You are on page 1of 34

GEOMORFOLOGI

Nov-10-2008 By gentur_geo

Geomorfologi adalah merupakan salah satu bagian dari geografi yang


mempelajari tentang bentuk muka bumi, meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu
kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil sebagai
bentuk lahan (landform).
Klasifikasi Bentuk lahan antara lain adalah Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst,
Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang ada
di bawah lapisan permukaan bumi.
Pengamatan dan identifikasi bentuk lahan seperti dilakukan langsung di lapangan dengan
melakukan field trip atau dapat juga dilakukan dengan interprestasi foto udara atau
dengan Analisis Citra Satelit (ACS). Pengindraan jauh sebagai alat bantu untuk
memantau atau mengamati objek muka biumi tanpa ada sentuhan secara langsung,
anatara lain berupa foto udara atau citra satelit.
Bentang lahan akan mudah diidentifikasi dengan pandangan jarak jauh atau kalau
menggunakan foto udara atau citra satelit menggunakan skala gambar kecil. Sebaliknya
untuk bentang lahan mudah diamati dari jarak dekat atau dengan foto udara atau citra
satelit dengan skala lebih besar.
Dengan pengamatan dan analisis bentuk lahan dari foto udara akan diperoleh informasi
biofisik lainnya baik yang bersifat sebagai parameter tetap (landform, rock, soil, slope)
maupun parameter berubah (erosion, terrace, land use).
Dengan melakukan fieldtrip akan semakin dikenal betul macam bentuk lahan dilapangan,
sehingga mudah untuk mengingatnya kembali jika pernah melihat secara langsung dan
sebagai bekal memori pada saat melakukan interpretasi foto udara (IFU).
Bentuk lahan walupun mudah diamati dengan foto udara tapi perlu dilakukan pendekatan
dengan melakukan mendatangi langsung ke lapangan dalam bentuk kunjungan lapangan
(field trip). Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih memastikan unsur pembentuk
landform tersiri dari komposisi atau susunan batuan apa saja. Disamping itu dengan
survai lapangna akan diperoleh beberapa kunci interpretasi fotro udara (IFU) dari hasil
kunjungan lapangan pada berbagai bentuk lahan yang berbeda. Sehingga dengan kunci
IFU akan diperoleh analaisis bentuk lahan yang lebih lengkap yang merupakan satu
komponen penyusun bentang lahan.
Bentuk muka bumi yang kompleks telah menjadi suatu pokok bahasan tersendiri
khususnya dalam usaha pemanfaatannya. Dalam hal ini setiap bentukan lahan
mempunyai kapasitas berbeda dalam mendukung suatu usaha pemanfaatan yang tentunya
mengarah untuk tepat guna. Sehingga dengan tujuan sama yaitu bermaksud
menyederhanakan bentuk lahan permukaan bumi yang kompleks ini, maka pemahaman
mengenai ilmu geomorfologi yang mempelajari bentukan-bentukan lahan menjadi sangat
penting.
Penyederhanaan muka bumi yang kompleks ini membentuk suatu unit-unit yang
mempunyai kesamaan dalam sifat dan perwatakannya. Kesatuan sifat ini meliputi
kesamaan struktur geologis atau geomorfologis sebagai asal pembentukannya, proses
geomorfologis sebagai pemberi informasi bagaimana lahan terbentuk, dan kesan
topografis yang akan memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan lahan.
Dengan adanya informasi tersebut perencanaan penggunaan lahan secara tepat akan dapat
lebih terwujud.
Identifikasi Satuan Bentuk Lahan Marin
Kamis, Januari 07, 2010

