You are on page 1of 63

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 54 TAHUN 2008


TENTANG
PENATAAN RUANG KAWASAN
JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur
(Jabodetabekpunjur) ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional
yang memerlukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang secara terpadu;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a perlu menetapkan Peraturan Presiden;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Propinsi Jawa Barat;

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber


Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);

4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);

5. Undang…
-2-

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan


Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4010);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

8. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan


Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4739);

9. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan


Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara
Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4744);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat


Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3934);
11. Peraturan...
-3-

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian


Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara


Pelaksanaan Kerja Sama Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4761);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana


Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN


JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama
Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.

2. Rencana...
-4-

2. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.


3. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan
dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai
warisan dunia.
5. Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak,
Cianjur, yang selanjutnya disebut sebagai Kawasan
Jabodetabekpunjur, adalah kawasan strategis nasional yang
meliputi seluruh wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat, dan sebagian wilayah
Provinsi Banten.
6. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
7. Kawasan hutan lindung adalah wilayah hutan yang mempunyai
fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah instrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
8. Kawasan resapan air adalah wilayah yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga
merupakan tempat pengisian air bumi yang berguna sebagai
sumber air dan sebagai pengontrol tata air permukaan.
9. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi sungai.
10. Sempadan...
-5-

10. Sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang


mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan fungsi
pantai.

11. Kawasan sekitar mata air adalah wilayah di sekeliling mata air
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi mata air.

12. Situ adalah suatu wadah genangan air di atas permukaan tanah
yang terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya berasal
dari tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang
merupakan salah satu bentuk kawasan lindung.

13. Rawa adalah lahan genangan air secara alamiah yang terjadi terus-
menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat
serta mempunyai ciri-ciri yang khusus secara fisik, kimiawi, dan
biologi.

14. Kawasan pantai hutan bakau adalah wilayah pesisir laut yang
merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi
memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan.

15. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas


tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan
secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang
berupa taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

16. Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan
ekosistemnya atau ekosistem tertentu perlu dilindungi dan
perkembangannya berlangsung secara alami.

17. Suaka...
-6-

17. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai


ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa
yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan
terhadap habitatnya.

18. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam baik daratan


maupun perairan yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan
sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, budaya,
pariwisata, dan rekreasi.

19. Taman hutan raya adalah kawasan alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli
atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, budaya,
pariwisata, dan rekreasi.

20. Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang


terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

21. Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi


bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun
bentukan geologi alami yang khas yang dapat bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.

22. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

23. Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan budi daya


pertanian yang memiliki sistem pengairan tetap yang memberikan
air secara terus-menerus sepanjang tahun, musiman, atau bergilir
dengan tanaman utama padi.

24. Kawasan...
-7-

24. Kawasan rawan bencana alam geologi adalah kawasan yang


potensial mengalami bencana alam geologi.

25. Zona adalah kawasan dengan peruntukan khusus yang memiliki


batasan ukuran atau standar tertentu.

26. Zona Budi Daya, selanjutnya disebut Zona B, adalah zona yang
karakteristik pemanfaatan ruangnya ditetapkan berdasarkan
dominasi fungsi kegiatan masing-masing zona pada kawasan budi
daya.

27. Zona Non-Budi Daya, selanjutnya disebut Zona N, adalah zona


yang karakteristik pemanfaatan ruangnya ditetapkan berdasarkan
dominasi fungsi kegiatan masing-masing zona pada kawasan
lindung.

28. Zona Penyangga, selanjutnya disebut Zona P, adalah zona pada


kawasan budi daya di perairan laut yang karakteristik
pemanfaatan ruangnya ditetapkan untuk melindungi kawasan
budi daya dan/atau kawasan lindung yang berada di daratan dari
kerawanan terhadap abrasi pantai dan instrusi air laut.

29. Prasarana dan sarana wilayah adalah kelengkapan dasar fisik yang
memungkinkan wilayah dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

30. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau


mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.

31. Reklamasi adalah kegiatan penimbunan dan pengeringan wilayah


perairan.

32. Pemerintah...
-8-

32. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden


Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan
Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

33. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Provinsi


Jawa Barat, Provinsi Banten, Kabupaten Bogor, Kabupaten
Tangerang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur, Kota Bogor, Kota
Tangerang, Kota Bekasi, dan Kota Depok.

34. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan


perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.

35. Kepala daerah adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota


Jakarta, Gubernur Jawa Barat, Gubernur Banten, Bupati Bogor,
Bupati Tangerang, Bupati Bekasi, Bupati Cianjur, Walikota Bogor,
Walikota Tangerang, Walikota Bekasi, dan Walikota Depok.

36. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat, Gubernur Banten, dan


Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

37. Bupati/Walikota adalah Bupati Bogor, Bupati Tangerang, Bupati


Cianjur, Bupati Bekasi, Walikota Bogor, Walikota Tangerang,
Walikota Bekasi, dan Walikota Depok.

38. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan dalam bidang penataan ruang.

39. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat yang


timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat,
untuk berminat dan bergerak dalam menyelenggarakan penataan
ruang.

40. Koefisien...
-9-

40. Koefisien dasar bangunan, selanjutnya disebut KDB, adalah


perbandingan antara luas dasar bangunan dan luas persil.

41. Koefisien lantai bangunan, selanjutnya disebut KLB, adalah


perbandingan antara luas lantai bangunan dan luas persil.

42. Koefisien zona terbangun adalah angka perbandingan antara luas


total tapak bangunan dan luas zona.

43. Indeks konservasi alami adalah parameter yang menunjukkan


kondisi hidrologis ideal untuk konservasi yang dihitung
berdasarkan variabel curah hujan, jenis batuan, kemiringan,
ketinggian, dan guna lahan.

44. Indeks konservasi aktual adalah parameter yang menunjukkan


kondisi hidrologis yang ada untuk konservasi yang dihitung
berdasarkan variabel curah hujan, jenis batuan, kemiringan,
ketinggian, dan guna lahan.

45. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam


kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

46. Administrasi pertanahan adalah pemberian hak, perpanjangan


hak, pembaruan hak, peralihan hak, peningkatan hak,
penggabungan hak, pemisahan hak, pemecahan hak, pembebanan
hak, izin lokasi, izin perubahan penggunaan tanah, serta izin
penunjukan dan penggunaan tanah.

Bagian ...
- 10 -

Bagian Kedua
Tujuan dan Sasaran

Pasal 2

(1) Tujuan penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur adalah


untuk:
a. mewujudkan keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang
antardaerah sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan
dengan memperhatikan keseimbangan kesejahteraan dan
ketahanan;
b. mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan
dalam pengelolaan kawasan, untuk menjamin tetap
berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin
tersedianya air tanah dan air permukaan, serta
menanggulangi banjir; dan
c. mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif,
efektif, dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi
terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan
pembangunan yang berkelanjutan.

(2) Sasaran penyelenggaraan penataan ruang Kawasan


Jabodetabekpunjur adalah:
a. terwujudnya kerja sama penataan ruang antarpemerintah
daerah melalui:
1) sinkronisasi pemanfaatan kawasan lindung dan budi
daya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas
hidup penduduk;
2) sinkronisasi pengembangan prasarana dan sarana
wilayah secara terpadu; dan

3) kesepakatan...
- 11 -

3) kesepakatan antardaerah untuk mengembangkan sektor


prioritas dan kawasan prioritas menurut tingkat
kepentingan bersama;
b. terwujudnya peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air,
udara, flora, dan fauna dengan ketentuan:
1) tingkat erosi tidak mengganggu;
2) tingkat peresapan air hujan dan tingkat pengaliran air
permukaan menjamin tercegahnya bencana banjir dan
ketersediaan air sepanjang tahun bagi kepentingan
umum;
3) kualitas air menjamin kesehatan lingkungan;
4) situ berfungsi sebagai daerah tangkapan air, sumber air
baku, dan sistem irigasi;
5) pelestarian flora dan fauna menjamin pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya; dan
6) tingkat perubahan suhu dan kualitas udara tetap
menjamin kenyamanan kehidupan lingkungan;
c. tercapainya optimalisasi fungsi budi daya dengan ketentuan:
1) kegiatan budi daya tidak melampaui daya dukung dan
ketersediaan sumber daya alam dan energi;
2) kegiatan usaha pertanian berskala besar dan kecil
menerapkan teknologi pertanian yang memperhatikan
konservasi air dan tanah;
3) daya tampung bagi penduduk selaras dengan
kemampuan penyediaan prasarana dan sarana
lingkungan yang bersih dan sehat serta dapat
mewujudkan jasa pelayanan yang optimal;

4) pengembangan...
- 12 -

4) pengembangan kegiatan industri menunjang


pengembangan kegiatan ekonomi lainnya;
5) kegiatan pariwisata tetap menjamin kenyamanan dan
keamanan masyarakat, serasi dengan lingkungan, serta
membuka kesempatan kerja dan berusaha yang optimal
bagi penduduk setempat dalam kegiatan pariwisata,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk;
dan
6) tingkat gangguan pencemaran lingkungan yang
serendah-rendahnya dari kegiatan transportasi, industri,
dan permukiman melalui penerapan baku mutu
lingkungan hidup;
d. tercapainya keseimbangan antara fungsi lindung dan fungsi
budi daya.

Bagian Ketiga
Peran dan Fungsi

Pasal 3

Penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur memiliki peran sebagai


acuan bagi penyelenggaraan pembangunan yang berkaitan dengan
upaya konservasi air dan tanah, upaya menjamin tersedianya air tanah
dan air permukaan, penanggulangan banjir, dan pengembangan
ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.

Pasal 4

Penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur memiliki fungsi sebagai


pedoman bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat langsung
ataupun tidak langsung dalam penyelenggaraan penataan ruang
secara terpadu di Kawasan Jabodetabekpunjur, melalui kegiatan
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
Bagian...
- 13 -

Bagian Keempat
Ruang Lingkup

Paragraf 1
Cakupan Kawasan

Pasal 5

(1) Kawasan Jabodetabekpunjur meliputi seluruh wilayah Daerah


Khusus Ibukota Jakarta, sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat,
dan sebagian wilayah Provinsi Banten.

(2) Sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) mencakup seluruh wilayah Kabupaten Bekasi,
seluruh wilayah Kota Bekasi, seluruh wilayah Kota Depok,
seluruh wilayah Kabupaten Bogor, seluruh wilayah Kota Bogor,
dan sebagian wilayah Kabupaten Cianjur yang meliputi
Kecamatan Cugenang, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi,
dan Kecamatan Cipanas.

(3) Sebagian wilayah Provinsi Banten sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) mencakup seluruh wilayah Kabupaten Tangerang dan
seluruh wilayah Kota Tangerang.

Paragraf 2
Lingkup Pengaturan

Pasal 6

Peraturan Presiden ini meliputi kebijakan dan strategi penataan ruang,


rencana tata ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, arahan pemanfaatan
ruang, arahan pengendalian pemanfaatan ruang, pengawasan
pemanfaatan ruang, kelembagaan, peran masyarakat, dan pembinaan.

BAB II...
- 14 -

BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Pertama
Kebijakan Penataan Ruang

Pasal 7
Kebijakan penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 adalah mewujudkan keterpaduan
penyelenggaraan penataan ruang kawasan dalam rangka
keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pelestarian
lingkungan hidup.

Bagian Kedua
Strategi Penataan Ruang

Pasal 8
Strategi penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur merupakan
pelaksanaan dari kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
yang meliputi:
a. mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang
berdasar atas keterpaduan antardaerah sebagai satu kesatuan
wilayah perencanaan;
b. mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat
menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah,
menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta
menanggulangi banjir dengan mempertimbangkan daya dukung
lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan;

c. mendorong pengembangan perekonomian wilayah yang produktif,


efektif, dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi
terciptanya kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang
berkelanjutan.
BAB III...
- 15 -

BAB III
RENCANA TATA RUANG KAWASAN JABODETABEKPUNJUR
Bagian Pertama
Umum

Pasal 9

(1) Rencana Tata Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur berisi:


a. rencana struktur ruang; dan
b. rencana pola ruang.

