You are on page 1of 13

PERKEMBANGAN MUI

PENYIKAPAN TERHADAP PERKEMBANGAN PEMBAHASAN RUU


TENTANGJAMINAN PRODUK HALAL

Saat ini RUU tentang Jaminan Produk Halal sedang dalam pembahasan antara DPR-RI
dengan Pemerintah. Namun, dalam perkembangannya, pembahasan telah mengalami deviasi
dari aspirasi masyarakat Muslim.  Aspirasi umat Islam terkait dengan substansi pengaturan
RUU tentang Jaminan Produk Halal adalah terletak pada pemberian jaminan atas produk
halal bagi umat Islam. Jaminan dimaksud memberikan ketenangan kepada umat Islam dalam
melaksanakan ajaran agamanya. Untuk itu, produsen wajib memberikan jaminan atas
kehalalan produk yang dihasilkan untuk dikonsumsi masyarakat Muslim.

Pemerintah seharusnya berfungsi sebagai regulator, serta pengawas agar tetap terjamin
perlindungan hak masyarakat untuk memperoleh produk halal yang dihasilkan produsen.

MUI dan Ormas Islam menilai bahwa substansi pembahasan RUU secara filosofis
bertentangan dengan semangat Reformasi birokrasi yang saat ini dikembangkan. Substansi
RUU ini secara nyata telah mengalihkan kewenangan yang selama ini telah dilaksanakan
masyarakat secara baik menjadi urusan negara. Prinsip reformasi birokrasi adalah
meminimalisir peran negara dalam urusan masyarakat, terlebih menyangkut urusan ibadah
yang secara nyata telah berjalan dengan  baik di masyarakat.

MUI dan Ormas Islam memandang bahwa Sertifikat Halal pada hakekatnya merupakan
penjelasan tentang kehalalan suatu produk, yang dalam bahasa agama dinamakan sebagai
fatwa. Dengan kata lain, Sertifikat Halal merupakan fatwa tertulis. Dan fatwa ini merupakan
domain ulama, yang dalam hal ini direpresentasikan di dalam MUI.

RUU tentang Jaminan Produk Halal juga tidak mendasarkan pada landasan sosiologis yang
kuat. Selama ini, secara de facto penyelenggara jaminan produk halal telah dilaksanakan oleh
Majelis Ulama Indonesia melalui LPPOM dan Komisi Fatwa..
Untuk itu, Majelis Ulama Indonesia bersama Ormas Islam tingkat Pusat menyatakan sikap
sebagai berikut:

1. Agar RUU tentang Jaminan Produk Halal mengukuhkan proses sertifikasi halal yang
sudah dilaksanakan MUI yang telah teruji selama 20 tahun dan diakui eksistensinya
oleh masyarakat dalam dan luar negeri. Untuk itu diminta kepada pansus RUU JPH
agar arah pembahasan sesuai dengan catatan RDPU Komisi VIII DPR-RI dengan
MUI tanggal 5 Februari 2008 butir 4 bahwa otoritas penerbitan sertifikasi halal ada
pada MUI.
2. Jika aspirasi umat Islam seperti tersebut pada angka 1 di atas tidak diakomodasi di
dalam substansi RUU JPH yang sedang dibahas pemerintah dan DPR-RI saat ini agar
dihentikan pembahasannya karena hanya akan meresahkan masyarakat khususnya
umat Islam dan dapat menimbulkan kemudharatan yang lebih besar.

Demikin pernyataan sikap ini sebagai bentuk pertanggungjawaban MUI dan Ormas-Ormas
Islam kepada umat.

 Wallahu A’lam bi al-Shawab


Taushiyah MUI Menyambut Ramadhan 1431 H

9 Agustus 2010M.

Bismillahirrahmanirrahim

Menyongsong datangnya bulan suci Ramadhan 1431 H/2010 M, Dewan Pimpinan Majelis
Ulama Indonesia bersama Pimpinan Ormas Islam Tingkat Pusat dengan senantiasa
mengharap rahmat, taufiq dan ridha Allah SWT menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Majelis Ulama Indonesia menyambut baik akan dilaksanakannya sidang itsbat oleh
Kementerian Agama RI bersama-sama dengan Pimpinan Ormas Islam Tingkat Pusat dan
para ulama untuk menetapkan awal Ramadhan 1431H/2010 M. MUI berharap keputusan
sidang itsbat tersebut dapat mengambil keputusan yang dapat mempersatukan perbedaan
pendapat dalam menetapkan awal Ramadhan 1431 H/2010 M, sehingga terbangun
semangat ukhuwah, persatuan dan kesatuan di kalangan umat.

