You are on page 1of 22

Metode Klarifikasi dalam Pendidikan Budi Pekerti

DIDAKTIKA

Ist Pungki Setiawan


PARA pelajar kita suka tawuran? Terbiasa mencontek? Mungkin masih ada banyak lagi
perilaku negatif lain untuk menggambarkan situasi aktual para pelajar kita. Siapa yang harus
bertanggung jawab?
Apakah itu berarti sistem pendidikan kita kurang memperhatikan aspek budi pekerti dalam
proses pendidikan dan pengajaran di sekolah? Boleh jadi memang begitu! Mungkin saja nilai
kejujuran sudah sedemikian tidak dihargai lagi di masyarakat dan di sekolah, sehingga
aktivitas mencontek menjadi sesuatu yang biasa dan sah-sah saja dilakukan oleh para siswa
tanpa merasa bersalah. Atau, bisa jadi nilai kekerasan (violence) yang menyeruak dalam
dinamika kehidupan masyarakat dan bernegara sudah sedemikian terinternalisasi dalam diri
para siswa sehingga mereka sangat akrab dengan tawuran. Apakah nilai antikekerasan (non
violence) memang tidak pernah menjadi bagian dari proses pendidikan di sekolah-sekolah
kita?
Kompas edisi 12 Desember 2000 melaporkan mengenai rencana pemerintah untuk
menghidupkan kembali pendidikan budi pekerti. Tentu saja rencana tersebut patut didukung.
Meski demikian patut pula dicermati agar pemerintah-dalam hal ini Depdiknas-tidak hanya
menjadi sesuatu yang oleh seorang ahli psikologi perkembangan disebut sebagai bag of
virtues (Lawrence Kohlberg, 1981). Artinya, Depdiknas bukanlah suatu kopor besar yang di
dalamnya telah tersedia sejumlah nilai yang harus diambil oleh para siswa.
Dalam metode pendidikan semacam itu, tentu saja kebebasan para siswa yang menjadi
subyek utama pendidikan kurang dihargai dalam proses memilih nilai-nilai hidupnya sendiri.
Padahal, aspek kebebasan ini sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya suatu proses
pendidikan yang berorientasi pada pengembangan budi pekerti.
***
SALAH satu metode pendidikan budi pekerti yang patut dipertimbangkan untuk
dikembangkan dalam sistem pendidikan kita ialah metode klarifikasi nilai-nilai (values
clarification). Metode ini ditawarkan oleh Harmin Rath dan Simon (1985) yang pada
prinsipnya sangat menghindari pemaksaan nilai-nilai pada diri para siswa. Gagasan dasar
yang melandasi metode ini ialah bahwa setiap siswa berhak dan bertanggung jawab atas
pembentukan nilai-nilai hidupnya sendiri.
Tugas pendidik hanyalah menyadarkan setiap siswa atas nilai-nilai kehidupan yang dipilihnya
sendiri secara bebas dan bertanggung jawab. Pendidikan yang produktif dan efektif tentu saja
tetap harus memperhatikan dimensi kognitif, afektif, dan aksional. Dimensi kognitif berkaitan
dengan pemahaman rasional dan kemampuan "memilah serta memilih" nilai-nilai yang
melingkungi kehidupan sehari-hari. Dimensi afektif berkenaan dengan kecocokan rasa serta
hati. Adapun dimensi aksional berhubungan dengan tindakan konkret yang merupakan
pengejawantahan atas pemahaman serta kecocokan suatu nilai yang telah dipilih oleh para
siswa itu sendiri.
Tampaknya metode klarifikasi nilai-nilai tersebut sangat sederhana. Akan tetapi,
sesungguhnya terdapat tujuh langkah yang menjadi prinsip-prinsip klarifikasi nilai-nilai. Kita
ambil contoh seorang siswa yang hendak memilih nilai antikekerasan sebagai nilai hidupnya
sehari-hari.
Pertama, yang harus dilakukan, memilah dan memilih nilai antikekerasan secara bebas tanpa
paksaan dari antara rimba belantara nilai dalam kehidupan ini. Situasi tempat atau lingkungan
dan hukum maupun peraturan dalam masyarakat maupun keluarga bisa memaksakan suatu
nilai bagi dirinya.
Kedua, pihak pendidik hendaknya juga menyediakan nilai-nilai alternatif lainnya. Pendidik
yang bijaksana tidak akan memaksakan kehendaknya dengan hanya memberikan nilai
antikekerasan itu saja tanpa menyediakan nilai alternatif lain yang bisa diambil oleh siswa
tersebut.
Ketiga, dengan didampingi oleh pendidik, siswa mempertimbangkan secara rasional atas
pemilihan nilai antikekerasan, 'api' risikonya kalau ia suka tawuran, yakni kematian sia-sia,
minimal menginap di kantor polisi atau di rumah.
Keempat, siswa berusaha menghargai dan bahagia atas nilai antikekerasan yang telah
dipilihnya itu. Jika kemudian ia menjadi gembira dan bahagia, berarti dia telah menemukan
suatu nilai positif dalam hidupnya. Nilai antikekerasan itu bisa memberikan kepuasan batin
dan rasa syukur sehingga hidupnya menjadi bahagia.
Kelima, siswa kemudian mau menegaskan nilai pilihannya di muka umum. Dengan berani
dan penuh keyakinan diri, ia tidak akan malu lagi dicap teman-temannya sebagai "banci"
karena tidak mau diajak tawuran.
Keenam, tindakan konkret masih perlu dilakukan oleh siswa tersebut untuk menegaskan nilai
antikekerasan yang telah dipilihnya, sebab tindakan-tindakan konkret adalah cermin paling
relevan terhadap nilai-nilai yang dianut seseorang. Selain menghindari tawuran di
sekolahnya, ia tidak pernah berusaha membalas perlakuan kasar teman-temannya. Kalau itu
semua belum dilakukan dalam tindakan nyata, bisa jadi yang didengung-dengungkan sebagai
nilai antikekerasan itu hanyalah suatu impian, keinginan ataupun gagasan.
Akhirnya, langkah ketujuh, menjadikan nilai antikekerasan itu sebagai pola hidupnya.
Kesadaran bahwa nilai antikekerasan yang dimilikinya itu bukanlah suatu impian semestinya
juga dilaksanakan secara rutin dan berulang-ulang sehingga semakin terinternalisasi dan
menjadi pola hidupnya sehari-hari.
***
METODE klarifikasi nilai-nilai seperti yang dideskripsikan di atas masih berkaitan dengan satu
nilai saja, yakni nilai antikekerasan. Mungkin kita menjadi pesimis mengingat begitu banyak
nilai kehidupan yang harus diklarifikasi dalam dinamika kehidupan para pelajar. Meski
demikian, kalau kita perhatikan ketujuh langkah values clarification itu sangat mencerminkan
keutuhan dimensi pendidikan yang produktif dan efektif. Langkah pertama sampai ketiga
termasuk dimensi kognitif (menekankan kemampuan rasional), keempat dan kelima
mencerminkan dimensi afektif (penghargaan dan rasa bangga), serta langkah keenam dan
ketujuh berdimensi aksional (tindakan konkret yang terus-menerus dan terpola).
Metode klarifikasi nilai-nilai memang membutuhkan proses yang panjang. Akan tetapi, kita
perlu meyakini kebenaran pepatah Romawi ini: non multa sed multum (bukan banyaknya
yang dipentingkan, melainkan mutunya). ***
Pungki Setiawan, Pemerhati masalah pendidikan, mahasiswa pascasarjana Program Studi
Magister Teologi STF Teologi Widya Sasana, Malang.

Berita dikbud lainnya :


• • Daerah Siap Laksanakan Otonomi Pendidikan </kompas-
cetak/0101/22/dikbud/daer09.htm>
• • Intervensi Berlebihan Lumpuhkan Dunia Pendidikan </kompas-
cetak/0101/22/dikbud/inte09.htm>
• • Metode Klarifikasi dalam Pendidikan Budi Pekerti </kompas-
cetak/0101/22/dikbud/meto09.htm>
• • Hadapi Tantangan Global secara Bersama </kompas-
cetak/0101/22/dikbud/hada09.htm>

Mengukuhkan Jati Diri Bangsa:


Contohi Akhlak Rasulullah S.A.W
Kita sering membaca dan mendengar mengenai usaha-usaha ke arah
mengukuhkan jati diri sesuatu bangsa kerana ia merupakan salah satu
karek-teristik penting dalam pembangunan sesebuah negara. Jati diri
bangsa adalah akar umbi dan tunjang keutuhan hidup berbangsa dan
bernegara. Goyah kriteria ini, bermakna akan goyahlah keutuhan
pembangunan bangsa itu sendiri.
Sebilangan orang asyik memperkatakan jalan bagaimana untuk kembali
mengukuhkan jati diri bangsa itu. Sebilangannya pula sedang mencari-
cari dan membilang-bilang serta menghimpun sejumlah sifat-sifat jati diri
bangsa itu, yang kemudiannya akan dipromosi dan diperkenalkan semula
kepada masyarakat. Ini adalah kerana mungkin ada sebilangan orang
sudah lupa akan ciri-ciri jati diri bangsanya sendiri.
Sebenarnya, dalam keadaan kita mengenal pasti jati diri bangsa, ada
orang mudah lupa akan jati diri murni umat Islam. Nabi Muhammad
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam sejak lebih seribu empat ratus tahun yang
lalu telah menggariskan jati diri yang unggul yang mesti menjadi ikutan
kita sebagai umatnya. Apakah jati diri umat Islam itu? Salah satunya
ialah budi pekerti dan akhlak yang mulia. Ajaran inilah yang menjadikan
umat Islam menjadi umat, masyarakat dan bangsa yang bermoral tinggi
dan maju. Sabda Nabi yang bermaksud : “Sesungguhnya aku diutuskan
adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (Hadis riwayat
Malik). Ini menegaskan lagi betapa besarnya peranan akhlak, budi pekerti
atau bermoral tinggi itu di dalam diri seseorang yang menjadi personaliti
wajib atau jati diri individu.
Adalah tidak diragukan bahawa akhlak , budi pekerti yang mulia atau
moral yang tinggi itu menjadi kriteria bangsa yang maju dalam
pembangunan bangsa dan negara. Kerana daripada sifat-sifat tersebut,
akan lahir disiplin diri yang berkualiti tinggi dalam menanai tugas dan
tanggungjawab terhadap diri, masyarakat, bangsa dan negara. Disiplin
yang tinggi akan melahirkan daya saing yang sihat untuk menghasilkan
produk, kemajuan atau teknologi bagi sesuatu bangsa dan negara.
Sebaliknya, nilai atau kualiti moral dan disiplin yang rendah boleh
melemahkan masyarakat, bangsa dan negara. Dan seterusnya akan
mewujudkan masalah dan penyakit sosial berleluasa di dalam kehidupan
masyarakat. Bila nilai moral masyarakat dan bangsa sudah lemah, maka
perpaduan dan kekuatan di dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara akan menjadi lemah. Apabila semua ini menjadi lemah dan kucar-
kacir, adalah dikhuatiri pengaruh-pengaruh negatif yang dibawa oleh arus
globalisasi akan masuk di tengah-tengah ruang kelemahan itu. Paling
menakutkan lagi ialah maruah, moral dan nilai-nilai murni bangsa akan
tergadai.
Oleh yang demikian, kita sebagai umat Islam mestilah kembali kepada
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam,
kerana di sanalah letaknya kekuatan dan jaminan jati diri sejati umat
Islam. Sesungguhnya Allah akan sentiasa bersama orang-orang yang
mematuhi ajaran RasulNya.
BILA SIFAT MALU TIDAK BERFUNGSI
Biasa kita mendengar, lelaki diistilahkan sebagai kumbang dan wanita
pula sebagai bunga. Kalau kumbang suka kepada bunga, lelaki tentulah
suka kepada wanita. Sejak remaja lagi keinginan lelaki kepada wanita
sudah berputik. Lalu wanita menjadi sasaran usikan lelaki, baik di
sekolah, di jalan-jalan raya, di pasar raya, di perhentian bas dan bahkan
boleh dikatakan di mana-mana ruang dan peluang. Selagi usikan itu tidak
diberi perhatian oleh wanita itu mereka akan terus mencuba dan terus
mencuba.
Apa keistimewaan wanita sehingga begitu kuat menarik perhatian lelaki ?
Sememangnya wanita lain daripada lelaki, terdapat banyak kelainnya.
Dalam sebuah hadis, Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang
bermaksud :
"Terdapat 99 bahagian tarikan pada wanita berbanding lelaki, lalu Allah
kurniakan ke atas mereka sifat malu"
(Hadis riwayat Baihaqi)
Wanita, apapun yang dilakukannya akan mendapat perhatian lelaki,
Kalau dia buat baik, dikagumi, apabila buat jahat diminati, apabila dia
memakai pakaian menutup aurat dilihat menawan, apabila berpakaian
seksi dilihat menggoda, dan macam-macam lagi yang menarik perhatian.
Oleh sebab itu Allah Subhanahu Wata'ala mengurniakan kepada wanita
sifat malu. Dengan sifat malu itu mereka akan berfikir panjang sebelum
melakukan sebarang tindakan. Kalau hendak buat jahat dia akan
memikirkan kalau-kalau orang nampak, hendak dedahkan aurat dia takut
orang mengganggunya, hendak berjalan seorang dia takut ada orang
mengusiknya.
Begitulah peranan malu yang boleh membantu dalam tindak tanduk
seorang wanita. Tapi apa halnya kalau tidak tahu malu ? Tentulah mereka
tidak akan memikirkan semua itu. Pedulikan apa orang kata, pedulikan
kalau orang tengok, tak kisah kalau orang mengganggu dan mengusik,
bahkan mereka rasa senang, seronok dan bahagia bila dalam keadaan
begitu.
Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam
bersabda bermaksud :
"Jika engkau tidak malu, buatlah sesuka hatimu"
Hadis ini merupakan sindiran dalam tegahan. Sifat malu itu adalah pokok
akhlak yang mulia dan budi pekerti yang terpuji. Tidak payah diletakkan
sifat malu ini di atas neraca syari'at, malah neraca akalpun sudah
mengakui sebagai suatu sifat yang perlu ada pada diri manusia.
Barangkali wanita hari ini kebanyakkanya tidak malu atau kurang malu.
sebab itu mereka sanggup melakukan apa saja dosa dan maksiat. Atau
barangkali jika sifat malu yang dikurniakan Allah itu sudah tidak
berfungsi sepenuhnya. Kalau demikian, bererti tiada iman di dada
mereka.
Jelasnya, mereka tidak takut kepada Allah, tidak gerun kepada neraka
Allah dan tidak cintakan syurga Allah. Mereka langsung tidak takut
dengan hukuman yang bakal Allah timpakan ke atas mereka. Ini tandanya
mereka tiada iman.
Apabila tidak beriman, maka sifat malu yang sedia ada itu secara
automatik akan hilang. Inilah realiti yang tidak boleh dinafikan, buktinya
boleh dilihat di mana-mana. Melalui media cetak, media elektronik dan
bahkan di hadapan mata kita sendiri berbagai ragam, kemungkaran
berlaku, tidak terkecuali dilakukan oleh wanita.
Sayang, wanita yang sepatutnya lebih istimewa daripada lelaki menjadi
serendah-rendahnya hanya disebabkan sifat malunya tidak berfungsi
sepenuhnya.
Tapi percayalah, kalau semua wanita boleh mengekalkan sifat malunya.
tentulah mereka akan berpakaian sopan, berakhlak mulia, dan ketika itu
mereka akan disegani oleh semua pihak. Dengan ini akan terhindarlah
gejala buruk yang menimpa kaum wanita.

Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam:


BEBASKAN MANUSIA DARI
MENDEWAKAN SESAMA MAKHLUK
MARILAH kita bertakwa kepada Allah Subhanahu Wataala dengan sebenar-benar
takwa. Kerana dengan bertakwa hidup kita akan selamat, dengan melakukan segala
suruhan-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Mudah-mudahan kita tergolong hamba-hamba yang berjaya di dunia dan di akhirat.
12 Rabiulawal tarikh bersejarah bagi umat Islam. Pada tarikh dan bulan inilah dalam
tahun Gajah atau 571 Masihi Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam
diputerakan. Pemimpin agung umat manusia sejagat yang tiada taranya di muka bumi
ini pembawa rahmat alam semesta.
Adalah wajar kita menyambut dan mengenang kembali serta merayakan tarikh
Maulidur Rasul itu sebagai tanda kesyukuran dan kasih sayang umat Islam di negara
ini terhadap pemimpin agung yang menjadi manusia pilihan Allah Subhanahu
Wataala.
MEMBEBASKAN MANUSIA
Seperkara yang patut kita ingat bahawa kesan utama dari mengingati hari bersejarah
ini iaitu kelahiran Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang menjadi utusan Allah
Subhanahu Wataala di muka bumi ini ialah bagi membersihkan akidah manusia
melalui konsep tauhid yang dengannya akan terhapuslah kepercayaan dan pegangan
menyekutukan Allah Subhanahu Wataala yang menjadi amalan di dalam masyarakat
Arab jahiliah di zaman Baginda. Dengan akidah tauhid inilah Rasulullah Sallallahu
Alaihi Wasallam telah membebaskan manusia daripada belenggu pendewaan sesama
makhluk dan tunduk kepada kuasa lain selain daripada kuasa Allah Subhanahu
Wataala, memerdekakan umat Islam daripada sebarang tahayul dan khurafat.
Menghidupkan bulan Rabiulawal sebagai mengenang kembali kelahiran Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wasallam adalah selaras dengan kefahaman Ahli Sunnah Wal-
Jamaah, kerana dengan menghidupkan bulan ini melalui pembacaan Dikir Maulud
Syarafil Annam yang mana di dalamnya tercatat kisah dan peristiwa Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wasallam akan mewujudkan rasa cinta yang lebih mendalam kepada
Baginda, kerana di sebalik kisah-kisah dan perjuangan Baginda itu tercatat berbagai-
bagai peristiwa yang boleh menjadi seri teladan dalam kehidupan sebagai umat Islam
pada masa ini.
PENGEMBALA KAMBING
Allah Subhanahu Wataala berfirman dalam Surah Al-Anbiaa' ayat 107 yang tafsirnya:
"Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi
sekalian alam."
Huraian lanjut yang dapat dibuat berdasarkan firman Allah Subhanahu Wataala itu
ialah persoalan budi pekerti termasuk dalam berbagai-bagai aspek kehidupan. Sebagai
contoh pengalaman Baginda sebagai pengembala kambing di zaman kanak-kanak,
mengasuh dan membentuk jiwa Baginda untuk tabah menghadapi kesusahan dan
kerumitan. Inilah titik permulaan melatih diri Baginda Rasulullah Sallallahu Alaihi
Wasallam untuk menjadi pemimpin dan berkeupayaan menyatupadukan seluruh
manusia yang berbagai ragam.
Dalam contoh yang lain pada zaman remaja Baginda, sebelum dilantik menjadi Rasul
Allah, Baginda telah menyerlahkan bakat Baginda berdasarkan keperibadian yang
mulia dengan menimbul dan membayangkan beberapa sifat dan kelakuan yang boleh
dikatakan menjadi punca keamanan dan ketenteraman masyarakat. Ini dapat kita
saksikan dalam satu peristiwa di mana masyarakat Arab dilanda kekecuhan yang
hampir membawa kepada pertumpahan darah apabila ketua kaum masing-masing
menuntut hak untuk meletakkan Hajaral Aswad di tempatnya yang asal selepas proses
baik pulih Kaabah selesai dijalankan. Dengan kebijaksanaan yang lahir daripada
keperibadian dan yang mulia, Baginda telah dapat menyelesaikan masalah-masalah
itu tanpa meninggalkan kesan tidak puas hati sedikit pun di hati mana-mana kaum.
MENAKJUBKAN
Begitu juga sewaktu Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam diberi amanah
untuk menguruskan perniagaan milik Sayidatina Khadijah, Baginda telah memberi
satu perkhidmatan yang sungguh menakjubkan sehingga tiada sedikit pun timbul
keraguan dan rasa tidak percaya Sayidatina Khadijah terhadap Baginda. Setiap urusan
dalam perniagaan dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengambil kira semua aspek.
Sifat inilah antara lain yang membawa Baginda mendapat gelaran 'Al-Amin.'
Sekiranya masyarakat hari ini mengambil teladan tersebut untuk diamalkan ke dalam
bidang perniagaan dan perdagangan sudah tentu gejala-gejala buruk seperti pecah
amanah, penipuan, menggelapkan wang masyarakat dan sebagainya tidak akan
berlaku.
Setelah Baginda dilantik menjadi Rasul, berbagai-bagai fenomina berlaku di dalam
masyarakat yang terpaksa ditangani oleh Baginda berbekalkan pegangan hidup yang
jelas untuk membawa masyarakat ke suatu titik kecemerlangan dalam semua bidang
dan semua zaman.
Antara yang telah menyerlahkan keperibadian Baginda ialah tahap kesabaran yang
amat tinggi di awal penyebaran agama Islam iaitu setelah tamat tempoh penyebaran
secara bersembunyi. Hampir kesemua masyarakat Arab ketika itu menentang
Baginda, tentangan itu bukan hanya mencengkam jiwa Baginda dengan ejekan dan
cercaan, malah tindakan fizikal juga turut dilakukan oleh kaum Quraisy.
Baginda juga menggalakkan falsafah jihad ke dalam diri dan pengikut-pengikutnya.
Dengan falsafah ini ternyata Baginda telah memenangi hampir semua peperangan
yang tercetus dengan musuh-musuh Islam. Baginda sabar dalam menyusun strategi
bala tentera, tabah dan kuat hati dalam menghadapi musuh. Dan yang lebih penting
Baginda bekerja dalam satu kumpulan.
Dengan meneliti keperibadian hidup Rasul itu, sudah tentu masyarakat hari ini akan
tergamit hati untuk mencontohi Baginda dalam semua aspek kehidupan.
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang
hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah
sebagai saksi."