(2) Rencana Tata Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur merupakan alat


untuk keterpaduan dan sinkronisasi Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota yang berada di Kawasan
Jabodetabekpunjur.

(3) Rencana struktur ruang merupakan rencana pengembangan


susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial dan ekonomi
masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional.

(4) Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi peruntukan


ruang di Kawasan Jabodetabekpunjur yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budi daya.

Bagian Kedua
Rencana Struktur Ruang

Pasal 10

(1) Rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9


ayat (3) terdiri atas sistem pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana.

(2) Sistem…
- 16 -

(2) Sistem pusat permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan hierarki pusat permukiman sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional.

(3) Sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi:
a. sistem transportasi darat;
b. sistem transportasi laut;
c. sistem transportasi udara;
d. sistem penyediaan air baku;
e. sistem pengelolaan air limbah;
f. sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun;
g. sistem drainase dan pengendalian banjir;
h. sistem pengelolaan persampahan;
i. sistem jaringan tenaga listrik; dan
j. sistem jaringan telekomunikasi.

(4) Sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


direncanakan secara terpadu antardaerah dengan melibatkan
partisipasi masyarakat, serta memperhatikan fungsi dan arah
pengembangan pusat-pusat permukiman.

Bagian Ketiga
Rencana Pola Ruang
Pasal 11

(1) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat


(4) terdiri atas rencana distribusi ruang untuk kawasan lindung
dan kawasan budi daya.

(2) Ruang...
- 17 -

(2) Ruang untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dikelompokkan dalam Zona Non-Budi Daya sebagai berikut:
a. Zona Non-Budi Daya 1 yang selanjutnya disebut Zona N1;
dan
b. Zona Non-Budi Daya 2 yang selanjutnya disebut Zona N2.

(3) Ruang untuk kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dikelompokkan dalam Zona Budi Daya dan Zona
Penyangga.

(4) Zona Budi Daya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


dikelompokkan sebagai berikut:
a. Zona Budi Daya 1 yang selanjutnya disebut Zona B1;
b. Zona Budi Daya 2 yang selanjutnya disebut Zona B2;
c. Zona Budi Daya 3 yang selanjutnya disebut Zona B3;
d. Zona Budi Daya 4 yang selanjutnya disebut Zona B4;
e. Zona Budi Daya 5 yang selanjutnya disebut Zona B5;
f. Zona Budi Daya 6 yang selanjutnya disebut Zona B6; dan
g. Zona Budi Daya 7 yang selanjutnya disebut Zona B7.

(5) Zona Penyangga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


dikelompokkan sebagai berikut:
a. Zona Penyangga 1 yang selanjutnya disebut Zona P1;
b. Zona Penyangga 2 yang selanjutnya disebut Zona P2;
c. Zona Penyangga 3 yang selanjutnya disebut Zona P3;
d. Zona Penyangga 4 yang selanjutnya disebut Zona P4; dan
e. Zona Penyangga 5 yang selanjutnya disebut Zona P5.

BAB IV...
- 18 -

BAB IV
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN

Pasal 12

Untuk mewujudkan rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 10 ditetapkan arahan pengembangan sistem pusat
permukiman dan arahan pengembangan sistem jaringan prasarana.

Bagian Pertama
Arahan Pengembangan Sistem Pusat Permukiman

Pasal 13

(1) Pengembangan sistem pusat permukiman sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12 diarahkan pada terbentuknya fungsi dan hierarki
pusat permukiman sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

(2) Pengembangan sistem pusat permukiman sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) meliputi upaya untuk mendorong pengembangan
Pusat Kegiatan Nasional Kawasan Perkotaan Jakarta, dengan kota
inti adalah Jakarta dan kota satelit adalah Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, dan kota lainnya.

(3) Dalam arahan struktur ruang dikembangkan Jalan Lingkar Luar


Jakarta Kedua (Jakarta Outer Ring Road 2) dan jalan radialnya
sebagai pembentuk struktur ruang Jabodetabekpunjur dan untuk
memberikan pelayanan pengembangan sub pusat perkotaan
antara lain Serpong/Kota Mandiri Bumi Serpong Damai, Cinere,
Cimanggis, Cileungsi, Setu, dan Tambun/Cikarang.

(4) Arahan ...


- 19 -

(4) Arahan pengembangan sistem pusat permukiman digambarkan


dalam Peta Struktur dan Pola Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur
dengan skala peta 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
Peraturan Presiden ini.

Bagian Kedua
Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana

Pasal 14

Pengembangan sistem transportasi diarahkan pada keterpaduan dan


saling mendukung intra moda dan inter moda, yang meliputi moda
transportasi darat, laut, dan udara dengan mempertimbangkan
kemudahan dan efisiensi pengguna jasa transportasi yang berdasarkan
analisis bangkitan dan tarikan lalu lintas antarpusat kegiatan.

Pasal 15

(1) Sistem transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10


ayat (3) huruf a terdiri atas jaringan transportasi jalan, jaringan
jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan.

(2) Penataan dan pengembangan sistem transportasi darat di


Kawasan Jabodetabekpunjur diarahkan pada:
a. penataan angkutan masal jalan rel dengan angkutan jalan;
b. peningkatan pemanfaatan jaringan jalur kereta api pada
ruas-ruas tertentu sebagai prasarana pergerakan komuter
dari wilayah Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok ke Daerah
Khusus Ibukota Jakarta dan sebaliknya;

c. pemisahan...
- 20 -

c. pemisahan penggunaan prasarana antara jaringan jalur


kereta api yang bersifat komuter dan jaringan jalur kereta
api yang bersifat regional dan jarak jauh;
d. pengembangan jalan yang menghubungkan antarwilayah
dan antarpusat permukiman, industri, pertanian,
perdagangan, jasa dan simpul-simpul transportasi serta
pengembangan jalan penghubung antara jalan selain jalan
tol dengan jalan tol;
e. pengembangan jalan tol dalam kota di wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta yang terintegrasi dengan jalan tol
antarkota sesuai dengan kebutuhan nyata;
f. pembangunan jalan setingkat jalan arteri primer atau
kolektor primer yang menghubungkan Cikarang di
Kabupaten Bekasi ke pelabuhan Tanjung Priok di Daerah
Khusus Ibukota Jakarta dan Citayam di Kota Depok ke jalan
lingkar luar di Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
g. pembangunan jalan rel yang menghubungkan Cikarang di
Kabupaten Bekasi ke pelabuhan Tanjung Priok di Daerah
Khusus Ibukota Jakarta;
h. pengembangan sistem jaringan transportasi masal yang
menghubungkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan
pusat-pusat kegiatan di sekitarnya;
i. pengembangan sistem transportasi masal cepat yang
terintegrasi dengan bus yang diprioritaskan, perkeretaapian
monorel, dan moda transportasi lainnya; dan
j. pengembangan sistem transportasi sungai yang terintegrasi
dengan moda transportasi lainnya.

(3) Untuk...
- 21 -

(3) Untuk menjamin keselamatan transportasi jalan dan


keberlanjutan pengoperasian fasilitas keselamatan transportasi
jalan, penataan ruang di sekitar dan di kawasan terminal dan
sepanjang jalan harus memperhatikan rencana pengembangan
transportasi jalan dan ketentuan keselamatan transportasi jalan.

(4) Untuk menjamin keselamatan perkeretaapian dan keberlanjutan


pengoperasian fasilitas keselamatan perkeretaapian, penataan
ruang di sekitar dan di kawasan stasiun dan sepanjang jaringan
jalur kereta api harus memperhatikan rencana pengembangan
perkeretaapian dan ketentuan keselamatan perkeretaapian pada
jaringan jalur kereta api, yang meliputi ruang manfaat jalur
kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang pengawasan
jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.

(5) Arahan sistem transportasi darat digambarkan dalam Peta


Arahan Sistem Transportasi Kawasan Jabodetabekpunjur dengan
skala peta 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Presiden
ini.

Pasal 16

(1) Penataan dan pengembangan sistem transportasi laut


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf b
diarahkan untuk mendukung kelancaran keluar masuk arus
barang dan penumpang dari dan ke luar kawasan tersebut.

(2) Untuk...
- 22 -

(2) Untuk menjamin keselamatan pelayaran dan keberlanjutan


pengoperasian pelabuhan, penataan ruang di sekitar dan di
kawasan pelabuhan harus memperhatikan kegiatan
kepelabuhanan sesuai dengan rencana induk pelabuhan dan
ketentuan keselamatan pelayaran pada Daerah Lingkungan Kerja
(DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) serta
Tatanan Kepelabuhanan Nasional.

Pasal 17

(1) Penataan dan pengembangan sistem transportasi udara


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf c
diarahkan untuk mendukung kelancaran keluar masuk arus
barang dan penumpang dari dan ke luar kawasan tersebut.

(2) Untuk menjamin keselamatan operasi penerbangan dan


keberlanjutan pengoperasian bandar udara, penataan ruang di
sekitar dan di kawasan bandar udara harus memperhatikan
kegiatan kebandarudaraan sesuai dengan rencana induk bandar
udara dan ketentuan kawasan keselamatan operasi penerbangan
serta Tatanan Kebandarudaraan Nasional.

Pasal 18

(1) Penyediaan air baku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat


(3) huruf d dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber
yang ada dan pengembangan prasarananya.

(2) Pengelolaan sistem air baku harus memperhatikan keseimbangan


antara ketersediaan dan kebutuhan air untuk kegiatan rumah
tangga, pertanian, industri, perkotaan, dan pemeliharaan sungai,
serta keseimbangan lingkungan secara terpadu.

(3) Pengembangan...
- 23 -

(3) Pengembangan prasarana air baku dapat dilakukan dengan


pembangunan dan pengelolaan waduk multiguna, saluran
pembawa, pengelolaan situ, dan pemeliharaan sungai.

(4) Strategi pengelolaan sistem penyediaan air baku adalah dengan


menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan serta
kelestarian daerah aliran sungai, dan sumber-sumber air lainnya,
yang pengelolaannya dilakukan dengan kerja sama antardaerah.

(5) Arahan pengelolaan sistem air baku digambarkan dalam Peta


Arahan Sistem Air Baku dan Pengendalian Banjir Kawasan
Jabodetabekpunjur dengan skala peta 1:50.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

Pasal 19

(1) Penataan sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 10 ayat (3) huruf e harus memperhatikan kualitas
sanitasi lingkungan dan meminimalkan pencemaran air tanah
dan air permukaan.

(2) Strategi pengelolaan air limbah diarahkan untuk pengurangan,


pemanfaatan kembali, dan penyediaan prasarana dan sarana
pengelolaan air limbah bagi kegiatan permukiman dan industri
dengan memperhatikan baku mutu limbah cair.

(3) Sistem pengelolaan air limbah bagi kegiatan domestik/rumah


tangga merupakan sistem yang terpisah dari pengelolaan air
limbah industri.

(4) Sistem pengelolaan air limbah dilaksanakan secara terpusat


terutama pada kawasan perumahan padat, pusat bisnis, dan
sentra industri.

(5) Ketentuan...
- 24 -

(5) Ketentuan lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah


diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 20

(1) Penataan sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan


beracun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf f
diarahkan untuk meminimalkan pencemaran udara, tanah, dan
sumber daya air serta meningkatkan kualitas lingkungan.

(2) Penataan sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan


beracun harus memperhatikan tersedianya prasarana dan sarana
pengolahan limbah yang telah terpasang.

(3) Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dilakukan


berdasarkan kriteria teknis sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan yang mengatur pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun.

(4) Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dapat


dilakukan melalui kerja sama antardaerah dengan melibatkan
partisipasi masyarakat.

(5) Ketentuan lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan limbah


bahan berbahaya dan beracun diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 21

(1) Sistem drainase dan pengendalian banjir sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 10 ayat (3) huruf g diarahkan untuk mengurangi
bahaya banjir dan genangan air bagi kawasan permukiman,
industri, perdagangan, perkantoran, dan persawahan, serta jalan.

