You are on page 1of 5

Untuk mengukur semangat kerja karyawan datang ke kantor dengan teratur

dapat dilihat dari : kesediaan dan tepat waktu, berpakaian yang rapi dan
anggota sopan, menggunakan bahan dan
perlengkapan dengan hati-hati,
BPD untuk saling bekerja sama, menghasilkan barang atau jasa dengan
disiplin dan kepuasan kerja. kualitas dan kuantitas yang memuaskan,
Indikator-indikator penilaian dan mengikuti cara kerja yang ditentukan
dari variabel semangat kerja oleh organisasi. Disiplin dapat diukur
adalah: dengan cara, yaitu kepatuhan karyawan
kesediaan untuk saling kerja sama; pada kehadiran dalam bekerja, kepatuhan
karyawan pada jam kerja, kepatuhan
kedisiplinan terhadap pertauran karyawan pada perintah dari atasan, taat
dan pada peraturan dan tata tertib yang berlaku,
tata tertib; kedisiplinan terhadap berpakaian yang baik dan sopan di tempat
instruksi pimpinan; dan kepuasan kerja, menggunakan identitas atau tanda
kerja anggota. pengenal organisasi, penggunaan dan
pemeliharaan bahan, penggunaan peralatan
Menurut Nitisemito (1996), dan perlengkapan kantor dengan hati-hati,
indikasi yang menunjukkan kecenderungan dan bekerja dengan mengikuti cara yang
umum rendahnya semangat kerja adalah ditentukan oleh organisasi.
rendahnya produktivitas, tingkat absensi Kerja sama diartikan sebagai tindakan
yang tinggi, labour turnover yang tinggi, kolektif seseorang dengan orang lain yang
tingkat kerusakan yang tinggi, kegelisahan dapat dilihat dari kesediaan para karyawan
di mana-mana, tuntutan yang sering kali untuk bekerja sama dengan teman-teman
terjadi, dan pemogokan. sekerja dan dengan atasan mereka untuk
Berdasarkan indikasi yang mencapai tujuan bersama, kesediaan untuk
menunjukkan kecenderungan rendahnya saling membantu di antara teman-teman
semangat kerja, maka karakteristik sekerja dan dengan atasan sehubungan
semangat kerja karyawan dapat diketahui dengan tugas-tugasnya, dan adanya
keaktifan dalam kegiatan organisasi. Kerja
dari tiga indikator, yaitu disiplin, kerja
sama, dan kepuasan kerja. Disiplin sama adalah refleksi dari semangat dan
merupakan suatu keadaan tertib karena akan baik jika semangat tinggi. Semangat
orang-orang yang tergabung dalam suatu yang tinggi membuat kerja sama lebih baik
organisasi tunduk dan taat pada peraturan dan ada kesediaan saling membantu. Proses
yang ada serta melaksanakan dengan kerja sama mengandung segi-segi relasi,
senang hati. Karyawan yang menuruti interaksi, partisipasi, kontribusi setiap
semua peraturan karena takut akan dihukum individu, dan masing-masing memberikan
mencerminkan disiplin negatif. Sebaliknya, sumbangan pikiran. Kerja sama dalam
kepatuhan karyawan pada peraturan karena kelompok merupakan pendidikan sosial
sadar akan fungsi peraturan tersebut untuk bagi anggota interaksi dalam kelompok
mencapai keberhasilan adalah yang merupakan faktor menentukan moral
mencerminkan disiplin yang positif. Dalam atau semangat dalam reaksi kelompok.
pengertian disiplin tersimpul dua faktor Demikian juga kerja sama dalam kelompok
yang penting, yaitu faktor waktu dan faktor merupakan group therapy bagi karyawan
perbuatan. yang mengalami gejala gangguan mental.