2. Menyerukan kepada Umat Islam agar memasuki bulan Ramadhan dengan penuh
keimanan, ketaqwaan, senantiasa mengharap ridha Allah SWT dalam suasana hati yang
khusyu’, tenang dan damai serta mengembangkan sikap toleransi (tasamuh) dalam
menjalankan agama, tidak terjebak pada pertentangan dan perselisihan termasuk
perbedaan paham keagamaan serta menghindarkan diri dari perbuatan yang sia-sia
(tabdzir) dan pemborosan (israaf) yang mendatangkan kemudharatan bagi diri sendiri dan
orang lain.

3. Mengajak seluruh organisasi/lembaga Islam, khususnya lembaga pendidikan untuk


mengisi dan memberi makna bulan Ramadhan dengan pengayaan nilai dan khazanah
Ramadhan sebagai bulan penuh berkah (syahr al-mubarak), dan bulan puasa (syahr al-
shiyam) dengan menyelenggarakan berbagai program keumatan untuk keluarga, remaja
dan anak-anak seperti; tadarus Al-Quran, pesantren kilat Ramadhan, perkemahan
Ramadhan, kursus keagamaan, dan lain sebagainya.
4. Diharapkan kepada semua pihak agar senantiasa menjaga kekhidmatan selama bulan
Ramadhan 1431 H/2010 M dengan tidak memancing hal—hal yang dikhawatirkan dapat
menimbulkan gejolak dan reaksi negatif di masyarakat. Untuk itu, diharapkan kepada
semua pihak baik masyarakat maupun aparat penegak hukum untuk bersama-sama
mengendalikan diri dan arif dalam menangani berbagai persoalan di masyarakat.

5. Kepada masyarakat luas diharapkan menghormati kemuliaan bulan Ramadhan dengan


bersama-sama membangun kondisi yang kondusif bagi Umat Islam untuk dapat
menunaikan ibadah secara tenang dan khusyuk serta menjadikan bulan Ramadhan sebagai
bulan pengendalian diri. Sejalan dengan itu kepada pemerintah diminta untuk menutup
dan membatasi semua tempat-tempat hiburan, menertibkan rumah makan (restoran),
penayangan acara televisi yang menampilkan pornografi dan pornoaksi, mistik
(khurafat/takhayul), ramalan-ramalan, kekerasan baik fisik maupun psikis dan
lawakan/komedi yang berlebihan, berpakaian yang tidak sesuai dengan akhlakul karimah,
serta mendukung pemanfaatan bulan Ramadhan bagi pembinaan dan pendidikan akhlak
masyarakat khususnya generasi muda.

6. Mengharapkan kepada aparat penegak hukum, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI),


Lembaga Sensor Film (LSF) dan elemen masyarakat lainnya untuk terus menerus
melakukan sosialisasi peraturan perundangan, serta melakukan pemantauan dan
pengawasan pelaksanaannya di lapangan, sehingga dapat menciptakan rasa aman,
nyaman dan kondusif di tengah masyarakat dengan tetap mengedepankan sikap dan
perilaku yang sesuai dengan norma dan aturan hukum. Kepada kelompok masyarakat
agar menghindarkan diri dari berbagai bentuk tindak kekerasan dan main hakim sendiri.
Sehingga suasana bulan Ramadhan dapat mendukung terciptanya masyarakat yang sadar
hukum dan tertib dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

