You are on page 1of 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada budidaya tanaman, benih merupakan salah satu faktor utama yang
menjadi penentu keberhasilan produksi. Penggunaan benih bermutu dalam
budidaya akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi karena populasi tanaman
akan tumbuh dengan baik dan dapat diperkirakan sebelumnya dari daya kecambah
dan nilai kemurnian suatu benih. Benih bermutu dapat mengurangi resiko
kegagalan budidaya apabila bebas dari serangan hama dan penyakit tanaman,
sehingga mampu tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan.

Penyakit tanaman pangan dapat mengakibatkan kerugian baik secara


kuantitas maupun kualitas hasil panen. Upaya untuk mengurangi kerugian akibat
infeksi penyakit tanaman tersebut dapat dilakukan pengendalian dengan sasaran
dan cara yang tepat. Pengamatan yang dini dan identifikasi penyakit yang tepat
akan menjamin keberhasilan pengendalian. Padi merupakan makanan pokok bagi
sebagian besar penduduk Indonesia. Saat ini jumlah penduduk yang memerlukan
beras mencapai 3 miliar atau hampir mendekati setengah dari populasi dunia.
Pada tahun 2005 angka di atas diperkirakan mencapai 4,6 miliar. Pentingnya padi
sebagai sumber utama makanan pokok dan dalam perekonomian bangsa Indonesia
tidak seorangpun yang menyangsikannya. Oleh karena itu setiap faktor yang
mempengaruhi tingkat produksinya sangat penting diperhatikan. Salah satu faktor
tersebut adalah hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman padi adalah
hama putih, walang sangit, trip padi, dan hama pengerek batang padi. Sedangkan
penyakit dapat disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus (Aak, 1990). Faktor
hama dan penyakit perlu dikendalikan agar tidak mengganggu keberhasilan
tingkat produksi padi. Salah satu syarat keberhasilan usaha pengendalian hama
dan penyakit adalah identifikasi terhadap organisme pengganggu tanaman padi
(Harahap, 1989).

1
Berkembangnya hama dan penyakit tanaman di bagian Negara dunia semakin
meningkat dan mengganas. Sementara hubungan Indonesia di bidang ekonomi
dengan negara di dunia semakin meningkat dengan era pasar bebas yang
memungkinkan kegiatan ekspor-impor tanaman dan produk-produknya dari
berbagai belahan dunia menjadi ramai. Berdasarkan uraian diatas, pengawasan
masuk dan keluarnya tanaman maupun produk dari tanaman harus dilakukan
secermat dan setertib mungkin sehingga diperlukan badan perlindungan tanaman
yang berkompeten yaitu didirikannya Karantina Tumbuhan yang bertugas untuk
mencegah penyebaran Organisme Pengganggu Tumbuhan Penting (OPTP) dari
suatu area ke area yang lainnya. Jamur yang merupakan Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
dapat menyebabkan kerusakan pada benih. Sehingga inventarisasi jamur pada
benih padi ekspor ke Kanada sangat diperlukan untuk mencegah penyebaran
jamur dari wilayah RI ke luar negeri.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana cara mengetahui jamur yang


terdapat pada benih padi yang akan diekspor ke Kanada dan bagaimana cara
mengetahui ada atau tidaknya jamur yang merupakan Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
pada benih padi ekspor ke Kanada.

1.3 Tujuan
Kegiatan kerja praktek ini bertujuan untuk mengetahui jenis Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang terdapat pada benih padi yang di ekspor ke
Kanada serta mengetahui ada tidaknya jamur yang merupakan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
(OPTK) pada benih padi ekspor ke Kanada.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Karantina Tumbuhan

2.1.1 Latar Belakang Terbentuknya Karantina Tumbuhan

Pada tanggal 9 Desember 1877 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan


sebuah ordonansi (Staatsblad van Nederlandsch-Indie No.262) yang bertujuan
mencegah masuknya cenawan Hemileia vastatrix yang merusak pertanaman kopi
di Srilanka agar tidak masuk ke Indonesia. Ini merupakan peraturan karantina
tumbuhan yang pertama baik di Indonesia mauun di dunia. Sejak itu dikeluarkan
berabagai ketentuan dan peraturan terkait karantina tumbuhan, baik oleh
pemerintah Hindia Belanda maupun pemerintah Indonesia setelah masa
kemerdekaan. Dari sisi organisasi, dinas karantina tumbuhan lahir pada tahun
1914, ketika Direktur Departement van lanbouw, Nijverheid en Handel menunjuk
Institut voor Plantenziekten en Cultures (Balai Penyelidikan Penyakit Tanaman
dan Budidaya) untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan impor buah-buahan
segar dari Australia di tiga pelabuhan yaitu Tanjung Priok, Semarang dan
Surabaya, dalam upaya pencegahan masuknya lalat buah Laut Tengah (Ceratitis
capitata). Sejak saat itu organisasi karantina tumbuhan terus berkembang sampai
saat ini berada dibawah Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian
(Diphayana,2009).

2.1.2 Pengertian Karantina Tumbuhan

Istilah karantina berasal dari bahasa latin yaitu “quarantum” yang berarti
empat puluh. Ini berasal dari lamanya waktu yang diperlukan untuk menahan
kapal laut yang berasaal dari Negara yang tertular penyakit epidemis, seperti pes,
kolera dan demam kuning, dimana awak kapal dan para penumpangnya dipaksa
untuk tetap tinggal terisolasi di atas kapal yang ditahan di lepas pantai selama
empat puluh hari, yaitu jangka waktu perkiraan timbulnya gejala penyakit yang
dicurigai (Diphayana,2009).

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, karantina diartikan sebagai :

3
1. Tempat penginapan yang terpaksa berhubung dengan kesehatan, atau
pelanggaran masuk tanpa izin ke suatu Negara

2. Tempat menahan sesuatu (binatang, tanaman, atau tumbuhan untuk


mencegah tersebarnya penyakit dari benda-benda itu)

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang


Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, karantina didefinisikan sebagai tempat
pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya
hama dan penyakit atau organism pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area
ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik
Indonesia (RI). Dalam ISPM (International Standard for Phytosanitary
Measures) nomor 5 mengenai Glosasary of Phytosanitary Terms, karantina
(quarantine) didefinisikan sebagai “ official confinement of regulated articles for
observation and research or for further inspection, testing and/or treatment”
(pengasingan resmi terhadap barang atau benda yang ditetapkan berdasarkan
peraturan resmi, untuk pengamatan dan penelitian atau untuk pemeriksaan,
pengujian dan/atau perlakuan lebih lanjut).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002


Tentang Karantina Tumbuhan. Karantina Tumbuhan adalah tindakan sebagai
upaya pencegahan masuk dan tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan dari
luar negeri dan dari suatu Area ke Area lain di dalam negeri atau keluarnya dari
dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Karantina Pertanian adalah tempat
pengasingan dan/ atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya
Hama dan Penyakit Hewan Karantina atau Organisme Pengganggu Tumbuhan
dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya
dari dalam wilayah negara Republik Indonesia (Diphayana,2009).
2.1.3 Dasar Hukum Karantina Tumbuhan

Pelaksanaan karantina tumbuhan di Indonesa didasarkan pada sejumlah


peraturan perundangan yang berlaku antara lain :

4
1. Undang-Undang RI No.16 Th 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan

2. Peraturan Pemerintah No. 14 Th 2002 tentang Karantina Tumbuhan

3. Konvensi Perlindungan Tumbuhan Internasional (International Plant


Protection Convention) tahun 1951 yang telah diratifikasi melalui Keppres
RI nomor 2 tahun 1977.
4. Dan berbagai Keputusan dan Peraturan Menteri Pertanian serta Keputusan
Kepala Badan Karantina Pertanian lainnya (Diphayana,2009).

