You are on page 1of 5

KARAKTERISTIK

Kebanyakan terdiri dari kwarsa dan feldspar, bagian yang paling banyak dan
paling keras sisa-sisa pelapukan batu di gunung.

Dibatasi hanya di daerah dimana gerakan air yang kuat mengangkut partikel-
partikel yang halus dan ringan.

Total bahan organik dan organisme hidup di pantai yang berpasir jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan jenis pantai lainnya.

Pantai berpasir didominasi oleh 3 kelas invertebrate :

- cacing polikaeta

- Moluska bivalvia

- dan rustasea

FUNGSI

Tempat beberapa biota meletakkan telurnya

Tidak dapat menahan air dengan baik karena sedimennya yang kasar akibatnya
lapisan permukannya menjadi kering sampai sedalam beberapa cm di bagian atas
pantai yang terbuka terhadap matahari pada saat pasang surut.

PARAMETER LINGKUNGAN

Pola arus yang akan mengankut pasir yang halus

Gelombang yang akan melepaskan energinya di pantai

Angin yang juga merupakan pengangkut pasir.

{Februari 12, 2009} EKOSISTEM PANTAI BERPASIR


http://zhi3pisces.wordpress.com/2009/02/12/ekosistem-pantai-berpasir/

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0401/03/inspirasi/778768.htm
Sabtu, 03 Januari 2004

Penambangan Pasir dan Ekologi Laut

Penambangan pasir laut telah berkembang menjadi polemik nasional. Dampaknya


seperti nelayan yang kehilangan mata pencarian hingga tenggelamnya sebuah
pulau telah berkembang menjadi bahan pembicaraan di masyarakat.

Secara obyektif pasir laut memang bisa disebut salah satu sumber daya
kelautan yang berkembang menjadi komoditas ekonomi. Namun, penambangan
pasir laut berdampak pada pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Kegiatan
penambangan pasir laut apabila tidak dilakukan di daerah yang tepat dan
dengan cara yang tepat akan berdampak pada lingkungan, baik fisik, biologi,
maupun sosial.

Penambangan pasir laut yang sebagian besar dilakukan di daerah nearshore


dapat mengganggu stabilitas pantai yang selama ini dipahami sebagai
penyebab tenggelamnya sebuah pulau. Bagaimana sebenarnya akibat penambangan
pasir laut terhadap dinamika pantai?

Pantai dikatakan stabil jika untuk waktu lama hampir tak mengalami
perubahan bentuk. Kestabilan pantai ditentukan oleh berbagai faktor
eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi arus, gelombang, angin,
maupun pasang surut, sedangkan faktor internal menyangkut karakteristik,
tipe sedimen, serta lapisan dasar di mana sedimen itu berada.

Penggalian pasir pantai akan mengakibatkan dampak berupa perubahan


batimetri, pola arus, pola gelombang, dan erosi pantai. Apabila dasar
perairan digali untuk penambangan pasir, maka permukaan dasar perairan akan
semakin dalam. Dampaknya, lereng pantai menjadi lebih terjal sehingga
menimbulkan ketidakstabilan lereng pantai.

Aktivitas penambangan pasir laut mengakibatkan perubahan pola arus, baik


arus yang diakibatkan oleh pasang surut maupun oleh gelombang, perubahan
energi gelombang, dan perubahan pola sebaran sedimen pantai. Perubahan pola
faktor-faktor eksternal ini dapat berdampak pada pemacuan intensitas erosi.

Mengingat pendalaman dasar perairan depan garis pantai akan


menurunkan/menghilangkan efek peredaman gelombang, energi gelombang yang
menggempur pantai menjadi semakin besar. Selain menurunkan efek peredaman,
pendalaman dasar perairan di sekitar pantai juga menimbulkan perubahan pola
arah gelombang yang lebih dikenal sebagai refraksi.

