You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. Jenis Praktikum

Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan golongan darah

2. Waktu Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 15 September 2010

3. Tujuan Praktikum

Mengetahui cara pemeriksaan Hb dengan metode sahli, pemeriksaan laju

endap darah dengan menggunakan westergreen, membuat preparat darah apus

yang baik, menghitung jumlah leukosit dan mengetahui cara pemeriksaan

golongan darah.

4. Dasar Teori

a) Probandus Nama: Rahmat

Umur: 19 th

b) Pemeriksaan kadar hemoglobin (metode sahli)

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan

Hb menjadi asam hematin setelah penambahan HCL 0,1 N.


Menyamakan warna larutan pada tabung pengencer dengan warna

larutan standar dengan cara ditetesi aquades sedikit demi sedikit.

c) Pemeriksaan laju endap darah

Perbandingan natrium sitrat dengan darah EDTA 1 : 4

Apabila sejumlah darah EDTA yang telah dicampur natrium sitrat

3,8% diletakan dalam tabung gelas dalam posisi tegak lurus maka sel –

sel akan mengendap, sebaliknya plasma akan bergerak ke atas. Hal ini

karena perbedaan berat jenis.

Bacalah tingginya lapisan plasma dg milimeter dan laporkanlah

angka itu sebagai laju endap darah.

d) SADT

Membuat apusan darah yang baik dengan ciri-ciri:

1. Tipis.

2. Rata.

3. Tidak terputus – putus.

4. Ekor tidak robek.

5. Bentuk seperti peluru.


e) Menghitung jumlah leukosit

Bilik hitung terbaik untuk pemeriksaan jumlah leukosit adalah

bilik hitung Neubauer Improved atau Burker karena mempunyai daerah

perhitungan yang luas.

Menghitung sel leukosit di dalam suatu larutan yang merusak sel –

sel lain dengan bilik hitung.

f) Pemeriksaan golongan darah

Digunakan untuk mentukan golongan darah seseorang. Dengan

memberi anti gen A dan anti gen B pada darah, masing-masing satu tetes.

Diaduk dengan sisi pengaduk yang berbeda. Lihatlah apakah terjadi

gumpalan atau tidak.


BAB II

Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (metode sahli)

A. Alat dan Bahan

 Alat untuk mengambil darah:

 Spuit 3 cc

 Tourniquet

 Kapas

 Alcohol 70%

 Botol penampung

 Hemometer Sahli.:

o Tabung pengencer panjang 12 cm, dinding bergaris mulai angka 2 (bawah)

s/d 22 ( atas )

o Tabung standart Hb.

o Pipet Hb dengan pipet karet panjang 12,5 terdapat angka 20 ul.

o Pipet HCL.

o Botol tempat aquadest dan HCL 0,1 N.

o Batang pengaduk ( dari kaca )

B. Cara kerja (saat praktikum)

 Masukan HCl 0,1 N ke tabung pengencer ± 5 tetes

 Hisap darah dengan pipet Hb sebabyak 20 µl, masukkan ke dalam tabung

pengencer lalu aduk


 Diamkan larutan campuran tersebut selama 1-3 menit

 Tambahkan aquades tetes demi tetes, lalu diaduk.

 Samakan warna pada tabung larutan pengencer dengan tabung standar Hb.Bila

sudsh sama maka hentikan penambahan aquades.

 Bacalah skala yang tertera pada tabung larutan pengencer sebagai hasil

pemeriksaan kadar Hb.

C. Hasil dan Pembahasan

1) Hasil

Hasil pemeriksaan kadar Hb pada praktikum kali ini adalah 11,8 gr/ml darah.Hasil

tersebut apabila dilihat berdasarkan nilai normal menurut Dacie termasuk kedalam

rendah. Karena untuk ukuran laki-laki dewasa normal adalah 12,5-18,0 gr %

2) Pembahasan

Pada pemeriksaan kadar Hb dengan menggunakan metode sahli kemungkinan

kesalahan 10% terjadi akibat keadaan alat standar Hb yang sudah pucat dan volume pipet

yang tidak tepat. Sedangkan pada pemeriksa kesalahan yang terjadi akibat perbedaan

ketajaman mata setiap orang, kurangnya intensitas cahaya, terdapat gelembung udara,

waktu kurang dari 1 menit sehingga asam hematin belum terbentuk sempurna.

