You are on page 1of 7

ISSN 1411 – 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Edisi Khusus, No. 3 2007, Hlm.

379 - 385 379

PEMAKAIAN FUNGISIDA GAMBIR TERHADAP


PENYAKIT BERCAK Fusarium sp PADA DAUN SERAI WANGI

THE USING OF GAMBIRE FUNGICIDE TO THE Fusarium sp LEAF


SPOT IN CITRONELLA CROP LEAVES

Herwita Idris
Kebun Percobaan BALITTRO Laing Solok
herwita_idris@yahoo.com

ABSTRACT
The main obstacle of Citronella crop cultivation is the attack of Fusarium sp leaf spot that can influences
rendement and oil quality. In connection with that has been done the research concern the using of gambire
fungicide in Kebun Percobaan Balittro Laing Solok from January until June 2006 in laboratory and greenhouse
scale. The laboratory test using randomized block design (7 treatment and 4 trial), each treatment is gambire
fungicide (30% gambire formulation) in 100, 150, 200, 300, 400, 550 dosage ppm and without fungicide as control.
The pure inoculums was invested (5mm) in Petridis consist of PDA medium (Potato Dextrose Agar) that contain
fungicide gambire conform to the treatment. The diameter of colony observed everyday, length and the amount
of conidia observed in day 3, 5 and 7 using haemocytometer and micrometer. The greenhouse test using the
same design with laboratory test. The pathogen inoculation with spray the inoculums suspension in Citronella
crop leaf, the gambire fungicide application conform to the treatment was done 1 week after inoculation. The
observing the disease stage done as long as 3 weeks, start from first week after application. The research result
show that gambire fungicide (30% gambire formulation), is effective to the Fusarium sp fungi the caused of
Citronella crop leaf spot, where in laboratories scale test with 550 ppm dosage can pressure the diameter colony
41,02% development and the amount of conidia is 35,56%. The using of same dosage in laboratories scale test,
can reduce the seriousness disease 28,81%, increase the amount of some of stumb and length ratio and the leaf
wide 16,71 % and 6, 63 %.

Key words: botanical fungicide, gambire, Uncaria gambir, leaf spot, Fusarium sp, Citronella crop, andropogon
nardus.

ABSTRAK
Kendala utama budidaya seraiwangi adalah serangan penyakit bercak daun Fusarium sp yang mempengaruhi
rendemen dan mutu minyak. Sehubungan dengan itu telah dilakukan penelitian penggunaan fungisida gambir di
Kebun Percobaan Balittro Laing Solok mulai bulan Januari sampai Juni 2006 dalam skala laboratorium dan rumah
kaca. Uji laboratorium memakai rancangan acak lengkap (7 perlakuan dan 4 ulangan), masing-masing perlakuan
adalah fungisida gambir (formulasi 30% gambir) dalam dosis 100, 150, 200, 300, 400, 550 ppm dan tanpa fungisida
sebagai kontrol. Inokulum murni diinfestasikan (5mm) kedalam petridish berisi medium ADK (agar dextrose
kentang) yang mengandung fungisida gambir sesuai perlakuan. Diameter koloni diamati setiap hari, panjang
dan jumlah konidia diamati hari ke 3, 5 dan 7 memakai haemocytometer dan mikrometer. Uji skala rumah kaca
memakai rancangan yang sama dengan uji laboratorium. Inokulasi patogen dengan cara penyemprotan suspensi
inokulum pada daun tanaman seraiwangi, aplikasi fungisida gambir sesuai perlakuan dilakukan 1 minggu setelah
inokulasi. Pengamatan keparahan penyakit dilakukan selama 3 minggu, mulai minggu I setelah aplikasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa fungisida gambir (formulasi 30% gambir), cukup efektif terhadap jamur Fusarium
sp penyebab penyakit bercak daun seraiwangi, dimana dalam uji skala laboratorium dengan dosis 550 ppm dapat
menekan perkembangan diameter koloni 41.02% dan jumlah konidia 35.56%. Pemakaian dosis yang sama dalam
uji skala rumah kaca, mampu menekan keparahan penyakit 28.81%, meningkatkan jumlah anakan dan ratio panjang
dan lebar daun 16.71 dan 6.63%.

