You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skala kerja seorang Kurator Independent, khususnya Kurator Independent


seni rupa, setidaknya meliputi tugas-tugas: memilih, memilah, mempersiapkan,
menata, dan memamerkan karya seni rupa dalam suatu pameran yang representatif.
Tak hanya karya seni rupa saja yang musti diperlakukan sebegitu detail dan rumit.
Namun prosedur di atas juga ditujukan kepada seniman- seniman yang berpameran;
sebagai catatan, pemilihan seniman yang terlibat juga menguras energi tersendiri.
Dengan wilayah tugas yang begitu berat, seorang Kurator Independent dituntut
memahami seluk-beluk dan kiat sebuah pameran seni rupa yang baik. Melihat
sebuah keadaan dari kerja seorang Kurator Independent yang dituntut untuk
mengetahui berbagai macam aspek, baik itu secara umum maupun secara khusus
dari sebuah pameran yang diadakan maka seorang Kurator Independent mungkin
membutuhkan bentuk dari informasi.

Terkadang untuk membuat sebuah pertunjukan perlu adanya sebuah


perencanaan nyata, dan dalam hal ini perlu adanya sebuah bentuk bahan referensi
tersendiri, agar seorang Kurator Independent tersebut dapat mengetahui seluk –
beluk dari sebuah pameran yang akan diselenggarakan. Selain itu untuk menjadi
seorang Kurator Independent bukanlah pekerjaan yang mudah, dia haruslah
memegang seperangkat alat, antara lain adalah: 1) dapat membuat penilaian yang
baik/obyektif. 2) akurat, metodik dan mampu melihat detail detail karya dengan
tajam 3) mampu melakukan penelitian dan mengejar informasi demi akurasi data.
4) memiliki motivasi diri yang kuat. 5) bersikap terbuka dan kreatif 6) memilik cita
rasa baik dalam penyajian karya. 7) mampu bekerja dalam tim. 7) dewasa dalam
bekerjasama dengan masyarakat luas.

Dalam aspek tersebut tersirat sebuah bentukan bahwa Kurator Independent


itu adalah seorang peneliti, tetapi peneliti dalam aspek kajian sebuah pameran.
Pameran itu harus seperti apa dan harus bagaimana, selain itu seorang Kurator
Independent di indonesia rata-rata menjadi seorang kritikus juga bagi sebuah
pameran. Sungguh jelas bahwa seorang Kurator Independent memerlukan sebuah
bantuan ahli informasi untuk membuat rujukannya, dalam penyusunan dan
perencanaan pameran serta membuat sebuah tulisan tentang kritikan dari sebuah
hasil karya seni.

Pembentukan sebuah bahan rujukan dan penempatan bahan rujukan


tersebut, dalam hal ini dibutuhkan sebuah pengelolaan bahan referensi. Aspek
tersebut di hubungkan dengan dunia perpustakaan sebagai penyedia bahan referensi
atau dapat diartikan sebagai pusat informasi bagi para Kurator Independent.
Seorang Kurator Independent rata-rata memiliki banyak buku di rumahnya, itu
dikarenakan mereka sangat memerlukan sekali banyak bahan referensi. Buku
tersebut tidak hanya produksi dalam negeri tetapi produksi luar negeri, dan
terkadang ditemukan sebuah buku hasil pinjaman dari sebuah perpustakaan. Selain
itu seorang Kurator Independent memproduksi katalog, dan bahan referensinya pun
termask katalog yang diberikan dari sesama Kurator Independent. Berangkat dari
fungsi perpustakaan sendiri yaitu memberikan kemudahan bagi seorang user, maka
paradigma yang ada adalah dibutuhkannya sebuah fungsi dari sebuah perpustakaan,
agar para Kurator Independent tersebut dapat mempermudah jalur akses informasi.

