You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jurusan Teknik dan Manajeman Industri Pertanian merupakan jurusan yang
mendalami teknologi di bidang industri pertanian menuntut mahasiswanya untuk
dapat menguasai teknologi terkini, khususnya dalam bidang teknologi industri
pertanian. Sebagai prasyarat menuju hasil tersebut mahasiswa dituntut untuk dapat
menguasai salah satu mata kuliah wajib yang ditentukan yaitu Mekanika Fluida.
Hidrolika adalah bagian dari hidromekanika (hydro mechanics) yang
berhubungan dengan gerak air. Untuk mempelajari aliran saluran, mahasiswa dituntut
untuk dapat menguasai mata kuliah Mekanika Fluida terlebih dahulu. Dengan bekal
mata kuliah mekanika fluida mahasiswa akan mampu memahami penurunan
persamaan-persamaan dasar dan fenomena aliran yang pada prinsipnya merupakan
fungsi dari tempat (x,y,z) dan waktu (t).
Salah satu materi perkuliahan Mekanika Fluida yang akan dipraktikumkan
adalah tentang hidrolik gradient . Pada praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui besar kecepatan aliran dan tekanan aliran yang terbaca pada papan
manometer.

1.2 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Menentukan local loss dan friction losses suatu jaringan
2. Mengukur tekanan dan kecepatan aliran fluida dalam pipa pada debit yang
berbeda
3. Mengetahui mekanisme aliran air pada hidrolik gradien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada umumuya aliran fluida dapat dibedakan atas (1) aliran dalam saluran,
yaitu aliran yang dibatasi oleh permukaan-permukasn keras, dan (2) a1iransekitar
benda, yang dikelilingi oleh fluida yang selanjutnya tidak terbatas. Pebedaan
demikian hanyalah untuk memudahkan peninjauan saja, karena gejaIa dasar dan
kelakuan fluida berlaku pada kedua keadaan tersebut. Aliran melalui pipa dipilih
untuk mewakili bentuk penampang lain karena dilapangan secara garis besar dapat
kita jumpai dalam aplikasi lapangan.

A. Aliran l.aminer dan aliran Turbulen.


Koefisien gesek untuk pipa silinder merupakan fungsi dari Re (bilangan
Reynolds). Kenyataan ini ditunjang oleh hasil-hasil eksperimen. Diagram terhadap Re
untuk pipa-pipa silinder ini menunjukkan karakter yang dernikian :

Gambar 1 . hubungan antara koefisien gesek(f) dan angka Reynold (Re)

Sedangkan di sekitar harga Re yang tertentu (sekitar 3000) terdapat perubahan


harga f, yaitu yang menunjukkan ketergantungan f pada Re yang lebih kecil. Untuk
menyelidiki sebab perubahan tersebut perlu kita periksa alirannya secara langsung.
Untuk tujuan ini kita rencanakan suatu eksperimen dengan mengalirkan air melalui
suatu pipa yang transparan. Bilangan Reynoldnya dapat diubah-ubah dengan
mengubah laju aliran masa. Untuk membuat aliran lerlihat, kita dapat menyuntikkan
cairan warna sepanjang tengah-tengah pipa seperti tcrlihaf pada gambar 2.Untuk
mudahnya akan kita anggap bahwa aliran diamati pada suatu kedudukan yang cukup
jauh dari penampang masuk pipa sedemikian sehingga profil kecepatan tidak berubah
dengan jarak. Aliran demikian dikatakan telah mencapai kesetimbangan, atau sudah
'berkembang penuh’ (atau 'tunak').

Gambar 2. Penyuntikan zat warna ke dalam pipa untuk menentukan apakah aliran
laminer atau turbulen

Bila kita mulai dengan laju aliran masa yang kecil, maka terlihat bahwa aliran
zat wama akan mengikuti suatu garis lurus yang jelas yang sejajar dengall sumbu
pipa. Goresan zat wama tetap lurus pada waktu laju aliran seeara perlahan-Iahan
diperbcsar.
Akan tetapj, setelah laju aliran masa melebihi suatu harga tertentu, secara tiba-tiba
garis-garis yang tegas akan hilang dan zat wama akan menyebar secara seragam pada
seluruh pipa. Eksperimen ini pertama ka1i dilakukan oleh Osborne-Reynolds, dan
ditunjukkannya bahwa ada dua modus yang mungkin pada a1iran mela1ui pipa.
Da1am modus yang pertama partikel-partikel fluida (air) mengikuti garis lurus yang
sejnjar dengan pipa, akan tetapi dalam modus yang kedua tiap partikel fluida rupanya
mengikuti suatu lintasan yang sebarang di seluruh pipa, hanya gerakan rata-ratanya
yang mengikuti sumbu pipa. Modus pertama disebut aliran Iaminer sedangkan modus
yang kedua turbulen.
B. Elemen Geometri
Yang dimaksud dengan penampang saluran (channel cross section) adalah
penampang yang diambil tegak lurus arah aliran, sedang penampang yang diambil
vertikal disebut penampang vertikal (vertical section). Dengan demikian apabila dasar
saluran terletak horizontal maka penampang saluran akan sama dengan penampang
vertikal.
Saluran buatan biasanya direncanakan dengan penampang beraturan menurut
bentuk geometri yang biasa digunakan di dalam praktek yaitu bentuk-bentuk:
trapesium, persegi empat (dengan sudut tajam atau lengkung), segitiga (dengan sudut
dasar tajam atau lengkung), lingkaran, parabol.
Bentuk penampang trapesium adalah bentuk yang biasa digunakan untuk
saluran-saluran irigasi atau saluran-saluran drainase karena menyerupai bentuk
saluran alam, dimana kemiringan tebingnya menyesuaikan dengan sudut lereng alam
dari tanah yang digunakan untuk saluran tersebut. Bentuk penampang persegi empat
atau segitiga merupakan penyederhanaan dari bentuk trapesium yang biasanya
digunakan untuk saluran-saluran drainase yang melalui lahan-lahan yang sempit.
Bentuk penampang lingkaran biasanya digunakan pada perlintasan dengan jalan;
saluran ini disebut gorong-gorong (culvert).
Elemen geometri penampang memanjang saluran terbuka dapat dilihat pada
Gb.3 berikut ini:

