You are on page 1of 75

UNDANG-UNDANG NO.

21 TAHUN 1997
tentang
BEA PEROLEHAN HAK ATAS
TANAH DAN BANGUNAN
Sebagaimana telah Diubah dengan
UNDANG-UNDANG NO.20 TAHUN 2000

disampaikan pada :
Property Law Training, Jakarta 9 Agustus 2006

Maizar Anwar
Direktur PBB & BPHTB-Ditjen Pajak

1
ORDONANSI BEA BALIK NAMA
Stbl. 1924 No. 291

Dipungut antara lain atas Objek Pajak :


pemindahan hak atas harta harta tetap
tetap (hak-hak kebendaan atas tanah,
yang pemindahan haknya
termasuk pewarisan dan dilakukan dengan akta)
hibah wasiat
 kecuali : Hak Agraris Eigendom
(Pasal 51 ayat 7 Ind. Staatsregeling)

 Objeknya terbatas pada hak-hak atas


tanah dengan titel hukum barat
2
Ordonansi UUPA
1924 / 291 UU No. 5/1960

(Objek pajaknya terbatas (tidak mengenal hak-hak


pada hak-hak atas tanah sebagaimana dimaksud
dengan titel hukum barat) dalam Ordonansi 1924 / 291)

Tidak dapat dipungut sejak th. 1961 s/d sekarang

UU BPHTB

3
UUPA
UU No. 5/1960

PP 10/1961 yang telah diganti dgn PP 24/1997


(Peraturan pelaksanaan UUPA)

Hak-hak atas tanah dengan titel hukum


barat dihapus

Ordonansi BBN 1924 No. 291 atas tanah


tidak dapat dipungut

UU BPHTB
4
Dasar Pemungutan BPHTB

Tanah

Memenuhi kebutuhan Komoditas Alat investasi yg


dasar untuk papan strategis menguntungkan

keuntungan ekonomis bagi yang


memperoleh hak atas tanah

kontribusi kepada Negara dengan membayar BPHTB

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 5


Prinsip-prinsip yang diatur
dalam UU BPHTB
 Pemenuhan kewajiban berdasarkan sistem “Self Assessment”.
 Tarif sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak
(NPOPKP).
 Pengenaan sanksi terhadap Wajib Pajak dan pejabat-pejabat umum
yang melanggar ketentuan atau tidak melaksanakan kewajibannya.
 Penerimaan BPHTB merupakan penerimaan Negara yang
seluruhnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
 Semua pungutan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan
di luar ketentuan UU ini tidak diperkenankan.

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 6


OBJEK PAJAK
Pasal 2

PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

G Pemindahan Hak
A Pemberian Hak Baru
Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 7
Jenis Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
Pasal 2 ayat (2)
 Pemindahan Hak, karena :
ujual beli; v tukar-menukar;
whibah; x hibah wasiat;
5. waris
zpemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya;
{pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
|penunjukan pembeli dalam lelang;
}putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap
10. penggabungan usaha 12. pemekaran usaha
11. peleburan usaha 13. hadiah.

 Pemberian Hak Baru, karena :


 kelanjutan pelepasan hak;
 di luar pelepasan hak.

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 8


Jenis hak-hak atas tanah
Pasal 2 ayat (3)

 hak milik
 hak guna usaha Diatur dlm UUPA
 hak guna bangunan (UU No. 5 / 1960)
 hak pakai
 hak milik atas satuan Diatur dalam
rumah susun UU Rumah Susun
(UU No. 16 / 1985)
 hak pengelolaan
Diatur dlm PP No.
48 Tahun 1983
Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 9
Objek Pajak
yang tidak dikenakan BPHTB
Pasal 3 ayat (1)
Objek Pajak yang diperoleh :
 Perwakilan diplomatik (asas timbal balik)
 Negara untuk kepentingan umum
 Badan / perwakilan organisasi internasional
 orang pribadi/badan karena konversi hak / perbuatan
hukum lain tanpa perubahan nama
 karena wakaf
 untuk kepentingan ibadah

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 10


OP yang diperoleh karena waris, hibah wasiat dan
pemberian hak pengelolaan diatur dengan PP
Pasal 3 ayat (2)