7. Bulan Ramadhan adalah bulan ibadah dan bulan amal, oleh karena itu dihimbau kepada
para aghniya’, dermawan dan para pengusaha untuk meningkatkan amal saleh dengan
membantu kaum dhuafa, fakir miskin, anak terlantar, dan yatim piatu dan kelompok
masyarakat lain yang membutuhkan melalui penyaluran zakat, infak, shadaqah, dan amal
sosial lainnya. Dalam rangka menggelorakan amal sosial ini MUI menghimbau
pentingnya penegakan Good Coorporate Governance serta kepedulian badan usaha milik
Negara maupun swasta, baik nasional mauipun asing dengan melaksakan CSR
(Corporate Social Resposbility) agar membangun tata sosial kehidupan masyarakat
sebagai refleksi nilai saling berkasih sayang antar sesama (ruhama-u bainahum) dan
bertolong-tolong dalam kabjikan dan taqwa (at-ta’awun ’ala al-birri wa at-taqwa)
dengan menggelorakan semangat kedermawanan sosial menuju tatanan masyarakat
bangsa yang berkesejahteraan.

8. Menyerukan kepada para produsen dan pengusaha untuk menyediakan, memproduksi dan
menjual produk makanan, minuman, kosmetika dan obat-obatan yang halal dan baik.
(halalan – thoyyiban). Untuk hal tersebut MUI menyerukan kepada Pimpinan Ormas
Islam, tokoh umat Islam, da’i dan para ustadz untuk turut serta dalam mengajak dan
menyadarkan umat Islam tentang pentingnya menggunakan dan mengonsumsi produk
halal.

Demikianlah, pernyataan sikap ini dikeluarkan di Jakarta dalam suasana bulan suci
Ramadhan 1431H/2010 M. yang penuh rahmat, maghfirah dan pembebasan dari siksa api
neraka, sembari memohon hidayah dan ma’unah kepada Allah SWT, Tidak ada kedigdayaan
suatu bangsa kecuali dengan ridha Allah Yang Maha Kuasa. Untuk itu diserukan kepada
umat Islam untuk memperbanyak doa kepada Allah SWT khususnya membaca doa qunut
nazilah di masjid-masjid, mushalla-mushalla dan tempat-tempat lainnya selama bulan suci
Ramadhan untuk kesejahteraan dan kemerdekaan bangsa Palestina, khususnya dalam
menghadapi bulan Ramadhan. Semoga bangsa Palestina memperoleh jalan keluar (makhraj)
dari segala macam kesulitan. Allahumma innaka ’afuwwun tuhibu al-’afwa wa’fu ’anna.
Amin, ya rabbal’alamin.

Jakarta, 28 Sya’ban 1431H.


Sertifikasi  Halal MUI Diakui Dunia Internasional

Sistem sertifikasi halal yang diterapkan oleh Lembaga


Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) ternyata menjadi standar
prosedur acuan lembaga-lembaga sertifikasi halal internasional.
Peran LPPOM-MUI saat ini telah diakui secara luas di kancah
internasional. Prosedur dan persyaratan yang digunakan untuk
menentukan kehalalan produk di Indonesia, kini juga menjadi rujukan standar halal di
berbagai negara, mulai dari negara-negara ASEAN hingga negara-negara seperti Arab Saudi,
Belanda, Amerika Serikat, Australia, dan Kanada. Tak hanya itu, saat ini MUI juga diminta
oleh beberapa negara, antara lain Australia dan New Zealand, untuk mengawasi dan
menentukan kelayakan lembaga-lembaga sertifikasi halal yang ada di negara-negara tersebut.

“Saat ini negara-negara di dunia, bahkan di Eropa, Australia, dan Amerika, mengikuti
prosedur dan aturan-aturan sertifikasi halal MUI,” ujar Maruf Amin selaku ketua MUI. Maruf
Amin mengatakan, saat ini MUI juga berperan sebagai lembaga audit sekaligus lembaga
fatwa kelayakan lembaga sertifikasi halal internasional. Negara-negara yang memiliki
lembaga sertifikasi halal harus dikontrol dan diakui terlebih dahulu oleh MUI, apakah mereka
memiliki lembaga audit dan lembaga fatwa halal yang layak. Sementara itu, bagi negara-
negara yang belum punya lembaga sertifikasi halal, mereka ikut standar MUI untuk
menentukan halal tidaknya produk. Upaya MUI menjadikan Indonesia sebagai pusat halal
dunia itu adalah untuk melindungi umat Islam dari semua produk, terutama makanan yang
haram. Masyarakat tidak perlu khawatir lagi mengonsumsi makanan di restoran karena
seluruh daging yang masuk ke Indonesia harus mendapatkan sertifikat halal dari MUI.