Usaha-usaha untuk menciptakan Karyawan yang malas mendapat dorongan
disiplin selain melalui tata tertib atau kerja lebih aktif, yang pemalu lambat laun
peraturan yang jelas juga harus ada menjadi berani, yang lamban lamakelamaan
penjabaran tugas dan wewenang yang jelas, menjadi lebih pandai berkat
tata cara atau tata kerja yang sederhana bimbingan teman-temannya, yang mudah
yang dapat dengan mudah diketahui oleh tersinggung atau pemarah akan tertahan
setiap karyawan. Disiplin yang baik jika oleh temannya yang bersikap akrab, dan
yang suka mengasingkan diri didorong oleh mempengaruhi semangat kerja adalah
kelompok sehingga suka bergaul. keamanan kerja, kesempatan untuk
Kepuasan mempunyai kontribusi yang mendapatkan kemajuan, lingkungan kerja,
sangat besar terhadap produktivitas kerja. rekan sekerja yang baik, dan gaji atau
Setiap karyawan mempunyai dorongan pendapatan. Menurut Zainun (2004), faktor
untuk bekerja karena kerja adalah pusat dari yang mempengaruhi moral adalah
kehidupan dan kerja dalah sejumlah hubungan yang harmonis, kepuasan
aktivitas fisik dan mental untuk terhadap pekerjaan, suasana dan iklim
mengerjakan suatu pekerjaan. Kepuasan kerja, rasa kemanfaatan, kepuasan ekonomi
kerja berhubungan dengan sikap karyawan dan materiil, dan adanya ketenangan jiwa.
terhadap pekerjaannya, situasi kerja, serta Menurut Danim (2004), faktor yang
kerja sama antara pimpinan dan sesama mempengaruhi moral kerja adalah
karyawan. Karyawan yang tidak kesadaran akan tujuan organisasi, hubungan
memperoleh kepuasan sering melamun, antarmanusia dalam organisasi berjalan
mempunyai semangat kerja rendah, cepat harmonis, kepemimpinan yang
lelah dan bosan, emosi tidak stabil, sering menyenangkan, tingkatan organisasi, upah
mangkir, dan melakukan kesibukan yang dan gaji, kesempatan untuk meningkat atau
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan promosi, pembagian tugas dan tanggung
yang harus dilakukan. Oleh karena itu, jawab, kemampuan individu, perasaan
karyawan akan merasa puas atas kerja yang diterima dalam kelompok, dinamika
telah dilaksanakan jika yang dikerjakan lingkungan, dan kepribadian. Dari sekian
dianggap memenuhi harapan sesuai dengan banyak faktor yang mempengaruhi
tujuannya. semangat kerja karyawan, maka faktor yang
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi sama dikelompokkan menjadi satu sehingga
Semangat Kerja dapat dikatakan bahwa faktor yang
Naik turunnya semangat kerja mempengaruhi semangat kerja adalah
karyawan disebabkan oleh beberapa faktor. penempatan karyawan, minat kerja,
Gellerman (1994) menyatakan bahwa moral kesempatan berprestasi, kesempatan
kerja meliputi tiga bidang. Pertama berpartisipasi, hubungan kerja,
menyangkut kepuasan di luar pekerjaan kepemimpinan, kompensasi, lingkungan
kerja, karakteristik pekerjaan, kebijakan
kedudukan yang lebih tingi. Kedua manajemen, dan kepribadian.
menyangkut kepuasan terhadap pekerjaan, 2.5 Upaya Membina Semangat Kerja
yaitu minat kerja, peluang untuk maju, dan Membina semangat kerja karyawan
prestise dalam organisasi. Ketiga perlu dilakukan secara terus-menerus agar
menyangkut kepuasan pribadi dan rasa mereka menjadi terbiasa mempunyai
bangga atas profesinya. Lateiner (1985) semangat kerja yang tinggi. Dengan kondisi
mengatakan bahwa faktor yang demikian, karyawan diharapkan dapat
mempengaruhi semangat kerja adalah melaksanakan pekerjaan dengan baik dan
kebanggaan pekerja atas pekerjaannya, kreatif. Pembinaan semangat kerja dalam
hasrat untuk maju, perasaan telah suatu perusahaan tentulah pimpinan sebagai
diberlakukan dengan baik, kemampuan atasan langsung karyawan bersangkutan.