Kelahiran Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam:


PEMBAWA RAHMAT
DI TENGAH-TENGAH kekufuran dan kemusyrikan kaum Arab yang tidak mengenal
kebenaran itu lahirlah seorang putera yang bakal memimpin umat manusia. Membawa
cahaya kebenaran yakni Islam agama yang diredai.
Masyarakat Jahiliah ketika itu memuja berhala dan kufur terhadap Allah Subhanahu
Wataala yang mencipta seluruh alam ini. Mereka bukan buta mata tetapi buta hati.
Begitulah bahasa yang dapat digambarkan betapa sesat dan menyelewengnya akidah
kepercayaan masyarakat jahiliah ketika itu.
Ketika saat tentera bergajah cuba meruntuhkan Kaabah itulah Muhammad
diputerakan oleh ibunya Siti Aminah. Rancangan jahat tentera Abrahah itu tidak
diizinkan oleh Allah Subhanahu Wata'ala kerana tentera berkenaan telah diserang
oleh sepasukan burung Ababil yang membawa batu-batu kecil berapi yang dinamakan
Sijjil yang telah diutus oleh Allah Subhanahu Wataala seperti yang diceritakan dalam
Al-Quran melalui Surah Al-Fiil.
Ibnu Abbas mengatakan bahawa Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam
diputerakan pada Tahun Gajah sekitar tahun 570 Masihi. Baginda diputerakan pada
hari Isnin, 12 Rabiul awal Tahun Gajah. Hari Isnin adalah hari yang penuh berkat.
Imam Ahmad dari Ibnu Abbas telah meriwayatkan satu hadis bahawa Sallallahu
Alaihi Wasallam telah diputerakan pada hari Isnin, keluar berhijrah dari Mekah ke
Madinah pada hari Isnin, sampai di Madinah pada hari Isnin serta mengangkat Hajaral
Aswad ketika Kaabah dibangun semula oleh Quraisy pada hari Isnin juga.
Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam adalah keturunan dari Qushai pahlawan
dari suku Quraisy yang telah berjaya mengalahkan kekuasaan Khuza'ah atas Kota
Mekah. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdumanaf
bin Qushai bin Kilab bin Murrah dari golongan Arab Bani Ismail. Ibunya bernama
Aminah binti Wahab bin Abdumanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah, di sinilah
salasilah keturunan ayah dan ibu Nabi Muhammad Sallalahu Alaihi Wasallam
bertemu. Baik keluarga daripada pihak bapa mahupun dari ibu keduanya termasuk
golongan bangsawan dan terhormat dalam kalangan kabilah-kabilah Arab.
Sudah menjadi kebiasaan pada orang-orang Arab Kota Mekah terutama golongan
bangsawan menyusu dan mengasuhkan anak-anak damit mereka kepada wanita badwi
(dusun di padang pasir) agar anak-anak tersebut dapat menghirup udara bersih,
terhindar daripada penyakit-penyakit kota dan supaya anak-anak itu dapat berbicara
dengan bahasa yang murni dan fasih. Demikianlah halnya Nabi Muhammad
Sallallahu Alaihi Wasallam, Baginda diserahkan oleh ibunya kepada seorang
perempuan yang baik budi pekertinya iaitu Halimatus Sa'diyah dari Bani Sa'ad
kabilah Hawazin. Di perkampungan Bani Sa'ad inilah Nabi Muhammad Sallallahu
Alaihi Wasallam diasuh dan dibesarkan sampai berusia lima tahun.
Sesudah berusia lima tahun, Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam dihantar ke
Mekah kembali kepada ibunya, Siti Aminah. Setahun kemudian, iaitu sesudah ia
berusia kira-kira enam tahun Baginda dibawa oleh ibunya ke Madinah. Mereka
tinggal di sana kira-kira sebulan. Dalam perjalanan pulang pada suatu tempat yang
bernama Abwa' tiba-tiba Aminah jatuh sakit sehingga wafat dan dimakamkan di sana
juga. Dapat dibayangkan betapa sedihnya Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi
Wasallam menghadapi bencana kewafatan ibunya sehingga ia tinggal sebatang kara
menjadi seorang yatim piatu, tiada berayah dan tiada beribu.
Setelah selesai permakaman bonda Baginda, Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi
Wasallam pun meninggalkan kampung Abwa' kembali ke Mekah dan tinggal bersama
datuknya Abdul Muthalib.
Di sinilah Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam diasuh sendiri oleh datuknya
dengan penuh kecintaan. Usia Abdul Muthalib pada waktu itu hampir mencapai 80
tahun. Dia adalah seorang yang terkemuka Quraisy yang disegani dan dihormati oleh
segenap kaum Quraisy pada amnya dan penduduk kota Mekah khasnya.
Disebabkan kasih sayang datuknya Abdul Muthalib, Nabi Muhammad Sallallahu
Alaihi Wasallam dapat menghilangkan kedukaannya terhadap kewafatan bondanya.
Tetapi keadaan ini tidak lama kerana selang dua tahun ia merasa terhibur di bawah
asuhan datuknya, datuknya pula wafat dalam usia 80 tahun dan Nabi Muhammad
Sallallahu Alaihi Wasallam pada ketika itu berusia lapan tahun.
Kewafatan Abdul Muthalib bukan saja merupakan kesedihan besar bagi Nabi
Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam bahkan juga segenap penduduk kota Mekah.
Dengan kewafatan Abdul Muthalib penduduk Kota Mekah kehilangan seorang
pembesar dan pemimpin yang cerdas, bijaksana, berani dan perwira yang tidak mudah
dicari ganti.
Dengan wasiat Abdul Muthalib maka Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam
diasuh oleh bapa saudaranya Abu Thalib. Abu Thalib mencurahkan kasih sayangnya
terhadap anak saudaranya ini tidaklah kurang dari apa yang diberikannya kepada
anak-anaknya sendiri. Selama dalam asuhan datuk dan bapa saudaranya, Nabi
Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam menunjukkan sikap yang terpuji dan selalu
membantu meringankan kehidupan mereka.
Perubahan yang dibawa oleh ajaran Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam
terhadap bangsa Arab
Perubahan yang dibawa oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam terhadap
bangsa Arab meliputi segala segi dan bidang kehidupan. Apa yang telah dicapainya
untuk kejayaan bangsanya itu merupakan suatu kemenangan besar yang menakjubkan
dalam sejarah dunia. Baginda bangkitkan bangsanya dari lembah kebodohan dengan
membawa risalah (agama Islam) kepada seluruh umat manusia.
Sebab utama dari kemenangan yang besar itu terletak pada kebenaran agama yang
dibawa Baginda, agama yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wataala. Agama
Islam memuatkan tentang kepercayaan, kemasyarakatan, politik dan lain-lain yang
semuanya itu diterapkan oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam ke dalam
kehidupan bangsa Arab. Kerana itu pengaruh atau efek dari agama Islam nampak di
pelbagai segi dan bidang kehidupan bangsa Arab. Garis besar perubahan yang dibawa
Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam terhadap bangsa seperti berikut:
1. Segi keagamaan:
Bangsa Arab zaman jahiliah menyembah patung-patung dan batu-batu berhala dan
mereka menyembelih haiwan-haiwan korban di hadapan patung-patung itu untuk
memuliakannya. Mereka pada umumnya tenggelam dalam kemusyrikan dan dalam
kehidupan berpecah-belah serta saling bermusuhan dan peperangan. Setiap sengketa
yang timbul mereka serahkan penyelesaiannya kepada pemimpin-pemimpin mereka.
Apabila datang agama Islam membawa undang-undang dari Allah Subhanahu
Wataala yang mengatur kehidupan mereka baik mengenai hubungan antara individu
mahupun mengenai akidah dan ibadat, benar-benar telah menghidupkan dan menjadi
satu dengan jiwa mereka. Dengan demikian bangsa Arab telah mencapai kebudayaan