Di daerah laut dalam, gelombang merambat tidak dipengaruhi dasar laut. Akan
tetapi, di daerah laut transisi dan dangkal penjalaran perambatan gelombang
sangatlah dipengaruhi oleh dasar laut. Refraksi mempunyai pengaruh besar
terhadap distribusi energi gelombang di sepanjang pantai.

Perubahan arah gelombang akibat refraksi akan menghasilkan konvergensi


(konsentrasi) dan divergensi (penyebaran) energi gelombang. Pada titik
terjadinya konsentrasi gelombang, intensitas erosi akan meningkat. Pantai
dikatakan stabil apabila massa sedimen yang ditranspor oleh arus sejajar
pantai dalam jumlah konstan sepanjang pantai.

Penambangan pasir menimbulkan kawah yang bisa mengganggu keseimbangan


transpor sedimen sejajar pantai. Kawah menyebabkan terperangkapnya sedimen
sejajar pantai sehingga jumlah massa sedimen berkurang. Untuk menutupi
defisit ini, gelombang dan arus sejajar pantai berusaha mengerosi dinding
pantai sebelah hilir (downdrift) kawah.

Tipologi pantai

Dampak yang ditimbulkan penambangan pasir laut terhadap perubahan garis


pantai pastilah berbeda, bergantung pada tipe dan material pembentuk
pantai. Secara umum, berdasarkan material penyusunnya, pantai dapat
dibedakan sebagai berikut.

Pertama, pantai berbatu. Biasanya dicirikan dengan dinding pantai terjal


yang langsung berhubungan dengan laut. Pada daerah yang terlindung,
keberadaan tebing pantai ini terdapat agak jauh dari pantai, dengan
karakteristik pantai berpasir. Jenis pantai tebing dapat ditemukan dalam
dua tipe, yaitu tebing karang dengan material lepas yang gampang hancur
atau runtuh dan tebing batuan induk yang umumnya keras dan tidak mudah hancur.

Bentuk tebing pantai umumnya dipengaruhi keadaan alam, yaitu ombak, arus
pantai, angin, atau yang diakibatkan secara tidak langsung oleh kegiatan
manusia di wilayah pantai. Pantai berbatu biasanya tidak mudah tererosi
akibat adanya arus atau gempuran gelombang. Erosi di daerah pantai berbatu
lebih banyak oleh pelapukan batuan atau proses geologi lain dalam waktu
yang relatif lama. Erosi pada material masif (seperti batu atau karang) ini
lebih dikenal dengan nama abrasi.

Kedua, p antai berpasir dan pantai berlumpur. Pantai tipe ini terbentuk
oleh proses di laut akibat erosi gelombang, pengendapan sedimen, dan
material organik. Pantai berpasir umumnya banyak dijumpai pada pantai di
Indonesia. Material penyusun pantai tersebut biasanya terdiri atas pasir
bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran sungai atau
berasal dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal dari
daratan, material penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai
jenis biota laut yang ada di daerah pantai itu sendiri.

Pantai berlumpur yang banyak dijumpai di muara sungai yang ditumbuhi oleh
hutan mangrove, energi gelombang terdisipasi oleh hutan mangrove dan
lumpur. Pantai tipe ini banyak ditemui di pantai utara Pulau Jawa, pantai
timur Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Pantai tipe ini relatif mudah
berubah bentuk, mengalami deformasi, dan tererosi.
Proses pantai

Perubahan bentuk atau lebih dikenal sebagai morfologi pantai merupakan


hasil rangkaian proses pantai. Proses pantai yang sangat dominan terjadi di
Indonesia adalah erosi pantai. Proses pantai mencakup sirkulasi arus dan
dinamika gelombang serta interaksinya dengan sedimen.

Arus yang terjadi di pantai berasal dari arus laut global, arus akibat
angin, arus akibat pasang surut, ataupun arus akibat gelombang. Arus
global, arus akibat angin, dan arus pasang surut disebut shelf current atau
coastal current. Sementara itu, arus yang disebabkan gelombang dibedakan
menjadi littoral current dan orbital current. Arus litoral terjadi bila
arah gelombang membentuk sudut dengan garis pantai.