2.1.4 Tujuan Karantina Tumbuhan

Tujuan dari karantina tumbuhan secara umum adalah mencegah masuk


dan tersebarnya OPT atau hama penyakit tumbuhan, dari suatu daerah ke daerah
lain dengan jalan undang-undang.Menurut Undang-Undang No.16 Th 1992
tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, disebutkan bahwa Karantina
Tumbuhan bertujuan untuk :

a. Mencegah masuknya OPT karantina dari luar negeri ke dalam wilayah


Negara RI.

b. Mencegah tersebarnya OPT karantina dari suatu area ke area lain


dalam wilayah Negara RI, dan

c. Mencegah keluarnya OPT tertentu dari wilayah Negara RI apabila


negara tujuan menghendakinya

(Diphayana,2009).

2.1.5 Visi dan Misi Karantina Tumbuhan

Visi Karantina Pertanian ialah “ Terwujudnya Pelayanan Karantina


Pertanian Surabaya yang Tangguh, Profesional, Modern dan Terpercaya pada
2014”

5
Misi Karantina Pertanian ialah :

- Melindungi kelestarian sumberdaya hayati hewani dan nabati dari


serangan Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) serta
pengawasan lalu lintas komoditi pertanian segar yang memenuhi
standar keamanan pangan

- Meningkatkan manajemen operasional perkarantinaan hewan dan


tumbuhan

- Mewujudkan Sistem Manajemen Mutu Pelayanan dengan


mengimplementasikan secara konsisten ISO 9001:2000/SNI 19-
9001-2001

- Mewujudkan kompetensi sebagai Laboratorium Penguji (Testing


Laboratory) dengan mengimplementasikan secara konsisten
ISO/IEC 17025:2005/SNI: 19-8402-1991 serta Laboratorium
Biosafety Level-3(BSL-3) yang terakreditasi

- Mendorong terwujudnya peran perkarantinaan Nasional dalam


akselerasi ekspor komoditas pertanian yang akseptabel dan
mampu bersaing di pasar Internasional

- Mendukung keberhasilan program agribisnis dan ketahanan


pangan nasional

- Membangun masyarakat cinta karantina pertanian Indonesia.

(Diphayana,2009).

2.1.6 Tugas Pokok dan Fungsi Karantina Tumbuhan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.22/Permentan/8/2008, tugas


dari semua Karantina Pertanian ialah sama, yaitu : “ Melaksanakan kegiatan

6
operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan
hayati, hewani dan nabati”

• Fungsi Karantina Tumbuhan adalah:

- Penyusunan rencana, evaluasi dan laporan

- Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan,


penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan Organisme pengganggu
tumbuhan karantina (OPTK)

- Pelaksanaan pemantauan daerah sebar OPTK

- Pelaksanaan pembuatan koleksi OPTK

- Pelaksanan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati

- Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina tumbuhan

- Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan


hayati hewani dan nabati

- Pengelolaan sistem informasi, dokumentasi dan sarana teknik karantina


tumbuhan

- Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan


perundang-undangan dibidang karantina tumbuhan dan keamanan hayati
hewani dan nabati

- Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

(Diphayana,2009).

2.1.7 Struktur Organisasi Karantina Pertanian

Karantina Pertanian di Indonesia merupakan tanggung jawab Departemen


Pertanian yang pelaksanaanya oleh Badan Karantina Pertanian,Organisasi Eselon

7
I lingkup Departemen Pertanian. Badan Karantina Pertanian dipimpin oleh
seorang Kepala Badan. Tugas pokok Karantina adalah melaksanakan
perkarantinaan tumbuhan tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan hewan
budidaya (Anonim 2, 2010).

Gambar 2.1.7 Struktur Organisasi BBKP Surabaya

8
2.1.8 Media Pembawa OPTK

Media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK)


adalah tumbuhan dan bagian-bagiannya dan/atau benda lain yang dapat membawa
OPTK. Media pembawa OPTK diklasifikasikan menjadi empat bagian, yaitu :

- Tanaman hidup dan benih tumbuhan

- Hasil tanaman hidup bukan benih

- Hasil tanaman mati baik yang belum diolah maupun yang sudah diolah

- dan benda lain (Diphayana,2009).

2.1.8.1 Tanaman Hidup dan Benih Tumbuhan

Tanaman hidup adalah semua jenis tumbuhanatau bagian-bagiannya dalam


keadaan dan bentuk apapun yang masih dapat tumbuh. Sedangkan beinh adalah
tumbuhan atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau
mengembagbiakkan tumbuhan.

Klasifikasi yang termasuk tanaman hidup dan benih adalah sebagai berikut :

a. Pohon f. Akar rimpang

b. Planlet g. Daun

c. Explant h. Biji

d. Stek i. Serbuk sari

e. Umbi

(Diphayana,2009).

2.1.8.2 Hasil Tanaman Hidup Bukan Benih

Hasil tanaman hidup bukan benih adalah tumbuhan dan bagian-bagiannya


dalam keadaan hidup yang tidak dimasukkan untuk ditumbuhkan atau

9
dikembangbiakkan. Pada umumnya tumbuhan dianggap hidup sejauh masih dapat
melakukan metabolisme. Media pembawa jenis ini biasanya digunakan untuk
keperluan konsumsi atau untuk diolah lebih lanjut.

Klasifikasi yang termasuk tanaman hidup bukan benih adalah sebagai berikut :

a. Berbentuk batang e. Berbentuk daun

b. Berbentuk buah f. Berbentuk bunga

c. Berbentuk biji g. Berbentuk umbi

d. Berbentuk biji non curah h. Berbentuk akar rimpang

(Diphayana,2009).

2.1.8.3 Hasil Tumbuhan Mati

Hasil tumbuhan mati, baik yang belum diolah atau sudah diolah, adalah
tumbuhan dan bagian-bagiannya dalam keadaan mati baik yang belum mengalami
proses pengolahan sehingga belum berubah bentuk atau sifat aslinya maupun yang
telah mengalami prosespengolahan sehingga berubah bentuk atau sifat aslinya
sepanjang masih dapat menjadi media pembawa OPTK. Pada umumnya
tumbuhan dianggap mati apabila tidak lagi data melakukan metabolisme. Media
pemabawa jenis ini biasanyadigunakan untuk diolah lebih lanjut.