dan peradaban yang tinggi.
2. Segi kemasyarakatan:
Satu pengaruh yang menonjol dari Islam terhadap mental bangsa Arab ialah
timbulnya kesedaran akan erti dan pentingnya disiplin dan ketaatan. Sebelum Islam
keinsafan sedemikian sangat tipis sedangkan untuk membina suatu masyarakat yang
teratur dan tertib amat memerlukan disiplin dan patuh kepada pemimpin. Hal ini pada
zaman jahiliyah tidak jelas kelihatan. Dalam mengatur masyarakat, Islam
mengharamkan pertumpahan darah dan menuntut bela dengan cara menjadi hakim
sendiri tetapi Islam menyerahkan penuntutan bela kepada pemerintahan. Islam
meletakkan dasar-dasar umum masyarakat yang mengatur hubungan antara individu
dengan individu, individu dengan masyarakatnya, antara kelompok masyarakat
dengan kelompok yang lainnya, hukum keluarga hinggalah kepada soal bernegara.
Ugama Islam amat mengambil berat terhadap kedudukan kaum wanita dan
mengangkat darjat wanita dengan memberikan hak-hak kepada wanita sesuai dengan
kewanitaannya. Tidak seperti keadaan zaman sebelum kedatangan agama Islam di
mana kaum wanita dipandang hina bahkan mereka dipandang tidak berbeza dengan
barang-barang biasa seperti perkakas rumahtangga, tiada hak untuk memiliki harta
benda, tiada hak untuk menerima harta pusaka, tiada berpeluang mendapat pelajaran
dan didikan. Tetapi setelah kedatangan agama Islam, Islam mewajibkan supaya diberi
didikan yang baik dan pelajaran yang sempurna kepada tiap-tiap orang Islam sama
ada lelaki mahupun perempuan.
Islam juga menegakkan ajaran persamaan antara manusia dan membanteras
perhambaan. Islam tidak membenarkan orang Islam dijadikan hamba sahaya bahkan
orang-orang tawanan yang menjadi hamba sahaya ialah orang-orang musyrikin
tawanan perang iaitu peperangan kerana menegakkan agama Allah. Islam seboleh-
bolehnya cuba menghapuskan hamba sahaya dengan pelbagai cara. Orang-orang
tawanan yang disifatkan sebagai hamba itu apabila mereka memeluk agama Islam
maka dengan sendirinya mereka menjadi merdeka. Orang-orang tawanan itu jika tidak
memeluk agama Islam selama mereka berada di negara Islam, mereka mendapat
perlindungan dari sebarang ancaman.
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam sentiasa menggalakkan supaya semua hamba
sahaya dimerdekakan. Perbuatan memerdekakan hamba dikira satu daripada ibadat
yang besar kebajikannya dan salah satu jalan untuk menebus kifarat. Dalam tempoh
seorang hamba itu di bawah tanggungan tuannya sebagai seorang hamba, dia
mempunyai hak yang sama melainkan dalam perkara menjadi ketua atau perlantikan
menjadi pemerintah. Dalam pembahagian zakat ada ditetapkan satu bahagian khas
untuk menolong memerdekakan hamba iaitu dengan memberikan hak yang berupa
wang atau selainnya untuk digunakan bagi menebus dirinya atau dengan memberi
wang kepada pihak yang berkuasa supaya ditebuskan kemerdekaan seseorang hamba
dari tangan tuannya.
Dalam hukum Islam, walaupun hukum-hukum mengenai hamba abdi masih kekal dan
tercatat dalam kitab-kitab fiqh bukan bererti Islam menggalakkan perhambaan kerana
bukti yang nyata ialah Islam mengadakan pelbagai cara dan kemudahan untuk
memperbaiki kedudukan hamba dan peraturan-peraturan untuk mengubah kedudukan
hamba sahaya menjadi orang biasa.
3. Segi politik:
Bangsa Arab sebelum Islam hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan kadang-kadang
saling bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional, yang ada pada
mereka hanyalah ikatan kabilah yang berdasarkan hubungan pertalian darah. Rasa
ashabiyah (berpuak-puak) amat mendalam di jiwa mereka sehingga apabila salah
seorang di antara mereka teraniaya maka seluruh anggota kabilah itu akan bangkit
membela. Ini kerana mereka memegang prinsip "Tolong saudaramu sama ada ia
menganiaya atau teraniaya."
Maka dengan kedatangan agama Islam, Islam telah menyatupadukan semua kabilah-
kabilah Arab di bawah satu panji-panji Islam dengan menghapuskan adat resam
mereka yang karut dan sifat-sifat kejam yang telah berakar umbi dalam masyarakat
mereka. Sebelum kedatangan Islam, umat Arab tidak mempunyai pucuk pimpinan,
tidak ada pemimpin yang dapat menyatupadukan mereka supaya menjadi kuat. Ada
juga pemimpin-pemimpin bagi suku-suku kabilah Arab tetapi mereka selama-lamanya
bermusuhan antara satu sama lain tidak bersatu untuk memajukan kaum mereka.
Maka apabila Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dibangkitkan menjadi rasul, dari
masa itulah mula terdirinya perpaduan umat Arab dan beransur-ansur menjadi kuat
sehingga akhirnya terdiri sebuah kerajaan yang kuat kedudukannya dari satu masa ke
satu masa.
Islam tidak membenarkan adanya unsur-unsur yang menimbulkan perpecahan antara
kabilah-kabilah dan antara ajarannya yang penting ialah untuk menyatupadukan
mereka semula hingga menjadi umat yang kuat dan disegani oleh umat-umat lain.
Semangat orang-orang Arab untuk meninggikan agama Islam sentiasa berkobar-kobar
sehingga mereka berjaya menundukkan semua kabilah Arab di bawah kekuasaan
kerajaan Islam yang pada mulanya berpusat di Madinah. Orang-orang Islam berani
berkorban jiwa untuk meninggikan agama Islam dan dengan penuh keyakinan mereka
berjuang kerana di samping kemenangan yang mereka capai di dunia mereka juga
diberi jaminan bahawa jika mereka mati mereka akan menerima pahala berlipat kali
ganda di akhirat.
Agama Islam telah mengubah sama sekali akhlak dan perangai orang-orang Arab
hingga terdapat ramai orang-orang Arab setelah Islam terkenal dengan budi pekerti
yang tinggi dan keperibadian yang mulia. Kalau sebelum Islam yang menjadi ukuran
kebanggaan orang-orang Arab ialah suku bangsa dan puak keturunan dengan
menganggap bahawa kemuliaan seseorang itu terletak pada asal keturunan yang
mulia, pada keberanian diri seseorang, pada sifat pemurah yang tidak ada
tandingannya dan layanan yang baik hanya diberikan kepada kaum keluarga sahaja
dan pada kekuatan seseorang untuk membalas dendam dan menuntut bela ke atas
penceroboh tanpa ihsan. Itulah sifat-sifat kebanggaan sebelum kedatangan agama
Islam, tetapi setelah kedatangan Islam keadaan tersebut berubah sama sekali.
Satu lagi perubahan besar setelah kedatangan Islam ialah lenyapnya sifat menuntut
bela dari suku-suku bangsa Arab sedangkan sebelum Islam suatu kaum yang tidak
mengamalkan sifat ini dianggap sehina-hina kaum.
Di bawah pimpinan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam orang-orang Arab telah
bertukar corak iaitu taat setia mereka kepada segala ajaran Islam yang dibawa oleh
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam sendiri dan seterusnya ajaran-ajaran yang
disampaikan oleh khalifah-khalifah setelah Baginda wafat, maka agama Islam segera
tersebar dengan jayanya di seluruh Semenanjung Tanah Arab. Hal sedemikian itu
menjadikan bangsa Arab suatu umat yang besar dan terkenal dengan pengaruhnya
yang kuat yang pada mulanya di sekitar Semenanjung Tanah Arab dan akhirnya
tersebar luas dan berkembang hingga ke serata benua dan penjuru alam berlandaskan
Tauhid dan syariat yang benar.