Diterbitkan oleh ichi san

Pengaruh proses marin berlangsung intensif pada daerah pantai pesisir, khususnya pada
garis pantai di wilayah pesisir tersebut, bahkan ada diantaranya yang sampai puluhan
kilometer masuk ke pedalaman. Selain itu, berbagai proses lain seperti proses tektonik
pada masa lalu, erupsi gunung api, perubahan muka air laut, dan lain – lain sangat besar
pengaruhnya terhadap kondisi medan pantai dan pesisir beserta karakteristik lainnya.
Adakalanya proses marin di kawasan ini berkombinasi dengan proses angin (aeolin).
Medan yang terbentuk dari kombinasi dus proses ini bersifat spesifik.
Berbagai proses berlangsung di daerah pantai dan pesisir, yang tenaganya berasal dari
ombak, arus, pasang surut, tenaga tektonik, menurunnya permukaan air laut maupun
lainnya. Proses ini berpengaruh terhadap medan dan karakteristikya, serta mempengaruhi
perkembangan wilayah pantai maupun pesisir tersebut. Secara garis besar perkembangan
pantai atau pesisir secara alami dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1.
Perkembangan daratan dan 2. Penyusutan daratan.
Daerah pantai merupakan daerah yang masih terkena pengaruh dari aktifitas marin.
Berdasarkan morfologinya, daerah pantai dapat dibedakan ke dalam empat
kelompok,yaitu:
1. Daerah Pantai Bertebing Terjal
Pantai bertebing terjal di daerah tropik basah pada umumnya menunjukkan kenampakan
yang mirip dengan lereng dan lembah pengikisandi daerah pedalaman. Aktifitas pasang-
surut dan gelombang mengikis bagian tebing ini sehingga membentuk bekas-bekas abrasi
seperti: tebing (cliff), tebing bergantung (notch), rataan gelombang (platform), dan
bentuk lainnya.
2. Daerah Pantai Bergisik
Endapan pasir yang berada di daerah pantai pada umumnya memiliki lereng landai.
Kebanyakan pasirnya berasal dari daerah pedalaman yang tersangkut oleh aliran sungai,
kemudian terbawa arus laut sepanjang pantai, dan selanjutnya dihempas gelombang ke
darat. Sesuai dengan tenaga pengangkutnya, maka ukuran butir akan lebih kasar di dekat
muara sungai dan berangsur-angsur semakin halus apabila semakin menjauhi muara.
Pasir yang berasal dari bhan – bahna volkanik pada umumnya berwarna gelap(hitam atau
kelabu) sedangkan yang berasal dari koral atau batu gamping berwarna kuning atau putih.
Daerah bagian belakang dari pantai bergisik kebanyakan memiliki beting (=ridges) yang
umumnya terdiri dari beberapa jalur. Cirri ini menandakan daerah pantai yang tumbuh
dan garis pantainya relative lurus.
3. Daerah Pantai Berawa Payau
Rawa payau juga mencirikan daerah pesisir yang tumbuh. Proses sedimentasi merupakan
penyebab bertambahnya daratan pada medan ini. Material penyusun umumnya berbutir
halus dan medan ini berkembang pada lokasi yang gelombangnya kecil atau terhalang,
pada pantai yang relative dangkal. Medan ini sangat datar dan tergenang pada saat air laut
pasang.
4. Terumbu Karang
Terumbu karang terbentuk oleh aktifitas binatang karang dan jasad renik lainnya.
Menurut Bird dan Ongkosongo (1980) karang dapat tumbuh dan berkembang biak pada
kondisi sebagai berikut:
Air jernih
Suhu tidak pernah kurang dari 18ºC
 Kadar garam antara 27 s.d. 38 ppt(bagian per seribu)
Proses tektonik sering berpengaruh pula terhadap pertumbuhan terumbu karang. Cincin
karang (atol) merupakan hasil kombinasi proses aktifitas binatang karang dengan proses
tektonik yang berupa terban (subsidence).
Pada pulau karang yang terangkat dan muncul ke permukaan umumnya terdapat endapan
puing dan pasir koral di lepas pantainya. Ukuran butir puing dan pasir lebih kasar ke arah
datangnya ombak yang lebih besar dan pasir atau lebih halus kea rah membelakangi
ombak. Bagian ini kadang-kadang berselang-seling dengan lagun yang dangkal. Pada
lagun ini kadang-kadang tumbuh mangrove.
Pantai Balaikambang merupakan salah satu tempat wisata favorit di Malang tepatnya di
Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang
Malang Selatan/Bantur. Dengan kondisi alam yang bersih, Balaikambang sesuai untuk
tempat wisata keluarga. Terkadang, di tempat ini juga dipergunakan ritual agama Hindu
atau Budha, misalnya pada hari raya Nyepi.Duduk di tepi pantainya pun nyaman karena
banyak terdapat pohon Ketapang besar. Di sini pun ada dua pulau karang kecil, salah
satunya Pulau Ismaya yang memiliki pura. Saat melihatnya, serasa berada di Tanah Lot,
Bali. Pulau ini bisa diakses dari daratan utama berkat adanya jembatan beton.

