Professional Documents
Culture Documents
Pembukaan
Materi 1
Diantara latihan fisik yang anda lakukan adalah lari dalam jarak tertentu
seperti 5, 10, 20 atau 25 km. Bahkan anda perlu mencoba lari sampai
sekitar 40 km, untuk menyamai jarak yang akan dilombakan. Bisa
dibayangkan kalau anda tidak melakukan latihan sampai 40 km, bisa-bisa
ketika hari lomba tidak sampai finish. Hal ini menunjukkan bahwa latihan
harus diusakan sesuai dengan yang akan dilombakan.
Ibadah lain yang kita perlu persiapkan adalah qiyamullail atau sholat
malam. Dalam bulan Ramadhan, peluang untuk melakukan sholat
tahajjud akan besar karena kita akan bangun untuk melakukan sahur.
Gunakan waktu sebelum sahur untuk memohon maghfiroh kepada Allah
SWT.Bacaan atau tilawah Al Quran juga harus diperbanyak karena bulan
Ramadhan adalah bulan turunnya Al Quran dan dimana pahala akan
dilipatgandakan. Akan merugilah kita bila waktu yang tersedia dalam
bulan tersebut disia-siakan tidak untuk berdzikir atau membaca Al Quran.
Jangan lupa, kita juga perlu membuat suasana ceria dalam keluarga kita
dalam menyambut bulan penuh rahmah ini. Bersih dan rapikan rumah.
Buatlah hiasan dirumah agar terasa suasana Ramadhan. Buat rencana
untuk beribadah bersama keluarga seperti sholat berjamaah, buka puasa
dan tadarus bersama.
Materi 2
Tiga Nasehat
Tiga pesan Rasulullah SAW tersebut layak untuk kita perhatikan karena
sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari.
Definisi dari kata taqwa dapat dilihat dari percakapan antara sahabat
Umar dan Ubay bin Ka’ab ra. Suatu ketika sahabat Umar ra bertanya
kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah
kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay
menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku
Kalau ada suatu iklan minuman ringan: “Dimana saja dan kapan saja …”,
maka nasehat Nabi SAW ini menunjukkan bahwa kita harus bertaqwa
dimana saja. Sedang perintah taqwa kapan saja terdapat dalam surat Ali
Imron 102:
Jadi dimanapun dan kapanpun kita harus menjaga ketaqwaan kita. Taqwa
dimana saja memang sulit untuk dilakukan dan harus usaha yang
dilakukan harus ekstra keras. Akan sangat mudah ketaqwaan itu diraih
ketika kita bersama orang lain, tetapi bila tidak ada orang lain maka
maksiyat dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, ketika kita berkumpul di
dalam suatu majelis zikir, pikiran dan pandangan kita akan terjaga
dengan baik. Tetapi ketika kita berjalan sendirian di suatu tempat
perbelanjaan, maka pikiran dan pandangan kita bisa tidak terjaga. Untuk
menjaga ketaqwaan kita dimanapun saja, maka perlunya kita menyadari
akan pengawasan Allah SWT baik secara langsung maupun melalui
malaikat-Nya.
Setiap orang selalu melakukan kesalahan. Hari ini mungkin kita sudah
melakukan kesalahan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita
sadari. Oleh sebab itu, segera setelah kita melaksanakan kesalahan,
lakukan kebaikan. Kebaikan tersebut dapat menghapuskan kesalahan
yang telah dilakukan.
Untuk dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk
menghapusnya adalah dengan bersedekah. Rasulullah SAW bersabda
“sedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api”.
Maka ada orang yang ketika dia sakit maka dia akan memberikan
sedekah agar penyakitnya segera sembuh. Hal ini dikarenakan segala
penyakit yang kita miliki itu adalah karena kesalahan yang kita pernah
lakukan.
Sedang dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu
dilakukan adalah memohon maaf yang bagi beberapa orang sangat sulit
untuk dilakukan. Padahal Rasulullah SAW selalu minta maaf ketika
bersalah bahkan terhadap Ibnu Ummi Maktum beliau memeluknya
dengan hangat seraya berkata “Inilah orangnya, yang membuat aku
ditegur oleh Allah… (QS. Abasa)”. Setelah minta maaf kemudian bawalah
sesuatu hadiah atau makanan kepada orang tersebut, maka kesalahan
tersebut insya Allah akan dihapuskan.
Akhlaq terpuji adalah keharusan dari setiap muslim. Tidak memiliki akhlaq
tersebut akan dapat mendekatkan seseorang dalam siksaan api neraka.
Dari beberapa jenis akhlaq kita terhadap orang lain, yang perlu
diperhatikan adalah akhlaq terhadap tetangga.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan
menyakiti tetangganya.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)
Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Demi Allah
seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah
seseorang tidak beriman.” Ada yang bertanya: “Siapa itu Ya Rasulullah?”
Jawab Nabi: “Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari
gangguannya.” (HR. Bukhari)
Materi 3
Menurut Sayyid Qutb dalam kitabnya Fii Zhilalil Quran, Allah menjawab
langsung tentang keberadaanNya yang sangat dekat dan langsung
berfirman bahwa Dia akan mengabulkan segala doa kita. Dalam ayat
ini juga terdapat tiga syarat untuk diterimanya suatu doa. Pertama,
doa tersebut harus dipanjatkan kepada-Nya secara langsung. Jadi
janganlah kita berdoa kepada mahluk Allah seperti jin, makam atau
pohon. Dan kalaupun berdoa akan lebih baik apabila doa tersebut
diucapkan secara langsung kepada-Nya. Syarat kedua dalam berdoa
adalah kita harus memenuhi segala perintah Allah SWT. Seperti ketika
seorang anak sebaiknya mengikuti nasehat/perintah orang tuanya
untuk mendapatkan yang diinginkannya. Sedang syarat ketiga adalah
kita harus beriman kepada-Nya agar doa kita diterima.
“Ada tiga orang yang tidak akan ditolak doanya yaitu pemimpin yang
adil, orang yang berpuasa sehingga dia berbuka dan orang yang
dianiaya. Doa mereka diangkat oleh Allah di bawah awan pada hari
kiamat dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit dan Allah berfirman,
‘Demi keagungan-Ku, Aku akan menolongmu walaupun sesudah suatu
waktu’” (Riwayat Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)
Materi 4
Dalam suatu hadits qudsi, Allah SWT berfirman “Jikalau seseorang hamba
itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta
dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya
sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku
mendatanginya dengan bergegas.” (HR. Bukhari)
Didalam melihat jalan hidup masyarakat di sekitar kita, bisa kita lihat
bahwa beberapa orang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang yang
terbiasa berbuat maksiyat, maka dari hari kehari dia akan semakin
terjerumus kedalam lembah yang hitam. Sebaliknya orang yang suka
sholat berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke tetangganya, rutin
berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya. Semakin seseorang
memperbanyak dan membiasakan berbuat baik, maka semakin banyak
terbuka pintu-pintu kebaikan yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi
diatas bahwa semakin tinggi intensitas dan kualitas ibadah kita kepada
Allah SWT maka semakin dekatlah kita dengan-Nya.
Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu amal
ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan
dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan
kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat.
Oleh sebab itu, kita wajib untuk mencari ilmu tentang fadhilah (kelebihan)
dari suatu amalan atau ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga
perlu mencari ilmu secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan
dalam Al Quran digunakan agar manusia semakin ingat.
Materi 5
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaaf 16)
maupun yang buruk; yang besar maupun yang kecil. Tidak ada yang
tertinggal. Catatan tersebut kemudian dibukukan dan diserahkan kepada
kita (QS. Al Kahfi 49).
3. Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri. Ketika kelak
nanti meninggal maka anggota tubuh kita seperti tangan dan kaki akan
menjadi saksi bagi kita. Kita tidak akan memiliki kontrol terhadap anggota
tubuh tersebut untuk memberikan kesaksian sebenarnya.
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami
tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa
yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yaasiin 65)
Materi 6
Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu
telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah;
membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi
petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
Abu Bakarpun lalu meminta Zaid bin Haritsah untuk melakukan tugas
ini. Zaid bin Haritsah pun sempat berkata : „ Apakah engkau meminta
aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan ?“. Tapi
akhirnya Zaidpun setuju dan mulai mengumpulkan shahifah-sahhifah
yang tersebar di tangan para shahabat yang lain. Batu, daun-daun
kering, tulang dll itupun disimpan di rumah Hafsah.
Kaum muslimin saat ini masih cukup berpuas diri dengan membaca
Mushaf Al Quran dan tidak memahami maknanya. Padahal membaca
Al Quran baru langkah awal interaksi Al Quran. Al Quran sebagai
petunjuk bagi kita tidak cukup dibaca tapi juga dihafal dan difahami.
zauk) yang diberikan Allah kepada hati kita. Rasa ini didapat karena
ayat-ayat yang dibaca berulang-ulang. Pengulangan kalam-kalam suci
itulah yang menjadi „makanan“ untuk hati. Dan sesuai dengan ayat di
Al Baqarah : 97 diatas, Al Quran itu diturunkan di hati Nabi
Muhammad. Bukan di akal fikiran beliau. Artinya Al Quran itu
konsumsi/makanan hati bukan sekedar fikiran.
Kaum muslimin saat ini cukup berpuas diri dengan membaca „buta“ Al
Quran dan menimba ilmu dari para ustadz, kiai dan pemuka-pemuka
agama. Tanpa menghilangkan rasa hormat kepada para penyampai-
penyampai risalah agama, kita sebagai hamba Allah, secara individual
juga mempunyai kewajiban berusaha memahami Al Quran dari aslinya
langsung dari firman-firmanNya.
Materi 7
“M
aka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.“
Ilham ini dapat dirasakan dengan dalam hati kita. Bukankah kita
pernah bingung tentang suatu masalah, kemudian pada suatu saat
kita, „cling“ mememukan cara untuk menyelesaikan masalah dengan
baik. Itulah ilham.
Atau ilham itu sebagai furqan atau pembeda mana-mana amal yang
haq dan mana-man yang bathil. Sebagai misal ketika kita masuk ke
tempat maksiat maka hati kita akan terasa tidak enak, tidak nyaman.
Itulah peringatan dari hati kita yang bersih. Furqan inilah yang
dibutuhkan di dalam kehidupan ketika berperang dengan bisikan-
bisikan syaithan yang membujuk-bujuk kita untuk berbuat maksiat
dengan iming-iming duniawi yang menggiurkan. Karena itu sangatlah
kita memerlukan furqan yang menjadikan kita mantap mengetahui
yang haq dan yang bathil. Seperti disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla
dalam surat Al Anfaal ayat 29:
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan
memberikan kepadamu Furqaan. dan Kami akan jauhkan dirimu dari
kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah
mempunyai karunia yang besar.
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa.
(QS Al Baqarah : 2)
Memang solusi pemahaman Al Quran ini tidak akan dapat berhasil bila
sistem pendidikan agama tidak berjalan intensif sejak dini. Sebagai
permisalan, bahasa Inggris diajarkan sejak SD. Maka kita lihat ketika
lulus SMA para mahasiswa sudah bisa belajat dari diktat berbahas
Inggris. Bila sistem ini diterpakan juga untuk bahasa Arab (sebagai
media inti pemahaman Al Quran) maka ketika berumur 20-25 seorang
muslim sudah mulai bisa memahami Al Quran dengan mandiri.
Materi 8
Kita sebagai orang yang memeluk agama Islam tidak boleh berpuas diri
dengan predikat seorang Muslim. Karena keislaman seseorang tidak
cukup untuk dapat menurunkan pertolongan Allah dalam kehidupan kita
di dunia. Keislaman juga belum tentu bisa menyelamatkan kita dari siksa
api neraka. Hanya orang-orang yang beriman sejati yang mendapatkan
semua janji2Nya yaitu kebahagian dunia dan akhirat. Bagaimanakah
kriteria atau ciri-ciri orang-orang beriman yang sering dipanggil Allah
dengan mesra “…yaa ayyuhal ladzina aamanu…..” ? Allah yang Maha
Pengasih telah menyebutkan di dalam Al Quran surat Al Anfal :2-4
maupun PerbuatanNya. Bisa juga karena takut terhadap siksa api neraka
yang sangat pedih dan terbayangkan dosa dan kebodohan yang telah
dilakukan. Bisa juga gemetar karena berharap karunia surga – dunia
maupun akhirat-. Terkadang gemetar haru mengingat sifat Kasih Sayang
dan PengampunNya ataupun gemetar hati karena melihat Kebesaran
ciptaanNya.
Asma Allah yang disebutkan dalam Al Quran dan hadits biasa disebut
dengan 99 Asmaul Husna (bahkan lebih dari itu) menunjukkan Sifat-Sifat
Allah yang Agung yang wajib kita ketahui, fahami dan hayati maknanya.
Pemahaman atas makna dan tafakkur pada ciptaan2Nya dan Kebesaran
Asma-asma Allah itulah yang dapat menghantarkan seseorang pada
“wajilat quluubukum”
Putus asa tidak ada dalam kamus hidupnya. Hidup dijalani dengan lapang
dan mudah karena jalan keluar dalam tiap masalah, insya Allah ada. Dan
rezeki juga sudah ditanggung oleh Allah Azza wa Jalla.
Demikianlah ciri-ciri seorang mukmin yang Haq, yang tulen. Dan mukmin
sejati inilah yang mendapatkan janji Allah yaitu kemuliaan derajat,
pengampunan dosa-dosa dan rezeki yang halal dan berkah. Semoga
bahasan ini bisa menjadi jalan intropeksi bagi diri kita masing-masing.