Peranan Kerjasama (ta'awun) Dalam


Masyarakat Oleh: ARNY (BAHEIS) Pendahuluan Apabila kita
memperkatakan tentang peranan kerjasama maka sudah pasti kita dapat
menggambarkan bahawa ia merupakan suatu yang amat penting dalam
pembentukan sesebuah masyarakat. Keadaan ini jelas dapat dilihat daripada
perkembangan masyarakat Islam pada zaman Rasulullah s.a.w sehinggalah ke
han ini. Pengertian kerjasama secara umumnya ialah orang-orang yang bersatu
dalam sesuatu pekerjaan yang terdiri daripada dua orang atau lebih untuk tujuan
tertentu, untuk menghasilkan pengeluaran dan mengagihkannya. Mereka ini
saling tolong-menolong antara satu sama lain untuk membentuk kesatuan yang
kukuh. Tetapi hanya terhad kepada bidang ekonomi sahaja. Bentuk kerjasama
yang dikehendaki di sini ialah kerjasama yang dibentuk oleh agama Islam
berdasarkan perhubungan sosial, ekonomi dan politik tanpa semua bidang
pekerjaan tanpa mengira perbezaan warna kulit, bahasa dan aqidah seseorang.
Firman Allah yang bermaksud: "Wahai umat manusia, sesungguhnya Kami telah
menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu
daripada berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenalan (beramah
mesra antara satu sama lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah
ialah orang yang lebih taqwanya di antara kamu, (bukan yang lebih
keturunannya atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mendalam Pengetahuan-Nya (akan keadaan amal kamu)". (al-Hujurat: 13)
Kerjasama Dalam Keluarga: Untuk menentukan sesebuah keluarga itu dalam
keadaan harmoni dan sejahtera maka kerjasama antara anggota keluarga
merupakan salah satu faktor utama yang mesti dilaksanakan. Kerana ia akan
mempengaruhi pembentukan peribadi setiap anggota keluarga tersebut dalam
menjalani kehidupan mereka seharian. Al-Aqra bin Habis suatu hari telah melihat
Rasulullah s.a.w mencium cucunya Hassan r. a., lalu al-Aqra berkata kepada
Nabi, bahawa dia ada mempunyai sepuluh orang cucu dan anak tetapi tidak
pernah mencium mereka, lalu Nabi bersabda kepadanya: "Sesungguhnya orang
yang tidak belas kasihan maka tiada ia dibelas kasihani oleh orang lain". (Imam
al-Ghazali: Bimbingan Mu'min). Seseorang anak tidak harus meninggalkan kedua
orang tuanya untuk mengembara kecuali dengan keizinan terlebih dahulu.
Manakala dalam hubungan suami isteri pula mereka haruslah menjaga hubungan
itu dengan sebaik-baiknya, dan saling faham memahami antara satu sama lain,
kerana mereka ini menjadi contoh kepada anak-anak di kemudian hari. Andaikata
perpecahan dalam rumahtangga itu berlaku maka anak-anak akan menjadi
mangsa dan tidak akan mendapat pendidikan yang sempurna. Firman Allah yang
bermaksud: "…dan bertaqwa kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan
menyebut-nyebut nama-Nya, serta peliharalah hubungan silaturrahim kaum
kerabat, kerana sesungguhnya Allah sentiasa memerhati (mengawas) kamu".
(Surah Al-Nisa: ?) Pergaulan Baik dengan Sahabat: Pergaulan yang baik itu
adalah buah yang baik dan kemurnian budi pekerti, manakala perpecahan pula
adalah merupakan hasil yang tidak baik daripada budi pekerti yang buruk.
Kemuliaan dapat dibina daripada kerjasama yang baik dalam memperjuangkan
kebenaran yang diredhai oleh Allah. Firman-Nya yang bermaksud:
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki budi pekerti yang luhur". (al-
Qalam: 4) Dalam firman-Nya yang lain bermaksud: "Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (Agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan
ingatlah akan nikmat-nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah)
bermusuhan, maka Allah menjinakkan antara hati kamu, lalu menjadikan kamu
dengan nikmat Allah itu orang-orang yang bersaudara dan ketika kamu berada di
jurang api neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk".
(Al-Imran: 103) Oleh yang demikian jelaslah bahawa kerjasama yang sebenar
hanya dapat dicapaI melaluI beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta
berpegang kuat kepada ajaran-Nya. Persahabatan yang berdasarkan kepada
cinta kerana Allah akan mendapat rahMat daripada-Nya. Dalam menjalin
kerjasama antara sahabat dan saudara, ada beberapa hak yang mesti
ditunaikan:- 1.Hak dalam mengendalikan harta, 2.Hak dalam memberi bantuan
kebendaan, 3.Hak dalam memelihara lidah dan hati, 4.Hak dalam memelihara
ucapan, 5.Hak dalam memaafkan kesalahannya, 6.Hak dalam mendoakannya,
7.Hak dalam menepati janji dan ikhlas diri, Maimun bin Mahran pernah berkata:
"Barang siapa yang suka berkawan tapi tidak suka melebihi kawan maka lebih
baik ia berkawan dengan ahli kubur." Firman Allah yang bermaksud: "Dan dalam
urusan mereka, mereka mesyuaratkannya sesama mereka dan mereka sentiasa
membelanjakan apa yang Kami berikan rezeki ke atas mereka." (al-Syura: 38)
Syura yang dimaksudkan di sini ialah bermesyuarat dalam menjalankan sesuatu
perkara. Setengah ahli tafsir mengatakan, ayat ini ditujukan kepada orang-orang
Ansar sebelum Nabi berhijrah ke Madinah lagi. Abu Sulaiman ad-Darran pula
berkata: "Andaikata seluruh isi dunia ini kepunyaanku lalu aku berikan atau
kuletakkannya ke dalam mulut salah seorang dan sahabat-sahabatku maka aku
masih merasakan terlalu sedikit." Ini menunjukkan betapa besarnya hikmat
persaudaraan dalam ertikata yang sebenar untuk dalam membentuk kerjasama
yang erat di antara umat Islam. Di antara ahli salaf, ada yang mengatakan
bahawa tanggungjawab tentang keluarga dan anak-anak sahabatnya adalah
merupakan kewajipan yang mesti ditunaikan oleh seorang muslim sama ada
dengan menghulurkan bantuan yang berupa material ataupun spiritual apabila
keluarga itu memerlukannya. Di antara perkara yang sering dilakukan oleh
mereka ialah mengunjungi rumah-rumah sahabatnya dengan membawa bantuan
yang diperlukan. Ada tiga perkara yang mesti kamu tunaikan terhadap sahabat:
1. Jika mereka sakit hendaklah kamu segera menziarahinya. 2. Jika mereka sibuk
dengan urusan berikanlah bantuan. 3. Jika mereka lupa hendaklah ingatkan
mereka. Seseorang muslim itu hendaklah menjaga lidah dan tutur katanya demi
menjaga perhubungan sama ada dengan para sahabat mahupun dengan jiran
tetangga. Jangan suka menceritakan keaiban orang lain. Telah berkata Umar ibnu
al-Khatab r.a., tiga perkara yang akan menimbulkan kasih sayang saudaramu
terhadapmu ialah: 1. Memberi salam ketika bertemu dengannya. 2. Meluaskan
tempat duduk baginya dalam suatu majlis. 3. Memanggil dengan nama yang
disukainya. Dalam menentukan kasih sayang ini kita perlu ingat bahawa ia
bergantung kepada sifat diri kita sendiri, misalnya sifat ramah-tamah (ulfah).
Sifat ramah-tamah ini dapat dicapai dengan mengadakan hubungan rapat antara
satu sama lain, yang dapat menimbulkan rasa kenal mesra dan bergaul bebas
antara satu sama lain. Ada pepatah Melayu mengatakan "tak kenal maka tak
cinta". Perkenalan yang baik berdasarkan kepada keimanan sejati akan
membuahkan kebebasan peribadi dan dapat menimbulkan kegembiraan serta
ramah-tamah antara dua belah pihak. Ada lima perkara untuk menjadikan
pergaulan seseorang itu baik: 1. Agama 2. Keturunan 3. Hubungan perkahwinan
4. Kebajikan 5. Persaudaraan Kerjasama Dengan Jiran Tetangga: Setiap
manusia yang bergaul dengan satu golongan mestilah ada caranya yang tertentu
dan ada berbagai-bagai bentuk. Ini termasuklah daripada segi hubungan
persahabatan, hubungan persaudaraan, hubungan rakan pergaulan dan yang
lebih utama ialah hubungan dengan jiran tetangga. Hubungan ini tidak kira dalam
bentuk apa sekalipun sama ada memberi bantuan, kerjasama dan sebagainya
tetapi khusus kepada perkara-perkara kebaikan sahaja. Firman Allah yang
berbunyi: "Dan hendaklah kamu tolong-menolong dalam perkara-perkara
kebakikan dan ketaqwaan dan janganlah kamu toong-menolong dalam perkara-
perkara kejahatan dan permusuhan." (al-Maidah: 2) Dalam ayat al-Quran tadi
jelas kepada kita bahawa kerjasama antara jiran itu amat penting untuk
melahirkan suatu masyarakat yang harmoni dan bersatu padu. Antara jiran
tetangga hendaklah saling hormat-menghormati. Islam telah menetapkan
beberapa hak bagi umat Islam terhadap jirannya antara lain ialah: 1. Sentiasa
memberi salam kepadanya apabila bertemu. 2. Jangan terlampau banyak
bertanyakan hal ehwalnya. 3. Selalu menziarahinya terutama ketika sakit. 4.
Memaafkan segala kesalahan dan kesilapannya. 5. Hendaklah menutup segala
keaiban dan kecelakaan dan diketahui oleh orang ramai. Kalau kita lihat pada
zaman Rasulullah s.a.w., kerjasama antara jiran khususnya dan antara umat
Islam amnya adalah sangat erat hinggakan mereka sanggup menyerahkan segala
harta kekayaan mereka untuk jihad di jalan Allah dan membentuk sebuah
masyarakat Islam yang benar-benar bersatu padu, misalnya Othman bin Affan
dan Abdul Rahman bin Auf, mereka ini sanggup membelanjakan harta kekayaan
yang banyak untuk berjihad di jalan Allah dan menolong saudara mereka yang
memerlukan pertolongan. Kesimpulan Untuk membentuk sebuah masyarakat
yang berasaskan prinsip-prinsip Islam maka ia memerlukan kerjasama yang
betul-betul padu dan kukuh antara ahli masyarakat tersebut. Tidak ada
kerjasama yang lebih baik melainkan dengan iman yang kukuh untuk menuju
kepada keredaan Allah semata-mata. Kerjasama ini melibatkan seluruh aspek
kehidupan sama ada dari segi jasmani dan rohani. Dalam proses pembentukan ini
pengorbanan memainkan peranan yang penting tanpa pengorbanan proses ini
tidak dapat mencapai ke tahap yang diingini. Pengorbanan ini termasuklah dalam
bentuk material dan spiritual. Sumber: Sinaran Islam, Tahun 8, Bil. 2, Jun 1988,
hal. 23-26.

</index.html>

A
l
-
</index.html>
Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Hikmah Al-Qur'an [ Hikmah Terbaru </hikmah.html> ] [ Indeks Hikmah Sebelumnya