This entry was posted on October 4, 2009 at 12:14 pm, and is filed under G-Fisik .
Follow any responses to this post through RSS. You can leave a response, or trackback
from your own site.
Bentang Lahan Asal Marin
Selasa, Januari 05, 2010

Diterbitkan oleh ichi san

Geomorfologi asal marin merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai.
Proses perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut.
Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah
pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam
di daerah pantai. Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan
daerah pantai juga dipengaruhi oleh:
1. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar
pantai tersebut.
3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh
tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.
4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang
alam di permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme,
pelipatan, patahan, dan sebagainya.
5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme
yang ada di laut.
Di Indonesia, pantai yang ada pada umumnya dialih fungsikan sebagai tempat wisata
yang notabene dapat membantu tingkat pendapatan suatu wilayah. Apabila masyarakat
mengetahui bahwa garis pantai bisa mengalami perubahan, maka akan muncul
pemikiran-pemikiran agar pantai tersebut tetap bisa dinikmati keindahannya meskipun
sudah mengalami perubahan.

A. PENGERTIAN DAERAH PANTAI

Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, karakteristik garis pantai dapat dibedakan


menjadi beberapa pengertian, yaitu:
1. Pantai (Shore)
Shore adalah daerah peralihan antara permukaan air tertinggi dan terendah.
Keterangan: a = permukaan air tertinggi
b = permukaan air terendah
c = shore (pantai)
2. Garis Pantai (Shoreline)
Shoreline adalah garis yang membatasi permukaan daratan dan permukaan air. Garis
batas ini selalu berubah-ubah sesuai dengan permukaan air laut. Garis pantai tertinggi
terjadi pada saat terjadi pasang naik setinggi-tingginya, sedangkan garis pantai terendah
terjadi pada saat terjadi pasang surut serendah-rendahnya.
3. Pantai Depan (Foreshore)
Foreshore adalah daerah sempit yang terdapat pada pantai yang terletak di antara garis
pasang naik tertinggi dengan garis pasang surut terendah.
4. Pantai Belakang (Backshore)
Backshore adalah bagian dari pantai yang terletak di antara pantai depan (foreshore)
dengan garis batas laut tetap (coastline). Daerah ini hanya akan tergenang air apabila
terjadi gelombang pasang yang besar. Dengan demikian daerah ini akan kering apabila
tidak terjadi gelombang pasang yang intensitasnya besar. Bentang alam seperti ini
biasanya terdapat pada daerah pantai yang terjal, misalnya di pantai selatan Pulau Jawa.
5. Pesisir (Coast) dan Garis Pesisir (Coastline)
Coast adalah daerah pantai yang tidak menentu dan cenderung meluas ke daratan.
Sedangkan coastline adalah garis batas laut yang tetap dari pesisir. Daerah pesisir ini
mempunyai kemiringan lereng yang landai dengan luas yang tidak begitu besar pada
daerah tepi pantai yang sebagian besar merupakan daerah pantai terjal.

6. Endapan Pantai (Beaches)


Beaches merupakan endapan hasil kegiatan laut yang terdapat di pantai. Menurut tempat
terjadinya, beaches ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Endapan bawah pantai depan (lower forest beach), merupakan jenis endapan yang
terdapat di bagian bawah pantai depan. Endapan ini juga merupakan hasil dari kegiatan
gelombang dan arus litoral.
b. Endapan atas pantai depan (upper foresher beach), merupakan jenis endapan pantai
yang terdapat pada bagian atas pantai depan. Endapan pantai ini terbentuk karena hasil
kegiatan gelombang.
c. Endapan pantai belakang (backshore beach), merupakan jenis endapan pantai yang
terdapat pada pantai belakang yang sempit. Endapan pantai ini merupakan gabungan dari
hasil kegiatan gelombang yang besar, aliran air dari gelombang pasang naik setinggi-
tingginya, angin, serta aliran sungai
yang membawa material batuan ke pantai belakang tersebut.

