supervisor dalam suatu organisasi. Menurut
perumpamaan ini, central executive itu menentukan persoalan-persoalan apa
yang patut mendapatkan atensi atau perhatian kita dan yang mana harus
diabaikan. Central executive selalu memilih dengan tepat, melakukan
perhitungan terlebih dahulu bagaimana untuk menyelesaikan sebuah masalah.
Begitu juga dengan executive supervisor dalam sebuah organisasi, central
executive memiliki kemampuan yang terbatas untuk melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan. Kognitif executive kita tidak dapat
membuat keputusan yang banyak dalam waktu yang sama dan tidak dapat
bekerja secara efektif dalam tugas-tugas yang bersamaan.

The Central Executive and Daydreaming


Dalam percobaan mengenai “Daydreaming” yang nama percobaannya
adalah ”random-number generation task”, hasil yang ditunjukkan bahwa
partisipan telah mampu secara sukses menghasilkan secara acak susunan
angka. Ini berbeda ketika partisipan memberitahu lamunan mereka, susunan
angka mereka adalah jauh dari acak. Disini kelihatannya, lamunan mereka cukup
menempati sumber dari central executive bahwa mereka tidak dapat
menciptakan secara pasti susunan angka secara acak.

Penelitian Neuroscience Tentang Central Executive


Secara umum, para peneliti mengetahui sedikit mengenai pondasi biologi
dari central executive, kemudian mereka mengetahui mengenai phonological
loop atau visuospatial sketchpad. Bagaimana pun juga, penelitian brain-imaging
secara jelas menunjukan bahwa frontal lobe dalam korteks adalah bagian yang
paling aktif pada otak, ketika orang-orang bekerja pada pergantian dari pekerjaan
central executive.

10
4. Episodic Buffer.
Komponen keempat dari working memory adalah Episodic Buffer.
Episodic buffer ini bertugas untuk mengumpulkan dan mengkombinasikan
informasi dari phonological loop, visuospatial sketchpad dan long-term memory.
Episodic buffer memanipulasi secara aktif informasi sehingga kita dapat
menginterpretasikan pengalaman pertama kita, memecahkan persoalaan baru,
den merencanakan aktifitas yang akan datang.
Misalnya, andaikan kita memikirkan tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan yang terjadi kemarin, ketika itu kita tanpa sengaja berbicara tidak
sopan kepada teman kita. Kita mungkin memeriksa kembali kejadian tersebut
dan mencoba memperhatikan apakah teman kita kelihatan tersakiti atau terlukai.
Maka kita secara wajar akan membutuhkan pengaksesan beberapa informasi
dari long-term memory kita tentang tingkah laku teman kita yang biasanya. Kita
juga akan butuh untuk memutuskan apakah kita memiliki masalah dengannya,
dan jika benar, bagaimana kita membuat rencana untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Karena episodic buffer itu baru, kita tidak memiliki cukup detail tentang
bagaimana episodic buffer itu bekerja dan bagaimana episodic buffer itu berbeda
dengan central executive. Episodic buffer itu hanyalah sebuah sistem memori
sementara yang tidak seperti long-term memory yang secara relatif akan menjadi
permanen. Beberapa material dalam episodic buffer adalah bahasa (spesifiknya
kata-kata yang kita gunakan) juga ada beberapa visuospatial.
Para ahli psikologi sekarang ini sedang melakukan penelitian terhadap
”Individual Differences” di dalam working memory. Penelitian ini fokus kepada
hubungan antara ”Working Memory and Verbal Fluency”, hubungan antara
”Working memory and Other Cognitive Skills” dan ”The immpressive Memory
Spans of Memory Experts”.

Perbedaan-Perbedaan Individual dalam Working Memory


Psikologi Kognitif biasanya melakukan riset yang memusat pada skill
manusia tertentu. Contohnya, peneliti yang tertarik pada persepsi bisa
menyatakan bahwa orang berbeda dari satu orang lainnya pada kemampuan
mereka mengenal wajah atau ketelitian mereka dalam melakukan tugas divided-

11
attention. Bagaimana pun penelitian dan teori mereka secara spesifik
menekankan aturan-aturan umum yang bisa diaplikasikan pada sistem
perseptual manusia.
Satu pengecualian pada penelitian mengenai working memory, dimana
para psikolog telah melakukan beberapa studi pada perbedaan-perbedaan
individu. (contohnya, Eagle, 2002; Engle & Kane, 2005; Kane dkk, 2001; Miyake,
2001a). Anggaplah tiga pertanyaan di bawah ini mengenai perbedaan-perbedaan
individu:
1. Bagaimana kapasitas working-memory berhubungan dengan verbal
fluency (kelancaran secara verbal)?
2. Bagaimana kapasitas working-memory berhubungan dengan
kemampuan-kemampuan kognitif lainnya?
3. Bagaimana bisa teori working-memory menjelaskan kemampuan memori
yang luar biasa pada individu dengan kemampuan pada area tertentu?