Apakah kita sudah mempunyai 5 ciri-ciri di atas ? Bila sudah, kita harus
mensyukuri dan meminta Allah mengekalkan sifat-sifat mulia ini dalam
diri kita. Bila kita belum memiliki 5 ciri ini maka kita perlu berusaha
semaksimal mungkin agar kita bisa menjadi seorang mukmin sejati, yang
dicintai Allahu Rabbi.
Materi 8
ini akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu mengulang
hafalan (murajaah). Pada saat hafalan makin bertambah banyak,
murajaah juga semakin berat.
Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang
(diatas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surat
tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya.
Ini akan ditandai dengan “macet” ketika saat memurajaah. Mengapa
hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/murajaah dari
awal surat (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surat, ayat-
ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan
ayat-ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal.
Itulah sebabnya kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa
pada ayat-ayat akhir surat.
Kesulitan kedua adalah ketika kita „macet“ sulit bagi kita untuk
mengetahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah „ayat macet“ menjadi
gelap. Ini dikarenakan kita menghafal secara sekuensial/berurutan,
sehingga satu ayat selalu diingat setelah ayat sebelumnya. Sehingga
kalau ayat “sebelumnya” macet maka ayat selanjutnya menjadi hilang
juga. Dalm hal ini tidak ada cara lain untuk mengingatnya selain
membuka mushaf Al Qur’an.
1. Ketika murajaah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat –
ayat1- sehingga untuk surat yang panjang murajaah dapat
dilakukan sepotong-sepotong di dalam shalat kita. Misalnya:
untuk setiap rakaat shalat kita membaca 10 ayat. Maka ketika
shubuh kita sudah dapat murajaah sampai 40 ayat (sunnat
shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). Ini cukup bagus untuk
surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk surat yang panjang
seperti Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat
shalat, maka selesai shalat isya kita sudah murajaah 100 ayat!
Bila ditambah dengan shalat2 sunnah rawatib maka kita bisa
murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan dengan
shalat dhuha dan tahajjud kita bisa mnyelesaikan 286 ayat Al
Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari semalam!
2. Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita
sedang menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara
psikologis kita merasa lebih ringan. Dan di dalam memurajaah
surat yang panjang kita mempunyai
3. Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surat. Bukan
hanya ayat-ayat awal surat saja. Ketika memurajaah surat-surat
yang panjang dan kemudian terputus oleh kondisi eksternal –
tamu datang, telfon berdering, anak menangis, masakan gosong
dll- kita masih tetap bisa melanjutkan ayat selanjutnya setelah
kondisi eksternal tertangani. Tanpa harus mengulangi dari awal
surat. Dengan metoda menghafal konvensional maka kita kita
harus selalu mengulangi mulai dari awal surat lagi. Kondisi-
kondisi seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan
menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir.
4. Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang sangat
bermanfaat untuk kita
5. Mengatasi kasus „ayat macet“. Bila macet di satu ayat biasanya
akan berhenti memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang
Materi 9
Menurut Dr Ali Abdul Halim Mahmud setidaknya ada 2 pilar pokok yang
harus dibangun ketika kita ingin membangun (kembali) sebuah
peradaban rabbani. Pertama adalah pilar tarbawi (pembinaan dan
pendidikan), berupa pola belajar-mengajar, dengan ragam perangkatnya
dengan tujuan untuk menyempurnakan potensi pribadi. Kemudian yang
kedua, yaitu pilar tanzhimi (institusional) berupa pembangunan institusi
internal masyarakat yang mengatur kode etik dalam kehidupan
bermasyarakat, dan institusi eksternal yang mengatur kekuasaan dan
hubungan antarbangsa.
Materi 10
“Amal yang pertama kali ditanyai Allah pada seorang hamba di hari kiamat
nanti adalah sholat. Bila sholatnya dapat diterima, maka akan diterima
seluruh amalnya, dan bila sholatnya ditolak, akan tertolah seluruh amalnya.”
Kunci amal ibadah kita adalah sholat. Jadi, kita bisa memasang strategi dalam
hidup dengan memperbaiki sholat kita terlebih dahulu sehingga amalan yang lain
akan mengikuti. Dan hal ini butuh suatu kesungguhan untuk mencapainya.
Tahap awal untuk mencapai kekhusukan sholat adalah mengetahui kegunaan
bagi diri kita apabila kita dapat melakukan sholat dengan khusuk. Berikut ini
adalah 6 hal mengapa kita perlu khusu’ dalam sholat:
Materi 11
Bagaimana amalan sholat kita pada umumnya? Seperti yang disabdakan oleh
Rasulullah SAW:
“Akan datang satu masa atas manusia, mereka melakukan sholat namun
pada hakikatnya mereka tidak sholat.”
Banyak dari kita menganggap bahwa sholat adalah suatu perintah bukan
suatu kebutuhan. Jadi sholat sering dianggap suatu beban dan hanya
bersifat menggugurkan kewajiban. Betapa sering kita rasanya malas untuk
sholat, sholat sambil memikirkan pekerjaan, sholat secepat kilat tanpa
tumakninah, mengakhirkan waktu sholat atau bahkan lupa berapa rakaat
yang telah dilakukan. Berikut ini adalah 7 hasil sholat khusu’:
Materi 12
Pada suatu hari, seorang Arab Badui bertanya kepada Nabi SAW: “Apakah
Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya,
atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?” Nabi SAW terdiam, hingga
turunlah surat Al-Baqarah ayat 186:
Didalam ayat disebutkan bahwa keberadaan Allah SWT adalah sangat dekat,
sehingga kita semua tidak perlu untuk berteriak keras ketika memohon
kepadanya. Bahkan Allah SWT lebih dekat daripada urat leher kita (Qaaf 16):
Dalam ayat di surat Al-Baqarah diatas merupakan janji Allah SWT untuk
mengabulkan doa bila kita berdoa kepadaNya. Jadi doa itu harus dilakukan
secara langsung kepadanya, tidak perlu perantara mahluk Allah yang lain
dalam berdoa. Yakinlah akan janji ini dan berprasangkalah yang baik bahwa
doa kita akan dikabulkan. Allah SWT dalam suatu hadits qudsi pernah
bersabda:
Yang menarik ayat 186 surat Al-Baqarah ini terletak diantara ayat-ayat
berhubungan tentang ibadah di bulan Ramadhan. Hal ini menunjukkan
bahwa didalam bulan Ramadhan kita sangat dianjurkan untuk berdoa.
Bukankah orang yang berpuasa itu doanya tidak akan ditolak seperti hadits
Nabi SAW tentang tiga golongan yang tidak ditolak doanya yaitu pemimpin
yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka dan orang yang
didzalimi:
Materi 12
Al Mujaahirun
Pada saat ini ternyata Al Mujahirun ini banyak ditemui disekitar kita.
Program infotainment di televisi dan berita-berita di koran dan
majalah-majalah serta teknologi internet selain membawa hal-hal yang
positif tetapi juga memberikan dampak negatif.
