Professional Documents
Culture Documents
I. TUJUAN
1. Mempelajari dan mempraktekan proses produksi pembuatan cat tembok.
2. Mampu menghitung kelayakan ekonomi pembuatan cat HPP, biaya
produksi operasional, keuntungan, BEP, PBP.
3. Mampu merancang proses produksi pembuatan cat semi komersial.
II. PRINSIP
1. Resin
Resin bertidak sebagai bahan pengikat yang berfungsi agar cat dapat
membentuk lapisan film tipis dan merekat pada benda yang dilapisi.
2. Zat Pewarna Atau Pigmen
Zat Pewarna atau pigmen biasanya berupa partikel padat yang mudah
terdispersi dalam cat dan memberikan karakteristik tertentu berupa
memberikan warna, daya tahan, daya tutup dan sebagai pelindung pada cat
tersebut.
3. Pelarut
Pelarut berfungsi untuk melarutkan zat pengikat dan mengencerkan cat
sehingga kekentalan cat dapat diatur sesuai dengan standar.Pelarut cat
tembok biasanya digunakan air.
4. Zat Aditif
Zat Aditif berfungsi untuk meningkatkan performansi, dan biasanya
digunakan dalam jumlah yang sangat kecil.
5.
III. TEORI
Cat adalah istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang
digunakan untuk melindungi dan memberikan wama pada suatu objek atau
permukaan dengan melapisinya dengan lapisan berpigmen. Cat dapat digunakan
pada hampir semua jenis objek, antara lain untuk menghasi/kan karya sent (oteh
pelukis untuk membuat lukisan), salutan industri (industrial coating), bantuan
pengemudi (marka jalan), atau pengawet (untuk mencegah korosi atau kerusakan
oleh air).
Cat adalah bahan pelapis permukaan yang berfungsi untuk melindungi
benda seperti besi, seng, kayu, dan tembok dengan membentuk lapisan tipis.
Selain itu, cat juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai yang memberikan
keindahan pada permukaan yang dilapisi.
Untuk mendapatkan kualitas cat seperti yang diharapkan oleh pelanggan,
berbagai usaha harus diarahkan untuk mendapatkan kualitas hasil akhir dari setiap
proses seoptimal mungkin. Setiap proses dimulai dari pembelian bahan baku,
penyimpanan bahan baku, pemrosesan bahan baku menjadi bahan setengah jadi
maupun bahan jadi, penyimpanan bahan jadi dan pengiriman bahan jadi ke
pelanggan harus dikontrol dengan jadwal, pengujian dan pelayanan yang
memadat.
Beberapa pengujian harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa:
a. Resin, pigment, extender, solvent dan additive yang dibeli dan kemudian
disimpan di dalam gudang sesuai spesifikasi, tidak terjadi salah barang,
penyimpangan dan perubahan kualitasnya
b. Proses pembuatan pasta menghasilkan pasta yang stabil, tidak gampang
mengulit, mengeras dan dengan dengan derajad kehalusan sesuai
kebutuhan
c. Proses pembuatan cat menghasilkan cat dan film dengan kualitas seperti
yang diharapkan.
Komponen pembuat cat adalah terdiri dari zat pengikat, zat pewama, zat
pengisi, pelarut, dan zat aditif. Zat pengikat dan zat pewama merupakan bahan
yang memberikan pengaruh paling besar dalam proses produksi cat. Zat aditif
adalah zat yang ditambahkan ke dalam cat dengan kadar relattf rendah tetapi dapat
mempengaruhi sifat-sifat dari cat, sebagai contoh yaitu drying agent, anti foam,
slip agents, biockfes, pigmen, dispersing agent, dan fain-lain.