</hikmah/idx-hikmah.html> ] Wujud Kasih Sayang Rasulullah Akhlak
Rasulullah saw. Sebagaimana kita yakini, bahwa Nabi Muhammad saw, adalah Nabi dan
Rasul terakhir yang diutus Allah swt kepada segenap umat manusia di kolong jagat raya ini.
Beliau diutus dengan tugas menyampaikan risalah Islam sekaligus sebagai rahmatan
lil'alamin (sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta) yang penuh dengan contoh teladan
utama. Wujud dari rahmatan lil'alaminnya itu ialah bahwa segala peraturan yang dibawanya,
bukan hanya untuk kebahagiaan bangsanya (Arab) saja, tetapi juga untuk seluruh umat
manusia secara umum. Norma-norma dan peraturan - peraturan itu diwujudkan dalam bentuk
amal perbuatan, sedangkan akhlaknya berfungsi sebagai uswah hasanah (suri teladan yang
baik) yang patut dicontoh oleh setiap pribadi muslim khususnya, dan oleh setiap umat
manusia pada umumnya (QS Al Ahzab, 33:21) Di dalam semua fase kehidupannya, beliau
terkenal berbudi pekerti baik. tak ada perbuatan yang dituduhkan kepadanya sebagai celaan.
Karena budi pekerti dan akhlaknya yang baik itu, sejak mudanya beliau telah mendapatkan
gelar kehormatan dari kaumnya sebagai Al - Amin (yang jujur dan sangat dapat dipercaya).
Kehidupan dan pribadi beliau yang baik itu dijadikan Allah sebagai pola kehidupan yang
harus ditiru oleh setiap manusia. Aisyah, istri Rasulullah, ketika ditanya tentang apa dan
bagaimana akhlak dan budi pekerti Rasulullah, beliau menjawab bahwa akhlak Rasulullah
adalah Al Quran. Oleh karenanya, maka rumah tangga yang baik, adalah yang berpola
kepada rumah tangga Rasulullah. Kepemimpinan yang baik dan ideal, adalah yang berpola
kepada kepemimpinan Rasulullah. Ibadah yang baik dan benar berpola kepada yang
dilakukan dan dicontoh oleh Rasulullah. Ajaran Islam Bermuara Pada Akhlak Risalah
Islam yang dibawa Rasulullah, amal dan ajarannya demikian luas dan dalam. Tidak saja
meliputi kehidupan umat manusia, tetapi juga menjangkau seluruh kehidupan isi jagat raya
ini. Meskipun amalan dan ajarannya telah 14 abad dikaji dan dibahas oleh para cerdik
cendikiawan, namun hingga kini keluasan dan kedalamannya masih belum terajuk oleh ilmu
dan teknologi. Dan bila kita bertanya apa sebenarnya yang dikehendaki oleh ajaran Islam
yang demikian luas dan dalam ini dari makhluk manusia ? maka jawabannya cukup
sederhana saja, yakni bahwa Islam menghendaki agar manusia menjadi orang yang baik.
dan orang yang baik itu ternyata ada pada akhlak yang mulia dan terpuji. Maka untuk
maksud dan tujuan itulah Muhammad Rasulullah saw, diutus kepermukaan bumi ini, sesuai
dengan penegasannya : "Bahwasanya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak
atau budi pekerti yang mulia" Bahkan dalam salah satu sabdanya yang lain, beliau pernah
menegaskan, bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling
mulia dan paling baik akhlaknya. Dengan demikian jelas bahwa semua ajaran dan amalan
Islam bermuara pada akhlak yang mulia. Islam memandang bahwa akhlak yang mulia dan
utama adalah sebagian dari iman, bahkan merupakan buahnya yang manis. Untuk itulah
syariat Islam menggariskan perilaku perbuatan yang bernilai akhlak, dengan perintah -
perintahnya. Syariat Islam membina akhlak yang positif, sedangkan dengan larangan-
larangannya, ia menjauhkan nilai-nilai negatif pada akhlak. Itulah sebabnya syari'at Islam
selalu mengajak kepada amar bil-ma'ruf dan nahyi 'anil-munkar, memerintahkan kepada yang
baik dan mencegah dari yang buruk. Oleh karenanya, bila manusia hidup dalam naungan
syari'at, ia akan terdidik kehidupannya dalam nilai-nilai yang baik, serta senantiasa akan
menghindari nilai-nilai buruk. Wujud Kasih Sayang Rasulullah Seluruh perilaku hidup
Rasulullah saw sehari - harinya, merupakan contoh teladan bagi umat manusia. Beliaulah
satu -satunya figur manusia yang memiliki pribadi dan akhlak yang mulia dan utama. Pribadi
dan akhlaknya merupakan tumpuan yang memperteduh segala makhluk dunia dalam
mencari rachmat Ilahi. Kehidupannya merupakan wujud citra yang paling tinggi dalam seluruh
aspek kehidupan manusia, tutur bahasanya merupakan puncak segala budi bahasa,
risalahnya adalah ujung segala cita-cita yang mulia. Beliaulah insan kamil manusia paling
sempurna dalam lingkungan kemanusiaan, merupakan himpunan dari segala keutamaan,
Beliaulah Khatamul Anbiya wal-Mursalin. Untuk mengetahui sejauh mana kelembutan,
kehalusan dan kemuliaan akhlak beliau, terutama sifat kasih sayangnya yang mendalam
dituturkan dalam sebuah riwayat sebagai berikut : Pada suatu hari dimusim panas, beliau
pergi kepasar untuk membeli qamis (baju panjang) yang terbuat dari kain wool kasar sebagai
pengganti bajunya yang sudah usang. Beliau membawa uang sebanyak 8 dirham. Ketika
sedang berjalan dilihatnya ada seorang jariah (budak wanita) di tepi jalan sedang menangis
tersedu. Beliau hampiri anak itu, seraya menegur dengan kasih sayang : "Kenapa engkau
menangis nak ?", budak wanita tadi menjawab "Aku disuruh majikanku kepasar untuk belanja
makanan, aku dibekali uang 2 dirham namun uang itu hilang" jawabnya sambil terus
menangis. "Sudah jangan menagis lagi, ini uang 2 dirham, ambilah sebagai pengganti
uangmu yang hilang, pergilah belanja", "Terima kasih" kata budak wanita itu, seraya pergi
meninggalkan Rasulullah. Rasulullah berpikir bahwa uangnya sudah berkurang 2 dirham, kini
tinggal 6 dirham sudah pasti dengan uang tersebut tidak dapat lagi kain wool kasar, paling
hanya untuk qamis kain katun. Kemudian beliau meneruskan perjalanan ke pasar dan
membeli qamis seharga 4 dirham, dengan demikian masih tersisa 2 dirham, kemudian
pulang. Ditengah perjalanan pulang, Rasulullah mendengar seorang tua berseru ditepi jalan
"Siapakah yang akan memberiku pakaian, semoga ia akan diberi Allah pakaian yang indah di
sorga" Rasulullah mendekati orang tua itu dan melihat bahwa pakaian yang dipakainya sudah
tidak layak lagi untuk dipakai. Maka beliau memberikan qamis yang baru dibelinya itu
kepadanya. Selanjutnya Beliau pergi lagi ke pasar membeli pakaian seharga 2 dirham sesuai
sisa uangnya, yang tentu kualitasnya lebih rendah dari sebelumnya kemudian beliau pulang
dengan rasa puas. Namun ditengah perjalanan pulang, bertemu dengan budak perempuan
tadi dan sedang menangis pula "Apalagi yang engkau tangisi" kata Rasulullah "Uangmu yang
hilang telah kuganti, dan engkau sudah belanja" budak itu menjawab "Aku terlalu lama pergi
sehingga aku takut pulang, karena majikanku pasti memarahiku", "Oh, engkau jangan kuatir,
pulanglah, aku akan mengantarmu sampai kerumah dan bertemu majikanmu" kata
Rasulullah. Budak perempuan itu lalu berjalan menuju rumah majikannya, sementara
Rasulullah mengikutinya dari belakang. Setelah sampai, Rasulullah melihat kesekelilingnya
sepi dan sunyi, maka beliau dengan suara yang keras berseru menyampaikan salam
"Assalamu'alaikum warahmatullah". Tetapi tidak ada jawaban, diulanginya sampai tiga kali,
baru ada jawaban dari dalam "Wa alaikumssalam warahmatullahi wa barakatuh". Apakah
kalian tidak mendengar salamku " kata Rasulullah maka penghuni rumah menjawab "Kami
mendengar ya Rasulullah, namun sengaja kami belum menjawabnya, sampai engkau
mengulanginya 3 kali, agar doa yang engkau ucapkan kepada kami lebih banyak
keberkatannya", "Baiklah kalau begitu, dan ini aku mengantarkan budak kalian pulang, ia tadi
kehilangan uang belanjanya 2 dirham, dan aku telah menggantinya. dan aku harap agar
kalian tidak memarahinya karena terlambat pulang" demikian Rasulullah menjelaskan. "Ya
Rasulullah" kata wanita pemilik budak itu, "karena engkau telah menolongnya dan telah
melindunginya, maka budak ini sejak saat ini kami merdekakan, semoga senantiasa dalam
lindungan Allah, berkat kasih sayangmu" Tidak dapat dibayangkan betapa gembira dan
terharunya hati Rasulullah setelah mendengar pernyataan itu, demikian pula sibudak itu.
Beliau sambil pulang menuju rumah, berseloroh dalam hatinya "Alangkah penuh berkahnya
uang 8 dirham ini. Yang kehilangan uang dapat diganti, yang tak berpakaian dapat pakaian,
yang ketakutan dapat tertolong, dan seorang budak dapat dimerdekakan, dan aku sendiri
dapat membeli qamis" Apa yang dikerjakan Rasulullah saw, ini patut menjadi cermin bagi
kehidupan muslim dalam kesehariannya, lebih-lebih disaat krisis moneter yang sedang
dialami oleh kita bangsa Indonesia ini. Wallahun a'lam bishshawab. Diambil dari : Buletin
Dakwah No 33 Thn XXV, oleh H. Abdullah Faqih S. Penerbit - Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia, Perwakilan Jakarta Raya, edisi Jum'at ke - 2, Agustus 1998 M. Oleh : Al-
Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia [ Hikmah Terbaru
</hikmah.html> ] [ Indeks Hikmah Sebelumnya </hikmah/idx-hikmah.html> ]

[ Halaman Muka </index.html> ] [ Informasi Al-Islam </informasi.html> ] [ Hikmah Al-Qur'an


</hikmah.html> ] [ Dakwah Jumat </dakwah.html> ] [ Profil Tokoh Islam </profil.html> ]
Copyright © Al-Islam </index.html> 1998
Jl. Pahlawan Revolusi, No 100, Jakarta 13430
Telpon: 62-21-86600703, 86600704, Fax: 62-21-86600712
E-Mail: info@alislam.or.id <mailto:info@alislam.or.id>

GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA 1998


BAB IV
F. KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KETUJUH
KESEJAHTERAAN RAKYAT, PENDIDIKAN, DAN KEBUDAYAAN
5. Anak dan Remaja
Pembinaan anak dan remaja diarahkan pada penumbuhan
kesadaran akan perilaku hidup sehat, jati diri serta penumbuhan
idealisme, nasionalisme, dan rasa cinta tanah air dalam
pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, dan
peningkatan kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan masyarakat, dilaksanakan melalui
peningkatan pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, budi pekerti luhur,
kualitas gizi, penumbuhan minat belajar, minat membaca,
peningkatan daya cipta dan daya nalar serta kreativitas.
Pembinaan anak yang dimulai sejak anak dalam kandungan
diarahkan pada peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak
dengan mempertinggi kualitas gizi, meningkatkan daya tahan
dan kesehatan anak, menjaga kesehatan jasmani dan
ketenangan jiwa ibu serta menjaga ketenteraman suasana
keluarga dan pemenuhan kebutuhan dasar keluarga. Pembinaan
anak di bawah usia lima tahun diupayakan terutama dengan
pembiasaan awal dalam keimanan dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi pekerti
luhur, meningkatkan kualitas gizi anak, serta memberikan
kesempatan ber-main bersama dalam rangka menumbuhkan
dan mengembangkan anak secara wajar.
Pembinaan anak usia sekolah dilaksanakan melalui keseimbangan
waktu belajar dan waktu bermain, peningkatan pembinaan
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
akhlak mulia, budi pekerti luhur, dan perilaku terpuji;
peningkatan kualitas gizi; penanaman rasa cinta tanah air,
disiplin dan kemandirian; penumbuhan minat baca, menulis,
berhitung, dan belajar; peningkatan daya cipta, daya analisis,
prakarsa dan daya kreasi; pe-numbuhan ke-sadar-an akan
perilaku hidup sehat dan hidup ber-masyarakat, berwawasan
kebangsaan serta peningkatan kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Pembinaan remaja dilaksanakan melalui peningkatan keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pembiasaan dan
penghayatan perilaku terpuji, sikap mandiri, berprestasi, dan
bertanggung jawab, peningkatan budaya gemar membaca dan
budaya belajar, penumbuhan kemampuan dan daya nalar,
kemampuan berinisiatif dan berpikir kritis analitis,
pengembangan kreativitas dan keterampilan, peningkatkan gizi
dan kesehatan jasmani, penanaman kesadaran akan bahaya
penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya; kepekaan terhadap lingkungan dan pe-mahaman
wawasan kebangsaan serta upaya menumbuh-kan idealisme
dan rasa cinta tanah air dalam pem-bangunan bangsa dan
negara sebagai pengamalan Pancasila.
Pembinaan anak dan remaja dilaksanakan bersamaan dengan
peningkatan kesadaran orang tua terhadap tanggung jawab dan
peranannya sebagai pendidik pertama dan utama serta
peningkatan perhatian dan perlindungan hak anak sesuai
dengan usia dan tahap perkembang-annya. Orang tua juga
dituntut untuk lebih menyadari betapa besar peranannya
sebagai panutan dan teladan bagi anak dan remaja dengan
menciptakan suasana keluarga yang harmonis dan sejahtera
lahir batin.
Peningkatan peranserta masyarakat dalam membina anak
terlantar, anak-anak dari keluarga kurang mampu, dan anak-
anak cacat yang selama ini belum berkesempatan mendapatkan
pendidikan dan perawatan sosial dilaksanakan baik oleh
perseorangan, keluarga maupun lembaga sebagai orang tua
asuh.

Depdiknas akan Terapkan Trilogi Pendidikan


Pendidikan Indonesia di masa mendatang rencananya akan bertumpu pada program trilogi
pendidikan, yakni peningkatan kemampuan baca-tulis, penguasaan ilmu-ilmu dasar, serta
pemahaman kewarganegaraan dan budi pekerti. ``Tantangan dan mutu pendidikan
mendatang sangat tergantung, setidaknya pada tiga aspek tersebut. Secara kebetulan,
ketiga aspek itu belum dipahami oleh dunia pendidikan kita dan kualitasnya masih dalam
predikat mengkhawatirkan,`` kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Yahya A
Muhaimin seusai membuka seminar nasional tentang Paradigma Baru Pendidikan
Kewarganegaraan dan Pendidikan Budi Pekerti di Jakarta, kemarin.
Pelaksanaan program serupa, menurut Mendiknas, juga dilakukan oleh Amerika Serikat
(AS) yang meletakkan fondasi jalur pendidikannya pada penguasaan bidang bahasa
Inggris, kewarganegaraan, matematika, dan fisika. Dan keberhasilan program pendidikan
AS itu, lanjutnya, dapat dilihat pada tumbuhnya rasa cinta tanah air dan nasionalisme
yang tinggi dari warga negaranya.

Dalam mendukung program trilogi tersebut, lanjut Yahya, saat ini Depdiknas telah
menugaskan badan penelitian dan pengembangan (balitbang) untuk merumuskan konsep
reformasi pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat yang lebih luas lagi.
``Reformasi pendidikan seperti apa nanti akan ditentukan standar nasionalnya dan
standar kompetensi minimal yang harus dicapai pada masing-masing sekolah,`` ujarnya.
Mengenai rencana program trilogi pendidikan itu, Yahya membantah bahwa program-
program yang telah ada dan dibuat oleh pejabat menteri sebelumnya akan dihapuskan.
Seperti diketahui, beberapa program pendidikan yang masih berjalan sampai saat ini
adalah program muatan lokal yang dipelopori Fuad Hassan, atau link and match yang
digandrungi Wardiman Djojonegoro.

Yahya mengatakan program trilogi pendidikan tersebut akan diprioritaskan untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah (Dikdasmen). Namun pada jenjang pendidikan tinggi,
program pemahaman materi kewarganegaraan tetap diberikan.
Sementara itu Dirjen Dikdasmen Indra Djati Sidi mengatakan bila program trilogi
pendidikan nasional dikaitannya dengan program terdahulu masih berhubungan dan
integratif. ``Selaku direktorat tugas kita menyiapkan policy menteri. Saya melihat
program yang sekarang ini mungkin sudah tercantum pada kebijakan menteri sebelumnya.
Yang berbeda hanya aspek penekanannya saja, jadi tidak ada perbedaan yang
mendasar,`` katanya.

Program lain sebagai upaya meningkatkan mutu penguasaan ilmu-ilmu dasar pada siswa,
kata Indra, maka Ditjen Dikdasmente melalui proyek Science Education Quality
Improvement in Primary School (SEQIP) melakukan bekerja sama dengan pemerintah
Jerman dan beberapa proyek kerjasama lainnya. (Media Indonesia)

AKHLAK YANG MULIA


Oleh Syed Hasan Alatas

Nabi s.a.w.bersabda yang maksudnya:


"Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan budipekerti yang
mulia."(H.R.Ahmad)
Akhlak ataupun budipekerti memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia.Akhlak yang baik akan membedakan antara manusia dengan
hewan.Manusia yang berakhlak mulia,dapat menjaga kemuliaan dan
kesucian
jiwanya,dapat mengalahkan tekanan hawa nafsu syahwat
syaitoniah,berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan.Menghindarkan
diri dari sifat-sifat kecurangan,kerakusan dan kezaliman.Manusia yang
berakhlak mulia,suka tolong menolong sesama insan dan makhluk
lainnya.Mereka senang berkorban untuk kepentingan bersama.Yang kecil
hormat kepada yang tua,yang tua kasih kepada yang kecil.Manusia yang
memiliki budi pekerti yang mulia,senang kepada kebenaran dan
keadilan,toleransi,mematuhi janji,lapang dada dan tenang dalam
menghadapi segala halangan dan rintangan.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia kedarjat yang tinggi dan
mulia.Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan

membinasakan ummat manusia.Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk

senang melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.Senang melakukan


kekacauan,senang melakukan perbuatan yang tercela,yang akan
membinasakan
diri dan masyarakat seluruhnya.
Nabi s.a.w.bersabda yang bermaksud:
"Orang Mukmin yang paling sempurna
imannya ,ialah yang paling baik akhlaknya."(H.R.Ahmad)
Manusia yang paling baik akhlaknya ialah junjungan kita Nabi
s.a.w.sehingga budi pekerti beliau tercantum dalam al-uran,Allah
berfirman yang makdudnya:"Sesungguhnya engkau (Mohammad),benar-
benar
berbudi pekerti yang agung."Sesuatu Ummat bagaimanapun hebat Kekuatan
dan Kekayaan yang dimilikinya,akan tetapi jika budi pekertinya telah
binasa,maka Ummat itu akan mudah binasa.Manusia yang tidak punya
akhlak,mereka sanggup melakukan apa saja untuk kepentingan
dirinya.Mereka sanggup berbohong,membuat fitnah,menjual marwah diri dan
keluarga,malah dengan tidak segan silu lagi dia menjual Agama dan
Negaranya.