Fenomena yang terungkap disini adalah sebuah bentukan kebutuhan


informasi dari sebuah profesi peneliti, dalam konteks penelitian adalah Kurator
Independent yang secara tersirat memang seorang peneliti. Memang sudah ada
beberapa Kurator Independent yang sudah berminat untuk membangun sebuah
perpustakaan di rumahnya, oleh karena itu melihat semangat dari seorang Kurator
Independent untuk mewujudkan hal tersebut maka dalam hal ini kajian budaya
masyarakat tentang perpustakaan pun dapat ditingkatkan sedikit demi sedikit. Oleh
karena itu, pemaknaan secara umum dari konsep perpustakaan pribadi ini dari
pandangan Kurator Independent dapat diperjelas dengan adanya sebuah bentuk
kajian secara teoritis, walaupun tidak terdapat kajian teoritis tentang perpustakaan
pribadi. Tidak adanya kajian secara teoritis tersebut dikarenakan menurut teori
tentang pengertian perpustakaan adalah sebuah sebuah ruangan, bagian atau sub-
bagian dari sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakkan untuk
menyimpan buku, biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu serta
digunakkan untuk anggota perpustakaan. (Sulistyo Basuki : Periodisasi
Perpustakaan Indonesia, 1991 ) dalam definisi tersebut dapat dikatakan
perpustakaan di bagi dalam 5 aspek, sedangkan dalam perpustakaan pribadi tidak
terkandung 5 aspek tersebut, tetapi banyak memiliki kesamaan dalam hal sistem
pengolahan koleksi dan fungsi dasar dari perpustakaan yaitu mempermudah
mengakses informasi.

Dalam hal ini, pemaknaan perpustakaan pribadi pun diperlukan sehingga


mendapatkan sebuah pergeseran paradigma, bahwa perpustakaan itu dapat berada di
mana saja, mau itu dalam gedung dan mempunyai susunan administrtif ataupun di
luar gedung yang tidak memiliki susunan administratif, tetapi tetap sama dalam satu
kajian yaitu fungsi perpustakaan adalah mempermudah jalur akses informasi.
Paradigma yang sedang ada saat ini ketika sebuah perpustakaan itu dibutuhkan oleh
seorang Kurator Independent, dan mereka meminta beberapa pustakawan freelance
untuk membantu membangun perpustakaan pribadi miliknya.

Dari aspek-aspek penjabaran di atas terlihat bahwa ketika sebuah keberadan


perpustakaan, dibutuhkan oleh seorang Kurator Independent, maka dampak yang
terjadi adalah dengan pembangunan perpustakaan pribadi. Atas dasar inilah maka
penulis kemudian tertarik untuk mengetahui secara lebih detail mengenai
pemaknaan fungsi perpustakaan pribadi bagi kurator independent.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah “Bagaimana makna fungsi perpustakaan pribadi bagi
seorang kurator independent?”

1.3 Fokus Penelitian


1.3.1 Bagaimanakah persepsi kurator independent terhadap dunia perpustakaan?

1.3.2 Bagaimanakah fungsi perpustakaan pribadi bagi kuratot independent ?

1.3.3 Bagaiamanakah manajemen pengelolaan perpustakaan pribadi bagi kurator


independent?

1.3.4 Bagaimanakah sistem pencarian perpustakaan pribadi bagi kurator


independent ?

1.4 Maksud dan Tujuan

1.4.1 Untuk mengetahui persepsi kurator independent terhadap dunia perpustakaan.

1.4.2 Untuk mengetahui fungsi perpustakaan pribadi bagi kurator independent.

1.4.3 Untuk mengetahui manajemen pengelolaan perpustakaan pribadi kurator


independent.

1.4.4 Untuk mengetahui sistem pencarian sebuah perpustakaan pribadi kurator


independent.

1.5 Pertanyaan peneliti

1.6 Kegunaan Penelitian


1.6.1 Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi


pengembangan ilmu informasi dan perpustakaan khususnya dalam bidang kajian
manajemen lembaga informasi serta dapat dijadikan sebuah bahan referensi untuk
penelitian yang sejenis atau yang berkaitan dengan manajemen lembaga informasi
dan perencanaan pembangunan perpustakaan dan lembaga informasi.