Gambar 3. Penampang memanjang dan penampang melintang aliran saluran terbuka


1. Lebar permukaan (top width) adalah lebar penampang saluran pada
permukaan bebas (lihat Gb.1.5). Notasi atau simbol yang digunakan untuk
lebar permukaan adalah T, dan satuannya adalah satuan panjang.
2. Luas penampang (area) mengacu pada luas penampang melintang dari aliran
di dalam saluran. Notasi atau simbol yang digunakan untuk luas penampang
ini adalah A, dan satuannya adalah satuan luas.
3. Keliling basah (wetted parimeter) suatu penampang aliran didefinisikan
sebagai bagian/porsi dari parameter penampang aliran yang bersentuhan
(kontak) dengan batas benda padat yaitu dasar dan/atau dinding saluran.
Dalam hal aliran di dalam saluran terbuka batas tersebut adalah dasar dan
dinding/tebing saluran seperti yang tampak pada Gb. 1.4 di bawah ini. Notasi
atau simbol yang digunakan untuk keliling basah ini adalah P, dan satuannya
adalah satuan panjang.

Gambar 4. Parameter Lebar Permukaan (T), Lebar Dasar (B), Luas Penampang dan
Keliling basah suatu aliran

4. Jari-jari hydraulik (hydraulic radius) dari suatu penampang aliran bukan


merupakan karakteristik yang dapat diukur langsung, tetapi sering sekali
digunakan didalam perhitungan. Definisi dari jari jari hydraulik adalah luas
penampang dibagi keliling basah, dan oleh karena itu mempunyai satuan
panjang; notasi atau simbul yang digunakan adalah R, dan satuannya adalah
satuan panjang.
Untuk kondisi aliran yang spesifik, jari-jari hydraulik sering kali dapat
dihubungkan langsung dengan parameter geometrik dari saluran. Misalnya,
jari-jari hydraulik dari suatu aliran penuh di dalam pipa (penampang lingkaran
dengan diameter D) dapat dihitung besarnya jari-jari hydraulik sebagai
berikut:

Dimana:
R = Jari-jari hydraulik (ft/m)
A = Luas penampang (ft2 atau m2)
Pw = Keliling basah (ft atau m)
D = Diameter pipa (ft atau m)

C. Debit aliran (discharge)


Debit aliran adalah volume air yang mengalir melalui suatu penampang tiap
satuan waktu, simbol/notasi yang digunakan adalah Q.
Apabila hukum ketetapan massa diterapkan untuk aliran diantara dua
penampang seperti pada Gb.1.3 dan dengan menggunakan Pers.1.1, maka didapat
persamaan sebagai berikut:
m1 = ρ1 A1V1 = m2 = ρ2 A2V2
untuk kerapatan tetap ρ1 = ρ2, sehingga persamaan tersebut menjadi persamaan
kontinuitas:
A1V1 = A2V2 = Q
.
D. Kecepatan (velocity)
Kecepatan aliran (V) dari suatu penampang aliran tidak sama diseluruh
penampang aliran, tetapi bervariasi menurut tempatnya. Apabila cairan bersentuhan
dengan batasnya (didasar dan dinding saluran) kecepatan alirannya adalah nol. Hal ini
seringkali membuat kompleksnya analisis, oleh karena itu untuk keperluan praktis
biasanya digunakan harga rata-rata dari kecepatan di suatu penampang aliran.
Kecepatan rata-rata ini didefinisikan sebagai debit aliran dibagi luas penampang
aliran, dan oleh karena itu satuannya adalah panjang per satuan waktu.