Working memory dan verbal fluency (Kelancaran verbal)


Virginia Rosen dan Randall Engle (1997) berspekulasi bahwa kapasitas
working memory berhubungan dengan satu bentuk tertentu dari kemampuan
bahasa- khususnya, level umum orang dari kelancaran verbal. Pikirkan tentang
beberapa orang yang kita kenal yang sangat berpengaruh terhadap kita. Orang-
orang ini berbicara tanpa keraguan, dan mereka tampaknya bisa berbicara
dengan beragai macam kata dengan sedikit kesulitan. Di sisi lain, orang-orang
berbicara lebih hati-hati, dan kumpulan kosa kata mereka terbatas.
Rosen dan Engle memikirkan suatu tes mengenai working memory yang
bekerja di sekitar pusat eksekutif. Mereka melakukan tes yang berjudul The
relationship Between Working Memory and Verbal Fluency. Perlu diperhatikan
bahwa tes ini mengukur lebih dari satu stimuli yang bisa diingat (Engle, 2002).
Malah, tes ini mengukur bagaimana kita bisa mengontrol dan mengkoordinasi
working memory kita. Terutama kita harus mengkoordinasikan kemampuan
problem solving kita (tugas aritmatika) dengan phonological loop (mengingat
kata-kata).
Kesimpulannya, studi Rosen dan Engle (1997) menggambarkan bahwa
konsep working memory memang berhubungan dengan kemampuan berbahasa.
Terutama orang-orang yang bisa mengingat daftar kata-kata sesuai dengan

12
urutannya- ketika menyajikan mental arithmetic- dapat mendemonstrasikan
verbal fluency dengan mencari memori mereka dalam angka dalam jumlah besar
dari kata-kata yang relevan.

Working memory dan kemampuan kognitif lainnya.


Pengukuran lain dari working memory, serupa dengan tes Rosen dan
Engle, berhubungan dengan kemampuan orang untuk membuat catatan,
mengikuti arahan, dan melakukan tugas penalaran (Engle, 2002). Lebih jauh lagi,
penelitian menunjukkan bahwa kinerja working memory berhubungan dengan
kemampuan pembelajaran kosa kata dalam bahasa asing (Atkins & Baddeley,
1998)
Working memory juga berhubungan untuk mengukur kemampuan
membaca. Contohnya, orang-orang dengan rentang working memory yang luas
terutama kemampuan dalam menerka arti dari kata-kata yang tidak biasa pada
dasar konteks kalimat (Daneman & Green, 1986). Tampaknya, rentang working
memory mereka membiarkan mereka untuk membaca secara efisien, maka
mereka memiliki lebih banyak perhatian untuk mengingat kata kunci kontekstual
yang penting. Leih jauh lagi, siswa dengan kemampuan tinggi pada working
memory juga meraih nilai yang tinggi dalam membaca bagian pengertian
(comprehension part) pada Scholastic Assessment Tes (SAT) atau pengujian
mengenai pembelajaran (Daneman & Hannon, 2001).
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah didiskusikan sejauh ini,
perbedaan individual dalam kemampuan working memory berhubungan dengan
berbagai jenis dari kemampuan kognitif. Pendekatan lain pada perbedaan
individual adalah mempelajari orang yang mempunyai bakat kognitif yang luar
biasa- contohnya, orang-orang yang disebut “ahli-ahli mengingat” (memory
experts)

Working Memory dan memory experts (Ahli-ahli Mengingat)


K. Anders Ericsson telah mempelajari ahli-ahli mengingat (memory
experts) sekitar 25 tahun dan dianggap sebagai studi klasik mengenai dua
individu yang mampu memperluas rentang memory mereka secara dramatis
(Chase &Ericsson, 1981). Seperti yang kita ketahui, kebanyakan kita dapat
memanggil kembali (recall) sekitar tujuh angka dalam sebuah kolom. Meskipun