Kata kunci: fungisida botanis, gambir, Uncaria gambir, penyakit bercak, Fusarium sp, Seraiwangi, Andropogon
nardus.
Idris H JIPI 380

PENDAHULUAN 1) bersifat anti mikrobial dan anti oksidan (Cowan,


1999; Hagerman, 2002). Di samping itu (Sogawa
Seraiwangi (Andropogon nardus L) and Sakamura, 1987) katechin, tannin dan
merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang querchitin juga bersifat toksid (racun) dan
dikenal dengan Java Citronela oil (minyak gangguan hormonal terhadap serangga. Selain itu
seraiwangi). Produk ini telah menjadi komoditi (Grainge and Ahmed, 1988) senyawa querchitin
ekspor Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II, dan tannin juga mampu berperan sebagai
namun kontribusinya masih rendah, hanya 5% dari nematisidal.
kebutuhan dunia yang mencapai 2000-2500 ton Potensi gambir sebagai bahan fungisida
tahun-1 (Paimin dan Yunianti, 2002). botanis belum banyak diketahui (Suherdi, 1995).
Kendala utama dalam budidaya Seraiwangi Namun secara alamiah di lapangan terlihat bahwa
di daerah sentra produksi ( NAD, Jawa Barat, tanaman gambir tidak terserang oleh patogen
Jawa Tengah, Banten dan Jawa Timur) adalah jamur. Hal ini menunjukkan kandungan kimia
masih rendahnya produktifitas tanaman dan mutu gambir mampu memberikan suatu perlindungan
minyak yang dihasilkan, sehingga tidak mampu (proteksi) pada tanaman ini (Syamsu dan
bersaing dengan produk dari negara lain (Daswir Nusyirwan, 1992). Suatu ekstrak gambir mampu
et al., 2006). Hal ini disebabkan karena masih mengganggu keseimbangan hormon pertumbuhan
memakai varietas lokal yang sangat rawan serangga Epilachna sp, sehingga terjadi
terhadap serangan penyakit. Menurut Idris dan kegagalan metamorfosa terutama larva instar I
Nurmansyah (1997) terdapat beberapa gejala sebesar 40-68% (Adria dan Idris, 1998). Selain
serangan penyakit pada Seraiwangi, satu itu tepung gambir dapat menekan pertumbuhan
diantaranya yang paling umum adalah gejala jamur imperfect yang menyerang tanaman
serangan berbentuk bercak yang disebabkan oleh klausena (Idris dan Adria, 1997).
jamur Fusarium sp., serangan jamur ini dapat Sehubungan dengan itu telah dilakukan
menurunkan rendemen minyak Seraiwangi 54- penelitian pemakaian gambir sebagai fungisida
81%, serta kandungan sitronellal dan graniol 23.27 botanis terhadap penyakit bercak daun seraiwangi
dan 41.60%. yang disebabkan oleh patogen Fusarium sp
Sejauh ini upaya pengendalian penyakit dengan hasil seperti diuraikan dalam tulisan ini
bercak Fusarium sp, dilakukan dengan fungisida (Gambar 1).
sintetik (Daswir et al., 2006), akan tetapi cara ini
dinilai tidak efisien karena residu fungisida akan METODE PENELITIAN
mempengaruhi mutu minyak, walaupun dari segi
efektifitas terlihat berhasil baik. Untuk itu perlu Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan
dicari terobosan baru memakai fungisida botanis Balittro Laing Solok, mulai bulan Januari sampai
yang dinilai lebih aman dan tidak meninggalkan Juni 2006 dalam skala laboratorium dan rumah
residu pada tanaman (Soehardjan, 1994). kaca. Pengujian laboratorium memakai rancangan
Gambir (Uncaria gambir, ROXB) acak lengkap dengan 7 perlakuan, masing-
merupakan salah satu tanaman penghasil getah masingnya adalah fungisida gambir (30% gambir)
(alkaloid) yang mengandung senyawa kimia dalam dosis 100, 150, 200, 300, 400, 550 ppm dan
berupa catechine, asam tannat (tanin), Flouresine, tanpa fungisida sebagai kontrol. Tiap perlakuan
Quercetine, lendir, lemak dan lilin (Bakhtiar, 1991; diulang 4 kali, dan tiap ulangan dgn 5 petridish.
Suherdi, 1995). Sampai saat ini produk gambir Inokulum murni diinfestasikan (5 mm) kedalam
hanya dimanfaatkan secara terbatas untuk makan petridish berisi medium ADK (agar dextrose
sirih, penyamak kulit, bahan campuran cat, kentang) yang mengandung fungisida gambir
pencelup tektil, obat-obatan, kosmetika, astregen, sesuai perlakuan. Diameter koloni diamati setiap
dan bahan antiseptik (Risfaheri et al., 1991). hari, sedangkan panjang dan jumlah konidia diamati
Senyawa katechin, tannin dan querchitin (Gambar hari ke 3, 5 dan 7 memakai haemocytometer dan
Pemakaian fungisida gambir JIPI 381

