You are on page 1of 3

Teori ikatan valensi dapat juga diterapkan dalam molekul poliatomik, tetapi dibutuhkan

skema khusus tertentu untuk menjelaskan geometri molekul. Berikut adalah contoh
perlakuan teori ikatan valensi terhadap ikatan dalam molekul poliatomik.

a. Hibridisasi sp3

Untuk menjelaskan mengenai hibridisasi sp3 pada molekul poliatomik, akan digunakan
contoh molekul metana (CH4). Metana memiliki atom pusat sebuah karbon yang
berkoordinasi secara terahedral. Oleh karena itu, atom karbon pusat haruslah memiliki
orbital-orbital yang simetri tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi dasar dari karbon
adalah :

Dengan teori ikatan valensi, maka dapat diprediksi bahwa berdasarkan pada keberadaan
dua orbital yang terisi setengah, atom C akan membentuk dua buah ikatan kovalen
membentuk CH2. Namun CH2 merupakan molekul yang sangat reaktif sehingga teori
ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan terbentuknya molekul CH4.

Untuk itu, digunakan teori hibridisasi, dimana langkah awal adalah eksitasi satu atau
lebih elektron valensi C

Proton yang membentuk inti hidrogen akan akan menarik salah satu elektron valensi
karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan elektron 2s ke orbital 2p. Hal ini
meningkatkan pengaruh inti atom terhadap elektron-elektron valensi dengan
meningkatkan potensial inti efektif.

Kombinasi gaya-gaya ini membentuk orbital hibrid. Dalam kasus CH4 ini, orbital 2s
bergabung dengan orbital 2p membentuk hibrid sp3 menjadi:

b. Hibrid sp2

Untuk melihat contoh dari hibridisasi sp2 akan digunakan contoh molekul etilena(C2H4)
yang memiliki ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya. Rumus bangun etilena
ditunjukan dalam ganbar (2)
Gambar 2 Rumus bangun eilena

Dalam ikatan etilena ini, karbon akan membentuk hibridisasi sp2, dalam hibridisasi sp2
ini, orbital 2s hanya bergabung dengan dua orbital 2p membentuk tiga orbital sp2 dengan
1 orbital p tersisa.

c. Hibridisasi sp

Hibridisasi sp terjadi dalam molekul dengan ikatan rangkap tiga seperti halnya alkuna.
Contoh hibridisasi sp adalah:

Dalam model ini, orbital 2s hanya bergabung dengan satu orbital-p, menghasilkan dua
orbital sp dan menyisakan dua orbital p.

Hibridisasi dapat digunakan untuk menyatakan bentuk geometri molekul sebagaimana


halnya teori VSEPR.

• AX1 (contoh: LiH): tidak ada hibridisasi; berbentuk linear


• AX2 (contoh: BeCl2): hibridisasi sp; berbentuk Linear atau diagonal; sudut ikat
cos−1(−1) = 180°
o AX2E (contoh: GeF2): berbentuk V, < 120°
• AX3 (contoh: BCl3): hibridisasi sp2; berbentuk datar trigonal; sudut ikat
cos−1(−1/2) = 120°
o AX3E (contoh: NH3): piramida trigonal, 107°
• AX4 (contoh: CCl4): hibridisasi sp3; berbentuk tetrahedral; sudut ikat cos−1(−1/3) ≈
109.5°
• AX5 (contoh: PCl5): hibridisasi sp3d; berbentuk Bipiramida trigonal
• AX6 (contoh: SF6): hibridisasi sp3d2; berbentuk oktahedral (atau bipiramida
persegi)

Penentuan geometri molekul dengan menggunakan hibridisasi orbital ini tidak dapat
dilakukan dengan akurat apabila terdapat pasangan elektron bebas dalam atom pusat, hal
ini dikarenakan gaya tolakan yang besar antara pasangan elektron bebas akan
memperkecil sudut ikat dari molekul tersebut.

You might also like