You are on page 1of 59

MATERI KULTUM RAMADHAN

Pembukaan

Doa Pembuka Kultum

“Segala puji milik Allah. Kami memohon pertolonganNya, dan mohon


ampun kepada Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan
diriku dan keburukan amalku.
Barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada siapapun yang
dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan Allah maka
tidak ada siapapun yang dapat menunjukinya.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, aku mengesakanNya dan
tidak mempersekutukanNya.
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan rosulNya,
tidak ada nabi setelah Dia.
Ya Allah, berikan sholawat, salam dan kebaikan atas nabi Muhammad,
keluarganya dan sahabatnya.”

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 1


MATERI KULTUM RAMADHAN

Materi 1

Persiapan Menyambut Ramadhan

Coba dibayangkan, seandainya anda adalah seorang pelari nasional yang


akan diutus oleh KONI untuk mengikuti lomba lari marathon dunia di
Beijing, China Even tahunan ini merupakan ajang pelari menunjukkan
kebolehannya dengan hadiah yang luar biasa. Untuk menghadapi lomba
ini, anda akan mempersiapkan fisik dan mental jauh hari sebelum lomba.

Diantara latihan fisik yang anda lakukan adalah lari dalam jarak tertentu
seperti 5, 10, 20 atau 25 km. Bahkan anda perlu mencoba lari sampai
sekitar 40 km, untuk menyamai jarak yang akan dilombakan. Bisa
dibayangkan kalau anda tidak melakukan latihan sampai 40 km, bisa-bisa
ketika hari lomba tidak sampai finish. Hal ini menunjukkan bahwa latihan
harus diusakan sesuai dengan yang akan dilombakan.

Untuk kesiapan mental terhadap cuaca di Beijing dan penduduk


sekitarnya, maka anda tentunya akan tinggal di kota tersebut beberapa
minggu sebelum lomba. Anda harus menyesuaikan suhu yang lebih dingin
di kota tersebut. Diharapkan pada saat lomba nantinya, tubuh kita sudah
siap dan tidak bakal kedinginan atau sakit perut yang bisa menyebabkan
kegagalan anda.

Perumpamaan diatas mirip dengan persiapan kita ketika menghadapi


bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Ramadhan yang lamanya 29
atau 30 hari membutuhkan stamina dan kesiapan yang matang. Betapa
banyak kita lihat shof sholat tarawih yang penuh pada minggu pertama
akan menyusut pada minggu-minggu berikutnya. Dan tidak heran kalau
nanti pada minggu terakhir, beberapa warung semakin dikunjungi orang
yang tidak kuat menahan haus dan lapar. Atau ada orang yang terkena
gangguan kesehatan atau flu ditengah atau akhir Ramadhan, hal ini
berarti fisiknya belum siap.

Untuk menghadapi Ramadhan, Rasulullah SAW sering melakukan puasa


sunnat di bulan Rajab dan Sya’ban. Hal ini seperti yang tercantum dalam
hadits yang diriwayatnya al-Nasa’i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh
Ibnu Huzaimah): Usamah berkata pada Nabi saw, ‘Wahai Rasulullah, saya
tak melihat Rasul melakukan puasa (sunat) sebanyak yang Rasul lakukan
dalam bulan Sya’ban.’ Rasul menjawab: ‘Bulan Sya’ban adalah bulan
antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.’

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 2


MATERI KULTUM RAMADHAN

Ibadah lain yang kita perlu persiapkan adalah qiyamullail atau sholat
malam. Dalam bulan Ramadhan, peluang untuk melakukan sholat
tahajjud akan besar karena kita akan bangun untuk melakukan sahur.
Gunakan waktu sebelum sahur untuk memohon maghfiroh kepada Allah
SWT.Bacaan atau tilawah Al Quran juga harus diperbanyak karena bulan
Ramadhan adalah bulan turunnya Al Quran dan dimana pahala akan
dilipatgandakan. Akan merugilah kita bila waktu yang tersedia dalam
bulan tersebut disia-siakan tidak untuk berdzikir atau membaca Al Quran.

Jangan lupa, kita juga perlu membuat suasana ceria dalam keluarga kita
dalam menyambut bulan penuh rahmah ini. Bersih dan rapikan rumah.
Buatlah hiasan dirumah agar terasa suasana Ramadhan. Buat rencana
untuk beribadah bersama keluarga seperti sholat berjamaah, buka puasa
dan tadarus bersama.

Materi 2

Tiga Nasehat

Rasulullah SAW pernah memberikan tiga buah nasehat kepada kedua


sehabatnya Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal:

“Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah


kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan
pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.” HR. Tirmidzi

Tiga pesan Rasulullah SAW tersebut layak untuk kita perhatikan karena
sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari.

1- BERTAQWA DIMANA SAJA

Definisi dari kata taqwa dapat dilihat dari percakapan antara sahabat
Umar dan Ubay bin Ka’ab ra. Suatu ketika sahabat Umar ra bertanya
kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah
kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay
menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 3


MATERI KULTUM RAMADHAN

berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka


demikian pulalah taqwa!”

Sedang menurut Sayyid Qutub dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—


taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang
terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri atau halangan dalam
kehidupan.

Kalau ada suatu iklan minuman ringan: “Dimana saja dan kapan saja …”,
maka nasehat Nabi SAW ini menunjukkan bahwa kita harus bertaqwa
dimana saja. Sedang perintah taqwa kapan saja terdapat dalam surat Ali
Imron 102:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar


takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam”

Jadi dimanapun dan kapanpun kita harus menjaga ketaqwaan kita. Taqwa
dimana saja memang sulit untuk dilakukan dan harus usaha yang
dilakukan harus ekstra keras. Akan sangat mudah ketaqwaan itu diraih
ketika kita bersama orang lain, tetapi bila tidak ada orang lain maka
maksiyat dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, ketika kita berkumpul di
dalam suatu majelis zikir, pikiran dan pandangan kita akan terjaga
dengan baik. Tetapi ketika kita berjalan sendirian di suatu tempat
perbelanjaan, maka pikiran dan pandangan kita bisa tidak terjaga. Untuk
menjaga ketaqwaan kita dimanapun saja, maka perlunya kita menyadari
akan pengawasan Allah SWT baik secara langsung maupun melalui
malaikat-Nya.

2 KEBAIKAN YANG MENGHAPUSKAN KESALAHAN

Setiap orang selalu melakukan kesalahan. Hari ini mungkin kita sudah
melakukan kesalahan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita
sadari. Oleh sebab itu, segera setelah kita melaksanakan kesalahan,
lakukan kebaikan. Kebaikan tersebut dapat menghapuskan kesalahan
yang telah dilakukan.

Untuk dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk
menghapusnya adalah dengan bersedekah. Rasulullah SAW bersabda
“sedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api”.
Maka ada orang yang ketika dia sakit maka dia akan memberikan
sedekah agar penyakitnya segera sembuh. Hal ini dikarenakan segala
penyakit yang kita miliki itu adalah karena kesalahan yang kita pernah
lakukan.

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 4


MATERI KULTUM RAMADHAN

Sedang dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu
dilakukan adalah memohon maaf yang bagi beberapa orang sangat sulit
untuk dilakukan. Padahal Rasulullah SAW selalu minta maaf ketika
bersalah bahkan terhadap Ibnu Ummi Maktum beliau memeluknya
dengan hangat seraya berkata “Inilah orangnya, yang membuat aku
ditegur oleh Allah… (QS. Abasa)”. Setelah minta maaf kemudian bawalah
sesuatu hadiah atau makanan kepada orang tersebut, maka kesalahan
tersebut insya Allah akan dihapuskan.

3- AKHLAQ YANG TERPUJI

Akhlaq terpuji adalah keharusan dari setiap muslim. Tidak memiliki akhlaq
tersebut akan dapat mendekatkan seseorang dalam siksaan api neraka.
Dari beberapa jenis akhlaq kita terhadap orang lain, yang perlu
diperhatikan adalah akhlaq terhadap tetangga.

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan
menyakiti tetangganya.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)

Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Demi Allah
seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah
seseorang tidak beriman.” Ada yang bertanya: “Siapa itu Ya Rasulullah?”
Jawab Nabi: “Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari
gangguannya.” (HR. Bukhari)

Materi 3

Berdoa di Bulan Ramadhan

Aturan untuk shoum di bulan Ramadhan telah ditetapkan Allah SWT


dalam surat Al Baqarah dari ayat 183 sampai ayat 187. Hampir seluruh
ayat tersebut terdapat kata-kata shoum:

• (Al Baqarah 183)

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 5


MATERI KULTUM RAMADHAN

• Al Baqarah 184)

• (Al Baqarah 185)

• Al Baqarah 187)

Hanya ayat 186 yang tidak mengandung kata shoum:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,


maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.”

Peletakan ayat ini diantara ayat-ayat tentang shoum Ramadhan bukan


tanpa maksud. Kalau ditilik dari asbabun nuzul ayat ini adalah
berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW
yang bertanya: “Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat
munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus
menyeru-Nya?” Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih,
Abussyaikh dan lain-lain).

Menurut riwayat lain, ayat ini turun berkenaan dengan sabda


Rasulullah SAW: “Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena
Allah SWT telah berfirman ‘Ud’uni astajib lakum’ (berdoalah kamu
kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya)” (QS 40:60). Berkatalah salah
seorang di antara mereka: “Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan
mendengar doa kita atau bagaimana?” Sebagai jawabannya, turunlah
ayat ini (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir yang bersumber dari Ali.)

Menurut Sayyid Qutb dalam kitabnya Fii Zhilalil Quran, Allah menjawab
langsung tentang keberadaanNya yang sangat dekat dan langsung
berfirman bahwa Dia akan mengabulkan segala doa kita. Dalam ayat
ini juga terdapat tiga syarat untuk diterimanya suatu doa. Pertama,
doa tersebut harus dipanjatkan kepada-Nya secara langsung. Jadi

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 6


MATERI KULTUM RAMADHAN

janganlah kita berdoa kepada mahluk Allah seperti jin, makam atau
pohon. Dan kalaupun berdoa akan lebih baik apabila doa tersebut
diucapkan secara langsung kepada-Nya. Syarat kedua dalam berdoa
adalah kita harus memenuhi segala perintah Allah SWT. Seperti ketika
seorang anak sebaiknya mengikuti nasehat/perintah orang tuanya
untuk mendapatkan yang diinginkannya. Sedang syarat ketiga adalah
kita harus beriman kepada-Nya agar doa kita diterima.

Walaupun ayat 186 ini tidak mengandung kata shoum, tapi


penempatan ayat ini menunjukkan pentingnya kita berdoa pada bulan
Ramadhan. Hal ini sesuai dengan hadits nabi SAW:

“Orang yang berpuasa memiliki doa yang mustajab pada waktu


berbuka.” (Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud)

Atau dalam hadits lain, nabi SAW bersabda:

“Ada tiga orang yang tidak akan ditolak doanya yaitu pemimpin yang
adil, orang yang berpuasa sehingga dia berbuka dan orang yang
dianiaya. Doa mereka diangkat oleh Allah di bawah awan pada hari
kiamat dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit dan Allah berfirman,
‘Demi keagungan-Ku, Aku akan menolongmu walaupun sesudah suatu
waktu’” (Riwayat Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)

Demikianlah, urgensi dari berdoa dalam bulan Ramadhan karena hal


itu meningkatkan kemungkinan doa kita diterima. Maka perbanyaklah
kita berdoa dalam bulan Ramadhan. Semoga Allah SWT menerima doa
kita.

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 7


MATERI KULTUM RAMADHAN

Materi 4

Membiasakan Berbuat Baik

Dalam suatu hadits qudsi, Allah SWT berfirman “Jikalau seseorang hamba
itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta
dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya
sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku
mendatanginya dengan bergegas.” (HR. Bukhari)

Didalam melihat jalan hidup masyarakat di sekitar kita, bisa kita lihat
bahwa beberapa orang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang yang
terbiasa berbuat maksiyat, maka dari hari kehari dia akan semakin
terjerumus kedalam lembah yang hitam. Sebaliknya orang yang suka
sholat berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke tetangganya, rutin
berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya. Semakin seseorang
memperbanyak dan membiasakan berbuat baik, maka semakin banyak
terbuka pintu-pintu kebaikan yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi
diatas bahwa semakin tinggi intensitas dan kualitas ibadah kita kepada
Allah SWT maka semakin dekatlah kita dengan-Nya.

Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita


membiasakan berbuat baik. Semakin kita terbiasa berbuat baik, maka
semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar
manusia terbiasa beribadah, maka beberapa ibadah dilakukan berulang
dalam kurun waktu tertentu seperti sholat lima kali dalam sehari, puasa
sunnah dua kali seminggu dan sholat jum’at sekali sepekan.

Permasalahan awal yang biasanya ditemukan dalam melakukan sesuatu


yaitu dalam memulainya. Memulai suatu aktifitas terkadang lebih berat
dibandingkan ketika melaksanakannya. Maka ketika kita mendorong
mobil yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat sebelum
mobil bergerak. Setelah mobil tersesebut bergerak, diperlukan daya
dorong yang kecil. Ada juga sifat kita yang menunda perbuatan baik,
padahal perbuakan baik janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan
untuk menunda, maka tundalah untuk menunda. Hal ini seperti yang
disampaikan Rasulullah saw: “Bersegeralah untuk beramal, jangan
menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu
tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang: kemiskinan yang
membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas,
sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian
yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang
ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya
yang amat pedih.” (HR. Tirmidzi)

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 8


MATERI KULTUM RAMADHAN

Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu amal
ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan
dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan
kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat.
Oleh sebab itu, kita wajib untuk mencari ilmu tentang fadhilah (kelebihan)
dari suatu amalan atau ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga
perlu mencari ilmu secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan
dalam Al Quran digunakan agar manusia semakin ingat.

“Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi


(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan
peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari.” (QS. Al Israa’
41)

Materi 5

Pengawasan Allah (Muroqobatullah)

Karena taku didatangi pencuri, maka warga suatu perumahan menyewa


penjaga atau hansip. Tetapi terkadang pencurian masih terjadi walau
hansip sudah dibayar. Hal ini bisa terjadi bila hansip tersebut lengah atau
ketiduran, sehingga si pencuri bisa melakukan aksinya. Hansip juga
manusia! Bagaimana dengan Yang Maha Mengetahui? Allah SWT mengawasi manusia 24
jam sehari atau setiap detik tidak ada lengah. Didalam melakukan pengawasan, ada 3 (tiga)
cara yang dilakukan Allah SWT:

1. Allah SWT melakukan pengawasan secara langsung. Tidak tanggung-


tanggung, Yang Menciptakan kita selalu bersama dengan kita dimanapun
dan kapanpun saja. Bila kita bertiga, maka Dia yang keempat. Bila kita
berlima, maka Dia yang keenam (QS. Al Mujadilah 7). Bahkan Allah SWT
teramat dekat dengan kita yaitu lebih dekat dari urat leher kita.

“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaaf 16)

2. Allah SWT melakukan pengawasan melalui malaikat.

“ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk


di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” (QS. Qaaf 17)
Kedua malaikat ini akan mencatat segala amal perbuatan kita yang baik

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 9


MATERI KULTUM RAMADHAN

maupun yang buruk; yang besar maupun yang kecil. Tidak ada yang
tertinggal. Catatan tersebut kemudian dibukukan dan diserahkan kepada
kita (QS. Al Kahfi 49).

3. Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri. Ketika kelak
nanti meninggal maka anggota tubuh kita seperti tangan dan kaki akan
menjadi saksi bagi kita. Kita tidak akan memiliki kontrol terhadap anggota
tubuh tersebut untuk memberikan kesaksian sebenarnya.

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami
tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa
yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yaasiin 65)

Materi 6

Pentingnya Menghafal dan Memahami Al Quran (Bagian I)

Al Quran diturunkan kepada Muhammad Rasulullah SAW selama 23


tahun masa kerasulan beliau. Al Quran di turunkan secara berangsur-
angsur kepada Rasulullah SAW dengan perantaraan malaikat Jibril.
Malaikat Jibril menurunkan Al Quran ke dalam hati Rasulullah dan
beliaupun langsung memahaminya. Hal ini disebutkan dalam Al Quran
surat Al Baqarah (2) : 97.

Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu
telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah;
membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi
petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 10


MATERI KULTUM RAMADHAN

Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan Al Quran itu kepada para


shahabatnya. Mereka menuliskannya di pelepah daun daun kering,
batu, tulang dll. Pada saat itu belum ada kertas seperti zaman modern
sekarang ini. Kemudian para shahabat langsung menghafalnya dan
mengamalkannya. Demkian Al Qur;an di ajarkan kepada para
shahabat-shahabat yang lain. Al Quran difahami dengan menghafal.
Bukan dengan sekedar membaca.

Pada saat Rasulullah telah wafat, banyak terjadi peperangan. Dalam


peperangan Yamamah misalnya , banyak para sahabat penghafal
Quran yang syahid. Melihat kondisi ini Umarpun meminta Abu bakar
sebagai khalifah untuk membuat Mushaf Al Quran. Abu bakar sempat
menolak. „ Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa yang
Rasulullah tidak lakukan ?“ ujar beliau. Tapi dengan gigih Umar bin
Khattab menjelaskan urgensinya pembuatan Mushaf bagi kepentingan
kaum muslimin di masa yang datang. Akhirnya Abu Bakarpun dapat
diyakinkan dan kemudian setuju dengan ide Umar bin Khattab.

Abu Bakarpun lalu meminta Zaid bin Haritsah untuk melakukan tugas
ini. Zaid bin Haritsah pun sempat berkata : „ Apakah engkau meminta
aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan ?“. Tapi
akhirnya Zaidpun setuju dan mulai mengumpulkan shahifah-sahhifah
yang tersebar di tangan para shahabat yang lain. Batu, daun-daun
kering, tulang dll itupun disimpan di rumah Hafsah.

Barulah pada zaman Khalifah Utsman bin Affan, Mushaf Al Quran


selesai sebanyak 5 buah. Satu disimpan Utsman dan 4 yang lain
disebar ke : Makkah, Syria, Basrah dan Kufah. Jadi pada saat itu para
shahabat, tabi’it dan thabi’i tabiin mempelajari al Quran dengan
menghafal karena jumlah Mushaf yang sangat sedikit.

Bagaimana dengan kondisi zaman sekarang? Bila kita perhatikan di


sekitar kita, diantara teman-teman dan keluarga kita, ada berapa
persen diantara mereka yang hafal Al Quran ? Berapa persen yang
sedang menghafal Al Quran? Mungkin kita susah memberikan
persentase karena dihitung dengan jari-jari tangan kita belum tentu
genap semuanya.

Kaum muslimin saat ini masih cukup berpuas diri dengan membaca
Mushaf Al Quran dan tidak memahami maknanya. Padahal membaca
Al Quran baru langkah awal interaksi Al Quran. Al Quran sebagai
petunjuk bagi kita tidak cukup dibaca tapi juga dihafal dan difahami.

Mungkin ada sebagian yang berkata mengapa perlu menghafal ?


Tidakkah cukup dengan membaca Mushaf dan membaca tarjemahan ?
Ternyata tidak cukup. Dengan menghafal Al Quran ada „rasa“ (atau

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 11


MATERI KULTUM RAMADHAN

zauk) yang diberikan Allah kepada hati kita. Rasa ini didapat karena
ayat-ayat yang dibaca berulang-ulang. Pengulangan kalam-kalam suci
itulah yang menjadi „makanan“ untuk hati. Dan sesuai dengan ayat di
Al Baqarah : 97 diatas, Al Quran itu diturunkan di hati Nabi
Muhammad. Bukan di akal fikiran beliau. Artinya Al Quran itu
konsumsi/makanan hati bukan sekedar fikiran.

Rasa inilah yang menjadikan kita nikmat mengenal Allah, memahami


kehendakNya dan ringan melaksanakan segala perintah dan menjauhi
segala laranganNya. „ Rasa „ ini kurang ada juga sedikit ketika kita
hanya membaca. Apalagi bila membacanya tidak diiringi dengan
pemahaman artinya. Dan membaca tidak diulang-ulang. Efeknya
sangat berbeda dengan mengulang-ulangnya.

Kaum muslimin saat ini cukup berpuas diri dengan membaca „buta“ Al
Quran dan menimba ilmu dari para ustadz, kiai dan pemuka-pemuka
agama. Tanpa menghilangkan rasa hormat kepada para penyampai-
penyampai risalah agama, kita sebagai hamba Allah, secara individual
juga mempunyai kewajiban berusaha memahami Al Quran dari aslinya
langsung dari firman-firmanNya.

Materi 7

Pentingnya Menghafal dan Memahami Al Quran (Bagian II)

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 12


MATERI KULTUM RAMADHAN

Bila kita menghafal dan mentadaburi Al Quran maka Allah akan


mengajarkan kepada kita pengetahuan melalui hati kita dengan
perantaraan ilham. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam surat
Asy Syams ayat 8-10:

“M
aka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.“

Ilham ini dapat dirasakan dengan dalam hati kita. Bukankah kita
pernah bingung tentang suatu masalah, kemudian pada suatu saat
kita, „cling“ mememukan cara untuk menyelesaikan masalah dengan
baik. Itulah ilham.

Atau ilham itu sebagai furqan atau pembeda mana-mana amal yang
haq dan mana-man yang bathil. Sebagai misal ketika kita masuk ke
tempat maksiat maka hati kita akan terasa tidak enak, tidak nyaman.
Itulah peringatan dari hati kita yang bersih. Furqan inilah yang
dibutuhkan di dalam kehidupan ketika berperang dengan bisikan-
bisikan syaithan yang membujuk-bujuk kita untuk berbuat maksiat
dengan iming-iming duniawi yang menggiurkan. Karena itu sangatlah
kita memerlukan furqan yang menjadikan kita mantap mengetahui
yang haq dan yang bathil. Seperti disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla
dalam surat Al Anfaal ayat 29:

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan
memberikan kepadamu Furqaan. dan Kami akan jauhkan dirimu dari
kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah
mempunyai karunia yang besar.

Al Quran juga sebuah petunjuk/pedoman hidup bagi kita kaum


muslimin :

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 13


MATERI KULTUM RAMADHAN

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa.
(QS Al Baqarah : 2)

Jadi intinya Al Qu’an adalah pedoman hidup. Tapi hanya segelintir


orang yang hafal dan faham Al Quran. Bagaimana Al Quran bisa
menjadi pedoman hidup seorang muslim secara individual bila
membaca dan memahaminya secara tuntas saja belum dilakukan ?
Dan banyak diantara kaum muslimin yang meninggal dalam keadaan
belum pernah membaca dengan tuntas Al Quran.

Bayangkan apabila kita akan pergi ke puncak Gunung Semeru.


Sebelum pergi kita dibekali dengan peta, rambu-rambu dan petunjuk-
petunjuk oleh seorang pendaki gunung profesional. Tetapi kita tidak
memahami petunjuk-petunjuk tersebut. Apakah kita dijamin akan
sampai di puncak gunung semeru dengan selamat ? Kita mungkin lebih
senang bertanya dengan penduduk setempat. Bila kita bertemu
dengan penduduk yang sangat kenal gunung semeru mungkin kita
akan sampai dengan selamat. Tetapi bila orang kita tanya juga kurang
faham jalan ke puncak gunung, akankah kita sampai ke puncak
dengan selamat atau mungkin kita bisa tersesat ? Padahal bila kita
memahami, petunjuk, peta dan juga bertanya maka kita akan
mendapat jalan pintas untuk sampai ke puncak gunung.

Memang solusi pemahaman Al Quran ini tidak akan dapat berhasil bila
sistem pendidikan agama tidak berjalan intensif sejak dini. Sebagai
permisalan, bahasa Inggris diajarkan sejak SD. Maka kita lihat ketika
lulus SMA para mahasiswa sudah bisa belajat dari diktat berbahas
Inggris. Bila sistem ini diterpakan juga untuk bahasa Arab (sebagai
media inti pemahaman Al Quran) maka ketika berumur 20-25 seorang
muslim sudah mulai bisa memahami Al Quran dengan mandiri.

Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, memahami Al Quran bukan


fardhu kifayah yang dibebankan kepada ulama, kiai atau ustadz. Tapi
seperti dicontohkan oleh para sahabat, membaca, menghafal,
memahami dan melaksanakan Al Quran dilakukan sebagai kewajiban
indivial setiap kaum muslimin. Bila secara individu seorang muslim
meningkat kualitasnya, keluarga yang dibinanya juga akan berkulaitas
sehingga akhirnya sebuah masyarakat madani yang dirindukan selama
ini juga dapat terwujud.

Demikianlah renungan kita tentang Al Quran. Semoga Allah


memberikan taufik dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita
menjadi orang-orang yang mencintai Al Quran, membacanya,
menghafalkannya, memahaminya dan mengamalkannya.

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 14


MATERI KULTUM RAMADHAN

Materi 8

Keimanan yang Benar

Kita sebagai orang yang memeluk agama Islam tidak boleh berpuas diri
dengan predikat seorang Muslim. Karena keislaman seseorang tidak
cukup untuk dapat menurunkan pertolongan Allah dalam kehidupan kita
di dunia. Keislaman juga belum tentu bisa menyelamatkan kita dari siksa
api neraka. Hanya orang-orang yang beriman sejati yang mendapatkan
semua janji2Nya yaitu kebahagian dunia dan akhirat. Bagaimanakah
kriteria atau ciri-ciri orang-orang beriman yang sering dipanggil Allah
dengan mesra “…yaa ayyuhal ladzina aamanu…..” ? Allah yang Maha
Pengasih telah menyebutkan di dalam Al Quran surat Al Anfal :2-4

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut


nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan
yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya
dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

Dalam firman Allah SWT tersebut jelas sekali menyebutkan bahwa


seorang mukmin yang Haq, yang benar-benar tulen, mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut>

1. Hatinya yang gemetar hatinya bila disebutkan Asma Allah

Gemetarnya bisa disebabkan karena banyak hal, karena kagum dan


takluk pada Kebesaran Allah. Kebesaran dan Kemuliaan Dzat , Sifat

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 15


MATERI KULTUM RAMADHAN

maupun PerbuatanNya. Bisa juga karena takut terhadap siksa api neraka
yang sangat pedih dan terbayangkan dosa dan kebodohan yang telah
dilakukan. Bisa juga gemetar karena berharap karunia surga – dunia
maupun akhirat-. Terkadang gemetar haru mengingat sifat Kasih Sayang
dan PengampunNya ataupun gemetar hati karena melihat Kebesaran
ciptaanNya.
Asma Allah yang disebutkan dalam Al Quran dan hadits biasa disebut
dengan 99 Asmaul Husna (bahkan lebih dari itu) menunjukkan Sifat-Sifat
Allah yang Agung yang wajib kita ketahui, fahami dan hayati maknanya.
Pemahaman atas makna dan tafakkur pada ciptaan2Nya dan Kebesaran
Asma-asma Allah itulah yang dapat menghantarkan seseorang pada
“wajilat quluubukum”

2. Keimanannya bertambah bila dibacakan ayat-ayat Tuhan. Ayat


dalam bahasa Arab artinya bukti. Orang-orang yang imannya tulen bila
dihadapannnya dibacakan ayat Al Quran (dalil naqli) ataupun bukti aqli
yang berupa demonstrasi Kebesaran Allah dalam penciptaan makhluk-
makhlukNya maka bibirnyapun berucap “ Subhanallah…”. Bila membaca
Al Quran yang menyebutkan tentang janji-janji Allah keimanannya
bertambah, semangat hidupnya makin membara dan semakin giat
beramal shalih.
Dan bila dia melihat Kebesaran Allah dalam penciptaan langit , buni dan
jagad raya alam semesta maka diapun makin tunduk dan kagum pada
Kuasa Allah. Bahkan ketika melihat betapa sempurna dan hebatnya
pasukan-pasukan Allah yang berupa misalnya lebah lebah dan madu yang
dihasilkan, maka diapun makin yakin dan kagum pada Allah.
Hari-hari orang beriman tidak pernah ada yang menjemukan. Setiap detik
yang dilalui dipakai untuk “melihat” demonstrasi Kekuasaan Allah,
bertafakkur dan kemudian bertasbih kepada Allah. Dan itu semua makin
meningkatkan imannya.

3. Bertawakkal hanya kepada Allah Bagi orang yang imannya Haq,


tidak pernah ada rasa takut dan gentar menghadapi pernak-pernik dan
badai di dalam kehidupan dunia. Ketergantungannya kepada Allah dan
keyakinan bahwa Allah selalu menuntun dan melindunginya menjadikan
langkahnya pasti menapaki roda kehidupan.

…. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan


baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah
Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Putus asa tidak ada dalam kamus hidupnya. Hidup dijalani dengan lapang
dan mudah karena jalan keluar dalam tiap masalah, insya Allah ada. Dan
rezeki juga sudah ditanggung oleh Allah Azza wa Jalla.

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 16


MATERI KULTUM RAMADHAN

4. Mendirikan Shalat. Mereka ini adalah orang-orang yang gandrung


shalat. Shalat menjadi obat segala masalah kehidupan. Persis seperti
yang disabdakan junjungan kita Rasulullah SAW :

Apabila engkau mempunyai masalah maka shalat (sunnah) lah 2 rakaat”


(HR Bukhari)

Mereka ini bukan sekedar melakukan shalat tapi mendirikannya. Menjaga


rukun-rukunnya, waktunya, sunnah-sunnahnya dan juga kekhusyuannya.
Shalat merupakan saat-saat yang indah bermunajat kepada Allah,
mengadukan beban hidup, memohonkan kemudahan hidup di dunia dan
juga kemuliaan hidup di akhirat. Shalat tidaklah menjadi beban bagi
mereka bahkan shalat merupakan saat beristirahat dari keruwetan hidup.
Dan tepatlah sabda Rasulullah saat menyuruh Bilal adzan dengan berkata
: “Wahai Bilal, berilah istirahat kepada kita semua!”

Dan bukti mereka mendirikan shalat adalah akhlaknya di luar shalat.


Mengapa ? Karena shalat itulah yang menghalangi mereka berbuat
maksiat dan mungkar. Semakin baik mutu shalat maka semakin tinggilah
akhlak seseorang

5. Menafkahkan rezeki yang dipunyai

Ciri terakhir seorang mukmin yang tulen adalah mudahnya dia


bersedekah. Baginya harta karunia Allah yang didalamnya ada hak fakir
miskin. Sedekah adalah tanda syukur kepada Allah kerena diberi
kelapangan dalam harta. Tapi dia juga bersedekah dalam keadaan sempit
karena jalan kemudahan akan datang dengan derasnya sedekah. Hati
orang yang mukmin tidak terikat oleh harta yang dimiliki. Harta
diletakkannya di tangan bukan di hati

Demikianlah ciri-ciri seorang mukmin yang Haq, yang tulen. Dan mukmin
sejati inilah yang mendapatkan janji Allah yaitu kemuliaan derajat,
pengampunan dosa-dosa dan rezeki yang halal dan berkah. Semoga
bahasan ini bisa menjadi jalan intropeksi bagi diri kita masing-masing.
Apakah kita sudah mempunyai 5 ciri-ciri di atas ? Bila sudah, kita harus
mensyukuri dan meminta Allah mengekalkan sifat-sifat mulia ini dalam
diri kita. Bila kita belum memiliki 5 ciri ini maka kita perlu berusaha
semaksimal mungkin agar kita bisa menjadi seorang mukmin sejati, yang
dicintai Allahu Rabbi.

Materi 8

Teknik Menghafal dan Murajaah Al Quran

Bagi para penghafal Al Quran yang pemula, menambah hafalan


mempunyai kesulitan tersendiri. Tetapi seiring dengan waktu kesulitan

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 17


MATERI KULTUM RAMADHAN

ini akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu mengulang
hafalan (murajaah). Pada saat hafalan makin bertambah banyak,
murajaah juga semakin berat.

Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang
(diatas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surat
tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya.
Ini akan ditandai dengan “macet” ketika saat memurajaah. Mengapa
hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/murajaah dari
awal surat (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surat, ayat-
ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan
ayat-ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal.
Itulah sebabnya kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa
pada ayat-ayat akhir surat.