13
demikian, satu orang bernama S.F dapat mencapai rentang memory yang luar
biasa sekitar 80 angka. S.F tidak menerima pelatihan atau instruksi dalam
mengembangkan ingatannya. Bagaimana pun, dia merupakan pelari jarak-jauh
yang bagus dan segera memulai encode angka-angka ke dalam waktu lari dalam
berbagai perlombaan. Contohnya, dia memanggil kembali urutan 3492 dalam “3
menit 49.2 detik, mendekati waktu rekor-dunia dalam berlari se-mil”. Dia
melakukan kode serupa untuk nomor-nomor tambahan dalam seri-seri lain.
Dalam waktu dekat ini, Ericsson dan asistennya Peter Delaney
(1998,1999) mengembangkan sebuah teori mengenai pengeculian dalam ingatan
seperti pada S.F. seperti yang telah didiskusikan, working memory memiliki
kapasitas penyimpanan terbatas. Oleh karena itu, empat komponen model
standar Baddeley dari working memory tidak bisa menjelaskan bagaimana
seseorang seperti S.F bisa mengingat sebuah daftar angka yang jauh lebih
banyak dari kapasitas penyimpannya.
Untuk menempatkan masalah penyimpanan ini, Ericsson dan Delaney
mengusulkan bahwa kemampuan individual yang tinggi bisa melebihi daya batas
kapasitas working memory dengan menggunakan kemampuan yang
memungkinkan mereka untuk menyimpan materi yang relevan ke dalam memori
jangka panjang (long term memory) mereka. Lebih jauh lagi, para ahli ingatan
(memory experts) menjaga –dalam working memory mereka- kata kunci retrieval
tertentu yang berhubungan dengan materi khusus. Kata kunci-kata kunci
retrieval ini memungkinkan para ahli tersebut untuk mendapatkan kembali materi
dengan cepat dan secara akurat. Menurut Ericsson dan Delaney , working
memory jangka panjang digambarkan sebagai sebuah set dari strategi yang
diperoleh, yang memungkinkan ahli-ahli memori untuk memperluas kinerja
memori mereka untuk tipe-tipe spesifik materi dalam daerah keahlian mereka.
Keahlian S.F dalam berpacu dalam waktu, bersama dengan strategi yang
ia peroleh untuk segmen urutan nomor, memungkinkan ia mengembangkan
working memory jangka panjangnya. Ahli-ahli memori lainnya mengembangkan
bentuk keunikan working memory mereka tersendiri di area tertentu. Ahli-ahli ini
meliputi seorang pramusaji yang bisa mengingat sampai 20 pesanan makan
malam lengkap, para pemain catur yang bisa memainkan beberapa permainan
catur secara serempak (selagi memakai kain penutup mata), dan ahli –ahli medis
yang bisa secara cepat mengevaluasi alternatif diagnosa pada suatu penyakit

14
(Ericsson, 1985; Ericsson and Delaney, 1999). Topik-topik mengenai keahlian ini
sekarang merupakan isu yang sedang hangat dalam psikologi kognitif dan akan
ditelusuri melalui teksbook ini.

BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN

15
3.1 Sample
Karakteristik :
• Mahasiswa Universitas Padjadjaran yang berumur 18-22 tahun
• Belum pernah mengikuti mata kuliah Psikologi Kognitif

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Hari/Tanggal : Senin, 23 September 2008
Waktu : 19.20 – 22.10 WIB
Tempat : Pondok Putri Jawara
Pelaksana : Kelompok 2A Mata Kuliah Psikologi Kognitif
Subjek Penelitian : 7 orang mahasiswa yang sesuai dengan kriteria sampel.

3.3 Alat Ukur dan Alat Bantu


Alat ukur yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah enam buah kartu yang
masing masing berukuran 6,3 x 8,8 cm yang pada setiap kartus tersebut
bertuliskan tiga kata yang tersusun berbaris pada satu sisi dan tiga digit angka
yang berderet pada sisi lainnya.

Kartu ke- Sisi depan Sisi belakang


Memulai
1 687 Bantal
Kardus
Halus
2 254 Setuju
introspeksi
Bunga
3 869 Klasik
Dugaan
Merendah
4 573 Stimulus
Suasana
Tenang
5 433 Membujuk
Isi
6 376 Menarik
Sederhana

16
Beban

Alat bantu antara lain:


- Alat tulis
- Kertas HVS
- Stopwatch

3.4 Prosedur Percobaan


1. Mempersiapkan tempat untuk pelaksanaan percobaan
2. Partisipan dan peneliti menyiapkan diri.
3. Partisipan mengisi lembar kesediaan
4. Peneliti membacakan instruksi prosedur pelaksaan penelitian.
5. Percobaan A Modified Brown/Peterson & Peterson Technique dimulai.
6. Setelah percobaan selesai partisipan mendapat ucapan terima kasih karena
telah berpartisipasi dan partisipan dipersilakan untuk meninggalkan ruangan,
serta mendapat reward.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengambilan data penelitian mengenai A Modified Version of the
Brown/Peterson & Peterson Technique yang dilakukan pada tanggal 22
September 2008, memberikan data sebagai berikut :

17
Tabel 1.
Subjek Banyaknya kata yang benar dari
Kartu 1 Kartu 2 Kartu 3 Kartu 4 Kartu 5 Kartu 6
1 2 2 1 0 2 3
2 2 1 2 1 1 1
3 3 2 2 2 3 3
4 1 1 1 1 1 1
5 1 2 1 1 2 0
6 3 2 2 2 3 1
7 3 2 2 1 3 1