B. KLASIFIKASI PANTAI
Antara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai perbedaan.
Perbedaan dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan
gelombang dan arus laut.
Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air
mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman.
Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah permukaan air
yang sekarang. Untuk mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak
dapat dilihat dari keadaan pantainya. Naik turunnya permukaan air laut selama periode
glasial pada jaman pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang
sangat besar. Selain itu, penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman
daratan. Hal ini terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami
pengangkatan atau penurunan yang juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air
laut. Pengaruh ini sangat terlihat di daerah pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam
dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda
sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara
lain:
a. Lembah sungai yang tenggelam
Pada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan
pantainya disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang
disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya.
b. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam
Fjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords
atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari bagian
pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat,
lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini terbentuk
apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini banyak
terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami pembekuan
di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.
c. Bentuk pengendapan sungai
Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) Delta, yaitu
endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut; (2) Dataran
banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah sungai
mengalami banjir; (3) Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti segitiga,
biasanya terdapat di daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila dibandingkan
dengan delta, serta sungainya tidak bercabang-cabang.
d. Bentuk pengendapan glasial
Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.
e. Bentuk permukaan hasil diastrofisme
Bentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan), fault
line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks.
Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan dinding graben
akan langsung menjadi pantai.

f. Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api


Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu: (1) Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang
menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung ke luar; (2) Merupakan hasil kegiatan
aliran lava (lava flow), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar.

2. Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)


Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan permukaan
air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang terdapat di
lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:
a. Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkat
Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches),
pantai terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
b. Terdapatnya teras-teras gelombang
Teras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di mana
teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.
c. Terdapatnya gisik (beaches)
Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena
adanya pengangkatan dasar laut.
d. Terdapatnya laut terbuka
Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.
e. Garis pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan bentang
lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila dasar
laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis pantai yang
terbentuk akan kelihatan lurus.

3. Pantai yang Netral (Neutral shoreline)


Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya pantai
yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk
pasir, dan jenis pantai yang merupakan hasil dari sesar (patahan).

4. Pantai Majemuk (Compound shorelines)


Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti dalam
suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan
sebagainya.