Kesulitan kedua adalah ketika kita „macet“ sulit bagi kita untuk
mengetahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah „ayat macet“ menjadi
gelap. Ini dikarenakan kita menghafal secara sekuensial/berurutan,
sehingga satu ayat selalu diingat setelah ayat sebelumnya. Sehingga
kalau ayat “sebelumnya” macet maka ayat selanjutnya menjadi hilang
juga. Dalm hal ini tidak ada cara lain untuk mengingatnya selain
membuka mushaf Al Qur’an.

Lalu bagaimana cara efektif untuk menanggulangi masalah


tersebut?

Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surat dilakukan.


Hafalkan surat dengan cara memotongnya menjadi 10 ayat 10 ayat. Di
dalam tiap sepuluh ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat.
Misalnya kita menghafal surat An Naba yang didalamnya ada 40 ayat.
Caranya adalah sebagai berikut :

1. Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5.


2. Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan ayat 5.
Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya bersama-
sama sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan anda sesuai
dengan ayat yang sedang di hafal. Bila menghafal ayat 1 gerakkan
ibu jari, ayat 2 gerakkan jari telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah,
ayat 4 gerakkan jari manis dan ayat 5 gerakkan jari kelingking.
3. Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-
gerakkan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh
tangan kanan. Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar.
Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10
4. Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan
sambil menggerak-gerakkan jari sesuai dengan nomor ayat yang

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 18


MATERI KULTUM RAMADHAN

dilafazkan. Lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat 1 sampai


10.
5. Lakukan langkah diatas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat
31-40.
6. Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam surat
tsb. Ulang-ulang sampai lancar

Kemudian bagaimana anda murajaah sebuah surat bila kita telah


menghafal secara konvensional? Bila surat tersebut ayat-ayatnya
pendek maka kelompokkan menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10
ayat. Bila suratnya berayat yang panjang-panjang seperti Al Baqarah,
Ali Imran, An Nisaa dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat.

Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah:

1. Ketika murajaah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat –
ayat1- sehingga untuk surat yang panjang murajaah dapat
dilakukan sepotong-sepotong di dalam shalat kita. Misalnya:
untuk setiap rakaat shalat kita membaca 10 ayat. Maka ketika
shubuh kita sudah dapat murajaah sampai 40 ayat (sunnat
shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). Ini cukup bagus untuk
surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk surat yang panjang
seperti Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat
shalat, maka selesai shalat isya kita sudah murajaah 100 ayat!
Bila ditambah dengan shalat2 sunnah rawatib maka kita bisa
murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan dengan
shalat dhuha dan tahajjud kita bisa mnyelesaikan 286 ayat Al
Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari semalam!
2. Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita
sedang menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara
psikologis kita merasa lebih ringan. Dan di dalam memurajaah
surat yang panjang kita mempunyai
3. Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surat. Bukan
hanya ayat-ayat awal surat saja. Ketika memurajaah surat-surat
yang panjang dan kemudian terputus oleh kondisi eksternal –
tamu datang, telfon berdering, anak menangis, masakan gosong
dll- kita masih tetap bisa melanjutkan ayat selanjutnya setelah
kondisi eksternal tertangani. Tanpa harus mengulangi dari awal
surat. Dengan metoda menghafal konvensional maka kita kita
harus selalu mengulangi mulai dari awal surat lagi. Kondisi-
kondisi seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan
menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir.
4. Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang sangat
bermanfaat untuk kita
5. Mengatasi kasus „ayat macet“. Bila macet di satu ayat biasanya
akan berhenti memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 19


MATERI KULTUM RAMADHAN

selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet/lupa.


Tetapi dengan sistem ‚potong surat’ ini kita masih tetap bisa
terus memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Mengapa ?
Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat independen
diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya
dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya –seperti dalam sistem
menghafal konvensional- tapi juga dikaitkan dengan nomornya
(yang diingat secara tidak sadar dengan menggerak-gerakkan
jari tangan ketika menghafal). Ketika memori yang terkait
dengan ayat sebelum terlupakan maka ada „ pengait“ yang lain
yaitu nomor surat. Percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba
sistem ini dan merasakan hasilnya!

Melakukan metoda ini tak sesulit membaca baris-baris di atas. Bila


anda melakukannya ini adalah hal yang sangat simpel. Metoda ini
menjadikan kita santai dan tidak stres dalam memurajaah. Karena kita
mempunyai „petunjuk/milestones“ dalam surat-surat hafalan kita yaitu
ayat 1, 11, 21, 31, 41 dst. Kita akan memurajaah „ayat-ayat pendek“,
yaitu 10 ayat saja. Cobalah anda praktekkan dan anda akan terkejut
dengan hasilnya.

Materi 9

Membangun Peradaban Islam

“… kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai


mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang mu’min dan bersikap tegas kepada orang kafir, yang
berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang yang
suka mencela ….” (QS Al-Maidah: 54)

Rasulullah saw yang telah membawa perubahan superbesar dalam


sejarah kehidupan manusia memulai masa kenabiannya di usia 40 tahun.
Dan hanya dalam 23 tahun masa kenabiannya, beliau mampu
membangun dasar peradaban rabbani, yang menjunjung tinggi aspek

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 20


MATERI KULTUM RAMADHAN

superioritas hukum Islam, keseimbangan peran dan kewajiban


antarkomponen masyarakat. Ketika ada pertanyaan bagaimana bisa
dalam waktu sesingkat itu dapat terbangun sebuah sistem yang
mengalami masa kejayaan selama berabad-abad, maka jawaban yang
paling tepat adalah karena Rasulullah menggunakan sistem ilahiyah
dalam membangun peradabannya. Sistem yang mengacu kepada
kitabullah. Sistem ini integral dan komprehensif serta mampu
memecahkan seluruh persoalan hidup manusia.

Menurut Dr Ali Abdul Halim Mahmud setidaknya ada 2 pilar pokok yang
harus dibangun ketika kita ingin membangun (kembali) sebuah
peradaban rabbani. Pertama adalah pilar tarbawi (pembinaan dan
pendidikan), berupa pola belajar-mengajar, dengan ragam perangkatnya
dengan tujuan untuk menyempurnakan potensi pribadi. Kemudian yang
kedua, yaitu pilar tanzhimi (institusional) berupa pembangunan institusi
internal masyarakat yang mengatur kode etik dalam kehidupan
bermasyarakat, dan institusi eksternal yang mengatur kekuasaan dan
hubungan antarbangsa.

Perubahan peradaban ini bisa dimulai. Caranya dengan membangun


kepribadian individu Muslim dengan Islam pada seluruh aspek kehidupan.
Kemudian pembentukan keluarga-keluarga shalihah dengan seluruh nilai
dan moralitasnya. Akhirnya akan terbentuk sistem masyarakat dengan
seluruh interaksi sosial dan pengaturannya yang dinaungi dalam wadah
institusi yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilahiyah. Muaranya adalah
perubahan peradaban. Perubahan yang berakar pada tegaknya sistem
nilai yang mengacu pada nilai-nilai transendental dan ilahiyah. Peradaban
yang di dalamnya terbentuk struktur kemasyarakatan yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kebenaran ilahi.

Materi 10

Sholat Khusu’ (Bagian I)

“Amal yang pertama kali ditanyai Allah pada seorang hamba di hari kiamat
nanti adalah sholat. Bila sholatnya dapat diterima, maka akan diterima
seluruh amalnya, dan bila sholatnya ditolak, akan tertolah seluruh amalnya.”

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 21


MATERI KULTUM RAMADHAN

Kunci amal ibadah kita adalah sholat. Jadi, kita bisa memasang strategi dalam
hidup dengan memperbaiki sholat kita terlebih dahulu sehingga amalan yang lain
akan mengikuti. Dan hal ini butuh suatu kesungguhan untuk mencapainya.
Tahap awal untuk mencapai kekhusukan sholat adalah mengetahui kegunaan
bagi diri kita apabila kita dapat melakukan sholat dengan khusuk. Berikut ini
adalah 6 hal mengapa kita perlu khusu’ dalam sholat:

1. Mendapatkan keberuntungan yang besar, yaitu masuk dalam surga firdaus.


Hal ini tersebut dalam QS. Al Mukminun 2 dan 11:

2. Solusi terhadap permasalahan kita.

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang


demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’” (QS. Al
Baqarah 45)

3. Mencegah perbuatan keji dan mungkar (QS. Al Ankabut 45)

4. Melembutkan hati. Terkadang hati kita menjadi keras karena kesibukan


dalam bekerja atau menghadapi masalah kehidupan. Dengan sholat yang
khusuk, hati menjadi lebih lunak karena kita seringnya kita berserah diri dan
merendah dihadapan Allah SWT.

5. Memupuk kesabaran. Dengan sholat yang dilaksanakan dengan


tumakninah, maka diperlukan waktu beberapa saat untuk sholat; tidak dengan
tergesa-gesa. Hal ini akan memupuk rasa kesabaran kita.

6. Menghapuskan dosa. Didalam suatu hadits disebutkan bahwa dosa-dosa


kecil kita akan dihapus diantara sholat 5 waktu. Tentu saja hal ini bila kita
menghayati bacaan didalam duduk diantara dua sujud rabbighfirli dan
wa’fu’anni.

Materi 11

Sholat Khusu’ (Bagian II)

Bagaimana amalan sholat kita pada umumnya? Seperti yang disabdakan oleh
Rasulullah SAW:

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 22


MATERI KULTUM RAMADHAN

“Akan datang satu masa atas manusia, mereka melakukan sholat namun
pada hakikatnya mereka tidak sholat.”

Banyak dari kita menganggap bahwa sholat adalah suatu perintah bukan
suatu kebutuhan. Jadi sholat sering dianggap suatu beban dan hanya
bersifat menggugurkan kewajiban. Betapa sering kita rasanya malas untuk
sholat, sholat sambil memikirkan pekerjaan, sholat secepat kilat tanpa
tumakninah, mengakhirkan waktu sholat atau bahkan lupa berapa rakaat
yang telah dilakukan. Berikut ini adalah 7 hasil sholat khusu’:

1. Menyembuhkan penyakit. Prof. M. Sholeh dari Universitas Airlangga


Surabaya telah meneliti bahwa sholat malam bisa meningkatkan imunitas
tubuh kita. halat bisa mencegah naik turunnya hormon kortisol yang
berperan sebagai indikator stres. Sedangkan stres merupakan salah satu
faktor utama pemicu penyakit, termasuk kanker. Yang sederhana saja,
bila kita sedang pening atau sakit gigi maka sholatlah dengan khusuk
maka rasa sakit tersebut akan hilang. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah ada pendapat bahwa sholat juga merupakan sarana terbaik untuk
bermeditasi.
2. Menunggu-nunggu waktu sholat. Karena sholat adalah kesempatan
untuk bermunajat, berdialog dan mencurahkan hati ke Yang Maha Kuasa,
maka waktu sholat akan selalu ditunggu. Pekerjaan rumah, rapat atau
aktifitas lain akan diberhentikan 10-15 menit sebelum waktu sholat
sehingga memberi kesempatan untuk sholat berjamaah di masjid.
Perasaan untuk menunggu waktu sholat adalah seperti seorang perjaka
yang menunggu waktu untuk bertemu yang dicinta.
3. Mempersiapkan sholat dengan sebaiknya. Karena kita merasa akan
bertemu dengan Yang Maha Agung, maka pakaian akan diperhatikan
seperti baju koko, kopyah dan sarung digunakan yang bersih. Tidak lupa
minyak wangi juga dipakai agar harum ketika bertemu dengan Yang Maha
Pencipta.
4. Menangis dalam sholat. Kesejukan dalam sholat akan membawa hati untuk
bersyukur dan mohon ampun kepada Allah SWT. Tidak terasa air mata akan mengalir
bahkan ketika sholat Dhuhur di masjid kantor.
5. Merasa sedih ketika sholat akan selesai. Tertanam rasa ingin berlama-
lama dengan Yang Maha Pengasih. Ketika tasyahud akhir rasanya tidak ingin
menyelesaikan sholat.
6. Merasakan nikmatnya sholat di masjid. Akan terasa suasana sholat di
masjid lebih indah dibandingkan sholat di rumah. Sehingga, keinginan untuk sholat
berjamaah di masjid akan selalu ada. Maka tidak heran ketika sahabat Umar ra
menjual kebunnya dikarenakan terlupa sholat jamaah di masjid karena sibuk
mengurus kebunnnya.
7. Mendapatkan kekhusu’an dalam berzikir. Terkadang dzikir yang kita
lantunkan setelah sholat fardhu hanya mengalir sebatas di mulut saja tanpa
penghayatan dalam hati kita. Setelah sholat dengan khusuk, maka kekhusukan
tersebut akan berlanjut hingga kita berdzikir. Allahumma a’inni ala dzikrika wa
syukrika wa husni ibadatika. Ya Allah, bantulah aku dalam mengingatMu dan dan
bersyukur kepadaMu dan perbaiki ibadahku.

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 23


MATERI KULTUM RAMADHAN

Materi 12

Kiat-Kiat Agar Doa Diterima

Pada suatu hari, seorang Arab Badui bertanya kepada Nabi SAW: “Apakah
Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya,
atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?” Nabi SAW terdiam, hingga
turunlah surat Al-Baqarah ayat 186:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka


(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Didalam ayat disebutkan bahwa keberadaan Allah SWT adalah sangat dekat,
sehingga kita semua tidak perlu untuk berteriak keras ketika memohon
kepadanya. Bahkan Allah SWT lebih dekat daripada urat leher kita (Qaaf 16):

Dalam ayat di surat Al-Baqarah diatas merupakan janji Allah SWT untuk
mengabulkan doa bila kita berdoa kepadaNya. Jadi doa itu harus dilakukan
secara langsung kepadanya, tidak perlu perantara mahluk Allah yang lain
dalam berdoa. Yakinlah akan janji ini dan berprasangkalah yang baik bahwa
doa kita akan dikabulkan. Allah SWT dalam suatu hadits qudsi pernah
bersabda:

“Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku”. Jadi berprasangkalah baik bahwa


Allah SWT akan mengabulkan doa kita, niscaya Dia akan bersama dengan
harapan kita. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam berdoa adalah jangan
tergesa-gesa. Rasulullah SAW pernah berkata:

“Akan diterima doa siapapun yang tidak tergesa-gesa.”. Maksudnya adalah


jangan cepat berkata bahwa “Allah tidak menerima doaku” setelah beberapa
kali berdoa. Ada kemungkinan Allah SWT masih menunda mengabulkan doa.
Kita harus bersabar sampai doa kita diterima atau Allah SWT memberikan
solusi lain yang lebih baik bagi kita.

Yang menarik ayat 186 surat Al-Baqarah ini terletak diantara ayat-ayat
berhubungan tentang ibadah di bulan Ramadhan. Hal ini menunjukkan
bahwa didalam bulan Ramadhan kita sangat dianjurkan untuk berdoa.
Bukankah orang yang berpuasa itu doanya tidak akan ditolak seperti hadits
Nabi SAW tentang tiga golongan yang tidak ditolak doanya yaitu pemimpin
yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka dan orang yang
didzalimi:

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 24


MATERI KULTUM RAMADHAN

Materi 12

Al Mujaahirun

Abu Hurairah ra berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah saw


bersabda, “Semua ummatku selamat, kecuali yang terang-terangan
berbuat dosa (Al Mujahirun). Dan termasuk dari mujaharah yaitu
seorang berbuat dosa di waktu malam gelap mendadak pagi-pagi
diceritakan pada lain orang, padahal semalam itu Allah menutupinya,
tetapi pagi-pagi ia membuka apa yang ditutupi Allah itu.” HR. Bukhari,
Muslim.

Al Mujaahirun adalah orang yang secara terang-terangan membuka


dosa dan aibnya sendiri kepada orang banyak dengan tanpa rasa malu
atau menyesal, walaupun Allah swt telah menutupi dosa dan aibnya.
Orang inilah yang tidak akan mendapatkan ampunan Allah swt.

Pada saat ini ternyata Al Mujahirun ini banyak ditemui disekitar kita.
Program infotainment di televisi dan berita-berita di koran dan
majalah-majalah serta teknologi internet selain membawa hal-hal yang
positif tetapi juga memberikan dampak negatif.