Pengenaan BPHTB karena Pengenaan BPHTB karena


waris dan hibah wasiat, Pemberian hak pengelolaan
(PP 111 Thn 2000) (PP 112 Thn 2000)

 saat pewaris meninggal dunia pada hakikatnya


telah terjadi pemindahan hak dari pewaris
kepada ahli waris
 mengingat ahli waris memperoleh hak secara  hak pengelolaan merupakan hak
cuma-cuma, maka adalah wajar apabila menguasai dari negara atas tanah
perolehan hak karena waris termasuk objek yang sebagian kewenangannya
pajak dilimpahkan kepada pemegang
 hibah wasiat merupakan penetapan wasiat yg haknya
khusus yg berlaku pada saat pemberi wasiat
meninggal dunia
 pada umumnya penerima hibah wasiat adalah
orang pribadi yg masih dalam hubungan
keluarga yg tidak mampu atau badan sebagai
penghargaan

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 11


SUBJEK PAJAK (Pasal 4)
“Orang pribadi atau badan yang
memperoleh hak atas tanah dan
atau bangunan”

dikenakan kewajiban membayar pajak

Wajib Pajak
12
TARIF PAJAK
Pasal 5

Untuk kesederhanaan dan kemudahan


penghitungan pajak

Tarif Tunggal

5%

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 13


DASAR PENGENAAN
Pasal 6

Nilai Perolehan Objek Pajak


(NPOP)

Apabila NPOP tidak


diketahui atau lebih
Harga rendah dari NJOP PBB
Transaksi Nilai Pasar

- jual beli - tukar-menukar


- penunjukan pembeli - hibah
dlm lelang - pemberian hak baru, dll NJOP PBB
Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 14
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena
Pajak (NPOPTKP)
Pa s a l 7

Ditetapkan secara regional oleh Kakanwil DJP


dengan mempertimbangkan pendapat Pemda dan
perkembangan perekonomian daerah
paling banyak
Rp 300.000.000,00 paling banyak
untuk waris atau hibah wasiat Rp 60.000.000,00
yang diterima orang pribadi untuk lainnya
dalam hubungan keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus
satu derajat ke atas atau ke bawah,
termasuk suami/istri

Dapat
Dapat diubah
diubah dengan
dengan PP
PP
Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 15
Cara Penghitungan Pajak
Pasal 8

BPHTB = ( NPOP - NPOPTKP ) x Tarif

atau
bila NJOP digunakan sebagai dasar pengenaan :

BPHTB = ( NJOP - NPOPTKP ) x Tarif

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 16


Saat Pajak Terutang ( Pasal 9 )
 jual beli
 tukar-menukar
 hibah
 pemasukan dlm perseroan/
badan hukum lainnya sejak tgl dibuat
 pemisahan hak yang dan ditandatanganinya
mengakibatkan peralihan akta
 hadiah
 penggabungan usaha
 peleburan usaha
 pemekaran usaha
sejak tgl penunjukan
 lelang pemenang lelang

 putusan hakim sejak tgl putusan


pengadilan yg tetap
 waris
 hibah wasiat sejak tgl pendaftaran hak

 pemberian hak baru sbg sejak tgl diterbitkannya


kelanjutan pelepasan hak surat keputusan
& di luar pelepasan hak pemberian hak

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 17


TEMPAT TERUTANG
PAJAK
Pasal 9 ayat 2

Di Wilayah:
1. Kabupaten
2. Kota
3. Propinsi

Yang meliputi letak tanah


dan atau bangunan

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 18


PEMBAYARAN PAJAK TERUTANG
( Pasal 10 )

Dibayar ke Kas
Negara melalui
Wajib Pajak wajib Kantor Pos dan
membayar pajak atau Bank
yang terutang BUMN atau
dengan tidak Bank BUMD
mendasarkan atau tempat
pada adanya pembayaran lain
surat ketetapan yang ditunjuk
oleh Menteri
Keuangan

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 19


Surat Ketetapan BPHTB Kurang Bayar
( SKBKB )
Dalam jk. waktu Pasal 11
5 tahun
berdasarkan hasil
pemeriksaan/
keterangan lain
SK B
KB

Dasar WAJIB
penagihan PAJAK
pajak (Pasal 14)
kurang + bunga 2% / bln.
dibayar maks. 24 bln
sejak saat pajak
FISKUS terutang s.d.
diterbitkan SKBKB
Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 20
Surat Ketetapan BPHTB
Kurang Bayar Tambahan ( SKBKBT )
Pasal 12
Dalam jk. waktu + kenaikan 100%
5 tahun kecuali WP melapor
berdasarkan hasil sebelum
pemeriksaan pemeriksaan

SKB SKB
KB KBT

Dasar WAJIB
penagihan PAJAK
(Pasal 14)

