Professional Documents
Culture Documents
www.parlemen.net
BAB I
PENDAHULUAN
1Penjelasan Umum UU Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD,
dan DPRD.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
1
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
kolektif bangsa, karena itu kehendak setiap individu rakyat itu harus
2Berbagai pendapat mengemuka terkait dengan fungsi Partai Politik itu sendiri, seperti G.B. de
Huszar, T.A. Stevenson dan Maurice Duverger. Namun pada pokoknya ada 6 fungsi utama, yaitu :
Komunikasi Politik dan Penyaluran Aspirasi, Pendidikan dan Pemasyarakatan Politik kepada
Rakyat, Membina Calon-Calon Pemimpin yang mengutamakan Kepentingan Umum,
Penanggulangan konflik melalui cara-cara damai, melaksanakan pemerintahan (jika menjadi
pemenag pemilu), dan mengawasi pelaksanaan tugas-tugas pemerintah.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
2
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
langsung dan terbuka. Pemilu yang diadakan setiap lima tahun sekali
nasional.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
3
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
B. Identifikasi Masalah
dan DPD serta DPRD dalam UUD 1945 dan UU Nomor 22 Tahun
2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD
sebagai berikut :
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
4
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD, oleh karena itu perlu
daerah.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
5
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
6
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
C. Metode
C.1. Pendekatan
komparatif.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
7
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
D. Sistematika
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
8
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
5. Penutup.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
9
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
BAB II
SISTEM PERWAKILAN DI INDONESIA
3 Kajian tentang perubahan konstitusi merupakan salah satu bagian penting dari kajian tentang
konstitusi. Dalam kajian tentang perubahan konstitusi dikemukakan teori dan asas – asas sebagai
dasar dalam pelaksanaan perubahan konstitusi dan yang akan menentukan keabsahan perubahan
konstitusi. Secara yuridik, perubahan konstitusi dapat dilakukan apabila dalam konstitusi itu telah
ditetapkan tentang syarat dan prosedur perubahan konstitusi. Perubahan konstitusi yang
ditetapkan dalam konstitusi disebut perubahan secara formal (formal amendment). Di samping itu,
perubahan konstitusi dapat dilakukan melalui cara tidak formal yaitu oleh kekuatan – kekuatan
yang bersifat primer (some primary forces), penafsiran oleh pengadilan (judicial interpretation) dan
oleh kebiasaan dalam bidang ketatanegaraan (usages and conventions). Beberapa ahli yang
membahas hal ini antara lain, C.F. Strong, K.C. Where, dan Sri Soemantri.
4 Melalui Amandemen ke-4 UUD 1945, terutama Pasal 2 ayat (1) UUD 1945.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
10
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
5 Jimly Assidiqie “Organ Negara dan Pemisahan Kekuasaan” dalam “Konstitusi dan
Konstitusiolisme Indonesia”. MKRI dan Pusat Studi HTN FH UI, 2004, hal.150.
6 Komisi Konstitusi “Kajian Terhadap Perubahan Undang-Undang Dasar 1945”.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
11
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
keputusan.
bukan kelembagaan.
Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR, DPD, dan DPRD terutama
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
12
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
pengelolaan negara.10
8 Pasal 1 ayat (1) Konstitusi Amerika Serikat (1787) menyatakan “ All legislative powers herein granted
shall be vested in a Congress of the United States, which shall consist of a Senate and House of
Representatives. Perubahan UUD 1945 memang mendesain system perwakilan menjadi “2 kamar”
namun keduanya tidak setara.
9 Prof. Dr. Bagir Manan, S.H., M.C,L; 2003, “DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 Baru”, FH UII
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
13
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
(good governance).11
11 Agus Wahyudi, “Doktrin Pemisahan Kekuasaan: Akar Filsafat dan Praktek”, dalam Jentera edisi
8 Tahun III, Maret 2005.
12 Ibid.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
14
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
secara komprehensif:
executive);
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
15
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
DPR, DPD, dan DPRD justru mendudukan DPD dalam porsi yang
semakin kecil.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
16
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
(horizontal functional).
www.parlemen.net
tabiatnya).
antara lain Thomas Hobbes, John Locke, dan J.J. Rousseau15. Meski
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
18
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
19
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
17.Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia, PT
Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1994, h. 70
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
20
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
18 Banding pandangan kaum Marxis terhadap Negara. Kaum Marxis menganggap bahwa Negara
adalah alat penguasa. Tentang Negara, Kekuasaan, dan ideology lihat dalam Arif Budiman, “Teori
Negara; Negara, Kekuasaan, dan Ideologi”. Gramedia pustaka Utama Jakarta 2002.