untuk bergaul dengan kawan sekerja, dan Pembinaan semangat kerja akan dapat
kesadaran akan tanggung jawab terhadap berhasil jika pimpinan benar-benar
pekerjaan. menempatkan dirinya bersama-sama
Nawawi (1990) mengatakan bahwa dengan karyawan dan berusaha
faktor yang mempengaruhi semangat kerja memperbaiki kondisi kerja agar kondusif
karyawan adalah minat atau perhatian sehingga suasana kerja turut mendukung
terhadap pekerjaan, upah/gaji, status sosial terbinanya semangat kerja. Menurut
berdasarkan jabatan, tujuan yang mulia dan Saydam (1996), keberhasilan pembinaan
pengabdian, suasana lingkungan kerja, dan semangat kerja sangat tergantung pada
hubungan manusiawi. Anoraga (1998) supervisi yang bermutu, kondisi kerja yang
mengemukakan bahwa faktor yang menyenangkan, adanya kesempatan untuk
berpartisipasi, hubungan yang harmonis, keamanan dan kenyamanan kerja sering
dan adanya aturan main yang jelas. Selain terganggu, kesempatan berprestasi dan
itu, teknik pengawasan dan kebijakan pengembangan karier tidak pasti. Namun,
manajemen meliputi pengawas berusaha mereka bersedia bekerja, datang lebih awal
agar karyawan mempunyai minat kerja dan pulang terlambat untuk mencapai
yang besar, memberi pujian, ada hubungan tujuan perusahaan. Hal itu menunjukkan
timbal balik antara perusahaan dengan bahwa karyawan tingkat bawah memiliki
masyarakat, kondisi fisik pekerjaan, semangat kerja yang tinggi. Karyawan di
kesempatan, peralatan kerja, dan prosedur tingkat menengah ke atas bekerja dengan
untuk memperhatikan keluhan karyawan. penuh fasilitas dan memegang kedudukan
Menurut Zainun (2004), beberapa sehingga memiliki kekuasaan, tetapi sering
usaha positif dalam rangka datang terlambat, pulang lebih awal,
menyelenggarakan motivasi untuk memberi perintah diikuti dengan
meningkatkan semangat kerja, yaitu kemarahan, selalu melimpahkan kesalahan
orientasi, supervisi, partisipasi, komunikasi, kepada bawahan, dan sering salah
rekognasi, delegasi, kompetisi, integrasi, mengambil keputusan. Indikasi tersebut
dan motivasi silang. Sastrohadiwiryo menunjukkan bahwa semangat kerja
(2002) menunjukkan bahwa cara yang karyawan di tingkat atas rendah. Mereka
ditempuh untuk meningkatkan semangat bekerja semata-mata mengandalkan
kerja adalah memberikan kompensasi kekuasaan belaka, tidak didasari oleh
kepada tenaga kerja dalam porsi yang semangat kerja.
wajar, tetapi tidak memaksakan Karyawan yang mempunyai semangat
kemampuan perusahaan, menciptakan kerja rendah merugikan produktivitas
kondisi kerja yang menggairahkan semua kelompok. Perilaku karyawan yang hanya
pihak, memperhatikan kebutuhan yang ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan
berhubungan dengan spiritual tenaga kerja diri sendiri akan mengurangi rasa kepuasan
pada saat penyegaran sebagai media anggota lainnya sehingga akan timbul
pengurangan ketegangan kerja dan konflik internal dalam kelompok yang akan
memperkokoh rasa setia antara tenaga kerja mempengaruhi produktivitas organisasi
atau perusahaan. Peningkatan semangat
dan manajemen, penempatan tenaga kerja kerja dimaksudkan untuk meningkatkan
pada posisi yang tepat, peran tenaga kerja produktivitas kerja karyawan.
mengembangkan aspirasi mendapatkan Apabila makna pekerjaan adalah
tempat yang wajar, dan memperhatikan hari positif, maka seorang karyawan diharapkan
esok para tenaga kerja. Selanjutnya bekerja produktif. Positif dimaksudkan
menurut Nitisemito (1996), untuk bahwa karyawan memandang pekerjaan
meningkatkan semangat dan gairah kerja yang dikerjakan harus diselesaikan dengan
dilakukan dengan pemberian gaji yang semangat kerja yang tinggi. Produktivitas
cukup, memperhatikan kebutuhan rohani, tidaklah berarti membuat karyawan bekerja
menciptakan suasana kerja santai, lebih lama atau bekerja lebih keras, tetapi
memperhatikan harga diri, menempatkan peningkatan produktivitas lebih banyak
karyawan pada posisi yang tepat, menekankan hasil dari perencanaan yang
memberikan kesempatan untuk maju, tepat, investasi yang bijaksana, teknologi
memberikan rasa aman untuk masa depan, yang baru, cara kerja yang lebih baik, dan
mengusahakan karyawan memiliki efisiensi yang lebih tinggi. Selain itu,
loyalitas, mengajak karyawan berunding, produktivitas kerja tergantung pada usaha
memberikan insentif yang terarah, dan yang penuh kesadaran dari tiap-tiap
memberikan fasilitas yang menyenangkan. karyawan yang tercermin dari semangat
2.6 Semangat Kerja untuk kerja yang tinggi.
Meningkatkan Produktivitas Kerja Upaya peningkatan produktivitas kerja
Karyawan di tingkat bawah tidak seyogianya tidak dipandang hanya sebagai
memiliki apa-apa, artinya mereka bekerja hal yang bersifat teknis, tetapi segi-segi
tanpa fasilitas dan tanpa kedudukan, bahkan yang lain dapat berperan sebagai faktor
penentu keberhasilan. Pemupukan loyalitas yang penuh kesadaran dari tiap-tiap
dan semangat kerja sangat penting karyawan yang tercermin dari semangat
mendapat perhatian karena apabila kerjanya.