Klasifikasi yang termasuk hasil tumbuhan mati baik yang belum diolah maupun
telah diolah adalah sebagai berikut :

a. Berbentuk batang n. Berbentuk serbuk non curah

b. Berbentuk kulit o. Berbentuk pellet non curah

c. Berbentuk daun p. berbentuk serat

d. Berbentuk bunga kering q. Brbntuk umbi

e. Berbentuk buah r. Berbentuk akar

10
f. Berbentuk biji s. Berbentuk rimpang

g. Berbentuk butiran curah t. Berbentuk cake/lempengan

h. Berbentuk tepung curah u. Berbentuk irisan

i. Berbentuk serbuk curah v. Hasil olahan kayu

j. Berbentuk pellet curah w. hasil olahan rotan

k. Berbentuk biji non curah x. hasil olahan bambu

l. Berbentuk butiran non curah y Tanaman sebagai pembungkus

m. Berbentuk bubuk non curah z. Berbentuk cairan.

(Diphayana,2009).

2.1.8.4 Benda Lain

Klasifikasi dari benda lain adalah sebagai berikut ;

a. Media pertumbuhan

b. Bahan biologic

c. Agensi hayati

d. Vektor

e. Spesimen awetan

(Diphayana,2009).

2.1.9 Pengelompokan OPTK (Organisme Pengganggu Tumbuhan


Karantina)

Menurut Undang-Undang No. 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan,


Ikan dan Tumbuhan, karantina tumbuhan adalah tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan dari luar

11
negeri dan atau dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari
dalam wilayah negara RI. Tindakan karantina dilakukan oleh petugas karantina
tumbuhan, berupa pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan,
penolakan, pemusnahan dan pembebasan media pemabawa organisme
pengganggu tumbuhan karantina (OPTK). Media pembawa OPTK adalah
tumbuhan dan bagian-bagiannya dan atau benda lain yang dapat membawa OPTK
(Diphayana,2009).

OPT adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu


kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan. Sedangkan OPTK adalah
semua OPT yang ditetapkan pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam dan
tersebarnya dari suatu area ke area lain, keluarnya OPT dari wilayah RI ke luar
negeri, dan masuknya OPT dari luar negeri kedalam wilayah RI. Istilah OPT
dalam bahasa inggris adalah pests. OPT merupakan istilah resmi yang digunakan
di Indonesia, istilah lain yang sering digunakan adalah hama dan penyakit
tumbuhan, hama penyakit tanaman, hama tumbuhan atau hama tanaman, OPT
meliputi serangga, nematoda, cendawan, bakteri, virus, gulma, tungau dan siput-
siputan (Diphayana,2009).

Di Indonesia, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI


No.38/Kpts/HK.060/1/2006, dibedakan jenis-jenis OPTK kategori A1 golongan I
dan II serta Kategori A2 golongan I dan II. Kategori A1 golongan I ialah OPT
yang belum terdapat di wilayah Indonesia dan tidak dapat dibebaskan dengan
perlakuan, sedangkan kategori A1 golongan II ialah OPT yang belum terdapat di
wilayah Indonesia dan dapat dibebaskan dengan perlakuan. Sedangkan kategori
A2 golongan I ialah OPT yang sudah terdapat di Indonesia dengan penyebaran
yang masih terbatas dan belum dapat dibebaskan dengan perlakuan, sedangkan
kategori A2 golongan II ialah OPT yang sudah terdapat di wilayah Indonesia dan
penyebarannya masih terbatas namun dapat dibebaskan dengan perlakuan.

2.1.10 Persyaratan Karantina Untuk Pengeluaran/Ekspor Media


Pembawa OPTK

12
Tindakan karantina tumbuhan terhadap media pembawa OPTK untuk
ekspor didasarkan pada permintaan negara tujuan ekspor. Artinya, jika tidak ada
permintaan dari negara tujuan untuk dilakukan tindakan karantina tumbuhan di
Indonesia, maka tidak perlu dilaporkan kepada petugas karantina tumbuhan di
Indonesia untuk dilakukan tindakan karantina tumbuhan. Walaupun demikian,
saat ini sebagian besar negara tujuan ekspor mempersyaratkan media pembawa
OPTK tersebut disertai Surat Kesehatan Tumbuhan (Phytosanitary Certificate)
sebagai jaminan telah bebasnya komoditas tersebut dari infeksi, infestasi atau
kontaminasi OPT penting. Disamping itu,sesuai permintaan negara tujuan terdapat
persyaratan tambahan yang harus dipenuhi, dan khusus untuk pengeluaran atau
ekspor benih tumbuhan diharuskan mendapat izin dari Menteri Pertanian.

Pelaksanaan sertifikasi adalah sebagai berikut :

a. Surat Kesehatan Tumbuhan untuk media pembawa OPTK yang akan


diekspor diterbitkan oleh unit pelaksanaan teknis (UPT) Badan Karantina
Pertanian yang berada di tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan
oleh Menteri Pertanian

b. Penerbitan Surat Kesehatan Tumbuhan (PC) didasarkan ketentuan atau


permintaan negara tujuan ekspor, dengan memperhatikan ketentuan
karantina di negara tujuan tersebut.

c. Surat Kesehatan Tumbuhan yang berlaku adalah yang sesuai dengan


model dan format yang telah ditentukan oleh IPPC(International Plant
Protection Convention), dan diterbitkan oleh UPT Badan Karantina
Pertanian di tempat pengeluaran.

d. Apabila ada permintaan khusus dari negara tujuan ekspor yang harus
dicantumkan dalam additional declaration pada Surat Kesehatan
Tumbuhan tersebut, dapat dilakukan berdasar fakta yang ada pada saat
dilakukan pemeriksaan oleh petugas kantina tumbuhan.

13
e. Petugas karantina tumbuhan dapat menolak penerbitan Surat Kesehatan
Tumbuhan karena beberapa hal, antara lain karena :

1. Media pembawa OPTK yang dimintakan surat Kesehatan


Tumbuhan termasuk komoditas yang dilarang ke negara tujuan ekspor
menurut ketentuan peraturan di negara tujuan ekspor

2. Pemilik belum dapat memenuhi ketentuan lain yang dikenakan


terhadap komoditas tumbuhan tersebut, misalnya CITES, izin Menteri
Pertanian untuk pengeluaran benih tumbuhan dan lain-lain

3. Setelah dilakukan pemerikasaan oleh petugas karantina, diketahui


bahwa media pembawa OPTK tersebut mengandung OPT penting dan
tidak dapat dihilangkan dengan pemberian perlakuan tertentu

4. Media pembawa OPTK telah dikirim dan berada di negara tujuan


ekspor atau telah dikapalkan, sehingga pemeriksaan kesehatan dan
tindakan karantina lainnya yang diperlukan tidak mungkin dilakukan.

f. Untuk media OPTK yang ditanam, diproduksi dan berasal dari negara lain,
dan telah dimasukkan ke Indonesia dan kemudian akan diekspor ke
negara tujuan lain, serta dimintakan Surat Kesehatan Tumbuhannya, dapat
diterbitkan Surat Kesehatan Tumbuhannya, dapat diterbitkan Surat
Kesehatan Tumbuhan untuk re-ekspor (Phytosanitary Certificate for Re-
Export)

g. Perlakuan terhadap media pembawa OPTK yang akan diekspor mungkin


diperlukan karena adanya permintaan dari negara tujuan atau adanya OPT
yang mencemari komoditas tersebut. Perlakuan fumigasi dapat dilakukan
oleh petugas karantina tumbuhan atau perusahaan swasta di bawah
pengawasan petugas karantina tumbuhan, dengan mengacu pada standar
perlakuan yang itetapkan Badan Karantina Pertanian (Diphayana,2009).