NOVUM
FISKUS

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 21


Surat Tagihan BPHTB ( STB )
Pasal 13

menagih pajak yang


tidak/kurang dibayar + bunga
STB 2% / bln.
DJP

maks 24 bln
menagih pajak yang sejak saat
kurang dibayar karena pajak
salah tulis/hitung terutang
pada SSB

menagih sanksi adm.


berupa bunga dan/atau
denda

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 22


K E B E RATAN
Pasal 16

SKBKBT

SKBLB
SKBKB
SKBN
KEPUTUSAN
- Ditolak
- Diterima
maks 3 bln - Menambah
maks (Pasal 17)
sejak diteri-
12 bln
manya skp

WAJIB PAJAK DIRJEN PAJAK

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 23


Banding
Surat
Pasal 18
Keputusan
Keberatan maks. 3 bln sejak
SK Keberatan
diterima
Banding

BADAN PENGADILAN
WAJIB PAJAK PAJAK
(Menolak)

Apabila SK Keberatan menambah


jumlah pajak terutang
(merupakan dasar penagihan) PEMBAYARAN

WAJIB PAJAK Pasal 14


(Menerima)

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 24


KEBERATAN/BANDING
YANG DITERIMA
Pasal 19

kelebihan pembayaran pajak


dikembalikan dengan ditambah
imbalan bunga sebesar 2%
Keberatan sebulan untuk jangka waktu
paling lama 24 bulan dihitung
diterima sejak tanggal pembayaran yang
Banding menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak sampai
dengan diterbitkannya
Keputusan Keberatan atau
Putusan Banding

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 25


PENGURANGAN
Pasal 20
Atas permohonan WP,
pengurangan pajak
dapat diberikan karena :

Kondisi tertentu WP Kondisi WP yang ada


yang ada hubungannya hubungannya dengan
dengan OP sebab-sebab tertentu

Tanah dan atau bangunan yang


digunakan untuk kepentingan sosial
atau pendidikan yang semata-mata
tidak untuk mencari keuntungan

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 26


Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pasal 21

karena permohonan WP,


karena pengajuan antara lain dalam hal:
pengurangan yang - kelebihan bayar
diterima - terlanjur bayar tetapi
perolehan haknya batal
karena Keberatan/
Banding yang
SKBLB
dikabulkan sebagian dilakukan pemeriksaan
atau seluruhnya (Pasal 22)

SKBLB SKBLB
+ bunga 2%/bln + bunga 2%/bln SKBN
maks. 24 bln. apabila pengembalian
(Pasal 19) lewat 2 bln (Ps. 22)
Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 27
Pembagian Hasil Penerimaan
Pasal 23
 BPHTB merupakan pajak pusat yang hasilnya dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan imbangan
20% untuk Pemerintah Pusat 80% untuk Pemerintah Daerah.
 Bagian penerimaan Pemerintah Pusat dibagikan kepada
seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota secara merata.
 80% bagian penerimaan Pemerintah Daerah dibagi dengan
imbangan 20% untuk Pemerintah Propinsi dan 80% untuk
Pemerintah Kabupaten/Kota.

Prop
Kab/Kt

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 28


Ketentuan Bagi Pejabat
Pasal 24
Syarat :

Bukti
Pem-
bayaran
BPHTB
PPAT/Notaris/Pejabat Lelang - Penandatanganan Akta/
Kakan Pertanahan Kab/Kota Risalah Lelang
- Pendaftaran hak/peralihan hak

Sanksi (Pasal 26):


PPAT/Notaris/Pejabat lelang = Denda Rp 7,5 juta
Kakan Pertanahan Kab/Kota = PP 30/1980

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 29


Kewajiban Melapor Bagi Pejabat
Pasal 25
PPAT/Notaris/
Kepala KLN

Batas waktu pelaporan


kepada Ditjen Pajak

Pembuatan Akta/
Risalah Lelang
Tgl. 10

Bulan ini Bulan berikutnya

Sanksi (Pasal 26):


Lewat waktu denda Rp250
ribu
untuk setiap laporan
Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 30
Ketentuan Penutup
Pasal 27

Dengan berlakunya UU BPHTB


(1 Januari 1998) Ditunda menjadi
Tgl 1 Juli 1998

Ordonansi BBN Stbl. 1924 No. 291 beserta perubahannya,


sepanjang mengenai pungutan BBN atas pemindahan
harta tetap yang berupa tanah dan/atau bangunan
dinyatakan tidak berlaku

Ketentuan pengenaan pajak atas akta


pendaftaran dan pemindahan kapal
berdasar Ordonansi BBN Stbl. 1924 No. 291
masih tetap berlaku

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 31


Pasal 27A
 Terhadap hal-hal yang tidak diatur dalam UU
BPHTB, berlaku ketentuan dalam UU KUP.
 Dengan berlakunya UU No 20 Th 2000, peraturan
pelaksanaan yang telah ada di bidang BPHTB
berdasarkan UU No 21 Tahun 1997 tentang
BPHTB tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dan belum diatur dengan peraturan
pelaksanaan yang baru.