19 Carol C.Gould, Demokrasi Ditinjau Kembali, PT. Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1993, h.229
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
21
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
20Ibid, h 154
21Harold J Laski, A Grammar Of Politics, George Allen & Unwin LTD, London ,1938 h. 44. secara
bebas dapat diterjemahkan sebagai berikut Negara modern adalah negara yang mempunyai
kedaulatan. Hal ini untuk independen dalam menghadapi komunitas lain. Dan akan
mempengaruhi substansi yang akan diperlukan dalam kekuasaan internal dan kekuasaan
eksternal. Hal ini lebih jauh merupakan kekuasaan yang tertinggi atas wilayahnya.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
22
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
kehidupan bernegara.
1. Kedaulatan Tuhan;
2. Kedaulatan Raja;
3. Kedaulatan Rakyat;
5. Kedaulatan Hukum.
1. Kedaulatan Tuhan
22 Padmo Wahjono, Ilmu Negara, Ind Hill Co, Jakarta, 1996 hal. 153
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
23
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
2. Kedaulatan Raja
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
24
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
3. Kedaulatan Rakyat
Teori ini lahir dari reaksi pada kedaulatan raja. Yang menjadi
bapak dari ajaran ini adalah JJ. Rousseau yang pada akhirnya
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
25
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
4. Kedaulatan Negara
26 Deliar Noer, Pemikiran Politik Di Negeri Barat, Mizan, Jakarta, 1999, h.162
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
26
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
raja.27
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
27
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
tidak terletak pada raja (teori kedaulatan raja) juga tidak pada
adil.29
28 Ibid, h.156
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
28
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
negara.32
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
29
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
undang.34
33 Renaissance adalah aliran yang menghidupkan kembali minat kepada kesusasteraan dan
kebudayaan Yunani Kuno yang selama Abad Pertengahan telah disisihkan. Aliran ini
membelokkan perhatianyang tadinya semata-mata diarahkan kepada tulisan-tulisan keagamaan ke
arah soal-soal keduniawian dan mengakibatkan timbulnya pandangan-pandangan baru.
34 AV, Dicey, Introduction To The Study Of The Law Of The Constitution, Mc. Millan Education LTD,
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
30
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
“When the legislative and executive powers are united in the same
persons or body, there can be no liberty, because apprehensions may arise
lest the same monarch or senate should enact tyrannnical laws, to enforce
them in tyrannical manner.....Were the power of judging joined with the
legislature, the life and liberty of the subject would then be exposed to
arbitrary control, for the judge would then be the legislator. Were it
joined to the executive power, the judge might behave with all the
violence of an opressor”.35
wenang.36
35 Harold J Laski, A Grammar Of Politics, George Allen & Unwin LTd, London, 1938. h. 297. secara
bebas dapat diterjemahkan: “Ketika kekuasaan legislatif dan eksekutif bersatu dalam satu orang atau
lembaga, berarti kemungkinan akan tidak ada kebebasan, karena kesanggupan akan muncul dengan membuat
perundang-undangan yang tiran dan dilakukan oleh pemerintahan monarki atau senat, dan lembaga tersebut
akan berbuat tirani..... Dan ketika kekuasaan mengadili bersatu dengan legislatif, maka kehidupan dan
kebebasan dari pengadilan tersebut akan kemudian terkena kontrol yang sepihak dimana hakim tersebut
menjadi legislatif. Dan ketika kekuasaan mengadili digabung dengan kekuasaan eksekutif, maka hakim
mungkin akan bertindak dengan segala kekerasan sebagai penindas”.
36 Lawrence Dood, Coalitions in Parliamentary Government, Princeton University Press, New Jersey,
1976, h.16
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
31
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
37Bryan A Garner (ed in chief), Black’s Law Dictionary , sevent edition,West Group, St Paul, Minn,
1999
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
32
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
“empat”.40
40 Parlemen satu kamar (unicameral), dua kamar (bicameral), tiga kamar (threecameral), dan empat
kamar (tetracameral).