2.1.11 Tindakan Karantina Tumbuhan

14
Menurut Iswoto (1984), pelaksanaan tugas karantina diwujudkan dalam
bentuk tindakan karantina yang meliputi :

1. Pemeriksaan, ialah tindakan pemeriksaan administratif untuk mengetahui


kelengkapan, kebenaran isi dan keabsahan dokumen persyaratan dan tindakan
pemeriksaan kesehataan secara visual atau laboratories untuk mendeteksi
kemungkinan adanya OPTK.

2. Pengasingan, dilakukan untuk pengamatan mendeteksi lebih lanjut


terhadap organisme pengganggu tumbuhan dengan menempatkan pada suatu
kondisi khusus dengan waktu tertentu untuk mendeteksi OPTK yang sifatnya
laten sesuai dengan ketentuan persyaratan yang berlaku.

3. Pengamatan (Karantina Pasca Masuk), dilakukan apabila setelah


pemeriksaan ternyata bibit tanaman termasuk golongan yang harus di
Karantina Pasca Masuk, tidak disertai Surat Keterangan Kesehatan
Tumbuhan, serta diduga tidak bebas dari OPT berbahaya.

4. Perlakuan, dilakukan terhadap tanaman yang tidak bebas dari jasad


pengganggu tumbuhan berbahaya. Dapat dilakukan secara mekanik, fisik
maupun kimiawi.

5. Penahanan, untuk komoditas impor apabila setelah dilakukan pemeriksaan


ternyata bahwa tanaman tidak memeuhi persyaratan administratif tetapi bebas
dari OPT/OPTK maka tanaman dapat ditahan, sedangkan untuk komoditas
eskpor bila persyaratan administratif belum dapat dipenuhi maka permohonan
langsung ditolak atau dikembalikan.

6. Penolakan, apabila tanaman atau bibit tanaman tidak disertai Surat Ijin
Pemasukan dan tanaman tidak dilengkapi Surat Keterangan Kesehatan
Tumbuhan atau tidak diberi dispensasi oleh Kepala Pusat Karantina Pertanian.

7. Pemusnahan, apabila tanaman atau bibit tanaman ternyata :

- Bibit tanaman tidak disertai Surat Ijin Pemasukan

15
- Bibit tanaman atau tanaman memenuhi persyaratan administrarif
tetapi diduga tidak bebas dari OPT dan setelah di Karantina Pasca Masuk
atau setelah diberi perlakuan tidak juga bebas dari OPT tersebut.

- Tanaman tidak memenuhi persyaratan dan tidak bebas dari OPT.

- Tanaman atau bibit tanaman termasuk golongan yang mutlak


dilarang pemasukannya.

- Bibit tanaman termasuk golongan yang harus di Karantina Pasca


Masuk dan ternyata tidak bebas dari OPT.

- Tanaman yang berada pada tingkat pembusukan atau kerusakan


sehingga pemeriksaan kesehatan tidak mungkin dilakukan.

8. Pemebasan (pemberian Surat Ijin Masuk), tanaman atau bibit tanaman


dibebaskan apabila setelah diperiksa ternyata :

- Tanaman atau bibit tanaman setelah memenuhi persyaratan


administratif dan bebas dari OPT/OPTK.

- Tanaman atau bibit tanaman yang memenuhi persyaratan


administratif tetapi tidak bebas dari OPT setelah diberi perlakuan dapat
dibebaskan dari OPT/OPTK.

- Tanaman tidak memenuhi persyaratan administratif tetapi bebas


dari OPT/OPTK dan setelah ditahan, pemiliknya dapat memenuhi
persyaratan administratifnya.

- Bibit tanaman termasuk golongan yang harus di Karantina Pasca


Masuk dan dapat dibebaskan dari OPT/OPTK.

2.2 Padi ( Oryza sativa )

16
Tanaman padi merupakan tanaman semusim, yang termasuk golongan
rumput – rumputan. Tanaman pertanian kuno ini berasal dari dua benua, yaitu
Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa
penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil
butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh, India sekitar 100-
800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh
Utara, Burma, Thailand, Laos, dan Vietnam. tanaman padi yang mempunyai nama
botani Oryza sativa dengan nama lokal padi dapat dibedakan menjadi dua tipe
yaitu padi kering yang tumbuh di dataran tinggi dan padi sawah yang memerlukan
air menggenang (Purwono, 2007).

2.2.1 Klasifikasi Padi

Tanaman padi yang mempunyai nama ilmiah Oryza sativa dengan nama
lokal padi, dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu padi kering yang tumbuh di
dataran tinggi dan padi sawah yang memerlukan air menggenang dengan
klasifikasi tanaman padi sebagai berikut :

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Famili : Gramineae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa


(Tjitrosoepomo, 2002).

2.2.2 Morfologi Padi

17
Secara umum organ tanaman padi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu organ
generative dan organ vegetatif. Organ generatif meliputi akar, batang, dan daun.
Organ vegetatif meliputi malai, bunga, dan gabah (Soemartono, 1992).

Akar tanaman padi ialah serabut yang berfungsi menyerap air dan zat – zat
makanan dari dalam tanah tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi dapat
mencapai kedalaman antara 10-20 cm. Batang tanaman padi berbuku dan
berongga, mempunyai bentuk beruas – ruas, rangkaian ruas – ruas pada batang
tanaman padi mempunyai panjang yang berbeda – beda. Pada ruas batang bawah
pendek, semakin ke atas semakin panjang (Purwono, 2007).

Ciri khas daun tanaman padi yaitu adanya sisik dan telinga daun, hal ini
yang menyebabkan daun tanaman padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang
lain.

Bagian daun padi, yaitu :

1. Helaian daun terletak pada batang padi, bentuk memanjang seperti pita.

2. Pelepah daun merupakan yang menyelubungi batang yang berfungsi memberi


dukungan pada ruas bagian jaringan.
3. Lidah daun terletak pada perbatasan antara helian daun dan leher daun.