Dimana:
V = Kecepatan rata – rata aliran (ft/s atau m/s)
Q = Debit aliran (ft3/s atau m3/s )
A = Luas penampang aliran (ft2 atau m2)
BAB III
METODELOGI

2.1 Alat
1. Gelas ukur 1000 ml
2. Stopwatch
3. Meteran panjang 3meter
4. Alat tulis dan mistar
5. Tangki thorn
6. Bak constant head

2.2 Bahan
1. Air
2. Air raksa

2.3 Metode praktikum


1. Membuka kran dan bak konstan
2. Menghitung debit inflow dari bak konstan head, dalam tiga posisi bukaan
yang berbeda. Menggunakan metoda volumetric.
3. Mengubah posisi kran (outflow) dari bak konstan,pada tiga posisi dengan
debit yang telah dihitung sebelumnya.
4. Memperhatikan beda tinggi muka air pada papan manometer (manometer 1
dan 4 untuk mengukur kecepatan aliran, manometer 2 dan 3 untuk mengukur
tekanan aliran)
5. Mencatat tinggi muka air yang terbaca pada manometer, bila ada tinggi yang
melebihi batas mistar pada manometer, mistar tambahan digunakan untuk
mengukur kelebihannya.
6. Mengukur dan mencatat dimensi instrument percobaab (panjang pipa,
diameter pipa, dambungan, dll). Melampirkan dalam kertas grafik pada
laporan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Q / debit Tinggi Bacaan pada Manometer (cm)
No.
(l/detik) M1 M2 M3 M4
1. 0,02970 36,5 36 36 35,5
2. 0,01386 24 24 23,5 23,5
3. 0,02075 39,5 39,5 39 38,5

M1 dan M4 merupakan nilai kecepatan aliran, sedangkan M2 dan M3


merupakan nilai tekanan aliran, Nilai Q didapatkan dengan menggunakan
metode volumetric, yaitu volume per satuan waktu :
Q = V/S
a. Friction Losses
Untuk n = 0,016
Pipa Diameter L K KL KLQ12 KLQ22 KLQ32
AB 1,54 1,54 14,0814 21,6854 0,0191
BC 0,14 0,14 14,0814 1,9714 0,00174 0,00038
CD 0,46 0,46 14,0814 6,4775 0,00278
DE 1,07 1,07 567,728 607,469

b. Local Losses
Point k K Kk KLQ1 KLQ2 KLQ3
A 0,5 51,649 25,8245
B 0,91 51,649 47,0006
C 0,91 51,649 47,0006
D 0,35 826,38 289,233
E 1 826,38 826,38
c. Bends BC

= (0,13 + 1,85 (0,1/6,9)3,5 )


= 0,09192

Sudden Contraction

Cc = 0,628

– 1 )2

– 1)2 = 0,35

4.2 Pembahasan
1. Kecepatan dan Tekanan Aliran
Untuk mendapatkan kecepatan dari ketiga debit tersebut digunakan
rumus debit per satuan luas (m/s), yaitu :

Untuk mendapatkan tekanan dari ketiga debit digunakan rumus


Bernoulli, sehingga didapatkan :
- P + 1 x 9,81 x (0,355 + 0,365) + ½ x 1 (0,945)2 = 0
P = Pa
- P + 1 x 9,81 x (0,235 + 0,24) + ½ x 1 (0,441)2 = 0
P = Pa
- P + 1 x 9,81 x (0,385 + 0,395) + ½ x 1 (0,661)2 = 0
P = Pa

2. Mekanisme Aliran Air


Air pada tabung thorn mengalir menuju tabung biru (bak constant
head), sampai tabung tersebut penuh. Ketika Bak constant head tersebut
penuh, maka air yang ada didalamnya akan jatuh kembali ke bak
penampungan yang kemudian dialirkan kembali menuju tangki thorn dengan
bantuan pompa air. Air yang mengalir melalui kran akan mengalir menuju
entrance jaringan dan melewati manometer yang terdapat pada jaringan
tersebut.
Setelah melewati jaringan, air akan menuju ke bak penampungan dan
berkumpul bersama air yang jatuh dari Bak constant head yang kemudian
akan dialrkan bersamaan menuju tangki torhn dengan bantuan pompa air.
Untuk mengatasi penuhnya bak penampungan dan terjadi banjir
karena tangki torhn terlalu banyak mengalirkan air ke bak constant head
dan kran tertutup, maka harus dilakukan penutupan aliran air yang berasal dari
tanki tohrn, sehingga air pun tidak memenuhi Bak constant head

BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum ini adalah :


1. Semakin besar debit air maka akan semakin besar pula nilai kecepatan dan
tekanan aliran.
2. Pengaruh gesekan pipa saat melewati pipa ataupun sambungan pipa akan
menyebabkan kehilangan tekanan dan kecepatan aliran fluida.
3. Konstan head digunakan agar tidak terjadi perbedaan ketinggian.
4. Diameter pipa yang sesuai dengan ketinggian dan jauh dari bak konstan head
akan mempengaruhi jalannya aliran fluida

DAFTAR PUSTAKA

Sistanto, Bambang Aris. 2003. Diktat Mekanika Fluida: Teknologi Pertanian -


Universitas Padjadjaran.
Wiladi, Hasan. 2002. Fisika Untuk SMU Kelas 1. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Anggrahini. 1966. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta : CV Citra Media.
___. 2010. Prinsip dasar Hidrolika. hydroinfo.co.cc/images/I%20Prinsip%20Dasar
%20Hidrolika.pdf. (diakses 25 Mei 2010,20.15)

You might also like