PELECEHAN MARTABAT MANUSIA


Relasi yang baik dan benar biasanya terwujud karena insan-insan di dalamnya menghargai
manusia sebagai makhluk bermartabat luhur yang tak layak dilecehkan. Manusia memang
bisa salah, bahkan mungkin sering. Tetapi sebesar apa pun kesalahannya, manusia tetap
manusia, insan bermartabat luhur yang seharusnya dihargai dan dilindungi dari segala bentuk
pelecehan.
Lihatlah, pelecehan martabat manusia sering terjadi tatkala seorang manusia melakukan
diskriminasi atas manusia lain. Dalam arti hakiki, diskriminasi senantiasa menjadi ide dasar
pelecehan manusia. Dari sini kemudian lahir berbagai tindak pelecehan martabat insani,
mulai yang ringan semisal pengambinghitaman sesaat, sampai yang tergolong berat seperti
pemerkosaan, pembakaran rumah, penyiksaan, dan pembunuhan.
Ihwal pelecehan martabat manusia atau pelanggaran hak asasi manusia (HAM) akhir-akhir ini
sudah menjadi wacana penting yang amat populer di Indonesia.
Suka tidak suka, perspektif psikososial menginspirasikan adanya hubungan timbal-balik
antara rusaknya relasi antarinsan dan pelecehan martabat manusia. Di tengah masyarakat
yang kehidupan antarwarganya ditandai kerusakan relasi, niscaya terjadi pula pelanggaran
HAM. Sebaliknya, maraknya pelecehan martabat manusia di tengah suatu masyarakat akan
ditandai rusaknya relasi antarinsan.
Tidak bisa disangkal bahwa relasi antarinsan di negeri ini sudah tidak utuh lagi. Di sana-sini
terdapat noda dan bercak-bercak kerusakan relasi antarinsan. Kerusuhan di berbagai
wilayah, kecenderungan pengelompokan dengan mengeksploitasi label primordial yang kian
meruncingkan konflik antarkelompok, merupakan bukti nyata. Apalagi di tengah fakta itu
banyak terjadi pelecehan martabat manusia.
"Teriakan" dunia internasional yang sepertinya "usil" mempersoalkan pelanggaran HAM di
Indonesia, mestinya tidak serta merta dianggap sebagai bentuk campur tangan urusan dalam
negeri. Pasalnya, perlindungan martabat luhur manusia kini sudah menjadi wawasan
universal, dan memang begitulah seyogianya. Dalam lingkup persoalan HAM, semua
manusia di mana pun, dari suku bangsa atau ras apa pun, dari kelas sosial ekonomi apa pun,
adalah sama. Tanpa bisa didiskriminasi, semua manusia sama-sama bermartabat luhur. Oleh
karena itu, perlu dilindungi dan tidak boleh dilecehkan martabatnya dengan alasan apa pun.
Apresiasi atas keluhuran martabat manusia yang kemudian menjelma sebagai sikap hormat
dan protektif terhadap HAM, merupakan suatu nilai yang ditanamkan dalam sanubari selama
puluhan bahkan ratusan tahun. Bangsa Amerika bisa lebih apresiatif dan protektif terhadap
HAM karena mereka telah belajar ratusan tahun. Tidak salah memang. Justru fakta itu
seharusnya mendorong masyarakat kita untuk segera memulai menanamkan sikap hormat
dan protektif terhadap martabat luhur manusia. Ini tidak bisa ditunda-tunda. Apalagi, fakta riil
kerusakan relasi di tengah kehidupan bangsa ini makin membuat rakyat menderita.
Seyogianyalah fakta itu menggugah setiap manusia di negeri ini untuk secara riil bertindak
mendarahdagingkan apresiasi dan sikap protektif terhadap martabat luhur manusia.
Apresiasi dan proteksi terhadap martabat luhur manusia perlu dikristalisasikan sebagai
program mental dalam jiwa setiap insan di Indonesia, lewat pendidikan budi pekerti yang
peduli pada kepentingan HAM. Pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar sampai Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas, perlu dihidupkan kembali dengan penekanan topik apresiasi dan
proteksi terhadap HAM. Selanjutnya, pembelajaran dan diskusi di kelas ditindaklanjuti dengan
upaya pendarahdagingan lewat jalur afektif dan psikomotor, dengan keteladanan orang tua,
guru, serta sesama murid dalam kehidupan riil sehari-hari.
Meski upaya penanaman apresiasi dan proteksi HAM itu bisa dilakukan melalui banyak cara,
ada satu jalur penting yang sangat relevan untuk masa sekarang ini. Jalur penting itu adalah
penghapusan diskriminasi.
Sudah menjadi rahasia umum, bangsa ini sedang dililit penyakit diskriminasi yang secara
canggih menjelma sebagai kroniisme, nepotisme, politisasi ras, suku bangsa, agama, dan
golongan, bahkan kolusi dan korupsi. Padahal mental diskriminasi itu merupakan ide dasar
dan lahan permulaan pelecehan martabat manusia.
Bangsa yang de facto dililit KKN, kroniisme, dan politisasi suku bangsa, ras, agama,
golongan, harusnya sadar betapa di dalam khazanah mental mereka bercokol program
diskriminasi yang sedemikian mendarah daging. Demi pendidikan apresiasi dan proteksi
HAM, program mental diskriminasi itu harus ditipiskan terlebih dulu secara signifikan (dr.
Limas Sutanto, D.S.J., pengamat psikososial dari STFT Widya Sasana, Malang)

Home <http://www.myquran.com>
Keluarga Sakinah
Harus didirikan atas beberapa aspek, antara lain ; 1. Seluruh komponen
rumah tangga yang memiliki sikap berbeda akan menjadi sinergi yang saling
mendukung dan perbedaan tersebut menjadi rahmat dan bukan saling
menghambat. 2. Perlu menghindarkan sikap menonjolkan diri atau
mengganggap dirinya paling penting dan berpengaruh. 3. Sikap ikhlas
menjadi modal dasar yang utama, terutama bagi orang tua dalam mendidik
anak yang merupakan titipan Allah SWT. 4. Contoh dan suri tauladan yang
baik dari orang tua sangat menentukan perkembangan anak. 5. Kesabaran
dalam mendidik anak juga dituntut dari orang tua karena tiap anak memiliki
sikap yang berbeda. 6. Bila kita memiliki kelebihan dana / keuangan dalam
keluarga, sebaiknya digunakan untuk ibadah (sedekah, dll) dan mengisi
dengan ilmu yang bermanfaat (ilmu sekolah dan masyarakat). 7. Selalu
mengikuti perkembangan anak dan kita bekali mereka dengan ilmu ( agama
dan dunia ), ketika mereka masih kanak-kanak kita tanamkan nilai-nilai
agama dan budi pekerti yang baik, sedangkan ketika mereka remaja kita
dapat menjadi teman curhat ( curahan hati ) mereka yang penuh dengan
dinamika apalagi kondisi saat itu perlu kita waspadai ( kasus narkoba, dll. ) 8.
Untuk membangun keluarga sakinah minimal ditunjang oleh suri tauladan,
cinta ilmu dan sistem yang islami. Contoh sederhananya adalah
membiasakan menjalankan sesuatu dengan do'a, mengucapkan salam dan
membalasnya, dll. Sehingga akhirnya rumah tangga - rumah tangga yang
sakinah dapat menjadikan masyarakat kita yang baik dan penuh dengan nilai
agama dan budi pekerti. Semua ikhtiar kita bergantung kepada Allah SWT.
Marilah kita hidupkan rumah kita dengan ibadah kepada Allah dan
menggunakan dana yang didapatkan secara halal di jalan Allah pula. Dikutip
dari posting Sdr. Taufik Manan di milis Phadang Mbulan
<http://www.egroups.com/group/phadang-mbulan>, yang disarikan dari
Pengajian Manajemen Qolbu yang dibawakan oleh KH. Abdullah Gymnastiar
yang akrab dipanggil dengan KH. Aagym ( Pimpinan Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung ) di Hotel Borobudur Jakarta Rabu malam 1
Desember 1999. Phadang Mbulan <http://www.egroups.com/group/phadang-
mbulan>, yang disarikan dari Pengajian Manajemen Qolbu yang dibawakan
oleh KH. Abdullah Gymnastiar yang akrab dipanggil dengan KH. Aagym
( Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung ) di Hotel Borobudur
Jakarta Rabu malam 1 Desember 1999. Bekerja dan Menunda Anak
<http://www.hidayatullah.com/sahid/9912/sakinah.htm> , ( Hidayatullah
<http://www.hidayatullah.com> )

Membangun Karakter Bangsa dari


Jiwa Yang Sehat
[ Follow Ups ] [ Post Followup ] [ 99V Forum
<http://www.99venus.net/wwwboard/index.html> ] [ FAQ
<http://www.99venus.net/wwwboard/faq.html> ]

Posted by Muhammad Harun <mailto:harun1938@skopeonet.com> on November 26,


19100 at 3:29:26 Bali time
Ada satu persoalan penting yang sekarang hampir dilupakan orang, yaitu membangun
kepribadian yang baik. Persoalan besar tersebut sedang diseminarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasioanal Departemen Agama, Departemen Pemberdayaan
Wanita dan BKKBN bekerjasama dengan Inter-Religious International Federation for
Word Peace (IIFWP) di Hotel Indonesia pada 25-26 Nopember 2000.
Barangkali akibat tekanan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi di negara
negara sedang berkembang, sertan belum tersedianya Sumber daya manusia yang
mumpuni, maka masyarakat yang belum siap bisa jadi mengalami depresi mental
yang luar biasa sehingga masyarakat itu mudah saja mengalami rasa stress(penyakit
jiwa).
Dalam kondisi masyarakat semacam itu, forum seminar tentang membangun karakter
bangsa begitu sangat penting artinya. Karena ada pepatah yang mengatakan, "Badan
yang sehat terletak pada jiwa yang sehat." Lantas, jiwa yang sehat itu dimana kita
harus mencarinya, dan apa saja syarat bagi jiwa yang sehat?
Dr Yahya A Muhaimin Mendiknas kita mengaku sudah lama mengadvokasikan
pentingnya pendidikan karakter, dan ia menyebutnya harus dimulai dari pribadi sedini
mungkin. "Pendidikan karakter yang sehat seperti yang kita idam idamkan inilah yang
diperlukan dalam pembangunan masyarakat Indonesia seperti saat ini," ungkap
Yahya.
Membangun pendidikan karakter bangsa dan masyarakat kita sungguh bukan
pekerjaan mudah, karena membutuhkan tahapan generasi yang waktunya tidak
singkat. Oleh karenanya, pondasi awal dari pendidikan karakter ini berada pada
lingkungan keluarga.
Sponsor utama dalam konferensi Nasional ini IIFWP, sebuah lembaga Swadaya
Masyarakat(NGO) Internasional yang berpusat di PBB dan punya kepedulian
terhadap masa depan pendidikan anak bangsa seluruh dunia, terutama menanggulangi
masalah konflik antar agama, narkoba, pendidikan budi pekerti,Aids/HIV, Minuman
Keras, dan anti kekerasan. Intinya Lembaga ini terfokus pada masalah masalah yang
berkaitan dengan moral.
Kegitan ini adalah rangkaian sosialisasi dari pertemuan sebelumnya di New York
yakni pada pertemuan Millenium Summit, PBB. "Karenanya, kami akan menjadi
pelopor dalam pembentukan solidaritas dan budaya menghargai antar kelompok dan
bangsa di seluruh dunia," tegas Dr. Taj Hammad, Direktur IIFWP.
Pertemuan Puncak Millenium summit ini, kata dia dihadiri dan beranggotakan 140
Negara. 400 orang hadir dari 130 bahasa serta tak kurang dari 20 mantan Perdana
Menteri/ Kepala Negara seluruh dunia ikut berpartisipasi. "Mereka ikut andil secara
aktif dengan tujuan yang sama yaitu memperkuat keluarga, karena dengan kokohnya
lembaga keluarga maka akan menghasilkan watak yang kuat pula," sambung Pria
yang kini sudah berputera 5 ini optimis.
Dalam Konferensi selama dua hari ini, hadir sebagai pembicara antaranya, Thomas
Phillips, Wakil Presiden International Education Foundation, Prof. Dr Soedijarto, Dr
Fasli Jalal, Prof. Dr Maftuhah Yusuf, dan Muchtar Buchori dan sejumlah pakar
pendidikan dalam dan luar negeri.
"Dengan Konferensi ini Semoga jiwa kita punya karakter dan sehat bagaimanapun
setumpuk permasalahan membebani bangsa dan kita semua."

You might also like