Untuk mengenalkan Indonesia sebagai pusat halal dunia MUI akan menggelar Pameran
Internasional Bisnis dan Makanan Halal I di Jakarta Convention Center (JCC), 23-25 Juli
mendatang. Forum itu diharapkan menjadi salah satu upaya menjadikan Indonesia sebagai
pusat halal dunia. Acara bertajuk The First Indonesia International Halal Business and Food
Expo (IHBF) itu rencananya dibuka Presiden SBY dan ditutup Wapres Boediono. Pada saat
bersamaan, presiden juga akan membuka Musyawarah Nasional (Munas) MUI. Sekitar
seratus peserta telah mendaftarkan diri dalam pameran yang diikuti pelaku usaha makanan,
minuman, kosmetika, pengemasan, perbankan syariah, asuransi syariah, travel agen syariah,
pemerintah daerah, kementerian, LSM syariah, dan peserta dari luar negeri itu

Indonesia Jadi Tuan Rumah Muzakarah Cendekiawan Syariah

Demi mengembangkan industri keuangan syariah di Asia Tenggara dan khususnya Indonesia,
International Shariah Research Academy (ISRA) in Islamic Finance bersama dengan Dewan
Syariah Nasional MUI akan menggelar Muzakarah Cendekiawan Syariah Nusantara di Hotel
Mercure pekan depan, 25-26 Mei 2009.

Direktur Eksekutif ISRA, Mohamad Akram Laldin mengatakan Indonesia terpilih menjadi
host karena industri keuangan syariah yang tumbuh pesat. "Melihat industri keuangan syariah
cukup pesat dan pandangan para ulama dan cendekiawan Indonesia maka Muzakarah ke-3
diputuskan digelar di Indonesia," kata Akram di Gedung Majelis Ulama Indonesia, Senin
(18/5).

Indonesia memainkan peran penting dalam perkembangan industri keuangan syariah kawasan
Nusantara. DSN-MUI yang dilengkapi dengan jajaran Dewan Pengawas Syariah (DPS)
menjadi salah satu pilar utama perkembangan industri tersebut. Peran DPS yang sangat
penting dalam menjamin kesyariahan operasional perbankan syariah membuat keahlian DPS
harus terus diupdate.

Industri keuangan syariah sendiri saat ini diramaikan oleh lima bank umum syariah, 26 unit
usaha syariah, 133 BPRS, 38 asuransi syariah dan 3000 BMT. Jumlah DPS mencapai 122
orang dimana 87 orang di antaranya adalah DPS Perbankan. 

Akram mengatakan topik yang dibahas kali ini masih terkait dengan krisis ekonomi global.
"Pengurusan risiko pada industri keuangan syariah amat penting agar tetap bertahan
menghadapi krisis," kata Akram.

Dalam Muzakarah kali ini akan membahas topik seputar pemahaman operasi dan mekanisme
perdagangan dan pertukaran mata uang, serta konsep dan mekanisme SWAP dalam institusi
keuangan Islam. Pertukaran mata uang menjadi salah satu mekanisme yang digunakan bank
untuk melindungi risiko, lanjut Akram, membuat topik tersebut sesuai dengan kondisi
ekonomi saat ini. 
Sebelumnya Muzakarah Cendekiawan Syariah diselenggarakan di Malaysia. Muzakarah ke-1
digelar di Langkawi dengan fokus pada kontrak keuangan syariah, sementara Muzakarah ke-
2 di Kuala Lumpur mengangkat tema wa'ad (janji) dalam keuangan syariah serta mengenai
pendapatan yang tak bersih. Muzakarah Cendekiawan diprakarsai oleh ISRA yang berpusat
di Malaysia dan berada di bawah naungan Bank Negara Malaysia. 