Dari sebuah penelitian (medio April 2007) disebutkan bahwa sudah


beredar tidak kurang 500 video porno yang mempertontonkan remaja
Indonesia yang berhubungan seksual di internet. Hal ini sangat
mengenaskan. Mereka sudah tidak malu lagi berbuat dosa. Apakah ini
karena mereka mencontoh budaya barat atau perbuatan orang tua
atau tokoh masyarakat lain?

Bisa dibayangkan kalau Allah sudah mencabut perasaan malu untuk


berbuat dosa pada bangsa ini. Maka kita bisa saja, naudzubillahi min
dzalik, kembali ke tempo jahiliyahan sehingga manusia selalu menuruti
hawa nafsunya.

Sudah selayaknyalah kalau kita selalu membentengi diri, keluarga dan


lingkungan sekitar kita terlebih dahulu dengan siraman iman dan
taqwa.

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 25


MATERI KULTUM RAMADHAN

Materi 13

Lupa dan Motivasi yang Lemah

Disamping banyak kelebihan, kita sebagai manusia memiliki juga


beberapa kelemahan. Dua kelemahan utama kita telah ditunjukkan
oleh Allah swt dalam kisah nabi Adam as. Seperti kita ketahui, Allah
swt telah memberikan nikmat yang besar kepada Adam as untuk
tinggal di surga dengan syarat tidak makan buah khuldi. Tetapi
akhirnya nabi tercinta kita ini makan buah tersebut.

Dalam QS. Thaahaa 115 disebutkan ada dua sifat Adam as (yang juga
kita miliki) sehingga terjerumus oleh godaan iblis yaitu:

“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu,


maka ia lupa, dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.”

Sifat lupa dan motivasi yang lemah inilah kelemahan kita semua. Ada
yang menyebutkan bahwa lupa berhubungan dengan intelectual
capacity yaitu kemampuan kita untuk mengingat sesuatu. Dan hal ini
bisa diperburuk dengan campur tangan setan seperti hadits yang
menyebutkan godaan setan terhadap orang yang sedang sholat

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 26


MATERI KULTUM RAMADHAN

hingga dia lupa jumlah rakaat yang telah dilakukan. Oleh sebab itu,
perbanyaklah meminta perlindungan Allah swt dari godaan setan agar
kita tidak gampang lupa.

Motivasi yang lemah bisa dikaitkan dengan emotional capacity yang


berasal dari kemauan kita sendiri. Motivasi lemah bisa dilihat dengan
sikap enggan, malas, tidak bersemangat ataupun cuek baik untuk
melakukan kegiatan positif maupun ibadah-ibadah yang diperintahkan
Allah. Titik ekstrim dari orang dengan motivasi nol adalah ketika dia
melakukan bunuh diri atau menganiaya diri sendiri. Motivasi dalam
hidup kita bisa diibaratkan sebagai lilin di kegelapan. Ketika motivasi
kita meredup, kita bisa malas makan, malas bekerja, enggan belajar
sampai tidak punya ide apapun.

Tugas kita sebagai seorang muslim, adalah menjaga agar motivasi ini
terus menyala sehingga kita menjadi lebih bersemangat dalam hidup.
Jagalah semangat hidup ini dengan banyak bersyukur, memiliki visi-
misi hidup, menjauhi kebosanan dan think positively.

Ramadhan merupakan sarana yang diberikan Allah SWT kepada kita


untuk memotivasi kita untuk beribadah dan melakukan kegiatan-
kegiatan positif lainnya yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Materi 14

Meraih Derajat Tertinggi

Memang kita bukan nabi, tetapi inginkah kita disejajarkan dengan Nabi
Muhammad saw?

Memang kita bukan orang yang jujur, tetapi inginkah kedudukan kita
sama dengan Abu Bakar ra?

Memang kita belum tentu mati syahid, tetapi inginkah kita


berkedudukan sama seperti Hamzah ra?

Jawabannya: bisa, untuk mendapatkan derajat yang sama seperti


mereka telah disebutkan dalam QS. An-Nisaa’ 69:

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 27


MATERI KULTUM RAMADHAN

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu


akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat
oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-
baiknya.”

Jadi singkatnya: ikutilah perintah Allah dan Rasul-Nya maka kita akan
meraih kedudukan seperti orang yang telah Allah beri nikmat yang
besar atas mereka.

Tapi apakah hanya itu saja caranya? Ternyata peluang yang sama
juga diberikan kepada pedagang yang jujur dan dapat dipercaya
seperti pada hadits berikut:

Sahabat Abi Sa’id Al-khudri ra berkata, bahwa Nabi saw telah


bersabda: “Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya, kelak pada hari
kiamat akan mendapat kedudukan bersama para nabi, para shiddiqin,
dan para syuhada’.” (HR. Timidzi dan termasuk hadis hasan).

Pedagang dalam hadits ini bisa juga dimaksudkan karyawan. Begitu


besar hikmahnya bila kita bisa menjadi orang yang jujur dan amanat.
Dan dengan semangat yang tersirat dalam hadits ini, marilah kita
bekerja dengan kejujuran dan kepercayaan.

Semoga kita dapat mencapai derajat yang tinggi baik di dunia maupun
di akhirat kelak.

Materi 14

Melegalisasi Perbuatan Buruk

Terkadang atau sering dalam hidup, kita berusaha memaafkan


tindakan kita atau kata lainnya melegalisasikan perbuatan kita.
Maksudnya, kita mengatakan perbuatan kita benar dengan dalih yang
berusaha kita cari kebenarannya. Sebagai contoh, ketika kita menunda
melaksanakan sholat ketika adzan berkumandang, maka kita berdalih

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 28


MATERI KULTUM RAMADHAN

“Saya harus menyelesaikan tugas, bukankah kerja juga ibadah?” atau


“Saya harus mengasuh anak dulu, bukankah ini juga ibadah?” dan lain
sebagainya sehingga begitu pintarnya kita mendapatkan alasan yang
seolah alasan kitalah yang paling benar. Atau cerita lain seperti
seorang pencopet atau pelacur yang melegalkan usahanya demi untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya dengan alasan
mencari nafkah merupakan ibadah!?

Bolehkah kita melakukan hal tersebut?

Cerita yang mirip tertuang dalam kisah nabi Yusuf dalam surat Yusuf.
Ketika itu, saudara-saudara Yusuf melempar Yusuf ke dalam sumur
dan mereka melaporkan kepada nabi Yaqub (ayah mereka) bahwa
Yusuf telah dimakan serigala. Maka Yaqub tidak mempercayai hal
tersebut dan berkata:

“Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang


buruk) itu”
QS. Yusuf 18

Perkataan yang sama diulangi oleh nabi Yaqub dalam ayat 83 kepada
saudara-saudara Yusuf beberapa puluh tahun kemudian.
Pengungkapan perkataan ini secara berulang mengisyaratkan bahwa
pentingnya Allah swt mengingatkan kita semua untuk tidak dengan
mudah mendalihkan bahwa perbuatan kita adalah benar tanpa
landasan yang benar.

Bagaimana agar kita tidak terjerumus pada hal tersebut? Janganlah


kita terburu-buru dalam bertindak. Seringlah kita bertanya pada diri
kita sendiri “Apakah memang yang saya lakukan ini berbuah amal
kebaikan atau berbuah kemaksiyatan?” Atau “Apakah saya
mendapatkan ridho Allah dalam melakukan hal ini atau malah
membuat murka-Nya. Jadi, untuk itu sering-seringlah kita
berinstropeksi dan belajar Islam lebih baik lagi.

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 29


MATERI KULTUM RAMADHAN

Materi 15

Bertemu yang Dicinta

Mungkin pernah diantara kita yang lagi punya idola seorang penyanyi.
Yang kita lakukan adalah mengoleksi kaset atau CDnya. Sering
mendendangkannya kapan saja. Sampai sebelum tidurpun kita masih
lantunkan. Maka ketika penyanyi tersebut mengadakan konser dikota
kita, kita udah pesan tiketnya jauh hari – takut kalau tidak kebagian.
Semua agenda atau janji dibatalkan demi ingin menghadiri konsernya.

Bandingkan dengan bagaimana hubungan kita dengan Allah SWT.


Apakah kita benar-benar mencintai Allah SWT? Mungkin kalau kita
buka koleksi kaset dan CD kita tidak ada koleksi tilawah Al Quran atau
shalawat atau lagu Islami. Sudah berapa seringkah kita membaca atau
mengulang hafalan Al Quran kita? Atau seringkah kita mendendangkan
shalawat dikala senggang kita?

Sudahkah kita mempersiapkan pertemuan kita dengan Allah SWT?


Atau mungkin, na udzu billahi min dzalik, tidak terpikir sama sekali.
Kalau kita tidak pernah berpikir ingin ketemu Allah maka kelihatannya
sulit bagi kita untuk bertemu. Allah hanya akan menemui hambaNya
yang rindu ingin bertemu denganNya.

Seharusnya kita punya keinginan yang sangat untuk bertemu dengan


Allah SWT sehingga kita akan mempersiapkan untuk bertemu
dengannya. Seperti cerita diatas, kita juga harus mempersiapkan
pertemuan dengan Sang Pencipta. Lakukan amal yang disenangi dan
jauhi apa yang dilarang. Dan kita tidak tahu kapan Allah akan
memanggil kita meninggalkan dunia ini. Maka bersegeralah untuk
meningkatkan iman, taqwa dan amal kita. Sehingga kapanpun
sakaratul maut menjemput: “I am looking forward to see you Allah”

“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku


seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. ” QS Adz
Dzariyat 50

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 30


MATERI KULTUM RAMADHAN

Materi 16

Perbedaan Ukuran Dunia dan Akhirat

Sahabat Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah


bersabda: “Allah swt tidak akan melihat kemolekan wajahmu dan
kekayaanmu, tetapi Allah akan melihat hati dan amal perbuatanmu.”
(HR. Muslim).

Hadits ini menuturkan kepada kita adanya dua parameter pada dua
fase kehidupan kita yaitu di dunia dan di akhirat. Pada kehidupan di
dunia kebanyakan manusia akan memberikan penilaian terhadap
manusia berdasarkan tampilan dan kekayaannya. Orang akan
terpesona atau hormat kepada orang yang lebih cantik atau tampan.
Atau juga orang kaya lebih dihormati daripada orang miskin. Sering
jeritan rakyat kecil tidak digubris oleh pemerintah kita. Sedang kalau
yang meminta adalah pengusaha, maka akan segera dikeluarkan
peraturan untuk melindunginya.

Pada fase kedua, yaitu kehidupan di akhirat, Allah swt akan menilai
hati dan amal perbuatan kita didunia. Hati dan amal merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Tidak bisa kita mempunyai niat
baik tapi bertindak merampas hak orang lain. Atau ada orang yang
berpendapat “Yang penting ingat Allah tapi tak perlu sholat.”
Sementara itu, amal kita juga tidak diterima bila kita tidak
mengharapkan ridha Allah. Seperti, melakukan sholat karena ingin
dilihat mertua dan contoh lainnya.

Bagi seorang muslim yang diutamakan adalah menjaga dua parameter


yang dilihat Allah dengan tidak melupakan dua parameter yang dilihat

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 31


MATERI KULTUM RAMADHAN

manusia. Jadi, jangan sekali-kali mengenyampingkan hati dan


perbuatan kita karena itulah bekal kita di kehidupan yang kekal kelak.

Materi 17

Tiga Malam Bersama Calon Penghuni Surga

“Jika Kamu Memperoleh Keni’matan, Niscaya Mereka Bersedih Hati


Dan Jika Kamu Mendapat Bencana, Niscaya Mereka Bergembira
Karenanya.” (Al Imron: 120)

Diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa’i, Anas bin Malik menceritakan


sebuah kejadian yang dialaminya pada sebuah majelis bersama
Rasulullah SAW. Anas bercerita, “Pada suatu hari kami duduk bersama
Rasulullah SAW, kemudian beliau bersabda, “Sebentar lagi akan
muncul dihadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga”. Tiba-tiba
muncullah laki2 Anshar yang janggutnya basah dengan air wudhlunya.
Dia mengikat kedua sandalnya pada tangan sebelah kiri.” Esok
harinya, Rasulullah Saw berkata begitu juga, “Akan datang seorang
laki2 penghuni surga.” Dan muncullah laki-laki yang sama. Begitulah
Nabi mengulang sampai tiga kali. Ketika majelis Nabi selesai, Abdullah
bin Amr bin Al-Ash R.A. mencoba mengikuti laki-laki yg disebut Nabi
penghuni surga tersebut. Kemudian dia berkata kepadanya bahwa dia
mempunyai masalah dengan ayahnya dan berjanji kpd ayahnya
selama tiga hari tidak menemuinya. Dan minta tolong kepada laki-laki
Anshar tadi untuk memberikan kepadanya pondokan selama tiga hari.
Abdullah mengikuti orang tsb ke rumahnya dan tidurlah dia di
rumahnya selama tiga malam. Selama itu dia ingin menyaksikan
Ibadah apakah gerangan yang dilakukan orang itu sehingga disebut
Rasulullah sebagai penghuni Surga. Tetapi selama itu dia tidak
menyaksikan sesuatu yg istimewa dalam ibadah orang itu. Kata
Abdullah,” Setelah lewat 3 malam aku tidak melihat keistimewaan
amalannya, sehingga hampir2 aku meremehkan amalannya, lalu aku
berkata, Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak bertengkar dengan

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 32


MATERI KULTUM RAMADHAN

ayahku dan tidak pula menjauhinya. Tetapi aku mendengar Rasulullah


SAW bersabda tentang dirimu sampai tiga kali, bahwa engkau adalah
penghuni surga. Aku ingin memperhatikan amalanmu supaya aku
dapat menirunya. Mudah2an dengan amal yg sama aku dapat
mencapai kedudukanmu. Lalu orang itu berkata, “Yang akau amalkan
tidak lebih dari yang engkau saksikan.” Ketika aku mau berpaling, kata
Abdullah, dia memanggil lagi dan berkata,” Demi Allah, amalku tidak
lebih daripada yang engkau saksikan. Hanya saja aku tidak pernah
menyimpan pada diriku niat yg buruk thd kaum Muslim, dan aku tidak
pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka atas kebaikan yang
diberikan Allah kepada mereka.”
Lalu Abdullah bin Amr berkata, “ Beginilah bersihnya hatimu dari
perasaan jelek thd kaum Muslimin, dan bersihnya hatimu dari
perasaan Dengki. Inilah tampaknya yang menyebabkan engkau
sampai ke tempat terpuji itu. Inilah justru yang tidak bisa kami
lakukan.”

Memberikan hati yg bersih dan tidak menyimpan dengki thd sesama


muslim kelihatannya sederhana tetapi justru amal itu yg seringkali
sulit kita amalkan. Mungkin kita mampu berdiri, sujud dan ruku
dimalam hari namun sering sangat sulit kita menghilangkan
kedengkian thd sesama Muslim. Mudah2an Allah memberikan
rahmatnya sehingga kita dijauhkan dari dengki.

Materi 18

Tiga Tipe Ibadah Manusia kepada Allah

Tipe ibadah manusia, ataupun menjalin hubungan dengan Allah


menurut Imam Hasan Al Bashri itu ada 3 tipe:

Pertama, beribadah karena rasa syukur kepada Allah. Hamba yang


seperti ini merasakan benar-benar bahwa apa yang ada di sekitarnya
ini tidak lain dan tidak bukan menjadi ada ya karena Allah semata.
Maka bagi dia mulai dari melek mata sampai dengan meremnya tidak
lain dan tidak bukan cuma diisi dengan rasa syukur semata. Layaknya
orang jatuh cinta. Kaum sufi mengibaratkan bahwa rasa syukur ini
layaknya orang mabok kepayang di dunia dan tidak perduli dengan
apapun yang ada kecuali cinta Allah. Ibaratkan menyiram neraka
dengan air cinta dan membakar surga dengan api asmara,
menghilangkan semua alasan dan hanya cinta saja. Maka cukuplah
cinta Allah itu.

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 33


MATERI KULTUM RAMADHAN

Kedua, adalah orang yang beribadah dengan segenap ketakutan


karena kebesaran Allah semata. Entah karena bencana, trauma,
imajinasi, neraka ataupun segenap ketakutan untuk berbuat salah
karena kemahakuasaan Allah. Orang ini begitu detil dan waspada
manakala segala hal kaitannya dengan melanggar sesuatu yang Allah
minta. Hati-hati sekali di dunia dan menganggap dunia ini laksana
melangkah di atas jalan penuh duri. Mulai dari kulitnya, bajunya,
makanannya, orang yang diajak bicara sampai dengan segala sesuatu
yang ditemuinya, selalu dikonsultasikan dengan nalarnya demi tidak
melanggar apa yang Allah sampaikan. Totalitas, patuh !