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 32


PERATURAN PELAKSANAAN UU
BPHTB
PELAKSANAAN
PERATURAN
No TENTANG ATAS UU NO.20 TH
PELAKSANAAN
2000
1 PP Nomor 34 Tahun Pelaporan atau pemberitahuan perolehan hak atas Pasal 25
1997 tanah dan atau bangunan
2 Kep.Menkeu Nomor Tata cara pelaporan atau pemberitahuan perolehan Pasal 25
636/KMK.04/2000 hak atas tanah dan bangunan
3 SKB Meneg Laporan bulanan pembuatan akta oleh PPAT dan Pasal 25
Agraria/Ka BPN dan pemberitahuan bulanan Kakan Pertanahan
Dirjen Pajak Kab/Kota
4 PP Nomor 111 Tahun Pengenaan BPHTB Karena Waris dan Hibah Pasal 3 ayat (2)
2000 Wasiat
5 PP Nomor 112 Tahun Pengenaan BPHTB Karena Pemberian Hak Pasal 3 ayat (2)
2000 Pengelolaan
6 PP Nomor 113 Tahun Penentuan Besarnya NPOPTKP BPHTB Pasal 7 ayat (2)
2000
7 Kep.Menkeu Nomor Tata Cara Penentuan Besarnya NPOPTKP BPHTB Pasal 7 ayat (2)
516/KMK.04/2000

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 33


PERATURAN PELAKSANAAN ATAS
No TENTANG
PELAKSANAAN UU NO.20 TH 2000
9 PERATURAN PELAKSANAAN
Kep.Menkeu Nomor
Pemberian
561/KMK.03/2004
Pengurangan BPHTB UU BPHTB
Pasal 20 ayat (2)

(pengganti Kep.
Menkeu Nomor
87/KMK.03/2002)
10 Kep.Menkeu Nomor Penunjukan Tempat dan Tata Cara Pembayaran Pasal 10 ayat (2) dan
517/KMK.04/2000 BPHTB ayat (3)
11 Per.Menkeu Nomor Tata Cara Pembagian Hasil Penerimaan BPHTB Pasal 23 ayat (3)
32/PMK.03/2005 antara Pemerintah Pusat dan Daerah
12 SKB Dirjen Anggaran Tata Cara Pembagian dan Penyaluran Pasal 23 ayat (3)
dan Dirjen Pajak Penerimaan BPHTB Bagian Pemerintah Pusat
13 Kep.Menkeu Nomor Pencabutan KMK No.637/KMK.04/1997 tentang Pasal 3 ayat (2)
514/KMK.04/2000 Tata Cara Pengenaan BPHTB karena Hibah
Wasiat
14 Kep.Menkeu Nomor Pencabutan KMK No.638/KMK.04/1997 tentang Pasal 3 ayat (2)
515/KMK.04/2000 Tata Cara Pengenaan BPHTB karena
Pemberian Hak Pengelolaan

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 34


PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 34 TAHUN 1997
TENTANG
PELAPORAN ATAU PEMBERITAHUAN
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH
DAN ATAU BANGUNAN

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 35


PELAPORAN ATAU PEMBERITAHUAN

PPAT/ Kepala Kantor Lelang/ Pejabat Kepala Kantor


Notaris Lelang Pertanahan Kab/Kota

PELAPORAN
PELAPORAN PEMBERITAHUAN
PEMBERITAHUAN

Pemindahan
Pemindahan Hak
Hak Pemberian
Pemberian Hak
Hak Baru
Baru

kepada
kepada Kepala
Kepala Kantor
Kantor Pelayanan
Pelayanan PBB
PBB yang
yang wilayah
wilayah kerjanya
kerjanya meliputi
meliputi letak
letak
tanah
tanah dan
dan atau
atau bangunan
bangunan
(paling
(paling lambat
lambat tanggal
tanggal 10
10 bulan
bulan berikutnya)
berikutnya)