Sementara itu Sekretaris DSN MUI, Ichwan Sam mengatakan program tersebut diharapkan
dapat memberi pemikiran konstruktif dan produktif untuk mendorong perekonomian
masyarakat Asia Tenggara. "Bagi DSN ekonomi syariah adalah pilihan aktivitas ekonomi
penuh santun dan terbuka bagi pelaku pasar asal bisa mengikuti peraturan dan acuan dari
DSN," kata Ichwan. gie/kpo (Republika/Senin, 18 Mei 2009.

MUI Fatwakan Arah Kiblat ke Barat Laut

JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia atau MUI mengeluarkan fatwa mengenai arah kiblat. Ini dilakukan
sebagai salah satu syarat sah salat bagi umat Islam. Atas fatwa tersebut, MUI mengimbau semua pihak
mengikuti posisi tersebut.

“MUI mengimbau kepada pengurus masjid atau musala, bagi yang kiblatnya tidak tepat perlu ditata ulang saf-
nya namun tidak perlu membongkar bangunannya,” kata Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, AM
Asrorun Niam.

Ini diungkapkan Asrorus kepada wartawan di Gedung MUI, Jalan Tugu Proklamasi, Jakarta, Selasa (14/7/2010).

Dia menjelaskan, alasan penetapan posisi arah kiblat ini agar salat umat Islam tidak jauh dari kabah. “Karena
posisi Indonesia ada di sebelah timur sedikit ke selatan, maka arah kiblat menghadap barat laut,” tegasnya.

Posisi ini, lanjutnya, dipastikan akan berbeda disesuaikan dengan posisi dari orang tersebut tinggal. “Contohnya,
arah kiblat di orang di Cirebon akan sedikit berbeda kemiringannya dengan orang yang berada di Kalimantan,”
paparnya.

Dia juga memastikan, gempa dan tsunami yang terjadi di Indonesia tidak mengubah posisi fatwa tersebut.

“Sebelumnya memang ada isu akibat gempa dan tsunami ada pergerseran lempengan bumi sehingga kiblat
bergeser, tetapi berdasarkan penelitian ahli geologi itu tidak benar,” tegasnya.(kem)
Memperkokoh Hubungan Ulama dan Umara untuk Kemajuan Bangsa

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengadakan acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MUI
berlangsung pada 24-26 Oktober 2009, di Hotel Mercure Ancol, dengan tema:
”Memperkokoh Hubungan Ulama-Umara untuk Kemajuan Bangsa”.

Pada Sabtu Malam (24/10), MUI mengadakan halal bilahal bersama pimpinan ormas Islam
dan Pejababat Departemen Agama. Dalam acara Halal bilahal ini, di antaranya hadir Menteri
Agama Suryadharma Ali dan Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri, Mantan Menteri Agama
Maftuh M. Basyuni.

Acara halal bilahal yang dipandu oleh Sekretaris Umum MUI Drs. HM. Ichwan Sam
berlansung dengan baik dan khidmat.

Sementara itu, Ketua Umum MUI KH Sahal Mahfudh, dalam sambutannya, menyampaikan
ucapan selamat kepada Presiden dan Wakil Presiden beserta para menteri atas kepercayaan
yang telah diberikan tersebut, seraya mengingatkan bahwa kepemimpinan yang diemban
tersebut merupakan amanah yang harus dipertanggung-jawabkan, baik di hadapan
masyarakat maupun di hadapan Allah SWT.

Menyambut kehadiran Kabinet Indonesia Bersatu jilid II tersebut, jelas Sahal Mahfudh, MUI
yang merupakan bagian dari masyarakat insyaallah akan mendukung dan membantu,
bermitra dan bekerjasama, dalam menjalankan berbagai program dan kegiatan yang sesuai
dengan karakter dan batas kewenangan MUI.

Dikatakan lebih lanjut, tidak bisa kita pungkiri bahwa banyak program dan aktifitas yang
dilakukan oleh MUI juga merupakan bidang tugas dan tanggungjawab pemerintah,
khususnya dalam hal ini Departemen Agama RI. Misalnya program pembinaan masyarakat
Islam, pengiriman da’i di daerah terpencil,  Pendidikan Kader Ulama, sertifikasi produk halal,
kerukunan antar umat beragama, kerukunan internal umat Islam, bimbingan fatwa, dsb.