mikrometer. Pengujian skala rumah kaca dilakukan batang = 51-75% dan 4 = kerusakan batang
dengan rancangan yang sama seperti pengujian lebih dari 75%.
laboratorium (7 perlakuan dan 4 ulangan).
Inokulasi dilakukan dengan cara HASIL DAN PEMBAHASAN
penyemprotan suspensi inokulum pada daun
tanaman seraiwangi yang telah disediakan. Selang Dari pengukuran diameter koloni jamur
1 minggu setelah inokulasi, tanaman diaplikasi diketahui pemberian fungisida gambir berpengaruh
dengan fungisida gambir sesuai perlakuan. terhadap pertumbuhan dan perkembangan jamur
Pengamatan keparahan penyakit dilakukan selama Fusarium sp. Pada dosis 550 ppm, pertumbuhan
3 minggu, mulai minggu pertama setelah aplikasi koloni jamur hanya mencapai 7.21 mm hari-1, hal
dengan rumus : ini berarti terjadi penekanan 41.02% dibanding
KP = ∑(nv) x 100% kontrol yang memiliki diameter koloni 94.07 mm
NV pada hari ke 7 (Tabel 1). Berdasarkan keadaan
diatas terbukti kandungan kimia gambir khususnya
KP = Keparahan penyakit asam tannat (tanin), Flouresine, Quercetine
n = jumlah tanaman dengan kategori tertentu bersifat antimikroba, sehingga mampu menekan
v = kategori gejala tertentu pertumbuhan jamur Fusarium sp. Menurut
N = jumlah tanaman sampel Sogawa and Sakamura (1987); Grainge and
V = kategori tertinggi yang digunakan (0 = tidak Ahmed (1988), senyawa tanat dan quercetine
ada serangan, 1 = kerusakan batang 1-25%, dapat bersifat fungisidal, nematisidal dan hormonal
2= kerusakan batang 26-50% , 3 = kerusakan insektisidal terhadap serangga.

Gambar 1. Rumus bangun bahan aktif (A) Catechin, (B) Tannin dan (C) Querchitin Sumber :
Cowan 1999, Hagerman, 2002
Tabel . Pertumbuhan koloni Fusarium sp pada hari ke 7 setelah inokulasi.

a Angka diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % DNMRT; b Dalam pengolahan data ditranformasikan
ke + 0.5
Idris H JIPI 382

Gambar 2 : Fluktasi pertambahan diameter koloni Fusarium sp sampai hari ke 7


Tabel 2. Jumlah dan panjang konidia Fusarium sp. Pada berbagai perlakuan tepung gambir.

a Angka diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % DNMRT; b Dalam pengolahan data ditranformasikan
ke + 0.5