C. TOPOGRAFI PANTAI
Erosi gelombang sangat mempengaruhi terjadinya garis pantai. Banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya erosi gelombang, misalnya ukuran dan kekuatan gelombang,
kemiringan lereng dan ketinggian garis pantainya, komposisi batuannya, kedalaman
airnya, serta lamanya proses tersebut berlangsung.
Apabila gelombang di laut dalam menghempas pantai yang curam, maka sebagian besar
air akan membalik kembali ke laut dan mengerosi lereng kliff tersebut dan naik dari
permukaan air yang dangkal.
1. Kekuatan Gelombang
Gelombang pasang yang menghempas pantai merupakan penyebab pengikisan
gelombang secara langsung. Bekas-bekas pengikisan gelombang tersebut menyebabkan
semakin besarnya kekuatan gelombang.
2. Kenampakan Hasil Kerja Gelombang
Seperti halnya tenaga pengikis yang lain, tenaga gelombang juga dapat menyebabkan
pengendapan selain menyebabkan pengikisan, sehingga di satu sisi menebabkan
kerusakan pantai dan di sisi yang lain akan menyebabkan berkembang atau terbentuknya
garis pantai.
Ada beberapa kenampakan bentang lahan hasil kegiatan gelombang, yaitu:
a. Goresan gelombang pantai
Bekas dari gelomang di pantai akan terlihat jelas apabila struktur batuan yang menyusun
pantai tersebut tidak seragam. Batuan yang mudah tererosi akan lebih cepat terkikis bila
dibandingkan dengan batuan yang resisten. Kenampakan ini banyak dijumpai pada pantai
yang berusia tua.
b. Pantai curam (kliff) dan teras-teras pantai
Apabila dinding pantai kliff yang tersusun dari jenis batuan yang tidak tahan erosi
dihantam gelombang yang cukup tinggi, maka batuan tersebut tidak hancur sekaligus.
Sebagian material batuan akan menumpuk di bagian bawah dan dapat mempengaruhi
kerja dari gelombang. Apabila tumpukan material tersebut mengalami pengikisan, maka
tanah pantai kliff tersebut akan mengalami longsor (landslide) secara vertikal sehingga
terbentuk teras-teras gelombang. Lebar teras gelombang itu sendiri tergantung pada
faktor-faktor penyebab erosi gelombangnya. Semakin kuat gelombangnya, maka teras-
teras gelombangnya akan bertambah lebar.
3. Kenampakan Hasil Pengendapan Gelombang
Kenampakan bentang lahan hasil pengendapan gelombang ada beberapa macam, yaitu:
a. Gisik (beach)
Gisik merupakan suatu bentuk pengendapan yang terjadi di pantai. Gisik terletak tinggi di
atas pantai belakang atau pada posisi lainnya pada pantai depan. Kadang-kadang gisik ini
terlihat seperti jembatan yang bertingkat-tingkat turun ke arah laut. Material pada gisik
ini terdiri dari kerikil yang bulat-bulat, kerikil yang kasar (gravel), dan pasir.
b. Penampang gisik yang seimbang
Apabila dalam perkembangannya pantai yang tenggelam mencapai tingkatan gisik yang
lebar dan memencarpada pantai depan, maka akan terjadi keseimbangan antara tenaga
erosi dan pengangkutan yang berasal dari gelombang dari proses pengendapan arus
bawah serta arus pantai yang lain. Apabila proses penyeimbangan ini terjadi, maka lereng
akan terlihat bertingkat-tingkat sesuai dengan arah arus ke laut. Inilah penampang
melintang pantai yang mengalami keseimbangan. Jenis pantai ini biasanya berbentuk
cembung ke atas dan bertingkat-tingkat ke arah daratan.
c. Gisik puncak (cusped beaches)
Gisik puncak ini terbentuk akibat kegiatan gelombang. Pada sisi yang mengarah ke laut
dari beberapa gisik terdapat endapan pasir, kerikil, atau batu-batu besar yang seragam. Di
bagian bawah terdapat semacam bukit kecil yang merupakan puncak gisik yang
berbentuk agak cembung.
d. Gosong pasir (offshore bars) atau penghalang (barrier)
Apabila dataran hasil kegiatan gelombang terbentuk cukup luas dan di daerah ini terjadi
proses sedimentasi yang juga luas, maka gelombang badai yang cukup besar mampu
memecah daratan dan akan membentuk semacam jembatan yang arahnya sejajar dengan
garis pantainya. Endapan yang terlihat seperti jembatan ini disebut penghalang (barrier),
ambang (bar), atau gosong pasir (offshore bars).
4. Kenampakan Hasil Arus Litoral
Arus litoral bekerja secara langsung pada permukaan tanah, terutama pada tanah atau
batuan yang lunak dan tidak kompak akan menjadi tenaga pengikis yang sangat hebat.
Hasil dari pengikisan ini akan diendapkan pada dasar air yang dalam dan hanya sebagian
saja yang ikut terbawa oleh arus. Adapun beberapa bentukan hasil kegiatan arus litoral
yaitu:
a. Ujung atau semenanjung (spits)
Arus litoral yang mencapai permukaan air yang dalam akan kehilangan tenaga angkutnya
sehingga hasil pengikisan yang dibawa akan diendapkan. Apabila material yang dibawa
