You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta adalah
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam
masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat
banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin,
jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya
area plasenta yang terlepas.
Penyebab terbanyak kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan.
Perdarahan pada ibu hamil dibedakan atas perdarahan antepartum (perdarahan sebelum
janin lahir) dan perdarahan postpartum (setelah janin lahir). Solusio plasenta merupakan
30% dari seluruh kejadian perdarahan antepartum yang terjadi.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada
plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar
melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah
sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan
yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar
diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus
berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5%
disertai pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai penyebab
terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya
usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Dari penelitian oleh Hard dan kawan-kawan diketahui bahwa
15% dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idiopatik,

1
sampai kemudian terjadi gawat janin, perdarahan hebat, kontraksi uterus yang hebat,
hipertoni uterus yang menetap, gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal
tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.
Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat
secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio
plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan
berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan
mortalitas pada janin dan bayi baru lahir. Angka kematian janin akibat solusio plasenta
berkisar antara 50-80%.
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian
maternal di Indonesia pada tahun 1998-2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka tersebut masih cukup jauh dari tekad pemerintah yang menginginkan penurunan
angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup untuk tahun 2010.

2
BAB II
ISI

Definisi
Solutio plasenta ialah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus
uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi dalam triwulan ketiga, walaupun dapat pula
terjadi setiap sat dalam kehamilan. Apabila terjadi sebelum kehamilan 20 minggu,
mungkin akan dibuat diagnosis abortus imminens. Perdarahan yang terjadi karena
terlepasnya plasenta dapat menyelundup keluar di bawah selaput ketuban yaitu pada
solutio plasenta dengan perdarahan keluar;atau tersembunyi di belakang plasenta yaitu
pada solutio plasenta dengan perdarahan tersembunyi; atau kedua-duanya; atau
perdarahannya menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban.

Gambar 1.solutio plasenta (placenta abruption)

Klasifikasi
Menurut derajat lepasnya plasenta :
(1) solusio plasenta parsialis
bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat perlekatannya
(2) solusio plasenta totalis (komplet)
bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya

3
(3) kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba pada pemeriksaan
dalam, disebut prolapsus plasenta.
Menurut gejala klinis plasenta di bagi dalam :
(1) solusio palsenta ringan
(2) solusio plasenta sedang
(3) solusio plasenta berat.

Frekuensi
Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 diantara 50 persalinan. Di Rumah sakit
Dr.cipto Mangunkusumo antara tahun 1968-1971 solusio plasenta terjadi pada kira-kira
2,1 % dari selurh persalinan, yang terdiri dari 14% solusio plasenta sedang, dan 86 %
solusio plasenta berat. Solusio plasenta ringan jarang didiagnosis, mungkin karena
penderita selalu terlambat datang ke rumah sakit; atau tanda-tanda dan gejalanya
terlampau ringan, sehingga tidak menarik perhatian penderita maupun dokternya.

Etiologi
Kausa primer solusio plasenta belum diketahui tetapi terdapat beberapa kondisi
terkait

Ris Relatif

Faktor Risiko (%)

Bertambahnya usia dan paritas NA

Preeklamsia 2.1-4.0

Hipertensi kronik 1.8-3.0

Ketuban pecah dini 2.4-3.0

Merokok 1.4-1.9

4
Trombofilia NA

Pemakaian kokain NA

Riwayat solusio 10-25

Leiomioma uterus NA
NA = tid ak tersedia

Dikutip dari Cunningham dan Hollier (1997); data risiko dari Ananth
dkk. (1999a, 1999b) dan Kramr dkk. (1997).

• Walaupun banyak kasus berlanjut menjadi idiopathik, solusio plasenta


dihubungkan dengan hipertensive ibu, umur ibu yang lanjut, multiparitas,
penggunaan kokain, penggunaan tembakau, korioamnionitis dan trauma.
• Pasien dengan kronik hipertensi , sumperimpose preeklamsi, atau PEB
mempunyai lima kali peningkatan resiko dari solusio yang berat dibandingkan
dengan normotensive . Antihipertensi tidak menunjukan menurunan resiko
solusio plasenta pada pasien dengan hipertensi kronik
• Pasien yang merokok, resiko dari stillbirth hasil dari solusio plasenta meningkat
2,5 kali dan meningkat 40% untuk setiap pak rokok yang dikonsumsi.
• Solusio terjadi lebih sering pada plasenta yang berimplan pada uterus yang
mempunyai anomali atau mioma.