”Oleh karenanya, kerjasama dan saling memahami posisi masing-masing antara MUI dan
pemerintah, terutama jajaran Departemen Agama, merupakan suatu hal yang tidak
terhindarkan. Bukan saja di tingkat pusat tapi juga di tingkat provinsi dan kabupaten/kota,”
katanya. (ws).
MoU MUI-YAMP, untuk Kemajuan Syiar Islam
16 Dec 2009

TEPAT 8 Desember 2009. sore Perjanjian Kerjasama (MoU) antara Yayasan Amal-bakti
Muslim PancasUafYAMP) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ditandatangani.
Penandatanganan dilakukan oleh Ketua YAMP dr H Sulastomo MPH dan Ketua MUI Pusat.
Dr KH Sahal Mahfudh. Acara seremonial Ini dilangsungkan di Kantor MUI Pusat. Jalan
Proklamasi. Jakarta Selatan. Hadir antaraJaln Wakil Ketua MUI KH Maruf Amin dan
Sekretaris Jenderal (Sekjen)

MUI. Drs HM Ichwan Syam, serta Sekretaris YAMP. Marsono SH. Penandatanganan
tersebut sekaligus sebagai upaya menyambung kembali tall silaturahmi yang sebelumnya
pernah terjalin diantara keduanya. Dan sebagaimana dikemukakan pimpinan kedua lembaga
tersebut, mereka menyambut Jalinan silaturah-.

mi itu dengan suka cita. "Karena dengan demikian, diharapkan syiar Islam akan dapat
tumbuh dan berkembang dengan lebih baiki," ujar i KH Sahal Mahfudh. ketika i ditanya
mengenal kerjasama tersebut.

Memang sampai sejauh Ini. balk MUI maupun YAMP belum membahas kerjasama apa yang
akan dilakukan mendesak. Jangka menengah maupun Jangka panjang. Namun begitu sekedar
untuk membedah Ingatan kita kembali tentang hubungan keduanya, ada beberapa catatan
yang dapat kita tampilkan.

Berdasarkan keterangan, Jalinan kerjasama antara YAMP dan MUI pernah dilakukan sekitar
tahun 1991 sampai tahun 1998. Yakni kerjasama dalam program pengiriman dal plus ke
daerah transmigran. Apa yang dimaksud dai plus? "Yakni seorang dai yangjuga seorang
transmigran!." Jelas Sekretaris YAMP, Marsono SH.

Dari data yang ada di YAM P. kerjasama yang terjalin sejak tahun 1991 sampai 1998 telah
berhasil mengirimkan sekitar 2.777 orang dai. Para dai tersebut tersebar di hampir semua
lokasi transmigrasi yang ada di Tanah Alr. "Ada yang di Sumatera. Kalimantan, Sulawesi
sampai dengan Papua," ujar Marsono.
Dibekali pengetahuan Sebelum para dal berangkat ke daerah tujuan (transmigrasi), mereka
terlebih dahulu dididik selama lebih kurang tiga bulan. Pendidikan para dai Ini adalah berkat
kerjasama antara Yayasan

Dharmais dengan Departemen Transmigrasi serta MUI. Mater; pendidikan yang diberikan
kepada para dal meliputi bagaimana tata cara pernikahan, mengurus Jenasah, menjadi imam
di masjid atau mushola, sampai dengan menjadi penceramah yang balk.

Pendidikan semacam Itu diberikan agar para dai benar-benar siap menjalankan tugasnya di
lokasi transmi-grasl.Memang tidak semua dai yang dikirimkan berhasil. Ada Juga yang gagal
dan kembali. Namun Jumlah yang demikian Itu relatif kecil dibanding yang tetap
menjalankan tugas dan misinya." ungkap pengurus YAMP lainnya. Setelah dididik, mereka
para dai-dikirimkan ke lokasi transmigrasi dengan biaya dari Departemen Transmigrasi.
Pertanyaannya lantas apa yang diambil YAMP dalam pengiriman dai tersebut? "Nah. YAMP
Ini menyiapkan atau menyediakan honor bagi para dai. Waktu Itu. tahun 1991-sam-pal 1998.
setiap bulan kita kasih honor RplOO ribu," ujar pengurus YAMP tadi.

