Professional Documents
Culture Documents
Kajian Pasar Industri Hilir Kelapa Sawit
Kajian Pasar Industri Hilir Kelapa Sawit
Pada reaksi transesterifikasi, terjadi pemindahan alkohol dari suatu ester menjadi
alkohol lain dalam proses yang sama melalui hidrolisis. Pada reaksi ini, jika suatu ester
dipecah oleh alkohol maka reaksinya disebut alkoholisis. Persamaan rekasinya adalah
sbb:
NaOCH3
RCOOR’ + ROH RCOOR’’ + R’OH
ester alkohol ester alkohol
RCOOCH2 CH2OH
NaOCH3
RCOOCH + 3 CH3OH 3 RCOCH3 + CHOH
katalis
RCOOCH2 CH2OH
Oleokimia
Produk oleokimia sangat prospektif untuk dikembangkan sebagai salah satu
jawaban kurang prospektusnya harga CPO dan PKO karena berlawanan dengan kondisi
supply-demand minyak mentah nabati yang saat ini dan di masa yang akan datang berada
dalam posisi excess supply, kesetimbangan produk oleokimia dunia justru diperkirakan
masih akan berada dalam kondisi excess demand hingga beberapa tahun mendatang.
Kondisi excess demand pada produk oleokimia ini tentu merupakan sebuah indikasi akan
prospektifnya harga komoditi tersebut.
Menurut FAO, di pasar dunia saat ini terjadi pertumbuhan demand yang stabil
atas produk-produk oleokimia dengan pertumbuhan 3% per tahunnya. Diramalkan
pertumbuhan industri oleokimia yang terbesar akan terjadi di kawasan Asia.
Pertumbuhan industri oleokimia yang diperkirakan terjadi sangat pesat di
kawasan Asia sebenarnya tidak terlepas dari pertumbuhan produksi minyak nabati (bahan
baku industri oleokimia) yang sangat tinggi di kawasan tersebut, seperti yang terlihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi minyak dan lemak dunia berdasarkan lokasi geografis (juta ton)
Rata-rata
1970 1980 1990 2000 pertumbuhan
(1960-2000)
Wilayah
Produksi % thd Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi
(juta total (juta (juta (juta (juta (juta (juta
ton) ton) ton) ton) ton) ton) ton)
North 13.3 33.17 20.6 34.05 19 23.57 22 20.95 27.27
Amerika
South 2.2 5.486 5 8.264 6.5 8.065 9.7 9.238 61.00
Amerika
Asia 8.4 20.95 13.5 22.31 24.4 30.27 39.3 37.43 53.63
Europe 7.5 18.7 9.8 16.2 17 21.09 19 18.1 40.03
USSR 5.2 12.97 5.3 8.76 6 7.444 8 7.619 29.05
All 3.5 8.728 6.3 10.41 7.7 9.553 7 6.667 17.30
others
Total 40.1 100 60.5 100 80.6 100 105 100 35.83
Sumber: FAO, 2000, diolah
Pada tahun 1960, produksi minyak dan lemak Asia baru mencapai 7.5 juta ton
(24.12% dari produksi minyak dan lemak dunia), namun kemudian produksi minyak dan
lemak nabati kawasan Asia meningkat pesat dimana produksi minyak dan lemak kawasan
ini pada tahun 1980 menjadi 8.4 juta ton (20.95% dari total produksi dunia). Peningkatan
produksi minyak dan lemak Asia selanjutnya terus mengalami peningkatan hingga pada
tahun 2000, kawasan ini telah menjadi kawasan produsen minyak dan lemak nabati
utama dunia dengan total produksi minyak dan lemak nabati mencapai 39.3 juta ton
(37.43% dari total produksi dunia). Selama kurun waktu 1960-2000, produksi minyak
dan lemak kawasan Asia telah mengalami perkembangan sebesar rata-rata 53.63% per
tahunnya ( Tabel 2).