arus laut semakin banyak, maka tanggulnya (embankment) akan tumbuh semakin
panjang, lebar, dan tinggi. Apabila bagian luar tanggul ini tererosi oleh gelombang, maka
material di sepanjang lerengnya akan hanyut dan akan membentuk endapan di atas
permukaan air. Apabila material yang diendapkan jumlahnya cukup banyak, maka
pertumbuhan tanggul ini akan mengarah ke laut dalam. Pengendapan material batuan di
laut dalam yang berasal dari pulau atau permukaan tanah atau daratan yang tinggi ini
disebut semenanjung (spits). Bentukan yang normal dari semenanjung ini sedikit
cembung ke arah laut.
b. Ambang yang bersambungan (connecting bars)
Ambang yang bersambung (connecting bars) ini terbentuk apabila terdapat semenanjung
yang terbentuk pada air yang bergerak cepat yang menghubungkan pulau-pulau atau
tanjung-tanjung. Kadang-kadang juga digunakan istilah ambang teluk (baybars), yaitu
ambang yang terdapat pada tanjung dan melintang di mulut teluk tersebut. Sedangkan
tombolo menunjukkan ambang yang terangkat bersamaan dengan pulau-pulau yang
mengalami pengangkatan.
c. Semenanjung yang membengkok (hook atau recuryed spits)
Apabila di laut sering terjadi gelombang badai, maka akan terjadi endapan baru. Dan
apabila pertumbuhan tersebut mengarah ke daratan, seperti kelihatan menjadi lebih atau
kurang tetap, maka akan membentuk semenanjung yang membengkok (hook atau
recurved spits).
d. Putaran (loops)
Kondisi yang berlawanan dengan terbentuknya semenanjung bengkok, maka akan
terbentuk kenampakan putaran (loops). Apabila arus litoral yang membentuk
semenanjung bengkok menyebabkan bentukan yang mengarah atau menjorok ke laut,
naka bentukan kenampakan putaran ini menjorok ke arah daratan.
D. DAUR PERKEMBANGAN GARIS PANTAI
1. Daur Perkembangan Garis Pantai yang Tenggelam
Daur perkembangan garis pantai yang tenggelam ini dapat dipengaruhi oleh erosi sungai.
Gangguan yang terjadi di kulit bumi dan topografi di sekitar garis pantai dapat
mengalami perkembangan besar. Hal ini tergantung dari keadaan batuannya, bentuk
pantainya, kekuatan gelombang dan arus lautnya, serta tingkat perkembangan atau
stadium pantainya.
Stadium atau tingkatan perkembangan garis pantai yang tenggelam itu sendiri dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a. Stadium dini atau awal (initial stage)
Pada tingkatan permulaan ini, keadaan garis pantai sangat tidak teratur. Teluk-teluknya
dalam dan dipisahkan oleh daratan.
b. Stadium muda (youthful stage)
Keadaan pantai pada stadium ini sama tidak teraturnya dengan keadaan pantai pada
stadium dini. Gelombang akan menjalar dari suatu tempat ke tempat lain di sepanjang
garis pantainya dan mengikuti keadaan litologis atau struktur batuannya.
Pada stadium muda awal (early youth) ditandai dengan terdapatnya pantai curam (cliff)
yang sangat terjal, teras-teras gelombang yang sempit di kaki pantai cliff tersebut, serta
endapan pasir. Sedangkan pada stadium muda akhir (late youth) ditandai dengan
terdapatnya gisik yang makin mengecil ke arah pantai dan jenis endapan berada di tempat
yang dalam airnya.
Gejala lain dari stadium ini yaitu terbentuknya lagoon yang terbentuk di belakang dari
ambang yang bersambungan dan gosong pasir. Lagoon atau launa atau tasik itu sendiri
yaitu laut kecil yang umumnya terdapat di tepi pantai dan bentuknya memanjang di
sepanjang pantai tersebut dan terpisah dari laut oleh daratan yang sempit.
c. Stadium dewasa (mature stage)
Pada stadium ini perkembangan pantai yang tenggelam dengan kenampakan topografinya
yang khas sudah banyak yang hilang. Pulau kecil, semenanjung, ambang yang
bersambung, dan sebagainya dapat hilang atau berpindah tempat karena pengaruh erosi
gelombang. Selain itu pada stadium ini, pantai cliff akan mengalami pelapukan yang
hebat karena pengaruh cuaca dan kemiringan lerengnya semakin landai. Demikian juga
dengan ketinggian dinding pantai di sekitar teluk yang menjadi semakin rendah karena
pengaruh angin dan sungai. Arus litoral pada stadium ini dapat menyapu hasil-hasil
endapan pantai pada jarak yang sangat jauh.
d. Stadium tua (old stage)
Karena pengaruh waktu, perkembangan garis pantai akhirnay mencapai usia tua. Hal ini
ditandai oleh semakin melemahnya tenaga erosi yang berasal dari daratan mendekati
permukaan air laut, sehingga material yang dibawa oleh gelombang dan arus laut banyak
diendapkan di sepanjang garis pantai tersebut. Bentang lahan di daerah ini kelihatan
sangat landai sekali dan merupakan dataran pantai dengan sudut kemiringan lerengnya
sangat rendah atau kecil.