41 Mengenai macam-macam bicameralism, lihat “Parliament and Congresses, Concentration Versus
Division of Legislative Power” dalam Arend Lijphart, 1999, “Patterns of Democracy”, Chapter 11, Yale
University Press.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
33
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
42 Institute For Local Government; 2006 “Mengenal DPD-RI Sebuah Gambaran Awal”, hal 11.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
34
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
first/lower chamber.
variasi yang ada, dua contoh utama berikut bisa dilihat. Pertama
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
35
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
berikut:43
43 Ibid, hal 11-20, atau temukan juga dalam “Parliament and Congresses, Concentration Versus Division
of Legislative Power” dalam Arend Lijphart, 1999, “Patterns of Democracy”, Chapter 11, Yale University
Press.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
36
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Kamboja.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
37
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Liberia).
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
38
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
39
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
40
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
41
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
42
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
43
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
44
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
rakyat).44
sebagai sisem dua kamar maka MPR tidak lagi menjadi suatu
44 Lebih kurang ada 68 negara yang menggunakan sistem bikemeral pada parelemennya termasuk
Indonesia, Formappi. Op.cit, hal. 10.
45 Lihat Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 dan bandingkan dengan ketentuan Pasal 1 ayat (8) Konstitusi
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
45
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
UUD.47
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
46
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
47
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
asimetris.
49 Ibid.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
48
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
50 Secara teoritis dikenal adanya dua model dalam formasi negara yaitu negara kesatuan dan
negara federal. Bentuk negara federal adalah suatu bentuk yang lazim dianut oleh berbagai negara
di dunia. Persepsi bahwa negara serikat akan menimbulkan perpecahan, disintegrasi bangsa,
separatisme, tentu memerlukan analisis yang mendalam. Menurut C.F. Strong ciri-ciri negara
kesatuan ialah kedaulatan tidak terbagi atau dengan perkataan lain kekuasaan pemerintah pusat
tidak dibatasi, karena konstitusi negara kesatuan tidak mengakui adanya lembaga legislatif lain
selain lembaga legislatif pusat. Menurutnya ada dua ciri yang mutlak yang melekat pada suatu
negara kesatuan : Pertama, adanya supremasi dari pemerintah pusat, kedua, tidak adanya badan-
badan lain yang berdaulat. Asumsi dasar model negara kesatuan berbeda dengan negara federal.
Bentuk negara kesatuan dideklarasikan saat kemerdekaan oleh para pendiri negara dengan
mengklaim seluruh wilayahnya sebagai bagian dari negara tersebut. Tidak ada kesepakatan dari
para penguasa daerah apalagi negara-daerah, karena diasumsikan bahwa semua wilayah yang
termasuk di dalamnya bukanlah bagian-bagian wilayah yang bersifat independen. Dengan dasar
itu, maka negara membentuk daerah-daerah atau wilayah-wilayah yang kemudian diberi
kekuasaan atau kewenangan oleh pemerintah pusat untuk mengurus berbagai kepentingan
masyarakatnya. Dalam hal ini, negaralah yang menjadi sumber kekuasaan. Kekuasaan daerah pada
dasarnya adalah kekuasaan pusat yang didesentralisasikan dan selanjutnya terbentuklah daerah-
daerah otonom. Dapat dikatakan bahwa otonomi daerah adalah wujud pemberian kekuasaan oleh
pemerintah pusat.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
49
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
51Dalam perkembangannya lebih lanjut, mengenai kekuasaan yang tertinggi dalam negara
menimbulkan bermacam pandangan atau teori tentang kedaulatan.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
50
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
MPR.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
51
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
pembentukannya.
52 Bunyi ketentuan Pasal 8 ayat (2) sebagai berikut: “Utusan Daerah termasuk Gubernur/Kepala
Daerah Tingkat I dipilih oleh DPRD tingkat I”.