Materi 13
Dalam QS. Thaahaa 115 disebutkan ada dua sifat Adam as (yang juga
kita miliki) sehingga terjerumus oleh godaan iblis yaitu:
Sifat lupa dan motivasi yang lemah inilah kelemahan kita semua. Ada
yang menyebutkan bahwa lupa berhubungan dengan intelectual
capacity yaitu kemampuan kita untuk mengingat sesuatu. Dan hal ini
bisa diperburuk dengan campur tangan setan seperti hadits yang
menyebutkan godaan setan terhadap orang yang sedang sholat
hingga dia lupa jumlah rakaat yang telah dilakukan. Oleh sebab itu,
perbanyaklah meminta perlindungan Allah swt dari godaan setan agar
kita tidak gampang lupa.
Tugas kita sebagai seorang muslim, adalah menjaga agar motivasi ini
terus menyala sehingga kita menjadi lebih bersemangat dalam hidup.
Jagalah semangat hidup ini dengan banyak bersyukur, memiliki visi-
misi hidup, menjauhi kebosanan dan think positively.
Materi 14
Memang kita bukan nabi, tetapi inginkah kita disejajarkan dengan Nabi
Muhammad saw?
Memang kita bukan orang yang jujur, tetapi inginkah kedudukan kita
sama dengan Abu Bakar ra?
Jadi singkatnya: ikutilah perintah Allah dan Rasul-Nya maka kita akan
meraih kedudukan seperti orang yang telah Allah beri nikmat yang
besar atas mereka.
Tapi apakah hanya itu saja caranya? Ternyata peluang yang sama
juga diberikan kepada pedagang yang jujur dan dapat dipercaya
seperti pada hadits berikut:
Semoga kita dapat mencapai derajat yang tinggi baik di dunia maupun
di akhirat kelak.
Materi 14
Cerita yang mirip tertuang dalam kisah nabi Yusuf dalam surat Yusuf.
Ketika itu, saudara-saudara Yusuf melempar Yusuf ke dalam sumur
dan mereka melaporkan kepada nabi Yaqub (ayah mereka) bahwa
Yusuf telah dimakan serigala. Maka Yaqub tidak mempercayai hal
tersebut dan berkata:
Perkataan yang sama diulangi oleh nabi Yaqub dalam ayat 83 kepada
saudara-saudara Yusuf beberapa puluh tahun kemudian.
Pengungkapan perkataan ini secara berulang mengisyaratkan bahwa
pentingnya Allah swt mengingatkan kita semua untuk tidak dengan
mudah mendalihkan bahwa perbuatan kita adalah benar tanpa
landasan yang benar.
Materi 15
Mungkin pernah diantara kita yang lagi punya idola seorang penyanyi.
Yang kita lakukan adalah mengoleksi kaset atau CDnya. Sering
mendendangkannya kapan saja. Sampai sebelum tidurpun kita masih
lantunkan. Maka ketika penyanyi tersebut mengadakan konser dikota
kita, kita udah pesan tiketnya jauh hari – takut kalau tidak kebagian.
Semua agenda atau janji dibatalkan demi ingin menghadiri konsernya.
Materi 16
Hadits ini menuturkan kepada kita adanya dua parameter pada dua
fase kehidupan kita yaitu di dunia dan di akhirat. Pada kehidupan di
dunia kebanyakan manusia akan memberikan penilaian terhadap
manusia berdasarkan tampilan dan kekayaannya. Orang akan
terpesona atau hormat kepada orang yang lebih cantik atau tampan.
Atau juga orang kaya lebih dihormati daripada orang miskin. Sering
jeritan rakyat kecil tidak digubris oleh pemerintah kita. Sedang kalau
yang meminta adalah pengusaha, maka akan segera dikeluarkan
peraturan untuk melindunginya.
Pada fase kedua, yaitu kehidupan di akhirat, Allah swt akan menilai
hati dan amal perbuatan kita didunia. Hati dan amal merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Tidak bisa kita mempunyai niat
baik tapi bertindak merampas hak orang lain. Atau ada orang yang
berpendapat “Yang penting ingat Allah tapi tak perlu sholat.”
Sementara itu, amal kita juga tidak diterima bila kita tidak
mengharapkan ridha Allah. Seperti, melakukan sholat karena ingin
dilihat mertua dan contoh lainnya.
Materi 17
Materi 18
Ketiga, adalah orang yang beribadah layaknya jual beli: dia beribadah
karena tertaik dengan janji-janji Allah yang mengiming-imingi surga,
ataupun dia beribadah karena takut akan neraka. Semuanya dia
hitung-hitung: amalnya, sumbangannya, dakwahnya, nafkahnya dan
lain sebagainya dengan akumulasi pahala yang diterima, plus semua
juga dihitung ketika dia melakukan hal-hal yang sekiranya berakibat
dosa. Haram, makruh, mubah dan segalanya dia hitung. Ketika
berhubungan dengan masyarakat dan melakukan amalan pun juga dia
hitung mana yang pahalanya paling besar, baru dia memilih yang itu.
Doanya pun barangkali isinya dimaterialkan: kemuliaan dunia akhirat,
keselamatan keluarga, kemakmuran, kekayaan, kecantikan dan
semua-muanya. Allah pun menjanjikan: berbisnis dengan Aku, tidak
akan pernah rugi.
Materi 19
Taqwa sebenarnya lahir dari sebuah keimanan yang kokoh yang selalu
dipupuk dengan perasaan diawasi Allah, merasa takut terhadap murka
dan adzabnya dan selalu berharap atas limpahan karunia dan
maghfirohNya. Atau sebagaimana di katakan oleh para ulama taqwa
adalah hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam laranganNya
dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintahNya. Dalam Al
Qur’an perintah dan sokongan untuk melaksanakannya banyak
ditemukan, bahkan hampir di setiap halaman pasti kita temukan
kalimat taqwa. Begitu juga dalam kehidupan para sahabat dan
salafussoleh.
Sahabat Umar bin Khottob r.a. Bertanya kepada Ubai bin Ka’ab tentang
taqwa, Ubai r.a. Menjawab “Bukankah anda pernah melewati jalan
yang penuh duri?” “Ya”, jawab Umar “Apa yang anda lakukan saat
itu?” “Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati” “Itulah
taqwa”jawab Ubai r.a.
Berpijak dari jawaban Ubai bin ka’ab itulah Sayyid Qutb berkata dalam
tafsir Fi Zhilalil Qur’an: “Itulah taqwa, kepekaan batin, kelembutan
perasaan, rasa takut, terus menerus selalu waspada dan hati-hati
jangan sampai kena duri jalanan.
Jalan kehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan dan syahwat,
kerakusan dan angan-angan, kekhawatiran dan keraguan, harapan
semu atas segala sesuatu yang tidak bisa diharapkan. Ketakutan palsu
dari sesuatu yang tidak pantas untuk ditakuti dan masih banyak duri-
duri yang lainnya”.