Tahapan pembuetan ca* sangat dipengaruhi oleh seberapa canggih teknologi
yang dipakai untuk menunjang pembuatan cat tersebut, makin canggih tinggi
teknologi yang dipakai maka makin singkat dan mudah proses pembuatan catnya
Dalam pembuatan cat, pemilihan bahan-bahan di atas harus memiliki sifat-
sifat yang sesuai dengan aplikasinya. Sebagai contoh zat pengikat, harus memiliki
sifat pengeringan, daya perekat terhadap benda yang dilapisinya dan mudah dalam
penggunaannya. Untuk zat pewama diutamakan memiliki sifat daya tutup dan
sifat kilapnya cocok dengan benda yang dilapisi, tidak mudah pudar, dan
harganya murah. Untuk pelarut harus memiliki sifat mudah melarutkan, mudah
penggunaanya, serta mudah dan cepat mengering.
Proses produksi cat dibagi menurut jenis cat yang akan dibuat:
a. Cat Tanpa Pigment, Extender atau Filler
Pembuatannya hanya melibatkan proses penuangan, mixing dan stiring saja,
yaitu menuang bahan-bahan dengan urutan dan cara sesuai dengan jenis cat yang
akan dibuat ke dalam sebuah tangki dengan ukuran pas. Kemudian mencampur
bahan-bahan dengan putaran mixer relatif pelan, hingga diperoleh suatu campuran
yang benar-benar merata di semua titik. Waktu stiring dan kecepatan mixer
disesuikan dengan jumlah dan kekentalan campuran.
Perlakuan seperti ini juga dipakai untuk membuat thinner, hardener, wood
stain (solvent + dyestuff) atau campuran bahan lain yang tidak mengandung
pigment atau extender asli (padatan). Namun jika pigment atau extender-nya
sudah diproses menjadi bahan setengah jadi (pasta) terlebih dulu, maka bahan atau
campuran ini bisa diproses seperti tersebut di atas.
4.2 Bahan
Formulas! Umum (Basis 5 kg)
1. Air bersih : 1520ml
2. HE Cellulose (naetrosol) : 25 g
3. Kalsium karbonat, CaC03 : 2600 g
4. Polymer Acrylic 500g
5. Pine oil 50g
6. Titanium Dioxide 250 g
V. PROSEDUR
HE Cellulose dilarutkan dalam air panas jika perlu, karena kelarutannya
lambat dalam air dingin. Kemudian setelah farut sempuma kalsium karbonat
ditambahkan sedikit demi sedikit dan diaduk sampai merata. Acrylic ditambahkan
dan diaduk sampai rata. Setelah itu, pine oil ditambahkan dan diaduk hingga rata
pula. Titanium oxide ditambahkan dan diaduk kembali.
VI. KELAYAKAN EKONOMI
Basis 1000 kg/hari
1. Perhrtungan Biaya Investasi
Modal Tetap:
a. Timbangan : Rp 525.000,00
b. Reaktor (drum bekas 100 L) : Rp 200.000,00
c. Motor pengaduk : Rp 2.318.000,00
d. Wadah-wadah : Rp. 375.000,00
e. Perlengkapan lainnya : Rp. 250.000,00
TOTAL : Rp 3.468.000,00
Modal Kerja:
a. Persediaan bahan baku & kemasan : Rp 5.000.000,00
b. Persediaan bahan jadi : Rp 300.000,00
TOTAL : Rp 5.300.000,00
2. Total Investasi
Total modal = modal tetap + modal kerja
Total modal = Rp 3.468.000,00 + Rp 5.300.000,00= Rp 8.768.200,00
3. Biaya Operasional
a. Biaya (bahan baku dan kemasan) : Rp. 25.000,00
b. Penyusutan peralatan(disperse alat) 5 tahun : Rp. 1.000.000,00
c. Biaya Operasional penjualan : Rp 800.000,00
d. Biaya pegawai : Rp 3.600.000,00
e. Biaya energy : Rp 575.000,00
Total Biaya Operasional : Rp 5.980.000,00
4. Perhitungan HPP
a. Air bersih (1520 g (%) x Rp3000,00/kg) : Rp. 4.560,00
b. HE Cellulose (25 g (%) x Rp52.000,00 /kg) : Rp. 1.300,00
c. Kalsium karbonat (2600 g (%) x Rp 2000,00 /kg) : Rp. 5.200,00
d. Polymer Acrylic (500 g (%) x Rp 20.000,00 /kg) : Rp 7.500,00
e. Pine oil (50 g (%) x Rp 25.000,00/kg) : Rp 1.250,00
f. Titanium oxide (250 g (%) x Rp 5000,00 /kg) : Rp. 1.250,00
g. Pewama (5 ml (%) x Rp40.000,00/kg) : Rp 200,00
5. Keuntungan
Keuntungan/ liter = HPP /kg -harga penjualan /kg
= Rp 5000,00-Rp 4252,00 = Rp 748,00
Keuntungan/ bin = keuntungn/ kg x kapasitas produksi/ bin
=Rp 748,00 x Rp. 3125,00 =Rp.2.337.500,00
VII. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari dan mempraktekan proses
produksi pembuatan cat tembok, menghitung kelayakan ekonomi pembuatan cat
HPP, biaya produksi, operasional, keuntungan, BEP, PBP, serta merancang proses
produksi pembuatan cat semi komersial.