1.6.2 Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan, sebuah tahapan


– tahapan atau landasan awal untuk membangun sebuah perpustakaan pribadi (
home library ) yang sesuai dengan konsep mempermudah penelusuran bahan
pustaka.

1.7 Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah seorang kurator independent. Penulis


membatasi objek penelitiannya kepada seluruh kegiatan pembangunan perpustakaan
pribadi yang telah dilakukan oleh seorang kurator independent, khususnya pada
perencanaan pembangunan perpustakaan pribadi sebagai fokus masalah fungsi
perpustakaan dan yang paling penting dalam berlangsungnya proses perencanaan
pembangunan perpustakaan.

1.8 Kerangka Pemikiran

1.9 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan


deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan sebuah makna dari fungsi sebuah
perpustakaan pribadi bagi kurator independent. Menurut Issac dan Michael
(Rakhmat 2004: 22), penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau
peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji
hipotesis atau membuat prediksi.
Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian deskriptif adalah sebagai
berikut:

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang


ada.

2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek


yang berlaku.

3. Membuat perbandingan atau evaluasi.

4. Menetukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang
sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
keputusan pada waktu yang akan datang.

Penelitan deskriprtif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau


keadaan/ peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar utnuk
mengungkapkan fakta. Hasil penelitian ini menekankan pada pemberian gambaran
secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti.
Disamping mengungkapkan fakta sebagai mana adanya dilakukan juga pemberian
interprestasi yang kuat dilakukan untuk mendapatkan manfaat yang lebih luas.

Metode deskriptif merupakan salah satu ciri penelitian kualitatif (Moleong,


2006 : 11). Bogdan dan Taylor (1975 : 5) mendifinisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dengan perilaku yang dapat diamati. Dalam hal ini tidak
boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan (Moleong, 2006 :
4).
1.10 Teknik Penelitian

1. Wawancara

Yaitu melakukan percakapan dengan tujuan untuk memperoleh informasi


yang lebih lengkap dan detail bagi kepentingan penelitian. Hal ini kembali
ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985), maksud peneliti mengadakan wawancara
antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan. Peneliti melakukan
pedoman wawancara yakni berupa kegiatan tanya jawab secara langsung kepada
nara sumber untuk mendapat gambaran secara rinci. Wawancara dilakukan antara
peneliti dan informan di tempat yang telah ditentukan keduanya.

2. Observasi

Bentuk penelitian secara langsung ke lapangan dan dapat diartikan sebagai kegiatan
menggambarkan, merinci, serta memaparkan secara sistematis peristiwa yang
terjadi berdasarkan hasil pengamatan. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitan
secara langsung ke Perpustakaan pribadi seorang kurator independent dengan
mengamati setiap proses kegiatan pembangunan yang berlangsung, khususnya
dalam konteks perencanaan pembangunan, kemudian memaparkannya ke dalam
bentuk laporan hasil penelitian

1.11 Teknik analisis data

1.12 Teknik Pemeriksaan keabsahan data


1.13 Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan satu sumber data yaitu sumber data
primer. Sumber data primer (primary sources), yaitu data yang diperoleh peneliti
mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dan diperoleh secara langsung di
lapangan. Data primer adalah data atau informasi yang diperoleh secara langsung,
baik dari hasil observasi maupun dari hasil wawancara. Sumber data primer untuk
penelitian adalah seorang kurator independent Mas Agung Hujatnikajennong, dia
juga kurator di Selasar Sunaryo Art Space.

1.14 Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini berlangsung pada bulan Mei 2009 - selesai, berlokasi di rumah
kurator seni di dago pakar. Waktu penelitian dan rencana kegiatan disusun dalam
rangka usaha kegiatan sebagai berikut:

a. Pengumpulan data dilakukan sejak bulan Mei 2010, namun secara formal
penelitian ini baru dilakukan setelah ada surat izin penelitian yang dikeluarkan
oleh PD II, sejak bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juni 2010.

b. Observasi dilakukan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juni 2010

c. Pengolahan data dilakukan pada bulan juni 2010

You might also like