manajemen berhasil menumbuhkan DAFTAR PUSTAKA
semangat kerja yang tinggi dan memupuk Anoraga, Panji. 1998. Psikologi Kerja. Cetakan
perasaan loyal di kalangan para karyawan, Kedua. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
dapat diperkirakan karyawan tidak akan Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepimpinan
dan Efektivitas Kelompok. Jakarta :
menampilkan perilaku negatif yang dapat
Penerbit Rineka Cipta.
merusak citra perusahaan. Pada gilirannya Gellerman, Saul W. 1984. Motivasi dan
loyalitas dan semangat kerja akan Produktivitas. Seri Manajemen No.91.
mendorong karyawan untuk bersedia Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit PT
membuat komitmen yang diperlukan yang Pustaka Binaman Pressindo.
lebih menjamin keberhasilan perusahaan Gondokusumo, A.A. 1995. Komunikasi
mencapai tujuan. Oleh karena itu, kiat yang Penugasan. Cetakan Kelima. Jakarta :
dipelajari dan dikuasai manajemen ialah Penerbit PT Toko Gunung Agung.
memupuk loyalitas dan membina semangat Lateiner, Alfred R. 1985. Teknik Memimpin
Pegawai dan Pekerja. Terjemahan Imam
kerja dengan memberikan keyakinan
Soejono. Cetakan Ketujuh. Jakarta :
kepada karyawan bahwa loyalitas yang Penerbit Aksara Baru.
mantap dan semangat kerja yang tinggi Manajemen Tenaga Kerja Indonesia.
akan memungkinkan mereka mencapai Pendekatan Administrasi dan Operasional.
sesuatu yang dibutuhkan dalam Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit PT
kehidupannya, seperti karier yang mantap, Bumi Aksara.
penghasilan yang memadai, perolehan Moekijat. 1997. Manajemen Tenaga Kerja dan
kedudukan, dan aktualisasi diri. Semua itu Hubungan Kerja. Bandung : Penerbit CV.
akan mendorong mereka untuk bekerja Pionir Jaya.
meningkatkan produktivitas kerja. Nawawi, H. Hadari dan Martini Hadari. 1990.
Administrasi Personel Untuk Peningkatan
Produktivitas Kerja, Cetakan Pertama.
3. SIMPULAN Jakarta : Penerbit CV Haji Masagung.
Semangat kerja merupakan suatu Nitisemito, Alex S. 1996. Manajemen Sumber
keadaan yang berhubungan erat dengan Daya Manusia. Cetakan Sembilan. Edisi
kondisi mental karyawan. Semangat kerja Ketiga. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia.
karyawan mempunyai dua dimensi, yaitu Saydam, Gouzali. 1996. Manajemen Sumber
semangat kerja rendah dan semangat kerja Daya Manusia. Cetakan Pertama. Jakarta :
tinggi. Semangat kerja dapat berubah sesuai Penerbit PT Toko Gunung Agung.
dengan faktor yang mempengaruhi dan Siagian, Sondang P. 2002. Kiat Meningkatkan
upaya membina semangat kerja. Faktorfaktor Produktivitas Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.
Tohardi, Ahmad. 2002. Pemahaman Praktis
yang perlu diperhatikan dalam Manajemen Sumber Daya Manusia.
membina semangat kerja untuk Bandung : Penerbit Mandar Maju.
meningkatkan produktivitas kerja karyawan Zainun, Buchari. 2004. Manajemen dan
adalah penempatan karyawan, minat kerja, Motivasi. Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit
kesempatan berprestasi, kesempatan Balai Aksara.
berpartisipasisi, hubungan kerja,
kepemimpinan, kompensasi, linkungan
kerja, karakteristik pekerjaan, kebijakan
manajemen, dan kepribadian.
Peningkatan produktivitas tidak berarti
membuat karyawan bekerja lebih lama atau
bekerja lebih keras, tetapi lebih banyak
menekankan hasil perencanaan yang tepat,
investasi yang bijaksana, teknologi baru,
cara kerja yang lebih baik, dan efisiensi
yang lebih lebih tinggi. Selain itu,
produktivitas kerja tergantung pada usaha

You might also like