Ketiga, adalah orang yang beribadah layaknya jual beli: dia beribadah
karena tertaik dengan janji-janji Allah yang mengiming-imingi surga,
ataupun dia beribadah karena takut akan neraka. Semuanya dia
hitung-hitung: amalnya, sumbangannya, dakwahnya, nafkahnya dan
lain sebagainya dengan akumulasi pahala yang diterima, plus semua
juga dihitung ketika dia melakukan hal-hal yang sekiranya berakibat
dosa. Haram, makruh, mubah dan segalanya dia hitung. Ketika
berhubungan dengan masyarakat dan melakukan amalan pun juga dia
hitung mana yang pahalanya paling besar, baru dia memilih yang itu.
Doanya pun barangkali isinya dimaterialkan: kemuliaan dunia akhirat,
keselamatan keluarga, kemakmuran, kekayaan, kecantikan dan
semua-muanya. Allah pun menjanjikan: berbisnis dengan Aku, tidak
akan pernah rugi.

Mana yang terbaik diantara ketiganya? Ternyata ketiga-tiganya boleh


dilakukan dan tidak bisa diperbandingkan. Ujung-ujungnya, tujuan dari
ketakwaan itu juga sama: kalau dilakukan dapat cinta Allah (entah
direpresentasikan dengan surga, keberkahan dll) dan kalau dilanggar
dapat bencinya Allah (entah direpresentasikan dengan adzab, murka,
neraka, kerugian dll). Orang yang demikian cinta kepada Allah
tentunya tidak akan pernah rugi di dunia maupun di akhirat. Orang
yang demikian cinta kepada Allah , laksana budak Allah, tentunya akan
mematuhi segala apa yang disyariatkan atau diperintahkan Allah.
Orang yang bertaqwa dengan alasan surga, mana bisa tidak meyakini
Allah? Bagaimanapun Allah adalah Dzat yang abstrak dalam panca
indera sehingga hanya percaya saja yang bisa membuat dia seolah
sedang berbisnis dengan sesuatu yang nyata. Maka diantara ketiga
cara di atas, tidak ada yang lebih baik ataupun lebih buruk. Sah-sah
saja mencintai dengan model salah satu diantaranya.

Materi 19

Taqwa (1): Hakikat Taqwa

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 34


MATERI KULTUM RAMADHAN

Pada setiap kesempatan dalam kehidupan kita sehari–hari kita sering


mendengar kata-kata taqwa, bahkan setiap sholat Jum’at khotib selalu
mengajak kepada ketaqwaan karena itu merupakan rukun khutbah.
Tetapi apa sebenarnya taqwa itu sendiri, mengapa Islam sangat
menekankan kepada pemeluknya untuk mempunyai predikat taqwa ?

Taqwa sebenarnya lahir dari sebuah keimanan yang kokoh yang selalu
dipupuk dengan perasaan diawasi Allah, merasa takut terhadap murka
dan adzabnya dan selalu berharap atas limpahan karunia dan
maghfirohNya. Atau sebagaimana di katakan oleh para ulama taqwa
adalah hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam laranganNya
dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintahNya. Dalam Al
Qur’an perintah dan sokongan untuk melaksanakannya banyak
ditemukan, bahkan hampir di setiap halaman pasti kita temukan
kalimat taqwa. Begitu juga dalam kehidupan para sahabat dan
salafussoleh.
Sahabat Umar bin Khottob r.a. Bertanya kepada Ubai bin Ka’ab tentang
taqwa, Ubai r.a. Menjawab “Bukankah anda pernah melewati jalan
yang penuh duri?” “Ya”, jawab Umar “Apa yang anda lakukan saat
itu?” “Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati” “Itulah
taqwa”jawab Ubai r.a.

Berpijak dari jawaban Ubai bin ka’ab itulah Sayyid Qutb berkata dalam
tafsir Fi Zhilalil Qur’an: “Itulah taqwa, kepekaan batin, kelembutan
perasaan, rasa takut, terus menerus selalu waspada dan hati-hati
jangan sampai kena duri jalanan.
Jalan kehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan dan syahwat,
kerakusan dan angan-angan, kekhawatiran dan keraguan, harapan
semu atas segala sesuatu yang tidak bisa diharapkan. Ketakutan palsu
dari sesuatu yang tidak pantas untuk ditakuti dan masih banyak duri-
duri yang lainnya”.

Cukup lah kiranya, keutamaan dan pengaruh taqwa merupakan


sumber segala kebaikan di masyarakat, sebagai satu-satunya cara
untuk mencegah kerusakan, kejahatan dan perbuatan dosa. Taqwa
merupakan pilar utama dalam pembinaan jiwa dan akhlaq seseorang
agar dapat menghadapi tantangan kehidupan ini. Agar ia dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan agar ia
bersabar atas segala ujian dan cobaan.

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 35


MATERI KULTUM RAMADHAN

Materi 19

Taqwa (2): Jalan Menuju Taqwa

Ada beberapa jalan yang harus ditempuh seorang mukmin untuk


mencapai sifat taqwa :

Pertama, Mu’ahadah (mengingat perjanjian dengan Allah) dalam QS


An Nahl 16:91 Allah berfirman: “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah
apabila kamu berjanji dan jangan lah kamu membatalkan sumpah2mu
itu sesudah meneguhkannya…”

Cara mu’ahadah adalah dengan menngingat janji antara dia dan Allah
untuk mengintrospeksi diri seraya mengatakan pada dirinya: “Wahai
jiwaku, sesungguhnya kamu telah berjanji kepada robbmu setiap hari
disaat kamu berdiri membaca”:
“Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau
kami mohon pertolongan”

Dalam QS Al Mukminun :2 dikatakan bahwa “orang-orang yang khusyu


dalam sholatnya mereka termasuk golongan yang menang (Taqwa)”
dan dalam QS Al Ma’arij 70 : 22-23 bagi orang-orang yang konsiten
dalam sholat (daimun) akan mendapatkan balasan surga dari Allah.
“Kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat yang mereka itu daim
(tetap) mengerjakan sholatnya”

Kedua, Muroqobah (merasakan kesertaan Allah) landasan


muroqobah dapat kita temukan dalam surat As Syu’ara 26:218-219)
yang terjemahannya “Yang melihat kamu ketika kamu berdiri dan
melihat pula perubahan gerak badanmu diantara orang yang sujud”

Dalam sebuah hadits ketika nabi saw ditanya tentang ihsan beliau
menjawab :
“Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu
melihatNya dan jika memang kamu tidak melihatNya maka
sesungguhnya Allah melihat kamu” (HR Bukhori dan Muslim).

Cara muroqobah adalah hendaklah sebelum memulai pekerjaan atau


amal seorang mukmin memeriksa dirinya. Apakah setiap gerak dan
ketaatannya dimaksudkan untuk kepentingan pribadi dan mencari
poppularitas atau karena dorongan ridho Allah dan mencari pahalaNya.
Jika memang karena ridho Allah maka ia akan tetap melaksanakannya

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 36


MATERI KULTUM RAMADHAN

walaupun hawa nafsunya tidak setuju dan ingin meninggalkannya. Jadi


dalam setiap pekerjaan kita hendaklah menyertakan doa-doa yang
telah diajarkan atau minimal kita mengucapkan basmalah dan ketika
niat kita menyimpang selalu kita koreksi terus menerus pada saat kita
melakukan suatu amal atau pekerjaan. Itulah hakikat ikhlas, hakikat
pembebasan diri dari penyakit nifaq dan riya’ dan orang-orang yang
ikhlas (mukhlisun) adalah orang-orang yang bertaqwa.

Ketiga, Muhasabah (Introspeksi diri), dasarnya terdapat dalam


surat Al Hasyr:18

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Muhasabah berarti hendaklah seorang mukmin munghisab


(menghitung-hitung) dirinya ketika selesai melakukan amal perbuatan
apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan ridho Allah? Atau apakah
amalnya dirembesi sifat riya’? apakah dia sudah memenuhi hak-hak
Allah dan hak-hak manusia?

Sahabat Umar bin khottob ra. Pernah berkata : “Hisablah diri kalian
sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian
ditimbang dan bersiap-siaplah untuk mengikuti pertunjukan yang
agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan kepada pemeriksaan,
tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang satupun”. Jika kita
telah dapat menghisab diri dalam urusan yang besar maupun dan
berusaha keras melakukan kholwat ( menyendiri bersama Allah)
dimalam hari dengan Allah untuk melihat apa yang akan
dipersembahkan di hari kiamat nanti…. Maka dengan demikian
saudara telah melangkah menuju taqwa dan menapaki perjalanan
rohani bahkan akhirnya kita akan sampai kederajat para muttaqien.

Keempat, Mu’aqobah (pemberian sanksi) dasar mu’aqobah dalam Al


Qur’an di penggalan Surah Al Baqoroh:178) “Dan dalam qishosh itu
ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-orang yang
berakal, supaya kamu bertaqwa”

Mu’aqobah berarti hendaklah seorang mukmin apabila menemukan


kesalahan maka tak pantas baginya untuk membiarkannya. Sebab
membiarkannya akan mempermudah terlanggarnya kesalahan-
kesalahan yang lain dan akan semakin sulit untuk meninggalkannya,
bahkan sebaiknya kita memberikan sanksi dengan sanksi yang mubah.
Sahabat Umar al faruq suatu ketika pernah disibukkan oleh suatu
urusan sehingga waktu maghrib lewat sampai muncul dua bintang.

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 37


MATERI KULTUM RAMADHAN

Maka setelah melakssanakan sholat maghrib beliau memerdekakan


dua orang budak.

Kelima, Mujahadah (Optimalisasi) dalam QS Al Ankabut: 69 “Dan


orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-
benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik”

Seorang mukmin dalam beramal dan beribadah harus memaksa


dirinya melakukan amal-amal sunnah (sesuai tuntunan Nabi
Muhammad saw) dan dalam hal ini ia harus tegas, serius dan penuh
semangat sehingga akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang
mulia bagi dirinya dan menjadi sikap yang melekat pada dirinya.
Dalam hal ini cukuplah Rasulullah saw menjadi qudwah yang patut di
teladani sebagaimana di riwayatkan oleh Aisyah ra : “Rasulullah saw
melaksanakan sholat malam hingga kedua tumitnya bengkak. Ketika
Aisyah ra bertanya “Mengapa engkau lakukan hal itu? Bukankah Allah
sudah mengampuni dosamu yang sudah lalu dan yang akan datang?”
Rasulullah menjawab:”Bukankah sepantasnya aku menjadi seorang
hamba yang bersyukur? (HR Bukhari dan Muslim)

Selain itu untuk menumbuh subur kan ruhiah kita ada beberapa cara
diantaranya : Dengan mengingat kematian melalui ziarah kubur,
takziah orang meninggal atau membesuk orang sakit, membayangkan
hari akhirat dan hal ahl yang berkaitan dengannya melalui kisah Al
Qur’an dan hadits nabi, banyak membaca dan mentadaburi (mengkaji)
Al Qur’an, berzikir kepada Allah dalam setiap waktu dan keadaan,
bersahabat dengan orang-orang sholeh, dan memperbanyak ibadah-
ibadah wajib maupun sunnah.

Materi 20
Ikhlash Dalam Beramal

“…dan tidaklah kalian diperintah kecuali beribadah kepada Allah dengan


ikhlas...” (QS 98:5).

Telah kita ketahui bersama bahwa syarat diterimanya amal adalah benar dan
ikhlas. Benar mencontoh Rasulullah, ikhlas ditujukan semata untuk mencari
keridhaan Allah. Kedua syarat itu tentunya mesti mengiringi setiap amal yang
kita lakukan agar kita layak memperoleh surga Allah nanti di yaumil akhir.
Berbicara tentang ikhlas ada tiga ciri keikhlasan yang perlu kita tahu.
Pertama memiliki perasaan sama bila dipuji atau dicela. Tidak bangga atau
gembira ketika dipuji dan tidak jengkel atau marah ketika dicela. Kedua tidak
merasa berjasa atau berprestasi dengan amalnya. “Karena sayalah Islam
semerbak di kecamatan ini, dan sayalah yang pertama merintis pembinaan di
kampus itu”, adalah contoh ketidakikhlasan. Ketiga mengharapkan pahala

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 38


MATERI KULTUM RAMADHAN

amal itu di akhirat, tidak di dunia, … “in ajriya illa ‘alalladzii fatharani,
sesungguhnya upah kami adalah dari Allah yang menciptakan kami…” (QS
11:51).

Berikut ini sejumlah ilustrasi yang mungkin dapat memantapkan azam kita
untuk selalu ikhlas dalam beramal.
(1) Kisah pertama. Seorang Arab Badui, tidak disebut namanya, datang
kepada Rasulullah kemudian beriman mengikuti Rasul dan meminta untuk
ikut hijrah sampai akhirnya ikut Perang Khaibar. Pada saat pembagian
ghanimah dia berkomentar “apa ini”? sahabat menjawab “jatah kamu yang
telah disiapkan Rasulullah”, “aku ikut kamu ya Rasul bukan karena ini, tapi
aku ingin leherku tertusuk anak panah, aku mati dan aku masuk surga”.
Kemudian terjadi perang lagi dan sahabat Arab Badui ini ikut berperang dan
terbunuh, lehernya terkena anak panah. Pada saat itu jasadnya dibawa
kepada Rasulullah. Rasul menyolatkannya dan berdoa “ya Allah ini seorang
hambamu keluar berhijrah di jalanmu kemudian terbunuh mati syahid dan
aku menjadi saksi baginya.
(2) Kisah kedua. Ada kisah populer yang disebut Shahibun Naqab (Orang
yang Bercadar), tentang seorang prajurit di waktu peperangan di masa
Umayyah yang dipimpin Maslamah bin Abdul Malik. Ketika terjadi
pengepungan sebuah benteng musuh tak ada satupun sahabat yang berhasil
membuka benteng itu. Dalam kesempatan itulah prajurit ini masuk dengan
melubangi tembok benteng (maka disebut naqab artinya lubang). Lewat
lubang yang dia buat itulah tentara Islam bisa mengalahkan musuh. Sehabis
peperangan Maslamah meminta agar tentara yang melubangi tembok
melapor padanya. Setelah sekian lama tidak ada yang melapor, akhirnya
datanglah seorang bertopeng menemui Maslamah. “Aku akan beritahu siapa
tentara yang melubangi benteng itu, dengan syarat: pertama, jangan tanya
siapa namanya, kedua jangan dicatat dalam sejarah, ketiga jangan diberi
imbalan apapun.” Kemudian Maslamah menyanggupi. Lalu orang bertopeng
itu memberitahu bahwa dialah orangnya dan segera setelah itu dia pergi
meninggalkan Maslamah. Kisah ketiga tentang Imam Syafi’i yang
memesankan kepada murid-muridnya agar janganlah menyebutkan namanya
atau menghubungkan satu hurufpun kepada dirinya sebagai penguat
argumentasi kebenaran. Maksudnya “ini menurut Imam Syafi’i, ini diambil
dari Kitab Al Umm karya Imam Syafi’i.” Bahkan Imam Syafi’i mengatakan
saya tidak pernah mendebat seseorang atau berdiskusi dengan seseorang
untuk menjatuhkan dia atau untuk mengalahkan dia melainkan saya
berharap ketika saya berdiskusi dengannya kebenaran muncul dari dirinya
sendiri.
Keinginan kita untuk senantiasa ikhlas hendaknya jangan menjadi
penghalang kita untuk menjadi gamang atau takut beramal. Ulama
memberikan batasan : “meninggalkan amal karena manusia itu riya, karena
takut dilihat orang kemudian tidak mau beramal itu juga riya, sementara
beramal untuk manusia itu syirik, dan ikhlas terlepas dari keduanya.” Artinya
janganlah karena takut riya kemudian kita enggan beramal. Semestinya terus
perbanyak amal tanpa perduli dilihat atau tidak dilihat manusia namun
berusahalah untuk tidak terjatuh pada riya.
“Sesungguhnya amal seseorang bergantung pada niat, dan dia akan
memperoleh apa yang dia niatkan…” ( Hadits Pertama Arbain An Nawawiyah)