Materi 19
Cara mu’ahadah adalah dengan menngingat janji antara dia dan Allah
untuk mengintrospeksi diri seraya mengatakan pada dirinya: “Wahai
jiwaku, sesungguhnya kamu telah berjanji kepada robbmu setiap hari
disaat kamu berdiri membaca”:
“Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau
kami mohon pertolongan”
Dalam sebuah hadits ketika nabi saw ditanya tentang ihsan beliau
menjawab :
“Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu
melihatNya dan jika memang kamu tidak melihatNya maka
sesungguhnya Allah melihat kamu” (HR Bukhori dan Muslim).
Sahabat Umar bin khottob ra. Pernah berkata : “Hisablah diri kalian
sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian
ditimbang dan bersiap-siaplah untuk mengikuti pertunjukan yang
agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan kepada pemeriksaan,
tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang satupun”. Jika kita
telah dapat menghisab diri dalam urusan yang besar maupun dan
berusaha keras melakukan kholwat ( menyendiri bersama Allah)
dimalam hari dengan Allah untuk melihat apa yang akan
dipersembahkan di hari kiamat nanti…. Maka dengan demikian
saudara telah melangkah menuju taqwa dan menapaki perjalanan
rohani bahkan akhirnya kita akan sampai kederajat para muttaqien.
Selain itu untuk menumbuh subur kan ruhiah kita ada beberapa cara
diantaranya : Dengan mengingat kematian melalui ziarah kubur,
takziah orang meninggal atau membesuk orang sakit, membayangkan
hari akhirat dan hal ahl yang berkaitan dengannya melalui kisah Al
Qur’an dan hadits nabi, banyak membaca dan mentadaburi (mengkaji)
Al Qur’an, berzikir kepada Allah dalam setiap waktu dan keadaan,
bersahabat dengan orang-orang sholeh, dan memperbanyak ibadah-
ibadah wajib maupun sunnah.
Materi 20
Ikhlash Dalam Beramal
Telah kita ketahui bersama bahwa syarat diterimanya amal adalah benar dan
ikhlas. Benar mencontoh Rasulullah, ikhlas ditujukan semata untuk mencari
keridhaan Allah. Kedua syarat itu tentunya mesti mengiringi setiap amal yang
kita lakukan agar kita layak memperoleh surga Allah nanti di yaumil akhir.
Berbicara tentang ikhlas ada tiga ciri keikhlasan yang perlu kita tahu.
Pertama memiliki perasaan sama bila dipuji atau dicela. Tidak bangga atau
gembira ketika dipuji dan tidak jengkel atau marah ketika dicela. Kedua tidak
merasa berjasa atau berprestasi dengan amalnya. “Karena sayalah Islam
semerbak di kecamatan ini, dan sayalah yang pertama merintis pembinaan di
kampus itu”, adalah contoh ketidakikhlasan. Ketiga mengharapkan pahala
amal itu di akhirat, tidak di dunia, … “in ajriya illa ‘alalladzii fatharani,
sesungguhnya upah kami adalah dari Allah yang menciptakan kami…” (QS
11:51).
Berikut ini sejumlah ilustrasi yang mungkin dapat memantapkan azam kita
untuk selalu ikhlas dalam beramal.
(1) Kisah pertama. Seorang Arab Badui, tidak disebut namanya, datang
kepada Rasulullah kemudian beriman mengikuti Rasul dan meminta untuk
ikut hijrah sampai akhirnya ikut Perang Khaibar. Pada saat pembagian
ghanimah dia berkomentar “apa ini”? sahabat menjawab “jatah kamu yang
telah disiapkan Rasulullah”, “aku ikut kamu ya Rasul bukan karena ini, tapi
aku ingin leherku tertusuk anak panah, aku mati dan aku masuk surga”.
Kemudian terjadi perang lagi dan sahabat Arab Badui ini ikut berperang dan
terbunuh, lehernya terkena anak panah. Pada saat itu jasadnya dibawa
kepada Rasulullah. Rasul menyolatkannya dan berdoa “ya Allah ini seorang
hambamu keluar berhijrah di jalanmu kemudian terbunuh mati syahid dan
aku menjadi saksi baginya.
(2) Kisah kedua. Ada kisah populer yang disebut Shahibun Naqab (Orang
yang Bercadar), tentang seorang prajurit di waktu peperangan di masa
Umayyah yang dipimpin Maslamah bin Abdul Malik. Ketika terjadi
pengepungan sebuah benteng musuh tak ada satupun sahabat yang berhasil
membuka benteng itu. Dalam kesempatan itulah prajurit ini masuk dengan
melubangi tembok benteng (maka disebut naqab artinya lubang). Lewat
lubang yang dia buat itulah tentara Islam bisa mengalahkan musuh. Sehabis
peperangan Maslamah meminta agar tentara yang melubangi tembok
melapor padanya. Setelah sekian lama tidak ada yang melapor, akhirnya
datanglah seorang bertopeng menemui Maslamah. “Aku akan beritahu siapa
tentara yang melubangi benteng itu, dengan syarat: pertama, jangan tanya
siapa namanya, kedua jangan dicatat dalam sejarah, ketiga jangan diberi
imbalan apapun.” Kemudian Maslamah menyanggupi. Lalu orang bertopeng
itu memberitahu bahwa dialah orangnya dan segera setelah itu dia pergi
meninggalkan Maslamah. Kisah ketiga tentang Imam Syafi’i yang
memesankan kepada murid-muridnya agar janganlah menyebutkan namanya
atau menghubungkan satu hurufpun kepada dirinya sebagai penguat
argumentasi kebenaran. Maksudnya “ini menurut Imam Syafi’i, ini diambil
dari Kitab Al Umm karya Imam Syafi’i.” Bahkan Imam Syafi’i mengatakan
saya tidak pernah mendebat seseorang atau berdiskusi dengan seseorang
untuk menjatuhkan dia atau untuk mengalahkan dia melainkan saya
berharap ketika saya berdiskusi dengannya kebenaran muncul dari dirinya
sendiri.
Keinginan kita untuk senantiasa ikhlas hendaknya jangan menjadi
penghalang kita untuk menjadi gamang atau takut beramal. Ulama
memberikan batasan : “meninggalkan amal karena manusia itu riya, karena
takut dilihat orang kemudian tidak mau beramal itu juga riya, sementara
beramal untuk manusia itu syirik, dan ikhlas terlepas dari keduanya.” Artinya
janganlah karena takut riya kemudian kita enggan beramal. Semestinya terus
perbanyak amal tanpa perduli dilihat atau tidak dilihat manusia namun
berusahalah untuk tidak terjatuh pada riya.