Pada sisi lain terlihat bahwa pertambahan konidia 4.91% (Tabel 2).
diameter koloni terlihat sangat bervariasi antar Keadaan di atas membuktikan bahwa
perlakuan (Gambar.1), namun demikian pada senyawa tanine, florecine dan quercetine yang ada
perlakuan 550 ppm dan 400 ppm jelas terlihat dalam fungisida gambir berpengaruh terhadap
adanya pengaruh penekanan yang sangat proses pembentukan konidia yang pada akhirnya
signifikan, dimana pertambahan koloni mulai juga akan mempengaruhi tingkat perkembangan
meningkat pada hari ke 5, dan sampai hari ke 7 jamur Fusarium sp. Berdasarkan keadaan
pertambahan koloni hanya mencapai 7.65 dan 8.55 tersebut dapat diestimasikan bahwa pertumbuhan
mm. Sedangkan pada dosis paling rendah (100 jamur berikutnya berjalan lambat karena (Barnett
ppm), pertambahan koloni cenderung mengikuti and Hunter, 1972; Natawigena, 1988; Sutakaria,
kurva pada kontrol walaupun jumlahnya masih 1980) konidia merupakan alat perkembangan pada
berada dibawah kontrol. kelas Deuteromycetes yang dihasilkan secara
Fungisida gambir dalam perlakuan dosis 550 asexual, sehingga jumlahnya menentukan
ppm, terlihat memiliki tingkat efektifitas paling baik perkembangan pada generasi berikutnya, dalam
dengan jumlah konidia yang hanya 65.44 (x 104) kondisi yang menguntungkan jumlah konidia
unit mm-1, hal ini berarti terjadi penekanan dalam cenderung berbanding lurus dengan laju
pembentukan konidia 35.56% dibanding dengan perkembangan jamur.
kontrol yang memiliki konidia 101.55 (x 104) unit Kalau diperhatikan lebih jauh terlihat bahwa
mm-1. Sedangkan pada dosis paling rendah (100 panjang konidia pada semua perlakuan tidak
ppm), hanya mampu menekan pertumbuhan menunjukkan perbedaan nyata dalam uji statistik
Pemakaian fungisida gambir JIPI 383

(Tabel 2), tetapi secara angka ukuran konidia pada intensitas serangan bervariasi antara 11.44-
perlakuan 550 ppm lebih pendek dibanding 18.30%, sedangkan pada minggu berikutnya
perlakuan lain dengan kisaran 5.00-10.00 mikron intensitas serangan pada semua perlakuan
(7.42 mikron). Perubahan ukuran konidia menjadi cenderung meningkat (Gambar 3). Meningkatnya
lebih pendek menunjukkan adanya gangguan keparahan penyakit pada minggu III mungkin
fisiologis dalam pertumbuhan jamur oleh senyawa disebabkan oleh :1). Dosis fungisida gambir yang
tanine, florecine dan quercetine, sehingga konidia diberikan masih terlalu rendah, sehingga kurang
yang dihasilkan konidiophore dalam kondisi tidak mampu untuk menekan pertumbuhan jamur
sempurna, akibatnya konidia tersebut tidak mampu Fusarium sp, 2). Sistim formulasi fungisida yang
menunjang perkembangbiakan untuk tahap kurang stabil, sehingga dalam jangka waktu
berikutnya. tertentu akan berobah akibat adanya gangguan dari
Dari pengujian skala rumah kaca terlihat keadaan lingkungan. Menurut Casida and Rieders
bahwa masa inkubasi penyakit berlangsung selama (2002); Nakamura (1993), efektifitas suatu
1 minggu dengan keparahan serangan bervariasi formulasi pestisida sangat tergantung dari stabilitas
antara 10.50-12.45% dan tidak menunjukkan komposisi bahan aktif, pelarut dan bahan
perbedaan yang nyata antar perlakuan (Tabel 3). pembasah, senyawa ini sangat mudah terpengaruh
Setelah 3 minggu aplikasi terlihat bahwa tingkat oleh faktor lingkungan, sehingga harus memeiliki
keparahan penyakit paling rendah pada perlakuan batasan waktu penggunaan dan cara simpan yang
550 ppm dengan keparahan hanya 23.35%, yang baik.
berarti terjadi penekanan 28.81% dibanding
kontrol dengan keparahan mencapai 32.80%.
Kondisi di atas disebabkan karena kandungan
kimia dari fungisida gambir dapat mempengaruhi
daya patogenitas jamur fusarium sp, sehingga
intensitas serangannya menjadi lebih rendah.
Menurut Abdullahi et al. (2005), daya patogenitas
suatu patogen dipengaruhi oleh faktor internal
seperti umur dan kondisi phisik patogen serta
faktor eksternal seperti iklim, kondisi lingkungan
dan tindakan agronomis khususnya pemakaian
bahan yang bersifat antifungal dan antimikrobial.
Kalau dicermati lebih jauh perkembangan
keparahan penyakit selama 3 minggu terlihat Gambar 3. Fluktasi keparahan penyakit Fusarium
bahwa intensitas serangan paling tinggi terjadi sp sampai hari minggu III setelah
pada minggu pertama setelah aplikasi, dimana aplikasi fungisida gambir
Tabel 3. Gejala awal dan keparahan serangan Fusarium sp pada berbagai perlakuan fungisida gambir