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 36


Isi Laporan
atau Pemberitahuan

Laporan atau pemberitahuan sekurang-kurangnya memuat :


u nomor dan tanggal akta/Risalah Lelang/surat keputusan
pemberian hak;
u status hak;
u letak tanah dan atau bangunan;
u luas tanah dan bangunan;
u nomor dan tahun SPPT PBB;
u NJOP PBB
u harga transaksi atau nilai pasar;
u nama dan alamat pihak yang mengalihkan
dan yang memperoleh hak;
u tanggal dan jumlah setoran

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 37


TATA CARA PELAPORAN BAGI PEJABAT
KMK Nomor 636/KMK.04/1997

Wajib menyampaikan laporan bulanan


disertai fotokopi Surat Setoran BPHTB
(SSB)
KP PBB yang wilayah kerjanya meliputi letak
tanah dan bangunan
Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 38
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH KARENA
PEMBERIAN HAK BARU

Diberikan oleh :

Badan Pertanahan Kantor Pertanahan


Nasional/Kanwil BPN Kabupaten/Kota

Tidak melalui :
PPAT atau Kantor Lelang

Memberitahukan ke Kepala Kantor Pajak Bumi dan


Bangunan

Dengan disertai bukti SSB


Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 39
atau
Pemberitahuan

Disampaikan paling lambat tanggal 10


bulan berikutnya
Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 40
Laporan bulanan pembuatan akta oleh PPAT dan
pemberitahuan bulanan Kakan Pertanahan Kab/Kota
SKB 2 TAHUN 1998 / KEP-179/PJ./1998

POKOK-POKOK YANG DIATUR :


v Penyeragaman jenis dan bentuk laporan pembuatan akta oleh PPAT
dan pemberitahuan bulanan Kakan Pertanahan
v Laporan bulanan pembuatan akta oleh PPAT menggunakan formulir
khusus (telah ditentukan)
v Laporan bulanan PPAT disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya kepada Ka Kantor Pertanahan, Kakanwil BPN, Ka
KPPBB, Ka KPP
v Instruksi kepada Kepala KPPBB dan KPP
v Instruksi kepada Kepala Kantor Pertanahan Kab/Kota
v Instruksi kepada Kepala Kanwil BPN

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 41


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 111 TAHUN 2000
TENTANG
PENGENAAN BEA PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN BANGUNAN
KARENA WARIS DAN HIBAH WASIAT

wasiat
i b a h
h
waris

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 42


Perolehan hak karena
WARIS dan HIBAH WASIAT
Perolehan hak karena waris adalah perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan oleh ahli waris dari pewaris, yang berlaku setelah pewaris
meninggal dunia

Perolehan hak karena hibah wasiat adalah perolehan hak atas tanah dan
atau bangunan oleh orang pribadi atau badan dari pemberi hibah
wasiat, yang berlaku setelah pemberi hibah wasiat meninggal dunia

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 43


Pengenaan

Perolehan hak karena waris


dan hibah wasiat dikenakan
sebesar 50% dari BPHTB yang
seharusnya terutang.
50 %

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 44


Saat Terutang

Saat terutang BPHTB karena waris dan hibah wasiat


adalah sejak yang bersangkutan mendaftarkan
perolehan haknya ke Kantor Pertanahan Kabupaten/
Kota berdasarkan :
ü Putusan Hakim/Penetapan Hakim/Ketua Pengadilan
ttg pembagian waris
ü Akta PPAT ttg hibah oleh pelaksana wasiat a.n.
pemberi hibah wasiat
ü Akta pembagian waris

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 45


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 112 TAHUN 2000
TENTANG
PENGENAAN BEA PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN BANGUNAN
KARENA PEMBERIAN HAK PENGELOLAAN
SK
Ha
Peng k
elolaa
n

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 46


HAK PENGELOLAAN

A dalah hak menguasai dari Negara atas tanah


yang kewenangan pelaksanaannya sebagian
dilimpahkan kepada pemegang haknya untuk :
u merencakan peruntukan dan penggunaan tanah;
u menggunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan
tugasnya;
u menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut kepada
pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak
ketiga.