(2) Strategi…
- 25 -

(2) Strategi drainase dan pengendalian banjir dilaksanakan dengan


pengelolaan sungai terpadu dengan sistem drainase wilayah,
pengendalian debit air sungai dan peningkatan kapasitas sungai,
peningkatan fungsi situ-situ dan waduk sebagai daerah
penampungan air dengan sistem polder, pengendalian
pemanfaatan ruang di kawasan lindung dan kawasan budi daya
yang dilaksanakan dengan ketat di kawasan hulu hingga
sepanjang daerah aliran sungai, pembuatan sudetan sungai, dan
pengendalian pembangunan di sempadan sungai.

(3) Arahan drainase dan pengendalian banjir di Kawasan


Jabodetabekpunjur dilakukan melalui upaya:
a. rehabilitasi hutan dan lahan serta penghijauan kawasan
tangkapan air;
b. penataan kawasan sempadan sungai dan anak-anak
sungainya;
c. normalisasi sungai-sungai dan anak-anak sungainya;
d. pengembangan waduk-waduk pengendali banjir dan
pelestarian situ-situ serta daerah retensi air;
e. pembangunan prasarana dan pengendali banjir; dan
f. pembangunan prasarana drainase.

(4) Penetapan sungai-sungai prioritas untuk penataan dan


normalisasi sungai dan anak-anak sungainya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b dan huruf c diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Arahan pengendalian banjir digambarkan pada Peta Arahan


Sistem Air Baku dan Pengendalian Banjir dengan skala 1:50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

Pasal 22...
- 26 -

Pasal 22

(1) Sistem pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 10 ayat (3) huruf h dikembangkan secara terpadu di
Kawasan Jabodetabekpunjur melalui kerja sama antardaerah
dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

(2) Strategi pengelolaan persampahan Kawasan Jabodetabekpunjur


diselenggarakan dengan pemanfaatan kembali, daur ulang, dan
pengolahan sampah dengan memperhatikan kriteria teknis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Arahan pengelolaan persampahan terpadu pada Kawasan


Jabodetabekpunjur harus memperhatikan penentuan lokasi
tempat pembuangan akhir dan pengolahan sampah terutama
incinerator yang tidak mencemari lingkungan.
(4) Penentuan lokasi tempat pembuangan akhir di Kawasan
Jabodetabekpunjur harus memperhatikan daya tampung dan
volume sampah domestik dan nondomestik dari Jakarta, Bogor,
Tangerang, Bekasi, Depok, dan Cianjur serta berada pada jarak
aman yang tidak mencemari lingkungan di sekitarnya.

Pasal 23

(1) Sistem jaringan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal


10 ayat (3) huruf i diarahkan untuk:
a. meningkatkan pelayanan jaringan tenaga listrik dalam
pengembangan Kawasan Jabodetabekpunjur;
b. mendukung pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik
terinterkoneksi; dan
c. meningkatkan pelayanan jaringan tenaga listrik terisolasi di
Kepulauan Seribu.

(2) Pengembangan...
- 27 -

(2) Pengembangan sistem jaringan tenaga listrik harus


memperhatikan kapasitas yang telah terpasang dan kebutuhan
jangka panjang.

(3) Pengembangan sistem jaringan tenaga listrik dilakukan


berdasarkan kriteria teknis sebagai berikut:
a. meminimalkan dampak negatif terhadap kesehatan dan
keselamatan masyarakat;
b. mendukung perwujudan struktur ruang kawasan; dan
c. kriteria teknis lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan.

(4) Pengembangan sistem jaringan tenaga listrik dapat dilakukan


melalui kerja sama antardaerah dengan melibatkan partisipasi
masyarakat.

(5) Ketentuan lainnya berkaitan dengan pengembangan sistem


jaringan tenaga listrik diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 24

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 10 ayat (3) huruf j diarahkan untuk:
a. mendukung pengembangan sistem jaringan telekomunikasi
nasional;
b. meningkatkan penyediaan informasi yang handal dan cepat
di seluruh Kawasan Jabodetabekpunjur dalam rangka
perwujudan struktur ruang Kawasan Jabodetabekpunjur;
c. meningkatkan penyediaan dan akses informasi dari dan ke
seluruh pelosok Kawasan Jabodetabekpunjur; dan
d. meningkatkan penyediaan dan akses informasi dari dan ke
Kawasan Jabodetabekpunjur.

(2) Pengembangan...
- 28 -

(2) Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi harus


memperhatikan kapasitas yang telah terpasang dan kebutuhan
jangka panjang.

(3) Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi dilakukan


berdasarkan kriteria teknis sebagai berikut:
a. meminimalkan dampak negatif terhadap kesehatan dan
keselamatan masyarakat serta keselamatan penerbangan;
b. mendukung perwujudan struktur ruang kawasan; dan
c. kriteria teknis lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan.

(4) Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi dapat dilakukan


melalui kerja sama antardaerah dengan melibatkan partisipasi
masyarakat.

(5) Ketentuan lainnya berkaitan dengan pengembangan sistem


jaringan telekomunikasi diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Pengelolaan Kawasan Lindung

Pasal 25

(1) Zona N1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a


terdiri atas:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan resapan air;
c. kawasan dengan kemiringan di atas 40% (empat puluh
persen);
d. sempadan sungai;
e. sempadan pantai;

f. kawasan ...
- 29 -

f. kawasan sekitar danau, waduk, dan situ;


g. kawasan sekitar mata air;
h. rawa;
i. kawasan pantai berhutan bakau; dan
j. kawasan rawan bencana alam geologi.

(2) Pemanfaatan ruang Zona N1 diarahkan untuk konservasi air dan


tanah dalam rangka:
a. mencegah abrasi, erosi, amblesan, bencana banjir, dan
sedimentasi;
b. menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin
ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air
permukaan; dan
c. mencegah dan/atau mengurangi dampak akibat bencana
alam geologi.

Pasal 26

(1) Zona N2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b


terdiri atas:
a. cagar alam;
b. suaka margasatwa;
c. taman nasional;
d. taman hutan raya;
e. taman wisata alam; dan
f. kawasan cagar budaya.

(2) Pemanfaatan ruang Zona N2 diarahkan untuk:


a. konservasi budaya;
b. perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, serta
gejala dan keunikan alam untuk kepentingan perlindungan
plasma nutfah, penelitian, dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan pendidikan; dan
c. pengembangan…
- 30 -

c. pengembangan kegiatan pendidikan dan penelitian, rekreasi


dan pariwisata ekologis bagi peningkatan kualitas
lingkungan sekitarnya, dan perlindungan dari pencemaran.

(3) Pemanfaatan ruang Zona N2 sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) huruf c harus dapat menjaga fungsi lindung.

Pasal 27

(1) Pemanfaatan ruang Zona N1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


25 ayat (2) dilaksanakan dengan cara mempertahankan dan
mengembalikan fungsi Zona N1 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (1).

(2) Pemanfaatan ruang Zona N2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


26 ayat (2) dilaksanakan dengan cara mempertahankan dan
mengembalikan fungsi Zona N2 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1).

Pasal 28

(1) Pemanfaatan ruang di kawasan lindung dibatasi pada kegiatan


yang menjamin tidak terganggunya fungsi lindung.

(2) Jenis kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur


dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 29

Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya


melakukan rehabilitasi hutan dan lahan serta penghijauan di kawasan
lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dengan
tutupan tumbuhan tetap.

Pasal 30...
- 31 -

Pasal 30

(1) Di kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25


ayat (1) huruf a dilarang menyelenggarakan:
a. pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam,
mengganggu kesuburan serta keawetan tanah, fungsi
hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian fungsi
lingkungan hidup; dan/atau
b. kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan
perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistemnya
sehingga mengurangi/menghilangkan fungsi dan luas
kawasan seperti perambahan hutan, pembukaan lahan,
penebangan pohon, dan perburuan satwa yang dilindungi.

(2) Di kawasan resapan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25


ayat (1) huruf b dilarang menyelenggarakan kegiatan yang
mengurangi daya serap tanah terhadap air.

(3) Di kawasan dengan kemiringan di atas 40% (empat puluh persen)


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf c dilarang
menyelenggarakan:
a. penebangan tanaman;
b. kegiatan mendirikan bangunan, kecuali bangunan yang
dimaksudkan bagi upaya peningkatan fungsi lindung;
dan/atau
c. kegiatan penggalian yang berakibat terganggunya fungsi
lindung kawasan.

(4) Di sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat


(1) huruf d dilarang menyelenggarakan:
a. pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam,
mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi
dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian
fungsi lingkungan hidup;
b. pemanfaatan…
- 32 -

b. pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau


c. kegiatan yang merusak kualitas air sungai, kondisi fisik tepi
sungai dan dasar sungai, serta mengganggu aliran air.

(5) Di sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat


(1) huruf e dilarang menyelenggarakan:
a. pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam, kecuali
yang dimaksudkan bagi kepentingan umum yang terkait
langsung dengan ekosistem laut;
b. pemanfaatan ruang yang mengganggu kelestarian fungsi
pantai; dan/atau
c. pemanfaatan ruang yang mengganggu akses terhadap
kawasan sempadan pantai.

(6) Di kawasan sekitar danau, waduk, dan situ sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf f dilarang
menyelenggarakan:
a. pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam,
mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi
dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian
fungsi lingkungan hidup;
b. pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau
c. kegiatan yang menyebabkan penurunan kualitas air danau,
waduk, dan situ, menyebabkan penurunan kondisi fisik
kawasan sekitar danau, waduk, dan situ, serta mengganggu
debit air.

(7) Di kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud dalam Pasal


25 ayat (1) huruf g dilarang menyelenggarakan:
a. pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam,
mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi
hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian fungsi
lingkungan hidup;
b. pemanfaatan...
- 33 -

b. pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau


c. kegiatan yang merusak kualitas air, kondisi fisik kawasan
sekitarnya, dan daerah tangkapan air kawasan yang
bersangkutan.

(8) Di rawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf h


dilarang menyelenggarakan reklamasi dan/atau pemanfaatan
ruang lainnya tanpa disertai rekayasa teknis untuk
mempertahankan fungsi rawa sebagai sumber air dan daerah
retensi air.

(9) Di kawasan pantai hutan bakau sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 25 ayat (1) huruf i dilarang melakukan perusakan hutan
bakau dan/atau menyelenggarakan pemanfaatan ruang yang
mengganggu fungsi hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem
hutan bakau dan/atau tempat berkembangbiaknya berbagai biota
laut di samping sebagai pelindung pantai dari pengikisan air laut
serta pelindung usaha budi daya di sekitarnya.

(10) Di kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 25 ayat (1) huruf j dilarang menyelenggarakan
pembangunan dan/atau pemanfaatan ruang lainnya tanpa
mempertimbangkan aspek bencana geologi untuk kelestarian
fungsi lingkungan hidup.

Pasal 31

(1) Di kawasan cagar alam dan kawasan suaka margasatwa


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf a dan
huruf b dilarang menyelenggarakan pemanfaatan ruang dan
kegiatan yang:
a. mengubah bentang alam dan tipe ekosistem; dan/atau
b. mengganggu kelestarian flora, fauna, dan keanekaragaman
hayati.
(2) Di kawasan...
- 34 -

(2) Di kawasan taman nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal


26 ayat (1) huruf c dilarang menyelenggarakan:
a. pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam,
mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi
hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian fungsi
lingkungan hidup;
b. kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap
keutuhan zona inti taman nasional, baik mengurangi,
menghilangkan fungsi dan luas zona inti, maupun
menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli;
dan/atau
c. kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan
dan zona lain dari taman nasional.

(3) Di kawasan taman hutan raya sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 26 ayat (1) huruf d dilarang menyelenggarakan
pemanfaatan ruang dan/atau kegiatan yang:
a. dapat merusak atau mengganggu koleksi tumbuhan dan
satwa baik yang bersifat alami maupun buatan, yang asli dan
bukan asli; dan/atau
b. mengganggu arsitektur bentang alam untuk keperluan
pariwisata, pengembangan ilmu pengetahuan, budaya, dan
pendidikan.
(4) Di kawasan taman wisata alam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1) huruf e dilarang menyelenggarakan:
a. pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam,
kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian
flora dan fauna, serta kelestarian fungsi lingkungan hidup;
dan/atau
b. kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan
dan zona lain dari taman wisata alam.