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 39


MATERI KULTUM RAMADHAN

Materi 21

Lima Konsekuensi Seorang Muslim

Islam merupakan agama yang mengajarkan kepada umat manusia bahwa


untuk menjadi Muslim tidak ada unsur pemaksaan. Dalam artian, masuk
Islam haruslah dengan keinginan sendiri, dari dorongan hati yang paling
dalam. Karena itu, siapa pun yang memaksa manusia untuk masuk Islam,
tidak bisa dibenarkan. Allah SWT berfirman, “TIdak ada paksaan dalam
(menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara
jalan yang benar dengan jalan yang sesat….” (QS al-Baqarah: 256)

Asbabun nuzul atau sebab turun ayat di atas terkait dengan seorang sahabat
yang dulunya beragama Yahudi. Ia bukan hanya sudah menjadi Muslim, tapi
juga menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam dan ia rasakan kenikmatan
sebagai seorang Muslim. Karenanya, ia berusaha agar anaknya yang sudah
dewasa juga masuk Islam. Ia pun mengajak, menasihati, membujuk, sampai
memerintah agar anaknya itu masuk Islam. Namun, anaknya tetap tidak
mau, sampai akhirnya ia memaksa anaknya itu untuk masuk Islam. Ketika
sudah sampai pada tingkat pemaksaan, maka tumnlah ayat ini yang
melarang kaum Muslimin memaksa orang kafir untuk masuk agama Islam,
meskipun anaknya sendiri.
Namun, ketika seseorang sudah menyatakan diri masuk ke dalam Islam, ia
sebenarnya bukan dipaksa. Tetapi, dituntut untuk disiplin dalam Islam dan ini
berlaku dalam hal apa pun. Misalnya, seseorang tidak dipaksa untuk
melamar kerja di suatu perusahaan. Namun, ia melamarnya dan ia pun
diterima sebagai karyawan di perusahaan itu. Sehingga, berlakulah segala
ketentuan di perusahaan itu terhadap dirinya yang harus dilaksanakan
dengan penuh kedisiplinan. Untuk menegakkan kedisiplinan itulah,
kadangkala seseorang merasa dipaksa. Padahal, sebenamya hal itu sebagai
konsekuensi dari kesediaannya untuk memasuki suatu perusahaan. Demikian
pula halnya dengan masuk Islam, yang menuntut orang untuk disiplin dalam
menjalani kehidupan, sebagaimana yang ditentukan oleh ketentuan Islam. Di
sinilah seolah-olah ada unsur pemaksaan. Paling tidak, ada lima konsekuensi
yang harus dilaksanakan bagi siapa saja yang telah menyatakan dirinya
sebagai Muslim.

Pertama, menerima seluruh ayat Al Qur’an. Hal ini karena Islam


merupakan agama yang didasari oleh wahyu yang sudah termuat di dalam Al
Qur’an. Setiap Muslim harus beriman kepada Al Qur’an sebagai kitab suci
yang asli. Sehingga, ia mau menerima seluruh ayat di dalam Al Qura’an, baik
muatannya itu disenangi atau tidak. Sikap menerima terhadap apa yang
terdapat di dalam Al Qur’an akan membuat seorang muslim mau memenuhi
apa yang menjadi tuntunan di dalamnya. Kaum muslimin diperingatkan agar
tidak seperti orang-orang Yahudi yang beriman pada satu ayat, lalu kufur
pada ayat lainnya. Allah swt berfirman “…..Apakah kamu beriman kepada
sebagian Kitab 9Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain) ? Maka tidak
ada balasan (yang pantas) bagi orang berbuat demikian di antara kamu
selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 40


MATERI KULTUM RAMADHAN

dikembalikan kepda azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap
apa yang kamu kerjakan.” (QS : Al Baqarah :85)

Menerima seluruh ayat di dalam Al Qur’an merupakan perkara yang sangat


mendasar. Karena, dengan demikian seseorang akan bersedia nantinya
untuk hidup sesuai dengan Al Qur’an. Atau meminjam istilahnya Sayyid
Quthb, yakni hidup dibawah naungan Al Qur’an.

Kedua, yang merupakan konsekuensi menjadi Muslim adalah


berhukum pada ketentuan Islam. Setiap orang yang mengaku Muslim
atau mukmin amat dituntut untuk menjalani kehidupan sesuai dengan
ketentuan Allah dan Rasulnya. Misalnya bila ia mau menikah, maka seorang
lelaki harus menikah dengan wanita, bukan lelaki menikah dengan lelaki,
atau wanita menikah dengan wanita sebagaimana yang dilakukan orang-
orang kafir. Bahkan, Islam mengatur tidak hanya lelaki menikah dengan
wanita, tapi juga harus menikah dengan muslimah yang salehah, bukan
dengan orang kafir. Selanjutnya, bila ia mencari nafkah, maka mencarinya
harus dengan cara yang halal, bukan menghalalkan segala cara, dan
begitulah seterusnya.

Manakala seseorang tidak mau diatur dengan hukum Allah, maka tidak
pantaslah ia menjadi Muslim bila ketentuan Allah swt dan Rasul-Nya yang
mulia itu diabaikan begitu saja. Allah swt berfirman :”Dan tidaklah pantas
bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain)
bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Alah
dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang
nyata. “(QS al -Ahzaab :36)

Ketiga, konsekuensi menjadi Muslim adalah tidak mencampur antara


yang haq atau benar dengan yang bathil. Dua hal sangat berbeda dan
saling bertentangan. Karenanya jangan sampai dalam kehidupannya,
seorang Muslim mencampur aduk antara yang haq dengan yang bathil itu
dalam sikap, pendapat, dan tingkah lakunya sehari-hari. Allah swt berfirman
” Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan
(janganlah)kamu sembunyikan, sedangkan kamu mengetahuinya.” (QS al-
Baqarah:42).

Oleh karena itu, setiap muslim harus selalu mengikuti apa yang telah
ditentukan oleh Allah swt agar dapt mencapai ketaqwaan yang tertinggi,
sebagaimana firman-Nya “Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka
ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-
beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu
agar kamu bertaqwa.” (QS al-An’aam:153)

Keempat, yang menjadi konsekuensi seorang Muslim adalah


meninggalkan hal-hal yang tidak islami. Ketika seseorang telah
menyatakan dirinya sebagai Muslim, hal yang amat dituntut sebagai
konsekuensi dari tidak mencampuradukkan antara yang haq dengan yang
bathil adalah meninggalkan hal-hal yang tidak islami. Karenanya, ketika ada

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 41


MATERI KULTUM RAMADHAN

sekelompok sahabat yang dahulunya beragama Yahudi masih juga ingin


menjalankan ibadah dalam Yahudi, bahkan mereka meminta kepada
Rasulullah, maka dengan tegas Allah SWT melarang yang demikian dengan
firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam
secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan.
Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS al-Baqarah: 208)

Konsekuensi yang terakhir atau yang kelima adalah menunjukkan


kebanggaan sebagai Muslim. Bangga sebagai Muslim berarti seseorang
merasa senang menjadi Muslim.
Sehingga, ia akan selalu menunjukkan kepribadian atau identitas
keislamannya, di mana pun ia berada, serta bagaimana pun situasi dan
kondisinya. Ini akan membuatnya selalu hidup dengan akhlak yang mulia,
sebagaimana yang telah ditentukan ajaran lslam. Karena itu, Rasulullah saw.
bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada.
lringilah keburukan dengan kebaikan, ia akan menghapusnya. Serta,
pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Ahmad, at-Tirmidzi,
Hakim, dan al-Baihaqi)

Dengan kebanggaannya sebagai Muslim, seseorang akan selalu istiqamah


atau memiliki pendirian yang kuat dalam mempertahankan nilai-nilai lslam.
Ini pula yang amat ditekankan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw.
serta para sahabatnya. Allah SWT berfirman, “Maka tetaplah engkau
(Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan
kepadamu dan (juga) orangyang bertobat bersamarnu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS
Huud:112) Dari uraian di atas, kita bisa menilai sendiri apakah kita sudah
menjadi Muslim yang sesungguhnya, atau sekadar pengakuan yang
jangankan Allah SWT, orang lain saja sudah meragukan keislaman kita.
Karenanya, masih ada waktu untuk memperbaiki keislaman kita masing-
masing.

Materi 22
Amalan-Amalan Hati (Bagian pertama)

Upaya untuk memperbaiki amalan hati termasuk hal yang sangat penting
dan kewajiban yang sangat ditekankan serta merupakan taqarrub dan
ketaatan yang mulia dalam agama kita. Seorang ulama yang bernama
Ahmad bin Hasd ditanya, amalan apakah yang paling afdhal, beliau
menjawab: “Apabila seseorang berusaha menjaga rahasianya, menjaga hati
dan jiwanya agar tidak berpaling dari Allah SWT”
Sepantasnyalah setiap muslim untuk selalu memperhatikan hatinya,
berusaha memperbaiki hatinya, menegakkan hatinya untutk senantiasa
berada ditempat-tempat yang dicintai dan diridhoi oleh Allah SWT serta
menghilangkan dan membersihkan hati dari segala hal-hal yang tidak diridhoi
oleh Allah SWT. Amalan-amalan hati itu banyak macamnya, di antaranya:
1. Mengikhlaskan agama dan ketaatan kepada Allah SWT.
2. Selalu setia kepada Allah SWT, begitu juga kita hendaknya selalu memberi
nasehat kepada para hamba-hamba Allah, berbuat baik pada mereka dan

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 42


MATERI KULTUM RAMADHAN

hendaknya kita selalu membersihkan hati kita terhadap manusia dari


segala macam sifat dengki, iri hati dan lain-lain.
3. Selalu berusaha untuk menghadirkan rasa takut dalam berdzikir kepada-
Nya. Mengkhusyu’kan hati kita pada saat mendengarkan ayat-ayat Allah
sebagaimana firmanNya dalam surah Al-Anfal ayat 2.
4. Bagaimana kita memantapkan rasa tawakkal kita pada Allah SWT kita
menyandarkan diri sepenuhnya kepada Allah Segala urusan, kita serahkan
pada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah QS. Mu’min ayat 44 “…. Dan
aku menyerahkan urusanku kepada Allah, sesungguhnya Allah maha
melihat akan hamba-hambanya”.Ada seorang ulama mengatakan bacaan
ini bagus dijadikan do’a apabila kita merasakan ada ancaman-ancaman
yang membahayakan . Termasuk juga bacaan yang bagus dibaca, saat
rasa takut menimpa kita ialah: “Cukuplah Allah bagi kami dan Dialah
sebaik-baik pelindung”. Begitu juga pada saat kita merasa kesukaran,
kehidupan yang sempit, atau urusan kita selalu sukar atau sulit, bacaan
yang bagus dibaca adalah doanya nabi Yunus ketika dia berada didalam
perut ikan. Artinya :”Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha suci Engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dzalim “(QS.Al-
Anbiya:82). Ada seroang sahabat bertanya; Ya Rasulullah, apakah do’a ini
hanya diperuntukkan kepada Nabi Yunus ? Rasulullah bersabda :
Bahasanya do’a ini untuk semua orang-orang beriman. Jadi amalan hati
yang baik adalah tawakkal. Dalam sebuah kitab : Tawakkal ibarat seekor
kuda yang diberikan beban yang berat, lalu ia hanya bisa duduk dan diam
tidak bisa bergerak, dia hanya pasrah kepada tuannya, begitulah
seharusnya kita terhadap Allah SWT, pasrah dan berserah diri pada-Nya.
Tapi disini juga kita dianjurkan untuk berusaha terlebih dahulu, sebelum
bertawakkal.
5. Takut pada Allah diwaktu sendiri, maupun ditengah-tengah orang banyak.
6. Ridho pada Allah, Tuhan kita ; Islam sebagai agama kita dan Muhammad
sebagai Nabi dan utusan Allah. Menerima semua aturannya dan segala
konsekuensinya dengan hati yang ridho.
7. Kesiapan kita untuk menderita dengan penderitaan seberat-beratnya, itu
lebih baik kita pilih dari pada kafir terhadap Allah.
8. Perasaan seorang hamba yang selalu merasa adanya kebersamaan Allah
(ma’iyatullah).
Inilah amal-amal yang selalu menjadi pusat pandangannnya Allah terhadap
hamba-hamba-Nya. Dalam satu hadits Nabi : “Sesungguhnya Allah tidak
memandang bentuk tubuh kamu, roman muka kamu, tetapi yang Allah
pandang adalah hati kamu”. Perkataan ulama bernama Abu Hafsah : ”
Apabila engkau duduk dihadapan manusia, maka hendaklah kamu
menasehati hati kamu, jangan kamu tertipu dengan banyaknya orang
dihadapan kamu, karena sesungguhnya mereka itu hanya
melihat/memperhatikan kamu secara lahiriahmu, namun Allah selalu melihat
hatimu”. Perkataan Umar bin Abdul Azis: “Andaikata kita tidak boleh
memberi nasehat, kecuali kalau kita sudah sempurna, maka tidak ada orang
yang akan memberi nasehat” Perkataan syekh Ibrahim: “Jangan sampai kita
menyatakan kita tidak ingin berda’wah, karena kita belum sempurna, kata
beliau; kewajiban kita pada ilmu ada 2 yaitu mengamalkan dan
menyampaikan”.

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 43


MATERI KULTUM RAMADHAN

Materi 23
Amalan-Amalan Hati (Bagian Kedua)

Upaya untuk memperbaiki amalan hati termasuk hal yang sangat penting
dan kewajiban yang sangat ditekankan serta merupakan taqarrub dan
ketaatan yang mulia dalam agama kita. Seorang ulama yang bernama
Ahmad bin Hasd ditanya, amalan apakah yang paling afdhal, beliau
menjawab: “Apabila seseorang berusaha menjaga rahasianya, menjaga hati
dan jiwanya agar tidak berpaling dari Allah SWT” Sepantasnyalah setiap
muslim untuk selalu memperhatikan hatinya, berusaha memperbaiki hatinya,
menegakkan hatinya untutk senantiasa berada ditempat-tempat yang
dicintai dan diridhoi oleh Allah SWT serta menghilangkan dan membersihkan
hati dari segala hal-hal yang tidak diridhoi oleh Allah SWT. Amalan-amalan
hati itu banyak macamnya, di antaranya:
1. Selalu merasa adanya kehadiran Allah disetiap kehidupannya, contoh:
ketika Nabi Yusuf dipenjara, beliau tidak pusing atau benci, malahan dia
berdakwah dalam penjara, karena dia merasa kehadiran Allah disetiap
waktu dan hidupnya. Tapi kita juga tidak boleh berfaham (dari kalimat
Allah itu dekat) bahwa Allah dimana-mana, maksud dari Allah itu dekat
bukan zatnya tapi ilmunya, penglihatannya, pengawasannya. Adapun
Allah itu Maha Tinggi dan tidak ada satupun diatasnya.
2. Lebih memilih kecintaan kepada Allah dan RasulNya, dari pada
kecintaan selain keduanya.
3. Cinta karena Allah dan benci karena Allah. Dalam satu hadits Nabi
menyatakan: Ada 3 hal, jika ke-3nya dimiliki maka kita akan merasakan
manisnya beriman, yaitu: ” Ia mengutamakan lebih mencintai Allah dan
Rasul-Nya. ” Mencintai seseorang/sesuatu karena Allah. ” Ia benci kembali
pada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan kedalam neraka.
4. Memberi sesuatu karena Allah dan menahan sesuatu karena Allah.
Segala gerak kita, diam kita selalu diperuntukkan karena Allah dan
kelapangan hati kita dalam mentaati Allah baik berupa harta, badan dan
tenaga kita.
5. Merasa senang dan gembira kalau sempat melakukan kebaikan dan
perasaan sedih jika ia melakukan dosa dan hal-hal yang dilarang oleh
Allah SWT. Siapa yang memiliki sifat ini, maka ia telah memiliki bibit
keimanan dalam hatinya.
6. Peduli kepada orang lain. Sifat hati yang sangat mulia, kalau
seseorang itu selalu memberikan kepeduliaan kepada orang-orang
beriman baik harta maupun tenaga. Siapa-siapa yang mempunyai
perasaan sedih atas penderitaan orang-orang beriman, ini berarti tanda-
anda adana keimanan dalam hatinya.
7. Malu melakukan perbuatan buruk. Sifat hati yang mulia; banyak
perasaan malunya, terutama malu melakukan hal-hal yang tidak
sepantasnya dilakukan. ” Malu termasuk bagian dari iman. ” Iman dan
malu selalu bergandengan.
8. Akhlak yang baik (khusnul Khuluk), amalan hati yang sangat baik
dimana dia mencintai orang lain seperti dia cintai pada dirinya sendiri.
9. Merasa kecewa jika ada perbuatan maksiat yang dilakukan ditengah-
tengah kita, juga kita tidak condong/berpijak/mengidolakan orang-orang

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 44


MATERI KULTUM RAMADHAN

kafir. Dalam suatu hadits Nabi bersabda : “Seseorang itu bersama orang
yang dicintai.” maka jadikanlah idola kita Rasulullah, sahabatnya dan
orang-orang shaleh, siddiqin, syuhada.
Inilah amal-amal yang selalu menjadi pusat pandangannnya Allah
terhadap hamba-hamba-Nya. Dalam satu hadits Nabi : “Sesungguhnya
Allah tidak memandang bentuk tubuh kamu, roman muka kamu, tetapi
yang Allah pandang adalah hati kamu”. Perkataan ulama bernama Abu
Hafsah: ” Apabila engkau duduk dihadapan manusia, maka hendaklah
kamu menasehati hati kamu, jangan kamu tertipu dengan banyaknya
oang dihadapan kamu, karena sesungguhnya mereka itu hanya
melihat/memperhatikan kamu secara lahiriahmu, namun Allah selalu
melihat hatimu”. Perkataan Umar bin Abdul Azis: “Andaikata kita tidak
boleh memberi nasehat, kecuali kalau kita sudah sempurna, maka tidak
ada orang yang akan memberi nasehat” Perkataan syekh Ibrahim:
“Jangan sampai kita menyatakan kita tidak ingin berda’wah, karena kita
belum sempurna, kata beliau; kewajiban kita pada ilmu ada 2, yaitu
mengamalkan dan menyampaikan”.