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 47


Besarnya BPHTB
atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan karena
pemberian hak pengelolaan yg diterima oleh :

- Departemen,
- Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Pihak-pihak
- Pemda Prop dan Kab/Kota lainnya
- Lembaga Pemerintah lainnya, dan
- PERUM Perumnas

0% 50%

dari BPHTB yang seharusnya terutang

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 48


Saat terutangnya BPHTB atas perolehan hak
atas tanah dan atau bangunan
karena pemberian hak pengelolaan

Sejak tanggal ditandatangani dan


diterbitkannya surat keputusan
pemberian hak
SK
Hak pengelolaan sesuai
Pengelolaan
dengan peraturan
perundang-undangan
yang berlaku

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 49


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 113 TAHUN 2000
TENTANG
PENENTUAN BESARNYA NILAI PEROLEHAN
OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK
BEA PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN BANGUNAN

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 50


NPOPTKP
ditetapkan secara regional
Rp300.000.000,00

dalam hal perolehan hak karena waris, atau


hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang
Besarnya ditetapkan masih dalam hubungan keluarga sedarah
paling banyak : dalam garis keturunan lurus satu derajat ke
atas atau satu derajat ke bawah dengan
pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri

Rp60.000.000,00
dalam hal lainnya.

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 51


Besarnya NPOPTKP ditetapkan oleh Kepala
Kantor Wilayah Ditjen Pajak atas nama Menteri
Keuangan untuk setiap Kabupaten/Kota
dengan memperhatikan usulan Pemerintah Daerah

NPOPTKP dapat diubah dengan


mempertimbangkan perkembangan
perekonomian regional

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 52


KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 561/KMK.03/2004
TENTANG
PEMBERIAN PENGURANGAN
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH
DAN BANGUNAN
JO. Peraturan Dirjen Pajak-16/PJ/2005

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 53


Dapat diberikan pengurangan BPHTB dalam hal :
§ Kondisi tertentu WP yang ada hubungannya dengan
OP
§ Kondisi WP yang ada hubungannya dengan sebab-
sebab tertentu
§ Penggunaan untuk kepentingan sosial atau
pendidikan

PANTI ASUHAN

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 54


Besarnya pengurangan BPHTB :
Besarnya
No. Dalam hal Yaitu
pengurangan
a. Kondisi tertentu 1. WP orang pribadi, memperoleh hak baru 75%
Wajib Pajak melalui program pemerintah di bidang
yang ada pertanahan, tidak mampu secara ekonomis
hubungannya
2. WP badan, memperoleh hak baru selain hak 50%
dengan Objek pengelolaan, telah menguasai tanah dan
Pajak atau bangunan secara fisik > 20 th,
dibuktikan dg surat pernyataan WP dan
keterangan dari Pejabat Pemda setempat

3. WP orang pribadi memperoleh hak atas 25%


tanah dan atau bangunan RS, RSS, dan
Rumah Susun Sederhana diperoleh
langsung dari pengembang dan dibayar
secara angsuran

4. WP orang pribadi menerima hibah dari 50%


orang pribadi yang mempunyai hubungan
keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat ke atas atau satu derajat
ke bawah

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 55


Besarnya
No Dalam hal Yaitu
pengurangan
b. Kondisi 1. WP yang memperoleh hak atas tanah melalui 50%
Wajib Pajak pembelian dari hasil ganti rugi pemerintah yang
yang ada nilai ganti ruginya di bawah Nilai Jual Objek
hubunganny Pajak
a dengan 2. WP yang memperoleh hak atas tanah sebagai 50%
sebab-sebab pengganti atas tanah yang dibebaskan oleh
tertentu pemerintah untuk kepentingan umum
3. WP yang terkena dampak krisis ekonomi dan 75%
moneter yang berdampak luas pada kehidupan
perekonomian nasional sehingga WP harus
melakukan restrukturisasi usaha dan atau utang
usaha sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah
4. WP Bank Mandiri yang memperoleh hak atas 100%
tanah yang berasal dari Bank Bumi Daya, Bank
Dagang Negara, Bank Pembangunan Indonesia,
dan Bank Ekspor Impor dalam rangkaian proses
penggabungan usaha (merger)

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 56


Besarnya
No Dalam hal Yaitu
pengurangan
b. Kondisi 5. WP Badan yang melakukan Penggabungan Usaha 50%
Wajib Pajak (merger) atau Peleburan Usaha (konsolidasi)
yang ada dengan atau tanpa terlebih dahulu mengadakan
hubunganny likuidasi dan telah memperoleh keputusan
a dengan persetujuan penggabungan atau peleburan usaha
sebab-sebab dari Direktur Jenderal Pajak
tertentu 6. WP yang memperoleh hak atas tanah dan atau 50%
bangunan yang tidak berfungsi lagi seperti
semula disebabkan bencana alam atau sebab-
sebab lainnya seperti kebakaran, banjir, tanah
longsor, gempa bumi, gunung meletus, dan huru-
hara yang terjadi dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan sejak penandatanganan akta
7. WP orang pribadi Veteran, PNS, TNI, POLRI, 75%
pensiunan PNS, purnawirawan TNI,
purnawirawan POLRI atau janda/duda-nya
yang memperoleh hak atas tanah dan atau
bangunan rumah dinas pemerintah