Patologi
Solusio plasenta di awali perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua kemudian
terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat ke miometrium. Akibatnya, proses
ini pada tahapnya yang paling awal memperlihatkan pembentukan hematom desidua yang
menyebabkan pemisahan, penekanan, dan akhirnya destruksi plasenta yang ada di
dekatnya. Pada tahap awal mungkin belum ada gejala klinis.
Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua mengalami rupture sehingga
menyebabkan hematom retro plasenta, yang sewaktu membesar semakin banyak

5
pembuluh darah dan plasenta yang terlepas. Bagian plasenta yang memisah dengan cepat
meluas dan mencapai tepi plasenta. Karena masih teregang oleh hasil konsepsi, uterus
tidak dapat beronntraksi untuk menjepit pembuluh darah yang robek yang memperdarahi
tempat implantasi plasenta. Darah yang keluar dapat memisahkan selaput ketuban dari
dinding uterus dan akhirnya muncul sebagai perdarahan eksternal, atau mungkin tetap
tertahan dalam uterus.

Gambar 2. plasenta normal dan solusio plasenta dengan hematom subkhorionik

Gambaran klinik
• Jumlah dari pendarahan luar bervariasi dari tidak ada sampai pendarahan yang
hebat. Jumlah pendarahan, bagaimanapun tidak berhubungan dengan keparahan
solutio
• Adanya darah pada basalis menstimulasi kontaksi uterus yang akan
mengakibatkan nyeri abdomen.
• Tingkat mortalitas fetal dan maternal bervariasi, tergantung pada lokasi dan
ukuran pendarahan.
Solutio plasenta ringan
Terjadi rupture sinus marginalis. Bila terjadi perdarahan pervaginam warna merah
kehitaman dan sedikit sekali, perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang.
Tetapi bagian-bagian janin masih teraba. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi
terus-menerus apakah akan lebih menjadi tegang lagi karena perdaraha yang berlangsung
terus-menerus.

6
Solutio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas seperempatnya tetapi belum sampai duapertiga luas
permukaannya. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan seperti pada solution plasenta
ringan atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian
disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan per vaginam tampak
sedikit, seluruh perdarahannya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telahjatuh
kedalam syok, demikian pula janinnya apabila masih hidup dalam keadaan gawat.
Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin
sukar diraba. Apabila janin masih hidup, bunyi jantungnya sukar didengar dengan
stetoskop biasa;harus stetoskop ultrasonik.tanda-tanda persalinan biasanya telah ada, dan
persalinan itu akan selesai dalam waktu 2 jam.

Solutio plasenta berat


Plasenta telah lepas lebih duapertiga luas permukaannya, terjadi tiba-tiba, ibu
syok janin meningggal. Uterus tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan
pervaginam tidak sesuai dengan keadaan syok ibu. Besar kemungkinan telah terjadi
gangguan pembekuan darah dan ginjal.

Diagnosis
Tanda dan gejala klinis solusio plasenta berat ialah sakit perut terus-menerus,
nyeri tekan pada uterus, uterus tegang terus-menerus, perdarahan pervaginam, syok,
bunyi jantung janin tidak terdengar lagi. Air ketuban mungkin telah berwarna kemerah-
merahan karena bercampur darah.
Pada solusio plasenta sedang tidak semua tanda dan gejala perut itu lebih nyata,
seperti sakit perut terus-menerus, nyeri tekan pada uterus, dan uterus tegang terus-
menerus. Akan tetapi dapat dikatakan, tanda ketegangan uterus yang terus-menerus itu
merupakan tanda satu-satunya yang selalu ada pada solusio plasenta; juga pada
solusioplasenta ringan.

7
Sering dikatakan bahwa syok yang terjadi tidak sesuai dengan banyaknya
perdarahan pervaginam. Kalau memang demikian, pasti sesuai dengan tanda dan gejala
perut yang ditemukan.
Tidak disangkal bahwa menegakkan diagnosis solusio plasenta kadang-kadang
sukar sekali, apalagi diagnosis solusio plsenta ringan. Pemeriksaan ultrasonografi sangat
membantu dalam hal keragu-raguan diagnosis solusio plasenta.