Malai merupakan sekumpulan bunga padi yang kelur dari buku paling atas.
Panjang malai tergantung pada varietas. Bunga padi terdiri dari kepala putik,
tangkai sari, palea, lemma, kepala putik, ladicula, dan tangkai bunga. Bunga padi
merupakan bunga telanjang yang mempunyai satu bakal buah, 6 benang sari, serta
2 tangkai putik. Gabah atau buah padi terdiri dari Embrio, Endosperm dan Bekatul
(Anonim1, 2010).

Gabah atau buah padi adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan
lemma dan palea, dan juga dilindungi oleh sekam tau kulit gabah. Buah padi ini

18
merupakan hasil penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagian-bagian
sebagai berikut :

• Embrio (lembaga)

Terletak pada bagian lemma. Pada lembaga ini terdapat daun lembaga
(calon batang dan calon daun) serta akar lembaga (calon akar).

• Endosperm

Merupakan bagian dari buah/biji padi yang besar. Endosperm terdiri dari
zat tepung yang diselubungi selaput protein. Endosperm mengandung zat
gula, lemak, zat-zat anorganik, dan mengandung protein.

• Bekatul

Bagian buah padi yang berwarna coklat

(Aak, 1990).

2.2.3 Budidaya Padi

Tanaman padi dapt dikembangbiakkan secara langsung, baik dengan benih


yang disemai menjadi bibit. Berdasrkan system budidaya, padi dibedakan dalam
dua tipe, yaitu padi kering (gogo) dan padi sawah (Purwono, 2007).

a. Padi Gogo

Padi gogo dibudidayakan pada lahan kering. Sumber air seluruhnya


tergantung pada curah hujan. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik,
tanaman padi jenis ini membutuhkan curah hujan lebih dari 200 mm per bulan
selama tidak kurang dari 3 bulan. Tanaman padi gogo menggunakan benih yang
ditanam langsung tanpa disemai. Untuk mempercepat perkecambahan, benih
direndam terlebih dahulu di dalam air selama 2x24 jam (Purwono, 2007).

b. Padi Sawah

19
Jenis padi ini mempunyai cirri khusus yaitu adanya penggenangan tanaman
selama pertumbuhan. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah yang berlumpur
dan harus memilki kandungan tanah liat minimal 20 persen. Budidaya padi sawah
umumnya menggunakan bibit yang dipindah tanamkan dari persemaian. Benih
disemai selama 21-28 hari, kemudian dicabut dan ditanam di areal yang disiapkan
(Purwono, 2007).

2.2.4 Penyakit Pada Padi

a. Penyakit Blas (blast)


Penyebab : Jamur patogen Pyricularia oryzae. P. oryzae merupakan
cendawan yang berasal dari kelas Deuteromycetes. Cendawan ini memiliki
konodia dan miselium hialin atau berwarna keabu-abuan.
Gejala : Penyakit blas menimbulkan dua gejala khas, yaitu blas daun dan
blas leher. Blas daun merupakan bercak coklat kehitaman, berbentuk belah
ketupat, dengan pusat bercak berwarna putih. Sedang blas leher berupa bercak
coklat kehitaman pada pangkal leher yang dapat mengakibatkan leher malai tidak
mampu menopang malai dan patah. Kemampuan patogen membentuk strain
dengan cepat menyebabkan pengendalian penyakit ini sangat sulit (Syam,dkk,
2007).

b. Hawar Pelepah Daun (sheath blight)


Penyebab : Rhizoctonia solani.
Gejala : Gejala awal berupa bercak oval atau bulat berwarna putih
pucat pada pelepah. Dalam keadaan yang menguntungkan (lembab), penyakit
dapat mencapai daun bendera. Bercak berbentuk bulat lonjong, berwarna kelabu
kehijau-hijauan yag kemudian menjadi putih kelabu dengan pinggiran coklat. Jika
kondisinya lembab, dapat membuat pelepah menjadi busuk.
- Hawar pelepah, merupakan penyakit penting pada tanaman padi. Penyakit
ini merusak pelepah, sehingga untuk menemukan dan mengenali penyakit, perlu
dibuka kanopi pertanaman. Penyakit menyebabkan tanaman menjadi mudah
rebah, makin awal terjadi kerebahan, makin besar kehilangan yang

20
diakibatkannya. Penyakit ini menyebabkan gabah kurang terisi penuh atau bahkan
hampa. Hawar pelepah terjadi umumnya saat tanaman mulai membentuk anakan
sampai menjelang panen. Namun demikian, penyakit ini juga dapat terjadi pada
tanaman muda (Syam, dkk, 2007).
c. Busuk batang (stem rot)
Penyebab : Helminthosporium sigmoideum
Gejala : Gejala awal berupa bercak berwarna kehitamhitaman,
bentuknya tidak teratur pada sisi luar pelepah daun dan secara bertahap
membesar. Akhirnya, cendawan menembus batang padi yang kemudian menjadi
lemah, anakan mati, dan akibatnya tanaman rebah.
- Busuk batang merupakan penyakit yang menginfeksi bagian tanaman
dalam kanopi dan menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah. Untuk
mengamati penyakit ini, kanopi pertanaman perlu dibuka. Perlu diwaspadai
apabila terjadi kerebahan pada pertanaman, tanpa sebelumnya terjadi hujan atau
hujan dengan angin yang kencang (Syam, dkk, 2007).

d. Busuk pelepah (sheath rot)


Penyebab : Sarocladium oryzae
Gejala : Gejala awal adalah adanya noda berbentuk bulat
memanjang hingga tidak teratur dengan panjang 0,5 - 1,5 cm, warna abu-abu di
tengahnya dan coklat atau coklat abu-abu di pinggirnya. Bercak membesar, sering
bersambung, dan bisa menutupi seluruh pelepah daun. Infeksi berat menyebabkan
malai hanya muncul sebagian (tidak berkembang) dan mengerut. Malai yang
muncul sebagian hanya dapat menghasilkan sedikit bulir yang berisi (Syam,dkk,
2007).

e. Bercak coklat (brown spot)

Penyebab : Helmintosporium oryzae


Gejala : Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah bercak
berwarna coklat, berbentuk oval sampai bulat, berukuran sebesar biji wijen, pada

21
permukaan daun pada pelepah, atau pada gabah. Patogen penyakit bersifat
terbawa benih ( seed borne), sehingga dalam keadaan yang cocok, penyakit dapat
berkembang pada tanaman yang masih sangat muda. Bercak coklat dapat
menyebabkan kematian tanaman muda dan menurunkan kualitas gabah. Seperti
penyakit bercak cercospora, penyakit ini merusak sekali pada pertanaman padi di
lahan dengan sistem drainase buruk atau lahan yang kahat unsur hara, terutama
yang unsur kalium (Syam,dkk, 2007).
f. Bercak Coklat Sempit (narrow brown leaf spot)
Penyebab : Cercospora oryzae
Gejala : pada daun dan pelepah daun terdapat bercak coklat yang sempit
seperti garis-garis pendek. Pada varietas yang tahan bercak warna coklat gelap
dan berukuran kecil, pada varietas yang rentan bercak berwarna coklat terang dan
berukuran besar

2.3 Jamur

Jamur atau fungi merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil


sehingga bersifat heterotrof, tipe sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan
multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat
membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Jamur pada
umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme
lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya
(Suriawiria, 1993).

Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel,
misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar
yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur
tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang

22
disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah
(Waluyo, 2005).
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding
berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa.
Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh
dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk
dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke
sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa
senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti
dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya
mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap
makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat (Suriawiria,
1993).

2.3.1 Kapang

Kapang merupakan jamur multiseluler yang mempunyai miselium atau


filament, pertumbuhannya sepeti kapas. Pertumbuhan kapang mula-mula
berwarna putih. Setelah bereproduksi, spora akan membentuk berbagai warna
tergantung dari jenis kapang. Kapang berkembang biak dengan berbagai cara
aseksual dan seksual. Secara aseksual dengan pembelahan, pertunasan atau
pembentukan spora. Secara seksual dengan peleburan nukleus dari kedua
induknya (Waluyo, 2005).

Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur hifa,


yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat yang
membagi hifa menjadi ruang-ruang. Kapang bersepta dari kelas Ascomycetes,
Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Sedangkan kapang tak berseptat yaitu kelas

23
Phycomycetes (Zygomycetes dan Oomycetes). Tiap ruang memiliki inti atau
nukleus satu atau lebih (Waluyo, 2005).

2.3.2 Khamir

Khamir merupakan jamur yang uniseluler. Bereproduksi dengan cara


pertunasan. Sebagai sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih cepat
dibanding kapang yang tumbuh dengan pembentukan filament. Khamir juga lebih
efektif dalam memecah komponen kimia dibanding kapang, karena mempunyai
perbandingan luas permukaan dengan volume yang lebih besar. Khamir lebih
besar ukuran dan morfologinya dengan bakteri. Khamir pada umumnya
diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat fisiologinya, dan tidak atas perbedaaan
morfologinya seperti kapang. Beberapa khamir tidak membentuk spora
(asporogenous) dan digolongkan ke dalam jamur imperfekti, dan lainnya
membentuk spora seksual sehingga diglongkan ke dalam Ascomycetes dan
Basidiomycetes (Waluyo, 2005).

Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5
mm sampai 20-50 mm, dan lebar 1-10 mm. Bentuk khamir bermacam-macam
yaitu bulat, oval, silinder, ogival (bulat panjang dengan salah satu ujung runcing),
segitiga melengkung (trianguler), berbentuk botol, dan lain sebagainya (Waluyo,
2005).

24
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 01 Juli – 31 Juli 2010 di
Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain adalah cawan petri, pinset, kertas saring
steril, lemari inkubasi, kaca obyek, kaca penutup, jarum inokulum, kertas label,
mikroskop stereo, dan mikroskop kompon.

25
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah akuades steril, benih padi
ekspor dan larutan zat pewarna lactofenol blue.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Metode Blotter Test
A. Penyemaian Benih
Kertas saring sebanyak 5 helai dicelupkan ke dalam akuades steril,
kemudian diletakkan di dalam cawan petri. Benih padi ekspor disemaikan di atas
kertas saring basah sebanyak 25 butir benih untuk setiap cawan petri. Jumlah
benih yang diuji sebanyak 400 butir benih.
B. Inkubasi
Cawan petri yang telah berisi kertas saring basah dan benih diletakkan di
dalam ruang inkubasi yang disinari lampu NUV(Near Ultra Violet) selama 12 jam
terang dan 12 jam gelap secara bergantian. Inkubasi berlangsung selama 7 hari
pada suhu ruangan. Pada penutup cawan petri diberi keterangan nomor sampel
benih dan tanggal semai.
C. Pengamatan Benih
Setelah diinkubasi selama 7 hari, benih diamati dengan menggunakan
mikroskop stereo.
3.3.2 Pembuatan Preparat

Pada sebuah kaca obyek yang bersih diteteskan larutan zat warna lactofenol-
cotton blue. Diletakkan jamur yang telah diambil dengan jarum ose pada tetesan
lactofenol-cotton blue, kemudian ditutup dengan kaca penutup lalu diamati
dengan mikroskop kompon dengan perbesaran 50x, 100x, dan 400x.

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium mikologi Balai Besar


Karantina Pertanian Surabaya, diperoleh beberapa jenis jamur yang menginfeksi
benih padi ekspor ke Kanada yang dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini

No. Jenis Jamur yang ditemukan


1. Drechslera Oryzae
2. Curvularia oryzae
3. Curvularia geniculata
4. Curvularia lunata
5. Tilletia barclayana
6. Phoma sp.
7. Fusarium sp. 27
Tabel 4.1 Jenis-Jenis Jamur yang ditemukan pada benih padi

4.2 Pembahasan

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui beberapa jenis jamur yang teridentifikasi


pada benih padi diantaranya ialah Drechslera Oryzae, Curvularia oryzae,
Curvularia geniculata, Curvularia lunata, Tilletia barclayana, Phoma sp., dan
Fusarium sp.

Berikut ciri-ciri jamur yang ditemukan pada benih padi :

♣ Drechslera oryzae

Menurut Alexopoulos and Blackwell (1996), Drechslera oryzae


diklasifikasikan sebagai berikut :

Phylum :

Family :

Genus : Drechslera

Spesies : Drechslera oryzae

Hasil pengamatan Gambar literatur

28
Gambar 4.1 Drechslera oryzae

- Morfologi

Drechslera oryzae mempunyai konidiofor panjang bersekat-sekat, jarang


bercabang, tunggal, berwarna kelabu sampai coklat gelap dengan panjang lebih
dari 500 mikron dengan diameter 4-8 mikron, membentuk konidium pada
ujungya. Konidia berbentuk fusiformis lurus atau melengkung dan
menggelembung di satu sisinya. Konidia terbesar memiliki hampir 13 septa/sekat,
berukuran 60-150 mikron (Barnett, 1960).

Drechslera oryzae ini menyebabkan penyakit bercak coklat pada daun,


dimana pada daun terlihat adanya bercak yang berbentuk bulat berwarna coklat
dengan bagian tengahnya berwarna abu-abu. Drechslera oryzae membentuk
miselium berwarna coklat kelabu sampai tua di dalam dan di luar jaringan
tanaman sakit, dan juga di dalam biakan murni. Konidiofor berwarna coklat muda
sampai coklat kehijuan, makin keujung warna makin muda, memunyai panjang
dan lebar yang bervariasi, tergantung lingkungannya. Konidiofor mempunyai
bengkokan seperti lutut yang khas, yang merupakan titik melekatnya konidium
(Semangun, 2004).