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 57


Tambahan dalam KMK-561/KMK.03/2004

Besarnya
No Dalam hal Yaitu
pengurangan
b. Kondisi 8. WP KORPRI yang memperoleh hak atas 100%
Wajib Pajak tanah dan atau bangunan dalam rangka
yang ada pengadaan perumahan bagi anggota
hubunganny KORPRI/PNS
a dengan 9. WP Badan anak perusahaan dari perusahaan 50%
sebab-sebab asuransi dan reasuransi yang memperoleh
tertentu hak atas tanah dan atau bangunan yang
berasal dari perusahaan induknya selaku
pemegang saham tunggal tunggal sebagai
kelanjutan dari pelaksanaan KMK tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi
dan Perusahaan Reasuransi

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 58


Besarnya
No Dalam hal
pengurangan
c. Tanah dan atau bangunan digunakan untuk 50%
kepentingan sosial atau pendidikan yang semata-
mata tidak untuk mencari keuntungan, antara lain
untuk panti asuhan, panti jompo, rumah yatim piatu,
sekolah yang tidak ditujukan mencari keuntungan,
rumah sakit swasta institusi pelayanan sosial
masyarakat

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 59


Dapat menghitung
sendiri besar
pengurangan BPHTB
Wajib Pajak sebelum melakukan Wajib
pembayaran dan mengajukan
membayar BPHTB permohonan
terutang sebesar pengurangan
perhitungan setelah BPHTB
pengurangan

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 60


Siapa Yang berwenang memberikan Keputusan Pemberian
Pengurangan BPHTB ???

bagi bagi

- WP Badan terkena lainnya


dampak krisis
ekonomi dan moneter; BPHTB
- WP Bank Mandiri; dan terutang <
Rp2,5 milyar <
BPHTB Rp2,5 milyar
- WP Badan melakukan BPHTB
terutang > Rp5
merger/konsolidasi terutang < Rp5
milyar
milyar
Kepala KP PBB a.n.
Kakanwil DJP a.n. Menteri Menteri Keuangan
Dirjen Pajak a.n. Menteri
Keuangan
Keuangan

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 61


PERMOHONAN PENGURANGAN BPHTB
WP Selain :- dampak krisis ekonomi dan moneter
- Bank Mandiri
- merger/konsolidasi

- Tertulis
- Dalam bahasa Indonesia
- Disertai alasan-alasan yang jelas
- Melampirkan:
a. Fotokopi lembar 1 SSB;
b. Fotokopi SPPT PBB tahun terutang BPHTB
c. Fotokopi Akta/Risalah Lelang/Keputusan Pemberian Hak
Baru/Putusan Hakim/Sertifikat Hak atas tanah atau Hak Milik
atas Satuan Rumah Susun/Dokumen lain;
d. Fotokopi KTP/SIM/Paspor/KK/identitas lain;
e. Surat Keterangan Lurah/Kepala Desa/Ket. Lain yg terkait

1 Kepala Kantor Pelayanan PBB


paling lama 3 bulan sejak saat terutang BPHTB

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 62


PERMOHONAN PENGURANGAN BPHTB
WP
Dalam hal : - dampak krisis ekonomi dan moneter
- Bank Mandiri
- penggabungan usaha (merger)
- WP Badan menguasai secara fisik > 20 tahun
- Tertulis
- Dalam bahasa Indonesia
- Disertai alasan-alasan yang jelas
- Melampirkan:
a. SSB;
b. Fotokopi Akta Penggabungan Usaha/Akta PPAT untuk
penggabungan usaha yang didahului dengan mengadakan
likuidasi/keputusan BPPN atau bukti bahwa telah disetujui oleh
pemerintah untuk restrukturisasi usaha dan atau utang usaha.
c. Dokumen lain yg harus dipenuhi berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2 Direktur Jenderal Pajak


paling lama 3 bulan sejak saat pembayaran

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 63


Permohonan
pengurangan BPHTB

Tidak dianggap sebagai surat


Yang tidak
permohonan pengurangan
memenuhi syarat-
sehingga tidak dapat
syarat
dipertimbangkan

