You are on page 1of 4

Vihara Buddha Prabha

Jl. Brigjen Katamso No. 3 Yogyakarta INDONESIA 55121


telp: Telp: +62-274-378084
 
Terletak di jalan Brigjen Katamso, bangunan ini berdiri pada
tanggal 15 Agustus 1990. Bangunan ini berdiri di atas tanah
hibah dari Kraton Yogyakarta pada masa pemerintahan Sri
Sultan Hamengku Buwono VII, di mana telah diserahkan pada
sejak tahun 1845 yang memang diperuntukkan bagi warga Cina
sebagai tempat pemujaan.

Pada awalnya, Vihara atau yang lebih dikenal dengan kelenteng


ini bernama Hok Tik Bio, yaitu tempat kebaktian bagi Hok Tik
Sin yang oleh umat Budha dipercaya sebagai Dewa Bumi.
Namun, di Vihara ini juga terdapat altar pemujaan bagi umat Budha dan Konghucu. Pada era
orde baru, nama bangunan ini diganti dengan Vihara Buddha Prabha. Karena pada waktu itu
hanya terdapat lima agama resmi di Indonesia, makan di Vihara in lebih menonjolkan unsur
Budha.

Vihara yang menghadap ke barat ini berdiri di atas tanah seluas 1150 m2 dengan halaman yang
luas mengelilinginya. Denah bangunannya berbentuk persegi panjang, terdiri dari ruang utama di
tengah, ruang sisi utara, ruang sisi selatan, dan ruang belakang, sedangkan pada tengah banguna
terdapt pelataran terbuka. Ciri utama dari arsitektur kelenteng ini adalah tipe Ngang Shan,
dengan bubungan yang kedua ujungnya melengkung ke atas. Atapnya dihiasi patung naga yang
saling berhadapan dengan ekor tegak. Pada bagian tengah patung naga terdapat bola api yang
merupakan symbol mutiara bulan. Dalam tradisi Cina, naga melambangkan perlindungan dan
kekuasaan, sedang mutiara bulan adalah lambing kesucian.

Pada dinding, tiang dan bagian bangunan lainnya, banyak terdapat gambar atau ukiran bergaya
Cina dengan berbagai ragam hias. Pada ruang utama Vihara ini terdapat beberapa altar
sembahyang lengkap dengan arcanya. Altar yang berada di tengah ruangan merupakan altar
pemujaan bagi Buddha Gautama, Dhyani Bodhisatva Avalokitesvara, Prajnaparamita, dan
Maitreya. Selain itu juga terdapat altar untuk memuja Hok Tik Cing Sin, Day Yang Sing Kun,
Day Ing Poo Sat, Kong Tik Coen Ong, dan Thiang Sian Sing Bo yang merupakan tokoh dalam
Taoisme.

Pada ruang samping kiri terdapat altar pemujaan bagi Hiang Thiang Siang Tee, sedangkan di
ruang samping kanan terdapat altar pemujaan bagi Kwan Tee Koen and Khong Hu Cu. Di rirang
belakang terdapt tempat pemujaan tokoh-tokoh Budha yang berisi arca-arca berukuran kecil
yang menggambarkan Budha Gautama, Dhyani Buddha Amitabha, Bhaisajyaguru Buddha,
Dhyani Bodhisatva Avalokitesvara, dan Maitreya. Di ruang atas yang merupakan ruang
tambahan, terdapat altar pemujaan bagi Buddha Gautama, Dhyani Buddha Amitabha,
Bhaisajyaguru Buddha, Ananda, dan Sariputra.
Buddha (Bahasa Sansekerta: berarti. Mereka yang Sadar, Yang mencapai pencerahan sejati.
dari perkataan Sansekerta: "Budh", untuk mengetahui) merupakan gelar kepada individu yang
menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya.
Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama, guru
agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap "Buddha bagi waktu ini"). Dalam penggunaan lain,
ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar.

Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama
atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma (yang
bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan
jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan)
dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. Pencapaian nirwana
(nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan
lebih kepada kualitas dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya. Tiga jenis golongan Buddha
adalah:

 Samma-Sambuddha yang mendapat Kesadaran penuh tanpa guru, hanya dengan usaha
sendiri
 Pacceka-Buddha atau Pratyeka-Buddha yang menyerupai Samma-Sambuddha, tetapi
senantiasa diam dan menyimpan pencapaian Dharma pada diri sendiri.
 Savaka-Buddha yang merupakan Arahat (pengikut kesadaran), tetapi mencapai tahap
Kesadaran dengan mendengar Dhamma.