Sintesis Hemoglobin

Fungsi utama eritrosit adalah membawa O2 ke jaringan dan mengembalikan

karbondioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru. Untuk mencapai pertukaran gas ini,

eritrosit mengandung protein khusus yaitu hemoglobin. Tiap eritrosit mengandung sekitar
640 juta molekul hemoglobin. Tiap molekul hemoglobin (Hb) A pada orang dewasa

normal terdiri atas empat rantai polipeptida α2 β2 , masing-masing dengan gugus hemenya

sendiri. Darah orang dewasa normal juga mengandung dua hemoglobin lain dalam

jumlah kecil, yaitu HbF dan HbA2. Keduanya juga mengandung rantai α, tetapi secara

berurutan, dengan rantai γ dan δ, selain rantai β. Sintesis heme terutama terjadi di

mitokondria melalui suatu rangkaian reaksi biokimia yang bermula dengan kondensasi

glisin dan suksinil koenzim A oleh kerja enzim kunci yang bersifat membatasi kecepatan

reaksi yaitu asam δ-aminolevulinat (ALA) sintase. Piridoksal fosfat (vitamin B6) adalah

suatu koenzim untuk reaksi ini, yang dirangsang oleh eritropoietin. Akhirnya

protoporfirin bergabung dengan besi dalam bentuk ferro (Fe2+) untuk membentuk heme.

Gambar. Struktur heme

Masing-masing molekul heme bergabung dengan satu rantai globin yang dibuat

pada poliribosom. Suatu tetramer yang terdiri dari empat rantai globin masing-masing

dengan gugus hemenya sendiri dalam suatu ”kantung” kemudian dibentuk untuk

menyusun satu molekul hemoglobin.(Hoffbrand, 2005)


Gambar. Rantai globin pada
hemoglobin dewasa normal

D. Aplikasi klinis

Anemia

Anemia merupakan berkurangnya kadar hemoglobin darah. Walaupun nilai

normal dapat bervariasi antar laboratorium, kadar hemoglobin biasanya kurang dari13,5

g/dl pada pria dewasa dan kurang dari 11,5 g/dl pada wanita dewasa. Setelah kehilangan

darah dalam jumlah banyak yang akut, tidak segera terjadi anemia karena volume darah

total berkurang. Memakan waktu sampai sehari untuk menggantikan volume plasma dan

sampai derajat anemia. Regenerasi massa hemoglobin memakan waktu yang lama.

Adaptasi utama terhadap anemia terjadi dalam sistem kardiovaskular (dengan

peningkatan volume sekuncup dan takikardia) dan pada kurva disosiasi O2 hemoglobin.

(Hoffbrand, 2005)

Gejala yang ditimbulkan biasanya nafas pendek, khususnya pada saat

berolahraga, kelemahan, letargi, palpitasi dan sakit kepala. Tanda-tanda dapat dibedakan

menjadi tanda umum dan khusus. Tanda umum meliputi kepucatan membran mukosa

yang timbul bila kadar hemoglobin kurang dari 9-10 g/dl. Sebaliknya warna kulit bukan

tanda yang dapat diandalkan. Sirkulasi yang hiperdinamik dapatr menunjukan takikardia,
nadi kuat, kardiomegali dan bising jantung aliran sistolik khususnya pada apeks.

Sedangkan pada tanda spesifik dikaitkan dengan jenis anemia tertentu misalnya

koilonikia dengan defisiensi besi, ikterus dengan anemia hemolitik lain, deformiotas

tulang dengan talasemia mayor dan anemia hemolitik kongenital lain yang berat.