(5) Di kawasan...
- 35 -

(5) Di kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26


ayat (1) huruf f dilarang menyelenggarakan:
a. kegiatan yang merusak kekayaan budaya bangsa yang
berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, dan
monumen nasional;
b. pemanfaatan ruang dan kegiatan yang mengubah bentukan
geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan;
c. pemanfaatan ruang yang mengganggu kelestarian
lingkungan di sekitar peninggalan sejarah, bangunan
arkeologi, dan monumen nasional serta wilayah dengan
bentukan geologi tertentu; dan/atau
d. pemanfaatan ruang yang mengganggu upaya pelestarian
budaya masyarakat setempat.

Pasal 32

(1) Dalam perencanaan kawasan lindung ditetapkan kawasan


lindung prioritas dengan kriteria sebagai ruang terbuka hijau
regional, kawasan konservasi, dan/atau daerah resapan air.

(2) Kawasan lindung prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi:
a. kawasan pantai hutan bakau dan rawa di pantai utara;
b. situ;
c. waduk;
d. rawa;
e. kawasan hutan lindung; dan
f. kawasan resapan air dan/atau retensi air.

(3) Penetapan…
- 36 -

(3) Penetapan lokasi kawasan lindung prioritas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) yang mencakup 2 (dua) daerah atau
lebih ditetapkan dengan keputusan bersama antardaerah.
(4) Proporsi ruang terbuka hijau publik kota/perkotaan di Kawasan
Jabodetabekpunjur paling rendah 20% (dua puluh persen) dari
luas wilayah masing-masing kota/perkotaan.

Bagian Keempat
Pengelolaan Kawasan Budi Daya

Pasal 33

(1) Zona B1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) huruf a


merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang
mempunyai daya dukung lingkungan tinggi, tingkat pelayanan
prasarana dan sarana tinggi, dan bangunan gedung dengan
intensitas tinggi, baik vertikal maupun horizontal.

(2) Zona B2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) huruf b


merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang
mempunyai daya dukung lingkungan sedang dan tingkat
pelayanan prasarana dan sarana sedang.

(3) Zona B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) huruf c


merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang
mempunyai daya dukung lingkungan rendah, tingkat pelayanan
prasarana dan sarana rendah, dan merupakan kawasan resapan
air.

(4) Zona…
- 37 -

(4) Zona B4 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) huruf d


merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang
mempunyai daya dukung lingkungan rendah tetapi subur dan
merupakan kawasan resapan air, serta merupakan areal
pertanian lahan basah bukan irigasi teknis dan pertanian lahan
kering.

(5) Zona B5 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) huruf e


merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang
mempunyai kesesuaian lingkungan untuk budi daya pertanian
dan mempunyai jaringan irigasi teknis.

(6) Zona B6 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) huruf f


merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang
mempunyai daya dukung lingkungan rendah dengan kesesuaian
untuk budi daya dan KLB yang disesuaikan dengan aturan
daerah.

(7) Zona B7 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) huruf g


merupakan zona yang berdekatan dengan Zona N1 pantai
dengan karakteristik memiliki daya dukung lingkungan rendah,
rawan intrusi air laut, rawan abrasi, dengan kesesuaian untuk
budi daya dan KLB yang disesuaikan dengan aturan daerah.

Pasal 34

(1) Zona P1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) huruf a


merupakan zona perairan pantai yang berhadapan dengan Zona
N1 pantai.

(2) Zona...
- 38 -

(2) Zona P2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) huruf b


merupakan zona perairan pantai yang berhadapan dengan Zona
N1 pantai yang mempunyai potensi untuk reklamasi.

(3) Zona P3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) huruf c


merupakan zona perairan pantai yang berhadapan dengan Zona
B1 pantai.

(4) Zona P4 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) huruf d


merupakan zona perairan pantai yang berhadapan dengan Zona
B2 pantai.

(5) Zona P5 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) huruf e


merupakan zona perairan pantai yang berhadapan dengan Zona
B6 dan/atau B7.

Pasal 35

(1) Pemanfaatan ruang Zona B1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


33 ayat (1) diarahkan untuk perumahan hunian padat,
perdagangan dan jasa, serta industri ringan nonpolutan dan
berorientasi pasar, dan difungsikan sebagai pusat pengembangan
kegiatan ekonomi unggulan.

(2) Pemanfaatan ruang pada Zona B1 sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan melalui penerapan rekayasa teknis dan
koefisien zona terbangun yang besarannya diatur lebih lanjut
dalam aturan daerah.

(3) Pemanfaatan ruang pada Zona B1 sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) yang berada di pantai utara Jakarta dapat dilakukan
melalui rehabilitasi dan/atau revitalisasi kawasan.

Pasal 36...
- 39 -

Pasal 36

(1) Pemanfaatan ruang Zona B2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


33 ayat (2) diarahkan untuk perumahan hunian sedang,
perdagangan dan jasa, industri padat tenaga kerja, dan
diupayakan berfungsi sebagai kawasan resapan air.

(2) Pemanfaatan ruang pada Zona B2 sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan dengan cara pengendalian pembangunan
perumahan baru dan pengendalian kawasan terbangun dengan
menerapkan rekayasa teknis dan koefisien zona terbangun yang
besarannya diatur lebih lanjut dengan aturan daerah.

Pasal 37

(1) Pemanfaatan ruang Zona B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


33 ayat (3) diarahkan untuk perumahan hunian rendah,
pertanian, dan untuk mempertahankan fungsi kawasan resapan
air.

(2) Pemanfaatan ruang pada Zona B3 sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan dengan cara pembangunan dengan
intensitas lahan terbangun rendah dengan menerapkan rekayasa
teknis dan koefisien zona terbangun yang besarannya diatur lebih
lanjut dengan aturan daerah.

Pasal 38

(1) Pemanfaatan ruang Zona B4 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


33 ayat (4) diarahkan untuk perumahan hunian rendah,
pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan,
perikanan, peternakan, agroindustri, dan hutan produksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pemanfaatan...
- 40 -

(2) Pemanfaatan ruang pada Zona B4 sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan dengan cara pembangunan dengan
intensitas lahan terbangun rendah dengan menerapkan rekayasa
teknis dan pelaksanaan kegiatan budi daya pertanian lahan
basah, lahan kering, perkebunan, perikanan, peternakan,
agroindustri, dan hutan produksi dengan teknologi tepat guna
dan koefisien zona terbangun yang besarannya diatur lebih lanjut
dengan aturan daerah.

Pasal 39

(1) Pemanfaatan ruang Zona B5 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


33 ayat (5) diarahkan untuk pertanian lahan basah beririgasi
teknis.

(2) Pemanfaatan ruang pada Zona B5 sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan dengan cara intensifikasi pertanian lahan
basah dengan teknologi tepat guna.

Pasal 40

(1) Pemanfaatan ruang Zona B6 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


33 ayat (6) diarahkan untuk permukiman dan fasilitasnya
dan/atau penyangga fungsi Zona N1.

(2) Pemanfaatan ruang pada Zona B6 sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan melalui rekayasa teknis dan koefisien zona
terbangun paling tinggi 50% (lima puluh persen).

Pasal 41…
- 41 -

Pasal 41

(1) Pemanfaatan ruang Zona B7 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


33 ayat (7) diarahkan untuk permukiman dan fasilitasnya,
penjaga dan penyangga fungsi Zona N1, serta berfungsi sebagai
pengendali banjir terutama dengan penerapan sistem polder.

(2) Pemanfaatan ruang pada Zona B7 sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan melalui rekayasa teknis dan koefisien zona
terbangun paling tinggi 40% (empat puluh persen).

Pasal 42

(1) Pemanfaatan ruang Zona P1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


34 ayat (1) dilaksanakan melalui upaya menjaga Zona N1 dari
segala bentuk tekanan dan gangguan yang berasal dari luar
dan/atau dari dalam zona, khususnya dalam mencegah abrasi,
intrusi air laut, pencemaran, dan kerusakan dari laut yang dapat
mengakibatkan perubahan keutuhan dan/atau perubahan fungsi
Zona N1.

(2) Pemanfaatan ruang Zona P2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


34 ayat (2) dilaksanakan melalui upaya:
a. menjaga Zona N1 dari segala bentuk tekanan dan gangguan
yang berasal dari luar dan/atau dari dalam zona, khususnya
dalam mencegah abrasi, intrusi air laut, pencemaran, dan
kerusakan dari laut yang dapat mengakibatkan perubahan
keutuhan dan/atau perubahan fungsi Zona N1; dan

b. penyelenggaraan...
- 42 -

b. penyelenggaraan reklamasi dengan koefisien zona terbangun


paling tinggi 40% (empat puluh persen) dan/atau konstruksi
bangunan di atas air secara bertahap dengan tetap
memperhatikan fungsinya, dengan jarak dari titik surut
terendah sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter sampai
dengan garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang
menunjukkan kedalaman laut 8 (delapan) meter, dan harus
mempertimbangkan karakteristik lingkungan.

(3) Pemanfaatan ruang Zona P3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


34 ayat (3) dilaksanakan melalui upaya:
a. menjaga fungsi Zona B1 dengan tidak menyebabkan abrasi
pantai dan tidak mengganggu fungsi pusat pembangkit
tenaga listrik, muara sungai, dan jalur lalu lintas laut dan
pelayaran; dan
b. penyelenggaraan reklamasi secara bertahap dengan tetap
memperhatikan fungsinya, dengan jarak dari titik surut
terendah sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) meter sampai
dengan garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang
menunjukkan kedalaman laut 8 (delapan) meter, kecuali
pada lokasi yang secara rekayasa teknologi memungkinkan
jarak dapat diminimalkan, dan harus mempertimbangkan
karakteristik lingkungan, jalur lalu lintas laut dan pelayaran,
dan pelabuhan.

(4) Pemanfaatan ruang Zona P4 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


34 ayat (4) dilaksanakan melalui upaya:
a. menjaga fungsi Zona B2 dengan tidak menyebabkan abrasi
pantai, tidak mengganggu fungsi pembangkit tenaga listrik,
dan tidak mengganggu muara sungai, jalur lalu lintas laut
dan pelayaran, usaha perikanan rakyat; dan

b. penyelenggaraan...
- 43 -

b. penyelenggaraan reklamasi secara bertahap dengan jarak


dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200 (dua
ratus) meter sampai dengan garis yang menghubungkan
titik-titik terluar yang menunjukkan kedalaman laut 8
(delapan) meter dan harus mempertimbangkan karakteristik
lingkungan.

(5) Pemanfaatan ruang Zona P5 sebagaimana dimaksud dalam Pasal


34 ayat (5) dilaksanakan melalui upaya:
a. menjaga fungsi Zona B6 dan/atau Zona B7 dengan tidak
menyebabkan abrasi pantai dan tidak mengganggu muara
sungai, jalur lalu lintas laut dan pelayaran, usaha perikanan
rakyat; dan
b. penyelenggaraan reklamasi secara bertahap dengan koefisien
zona terbangun paling tinggi 45% (empat puluh lima persen)
dengan jarak dari titik surut terendah sekurang-kurangnya
200 (dua ratus) meter sampai garis yang menghubungkan
titik-titik terluar yang menunjukkan kedalaman laut 8
(delapan) meter dan harus mempertimbangkan karakteristik
lingkungan.

Pasal 43

Kawasan pertanian lahan basah beririgasi teknis dilarang


dialihfungsikan untuk kegiatan lain.

Pasal 44...
- 44 -

Pasal 44

(1) Di Zona B1 dan B2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan


Pasal 36 dilarang:
a. membangun industri yang mencemari lingkungan dan
banyak menggunakan air tanah; dan/atau
b. menambah dan/atau memperluas industri sebagaimana
dimaksud pada huruf a di Kecamatan Cimanggis, Kecamatan
Cibinong, dan Kecamatan Gunung Putri.

(2) Di Zona B3, B4, dan B5 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37,
Pasal 38, dan Pasal 39 dilarang melakukan pembangunan yang:
a. mengurangi areal produktif pertanian dan wisata alam;
b. mengurangi daya resap air; dan/atau
c. mengubah bentang alam.