Arus orbital gelombang adalah arus yang disebabkan oleh kecepatan partikel
yang arahnya maju mundur searah dengan arah gelombang. Besar arus orbital
bergantung pada tinggi dan periode gelombang. Panjang daerah pengaruh arus
orbital ini sebanding dengan panjang gelombang.

Arus gelombang biasanya terjadi pada daerah antara gelombang pecah dan
garis pantai (surf-zone). Kedua arus inilah yang berperan dominan dalam
proses erosi pantai. Mekanisme gelombang di surf zone dimulai dengan
terjadinya gelombang pecah pada kedalaman kira-kira 1,25 kali tinggi gelombang.

Gelombang pecah ini membentuk bore yang merayap ke pantai dan naik ke swash
zone, kemudian kembali ke laut. Swash zone hanya sewaktu-waktu terendam
oleh air, dan dalam perjalanannya kembali ke laut, arus akan membawa
material sedimen. Energi eksternal ini bekerja secara kontinu sepanjang
pantai. Pada bagian yang relatif tidak memiliki daya tahan yang tinggi,
relatif lebih cepat terkikis dan sedimen akan terangkut bersama arus balik
ke laut (backwash). Terjadilah keseimbangan baru yang akan mempengaruhi
bentuk garis pantai.

Dikaitkan dengan kegiatan penambangan pasir laut, yang diduga dapat


menurunkan faktor peredaman energi eksternal, maka hilangnya terumbu
karang, padang lamun, hutan mangrove, atau pendalaman dasar perairan di
sekitar pantai berdampak pada meningkatnya intensitas energi eksternal yang
bekerja pada pantai.

Namun, kecepatan proses pengikisan pada intensitas energi yang sama pada
pantai masih bergantung pada material pembentuk pantai. Pantai yang
tersusun oleh materi yang tidak kompak (pasir dan lumpur) akan terkikis
lebih cepat dibanding pantai yang tersusun materi yang kompak (batu).

Pengikisan pantai merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan garis


pantai. Apabila proses ini berlangsung secara terus-menerus tanpa ada
faktor penghambat, maka proses pengikisan akan berlanjut pada daratan pulau
tersebut. Skala waktu, luas daratan, besaran energi eksternal, dan daya
tahan material penyusun daratan pulau akan menentukan apakah daratan
tersebut akan hilang atau tenggelam.

Upaya mitigasi

Kembali pada apakah penambangan pasir laut akan berdampak tenggelamnya


sebuah pulau, ini perlu dijawab secara hati-hati. Secara tidak langsung dan
pada skala waktu yang lama, kemungkinan ini akan terjadi. Namun di sisi
lain, dengan mengenal sifat dasar dinamika pantai dan faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi perubahan bentuk garis pantai, kita dapat merekomendasi
lokasi optimal untuk penambangan pasir laut dengan dampak minimal perubahan
keseimbangan alam dengan beberapa upaya.

Pertama, menetapkan kedalaman dan kemiringan/keterjalan maksimum lereng


pantai yang dapat mencegah terjadinya longsoran di daerah pantai akibat
penambangan pasir laut di daerah pantai (aspek geoteknologi).

Kedua, menetapkan kedalaman penambangan pasir untuk mencegah terjadinya


perubahan pola gelombang yang mengakibatkan konsentrasi gelombang di suatu
tempat tertentu di pantai yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
stabilitas pantai (aspek hidrooseanografi).

Mengingat penambangan pasir laut di sekitar pantai berdampak signifikan


terhadap stabilitas pantai, maka penetapan zona penambangan pasir akan
ideal apabila dilakukan di daerah perairan laut dalam.

Dr Ir Subandono Diposaptono M Eng Kasubdit Mitigasi Lingkungan Pesisir pada


Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan
Perikanan

You might also like