(Hoffbrand, 2005)

Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)

A. Alat dan Bahan

1) Alat

 Tabung Westergreeen

 Rak Westergreen

2) Bahan

 Darah EDTA

 Larutan Natrium Sitrat 3,8%

B. Cara kerja

 Ambil Na sitrat 3,8% 0,4 ml masukan pada tabung

 Hisap darah 1,6 ml campurkan ke Na sitrat 3,8% lalu diaduk

 Hisap kembali campuran larutan dengan tabung westergreen sampai angka 0

 Diamkan padapada rak westergreen dengan posisi berdiri tegak lurus tunggu hasil

sampai 60 menit
C. Hasil dan Pembahasan

1) Hasil

Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan LED kali ini adalah 5mm/jam

2) Pembahasan

Dengan melihat nilai rujukan menurut Dacie hasil 5mm/jam maka

termasuk kedalam kategori normal. Karena nilai normal menurut Dacie untuk

laki-laki dewasa adalah 0-5 mm/jam. Sedangkan menurut westergreen adalah 0-

15mm/jam.

LED tidak spesifik untuk penyakit ataupun gangguan kesehatan tertentu.

Perlu data-data lain untuk menyimpulkan penyebab dari naiknya nilai LED. Baik

dari anamnesa meliputi keluhan dan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, serta

hasil pemeriksaan penunjang lainnya (laboratorium, rontgen, dll).

LED tinggi merupakan salah satu indikasi adanya gangguan kesehatan

dalam tubuh. Namun seseorang yang hasil pemeriksaan LED tinggi belum tentu

memiliki gangguan kesehatan. Sebaliknya seseorang yang memiliki gangguan

kesehatan bisa saja nilai hasil pemeriksaan LEDnya normal.

LED dapat meningkat pada kondisi-kondisi berikut :

1. Wanita hamil

2. Obesitas/Kegemukan

3. Kadar kolesterol yang tinggi

4. Anemia/kurang darah

5. Penyakit Tuberkulosis (TBC)


6. Gangguan pada ginjal

7. Penyakit Tiroid (kelenjar gondok)

8. Penyakit yang berhubungan dengan peradangan

9. Rhematoid Artritis, penyakit yang dapat menimbulkan peradangan dan

kerusakan sendi.

10. Demam Rematik

11. Hiperfibrinogenemia, peningkatan kadar fibrinogen (zat yang berperan dalam

pembekuan darah).

12. Multiple myeloma

Kadar LED di bawah angka normal dapat disebabkan oleh :

1. Penyakit yang berhubungan dengan gagal jantung.

2. Kadar protein dalam plasma darah rendah → bisa terjadi pada gangguan

hati/ginjal.

3. Hipotermia, suhu tubuh di bawah normal

4. Anemia sel sabit

5. Penggunaan obat anti radang jenis steroid

6. Hipofibrinogenemia, kurangnya kadar fibrinogen dalam darah

Terkadang pemeriksaan dalam medical check up tidak cukup untuk

menyimpulkan penyebab naiknya LED diperlukan pemeriksaan fisik, dan

mungkin pemeriksaan penunjang yang menjadi penyebab naiknya LED.


D. Aplikasi klinis

Pemeriksaan LED dapat digunakan untuk menilai perjalanan beberapa

penyakit seperti TBC, demam rematik, artritis (radang sendi), nefritis (radang

pada ginjal), atau kanker. Dalam hal ini pemeriksaan LED harus dilakukan secara

berulang. Bila LED cenderung meningkat daripada hasil sebelumnya, berarti

proses penyakit meluas/memburuk. Bila hasil LED menurun berarti ada proses

perbaikan. Pemeriksaan LED secara berulang juga dapat digunakan untuk

memonitor keberhasilan terapi/pengobatan


DAFTAR PUSTAKA

Moss, P.A.H, Pettit, J.E, Hoffbrand, A. V., 2005. Kapita Selekta Hematologi.

Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Sudoyo, Aru W. Et all. 2005. Ilmu penyakit dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

http://dwb4.unl.edu/chem/chem869k/chem869klinks/sickle.bwh.harvard.edu/hbsy

nthesis.html

You might also like