Dalam pembuatan cat terdapat beberapa karakteristik yang harus dipenuhi
misalnya:
a. Tahan terhadap cuaca
b. Daya tahan yang tinggi
c. Daya kering yang tinggi
d. Mampu menahan korosi
e. Tahan lama
Pada tahap persiapan ini, dimulai dengan mempersiapkan bahan-bahan
baku sesuai dengan formula atau resep cat yang akan dibuat. Bahan-bahan diambil
dari gudang yang sudah teruji kualitasnya, tidak kedaluwarsa dan tidak pula cacat
atau rusak baik fisik maupun kimia (yang ditandai dengan adanya perubahan bau,
wama, bentuk, atau kekentalan pada bahan tersebut).
Mengukur bahan yang akan diproses, bisa dilakukan dengan cara
ditimbang beratnya atau diukur volumenya, tergantung dengan basis apa yang
digunakan dalam formula atau resepnya. Ketelitian dan keakuratan penimbangan
merupakan faktor penting terhadap hasil akhir pembuatan cat, terutama pada
penimbangan additive atau pigment.
Pertama-tama HE Cellulose atau yang lebih dikenal dengan naetrosol
ditimbang dengan menggunakan neraca analrtis sebanyak 25 g. HE Cellulose atau
naetrosol berfungsi sebagai zat perekat yang akan membuat cat dapat menempel
pada tembok. Setelah itu, HE Cellulose dilarutkan dalam air panas sebanyak 1520
kg. Air berfungsi sebagai pelarut Pelarut ini drtambahkan ke dalam cat untuk
melarutkan zat pengikat dan mengencerkan cat sehingga kekentalan cat dapat
diatur sesuai dengan standar. Pelarut yang digunakan pada cat tembok berbeda
dengan cat besi atau kayu. Jika cat tembok menggunakan air sebagai pelarut,
maka cat besi atau kayu biasanya menggunakan pelarut organik seperti white
s/writ, etil alcohol, etil asetat, butyl asetat, MEK, MBIK dan lain-lain.
Air yang digunakan adalah air dingin. Karena itulah, untuk memperbesar
kelarutan HE Cellulosa dilakukan pengadukan menggunakan mixer. Hal ini
bertujuan untuk memperbesar tumbukan antar molekul-molekul HE Cellulose
dengan molekul air, sehinggga proses pelarutan menjadi lebih cepat.Setelah larut
sempurna, kalsium karbonat, CaCO3 ditambahkan sedikit demi sedikit sebanyak
2600 g sambil diaduk hingga merata. Pengadukan berfungsi untuk mempercepat
pelarutan. Pada proses pengadukan ini menggunakan alat bantu mixer yang
memiliki kecepatan yang dapat diatur. Proses pengadukan ini dapat pula
menggunakan pengaduk biasa, akan tetapi kurang efektif karena membutuhkan
waktu yang lama dan membutuhkan tenaga atau energi yang cukup besar untuk
mencampurkan larutan HE Cellulose dan kalsium karbonat. Kalsium karbonat
yang ditambahkan digunakan sebagai bahan pengisi. Kalsium karbonat ini dapat
digunakan untuk menambahkan volume cat, sehingga dapat menurunkan harga
produksi cat. Zat pengisi lainnya yang biasanya digunakan adalah barium sulfat,
kaolin, mika, talk, dan pans white.