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 64


Keputusan Pemberian
Pengurangan BPHTB

Harus diberikan dalam waktu


paling lama 3 bulan (untuk
Kepala KP PBB), 6 bulan dapat berupa:
(untuk Dirjen Pajak) sejak
tanggal diterima permohonan
Mengabulkan
pengurangan BPHTB
seluruhnya

Mengabulkan
Jika tidak sebagian

Permohonan WP
dianggap dikabulkan menolak

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 65


KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 517/KMK.04/2000

TENTANG

PENUNJUKAN TEMPAT DAN TATA CARA


PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH
DAN BANGUNAN

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 66


TATA CARA PEMBAYARAN
TEMPAT PEMBAYARAN
(BANK/KANTOR POS PERSEPSI)

SSB
(bentuk ditetapkan
Dirjen Pajak)
Melimpahkan
WP saldo penerimaan
setiap hari Jumat
atau hari kerja
membagi saldo berikutnya
penerimaan apabila Jumat
pusat
setiap hari libur ke BO III
Rabu atau
propinsi hari kerja
berikutnya
Kab/kota apabila Rabu
libur
BANKOPERASIONAL III

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 67


TEMPAT PEMBAYARAN :
KANTOR POS/BANK (BUMN/BUMD)/TEMPAT PEMBAYARAN LAIN YANG DITUNJUK
OLEH MENKEU UNTUK MENERIMA PEMBAYARAN/PENYETORAN BPHTB DAN
MELIMPAHKAN SALDO PENERIMAAN TSB KE BANK OPERASIONAL III

BANK OPERASIONAL III :


BANK (BUMN/BUMD) YANG DITUNJUK OLEH MENKEU UNTUK MENERIMA
PEMINDAHBUKUAN SALDO PENERIMAAN BPHTB DAN MEMBAGI SALDO
PENERIMAAN TSB KE INSTANSI YANG BERHAK

Tempat pembayaran dan BO III ditunjuk oleh Dirjen Anggaran


(pelimpahan wewenang dari Menkeu) atas usulan Dirjen Pajak

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 68


SANKSI

Tempat pembayaran/BO III yang terlambat/tidak membagi/tidak


memindahbukukan saldo penerimaan sebagaimana ditentukan
dikenakan denda administrasi berupa denda 3% per bulan dari saldo
yang terlambat/tidak dibagi/tidak dipindahbukukan

Dirjen PBn a/n Menkeu MEMBERI PERINGATAN ke Tempat


Pembayaran/BO III yang melanggar ketentuan
3 x peringatan, penunjukan DICABUT

PENGAWASAN dilakukan oleh Dirjen Pajak, Dirjen Perbendaharaan


dan Gubernur BI

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 69


PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 32/PMK.03/2005
TENTANG
TATA CARA PEMBAGIAN HASIL PENERIMAAN
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH
DAN BANGUNAN
ANTARA PEMERINTAH PUSAT
DAN DAERAH

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 70


HASIL
HASIL PENERIMAAN
PENERIMAAN BPHTB
BPHTB MERUPAKAN
MERUPAKAN
PENERIMAAN
PENERIMAAN NEGARA
NEGARA

harus disetor seluruhnya ke Kas Negara

20 % 80 %
PENERIMAAN PENERIMAAN
PEMERINTAH DAERAH
PUSAT

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 71


PENERIMAAN
PENERIMAAN PEMERINTAH
PEMERINTAH DAERAH
DAERAH
(( 80%
80% ))

20 % 80 %
PEMERINTAH PEMERINTAH
PROPINSI KAB/KOTA
ybs ybs

merupakan pendapatan Daerah dan setiap tahun


anggaran dicantumkan dalam APBD
Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 72
PENERIMAAN
PENERIMAAN PEMERINTAH
PEMERINTAH PUSAT
PUSAT
(( 20%
20% ))

Dibagikan
Dibagikan kepada
kepada seluruh
seluruh Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 73


Perkembangan Penerimaan BPHTB
1998/1999 Rp. 0,309 T

2002 Rp. 1,648 T

2003 Rp. 2,1 T

2004 Rp. 3,182 T

2005 Rp. 3,214 T (APBN)

Direktorat PBB dan BPHTB- Direktorat Jenderal Pajak 74


******TERIMA
KASIH******
75

You might also like