You are on page 1of 4

4. Solusi dari masalah-masalah yang terjadi pada petni jagung manis saat ini...

Permintaan masyarakat terhadap jagung manis selalu meningkat, hal ini


disebabkan karena kandungan karbohidrat dalam biji jagung manis mengandung gula
pereduksi (glukosa dan fruktosa), sukrosa, polisakarida dan pati yang menyebabkan
rasa maniss. Jagung manis dapat dikonsumsi segar ataupun diolah menjadi sayuran.

Dalam mengusahakan tanamannya, petani terkendala oleh sarana produksi


seperti bibit unggul, pupuk dan pestisida. Untuk pertumbuhan tanaman yang baik
diperlukan pemberian pupuk yang memadai. Pemupukan nitrogen merupakan faktor
yang sangat beroengaruh terhadap hasil jagung manis. Pada umumnya untuk
mencapai hasil maksimum petani sering memberikan pupuk melebihi kebutuhan
tanaman dan kurang memperhatikan waktu pemberian yang tepat (Nihayati dan
Damhuri, 2004).

Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang peka terhadap kekurangan


unsur N, sehinga pemberiannya perlu dilakukan untk meningkatkan hasil secara
nyatn. Pupuk N diperlukan bila jumlah N yang tersedia di lahan maupun yang berasal
dari pupuk organik kurang memenuhi kebutuhan (Palngkun dan Asiani, 2004).

Pemberian pupuk N pada media tumbuh tanaman jagng manis merupakan salah
satu untuk meningkatkan efisiensi pemupukan, yaitu dapat meningkatkan penyerapan
unsur N oleh tanaman. Lamanya periodeperiode stadia tumbuh tanaman jagung
merupakan fungsi dari genotipe, suhu dan fotoperiode (Golsworthy dan Fisher, 1992).
Pemberian pupuk N menurut Barley (cit Nihayati dan Damhury (2004) pupuk dapat
diberikan pada saat pengolahan tanah, penanaman, setelah tanaman tumbuh
ataupun pada stadia lainnya. Untuk menyediakan N yang dapat mencukupi seluruh
kebutuhan tanman selama pertumbuhannya tidak mungkin diberikan satu kali. Oleh
sebab itu sebaiknya diberikan pada beberapa kali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menanggulangi masalah di atas yaitu
perlu melakukan penyuluhan dan percontohan/ demplot bagi petani jagung manis di
lapangan tentang “pemberian pupuk urea dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
tanaman jagung manis”. Pemberian pupuk urea akan meningkatkan rasa manis dari
tanaman jagung tersebut.. Dalam upaya sosialisasi dan meningkatkan produksi
tanaman jagung manis diperlukan budidaya yang baik. Diantaranya adalah tindakan
pemupukan, terutama penberian pupuk urea. Pemberian pupuk urea tersebut harus
sesuai dengan tahap pertumbuhan tanaman jagung manis.
Sehubungan dengan itu salah satu alternatif pemecahan masalah lain adalah
dengan memanfaat pupuk urea seefisien mungkin sesuai dengan tahap pertumbuhan
tanaman karena pupuk urea mudah tercuci atau hilang. Dengan penggunaan pupuk
urea diharapkan efisiensi dalam penggunaan pupuk buatan dapat dicapai, sehingga
akan meningkatkan produksi tanaman jagung manis sekaligus meningkatkan
pendapatan petani.

DAFTAR PUSTAKA

Goldsworthy, P. R dan Fisher, N. M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo,H, Penterjemah. Yogyakarta.
Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari : Physiology of Tropical Field crops.
Yogyakarta.734 hal.
Nihayati, E. Dan Damhury. 2004. Pengaruh porasi dan waktu pemberian urea
terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis varietas SD – 2 .
http//digilib.brawijaya.ac.id. (27 Agustus 2006).
http://repository.unand.ac.id/2666/1/2_ARMANSYAH.doc

Jagung manis yang biasa dikenal dengan sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) termasuk dalam
tanaman sayuran dimana merupakan tipe jagung yang baru dikembangkan masyarakat di Indonesia.
Jagung manis semakin populer dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang manis
dibandingkan jagung biasa. Selain itu jagung manis mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di
pasaran, karena selain mempunyai rasa yang manis, faktor lain yang menguntungkan adalah masa
produksi yang relatif lebih cepat. Buah tanaman jagung manis ini digemari untuk sayur, lauk-pauk,
kue, jagung bakar ataupun dikonsumsi langsung dalam bentuk buah rebusan, bahkan bisa dimakan
mentah disebabkan rasa manis pada jagung manis.
Namun dalam pengembangan usahatani jagung manis seringkali menghadapi permasalahan yaitu
rendahnya produktivitas usahatani karena keterbatasan lahan dan pengetahuan yang dimiliki oleh
petani, kurangnya modal untuk pembelian sarana produksi terutama untuk pembelian benih, pupuk
dan obat-obatan yang harganya semakin lama semakin tinggi dilain pihak harga jagung manis
mengalami fluktuasi sehingga meskipun secara nominal harga jagung manis tinggi akan tetapi biaya
yang dikeluarkan petani juga tinggi. Sehingga petani dalam berusahatani harus memperhitungkan
biaya yang dikeluarkan, penerimaan yang mereka terima, keuntungan yang diperoleh dan efisiensi
dari usahataninya.
(http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2002-endang-8994-
jagung&q=Desa)