53 Forum Masyarakat Peduli Parlemen; 2005, “Lembaga Perwakilan Rakyat di Indonesia: Studi dan
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
52
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
sebagai berikut:
(1) Untuk dapat menjadi calon anggota DPD, peserta Pemilu dari
perseorangan harus memenuhi syarat dukungan dengan
ketentuan:
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
53
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
a.
provinsi yang berpenduduk sampai dengan 1.000.000
(satu juta) orang harus didukung sekurang-kurangnya
oleh 1.000 (seribu) orang pemilih;
b. provinsi yang berpenduduk lebih dari 1.000.000 (satu
juta) sampai dengan 5.000.000 (lima juta) orang harus
didukung sekurang-kurangnya oleh 2.000 (dua ribu)
orang pemilih;
c. provinsi yang berpenduduk lebih dari 5.000.000 (lima
juta) sampai dengan 10.000.000 (sepuluh juta) orang harus
didukung sekurang-kurangnya oleh 3.000 (tiga ribu)
orang pemilih;
d. provinsi yang berpenduduk lebih dari 10.000.000
(sepuluh juta) sampai dengan 15.000.000 (lima belas juta)
orang harus didukung sekurang-kurangnya oleh 4.000
(empat ribu) orang pemilih;
e. provinsi yang berpenduduk lebih dari 15.000.000 (lima
belas juta) orang harus didukung sekurang-kurangnya
oleh 5.000 (lima ribu) orang pemilih.
(2) Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebar di
sekurang-kurangnya 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan.
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dibuktikan dengan tanda tangan atau cap jempol dan fotokopi
Kartu Tanda Penduduk atau identitas lain yang sah.
calon anggota DPD (dan juga DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
54
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
55
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
ini:
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
56
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Orde Baru Republik Utusan 131 orang - Sesusai dengan UU No. 16/1969
(1969—1999) Daerah (27 propinsi) mekanisme pemilihan anggota
berubah
- UD di MPR terdiri dari Gubernur dan
anggota lain yang dipilih oleh DPRD
melalui pemilihan yang sangat ketat
(Litsus)
- Sebagian besar berasal dari Golkar
karena mayoritas DPRD telah dikuasai
mesin politik Orba ini.
- Setiap Provinsi ditetapkan 4 – 7 orang
- Di MPR perwakilan daerah ditambah
di Fraksi UD (F-UD)
Amandemen UUD Republik Menuju Diwakili 4 - Amandemen UUD 1945 selesai tahun
1945 Dewan orang (hasil 2002 yang mengubah struktur lembaga
(sejak 2004) Perwakilan pemekaran Negara
Daerah wilayah) - Unsur perwakilan daerah diwadahi
dalam Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) yang bersama DPR merupakan
bagian dari MPR
- Proses pemilihan tidak lagi lewat
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
57
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Ketentuan dalam Pasal 22D ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UUD
pengawasan.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
58
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
pemerintah;
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
59
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
anggota BPK;
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
60
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
62
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
55Bagir Manan, “DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 Baru”, Yogyakarta, FH UII Press, 2003, hal.
74.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
63
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
www.parlemen.net
dalam Pasal 3, Pasal 6A, Pasal 7B, Pasal 8 dan Pasal 37 UUD
General” Belanda.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
65
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
negara federal.
56 Bagir Manan, DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 Baru, Op.cit.
57 Bagir Manan., Teori dan Politik Konstitusi., Fakultas Hukum Univ. Islam Indonesia. Jogyakarta.,
2003. h. 51.
58 Pasal 57 UUD Uni Sovyet tahun 1977.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
66
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
MPR yang dianut oleh perubahan UUD 1945 lebih bersifat “quasi
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
67
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
BAB III
CRITICAL REVIEW
UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2003
TENTANG
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MPR, DPR, DPD, DAN DPRD
komprehensif.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
68
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
sebagai berikut:
DPR dan DPD yang diplih dari dan oleh Anggota dalam
kepada Ketua DPR dan Ketua DPD, sebagai Ketua MPR dan
60Peraturan Tata Tertib MPR selain mengatur dan menterjemahkan ketentuan-ketentuan mengenai
tugas dan wewenang MPR sebagaimana diatura dalam Pasal 11 UU Susduk juga menambahkan
tugas Pimpinan untuk mensosialisasikan hasil-hasil Putusan MPR. Ini menjadi dasar hukum bagi
Pimpinan MPR untuk membentuk Tim sosialisasi. Lihat lebih lanjut dalam Peraturan Tata Tertib
MPR.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
69
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
sampai saat ini kode etik MPR belum terbentuk demikian pula
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
70
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
APBN.
www.parlemen.net
perencanaan.
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
73
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
pada tanggal tersebut jatuh pada hari libur dan pada tanggal
pidato Presiden.