“Sesungguhnya amal seseorang bergantung pada niat, dan dia akan
memperoleh apa yang dia niatkan…” ( Hadits Pertama Arbain An Nawawiyah)
Materi 21
Asbabun nuzul atau sebab turun ayat di atas terkait dengan seorang sahabat
yang dulunya beragama Yahudi. Ia bukan hanya sudah menjadi Muslim, tapi
juga menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam dan ia rasakan kenikmatan
sebagai seorang Muslim. Karenanya, ia berusaha agar anaknya yang sudah
dewasa juga masuk Islam. Ia pun mengajak, menasihati, membujuk, sampai
memerintah agar anaknya itu masuk Islam. Namun, anaknya tetap tidak
mau, sampai akhirnya ia memaksa anaknya itu untuk masuk Islam. Ketika
sudah sampai pada tingkat pemaksaan, maka tumnlah ayat ini yang
melarang kaum Muslimin memaksa orang kafir untuk masuk agama Islam,
meskipun anaknya sendiri.
Namun, ketika seseorang sudah menyatakan diri masuk ke dalam Islam, ia
sebenarnya bukan dipaksa. Tetapi, dituntut untuk disiplin dalam Islam dan ini
berlaku dalam hal apa pun. Misalnya, seseorang tidak dipaksa untuk
melamar kerja di suatu perusahaan. Namun, ia melamarnya dan ia pun
diterima sebagai karyawan di perusahaan itu. Sehingga, berlakulah segala
ketentuan di perusahaan itu terhadap dirinya yang harus dilaksanakan
dengan penuh kedisiplinan. Untuk menegakkan kedisiplinan itulah,
kadangkala seseorang merasa dipaksa. Padahal, sebenamya hal itu sebagai
konsekuensi dari kesediaannya untuk memasuki suatu perusahaan. Demikian
pula halnya dengan masuk Islam, yang menuntut orang untuk disiplin dalam
menjalani kehidupan, sebagaimana yang ditentukan oleh ketentuan Islam. Di
sinilah seolah-olah ada unsur pemaksaan. Paling tidak, ada lima konsekuensi
yang harus dilaksanakan bagi siapa saja yang telah menyatakan dirinya
sebagai Muslim.
dikembalikan kepda azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap
apa yang kamu kerjakan.” (QS : Al Baqarah :85)
Manakala seseorang tidak mau diatur dengan hukum Allah, maka tidak
pantaslah ia menjadi Muslim bila ketentuan Allah swt dan Rasul-Nya yang
mulia itu diabaikan begitu saja. Allah swt berfirman :”Dan tidaklah pantas
bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain)
bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Alah
dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang
nyata. “(QS al -Ahzaab :36)
Oleh karena itu, setiap muslim harus selalu mengikuti apa yang telah
ditentukan oleh Allah swt agar dapt mencapai ketaqwaan yang tertinggi,
sebagaimana firman-Nya “Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka
ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-
beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu
agar kamu bertaqwa.” (QS al-An’aam:153)
Materi 22
Amalan-Amalan Hati (Bagian pertama)
Upaya untuk memperbaiki amalan hati termasuk hal yang sangat penting
dan kewajiban yang sangat ditekankan serta merupakan taqarrub dan
ketaatan yang mulia dalam agama kita. Seorang ulama yang bernama
Ahmad bin Hasd ditanya, amalan apakah yang paling afdhal, beliau
menjawab: “Apabila seseorang berusaha menjaga rahasianya, menjaga hati
dan jiwanya agar tidak berpaling dari Allah SWT”
Sepantasnyalah setiap muslim untuk selalu memperhatikan hatinya,
berusaha memperbaiki hatinya, menegakkan hatinya untutk senantiasa
berada ditempat-tempat yang dicintai dan diridhoi oleh Allah SWT serta
menghilangkan dan membersihkan hati dari segala hal-hal yang tidak diridhoi
oleh Allah SWT. Amalan-amalan hati itu banyak macamnya, di antaranya:
1. Mengikhlaskan agama dan ketaatan kepada Allah SWT.
2. Selalu setia kepada Allah SWT, begitu juga kita hendaknya selalu memberi
nasehat kepada para hamba-hamba Allah, berbuat baik pada mereka dan
Materi 23
Amalan-Amalan Hati (Bagian Kedua)
Upaya untuk memperbaiki amalan hati termasuk hal yang sangat penting
dan kewajiban yang sangat ditekankan serta merupakan taqarrub dan
ketaatan yang mulia dalam agama kita. Seorang ulama yang bernama
Ahmad bin Hasd ditanya, amalan apakah yang paling afdhal, beliau
menjawab: “Apabila seseorang berusaha menjaga rahasianya, menjaga hati
dan jiwanya agar tidak berpaling dari Allah SWT” Sepantasnyalah setiap
muslim untuk selalu memperhatikan hatinya, berusaha memperbaiki hatinya,
menegakkan hatinya untutk senantiasa berada ditempat-tempat yang
dicintai dan diridhoi oleh Allah SWT serta menghilangkan dan membersihkan
hati dari segala hal-hal yang tidak diridhoi oleh Allah SWT. Amalan-amalan
hati itu banyak macamnya, di antaranya:
1. Selalu merasa adanya kehadiran Allah disetiap kehidupannya, contoh:
ketika Nabi Yusuf dipenjara, beliau tidak pusing atau benci, malahan dia
berdakwah dalam penjara, karena dia merasa kehadiran Allah disetiap
waktu dan hidupnya. Tapi kita juga tidak boleh berfaham (dari kalimat
Allah itu dekat) bahwa Allah dimana-mana, maksud dari Allah itu dekat
bukan zatnya tapi ilmunya, penglihatannya, pengawasannya. Adapun
Allah itu Maha Tinggi dan tidak ada satupun diatasnya.
2. Lebih memilih kecintaan kepada Allah dan RasulNya, dari pada
kecintaan selain keduanya.
3. Cinta karena Allah dan benci karena Allah. Dalam satu hadits Nabi
menyatakan: Ada 3 hal, jika ke-3nya dimiliki maka kita akan merasakan
manisnya beriman, yaitu: ” Ia mengutamakan lebih mencintai Allah dan
Rasul-Nya. ” Mencintai seseorang/sesuatu karena Allah. ” Ia benci kembali
pada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan kedalam neraka.
4. Memberi sesuatu karena Allah dan menahan sesuatu karena Allah.
Segala gerak kita, diam kita selalu diperuntukkan karena Allah dan
kelapangan hati kita dalam mentaati Allah baik berupa harta, badan dan
tenaga kita.
5. Merasa senang dan gembira kalau sempat melakukan kebaikan dan
perasaan sedih jika ia melakukan dosa dan hal-hal yang dilarang oleh
Allah SWT. Siapa yang memiliki sifat ini, maka ia telah memiliki bibit
keimanan dalam hatinya.
6. Peduli kepada orang lain. Sifat hati yang sangat mulia, kalau
seseorang itu selalu memberikan kepeduliaan kepada orang-orang
beriman baik harta maupun tenaga. Siapa-siapa yang mempunyai
perasaan sedih atas penderitaan orang-orang beriman, ini berarti tanda-
anda adana keimanan dalam hatinya.
7. Malu melakukan perbuatan buruk. Sifat hati yang mulia; banyak
perasaan malunya, terutama malu melakukan hal-hal yang tidak
sepantasnya dilakukan. ” Malu termasuk bagian dari iman. ” Iman dan
malu selalu bergandengan.