Jagung manis kebanyakan ditanam di dataran rendah baik, sawah tadah hujan
maupun sawah irigasi. Sebahagian terdapat juga di daerah pergunungan pada
ketinggian 1000- 1800 m di atas permukaan laut
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari
dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung
harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan
atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan
berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 C.
Tanah yang dikehendaki dalam penanaman jagung adalah gembur dan subur, karena
tanaman jagung memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh
baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik
bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan
pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah
berlangsung dengan baik.
Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekittir 5,5 – 7,0. Tanah
dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah
barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah
keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar.
(http://eddyg10049.blogspot.com/2010/06/jagung-manis.html?zx=5ab3cf19a0fd1f9f)

Tanaman pangan jenis jagung secara spesifik merupakan tanaman pangan yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Di Indonesia, jagung
merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Sedangkan berdasarkan urutan bahan
makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi.
Tanaman jagung hingga kini dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai bentuk penyajian.
Terutama jagung manis (sweet corn), sangat disukai dalam bentuk jagung rebus atau bakar. Bentuk
pemanfaatan lain seperti : tepung jagung (maizena), minyak jagung, bahan panganan, serta sebagai
pakanan ternak dan lain-lainnya.
Banyaknya ragam jenis pemanfaatan jagung membuka potensi pasar yang sedemikian luas. Akan
tetapi di satu sisi pasar dihadapkan pada rendahnya produktivitas tanaman jagung. Pada tahun 1997
saja misalnya, luas lahan tanaman jagung di Kabupaten Kampar mencapai 7.500 ha dengan total
produksi 25.125 ton pipil kering, dengan produktivitas 3,35 ton per hektar. Hal ini belumlah
sebanding dengan potensi produksi jagung varietas Arjuna 5-6 ton pipil kering per hektar, varietas
Bima 5,1 ton pipil kering per hektar. Lebih lengkap berbagai varietas beserta potensi produksinya
serta realisasi dan proyeksi luas lahan, produksi, produktivitas tanaman jagung di Kabupaten
Kampar dapat dilihat pada Lampiran 1.
Rendahnya produktivitas dalam kegiatan pertanian disamping menyebabkan tingkat pendapatan
rendah, juga menyulitkan bagi negara-negara yang sedang berkembang untuk menaikkan produksi
pertanian perkapita penduduknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sinungan (1992), terdapat banyak
faktor yang menyebabkan produktivitas sektor pertanian di negara berkembang rendah.
Penyebabnya adalah kurangnya sarana pertanian, input modern, tingkat pendidikan dan
pengetahuan, faktor sosial budaya, serta para petani tidak mempunyai kemampuan sendiri untuk
membeli input pertanian yang diperlukan.
Rendahnya kemampuan petani jagung dalam memenuhi input pertanian dalam kegiatan
usahataninya akan mengakibatkan rendahnya produksi. Rendahnya produksi jagung karena
berbagai permasalahan di atas berakibat hilangnya potensi kesejahteraan yang sangat besar. Secara
teknis stok jagung tidak memenuhi permintaan pasar, sehingga akan berakibat terganggunya rantai
produksi pengguna jagung. Hilangnya potensi pendapatan merupakan efek kesejahteraan yang
harus diderita. Oleh karenanya pemerintah melalui Dinas Tanaman Pangan menjembatani
kesenjangan modal yang dihadapi petani dengan meluncurkan program pemberdayaan ekonomi
kerakyatan (PEK), berupa pemberian pinjaman bantuan modal melalui sistem perbankan dengan
bunga rendah yakni tiga persen pertahun.
Agar program pemberdayaan ekonomi kerakyatan ini berhasil, maka program ini harus dilakukan
secara intensif serta dikelola secara efektif dan efesien sehingga memberikan keuntungan ekonomi
yang tinggi.
Dengan program pemberdayaan ekonomi kerakyatan diharapkan petani dapat membeli input
pertanian yang dibutuhkan. Sehingga dengan terpenuhinya input pertanian maka, produksi jagung
akan meningkat. Selanjutnya akan turut menambah pendapatan keluarga peserta program
pemberdayaan ekonomi kerakyatan, dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Hal ini tentu akan sangat memungkinkan terjadinya perberbedaan pendapatan dengan petani jagung
yang tidak mengikuti program pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Oleh kerena itu penulis tertarik
untuk menganalisis perbandingan pendapatan petani jagung yang mengikuti program pemberdayaan
ekonomi kerakyatan dengan petani jagung yang tidak mengikuti program tersebut.
(http://hadiderna.wordpress.com/2007/07/17/pendahuluan/)

You might also like