Namun uang itu dibayarkan setiap Uga bulan sekali. Jadi setiap tiga bulan mereka akan
menerima honor sekitar Rp300 ribu. Disamping honor, untuk menunjang kegiatan para dai
tersebut. YAMP menyediakan sepeda ontel. Jumlah sepeda ontel yang telah dihibahkan
kepada para dai sebanyak 3.000 buah. "Dengan adanya sepeda maka para dai semakin lancar
melaksanakan tugasnya," Jelas Marsono.

Pertanyaannya adalah apakah kerjasama semacam Itu yang nantinya akan dibangun lagi
bersama MUI?"Klta terus terang saja sampai saat Ini belum tahu, karena belum ada
pembicaraan lebih lanjut Draft rencana memang sudah ada, tetapi mana yang harus
didahulukan kita belum tahu. Jadi ya. kita tunggu saja nanti. Mas tegas Marsono.

Lepas dari apa pun bentuk kerjasama yang akan dibangun keduanya, yang pasti dan Jelas
adalah semua Itu demi tegak serta berkembangnya syiar Islam di Indonesia. Karena Itu sudah
sewajarnya Jika kita support terus perjuangan YAMP dan kerjasamanya dengan lembaga lain,
termasuk MUI. (arief turatno)
Dapat Sertifikat Syariah, K-Link Semakin Optimis

Selasa, 22 Juni 2010 03:21

MUI-Online, Jakarta. Selaku pelaku bisnis MLM syariah, Presiden Direktur PT K-Link
Nusantara, Dr. H. Mohamad Radzi Saleh memprediksi bahwa lisensi MLM Syariah yang
dikantonginya, akan berdampak besar bagi peningkatan kinerja perusahaannya.

Radzi optimis jumlah member dan omset produk-produk K-Link Indonesia akan meningkat
pesat. Pada tahun 2010 ini saja jumlah member K-Link Indonesia tercatat telah mencapai 2
juta orang dengan perputaran omset rat-rata tidak kurang dari 100 Milyar rupiah per bulan.

Optimisme tersebut, menurut Radzi tidak berlebihan, karena adanya kepastian bahwa produk
yang diperdagangkan halal dan prinsip usahanya tidak eksploitatif. Untuk memastikan bahwa
prinsip usahanya sesuai syariah Islam, K-Link Indonesia telah membentuk Dewan Pengawas
Syariah (DPS) yang di dalamnya beranggotakan para ulama yang direkomendasikan oleh
Dewan Syariah Nasional MUI. Tugas dari DPS adalah mengawasi aspek syariah dari
perusahaan K-Link Indonesia.

Sampai saat ini, K-Link telah memiliki lebih dari 30 produk makanan dan minuman
kesehatan, assesories kesehatan serta kosmetik. Dari produk K-Link tesebut, sebagian produk
dalam negeri, sebagian yang lain produk impor.

Menurut Radzi Saleh, dalam waktu dekat selai membangun Gedung K-Link yang berlokasi di
Jl. Gatot Subroto, K-Link juga akan membangun pabrik di Indonesia. (wasik).
DAFTAR PUSTAKA

http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=85:penyikapan-
terhadap-perkembangan-pembahasan-ruu-tentangjaminan-produk-halal&catid=37:press-
realease&Itemid=57

http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=273:taushiyah-mui-
menyambut-ramadhan-tahun-1431-h&catid=37:press-realease&Itemid=57

http://mading.smklabor.sch.id/2010/07/mui-indonesia-rujukan-pusat-halal-dunia/

http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=63:indonesia-jadi-
tuan-rumah-muzakarah-cendekiawan-syariah&catid=1:berita-singkat&Itemid=50

http://news.okezone.com/read/2010/07/14/337/353037/mui-fatwakan-arah-kiblat-ke-barat-laut

http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129:memperkokoh-
hubungan-ulama-dan-umara-untuk-kemajuan-bangsa&catid=1:berita-singkat&Itemid=50

http://bataviase.co.id/detailberita-10411181.html

http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=234:dapat-sertifikat-
syariah-k-link-semakin-optimis&catid=1:berita-singkat&Itemid=50

You might also like