Kitap Suci agama Buddha adalah Tripitaka.

Tripitaka
1. Vinaya Pitaka, isinya aturan-aturan sangha untuk biksu atau biksuni.
2. Sutta Pitaka, isinya tentang wacana-wacana Buddha.
3. Abhidhamma Pitaka, isinya tentang penjelasan sistematis atau ilmu pengetahuan dari
Buddha.

Tiga Mustika
Tiga Mustika (atau yang juga dikenal dengan sebutan lain Tiga Permata) berasal dari bahasa
Pali Tiratana (Ti : tiga dan Ratana : mustika/permata) dan bahasa Sansekerta Tri Ratna (dengan
arti yang sama dengan Tiratana dalam bahasa Pali). Tiga Mustika mempunya makna yang sangat
berarti bagi umat Buddha.

Tiga Mustika yang dimaksud dalam agama Buddha adalah :

 Buddha

Yang juga dapat diartikan sebagai Sang Buddha Gautama sebagai guru, dan juga dapat
diartikan sebagai sifat kebuddhaan yang dimiliki oleh setiap manusia.
 Dhamma

Dhamma adalah ajaran Buddha, yang merupakan kebenaran mutlak.

 Sangha

Sangha seringkali dikaitkan sebagai pengawal dan pelindung Dhamma. Sangha juga
adalah suatu persaudaraan suci orang-orang yang telah mencapai tingkatan kesucian
(Sotapanna, Sakadagami, Anagami, Arahat)

Pancasila
1. Pannatipata veramani sikkhapadang sammadiyammi, yang artinya saya bertekat akan
melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup.
2. Adinnadana veramani sikkhapadang sammadiyammi, yang artinya saya bertekat akan
melatih diri untuk menghindari mengambil sesuatu yang tidak diberikan.
3. Kamesu micchacara veramani sikkhapadang samadiyami, yang artinya saya bertekat
akan melatih diri untuk menghindari perbuatan asusila.
4. Musavadha veramani sikkhapadang samadiyami, yang artinya saya bertekat akan melatih
diri untuk menghindari menghindari ucapan tidak benar.
5. Surameraya majjapamadatthana veramani sikkhapadang samadiyami, yang artinya saya
bertekat akan melatih diri untuk menghindari mengkonsumsi segala zat yang dapat
menyebabkan hilangnya kesadaran.

Hari Besar

 Magha Puja merupakan peristiwa penting dan bersejarah bagi Agama Buddha yang terjadi di
bulan Magha atau dapat dijumpai pada bulan Februari. Anggapan semen-tara umat Buddha
menekankan bahwa hari peringatan hari Magha Puja bertepatan dengan 15 hari setelah tahun
baru Imlek (Cap Go). Demikian jika 15 hari setelah 15 hari setelah tahun imlek maka pada malam
harinya terlihat bulan sedang purnama. Tetapi jika diteliti dalam penanggalan hari, bulan, dan
tahun buddhis maka yang sebenarnya peringatan hari Magha Puja tepat 1 (satu) hari sebelum
Cap Go, yang berarti bahwa pada saat itu bulan purnama siddhi.
 Asadha merupakan peristiwa yang mempunyai arti yang amat penting, bahkan mempunyai nilai
keramat bagi kemanusiaan. Sebab, dengan terjadinya peristiwa Asadha itulah, maka sampai saat
ini umat Buddha masih dapat mengenal Buddha Dhamma yang merupakan rahasia hidup dan
kehidupan ini; Buddha Dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan
indah pada akhirnya.

Hari suci Asadha memperingati tiga peristiwa penting, yaitu :

- Khotbah pertama Sang Buddha kepada lima orang pertapa di Taman Rusa Isipatana.
- Terbentuknya sangha Bhikkhu yang pertama.
- Lengkapnya Tiratana/Triratna ( Buddha, Dhamma, dan Sangha ).
 Hari raya Waisak atau Waisaka merupakan hari suci agama Buddha. Dirayakan dalam bulan Mei
pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu :

1. Lahirnya Pangeran Siddharta di Taman Lumbini di tahun 623 S.M.,


2. Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya
(Bodhgaya) pada usia 35 tahun di tahun 588 S.M.
3. Buddha Gautama parinibbana (wafat) di Kusinara pada usia 80 tahun di tahun 543 S.M.

 Hari suci Khatina atau Khatina Puja merupakan hari bakti umat Buddha kepada
Sangha. Sangha merupakan pemeliharaan kitab Suci Tipitaka / Tripitaka.

You might also like