a. Dalam analisis data ditransformasi ke arc sin √ %; b. Angka diikuti huruf yang sama tiap kolom tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% DMRT.
Idris H JIPI 384

Tabel 4. Pertumbuhan tamanan seraiwangi pada berbagai perlakuan uji fungisida gambir skala rumah kaca

a. Dalam analisis data ditransformasi ke arc sin √ %; b. Angka diikuti huruf yang sama tiap kolom tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% DMRT.

Penekanan terhadap keparahan penyakit, DAFTAR PUSTAKA


secara langsung terlihat dapat memperbaiki
pertumbuhan tanaman, terutama dalam dosis 550 Adria dan Idris, H. 1998. Pengaruh ekstrak daun
ppm, dapat meningkatkan jumlah anakan dan ratio gambir terhadap hama terong KB Epilachna
panjang dan lebar daun masing-masing 16,71% varivestis, Mulsant. Jurnal Penelitian Tan.
dan 6.63%, walaupun dalam uji statistik tidak Industri (Industrial Crops Research Journal).
menunjukkan perbedaan nyata dengan perlakuan Puslitbangtri Badan litbang Kehutanan dan
lainnya (Tabel 4). Kondisi tersebut jelas Perkebunan. 4(4) :103-108
membuktikan bahwa keberadaan penyakit bercak Abdullahi, I., Koerbler, M., Stachewicz, H., and
Fusarium sp berpengaruh terhadap pertumbuhan Winter, S. 2005. Synchytrium endobioticum
seraiwangi, hal ini disebabkan karena fokus and its utility in microarrays for the
serangan terjadi pada daun, sehingga akan simultaneous detection of fungal and viral
mengganggu proses metabolisme tanaman yang pathogens of potato. Applied Microbiology
akhirnya juga mempengaruhi pertumbuhan. and Biotechnology, 68 (3): 368-375.
Menurut Sebayang (2006); Soejono (2006), tingkat Bakhtiar, A. 1991. Manfaat tanaman gambir.
pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor luar Makalah pada penataran petani dan
diantaranya kompetisi hara dengan gulma dan pedagang pengumpul gambir di kabupaten 50
(Natawigena, 1988) serangan penyakit yang tidak Kota (Sumatera Barat) 29–30 November
saja mempengaruhi pertumbuhan, tetapi 1991.
mengakibatkan kematian tanaman. Barnett, H.L and B.B, Hunter.1972. Ilusstrated
Genera Of Imperfect Fungi. Theird edition.
KESIMPULAN Bergess publishing company, Minnesota.
Casida L.M.,and F. Rieder. 2002. Bio Pesticide
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Effect. Toxicol American Journal 207(8):
fungisida gambir (formulasi 30%), cukup efektif 905-908.
terhadap jamur Fusarium sp penyebab penyakit Cowan, M.M. 1999. Plant products as
bercak daun seraiwangi, dimana dalam uji skala antimicrobial agents. Clinical microbiology
laboratorium dengan dosis 550 ppm dapat review. Department of Microbiology Miami
menekan perkembangan diameter koloni 41.02% University. Ohio. 12(4) : 564-582
dan jumlah konidia 35.56%. Pemakaian dosis yang Daswir, H. Idris, Sumandro dan Zulkarnain. 2006.
sama dalam uji skala rumah kaca, mampu Uji multi lokasi klon seraiwangi. Laporan
menekan keparahan penyakit 28.81%, meningkat- teknis penelitian. Buku 3. Balai Penelitian
kan jumlah anakan dan ratio panjang dan lebar Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
daun 16.71 dan 6.63%.
Pemakaian fungisida gambir JIPI 385