2. Daur Perkembangan Garis Pantai yang Terangkat


Perkembangan garis pantai yang terangkat dapat dipengaruhi oleh kegiatan gelombang,
arus litoral, dan arus pasang surut. Selain itu, erosi sungai juga dapat mempengaruhi
perkembangan garis pantai yang terangkat tersebut.
Sebelum terangkat, sungai dapat mengerosi daratan hingga cukup dalam dan
menyebabkan terbentuknya lembah dalam stadium muda hingga stadium dewasa. Selama
dan sepanjang pengangkatan, sungai tersebut mulai melakukan pengerosian pada lembah
baru yang terbentuk di sepanjang dataran yang terangkat tersebut. Oleh karena itu,
lembah sungai yang tua sampai yang muda dapat terdapat bersama-sama di dekat laut.
Pantai yang terangkat ini dapat dibedakan lagi menjadi beberapa stadium atau tingkatan,
yaitu:
a. Stadium dini atau awal (initial stage)
Bentuk garis pantai yang asli ini seolah-olah merupakan dataran pantai laut yang
terangkat secara langsung, teratur, dan berjalan secara perlahan-lahan. Dengan demikian,
kemiringannya ke arah laut sangat kecil sekali atau landai. Kadang-kadang daerah ini
merupakan daerah pasang surut yang tergenang sewaktu terjadi pasang naik dan menjadi
kering kembali setelah berlangsungnya pasang surut. Di belakang daerah ini pada
umumnya terdapat dataran pantai yang datar dan rata.
Beberapa kenampakan yang terdapat pada pantai pada stadium ini diantaranya adalah:

1. Nip
Nip merupakan pantai kliff yang tidak seberapa curam. Hal ini disebabkan karena adanya
kegiatan gelombang pada pantai yang sedang mengalami pengangkatan.
2. Gosong lepas pantai (offshore bar)
Apabila permukaan pantai yang datar ini agak jauh tenggelam ke arah laut, maka apabila
terjadi gelombang yang cukup kuat akan memecah agak jauh dari pantai. Sekembalinya
ke laut, gelombang ini akan pecah dan mengangkut material lepas yang terdapat di dasar
air laut tersebut. Kadang-kadang pengangkutan material lepas tersebut dapat berasal dari
arah daratan karena naiknya gelombang yang cukup kuat. Proses ini kemudian
membentuk gosong lepas pantai yang agak kasar dan sejajar dengan garis pantai.
b. Stadium muda (youthful stage)
Pada stadium ini, gosong lepas pantai dan pantai nip atau pantai rusak yang asli terdiri
dari bagian dalam dan luar yang keduanya merupakan hasil pengikisan air.
Beberapa kenampakan yang dijumpai dalam stadium ini adalah:
1. Tasik (lagoon)
Tasik merupakan laut kecil yang terdapat di antara garis pantai dan gosong lepas pantai.
Apabila sungai yang bermuara di laut banyak mengangkut material batuan dari daratan,
maka tasik tersebut akan tertutup oleh material endapan tersebut, sehingga akhirnya akan
bersatu dengan pantai. Proses ini dibantu oleh kegiatan pasang-surut dan gelombang.
Selain itu proses ini dapat juga dibantu oleh angin yang membawa endapan gumuk-
gumuk pasir sehingga dapat menutupi tasik tersebut. Di Indonesia gejala-gejala seperti ini
banyak dijumpai di pantai selatan Parangtritis Yogyakarta.
2. Teluk pasang-surut (tidal inlet)
Tidal inlet merupakan teluk kecil yang terbentuk akibat kegiatan pasang-surut. Pada saat
terbentuknya gosong lepas pantai, ketinggiannya sangat bervariasi. Aliran air akibat
pasang-surut tersebut akan melalui tempat-tempat yang rendah. Apabila aliran air pasang-
surut tersebut sama atau melebihi kekuatan gelombang, maka tempat-tempat yang lebih
rendah akan terbuka. Bekas-bekas atau tempat-tempat yang terbuka inilah yang disebut
teluk pasang-surut atau tidal inlet.