Diagnosis banding
• Plasenta previa
• Ruptura uteri

Solusio plasenta Plasenta previa


1. perdarahan dengan nyeri 1. perdarahan tanpa nyeri
2. perdarahan segera disusul 2. perdarahan berulang-ulang
partus sebelum partus
3. perdarahan keluar hanya 3. perdarahan keluar banyak
sedikit
4. palpasi sukar 4. bagian depan tinggi
5. bunyi jantung anak biasanya 5. biasanya ada
tidak ada
6. pada toucher tidak teraba 6. teraba jaringan plasenta
plasenta tapi ketuban yang
terus-menerus tegang
7. ada impresi pada jaringan 7. robekan selaput marginal

Komplikasi
 Perdarahan
Tipe perdarahan :
- Perdarahan keluar
- Perdarahan tersembunyi
- Perdarahan keluar dan tersembunyi

8
 Kelainan pembekuan darah
Terjadi 10 % pada solusio plasenta dengan hipofibrinogenemia. Kadar fibrinogen
normal wanita hamil adalah berkisar antara 300 – 700 mg %. Apabila kadar
fibrinogen < 100 mg % maka akan terjadi gangguan pembekuan darah.
 Koagulopati konsumtif
Mekanisme utama yang hampir pasti berperan adalah induksi koagulasi
intravaskular.
 Gagal ginjal
Ganguan serius pada perfusi ginjal adalah konsekuensi perdarahan masif. Terapi
perdarahan secara dini dan agresif dengan darah dan kristaloid sering dapat
mencegah disfungsi ginjal secara klinis.
 Uterus Couvelair
Mungkin terjadi ektravasasi luas darah kedalam otot uterus dan dibawah lapisan
serosa otot uterus. Efusi darah semacam ini kadang juga ditemukan di bawah
serosa tuba, jaringan ikat ligamentum latum serta bebas di rongga peritoneum.
Perdarahan miometrium ini jarang sampai mengganggu kontraksi uterus dan
bukan merupakan indikasi histerektomi.
 Syok
Syok pada solusio plasenta tidak sebanding dengan jumlah perdarahannya.
Diperkirakan bahwa tromboplastin dari desidua dan plasenta masuk ke sirkulasi
ibu dan memicu koagulasi intravascular serta gambaran lain sindrom emboli
cairan amnion termasuk hipotensi.
Komplikasi fetus
• Termasuk hipoxia yang menyebabkan terhambatnya perkembangan, malformasi
yang besar, anemia, prmaturitas , gawat janin, enchelpathy iskemik hipoxia, dan
kematian.

Penatalaksanaan
1. Konservatif
Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila solusio
plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan

9
intra uterine aman.Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki
hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih
berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada
solusio plasenta yang nyata secara klinis
2. Aktif
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio
sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat dan
koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga
menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali
apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan
penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi
persalinan pervaginam.
Penatalaksanaan dari solusio plasenta tergantung dari umur kehamilan dan status
hemodinamik baik pasien dan janin
1. Standar penatalaksanaan untuk semua pasien termasuk
membentuk akses intravena dengan dua kateter ukuran besar, resusitasi cairan ,
penentuan tipe darah dan cross match, dan monitoring janin yang berkelanjutan, RhO
(D) Imunoglobulin sebaiknya diberikan pada idividu Rh negatif
Sebagai tambahan, vital sign ibu sebaiknya diperiksa secara berkala. Folley kateter
sebaiknya dipasang untuk memonitor urin output, yang sebaiknya lebih dari 0,5
sampai 1,0 mL/kg/jam
2. Jika kehamilan aterm, hemodinamik ibu dan janin stabilitas
• Seseorang merencanakan kelahiran pervagina dengan
SC direncanakan sebagai indukasi obstetrik yang biasanya
• Jika pasien tidak menunjukan tanda tanda persalinan,
induksi persalinan sebaiknya diawali
• Serial hematokrit, evaluasi koagulasi, elektroda kepala
janin, dan kateter tekanan intra uterin untuk memonitor pola his diperlukan
3. Jika kehamilan aterm, , hemodinamik ibu dan janin tidak stabil
• Resusitasi cairan yang agresif sebaiknya dilakukan seperti transfusi PRC,
dan trombosit yang sesuai.