Materi 24
Konsep Islam (Bagian Pertama)

Islam memberikan konsepsi yang lengkap dan sempurna tentang seluruh


aspek kehidupan (minhajul hayah) dengan konsepsi yang benar.

1. Keyakinan ( al-i’tiqodi)
QS Al Baqoroh ayat 255 “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-
Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit
dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-
Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah
tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi
Maha besar.” yakni keyakinan tentang Tuhan, nama dan sifatnya;
kekuasaan wewenang dan hak-hakNya; pengawasan-Nya, pembalasan-
Nya di dunia dan di akhirat; tentang nabi dan Rasul; atentang alam ghaib,
malaikat, jin, iblis, setan, kehidupan sesudah mati; alam barzah;
kebangkitan; hisab, surga, neraka dan hal-halghaib lainnya. semua
dijelaskan tuntas dalam aqidah Islamiyah.

2. Akhlak (al-akhlaqi)
QS Al A’raaf ayat 96 “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman
dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu,
Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. dan QS Ar Ra’d ayat
28“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram”. Yakni sikap moral manusia terhadap Allah,

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 45


MATERI KULTUM RAMADHAN

dirinya, sesama manusia dan alam semesta. Aqidah islamiyah akan


membentuk kesadaran untuk sealu berbuat yang terbaik dan menghindari
yang buruk”.

3. Tingkah laku (as-suluki)


QS Surat Al Baqoroh ayat 138 “Shibghah Allah*). dan siapakah yang lebih
baik shibghahnya dari pada Allah? dan Hanya kepada-Nya-lah kami
menyembah”.*) Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah
yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan.
Yakni tindakan psikomotorik yang bersumber dari aqidah dan akhlak-Nya.
Sistem Islam mengarahkan agar budaya perilaku manusia menjadi mulia
dan terhormat.

4. Perasaan (asy-syu’uri)
QS Ar Ruum ayat 30 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” fitrah Allah:
maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri
beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah
lantara pengaruh lingkungan. QS Asy Syu’araa’Surat 26 ayat 192 – 195
yaitu “192. Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta Alam, 193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin
(Jibril),194. Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, 195. Dengan
bahasa Arab yang jelas.” Yakni perilaku jiwa dalam merespon segala
sesuatu. Perasaan sangat dipengaruhi oleh aqidah dan akhlak. Islam
secara sempurna menyentuh aspek ini sehingga melahirkan generasi
yang lembut, sensitif, tegas dan welas asih sesuai konteks yang
melatarbelakangi.

Materi 25

Konsep Islam (Bagian Kedua)

5. Pendidikan (at-tarbawi)

QS Al Baqoroh surat ke 2 ayat 151 “ Sebagaimana (Kami Telah


menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu
Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan
mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. QS Ali ‘Imran
surat ke 3 ayat 164. “Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-
orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul
dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat
Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al
Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu,

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 46


MATERI KULTUM RAMADHAN

mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” QS surat Al


Jumu’ah ayat 2. “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As
Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata:” Islam sebagai pedoman hisup harus dipahami
dengan baik dan diwariskan pemahamannya kepada generasi penerus agar
mereka tidak sesat, prosestersebut hany berhasil melalui pendidikan yang
Islami.

6. Sosial (Al-ijtima’i)

Contoh konsep Islam mengenai hubungan sosial misalnya dapat kita ambil
dari Surat An Nur surat ke 24 ayat 2-10 yaitu “Perempuan yang berzina dan
laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus
dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari
akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman. 3. Laki-laki yang berzina tidak
mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang
musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki
yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas
oran-orang yang mukmin[1028] 4. Dan orang-orang yang menuduh wanita-
wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan
empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh
kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-
lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. 5. Kecuali orang-orang
yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 6. Dan orang-orang yang
menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-
saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali
bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-
orang yang benar. 7. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la’nat Allah atasnya,
jika dia termasuk orang-orang yang berdusta[1030]. 8. Istrinya itu
dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah
Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta.
9. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu
termasuk orang-orang yang benar. 10. Dan Andaikata tidak ada kurnia Allah
dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan Penerima Taubat
lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan).”

7. Ekonomi (al-iqtishadi)

Untuk menunaikan tugas-tugas dan agar bisa bertahan hidup, manusia


melakukan kegiatan ekonomi. Islam mengatur agar kegiatan ekonomi itu
bukan untuk memenuhi kesengangan sesaat, namun menyiapkan
kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat nanti.

Materi 26

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 47


MATERI KULTUM RAMADHAN

Konsep Islam (Bagian Ketiga)

8. Politik (as-siyasi)
Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara
kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu
perselisihkan itu.” (Al-Maidah:48) Sebagai khalifah Allah di buim, kita tidak
akan lepas dari masalah politik, baik sebagai subyek maupun obyek. Dengan
Islam Allah mengatur bagaimana seharusnya politik dan berpolitikitu.
Tarbiyah siyasiah yang bermakna pendidikan atau pembinaan politik adalah
sangat penting dipahami oleh setiap muslim. Karena pemahaman politik
yang sejatinya, tidak sama dengan pemahaman selama ini dalam ilmu politik
secara umum, yaitu berpolitik yang hanya dimaksudkan untuk memperoleh
dan mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi kita berpartisipasi dalam
politik untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran ilahiah dan memperjuangkan
kepentingan masyarakat. Berkuasa untuk melayani umat, dan memimpin
untuk memperbaiki sistem yang tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan
dan kebenaran. Oleh karenanya, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan
gerakan berpartai dan berpolitik, disebut dengan “Jihad Siyasi” (Perjuangan
Politik). Dalam bahasa Salah soerang ulama Imam Hasan Al-Banna,
perjuangan ini disebut “Ishlahul Hukumah” (Perbaikan Pemerintahan).
Keberhasilan dan kesuksesan berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact
kepada dimensi kehidupan yang lain. Harus berimpact kepada dunia
pendidikan dan dakwah. Yang berujung kepada pencerdasan anak bangsa
dan pencetakan generasi rabbani. Harus berimpact kepada dunia ekonomi
dan sosial budaya. Yang berakhir kepada pemeliharaan aset-aset negara dan
pendayagunaan kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu juga mampu
memelihara identitas atau jati diri bangsa yang bertumpu pada pondasi
spirituil dalam aspek sosial budaya.
Seruan dan anjuran kepada umat Islam untuk kembali ke barak atau ke dunia
dakwah saja dengan pemahaman yang sempit, karena alasan bahwa dunia
politik adalah dunia “rawan dan beranjau”, dunia yang sarat dengan
kebohongan, ketidak jujuran, khianat, gunjing-menggunjing, halal menjadi
haram, haram menjadi halal, atau menyetujui demokrasi yang merupakan
produk Barat, adalah sebuah seruan kemunduran dalam berdakwah.
Bukankah seruan ini seperti orang yang mengatakan dulu: “Islam Yes, Politik
No”. Sebuah adagium yang dulu merupakan musuh bersama umat Islam dan
da’i yang mengajak kembali manusia kepada Islam secara kaffah atau
komprehensif.
Dakwah yang bertujuan menyeru manusia untuk kembali kepada nilai-nilai
Islam secara komprehensif bisa dilakukan oleh siapapun di manapun ia
berada dan apapun profesinya. Apakah ia seorang ekonom, pengusaha,

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 48


MATERI KULTUM RAMADHAN

pendidik, teknokrat, birokrat, petani, buruh, politikus (aleg) dan eksekutif


(menetri) bahkan seorang presiden sekalipun. Jadi dakwah bukan suatu yang
antagonis dengan dunia politik, akan tetapi dunia politik merupakan salah
satu lahan dakwah

9. Militer (al-’askari)
Manusia perlu menyiapkan kekuatan untuk memperoleh dan
mempertahankan eksistensinya

10 Peradilan (al-jina-i)
Manusia diberi hak membuat aplikasi hukum dan perundang-undangan, baik
perdata maupun pidana selama tidak bertentangan dengan Qur’an dan
sunnah Rasulullah.

Materi 27

Hakikat Iman

Keimanan itu bukanlah angan-angan, tetapi mencakup 3 hal:

1. Diikrarkan dengan lisan (al-iqrarul bil lisani )

Syahadah diucapkan dengan lisan dengan penuh keyakinan. Semua


perkataan yang keluar dari lisan mu’min senantiasa baik dan mengandung
hikmah.

2. Dibenarkan dengan hati (at-tashdiiqul bil qolbi)

Hati adalah lahan menyemai benih-benih keimanan. Semua yang keluar dari
lisan digerakkan oleh hati. Apa yang ada dalam hati akan dicerminkan dalam
perkataan dan perbuatan. Dalam hadist Bukhori digambar oleh Nabi SAW
bahwa: “Ilmu (hidayah) yang Aku bawa ibarat air hujan, ada jenis tanah yang
subur menumbuhkan tanaman, ada tanah yang tidak menumbuhkan hanya
menampung air, ada jenis tanah yang gersang, tidak menumbuhkan juga
tidak menampung”.

Allah, dalam al-Qur’an, membagi hati manusia menjadi tiga, yaitu hati orang
mu’min (QS 26: 89), hati orang kafir (QS 2: 7) dan hati orang munafiq (QS 2:
10). Hati orang kafir yang tertutup dan hati munafik yang berpenyakit takkan
mampu membenarkan keimanan (at-tashdiiqu bil qolb). Sedangkan hati
orang mu’min itulah yang dimaksud Rasulullah SAW sebagai tanah yang
subur yang dapat menumbuhkan pohon keimanan yang baik. Akar
keyakinannya menjulang kuat ke tanah, serta buah nilai-nilai ihsannya dapat
bermanfaat untuk manusia yang lain.

3. Perbuatan (al-‘Amalul bil Arkaan)

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 49


MATERI KULTUM RAMADHAN

Perbuatan (amal) digerakkan atau termotivasi dari hati yang ikhlas dan
pembenaran iman dalam hati. Seseorang yang hanya bisa mengucapkan dan
mengamalkan tanpa membenarkan di hati, tidak akan diterima amalnya.
Sifat seperti itu dikategorikan sebagai orang munafik, yang selalu bicara
dengan lisannya bukan dengan hatinya. Karena munafik memiliki tiga tanda:
bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia ingkar, bila diberi amanah ia
berkhianat.

Perkataan, pembenaran di hati dan amal perbuatan adalah satu kesatuan


yang utuh. Ketiganya akan melahirkan sifat istiqomah, tetap, teguh dan
konsisten. Sebagaimana dijelaskan dalam QS 41:30, sikap istiqomah
merupakan proses yang terus berjalan bersama keimanan. Mu’min mustaqim
akan mendapatkan karunia dari Allah berupa:
 Keberanian (asy-Syajaa’ah), yang lahir dari keyakinan kepada Allah.
Berani menghadapi resiko tantangan hidup, siap berjuang meskipun akan
mendapatkan siksaan. Lawan keberaniaan adalah sifat pengecut.
 Ketenangan (al-Ithmi’naan), yang lahir dari keyakinan bahwa Allah akan
selalu membela hamba-Nya yang mustaqim secara lahir bathin.
Lawannya adalah sifat bersedih hati.
 Optimis (at-Tafaa’ul), lahir dari keyakinan terhadap perlindungan Allah
dan ganjaran Allah yang Maha sempurna. Orang yang optimis akan
tentram akan kemenangan hakiki, yaitu mendapatkan keridhoan Allah
(mardhotillah).

Ketiga karunia Allah kepada orang mustaqim akan dilengkapi Allah dengan
anugerah kebahagiaan hidup (as-Sa’aadah), baik di dunia dan akhirat.

Materi 27

Indikator Kebahagiaan Dunia

Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat
telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah
secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu
Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari
ia ditanya oleh para Tabi'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW)
mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu
Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.


Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona'ah),
sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat
bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur
sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang
diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan
Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW
yaitu : "Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 50


MATERI KULTUM RAMADHAN

kita". Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak


amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan
kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap "bandel" dengan terus
bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang
lebih besar lagi.

Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.


Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan
keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam
keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan
anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila
memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk
mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula
seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang
luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan
suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki
seorang istri yang sholeh.

Ketiga, Al auladun abrar, yaitu anak yang soleh. Saat Rasulullah


SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda
yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW
bertanya kepada anak muda itu : "Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak
muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu
yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah
melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat,
ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu
menggendongnya" . Lalu anak muda itu bertanya: " Ya Rasulullah, apakah
aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang
tua ?" Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan:
"Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang
berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan
terbalaskan olehmu". Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran
bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan
kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan
menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang
tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak
yang sholeh.

Keempat, Al biatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk


iman kita.
Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh
mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib
kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap
keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita
untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang
sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila
kita berbuat salah. Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia
karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 51


MATERI KULTUM RAMADHAN

wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang


yang ada disekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi
oleh orang-orang yang sholeh.

Kelima, al malul halal, atau harta yang halal. Paradigma dalam Islam
mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak
berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya.

Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW


pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat
tangan. "Kamu berdoa sudah bagus", kata Nabi SAW, "Namun sayang
makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara
haram, bagaimana doanya dikabulkan". Berbahagialah menjadi orang
yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta
yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya
semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam
hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti
menjaga kehalalan hartanya.

Keenam, Tafaqquh fi dien, atau semangat untuk memahami


agama. Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat
memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia
terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah
dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut
ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin
tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan
memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng
"hidup" kan hatinya, hati yang "hidup" adalah hati yang selalu dipenuhi
cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang
penuh semangat memahami ilmu agama Islam.

Ketujuh, yaitu umur yang baroqah. Umur yang baroqah itu artinya
umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi
dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk
kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak
bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung
kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu
pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya,
maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang
belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati
kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi
umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal
ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang
Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha
Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan
ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan
berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat "hidup" orang-
orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 52


MATERI KULTUM RAMADHAN

umurnya baroqah. Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra.


mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia.