8. Akhlak yang baik (khusnul Khuluk), amalan hati yang sangat baik
dimana dia mencintai orang lain seperti dia cintai pada dirinya sendiri.
9. Merasa kecewa jika ada perbuatan maksiat yang dilakukan ditengah-
tengah kita, juga kita tidak condong/berpijak/mengidolakan orang-orang
kafir. Dalam suatu hadits Nabi bersabda : “Seseorang itu bersama orang
yang dicintai.” maka jadikanlah idola kita Rasulullah, sahabatnya dan
orang-orang shaleh, siddiqin, syuhada.
Inilah amal-amal yang selalu menjadi pusat pandangannnya Allah
terhadap hamba-hamba-Nya. Dalam satu hadits Nabi : “Sesungguhnya
Allah tidak memandang bentuk tubuh kamu, roman muka kamu, tetapi
yang Allah pandang adalah hati kamu”. Perkataan ulama bernama Abu
Hafsah: ” Apabila engkau duduk dihadapan manusia, maka hendaklah
kamu menasehati hati kamu, jangan kamu tertipu dengan banyaknya
oang dihadapan kamu, karena sesungguhnya mereka itu hanya
melihat/memperhatikan kamu secara lahiriahmu, namun Allah selalu
melihat hatimu”. Perkataan Umar bin Abdul Azis: “Andaikata kita tidak
boleh memberi nasehat, kecuali kalau kita sudah sempurna, maka tidak
ada orang yang akan memberi nasehat” Perkataan syekh Ibrahim:
“Jangan sampai kita menyatakan kita tidak ingin berda’wah, karena kita
belum sempurna, kata beliau; kewajiban kita pada ilmu ada 2, yaitu
mengamalkan dan menyampaikan”.
Materi 24
Konsep Islam (Bagian Pertama)
1. Keyakinan ( al-i’tiqodi)
QS Al Baqoroh ayat 255 “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-
Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit
dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-
Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah
tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi
Maha besar.” yakni keyakinan tentang Tuhan, nama dan sifatnya;
kekuasaan wewenang dan hak-hakNya; pengawasan-Nya, pembalasan-
Nya di dunia dan di akhirat; tentang nabi dan Rasul; atentang alam ghaib,
malaikat, jin, iblis, setan, kehidupan sesudah mati; alam barzah;
kebangkitan; hisab, surga, neraka dan hal-halghaib lainnya. semua
dijelaskan tuntas dalam aqidah Islamiyah.
2. Akhlak (al-akhlaqi)
QS Al A’raaf ayat 96 “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman
dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu,
Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. dan QS Ar Ra’d ayat
28“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram”. Yakni sikap moral manusia terhadap Allah,
4. Perasaan (asy-syu’uri)
QS Ar Ruum ayat 30 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” fitrah Allah:
maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri
beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah
lantara pengaruh lingkungan. QS Asy Syu’araa’Surat 26 ayat 192 – 195
yaitu “192. Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta Alam, 193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin
(Jibril),194. Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, 195. Dengan
bahasa Arab yang jelas.” Yakni perilaku jiwa dalam merespon segala
sesuatu. Perasaan sangat dipengaruhi oleh aqidah dan akhlak. Islam
secara sempurna menyentuh aspek ini sehingga melahirkan generasi
yang lembut, sensitif, tegas dan welas asih sesuai konteks yang
melatarbelakangi.
Materi 25
5. Pendidikan (at-tarbawi)
6. Sosial (Al-ijtima’i)
Contoh konsep Islam mengenai hubungan sosial misalnya dapat kita ambil
dari Surat An Nur surat ke 24 ayat 2-10 yaitu “Perempuan yang berzina dan
laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus
dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari
akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman. 3. Laki-laki yang berzina tidak
mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang
musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki
yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas
oran-orang yang mukmin[1028] 4. Dan orang-orang yang menuduh wanita-
wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan
empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh
kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-
lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. 5. Kecuali orang-orang
yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 6. Dan orang-orang yang
menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-
saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali
bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-
orang yang benar. 7. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la’nat Allah atasnya,
jika dia termasuk orang-orang yang berdusta[1030]. 8. Istrinya itu
dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah
Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta.
9. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu
termasuk orang-orang yang benar. 10. Dan Andaikata tidak ada kurnia Allah
dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan Penerima Taubat
lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan).”
7. Ekonomi (al-iqtishadi)
Materi 26
8. Politik (as-siyasi)
Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara
kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu
perselisihkan itu.” (Al-Maidah:48) Sebagai khalifah Allah di buim, kita tidak
akan lepas dari masalah politik, baik sebagai subyek maupun obyek. Dengan
Islam Allah mengatur bagaimana seharusnya politik dan berpolitikitu.
Tarbiyah siyasiah yang bermakna pendidikan atau pembinaan politik adalah
sangat penting dipahami oleh setiap muslim. Karena pemahaman politik
yang sejatinya, tidak sama dengan pemahaman selama ini dalam ilmu politik
secara umum, yaitu berpolitik yang hanya dimaksudkan untuk memperoleh
dan mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi kita berpartisipasi dalam
politik untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran ilahiah dan memperjuangkan
kepentingan masyarakat. Berkuasa untuk melayani umat, dan memimpin
untuk memperbaiki sistem yang tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan
dan kebenaran. Oleh karenanya, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan
gerakan berpartai dan berpolitik, disebut dengan “Jihad Siyasi” (Perjuangan
Politik). Dalam bahasa Salah soerang ulama Imam Hasan Al-Banna,
perjuangan ini disebut “Ishlahul Hukumah” (Perbaikan Pemerintahan).
Keberhasilan dan kesuksesan berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact
kepada dimensi kehidupan yang lain. Harus berimpact kepada dunia
pendidikan dan dakwah. Yang berujung kepada pencerdasan anak bangsa
dan pencetakan generasi rabbani. Harus berimpact kepada dunia ekonomi
dan sosial budaya. Yang berakhir kepada pemeliharaan aset-aset negara dan
pendayagunaan kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu juga mampu
memelihara identitas atau jati diri bangsa yang bertumpu pada pondasi
spirituil dalam aspek sosial budaya.
Seruan dan anjuran kepada umat Islam untuk kembali ke barak atau ke dunia
dakwah saja dengan pemahaman yang sempit, karena alasan bahwa dunia
politik adalah dunia “rawan dan beranjau”, dunia yang sarat dengan
kebohongan, ketidak jujuran, khianat, gunjing-menggunjing, halal menjadi
haram, haram menjadi halal, atau menyetujui demokrasi yang merupakan
produk Barat, adalah sebuah seruan kemunduran dalam berdakwah.
Bukankah seruan ini seperti orang yang mengatakan dulu: “Islam Yes, Politik
No”. Sebuah adagium yang dulu merupakan musuh bersama umat Islam dan
da’i yang mengajak kembali manusia kepada Islam secara kaffah atau
komprehensif.