- Gejala

Drechslera oryzae ini dapat mempertahankan diri sebagai miselium atau


konidium dalam biji. Konidium jamur dapat terpencarkan oleh angin. Jamur yang
terbawa oleh biji dapat menyerang biji-biji yang akan dan sedang tumbuh. Pada

29
daun tanaman yang sudah besar terjadi bercak-bercak coklat memanjang. Bercak-
bercak kecil berwarna coklat tua atau coklat ungu. Bercak yang besar tepinya
berwarna coklat tua, tetapi pada bagian tengahnya dapat berwarna kuning pucat,
putih kotor, coklat atau kelabu. Kadang-kadang bercak mempunyai halo
kekuningan. Daun yang sakit keras dapat menjadi kering. Jika keadaan
membantu, batang, dan tangkai bulir dapat terjangkit. Infeksi ini dapat
menyebabkan patahnya bagian-bagian tadi dan menjadi keriputnya biji-biji.
Serangan yang ringan pada biji-biji dapat menyebabkan terjadinya bercak-bercak
berwarna coklat kecil-kecil. Pada keadaan ini biji tetap berisi dan dapat
berkecambah. Biji yang terserang berat berwarna coklat seluruhnya. Dalam
keadaan yang sesuia, biji yang sakit diliputi oleh beludu hitam, yang terdiri dari
konidiofor dan konidium jamur. Pada umumnya jamur hanya menyerang sebagian
dari biji-biji pada malai (Semangun, 2004).

♣ Curvularia oryzae

Menurut Alexopoulos and Blackwell (1996), Curvularia oryzae


diklasifikasikan sebagai berikut :

Phylum : Ascomycota

Family : Pleosporaceae

Genus : Curvularia

Spesies : Curvularia oryzae

Hasil pengamatan Gambar literatur

30
Gambar 4.2 Curvularia oryzae

- Morfologi

Curvularia oryzae ini memiliki konidiofora yang berwarna coklat gelap,


tidak bercabang, bersepta, bengkok dan terikat dekat ujung. Konidia satu atau
lebih yang terdapat pada ujung hifa, berbentuk seperti perahu, berujung tumpul,
bersepta 3, bagian sel konidia kedua lebih besar dan berwarna gelap daripada
bagian sel yang lainnya, konidia menjadi bengkok pada bagian sel ini (Ou, 1985).
Kebanyakan spesies Curvularia adalah patogen fakultatif tanah, tanaman, dan
sereal di daerah tropis atau subtropis, sedangkan beberapa sisanya ditemukan di
daerah beriklim sedang (Semangun, 1991).

- Gejala

C.oryzae ini menyebabkan warna hitam pada bulir padi dan sering
menginfeksi bulir padi. Spesies Curvularia ini paling sering teramati pada bagian
lemma/palea pada benih.

♣ Curvularia geniculata

Menurut Alexopoulos and Blackwell (1996), Curvularia lunata


diklasifikasikan sebagai berikut :

31
Phylum : Ascomycota

Family : Pleosporaceae

Genus : Curvularia

Spesies : Curvularia geniculata

Hasil pengamatan Gambar literatur

Gambar 4.3 Curvularia geniculata

- Morfologi

Curvularia geniculata ini memiliki miselium yang bersepta, bercabang,


subhialin berwarna coklat muda sampai tua dengan percabangan yang banyak.
Konidiofornya berwarna coklat tua, tidak bercabang, bersepta terkadang
membulat di bagian ujung dengan konidia berwarna coklat tua, bersepta 3,
berbentuk elips dengan bagian ujung yang membuolat dan pada bagian hilus yang
terlihat menonjol (Barnett, 1998).

♣ Curvularia lunata

Menurut Alexopoulos and Blackwell (1996), Curvularia lunata


diklasifikasikan sebagai berikut :

32
Phylum : Ascomycota

Family : Pleosporaceae

Genus : Curvularia

Spesies : Curvularia lunata

Hasil pengamatan Gambar literatur

Gambar 4.4 Curvularia lunata

- Morfologi

Spesies ini mempunyai hifa bersepta, bercabang, subhyalin berwarna


coklat terang pada bagian bawah dan coklat di bagian atasnya. Hifa tunggal
berdiameter 2-5 µm. konidiofora coklat gelap, tidak bercabang, bersepta, bengkok
dan terikat dekat ujung. Konidia satu atau lebih yang terdapat pada ujung hifa,
berbentuk seperti perahu, berujung tumpul, bersepta 3, bagian sel konidia kedua
lebih besar dan berwarna gelap daripada bagian sel yang lainnya, konidia menjadi
bengkok pada bagian sel ini (Ou, 1985).

Jamur ini tidak menimbulkan kerugian yang berarti, banyak terdapat di


negara-negara penanam padi. Namun Curvularia lunata dilaporkan telah
menyebabkan kelainan warna pada benih yang terinfeksi. Jamur menyebabkan
beras menjadi hitam dan dalam keadaan tertentu dapat menginfeksi daun. Dari
benih yang terinfeksi, Curvularia dapat menyerang semai dan menyebabkan

33
terjadinya hawar semai atau menghambat pertumbuhan (Ou, 1985 dalam
Semangun, 1991).

♣ Tilletia barclayana

Menurut Alexopoulos and Blackwell (1996), Tilletia barclayana


diklasifikasikan sebagai berikut :

Phylum : Basidiomycota

Family : Tilletiaceae

Genus : Tilletia

Spesies : Tilletia barclayana

Hasil pengamatan Gambar literatur

Gambar 4.5 Tilletia barclayana

- Morfologi

Jamur membentuk sorus dalam beberapa bakal biji (ovarium) pada satu
malai, tertutup oleh sekam, keluar pada waktu masak. Massa spora berbutir atau
tampak lengket, berwarna hitam. Spora atau klamidiospora bercampur dengan sel-

34
sel steril, bentuknya bulat, licin, berdiameter 10-30µm. Mula-mula sprora
berwarna coklat muda dan menjadi coklat tua pada waktu masak
(Semangun,1991).

Tilletia barclayana menginfeksi perkecambahan benih yang menyebabkan


penyakit gosong keras (Kernel Smut), namun ditemukan bahwa jamur ini juga
menginfeksi pembukaan bunga. Penyakit ini ditemukan di lapangan pada saat
tanaman padi panen. Pada benih yang terinfeksi, awalnya menunjukkan tanda-
tanda timbulnya tonjolan hitam dan lapisan benih terlihat kelabu (Ou, 1985).

Apabila benih yang sakit dibuka tampak bahwa benih berisi suatu benda
yang keras, yang terdiri dari masa klamidospora jamur. Umumnya pada suatu
malai hanya beberapa benih yang terserang sampai ini penyakit gosong keras
tidak menimbulkan kerugian yang berarti hanya merusak tampilan benih
(Semangun, 1991).

♣ Phoma sp.

Menurut Alexopoulos and Blackwell (1996), Phoma sp. di klasifikasikan


sebagai berikut :

Phylum : Ascomycota

Class : Euascomycetes

Order : Pleosporales

Family : Pleosporaceae

Genus : Phoma

Species : Phoma sp.