Tabel 2
Keterangan kata
Subjek Banyaknya kata
yang diingat
Yang diingat Salah
Benar Tidak ingat
dari kartu 1-6 3
Masing – masing 2
kata dari kartu 5 dan
1 7 7 0 11
6, dan 1 kata dari
kartu 1, 2, dan 3
2 kata dari kartu ke-
2 5 5 0 13 5, 3 kata lainnya dari
kartu 2, 3, dan 6
2 kata dari kartu ke –
3 4 4 0 14 6 dan 2 kata lainnya
dari kartu ke 3 dan 5
Kata kata berasal
4 4 4 0 14 dari kartu ke 3, 4 ,5
dan 6
2 kata berasa dari
kartu ke- 2, dan 4
5 7 6 1 12
kata lainnya berasal
dari kartu 1, 3, 4, 5.
Sebagian besar kata
6 6 6 0 12 berasal dari karu ke 3
dan 4
7 7 7 0 11 Sebagian besar kata
berasal dari kartu ke
1 (3 kata) dan 5 (3

18
kata).

4.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan yang telah kami tentang A Modified Brown/Peterson
& Peterson technique terlihat bahwa sebagian besar partisipan tidak mampu
untuk mengingat kembali kata – kata yang terdapat di dalam kartu (tabel 1). Hal
ini terjadi karena waktu untuk menghapal yang terbatas, tidak adanya
kesempatan partisipan untuk mengulang kata – kata dalam kartu tersebut karena
harus menghitung mundur tiga digit angka yang terdapat pada kartu.Begitupun
yang ditunjukkan pada tabel 2, yang berisi jumlah kata dari semua kartu yang
dapat diingat oleh partisipan. Rata – rata partisipan hanya dapat mengingat 30%
kata yang tersedia dan mayoritas kata – kata yang diingat berasal dari kartu 4, 5,
dan 6.
Hasil percobaan ini sesuai dengan demonstrasi yang dilakukan oleh
Brown/Peterson dan Peterson bahwa materi yang tersimpan dalam memori
kurang dari satu menit akan terlupakan yangterlihat bahwa banyak partisipan
yang tidak dapat mengingat semua kata. Selain itu adanya kata – kata berikutnya
menghasilkan interfensi pada kata sebelumnya sehinnga sebagian peserta
hanya mampu mengingat kata – kata yang terdapat pada kartu 4, 5, dan 6.

BAB V
APLIKASI

Pengaplikasian percobaan a modified Brown/Peterson dan Peterson


Technique sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya adalah
ketika di jalan kita sering sepintas membaca plat mobil orang, iklan di jalan, dan
nama-nama toko. Tetapi ketika mengalihkan pandangan kita ke arah lain, kita
sering melupakan apa yang telah kita lihat dan apa yang telah kita baca. Hal ini
terjadi karena informasi yang singgah di short term memory hanya bisa bertahan
selama 20-30 detik.

19
Banyak manfaat yang dapat kita ambil dari kesimpulan percobaan ini.
Contoh paling nyata adalah jika kita mempelajari suatu pelajaran maka kita harus
konsentrasi dalam mempelajari hal tersebut. Karena jika kita tidak konsentrasi
seperti kita belajar sambil menonton televisi maka otak kita tidak akan maksimal
dalam menangkap informasi dalam pelajaran. Dapat kita ketahui bahwa jika kita
belajar sambil menonton televisi maka akan mengganggu dalam proses
pengingatan dalam short term memory.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Hasil percobaan menunjukkan bahwa materi yang tersimpan dalam
memori dapat terlupakan dalam waktu kurang dari satu menit. Hal ini sesuai
dengan demonstrasi yang dilakukan oleh Brown/ Peterson dan Peterson.
Percobaan ini juga menunjukkan bahwa interfensi dari materi atau informasi yang
baru dapat membuat materi lama hilang dari memori, serta menunjukkan tentang
kerapuhan memori untuk materi yang disimpan hanya dalam waktu beberapa
detik.

20
6. 2 Saran
Dalam penelitian ini, peneliti sebaiknya menetapkan waktu pada bagian
dimana partisipan diminta untuk menuliskan kembali tiga kata yang tertera di
masing-masing kartu. Hal ini diupayakan agar partisipan tidak sempat me-recall
kata-kata tersebut yang kemungkinan sudah tersimpan di long term memory
mereka. Dan usahakan penelitian ini dilakukan dalam keadaan tenang karena
partisipan akan terganggu pada saat menghitung mundur angka.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, et.al. 1996. Introduction to Psychology 12th ed. Florida USA: Hartcourt
Brace & Company.
Matlin, Margaret W. 2005. Cognition (6th ed). United State Of America: John
Wiley & Sons, Inc.

21
22
LAMPIRAN

23

You might also like