Setelah terbentuk larutan berwama putih, polymer acrylic ditambahkan
sebanyak 500 g dan diaduk hingga merata dengan menggunakan mixer agar
proses pencampuran berlangsung cepat. Polymer acrylic ini dapat membentuk
lapisan film tipis dan merekat pada benda yang dilapisi serta akan membuat
lapisan cat yang telas dioleskan pada dinding atau tembok telihat rata dan halus.
Bahan-bahan yang biasa digunakan adalah alkyd resin, epoxy resin, amino resin,
silicon resin, dan latex Sedangkan untuk cat kayu dan besi biasanya digunakan
alkyd resin. Sedangkan untuk cat tembok biasanya digunakan lateks, PVAc
atau nitro cellulose.
Setelah itu, pine oil ditambahkan sebanyak 50 g dan diaduk hingga rata
menggunakan mixer. Pada proses pencampurannya dilakukan pada suhu kamar,
karena pemanasan tidak memberi pengaruh yang cukup berarti pada proses ini.
Pine oil digunakan sebagai pewangi yang dapat memberikan bau khas cemara
pada cat. Selain itu, pine oil juga berfungsi untuk menambah kelarutan CaCO3.
Titanium oxida ditambahkan sebanyak 250 g ke dalam campuran dan
diaduk kembali menggunakan mixer. Titanium oksida ini membuat campuran
berwama putih. Campuran atau pasta yang dihasilkan memiliki kekentalan atau
viskositas yang cukup tinggi. Kekentalan sendiri menunjukkan kualitas dari cat itu
sendiri.
Cat tembok yang dihasilkan dapat saja ditambahkan dengan pewama
untuk menghasilkan wama yang diinginkan sesuai dengan selera pembuat. Zat
pewama atau pigmen yang biasanya digunakan dapat berupa partikel padat yang
mudah terdispersi di dalam cat dan dapat memberikan karakteristik tertentu pada
cat tersebut. Karakteristk tersebut antara lain dapat memberikan wama, daya
tahan, daya tutup, dan melindungi seperti melindungi besi dan korosi. Pigmen
terdiri dari berbagai wama, antara lain pigmen putih (Titanium oksida), pigmen
kuning (Zinc chromate), pigmen hijau (Chromium oxide), pigmen biru (Prussian
blue), pigmen merah (Red iron oxide), dan pigmen hrtam (Carbon black).
Kadang-kadang pada proses pembuatan cat ini digunakan antifoam yang
berguna untuk menghilangkan busa selama produksi cat. Selain itu, kadang-
kadang digunakan anti jamur untuk mencegah tumbuhnya jamur pada cat.
Kemudian terkadang pula digunakan dispersing agent untu k mendispersikan
campuran cat. Tahapan dispersi meliputi:
a. Proses pembasahan permukaan partikel-partikel pigment dan/ atau
extender oleh bahan-bahan cair (millbase).
b. Proses pemecahan secara mekanis temadap kelompok-kolompok partikel
pigment dan extender menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil atau
partikef-partikel pnmernya sesuai dengan derajad kehalusan yang
dikehendaki. Mempertahan agar supaya kelompok-kelompok partikel
yang lebih kecil atau partikel-partikel primer ini tetap terpisah satu sama
lain, tidak bersatu kembali.
Dalam percobaan ini, cat yang dihasilkan kurang homogen. Hal ini
disebabkan karena tidak digunakan antifoam sehingga selama proses pembuatan
cat timbul busa dalam jumlah banyak akibatnya bahan-bahan cat kutang
tercampur.
VIII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Pengecatan dan Permasalahannya. www. proyeksi.com.
Anonim. 2007. Cat. http://www.ibiblio.org/ecolandtech /rural-
skills/homemade/cat.
Anonim. 2007 Kontrol Kualitas Produksi Cat.
http://www.gardco.com/navigation .html.
Anonim. 2007. Pembuatan Cat. http://www.geocities.com/heri_sus
yanto/ApakahCat.htm.