(3) Di Zona B6 dan B7 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dan


Pasal 41 dilarang melakukan pembangunan yang dapat
mengganggu atau merusak fungsi lingkungan hidup, perumahan
dan permukiman, pariwisata, bangunan gedung, sumber daya
air, dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

(4) Kegiatan pembangunan yang diperkenankan di Zona B6 dan B7


dilakukan berdasarkan hasil kajian mendalam dan komprehensif
dan setelah mendapat rekomendasi dari ketua badan yang tugas
dan fungsinya mengkoordinasikan penataan ruang nasional.

Pasal 45
Pemanfaatan ruang Zona P2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
ayat (2) untuk kegiatan budi daya dilaksanakan berdasarkan hasil
kajian mendalam dan komprehensif dan setelah mendapat
rekomendasi dari ketua badan yang tugas dan fungsinya
mengkoordinasikan penataan ruang nasional.

Pasal 46…
- 45 -

Pasal 46

(1) Dalam perencanaan kawasan budi daya ditetapkan kawasan budi


daya prioritas dengan kriteria sebagai berikut:
a. memiliki aksesibilitas tinggi yang didukung oleh prasarana
transportasi yang memadai;
b. memiliki potensi strategis yang memberikan keuntungan
dalam pengembangan sosial dan ekonomi;
c. berdampak luas terhadap pengembangan regional, nasional,
dan internasional; dan
d. memiliki peluang investasi yang menghasilkan nilai tinggi.

(2) Kawasan budi daya prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) meliputi:
a. kawasan perbatasan antardaerah;
b. kawasan pertanian beririgasi teknis;
c. daerah aliran sungai yang kritis;
d. kawasan pusat kegiatan ekonomi yang mencakup pusat
kegiatan perdagangan dan pusat kegiatan industri;
e. kawasan sekitar bandar udara; dan
f. kawasan sekitar pelabuhan laut.

(3) Penetapan lokasi kawasan budi daya prioritas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) yang mencakup 2 (dua) daerah atau
lebih ditetapkan dengan keputusan bersama antardaerah.

Pasal 47

Pola ruang kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11


digambarkan dalam Peta Struktur dan Pola Ruang Kawasan
Jabodetabekpunjur dengan skala peta 1:50.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

Pasal 48...
- 46 -

Pasal 48

(1) Pemanfaatan ruang Zona N, Zona B, dan Zona P diatur lebih


lanjut oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangan masing-masing dengan memperhatikan:
a. rencana rinci tata ruang;
b. peraturan zonasi; dan
c. persyaratan-persyaratan teknis.

(2) Pengaturan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan melalui
koordinasi antarinstansi Pemerintah dan pemerintah daerah.

(3) Hak pengelolaan dalam pemanfaatan ruang Zona P2, Zona P3,
Zona P4, dan Zona P5 diberikan kepada pemerintah daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB V
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN

Pasal 49

(1) Rencana tata ruang wilayah provinsi/kabupaten/kota yang


berada di Kawasan Jabodetabekpunjur harus disesuaikan dengan
Rencana Tata Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur.

(2) Rencana tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dijabarkan lebih lanjut dalam rencana rinci yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah untuk mengimplementasikan Rencana
Tata Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur yang dilengkapi dengan
peraturan zonasi.

(3) Penyusunan rencana rinci dan peraturan zonasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada indeks konservasi alami
dan indeks konservasi aktual.

(4) Indeks...
- 47 -

(4) Indeks konservasi alami dan indeks konservasi aktual digunakan


untuk menentukan alokasi pemanfaatan ruang yang meliputi
permukiman, ruang terbuka hijau, perkantoran, dan kegiatan
pertanian; amplop ruang yang meliputi koefisien dasar ruang
hijau, KDB, KLB, dan garis sempadan bangunan; dan rekayasa
teknologi yang diperlukan.

(5) Penyusunan rencana rinci sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 50

Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah


kabupaten/kota memasyarakatkan Rencana Tata Ruang Kawasan
Jabodetabekpunjur dan rencana rinci tata ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) sesuai dengan kewenangannya
masing-masing.

Pasal 51

Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan sebagai upaya


untuk mewujudkan tertib tata ruang melalui penetapan peraturan
zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan
sanksi.

Pasal 52

(1) Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 51 diselenggarakan pula dalam rangka penyelesaian
administrasi pertanahan.

(2) Penyelesaian...
- 48 -

(2) Penyelesaian administrasi pertanahan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan apabila pemohon atau pemegang hak
atas tanah atau kuasanya memenuhi syarat-syarat menggunakan
dan memanfaatkan tanah sesuai dengan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan.

(3) Syarat menggunakan dan memanfaatkan tanah sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) merupakan satu kesatuan proses dalam
penyelenggaraan administrasi pertanahan.

Pasal 53

(1) Pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan oleh


bupati/walikota berdasarkan arahan dan rekomendasi gubernur
dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

(2) Pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Daerah Khusus


Ibukota Jakarta dilaksanakan oleh Gubernur Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta dengan melibatkan partisipasi
masyarakat.

(3) Koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan oleh


gubernur masing-masing wilayah.

(4) Dalam melaksanakan koordinasi pengendalian pemanfaatan


ruang, gubernur berkonsultasi dengan Menteri.

(5) Gubernur menyampaikan laporan pelaksanaan pengendalian


pemanfaatan ruang secara berkala kepada Presiden melalui
Menteri.

(6) Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 54...
- 49 -

Pasal 54

Peraturan zonasi merupakan pedoman pengendalian pemanfaatan


ruang yang disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap
zona pemanfaatan ruang.

Pasal 55

(1) Setiap pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin pemanfaatan


ruang sesuai dengan rencana rinci tata ruang dan peraturan
zonasi yang telah ditetapkan.

(2) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut
kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 56

Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang, agar pemanfaatan ruang


sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, insentif dan/atau
disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 diterapkan oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 57

Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51


dimaksudkan untuk:
a. melakukan tindakan penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi; dan
b. mengembalikan fungsi ruang melalui rehabilitasi dan revitalisasi
kawasan.
Pasal 58…
- 50 -

Pasal 58

(1) Rehabilitasi dan revitalisasi kawasan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 57 huruf b merupakan bagian dari tindakan
mengatur atau menata kembali pemanfaatan tanah dan
bangunan yang tidak sesuai dengan rencana rinci tata ruang dan
peraturan zonasi yang telah ditetapkan.

(2) Pelaksanaan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan dilakukan oleh


Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Rehabilitasi dan revitalisasi kawasan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 57 huruf b diprioritaskan pada kawasan lindung di
Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung, dan Kecamatan
Cisarua di Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Pacet, Kecamatan
Sukaresmi, Kecamatan Cugenang, dan Kecamatan Cipanas di
Kabupaten Cianjur, serta di lokasi-lokasi lain yang ditetapkan
berdasarkan keputusan bersama antardaerah.

BAB VI
PENGAWASAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN

Pasal 59
(1) Pengawasan pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui
kegiatan pemantauan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
pemanfaatan ruang.
(2) Kegiatan pemantauan, pelaporan, dan evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan secara
berkesinambungan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.
(3) Dalam penyelenggaraan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pemerintah dan pemerintah daerah melibatkan
partisipasi masyarakat.

Pasal 60...
- 51 -

Pasal 60

Kegiatan pemantauan terhadap pemanfaatan ruang di Kawasan


Jabodetabekpunjur dilakukan dengan ketentuan:
a. pemantauan dilakukan baik terhadap kegiatan di kawasan
lindung maupun di kawasan budi daya dengan memperhatikan
kesesuaian dengan rencana tata ruang;
b. pemantauan terhadap kegiatan budi daya yang ada di kawasan
lindung dan kawasan pertanian lahan basah dilakukan dengan
memperhatikan tingkat ketergantungan terhadap fungsi yang
sudah ditetapkan;
c. pemantauan dilakukan oleh kepala desa/lurah, camat,
bupati/walikota, gubernur, dan Menteri; dan
d. pemantauan merupakan usaha atau perbuatan mengamati,
mengawasi, dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas
tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang.

Pasal 61

(1) Kegiatan pelaporan pemanfaatan ruang di Kawasan


Jabodetabekpunjur dilakukan dengan ketentuan:
a. laporan pemanfaatan ruang di Kawasan Jabodetabekpunjur
dilaksanakan melalui pelaporan secara periodik dan
berjenjang dimulai dari kepala desa/lurah, camat,
bupati/walikota, gubernur sampai dengan Menteri;
b. laporan tersebut dilengkapi dengan materi laporan yaitu:
1) perkembangan pembangunan fisik;
2) perkembangan pemberian, pengakuan, pembatalan,
pencabutan, perpindahan, peralihan, peningkatan,
perpanjangan, penggabungan, dan pemisahan serta
perubahan hak atas tanah lainnya;

3) perkembangan...
- 52 -

3) perkembangan perubahan fungsi dan pemanfaatan


ruang dan izin mendirikan bangunan;
4) masalah-masalah yang perlu segera diatasi; dan
5) masalah-masalah yang akan muncul dan perlu
diantisipasi.
c. laporan merupakan informasi secara obyektif yang sesuai
maupun tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan
d. laporan dapat berupa masukan dari masyarakat.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.

Pasal 62

(1) Kegiatan evaluasi terhadap pemanfaatan ruang di Kawasan


Jabodetabekpunjur dilakukan oleh:
a. kepala desa/lurah terhadap laporan yang disampaikan oleh
masyarakat;
b. camat terhadap laporan yang disampaikan oleh kepala
desa/lurah dan/atau masyarakat;
c. bupati/walikota terhadap laporan yang disampaikan oleh
camat, kepala desa/lurah dan/atau masyarakat;
d. gubernur terhadap laporan yang disampaikan oleh
bupati/walikota, camat, kepala desa/lurah, dan/atau
masyarakat; dan
e. Menteri terhadap laporan yang disampaikan oleh gubernur,
bupati/walikota, camat, kepala desa/lurah, dan/atau
masyarakat.

(2) Kegiatan...
- 53 -

(2) Kegiatan evaluasi dilakukan berdasarkan hasil kegiatan


pemantauan dan pelaporan sesuai dengan kebutuhan dan
permasalahan yang ditangani.

(3) Kegiatan evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan


pemanfaatan ruang di Kawasan Jabodetabekpunjur.

(4) Kegiatan evaluasi dilakukan agar pemanfaatan ruang sesuai


dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VII
KELEMBAGAAN, PERAN MASYARAKAT, DAN PEMBINAAN
Bagian Pertama
Kelembagaan

Pasal 63

Koordinasi teknis penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur sebagai


kawasan strategis nasional dilakukan oleh Menteri.

Pasal 64

Koordinasi kelembagaan dan kebijakan kerja sama antardaerah di


Kawasan Jabodetabekpunjur dilakukan dan/atau difasilitasi oleh
badan kerja sama antardaerah.

Bagian Kedua...
- 54 -

Bagian Kedua
Peran Masyarakat
Pasal 65

Peran masyarakat melalui partisipasi dalam kegiatan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4), Pasal 20 ayat (4), Pasal 22 ayat (1),
Pasal 23 ayat (4), Pasal 24 ayat (4), Pasal 53 ayat (1) dan ayat (2), dan
Pasal 59 ayat (3) dilakukan sesuai dengan kondisi masyarakat
setempat dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Ketiga
Pembinaan
Pasal 66

(1) Pembinaan merupakan upaya meningkatkan kinerja penataan


ruang Kawasan Jabodetabekpunjur yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah.

(2) Pembinaan penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur yang


diselenggarakan oleh Pemerintah kepada pemerintah daerah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(3) Pelaksanaan pembinaan penataan ruang Kawasan


Jabodetabekpunjur yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah dilakukan kepada masyarakat di wilayahnya masing-
masing.

(4) Pelaksanaan…
- 55 -

(4) Pelaksanaan pembinaan yang terkait dengan kepentingan lintas


provinsi/kabupaten/kota di Kawasan Jabodetabekpunjur
diselenggarakan dan/atau difasilitasi oleh badan kerja sama
antardaerah.

BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 67

Penataan ruang kawasan yang berbatasan dengan Kawasan


Jabodetabekpunjur dilaksanakan dengan memperhatikan tujuan dan
sasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

Pasal 68

(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 adalah 20 (dua puluh)
tahun dan ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan


dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas
administrasi wilayah provinsi dan/atau wilayah kabupaten/kota
yang ditetapkan dengan Undang-Undang, Rencana Tata Ruang
Kawasan Jabodetabekpunjur dapat ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

BAB IX…
- 56 -

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 69

(1) Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka:


a. izin pemanfaatan ruang pada masing-masing daerah yang
telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Presiden ini tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak
sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden ini:
1) untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin
terkait disesuaikan dengan fungsi kawasan dalam
rencana rinci tata ruang yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah berdasarkan Peraturan Presiden ini;
2) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,
pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin terkait habis
masa berlakunya dan dilakukan penyesuaian dengan
menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi
kawasan dalam rencana rinci tata ruang dan peraturan
zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
berdasarkan Peraturan Presiden ini; dan
3) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan
tidak memungkinkan untuk menerapkan rekayasa teknis
sesuai dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata
ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Presiden ini,
atas izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan
terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan
izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak;

c. pemanfaatan...
- 57 -

c. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak


sesuai dengan Peraturan Presiden ini dilakukan penyesuaian
dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata ruang dan
peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
berdasarkan Peraturan Presiden ini;

d. pemanfaatan ruang di Kawasan Jabodetabekpunjur yang


diselenggarakan tanpa izin ditentukan sebagai berikut:

1) yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Presiden


ini, pemanfaatan ruang yang bersangkutan ditertibkan
dan disesuaikan dengan fungsi kawasan dalam rencana
rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan
oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Presiden
ini;
2) yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden ini,
dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan;

e. masyarakat yang menguasai tanahnya berdasarkan hak adat


dan/atau hak-hak atas tanah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, yang karena Rencana Tata
Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur ini pemanfaatannya tidak
sesuai lagi, maka penyelesaiannya diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Sepanjang...
- 58 -

(2) Sepanjang rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana rinci


tata ruang berikut peraturan zonasi belum ditetapkan, digunakan
Rencana Tata Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur sebagai acuan
pemberian izin pemanfaatan ruang.

Pasal 70

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Presiden ini, semua peraturan


pelaksanaan dari:
a. Keputusan Presiden Nomor 114 Tahun 1999 tentang Penataan
Ruang Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur;
b. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1997 tentang Koordinasi
Pengembangan Kawasan Jonggol sebagai Kota Mandiri;
c. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi
Pantai Utara Jakarta; dan
d. Keputusan Presiden Nomor 73 Tahun 1995 tentang Reklamasi
Pantai Kapuk Naga Tangerang,
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti dengan
peraturan pelaksanaan baru sesuai dengan Peraturan Presiden ini.

Pasal 71...
- 59 -

Pasal 71

Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini:


a. peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah provinsi,
peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota, dan peraturan daerah tentang rencana rinci tata
ruang berikut peraturan zonasi yang telah ada dinyatakan tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Presiden
ini; dan
b. peraturan daerah tentang rencana tata tata ruang wilayah
provinsi, peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota, dan peraturan daerah tentang rencana rinci tata
ruang berikut peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada
huruf a disesuaikan dan ditetapkan paling lambat 2 (dua) tahun
terhitung sejak Peraturan Presiden ini diberlakukan.

Pasal 72

Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini:


a. Keputusan Presiden Nomor 114 Tahun 1999 tentang Penataan
Ruang Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur;
b. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1997 tentang Koordinasi
Pengembangan Kawasan Jonggol sebagai Kota Mandiri;
c. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi
Pantai Utara Jakarta, sepanjang yang terkait dengan penataan
ruang; dan
d. Keputusan Presiden Nomor 73 Tahun 1995 tentang Reklamasi
Pantai Kapuk Naga Tangerang, sepanjang yang terkait dengan
penataan ruang,
dinyatakan tidak berlaku.

BAB X...
- 60 -

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 73

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Agustus 2008

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya


Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum,

Dr. M. Iman Santoso


9348129 mU 21' 24' 27' 30' 33' 36' 39' 42' 45' 48' 51' 54'
05°54'00'' LS 57' 107°00' 03' 06' 09' 12' 15' 9347328 mU
05°54'00'' LS

643953 mT
754655mT

106°18'00'' BT
Tg. Wetan
107°18'00'' BT

106°30' T 36' 42' 48' 106°54'' T


05°24' S 5°24' S Muara Wetan
S. Galiansiman

KEPULAUAN SERIBU
S. Samp

BADAN KOORDINASI TATA RUANG NASIONAL


ar
S. Wetan

P. Pateloran Timur
Skala 1 ; 250.000
P. Penjaliran Timur
P. Pateloran Barat
P. Penjaliran Barat
S. Gaa

28' 28'
P. Jagung
bahb

Ci Tarum Tg. Bungin


esar

P. Rengat
P. Sebaru Besar Muara Bungin
P. Nyamplung
nggi
a

P. Sebaru Kecil
P. Lipan
r

lam
ing

P. Kapas
P. Pantara Timur
L A U T J A W A
Bet

S. Betingti
S.

32' P. Pantara Barat 32'


S. Betingcerme

P. Karang
P. Yu Barat P. Yu Timur
S. Betingbesa

57' P. Kelor Timur


P. Kelor Barat
P. Semut Kecil
P. Jukung P. Cina
P. Semut Besar P. Sepa Timur
P. Melinjo P. Melintang Besar P. Sepa Barat 57'
P. Melintang Kecil
P. Tongkeng
P. Perak
P. Kayuangin Melintang
P. Kayuanginputri

P. Papatheo
P. Pelangi
KABUPATEN BEKASI
PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR,
P. Macan Kecil P. Putri Barat
Ci

36' P. Macan Gundul


S. Mati
P. Macan Besar (Matahari) 36'
P. Kayuangin Bira
Ta

P. Genteng Besar P. Bira Besar


rum

P. Kuburan Cina
P. Kayuangin (Genteng) P. Bira Kecil
P. Genteng Kecil P. Bulat
P. Pemagaran
P. Panjang Kecil
P. Panjang Besar P. Kelapa Dua
40'
P. Kelapa
P. Kaliage Kecil

P. Harapan
P. Kaliage Besar

DEPOK,TANGERANG, BEKASI, PUNCAK DAN CIANJUR


gin

P. Semut P. Opak Besar 40'


P. Opak Kecil S. Pecah
Pulau Paniki
S. Bun

P. Kotok Kecil P. Karang Bongkok


P. Kotok Besar P. Karang Congkak
P. Gosong Pandan
P. Gosong Keroya
P. Sempit
P. Semak Daun
44' P. Karya 44'
P. Gosonglayar ong
P. Panggang P. Pramuka mb
Ge
P. Karangkeling S.
P. Sekati
S. Besar

P. Ayer Ci Tarum Ci Tarum


P. Karang Beras
P. Tidung Besar
06°00'
48'
P. Tidung Kecil
P. Payung Kecil

48'

A R A H A N S I S T E M T R A N S P O R TA S I
P. Payung Besar 06°00'
Tg. Burung n
K. Blaca
Tg. Kait P. Kongsi Tengah P. Kongsi Timur Tg.Gembong
P. Kongsi Barat
gsi
P. Tengah P. Pari
nkon
P. Tikus

ian
52' P. Burung K. Galia

ne
Tg. Pasir 52'

da

Dur
Ci Tarum

Sa

Ci
Ci
Muaragembong
rian ti
Cidu Ma
ra
S. Teras
K. Irigasi

Mua Te l u k N a g a S.
S. Nyamuk

P. Lancang Besar
ulan

r 56' 56'
gki P. Bokor
KE P. Lancang Kecil les
Teluk Pulaucangkir can
S. Bulanb

TIR Ci Durian lau Ba


TAY P. Laki S.
Pu P. Damar Besar
ASA ara ntar
Mu P. Rambut
Cilo Pulauuntungjawa
ara S.
Mu P. Damar Kecil Pad
ngan

Teluk Cileleus atka


U

a Mauk
K. Rawak rya
idang 06°00' S 06°00' S
K. Lara

Muar
Cislatip
K. Bagong

eleu
Muara Cil

b
ara S. 106°30' T 36' 42' 48' 106°54' T
Mu K. Kra

Ci
Keta

Rara
ma Tg.Glatik
K.

Kronjo pang t
KABUPATEN KARAWANG

Ci Hauk
Sad

Ci
Bag

ane
edo

Teluknaga
t

03'

Ci Tuis
S. Gab
ah
K.

g Sukadiri

Asin
Ci Karan
Muara Cikarang 03'
Irig

an Apun g

Ci
Ci

an
Mauk
asi

Terus He
S. Nawan
S. Tahang
K. CBL ran
g

Ci Pasili
K.

KABUPATEN TANGERANG K. Pond


ok

Kali
Seg
atel

T E L U K J A K A R T A

Kedu
K. Bekasi

kang
K.

an
Kra
Ci Taru

Ci Slatip
m

ma

Apung
Kosambi ci
as

Ci
K. Sekunder

Kelin
K.

Kali
K. DB.0

S. Tahang

Mau
k
Pakuhaji Cabangbungin
3 km 0 3 6 9 12 km
K. Tegalkap

K. Sembi Ci
Hera
langan ng

Ci Leleus
K.

Kemiri
CB
L
K. Bantar

Ci
cis

Ma
TANJUNG PRIOK S. Tawar
K. Peran

nci
ri
K.

Sunda Kelapa .4
K. Pal
Bute

K. Konteng
DA

Ci Rumpak
Ci Karang
uk

K. Asin
K.
SKALA 1 : 150.000

gok
Kresek Ci
I

Lon
06' Lew _ I_

Ci
ang I
I
K. Ka rat an

Muara Angke
I

K. Baru I_ I I_
I
06'
s
_ Ci Tarum

S. Taha
K. Peranci

ne
I K.
K. Pa

I Bak

ng
Muara Karang _ ung

KAN
I
I_ I

Tanjungpriuk I

Ci Sada
I_ I I_ I I_
ngkalan
K.

I_ I I_ I
K.

lian
ja K. Sunter
Bam

BANDARA INTERNASIONAL

K.Cengkaren
Ci

Gem

AL BAR

Pasi
Ko Terminal

g
S. Blen
I_ I

Ci S. Tarumajaya
S. Tiram

Sepatan K. DT.8
buku

K. Cakung
polb

Beto

Ci
Tanjung Priok
Her

SOEKARNO - HATTA Waduk cong K. Kiam

AT
ayu

k Rajeg sar
ang

K. Tua

ning

Pluit
ng

K.A
1

ngke
I_ I

Waduk Sunter
K. CBL

K. SA.8
K.

K. Rangg

KANAL TIMUR

D. ANCOL

K. Swasembada
KABUPATEN BEKASI
on

K.Muarakarang
Baku

k
I_ I

K. Pluit Ancol Tanjungpriok


ng

K. Ancol rum
g

ukga
Tambelang Ta

Gar
Pebayuran Ci

Ci
K. Angke

drain
I_ I

Ci Duria Cilincing

K. Cil
n

K.Jela
K. Opak
K. Cikaran

HALTE BUS
K.

areng
asi

iwun
e 1 Penjaringan

keng
Sadan
Bam

Angke
Bek

g II
n Ci 12 BEKASI

K. Sunter
K. Baku

u nter II
I_ I
buk

K.

I
Salura 2 1
ng

K. Ban
uni

JL. PINTU

ne
K. S

K. Cengk
ng

gok Kalideres Rawa Segaran


K. Brengk

Lon 2
JAKARTA UTARA

BESAR
Benda
ok

Ci

nal
HALTE GLODOK

SEL.