Hasil pengamatan Gambar literatur

35
Gambar 4.6 Phoma sp.

- Morfologi

Phoma sp. ini merupakan jamur yang terdapatt dalam tanah dan pada
bagian tanaman. Spesies ini sangat kosmopolit di alam dan pathogen pada
tanaman umum. Miselium berwarna coklat tua. Konidia berbentuk bulat,
berwarna coklat gelap (Gabrielson, 1983).

- Gejala

Phoma sp. ini menyebabkan penyakit glume blight, dengan gejala awal yaitu
luka kecil berwarna coklat bulat, lalu secara bertahap berkembang menjadi putih
dengan bintik-bintik hitam kecil pada malai yang mulai menginfeksi pada minggu
kedua atau ketiga setelah munculnya malai. Ketika terjadi infeksi awal, tidak
berbutir, atau sebagian isi biji-bijian yang memudar dan menjadi rapuh
(Gabrielson, 1983).

♣ Fusarium sp.

Menurut Alexopoulos and Blackwell (1996), Fusarium sp.


Diklasifikasikan sebagai berikut :

Phylum : Deuteromycota

Family : Tuberculariaceae

Genus : Fusarium

36
Spesies : Fusarium sp.

Hasil pengamatan Gambar literatur

Gambar 4.7 Fusarium sp.

- Morfologi

Jamur ini membentuk makrokonidium pada sporodokium atau


pseudopiota, bersekat 3-5, agak bengkok dengan ujung-ujung runcing. Jamur ini
tidak membentuk mikrokonidium dan klamidospora. Peristem bulat, halus, hitam
kebiruan. Askus bulat panjang dengan 8 askospora,teratur dalam satu baris.
Askospora bersekat 3, kurus ujung-ujungnya meruncing, agak bengkok
(Semangun, 1991). Alexopoulos et al., (1996) menyatakan, miselium menginvasi
jaringan pembuluh, menghambat jaringan silem, menghalangi translokasi air,
serta menghasilkan toksin yang menyebabkan layu dengan memengaruhi
kelenturan selaput sel dan merusak metabolisme sel.

Jamur ini menyebabkan luka dan kelainan warna pucat pada benih yang
terinfeksi. Awalnya tampak putih kemudian kuning, jingga atau merah tua.
Umumnya sebagian permukaan benih terserang jamur ini. Pada luka ini terdapat
kumpulan konidia Fusarium. Benih yang terinfeksi menjadi menyusut, rapuh dan
sering menyebabkan tidak berkecambah. Jika berkecambah, jamur ini
menyebabkan kerusakan biji. Jamur juga menyerang nodus dan membuat batang
menjadi layu dan patah (Kasai, 1923 dalam Ou, 1985).

37
Terjadinya kelayuan akibat Fusarium sp. terdapat beberapa teori, yaitu
teori penyumbatan, toksin, dan enzim. Teori penyumbatan menyatakan, miselium
jamur pada pembuluh xilem tumbuh terus, berkembang biak dan membentuk
mikrokonidium. Mikrokonidium dapat terbawa oleh aliran zat cair ke atas atau
berhenti dan berkecambah membentuk miselium baru. Akibatnya, terjadi
penyumbatan pada pembuluh xilem oleh miselium dan gum, serta terjadinya
pengerutan pada sel pembuluh. Aliran zat cair menjadi tersumbat, sehingga
tanaman tampak kekurangan air serta layu (Walker, 1957 dalam Anonim3, 2010).
Teori enzim, patogen menghasilkan enzim pektolisis, pektin-metil-esterase
(PME), dan depolimerase (DP). Enzim memecah pektin dalam dinding sel
pembuluh kayu yang juga masuk dalam dinding parenkim silem. Fragmen asam
pektat masuk ke dalam pembuluh kayu dan membentuk massa koloid yang dapat
menghambat pembuluh. Warna coklat pada berkas pembuluh disebabkan fenol
yang terlepas dan masuk ke dalam pembuluh serta mengalami pemolimeran
menjadi melamin yang berwarna coklat oleh system fenol oksidase tanaman.
Bahan tadi diserap oleh pembuluh kayu yang berlignin, sehingga menyebabkan
warna coklat (Semangun, 1991). Teori toksin menyatakan bahwa toksin yang
dihasilkan oleh Fusarium sp., adalah asam fusarat, dehidrofusarat, dan
likomarasmin dan yang paling penting adalah mikotoksin, fumonisins,
trokhothesen, dan zearalenon. Toksin tersebut akan mengubah kelenturan selaput
plasma tanaman, sehingga tanaman yang terinfeksi lebih cepat kehilangan air
daripada tanaman sehat (Anonim3, 2010).

38
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh, ditemukan beberapa macam jamur yang


terdapat pada benih padi ekspor ke Kanada. Jamur yang ditemukan adalah
Drechslera Oryzae, Curvularia oryzae, Curvularia geniculata, Curvularia lunata,
Tilletia barclayana, Phoma sp., dan Fusarium sp. yang merupakan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) dalam Karantina Tumbuhan. Jamur yang
merupakan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) tidak
ditemukan pada benih padi ekspor ke Kanada.

39
DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisus. Yogyakarta

Alexopoulos, C.J and M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology 4th. John


Wiley and Sons,Inc. Singapore

Anonim1. 2010. Morfologi Tanaman Padi. Diakses dari


http://perbenihan.blogspot.com/2009/02/morfologi-tanaman-padi.html
pada tanggal 5 Agustus 2010 pukul 20.00 wib

Anonim3. 2010. Fusarium oxysporum. Diakses dari


z47d.wordpress.com/2010/04/18/fusarium-oxysporum/ pada tanggal 8
Agustus 2010 pukul 20.30 wib

40
Barnett, H. L. & Hunter, B. B. 1998. Illustrated Genera of Imperfect Fungi.
APS Press: St. Paul

Gabrielson RL. 1983. Blackleg disease of crucifers caused by Leptosphaeria


maculans (Phoma lingam) and its control. Seed Sci. Technol. 11:749-
780
Harahap, I.S dan Budi Tjahjono. 1989. Pengendalian Hama Penyakit Padi.
Penebar Swadaya. Jakarta

Ou SH. 1985. Rice diseases. 2nd ed. Kew, Surrey (England): Commonwealth
Mycological Institute
Purwono dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan
Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta

Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. UGM


press. Yogyakarta

Soemartono, dkk. 1992. Bercocok Tanam Padi. CV Yasaguna. Jakarta

Suriawiria, U. 1993. Pengantar Untuk Mengenal dan Menanam Jamur.


Angkasa. Bandung
Syam, Mahyuddin, dkk. 2007. Masalah Lapang : Hama, Penyakit, Hara Pada
Padi. Puslitbang Tanaman Pangan
Tjitrosoepomo, Gembong. 2002. Taksonomi Tumbuhan : Spermatophyta.
UGM press. Yogyakarta

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang

41

You might also like