Materi 28

10 Langkah Mengisi Ramadhan Bersama Anak

Shaum (puasa) Ramadhan adalah salah satu pilar dari Rukun Islam.
Maka mendidik anak untuk berpuasa Romadhan menjadi kewajiban
keislaman yang integral bagi para orang tua. Para sahabat Rasul telah
mendidik putra-putri mereka yang masih kecil untuk berpuasa.

Seperti yang dituturkan shahabiyah Rubayyi’ binti Mu’awwiz tentang


bagaimana cara mereka mendidik anak-anak mereka berpuasa Asyura
(sebelum diwajibkan puasa Romadhon: " …dan kami melatih anak-
anak kami yang masih kecil untuk berpuasa. Kami bawa mereka ke
masjid dan kami buatkan mereka mainan dari bulu. Apabila diantara
mereka ada yang merengek minta makan, maka kami bujuk dengan
mainan itu terus hingga tiba waktu berbuka" (HR. Bukhari Muslim).

Dari riwayat diatas, kita dapat mengetahui bahwa para sahabat


memberikan perhatian yang serius dalam melatih putra-putri mereka
untuk membiasakan berpuasa. Lantas apa yang dapat kita lakukan
saat ini untuk meneladani tradisi sahabat tadi ? Ada 10 panduan yang
perlu kita perhatikan :

1. Melakukan pengkondisian menyambut Ramadhan dengan memberi


bekalan pemahaman yang memadai tentang keutamaan Ramadhan.
Jika pengkondisian ini dilakukan berulang-ulang sejak sebelum
Ramadhan tiba, sangat mungkin akan tumbuh niat yang kuat pada
anak untuk berpuasa Ramadhan.

2. Menyambut Ramadhan dengan keriangan dan keceriaan. Rasulullah


telah menasehati Abdullah bin Mas’ud untuk menyambut Ramadhan
dengan wajah yang berseri tidak cemberut. Jika kita perluas keceriaan
tadi, dapat juga dengan cara memberi dekorasi yang khas pada
kondisi rumah, sehingga anak semakin menyadari akan keistimewaan
Ramadhan dibandingkan bulan lainnya. Hal ini akan menstimulus
mereka untuk berpuasa.
Dibuat sedemikian rupa sehingga bulan Ramadhan adalah hari-hari
yang paling indah untuk dikenang sang anak hingga mereka remaja
dan dewasa. Ini tentu akan lebih mudah tercapai jika ada peran serta

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 53


MATERI KULTUM RAMADHAN

masyarakat umum dan pemerintah dengan menghidupkan syiar-syiar


Ramadhan di jalan raya, perkantoran, pabrik, media masa dan lain-
lain.

3. Menata jam tidur anak-anak sehingga akan mudah bergairah saat


bangun sahur. Waktu sahur sebaiknya diakhirkan (kira-kira satu atau
setengah jam menjelang salat subuh) sebagaimana anjuran Rasulullah.
Hikmahnya antara lain agar setelah sahur tidak terlalu lama menunggu
waktu subuh.

4. Tidak meletakkan makanan, minuman dan buah-buahan secara


terbuka, sehingga akan menggoda mereka untuk segera membatalkan
puasanya. Makanan diletakkan pada tempat yang jauh dari perhatian
mereka. Hal ini juga sepatutnya diperhatikan oleh restoran dan penjaja
makanan dipinggir jalan.

5. Terhadap anak yang baru berlatih puasa (belum kuat dan gampang
terpengaruh), sebaiknya mereka dijauhkan bermain dari anak-anak
yang malas berpuasa. Dan didekatkan dengan anak-anak lainanya
yang juga tekun berlatih. Ini perlu dilakukan agar mereka memperoleh
rasa kebersamaan, bukan keterasingan karena puasanya.

6. Melatih berpuasa dengan bertahap dan menjanjikan hadiah sebagai


rangsangan. Misalnya diawali dengan izin berbuka sampai jam 10, lalu
jam 12 dan seterusnya sampai akhirnya penuh sampai waktu berbuka.
Hadiahnya disamping penghargaan dan pujian sebagai anak yang
sabar, juga dapat diberikan hadian lain yang beraspek mendidik
berupa alat-alat belajar.

7. Stimulus dengan pahala dan surga dari Allah. Jadi hadiah materi
diatas tak menutupi stimulus ganjaran Allah. "Jika kamu berpuasa,
maka kamu ikut membuka pintu pahala dari Allah bagi orangtuamu
yang telah mendidikmu untuk berpuasa" . Anak akan senang karena
sekaligus dapat berbuat sesuatu kebaikan untuk orangtuanya.

8. Memberi alternatif pengisian waktu yang tepat dan positif. Baik


dengan istirahat tidur di siang panas, maupun dengan alternatif
permainan yang mendidik untuk melupakan mereka dengan rasa haus
dan lapar yang menyengat. Sebagaimana yang telah dilakukan
shahabiyah di masa Rasul. Saat ini sudah ada pesantren Ramadhan
untuk anak-anak dan remaja, ini juga alternatif kegiatan yang
menyenangkan bagi mereka.
Atau orangtua dapat juga bersepakat dengan anak-anaknya untuk
memasang target, bahwa seusai bulan Ramadhan kemampuan mereka
mengaji Al Quran harus lancar dan lebih baik. Perhatian kepada Al
Quran memang harus lebih besar di bulan Ramadhan, karena Al Quran

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 54


MATERI KULTUM RAMADHAN

diturunkan pertama kali pada bulan ini. Dapat pula orang tua
membacakan kisah-kisah keteladanan Islami, atau mendengarkan
kaset-kaset cerita Islami.

9. Mengajak anak-anak untuk meramaikan syiar Ramadhan, seperti


sholat tarawih berjamaah di masjid, mengaji dan mengkaji Quran,
menyimak ceramah-ceramah agama, menyuruh mereka mengantar
makanan ke masjid untuk orang yang berbuka puasa, lebih
menggemarkan berinfak, shadaqah dan lainnya.

10. Khusus untuk para orang tua, jika mereka menyepelekan


pendidikan puasa Ramadhan bagi anak-anaknya, maka mereka harus
siap bertanggung jawab kepada Allah kelak di akhirat, jika putra-
putrinya kemudian melalaikan kewajiban puasa Ramadhan. Oleh
karena itu mereka harus memanfaatkan semaksimal mungkin
pembiasaan puasa Ramadhan bagi anak-anaknya sejak dini. Dengan
perhatian yang intens dan cara-cara yang bijak, niscaya dapat
menggugah kesadaran anak-anak untuk berpuasa. Kesadaran itu tentu
akan merupakan tabungan ibadah bagi para orang tua yang telah
mendidik mereka.

Jika hal-hal di atas kita lakukan, maka Insya Allah keberkahan


Romadhonakan turun ke setiap keluarga muslim.

Materi 29
Keutamaan Sedekah dan Infak

Tidak ada yang meragukan keteladanan Rasulullah saw. dalam berderma dan
bersedekah. Beliau adalah orang yang paling dermawan dan paling
teladandalam bersedekah. Rasulullah saw. tidak pernah menyisakan harta
benda dan membiarkannya berdiam di rumahnya lebih daripada satu hari.
Beliau selalu memberi sesuatu yang diminta oleh orang lain bila beliau
memilikinya, dan
tidak pernah menolak atau menghardik orang yang meminta.

Di samping mencontohkan keteladanan dalam bersedekah dan berinfak,


Rasulullah saw. juga sering sekali menyuruh dan menganjurkan umatnya

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 55


MATERI KULTUM RAMADHAN

untuk berinfak dan bersedekah sesuai dengan kadar kemampuan masing-


masing. Dalam salah satu hadistnya, Rasulullah saw. bersabda, "Jagalah
dirimu dari api neraka walau hanya dengan setengah biji kurma dan bila
tidak menemukannya,
maka hendaklah dengan kalimat yang baik". (HR.Bukhari- Muslim)

Anjuran ini menggugah setiap mukmin untuk gemar berinfak dan


bersedekah. Namun, tidak semua orang yang mengaku muslim gemar
berinfak dan berusaha meneladani Rasulullah saw. Karena sesungguhnya,
manusia diciptakan dengan tabiat cinta harta dan sangat bakhil dengan harta
yang ada di tangannya. Allah swt. menjelaskan hal itu dalam firman-Nya
sebagai berikut,
“dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.”
(Al-‘Aadiyaat: 8). “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah
lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia
mendapat kebaikan ia amat kikir“ (Al-Ma’arij: 19-21)

Kegemaran berinfak adalah bertolak belakang dengan tabiat dan karakter


manusia yang mencintai harta benda dan berlaku kikir. Menghalau sifat kikir
dan mengikisnya dari jiwa memerlukan usaha maksimal dan latihan terus-
menerus. Karena bila tidak, maka selamanya manusia akan difitnah dan
diperbudak oleh harta benda. Harta benda akan menjadi penghalang
kebahagiaannya yang hakiki dan sejati. Ia membelenggunya, sehingga tidak
dapat menemukan jalur menuju kesenangan dan kebahagiaan abadi di
akhirat.

Sebaliknya, orang yang berhasil mengalahkan sifak kikirnya, adalah orang-


orang yang berbahagia dan berhasil melepaskan diri dari perbudakan harta
dan dunia. Allah swt. memuji orang-orang yang mampu mengalahkan sifat
kikir dan cintanya yang berlebihan terhadap harta benda, dan menjanjikan
kepada mereka keberuntungan yang tak terkira. Allah swt. Berfirman, “Dan
orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang
berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati
mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin);
dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka
sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (Al-Hasyr: 9).

Terapi, Al-Qur’an terhadap sifat kikir dan terlalu cinta kepada harta benda,
telah menyadarkan manusia bahwa sesungguhnya harta benda itu hanyalah
kenikmatan semu, menipu dan melenakan. Ia hanyalah ujian dan fitnah bagi
manusia. Allah swt. Berfirman, “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-
anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar” (AlAnfaal: 28) “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 56


MATERI KULTUM RAMADHAN

(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya)
lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 261).

Materi 30

Sedekah dan Infak (Bagian II): Tuntunan Bersedekah di Bulan


Ramadhan

Rasulullah saw. adalah orang paling besar dan paling banyak


bersedekah dengan apa yang dimilikinya. Beliau tidak pernah
memandang banyak apa yang diberikannya, karena Allah juga tidak
memandangnya remeh dan sedikit. Tidakseorang pun meminta
sesuatu kepada beliau kecuali beliau selalu memberikannya, baik
sedikit ataupun banyak.

Sedangkan kegembiraan dan kebahagiaan beliau karena bisa


bersedekah dengan pemberian yang diberikannya adalah lebih besar
dari pada kegembiraan orang yang menerima sedekahitu karena
mendapatkan apa yang dimintanya. Bila dihadapkan kepada beliau
seseorang yang membutuhkan bantuan, beliau lebih
mengutamakannya dibandingkan dirinya sendiri,kadangkala dengan
makanannya dan kadangkala dengan pakaiannya. Rasulullah saw.
mengeluarkan sedekah dan pemberiannya dengan bermacam-macam
cara. Kadangkala dengan memberikan hadiah, dengan bersedekah,
dengan pemberian dan penganugerahan, kadangkala juga dengan
membeli sesuatu kemudian memberikan barang tersebut sekaligus
dengan harganya kepada penjualnya. Kadangkala dengan meminjam
sesuatu kemudian mengembalikan kepada pemberi pinjaman, sesuatu
yang lebih banyak dan lebih baik daripada sesuatu yang dipinjamnya.

Rasulullah saw. menerima hadiah dan membalasnya dengan yang


lebih banyak dan lebih baik, sebagai kasih sayang dan memvariasikan
bentuk-bentuk berbuat ihsan dengan segala yang memungkinkan.
Rasulullah saw. berbuat ihsan dengan apa yang dimilikinya, dengan
keadaannya dan perilakunya, dan dengan perkataannya. Siapa pun
yang berinteraksi dengan Rasulullah saw., tidak akan mampu
menguasai jiwanya dari kedermawanan. Karena kedermawanannya
itu, Rasulullah saw. adalah orang yang paling lapang dadanya dan
paling bahagia jiwanya. Karena sesungguhnya, sedekah dan perbuatan
yang makruf itu mempunyai pengaruh luar biasa dalam melapangkan
dada.

Penyebab lain yang melapangkan dada, yang termasuk penyebab


terbesar adalah mengeluarkan hal yang merusak hati, yaitu sifat-sifat

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 57


MATERI KULTUM RAMADHAN

yang tercela seperti bakhil dan kikir dan lain-lain. Walaupun seseorang
sangat kaya danberlebihan dalam hidup, sifat-sifat itu akan
menghalangi dari berinfak dan bersedekah.

Puasa yang mengharuskan orang untuk meninggalkan makan dan


minum atau mengurangi biaya konsumsinya dalam bulan puasa,
membuat orang memiliki banyak peluang dan kesempatan dalam
menafkahkan kelebihan hartanya. Namun, gaya hidup yang berlebihan
dan makna puasa yang belum banyak diresapi dan disadari oleh umat
Islam, membuat banyak dari umat justeru mengeluarkan biaya dan
dana konsumsi yang lebih banyak di bulan Ramadhan daripada di
bulan-bulan lainnya. Seharusnya kita meneladani Rasulullah saw. di
bulan Ramadhan. Beliau dikenal sebagai orang yang paling banyak
berderma dan bersedekah, dan pada saat bulan Ramadhan, Rasulullah
saw. meningkatkan kualitas dan kuantitas sedekah
dan infaknya. Simaklah riwayat berikut,

Dari Ibnu Abbas berkata, "Rasulullah saw. adalah orang yang paling
dermawan. Dan sesungguhnya beliau paling dermawan pada saat
bulan Ramadhan. Ketika Jibril datang menemui beliau pada tiap-tiap
malam Ramadhan untuk mentadarruskan Al-Qur'an. Rasulullah saw.
lebih dermawan daripada angin yangbertiup bebas.” (HR. Bukhari
-Muslim)

Sungguh telah datang kepada kita bulan Ramadhan, dimana Allah


membawa berkah rahmat dan maghfirah di dalamnya. Ramadhan
adalah bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari harinya adalah hari-
hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang
paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.
Inilah bulan, dimana Allah swt. mengundang kita untuk menjadi
tetamu-Nya, untuk dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini, nafas-nafas kita
menjadi tasbih, tidur kita menjadi ibadah, amal-amal kita diterima dan
doa-doa kita diperkenankan dan diijabah.

Bermohonlah kepada Allah Rabb Anda dengan niat yang tulus dan hati
yang suci, agar Allah membimbing kita untuk melakukan shiyam dan
membaca Kitab-Nya. Mintalah kepada-Nya, agar Dia menuntun Anda
kepada hidayah-Nya, dan membersihkan hati Anda dari sifat kikir dan
bakhil, dan sifat-sifat buruk lainnya. Kenanglah dengan rasa lapar dan
hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Hindarilah kelaparan
dan kehausan di hari yang dahsyat itu dengan bersedekah kepada
kaum fuqara dan masakin, yang diperintahkan oleh Allah swt. Tuhan
sekalian alam, satu-satunya Pelindung pada hari itu.

Ingatlah salah satu golongan dari tujuh golongan hamba yang akan
dilindungi Allah swt. di hari kiamat adalah golongan keenam; “...orang

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 58


MATERI KULTUM RAMADHAN

yang menafkahkan hartanya dengan ikhlas karena Allah swt. sehingga


tangan kirinya tidakmengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan
kanannya...”(HR.Bukhari dan Muslim).

Kasihilah anak-anak yatim, niscaya anak-anak yatim Anda akan


dikasihi Allah swt. setelah anda meninggal. Hapuslah air mata anak
yatim, niscaya Anda beruntung meraih ridha Yang Maha Penyayang
dan istana surga.

Ingatlah pesan Rasulullah saw. ketika beliau bersabda, "aku bersama


pengasuh
anak yatim di surga laksana dua jari ini, kemudian beliau
mengisyaratkan
dengan jari telunjuk dan jari tengahnya lalu membukanya.” (HR.
Bukhari,
Turmudzi, dan Abu Dawud). Betapa mulianya orang-orang yang
menyisihkan harta benda, waktu, dan umurnya untuk mengasihi
orang-orang yang bernasib malang dan menderita.

Sambutlah Ramadhan dengan semangat berderma dan bersedekah


sebanyak-banyaknya di jalan Allah swt.

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN 59

You might also like