K.
I_ I

Ci Sada
HALTE OLIMO
K. Koba

Gro
K. Gemp

K. Ciliwung
K. Krendang 24

Sal
K. Kruku
Ci Tarum

I
G ROAD
09'

BAR

jirka JL. JELAM gol

Ci
tI
krant

ura

Ci Longo
e

D. Sunter Barat
olbay

Ran
RIN
11

n Ind
ung

Terminal
I_ I

09'

uk

gon

Ci Kakalen
Koja

JL. GUNUNG
Kali Deres

Cis
RSO
K. Tua

Balaraja PROVINSI DKI JAKARTA


HALTE MANGGA BESAR
K. Bapak

JL. GAJAH
TE
K. Ciher

K.

adn
SUDA
P

IVE
MOGOT

SAHARI
Kalideres eng

e Ba
ang

KABUPATEN SERANG Batuceper JL. DAAN Rencana


sonah

MADA
are

A YOS

rat
MAKAL

euh
JL. HAYAM
HALTE SAWAH BESAR
I_ I

9
ng

Sukatani
K. Pulopi

Terminal

A OU
an

DR.
AMAN
Rawa Buaya Grogol Duri K. Gemb

Man
JL.
RT
JL. ro
pisan

SATRIA
LAKS

Ci
DAAN

Ci
WURUK
Poris K. Sekre
MOGOT

JL.

JL.

K. Ceng
KA
taris

Sa
K.

K. Angke
Terminal

JA
HALTE
I_ I

JL. KH. HASYIM ASHARI

dan
Grogol O

Kru
HALTE HARMONI

e
i etan PASAR CEMPAKA

kut
SUTOM
JL. KYAI TAPA
K. Cili wung I II
Sod DR.

II

kareng
Pasarkemis Sab Batuceper 12 JL. HALTE YARSI
JL.
K. Kemayoran PERIN

JL. PS.
K. JL. IR. JUANDA HALTE PEDONGKELAN
PRANOTO TIS
KYAI IN JL. SURYO Senen PTO
9 JL. KEME
Rawa Pondok CARING Terminal . SUPRA
Ci

SENEN
24 RDEK
I_ I

JL. HALTE LIPPO


KE SERANG Ma
LETJ HALTE Senen LETJEN HALTE ASMI AAN
Babelan
JL. HALTE

JAKA RT
EN.
K. Come

Ci Soge 15 15 MEDAN MERDEKA BARAT PS. CEMPAKA PUTIH

A
RAYA

nce
Tangerang S. G
ng

Ci Lowong
PARM
Gambir HALTE HALTE PULOMAS n
a

ur
IN
TOMAN 5 STASIUN CIDENG

i
AN JL. HALTE GALUR RAWA SELATAN

ER
STASIUN TOMANG
pap

JL.
HALTE GADING

NE
JAKARTA BARAT
I_ I

12

R
PUSAT

BUND KR.

ian
asak

23 Tanahabang
JAKARTA Gambir

JL. CIDENG

JL. CIDENG
STASIUN TAMAN ANGGREK N Senen HALTE

Dur
K. S

Ci Rarab SENTRA BARAT JL. KEBON K. Cideng PULO GADUNG

JL. MEDAN MERDEKA BARAT


KOTA TANGERANG Tanah Abang SIRIH HALTE BI JL. PRAPATA Terminal g

TIMUR

Ci
BARAT
JL. KWITANG

U
Kebonjeruk 12 Pulo Gadung ban
I_ I

BAR
K. Cil

JL.
iwu RAYA Lem
SI

ng
K.

K. G
I

K. Banjirkanal
BEKA

KRAMA

ro
JL. JEND. A. YANI
STASIUN

JL. JATI
2 TANAH ABANG HALTE SARINAH Pulogadung JL.
Cakung

gol
T RAYA
ang

gke Gondangdia KETERANGAN :

taris
RING ROAD
I_ I

An

TUBUN
STASIUN
12

JL. KH.JL.MAS
i

Jatiuwung K. 5 KEBON KACANG

KS.
HALTE BUNDERAN HI

KH. MAS
UKA JL. PEMUDA
K

. Mandung
K. Tengah
K. Tonjong

JL.
K. Teriti
K. Pembu

ga
WADUK CIPONDOH Cipondoh PRAM

K. Sekre
JL.

JAK
K. Tangsi

K. Jambu

JL. SALE
Jayanti Situ Rawacipondoh Bunderan H.I
K. Pasir

JAKARTA OUTER RING ROAD

JL.
MBA
Cikini
K. Bekas

I_ I

JL

MANSUR
Terminal
K. Tengah

.
10

MANSYUR
17

K. Canti
RAY

JL. MH. THAMRIN


IMAM
Menteng

ART
A
12' Karet I M BONJOL Rawa Mangun

JL. MH. THAMRIN


A
HALTE M B ONJ
STASIUN KARET EGORO

K. Pesang
ONGAN TOSARI
Dukuhatas O LJL. PANGERAN 1
INTERCHANGE DIPON I
ONGAN JL. MARGONO STASIUN JL. PROK LAMAS 12'

A OU
JL. PEJOMP DJOJOHADI DUKUH ATAS
JL.
PEJOMP Palmerah
KUSUMO
K. Banjirkan
Mampang

I_ I
Ibukota Negara

JL. KH.

grahan
STASIUN
al

JL.
Matraman Kedung Waringin

A1
PEJOMPONGAN 6 HALTE

MAS

JL.

TER
JL.
DUKUH ATAS JL.
SULTAN Rencana

GELOR
STASIUN

JEND
K. Sekunder

STASIUN AGUNG Terminal

MATRAM
MENARA BATAVIA

Ci Sada
JL.
SETIA BUDI UTARA Terminal

JEN
STASIUN

AN
Manggarai

RIN
Permatahijau

. GATO
PALMERAH

D.
Tanahabang

MANSYUR

ne
HALTE SETIA BUDI

T
I_ I
10 Pulo Gebang Bekasi Utara

KABAU
RAYA

GA
SUBR
Klender
JAKARTA TIMUR TIMUR
K. Jambe

TO
Jatinegara

OTO
STASIUN STASIUN JL. RAYA SENTRA PRIMER

G RO
MINANG
6 DARMALA SAKTI KUNINGAN SENTRAL
ing

5
K. Kobakrante

JL.
Buaran

T SU
E NGGILI N G AN
13 Manggarai JL. I GUSTI
NGURAH

AD
STASIUN Klender Baru

I_ I
RAI

BR
22 JL. BEKASI TIMUR

JL.
JL.
HALTE BENHILL N BEKASI BARAT ah

JL.
rian MADYA HALTE

JL. P

K.
NKARET
Cangkr

OT
Du MA son

DR.

O
Ci DIR RMA 6 Rawa Besar
ur Kebayoran HALTE POLDA pak

JATINEG
JATINEG
SUDI 16
batu

Cay SU. Cakung 5 Ba

SAHAR
Sentio
KABUPATEN TANGERANG 6 HALTED.

ARA
ARA
Ci JEND 13 BP

JO
GELORA K.
Saluran

JL. STASIUN STASIUN Jatinegara er


STASIUN SAHARJO

I_ I

Ci
JEN AMBASADOR TAMAN RASUNA 23 Terminal Klender und
STASIUN
ra

JL.

BARAT
JL. PROF BESAR

JL. ASIA AFRIKA


STASIUN KOMDAK JL. ABDUL Kampung Melayu Sek

ng TIMUR
JL. CASABLANCA JL. KP. MELAYU
Ibukota Propinsi
K. Pisang

DR.
K. Derowak

Kranji

Ci Biuk
PALAZA SENAYAN SYAFI'E K.
Uta

STASIUN SATRIO STASIUN STASIUN


i

GELORA STASIUN MENTENG DALAM STASIUN TEBET


STASIUN CASABLANCA
Tebet KAMPUNG MELAYU

Ci
STASIUN
rum

KUSUMA

Be ureum
Ciledug STRIA MANDALA
HALTE STASIUN CANDRA

I_ I

Ma
SCBD 5 Tebet5 14

K. Codet
i Ta

BUNDERAN SENAYAN
ggong

K. Rasm

24 m

JL.

nce
Cikupa
Ci Kapek
gas

Ciledug 22 Bekasi Barat Bekasi

uri
Ci Taru

JEND
Pondokbitung

.
SAID
anwir
K. Jikin K. Uluh
Iri

Ci GATO K.

a
Bug NA
S
T
K. Gelon
an

SUBR RASU K. B e k as i
K. Sa

iga
el STASIUN
d

I_ I
lur

11 OTO JL.

wu n g I
JL. CILEDUG RAYA GRAND MELIA
ang
HALTE
iluman

JL.
Sa

MASJID AGUNG 2

Ci l i

SUPOMO
JL. WALTER MONGINSIDI

K. Cant
JL. KEBAYORAN
Ci JL. TRUNOJOYO

DR.
K.
OTISTA
Cawang

JL. SISINGAMANGARAJA
JL. KALI MALANG

.
Sa Durensawit

BAR
U
d K

K. Sekr
K. Baru

PROF
ng

HALTE BLOK M

I_ I
20. Pes JL. KAPT. TENDEAN

tI

ane
JL. KYAI

JL.
Kebayoran MAJA Bekasi Timur
JL. LETJEN. MT. HARYONO

etari
s
uku
Mala

Terminal

angg
Lama JAKARTA SELATAN 21
K. Srengseng
K.

Kru
Blok M rang

rahan
K.
K. Buntu

Kebayoran Baru K.
Cika
Ibukota Kabupaten/kota

I_ I
KOTA BEKASI

JL. MAMPANG
JL. KALI MALANG

2
15' KABUPATEN BEKASI

SARTIK

K. Angke
Baru
3

l
PRAPATAN
Pondokranji Duren Kalibata 21
K. Boj
ongk 15'

DEWI
go

ro
Kali
Kali Malang

JL.
I_ I
ng
Curug
onen g

Cisoka Tambun

Kali G
um

kjara

ng

Kali
Ci Payaeun TOL JAKARTA - CIKAMPEK si Tar

Sasa
Ci

Pina
ka

JL. SULTAN ISKANDARSYAH


Ci 7 Terminal

Kru
Kali Sodetan

K.
Rara 18

Ci Sabik
Ci
I_ I
Cililitan TOL JAKARTA - CIKAMPEK Be

kut
b Jurangmangu 4 K.
K.

Ci Liwung
e

3
Ci Kampek

Ci Jantra
Sad

Bekasi Selatan
ang

1
K. Jamb

Ci Kolear
I_ I
Pasarminggu Baru Kramatjati K. Mala Rawa Palalangan
Situ Cihuni
Cibitung Cikarang Batas Propinsi
TIGARAKSA TANGERANG 19 ng

K.

r
Kebayoran Lama

Ci

Ci Apus
INDAH
ng

i
Kali

Kali Sarua
Bar
Ci

I_ I

Ate
u
ara

r
Raj

RAYA
BANDARA

ur
14
iK
I_

Kali Baru 1
K. Ulu

Ci Cayu
eun
I

ce Sudimara

Kali Mampang
an C KE

Cond

PONDOK

gra h
Ci M HALIM PERDANAKUSUMA eum KAR

et

MINGGU
Pondokgede

K. Cakung

Kal
1 Beur AWA

TOL
Ci

Ci Barebeg
BUMI SERPONG DAMAI NG

I_ I
I_

i Bar

P e s ang
JL. METRO
JL. PASAR
I
Panongan Pagedangan

li
Pasarminggu Lemahabang

u2
JAGO
Sa

Ka
Terminal lur
Pasar Minggu m an

RAW

BARAT
reu

I
I_
I

Cilandak Iri

I_ I
CURUG Beu

JATI
Ci gas
Terminal

NG
Ciater Pasarminggu t

b
i Ta
Taman Mini Bee rum

WARU
Batas Kabupaten
I_
Ci Binong

K. Sunter
Ci
I

Bata
Ci

JL.