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
75
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
77
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
www.parlemen.net
disahkan.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
79
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Kerja tersebut.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
80
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
BAB IV
MATERI MUATAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
81
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
62Beberapa pendapat dari peserta diskusi mengemuka bahwa perlu penataan lebih lanjut terkait
dengan hubungan pusat dan daerah sebelum dikursus mengenai lembaga perwakilan
diperdebatkan. Dengan demikian kedudukan dan kebutuhan akan DPD ditinjau dari persoalan
diatas.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
82
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
83
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
dan DPD yang dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilu.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
84
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
ketua dan tiga orang wakil ketua yang mencerminkan unsur DPR
65 Dikembangkan oleh Hans Kelsen, Kelsen memaparkan mengenai hirarkhis norma dalam hukum.
Menurut teori ini, setiap norma mendasarkan kepada validitasnya dari norma lain yang lebih
tinggi, hingga sampai pada norma dasar tertinggi, yaitu grundnorm (UUD). Sebagai norma yang
tertinggi grundnorm harus diterima secara aksioma (kenyataan yang diterima sebagai kebenaran
tanpa pembuktian lebih lanjut). Teori Kelsen ini sifatnya masih umum karena tidak ditujukan
kepada norma hukum khusus. Artinya norma apapun (agama, kesusilaan, sopan-santun, dan
hukum) mengalami lapisan-lapisan dari yang terendah sampai yang tertinggi. Teori ini kemudian
dikembangkan oleh Hans Nawiasky yang menerapkan khusus kepada norma hukum yang
dikeluarkan oleh Negara.
66 Jika mengacu Stufenbow theory, secara hirarkhis tidaklah tepat jika MPR disebut sebagai lembaga
Negara, oleh karena MPR “ada” jika terjadi hal-hal tertentu seperti yang digariskan oleh UUD.
Demikian pula status Ketetapan MPR tidak ada lagi dalam hirarkhis perundang-undangan seperti
yang tertuang dalam Pasal 7 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
85
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
dan DPD yang diplih dari dan oleh Anggota dalam sidang
Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik. Persoalannya, sampai saat ini
diperlukan? Apakah tidak cukup dengan kode etik DPR dan DPD
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
86
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
diarahkan agar kode etik yang ada hanyalah kode etik anggota
dan/atau di DPD.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
87
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
pemerintah.
membahas RUU tertentu [Pasal 22D ayat (2) UUD 1945]. Pasal 32
Pembicaraan, yaitu :
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
88
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
89
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
90
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
tersebut.
c. Pembuatan DIM
fraksi DPR).
d. Pembahasan DIM
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
91
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
menyelesaikannya).
hasil Panja.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
92
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
c. Sambutan Pemerintah.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
93
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
20 ayat (2) UUD 1945 yang dirumuskan lebih dahulu (2000) dalam
Pembicaraan Tingkat I.
2 ayat (1) UUD 1945], bukan lembaga DPR dan DPD. Perbedaan
www.parlemen.net
[Pasal 22D ayat (1) UUD 1945 jo. Pasal 41 huruf a dan Pasal 42 UU
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
95
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
DPD.
www.parlemen.net
ketentuan Pasal 23E ayat (2) UUD 1945 mengatur bahwa hasil BPK
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
97
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
DPD sebagaimana ditentukan dalam Pasal 88, Pasal 89, dan Pasal
MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Pengaduan oleh pemilih dari daerah
seperti:
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
98
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
daerah ini adalah Local autonomy dan bukan local government atau
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
99
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
100
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
www.parlemen.net
Negara.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
102
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
BAB V
PENUTUP
berikut :
1. Hasil perubahan UUD 1945 yang dilakukan oleh MPR tahun 1999-
hanya eksis ketika DPR dan DPD berada dalam sidang gabungan
(joint session).
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
103
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
karena itu, ada beberapa hal yang mungkin diubah terkait dengan
pembicaraan tingkat I;
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
104
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
105
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku-Buku
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
106
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
Huda, Ni’matul S.H., M.Hum; 2006, Hukum Tata Negara Indonesia, PT.
Raja Grafindo, Jakarta.
Manan Bagir, S.H., M.CL, Prof, Dr.; 2003, DPR, DPD, dan MPR dalam
UUD 1945 Baru, FH UII Press.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
107
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DAN DPD
www.parlemen.net
May Rudy, Teuku, Drs, SH, MA, MIK, 1993, Pengantar Ilmu Politik,
Eresco – Bandung.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
www.parlemen.net
108