Dakwah yang bertujuan menyeru manusia untuk kembali kepada nilai-nilai
Islam secara komprehensif bisa dilakukan oleh siapapun di manapun ia
berada dan apapun profesinya. Apakah ia seorang ekonom, pengusaha,
9. Militer (al-’askari)
Manusia perlu menyiapkan kekuatan untuk memperoleh dan
mempertahankan eksistensinya
10 Peradilan (al-jina-i)
Manusia diberi hak membuat aplikasi hukum dan perundang-undangan, baik
perdata maupun pidana selama tidak bertentangan dengan Qur’an dan
sunnah Rasulullah.
Materi 27
Hakikat Iman
Hati adalah lahan menyemai benih-benih keimanan. Semua yang keluar dari
lisan digerakkan oleh hati. Apa yang ada dalam hati akan dicerminkan dalam
perkataan dan perbuatan. Dalam hadist Bukhori digambar oleh Nabi SAW
bahwa: “Ilmu (hidayah) yang Aku bawa ibarat air hujan, ada jenis tanah yang
subur menumbuhkan tanaman, ada tanah yang tidak menumbuhkan hanya
menampung air, ada jenis tanah yang gersang, tidak menumbuhkan juga
tidak menampung”.
Allah, dalam al-Qur’an, membagi hati manusia menjadi tiga, yaitu hati orang
mu’min (QS 26: 89), hati orang kafir (QS 2: 7) dan hati orang munafiq (QS 2:
10). Hati orang kafir yang tertutup dan hati munafik yang berpenyakit takkan
mampu membenarkan keimanan (at-tashdiiqu bil qolb). Sedangkan hati
orang mu’min itulah yang dimaksud Rasulullah SAW sebagai tanah yang
subur yang dapat menumbuhkan pohon keimanan yang baik. Akar
keyakinannya menjulang kuat ke tanah, serta buah nilai-nilai ihsannya dapat
bermanfaat untuk manusia yang lain.
Perbuatan (amal) digerakkan atau termotivasi dari hati yang ikhlas dan
pembenaran iman dalam hati. Seseorang yang hanya bisa mengucapkan dan
mengamalkan tanpa membenarkan di hati, tidak akan diterima amalnya.
Sifat seperti itu dikategorikan sebagai orang munafik, yang selalu bicara
dengan lisannya bukan dengan hatinya. Karena munafik memiliki tiga tanda:
bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia ingkar, bila diberi amanah ia
berkhianat.
Ketiga karunia Allah kepada orang mustaqim akan dilengkapi Allah dengan
anugerah kebahagiaan hidup (as-Sa’aadah), baik di dunia dan akhirat.
Materi 27
Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat
telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah
secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu
Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari
ia ditanya oleh para Tabi'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW)
mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu
Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :
Kelima, al malul halal, atau harta yang halal. Paradigma dalam Islam
mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak
berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya.
Ketujuh, yaitu umur yang baroqah. Umur yang baroqah itu artinya
umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi
dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk
kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak
bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung
kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu
pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya,
maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang
belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati
kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi
umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal
ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang
Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha
Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan
ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan
berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat "hidup" orang-
orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang
Materi 28
Shaum (puasa) Ramadhan adalah salah satu pilar dari Rukun Islam.
Maka mendidik anak untuk berpuasa Romadhan menjadi kewajiban
keislaman yang integral bagi para orang tua. Para sahabat Rasul telah
mendidik putra-putri mereka yang masih kecil untuk berpuasa.
5. Terhadap anak yang baru berlatih puasa (belum kuat dan gampang
terpengaruh), sebaiknya mereka dijauhkan bermain dari anak-anak
yang malas berpuasa. Dan didekatkan dengan anak-anak lainanya
yang juga tekun berlatih. Ini perlu dilakukan agar mereka memperoleh
rasa kebersamaan, bukan keterasingan karena puasanya.
7. Stimulus dengan pahala dan surga dari Allah. Jadi hadiah materi
diatas tak menutupi stimulus ganjaran Allah. "Jika kamu berpuasa,
maka kamu ikut membuka pintu pahala dari Allah bagi orangtuamu
yang telah mendidikmu untuk berpuasa" . Anak akan senang karena
sekaligus dapat berbuat sesuatu kebaikan untuk orangtuanya.
diturunkan pertama kali pada bulan ini. Dapat pula orang tua
membacakan kisah-kisah keteladanan Islami, atau mendengarkan
kaset-kaset cerita Islami.
Materi 29
Keutamaan Sedekah dan Infak
Tidak ada yang meragukan keteladanan Rasulullah saw. dalam berderma dan
bersedekah. Beliau adalah orang yang paling dermawan dan paling
teladandalam bersedekah. Rasulullah saw. tidak pernah menyisakan harta
benda dan membiarkannya berdiam di rumahnya lebih daripada satu hari.
Beliau selalu memberi sesuatu yang diminta oleh orang lain bila beliau
memilikinya, dan
tidak pernah menolak atau menghardik orang yang meminta.
Terapi, Al-Qur’an terhadap sifat kikir dan terlalu cinta kepada harta benda,
telah menyadarkan manusia bahwa sesungguhnya harta benda itu hanyalah
kenikmatan semu, menipu dan melenakan. Ia hanyalah ujian dan fitnah bagi
manusia. Allah swt. Berfirman, “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-
anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar” (AlAnfaal: 28) “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya)
lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 261).
Materi 30
yang tercela seperti bakhil dan kikir dan lain-lain. Walaupun seseorang
sangat kaya danberlebihan dalam hidup, sifat-sifat itu akan
menghalangi dari berinfak dan bersedekah.
Dari Ibnu Abbas berkata, "Rasulullah saw. adalah orang yang paling
dermawan. Dan sesungguhnya beliau paling dermawan pada saat
bulan Ramadhan. Ketika Jibril datang menemui beliau pada tiap-tiap
malam Ramadhan untuk mentadarruskan Al-Qur'an. Rasulullah saw.
lebih dermawan daripada angin yangbertiup bebas.” (HR. Bukhari
-Muslim)
Bermohonlah kepada Allah Rabb Anda dengan niat yang tulus dan hati
yang suci, agar Allah membimbing kita untuk melakukan shiyam dan
membaca Kitab-Nya. Mintalah kepada-Nya, agar Dia menuntun Anda
kepada hidayah-Nya, dan membersihkan hati Anda dari sifat kikir dan
bakhil, dan sifat-sifat buruk lainnya. Kenanglah dengan rasa lapar dan
hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Hindarilah kelaparan
dan kehausan di hari yang dahsyat itu dengan bersedekah kepada
kaum fuqara dan masakin, yang diperintahkan oleh Allah swt. Tuhan
sekalian alam, satu-satunya Pelindung pada hari itu.
Ingatlah salah satu golongan dari tujuh golongan hamba yang akan
dilindungi Allah swt. di hari kiamat adalah golongan keenam; “...orang