Grainge, M and S. Ahmed. 1988. Handbook of rendemen dan mutu Hasil. Prosiding seminar
plant with pest control properties. Jhon Wiley penelitian tanaman rempah dan obat No. 06-
& Sons, New York. 1995. sub balai penelitian tanaman rempah
Hagerman, A.E. 2002. Biological activities of dan obat Solok hal 18-24.
tannins. Department of Chemestry and Sutakaria, J. 1980. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Dept
Biochemestry. Miami University, USA. Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
Idris, H dan Adria. 1997. Kajian awal penggunaan Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
tepung gambir sebagai fungisida nabati Sebayang, H.T. 2006. Gulma salah satu faktor
terhadap jamur imperfect (Fusarium sp) pembatas peningkatan produksi pertanian.
penyebab penyakit bercak daun pada Makalah seminar regional perhimunan ilmu
tanaman Klausena (C. anisata). Laporan gulma Indonesia. Fakultas Pertanian Univ.
hasil penelitian. Brawijaya. Malang. 18 hal.
Idris , H dan Nurmansyah , 1997. Efek Serangan Sogawa, K and S. Sakamura.1987. Botanical
Fusarium sp tehadap rendemen dan sifat Insecticides by Tanine and Kuersitine Active
fisika kimia minyak seraiwangi Risalah Ingradient. Kanazawa University Press,
Kongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah Japan.
PFI. Mataram. Hal 286-289. Soehardjan, M. 1994. Konsepsi dan strategi
Nakamura, K. 1993. Pesticides Effect. Kanazawa penelitian dan pengembangan pestisida
University Press, Japan. nabati. Prosiding seminar hasil penelitian
Natawigena, H. 1988. Dasar–Dasar Perlindungan dalam rangka pemanfaatan pestisida nabati.
Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Padjadjaran Bandung. Bogor.
Paimin, F.R dan I.Yunianti, 2002. Pasar ekspor Soejono, A.T. 2006. Gulma dalam agroekosistim,
seraiwangi . Majalah Trubus No. 394 PT peranan, masalah dan pengelolaannya.
Trubus Swadaya, Jakarta. Makalah Orasi Pengukuhan Guru Besar
Risfaheri, Emmyzar dan H.Muhammad. 1991. Fakultas Pertanian UGM.
Budidaya dan pasca panen gambir. Makalah Syamsu, H dan Nusyirwan. 1992. Monitoring
pada temu tugas dan aplikasi paket teknologi penyakit utama tanaman gambir sentra
pertanian di Solok (Sumatera Barat) 3 – 5 produksi Sumatera Barat. Laporan bagian
September 1991. proyek penelitian dan penguasaan teknologi
Suherdi. 1995. Pengaruh cara pengolahan gambir tanaman rempah dan obat Solok tahun 1991/
(Uncaria gambir, ROXB) terhadap 1992.

You might also like