k
Ci Beur Uta

CiRara
Terminal

I_ I

ri
eum

K. Bekasi
ra
Sepa

Kali

Sau
Lebak Bulus Warung Jati TAMAN MINI

Ci Ater

ceu
Ci
Ci Bitung
tan

a ng
I_

Jatisari
I

Ci Bogo INDONESIAINDAH

Ma
Rawabuntu

Baru

Ci
18' Legok Situ Cibeureum

Ci
Ciputat

I_ I

OR

Ci
K. Cipi n

Kal
BOG
Pa
I_
I

Ci Durian
teuy
yae
Ci

RAYA
4 18'

un
Sab

i Kru
Peu

JL.
ik Serpong
Ci Pegadunga

Ci

kut
g

I_ I
I_
I
ban

Salu

1
aha

et

ang
ran

Be
Lem

Sad
Terminal Ci
Ci

Tanjung Barat
I_

Ir i
I

Ci Langkap
I_ I
g

Kampung Rambutan

Ci.
as
Batas Kecamatan

Bata
Jambe Bantargebang

Kali Baru
i Tar
ung um

Kali

Ci Odeng
Liw
I_
I

Ci

K. Sunter
Bar

Kal

Ci
I_ I
Ci Ci Karang at

Ci Buluh
Rar

ke

Ca
i Gro
ab

len
Ci

gol

Ang
Serpong K. Jeletren Ater

gka
WADUK LIMO
I_

K.
I

Ci Putat
Cipayung

Saluran Irigasi
I_ I
m PONDOK CABE Lentengagung
reu

k
KE LEBAK

Situ
Beu
I_

Kali

Sau
I

Cisauk

g
Ci

Ci
Kal i S a r ua
Kal

Ked
nas

Ci Leungsi
Ci Mat
Da

K. Kambang

aun
I_ I

Egram
uk Ci Manceuri

g
Ci

i Gon
Ci Ayan

ng

Ci Jantung
I_

gse
I

ng
Setu

ap
Ci Conteng
Jalan Tol

Kali
K. Caku
ung Tenjo Pamulang
bala Ci Bunar

I_ I

K. Sunter
I_

Jam g Ci Kadu

WI
I

Suwuk
Ci Langk
Ci K. Angke Ci Keas ran
Univ. Pancasila Ka
Ci
Ci

Situ Cileduk kut Setu Babakan

I_
g

I_
Reu

I
I

Ci Duria Ci Lalay
i Kru
nde

un
uran Irigasi T
u

n Kal Sal aru


haban

TOL JAGORA
uk mB

unge
Mat i
Saluran Irigasi Tar um Bar at ara
t
21' n Ci
I_

Jant
I_
ngs
Ci Lema

Setu Arman
I

I
aeu Cinere

Ci
Leu
Pay Ci

Ci
Ci 4 21'

Ci

Am
Rawa Burangkeng Rawa Ciantra

an
Rawa Indah Jatisampurna

Bub

pea
Jalan Arteri

ur

ng
Parungpanjang

I_

I
e

I
I_ I

Ci Pining
Jamb
B. TANJUNG e lan KE CIKAMPE

K. Angke
Ci
Ci Sadan uba K

Ka

Laja
Pam

Ci
Serang

I
_
K. Pesanggrah
I_

Ci
Univ. Indonesia K.

I
I_ I

un
li Suwuk

I
K. Ulu

Kud
Ci Lejit

Kali Egram

a
B. CIANAM

Ci Pang
DEPOK

Kali Baru 2
I
et

K.Jeletreng
Ci. Sadang

unge
Be

aur
Ci

I
_

Jant
I_
I

Ci
ng Pondokcina

I
Ci
mpu Beji Ci Sadang
ter

Pu
Pru
Sun

tat
K. K.

I
_
K.
I_

I_
o Rawa Sadang

I
Gunungsindur Rawa Gede Rawa Jemblung

Gro

I
Situ Rancayuda Ci Penj

gol
I
ar K.

K. Krukut
nggis
Bun Baru
Jalan Kolektor

Ci Keas
Ci Ma on Rawa Sadang

I
ung

_
3

Ci
Liw Rawa Taman ngg

I_
_I

Ci
Ci

I
I

K. Angke
Ra

K. Cipu
i Ulu
KOTA DEPOK

K. Enggr

Du
Ci

tat
I

Kal
ang

am

Ci Laja
Situ Sawangan

ria
hab

n
I

Ci Pining
_
Ci
Ci Keas lam Ma

Ci
Situ Peladen

gkok
_
Ci

i
Ge

I
u
I_
How Ci

Ka
g

Jele
I

ng
Ci

K. Sunter
Le un g s ng kis

K.
e

nda
t am
Ci

ng
gan Ci Sada Rawa Leungsir Ci Paming

treng

Ci Baren

Ci Pang
Peru
Situ Rawabesar

I
_
B. KARIAN\P tun

Ci Pinan

aur
Ci Jantu

K. Sugu
Ci
I_

mpu
Jan

I
e Dua
I

K.
I_

ng
(5.400 Lt/dt) Ci

Ci Jantun

Ge
Cileungsi

Kar
Ci

Angk

de
Ma Depok Baru
n K. ar

K.

I
_
Cimanggis

ang

reum
Ci Pe Telaga Subur

ceu
Situ Cekdam Bag Sawangan sa Ci Palahl

ri
Situ Rawakalong

I
I_

K. Angk

Beu
ng
Pancoranmas

I
24' g

e
o

I_

Ci
a
Jalan Lokal

rah
I

an
dan tat

I
_
Pu Ci Picung 24'
Cen Ci

n gi n

I
Ci Ci

I_

ri
I

Ci
Lan

ang

Ca
Depok

K. Angsana
I_
gka K.

Pin

Kud

I
a
p

_
1
Ci.

I
Ci
ang
Gunungputri Ci Beet

I_
TAMAN BUAH

Sad
Situ Pasirmaung lis

Kum
Situ Pulo

K. Baru
Ci

I_
ggi

pa
MEKARSARI

I
Situ Tlajung

Ci
ter Situ Cipicung Tun
Situ Manceuri

I
Sun Ci

Man
Situ Baru

I_
g

uk
K.

I
Ci Durian
Ci Ci Geuju

I
_
I_
Beu

I
reum Ci Ci Keas

Ci
How Parung Sukmajaya
Jalan Lain

Ci Care h a n

Mar
e

I_

Ci Jelet r e
I

Ci

agu
ng

ng
_
ng
Ci Situ Jatijajar

Sud
a
I_
Jeng Setu Tunggilis

I
Ci Bera

g
ir

ane
in

Ci
I I

I_

Ci
I_ I

Sad
I_ I I_ I I_ I I_ I I_ I

I
_
Beu

Be
I_
Ci Panyai

Ci
I

teu

ran
I_

h
ran

g
Ci Pi nan
ng
I
Ci

K. Caring
P
I_
rang

Puti
isan

I
a
I

Ci
I
K.
I_

_
Situ Citatah k t uj ingk

P
ngko
ah

Ci Ka

I
Pam

an
Ci Bentang
_
ng

g
I
K. I_
Ci Cibarusah

I
au
r Setu Lebakwangi Ci Bare Goo

Car
I
Ci

I
Rumpin

ing

_
Situ Cilodong _

in
I
I_

K. Jati

I
I
Baw g

I
ah I
Ci Anggon
I
Jalan Kereta Api

_
_

Ci Howe
I
I
s
I I_

I_

Ci
I

K. Baru 3
I I

K.
_ Ci Boda g
Setu Malangnengah

Liw
27'
I_
Citayam

Lay
I juan

a
I I_

Ci Pandan
I
Han

ung
4 _ I
Ci

I_
ru I Ci Reundeu I
eureum Ci Pining
I_
Situ Rawalo Ba I I 27'
Ci B I K.
I_
Ci

K. Angke
_ _

K. Pa sa n
Dan s i I

g
I
Ci Le u n g

gr
PA S I R K O P O gde I_ aha Citayam
I
Jonggol r
ur
I_
I
I n _ I Hau
Setu o I
I_
Ci

I
Iwul I I _
Bog

Ci Kum
I_ I_
Putatnutug I

jang
I
ng

Ci
I_
Ci Ci

pa
I
I_
Dur ang
I

I
Pina

deu

h
Ci Landak

Pan
I_
I
I_
ian Ci Cibinong I
Kar
Stasiun Kereta Api

gau
et

Tata
I_
I I Ci I

Reun

r
I_

I_
D. Kiuntang

Ci Keas
I
Be

Ci
I_ I

Ci
I_ I
Ci
I_
Nambo

K. Sasakpan
Situ Cikaret
I_ I
Situ Kadongdong
I_

I
I_ I I_ I
ing
I_ I
Pondok Terong
I_ I I_ I

I_
I_ I
Situ Kibing Ket
I_ I
I
I_ I I_ I I_ I
KABUPATEN LEBAK I_ I I_ I I_ I I_ I I_ I
Ci Cadas Ci

I
I_ I

_
I_ I I_ I I_ I I_ I
Situ Citatah
I_ I I_ I
Ci Berang I_ I I_ I I_ I
I_ I
s
I_ I I_ I
Jasinga I

ng
Bojonggede KABUPATEN BOGOR Ci Genti

I_
I
I_

Ci Liwung
Setu Silala I

Ci Bino

K.
Setu Pagam ah I_
I Ci Tangkurak

Ci Karang
tuj

Lay
Situ Gedong

Ci Bolang
Pa I_
Ci I
Ci Guha Setu Batok

p
un
Ci Bodas

I
_I I_ K.
_

reu
I Ang Cibinong NAROGONG\P(1.290 Lt/dt)

Irate
I r anje

eu
I

K. Demang
Setu Balekambang ke
Rencana Jalan Tol

Ci
Par

Ci
Lua

iT

I
Situ Kangin Ci
Situ Cibuntu Ci

I_
C

Pan
Situ Tonjong

I_

I
Ci Hoe

gau
r

I
empuhan
Bojonggede
Citeureup

Ci

ane

I
Ci T
Me

I_
ad
t

rak

S
Ci Beuteung Setu Jampang

_
I Bee

Ci

I
I_ I
30' _ Setu Sigagu Ci

isan
I

I
I
I

K.
ingk
30'

_
_ ang

I
Kar

Jati
I
_
Ci

Pam

I
I
Ci Hoe

I
Kemang

Ci

Ci Durian
PROPINSI BANTEN

Ci Luar

I_
as

I
Ci Omas

p
_
Ci B

Ci
Ke

I
e
Rencana Jalan Arteri

Ci

I
Ka
reu
I

Ci Jere

uteu

lon
g
Barangba Ci Patujah

Ci
Teu
ng

I_
ng
Cariu

_
Ci

I
I_
I

Ci Angke
Ci Gentis

I
_
I Rancabungur

Ci
I Bunar Ci Temp 734

_
I_
_ Leun

Ci
I uang

I
gs i I
I PARUNGBADAK G. Karang

Saru
a
_
I Ci Hieum I_
I I

I_

reum
ATANG SANJAYA

I
_
I

an

Beu
I
I Cilebut _ Ci Sero

Ci Kiam
I

Ci
Ci
pur
_
I ngka

_
Ci

I
Kaw
Ci Kasu

Tem
I
Du
Rencana Jalan Kereta Api

ung
G I_ ria

Ci
I

ng
ng
TUN I
n n Ci Ci Seyah
SBI J

Lutu
Ci Ante

I
I_ un

_
GKA Ci Kani

Ci
ki

I
RAN Ci Arute

Ci Liwu
KE I

anggel
I_ Kedunghalang

Ci Luar
_
KANAL TARUM BARAT\P

Ci
Ci Sadan

Ci Gen

I
I e wak (31.000 Lt/dt)

tis
I_ Cigudeg Setu Burung Ci Baya

Ci G

Ampea
Ci Keun
I
SODONG\P

h an
_
Ciampea a

ed
I

Ci Hoe
Kup

euh
I
eW
I_ (7.740 Lt/dt) Ci Apus et a Ci
33' n 625

Ci Asa
KABUPATEN PURWAKARTA

Ci
Ci
I Ci

I
_
Setu Gede

Ci
I_

Ja
Jalur Bus Prioritas

Ge
I

Jere
Tanahsareal 33'

Ci

Ma
as

ng
ian
Situ Cigudeg Ke G. Hambalang

nge
de K
Ci

Ci
I

u
gel
Sinda Ci

nte
Sur
Semplak

Bad

lo
I_

I_

Ci Taringul
Ci

Bun

ung
Ci

ak
Ci
Ci
Hi

Be

gbu
I
I

Om
Ci Jurey

et
deu

as

ngbarang

lang
I_ Ci Ci Pasanggra

Ci N
An a ng han

I
_

Ci Miis

ng
Ci H
I ten

e
Bogor Utara

er

nen
I
I_
Ci Teure
han

You might also like