Tabel 2. Produksi oleokimia dasar dunia berdasarkan wilayah 1988-2000, (dalam 000 ton)
Wilayah 1988 1995 2000 AAI % 1998-2000
North America 831.5 1,022.2 1,144.3 2.7
Western Europe 1,274.4 1,464.3 1,593.8 1.9
Asia 751.2 1,070.6 1,252.6 4.3
Other 212.0 265.0 310.07 3.2
Total World Natural Glycerine 3,315.1 4,122.2 2,641.7 2.8
Dengan menggunakan data-data pada Tabel 3 dan 4., prediksi produksi dan
konsumsi Fatty acid hingga tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 7 Kesetimbangan supply demand komoditi fatty acid dunia (ribu ton)
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa hingga tahun 2005, kesetimbangan supply
demand komoditi fatty acid dunia akan berada dalam kondisi excess demand. Hal ini
tentu secara otomatis menunjukkan bahwa hingga tahun 2005 akan terjadi peningkatan
harga komoditi fatty acid di pasar dunia.
Kesetimbangan supply dan demand dari fatty alcohol dunia diperkirakan dengan
berdasarkan asumsi-asumsi berikut:
1. Pertumbuhan demand fatty alcohol = 3.5% per tahun (APOLIN 2001)
2. Produksi natural fatty alcohol tahun 2000 = 0.627 juta ton (FAO, 2000)
3. Demand fatty alcohol 2000 = 1.6 juta ton (APOLIN, 2000)
4. Pertumbuhan produksi natural fatty alcohol per tahun = 4.6% (FAO, 2000)
Tabel 8. Kesetimbangan supply demand komoditi fatty alcohol dunia (dibu ton)
Dari tabel 8 terlihat bahwa komoditi fatty alcohol hingga tahun 2005 diperkirakan
juga akan berada dalam kondisi ekses demand. Hal ini tentunya merupakan indikator
yang baik akan kemungkinan peningkatan harga komoditi ini hingga tahun 2005.
No Komoditi
Produksi Ekspor Impor Produksi Ekspor Impor
(000) (000) (000) (000) (000) (000)
1 Fatty 108 106 3.98 108 60 4.4
Alcohol
2 Fatty Acid 289.6 263.09 17.4 291 99.8 18.3
3 Glycerin 50.12 8.4 0.7 - 8.5 0.8
4 Stearic Acid 51.6 46.2 1.3 52.6 46.7 1.50
Total 499.32 424.5 23.38 451.6 206.2 25
Sumber: Dit. IKHPP (diolah)
Surfaktan
Pada saat ini total produksi surfaktan anionik masih menempati peringkat
tertinggi yaitu sekitar 66% dari total produksi surfaktan dunia, sedangkan surfaktan
kationik hanya 9%, surfaktan nonionik 24% adn amfoterik kurang dari 1% (Sarney et al.,
1995). Surfaktan anionik yang paling banyak digunakan linier alkilbenzen sulfonat
(LAS) dan alkohol sulat (AS) yang terbuat dari bahan produk deterjen. Buangan produk
yang menggunakan surfaktan dari bahan sintetis minyak bumi secara alami sulit
terdegradasi.
Metil ester sulfonat diperkirakan akan menjadi salah satu surfaktan yang sangat
penting untuk tahun-tahun mendatang mengingat kebutuhan industri sabun dan deterjen
akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat. Potensi
Indonesia dalam pengembangan surfaktan MES dari minyak inti sawit (PKO) sangat
besar. Hal ini mengingat Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar
kedua di dunia setelah Malaysia dan diperkirakan pada tahun 2012 Indonesia akan
menjadi negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia dengan total produksi PKO
sebesar 1.901.445 ton/tahun (Darnoko et al., 2001). Perkembangan luas areal perkebunan
kelapa sawit dan volume produksi minyak inti sawit (PKO) dapat dilihat pada Tabel .10
dan tabel .11.
Tabel .10 Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia (1996-2002)
Luas
Tahun
PB PR Total
1996 1.146.300 738.900 1.885.200
1997 1.739.100 813.200 2.552.300
1998 1.878.100 890.500 2.768.600
2000 2.397.800 1.038.300 3.436.100
2001 2.548.900 1.093.700 3.642.600
2002 2.704.500 1.144.400 3.848.900
2003 3.143.127 1.254.847 4.397.973
Tabel 11 perkembangan volume produksi minyak inti sawit (PKO) di Indonesia (1996-
2002)
Pada Tabel 12 disajikan jumlah dan nilai impor beberapa kelompok surfaktan
Indonesia selama 5 tahun terakhir.
Tabel .12. Jumlah dan nilai impor kelompok surfaktan Indonesia selama 5 tahun terakhir.