10
• Tujuan termasuk peningkatan kadar fibrinogenlebih dari 150 mg/dL, Ht
lebih besar dari 25% dan trombosit lebih dari 60.000/AµL.
• Jika stabilisasi ibu tercapai , SC dapat dilakukan , kecuali partus pervagina
sudah dekat
4. Kehamilan preterm, Hemodinamik ibu dan janin stabil. 82% pasien yang usia
kehamilannya kurang dari 20 mgg dapat ditunggu untuk persalinan aterm walaupun
adanya bukti solusio plasenta
Hanya 27% pasien yang ada setelah 20 minggu kehamilan yang akan mengalami
persalinan aterm
• Preterm, Tidak ada tanda persalinan. Pasien ini sebaiknya diikuti dengan
pemriksaan USG serial untuk perkembangan janin dimulai dari kehamilan 24
minggu sebagaimana pemeriksaan janin antepartum. Steroid sebaiknya diberikan
untuk pematangan paru janin.
Jika sewaktu- waktu ketidakstabilan ibu terjadi, persalinan dapat dilakukan
setelah resusitasi yang sesuai dilaksanakan. Dipihak lain, persalinan dapat
diinduksi bila testing menunjukan tanda yang membahayakan janin.
 Pretem, adanya tanda tanda persalinan
1. Jika baik kestabilan ibu dan janin tercapai, tokolitik
dapat digunakan pada kasus ringan yang terpilih.
2. endometasin juga dihindari karena efeknya pada
fungsi trombosit
3. jika status hemodinamik ibu dan janin memburuk
persalinan sebaiknya dilakukan setelah resusitasi yang sesuai
 Kehamilan preterm, hemodinamik ibu dan
janin tidak stabil
persalinan dapat dilakukan setelah resusitasi yang benar.

Prognosis
Prognosis untuk anak pada solusio plasenta yang berat adalah buruk; kematian
anak 90%.

11
Untuk ibu solusio plasenta juga merupakan keadaan yang berbahaya tapi dengan
persediaan darah yang cukup dan management yang baik kematian di luar negeri dapat
ditekan sampai 1%.
Prognosa diantaranya bergantung pada : besarnya bagian plasenta yang terlepas,
banyaknya perdarahan, bratnya hipofibrinogenaemi, ada tidaknya toxaemi, apakah
perdarahan nampak atau tersembunyi dan lamanya ssolusio berlangsung.

12
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Solusio Plasenta merupakan bagian dari perdarahan antepartum pada kehamilan


tua. Batas teoritis antara kehamilan tua dan muda adalah 22 minggu, mengingat
kemungkinan janin hidup di luar uterus.
Pengawasan antenatal sebagai cara untuk mengetahui atau menanggulangi kasus-
kasus dengan perdarahan antepartum memegang peranan terbatas. Mengetahui faktor-
faktor predisposisi seperti umur ibu tua, multiparitas, penyakit hipertensi menahun. Pre-
Eklamsia, tali pusat pendek, tekanan pada vena cava inferior dan defesiensi asam folik.
Sehingga sebagai upaya untuk meningkatkan pengawasan terhadap kehamilan
dengan faktor disposisi solusio plasenta di RS sudah seharusnya mengetahui tolok ukur
pelayanan yaitu angka kematian janin pada kehamilan dengan solusio plasenta.

SARAN
 Sebaiknya pasangan yang ingin memiliki anak, menghindari kehamilan pada usia
tua.
 Seorang wanita yang sedang hamil sebaiknya tidak merokok.
 Jika pada kehamilan terdapat perdarahan sebaiknya langsung memeriksakan diri
ke dokter.
 Seorang wanita yang yang sedang hamil sebaiknya menghindari faktor resiko
terjadinya solusio plasenta.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi fakultas kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.


Obstetri Patologi. Edisi 1984. Bandung : Elstar offset, 1984.

Cunningham FG, et al. Obstetri Williams. Vol 1. edisi 21. Jakarta: EGC, 2005.

Mochtar R. Sinopsis Obstetri jilid 1 .edisi ke-2.Jakarta: EGC, 1998.

Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan. edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2006.

14

You might also like