3. Gosong lepas pantai yang berpindah-pindah


Jika gosong lepas pantai ini telah mencapai ukuran tertentu, maka akan menjadi sasaran
yang baik dalam pengikisan gelombang yang cukup kuat. Pada mulanya akan terbentuk
pengendapan baik ke daerah laut maupun ke arah daratan dari datangnya gelombang.
Erosi pada sisi luar dari ambang kemungkinannya membawa dasar laut ke dasar
gelombang (wave base). Dasar gelombang atau wave base merupakan kedalaman air
dimana pengaruh atau kekuatan gelombang sudah tidak terjadi lagi. Apabila ambang
berpindah-pindah ke arah daratan akan semakin kecil dan beberapa bagian yang masih
asliakan terangkut oleh arus bawah. Sebagian lagi dihanyutkan oleh gelombang ke arah
pantai. Demikian juga dengan tasik, tasik yang terdapat di belakang ambang semakin
menyempit karena tergali dari dalam dan dihapuskan.
c. Stadium dewasa ( mature stage)
Pada stadium ini, perkembangan garis pantai yang mengalami pengangkatan, tasik, rawa-
rawa, teluk pasang-surut, pantai kliff yang tidak terlalu curam, serta gosong pantai telah
banyak mengalami pengrusakan. Dalam keadaan asli, lereng yang landai serta dataran
rendah yang lembek dapat tererosi ke bawah hingga ke dasar gelombang dan pada air
dalam merupakan tenaga perusak yang sangat kuat ke arah pantai atau pantai kliff yang
landai.
d. Stadium tua (old stage)
Secara teoritis, kenampakan pantai yang terangkat pada stadium ini sama dengan stadium
dewasa. Garis pantai akan selalu terus mundur sebelum pengikisan gelombang. Hasil
pembuangan atau pengikisan dari daratan akan segera diangkut oleh arus air dan
diendapkan pada dasar laut yang dalam.

E. PROSES TERBENTUKNYA PANTAI


Tenaga yang mempengaruhi proses pembentukan pantai, baik secara langsung maupun
tidak langsung ada beberapa macam, yaitu gelombang laut, arus litoral, pasang naik dan
pasang surut, tenaga es, dan kegiatan organisme laut.
1. Gelombang Air Laut
Gelombang dapat terjadi dengan beberapa cara, misalnya longsoran tanah laut, batu yang
jatuh dari pantai curam, perahu atau kapal yang sedang lewat, gempa bumi di dasar laut,
dan lain sebagainya. Diantaranya adalah gelombang yang disebabkan oleh angin. Angin
akan berhembus dengan kencang apabila terjadi ketidakseimbangan tekanan udara.
Karena tekanan yang tidak sama di permukaan air itulah yang menyebabkan permukaan
air berombak. Adanya gelombang ini sangat penting dalam perkembangan garis pantai.
2. Arus Litoral
Selain gelombang air laut, arus litoral juga merupakan tenaga air yang sangat penting
pengaruhnya dalam pembentuka garis pantai. Pengaruh arus litoral terhadap
perkembangan garis pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tekanan atau kekuatan
angin, kekuatan gelombang laut, kedalaman air, dan bentuk pantainya. Apabila bentuk
pantainya landai dan proses pengendapannya cukup besar, maka arus litoral mempunyai
pengaruh yang sangat penting sebagai tenaga pengangkut. Pada daerah pantai yang
tersusun dari batuan yang tidak kompak, proses erosi akan bekerja sangat intensif. Jika
hasil pengendapan terangkut dari permukaan air yang dangkal menuju permukaan air
yang lebih dalam, maka arus litoral merupakan tenaga yang sangat efektif dalam proses
pengendapan di pantai.
3. Pasang Naik dan Pasang Surut
Pengaruh pasang-surut yang terpenting terhadap pembentukan pantai adalah naik-
turunnya permukaan air laut dan kekuatan gelombangnya. Apabila gelombang besar
terjadi pada saat pasang naik akan merupakan tenaga perusak yang sangat hebat di pantai.
Arus air yang ditimbulkan oleh pasang naik dan pasang surut akan bergerak melalui
permukaan terbuka dan sempit serta merupakan tenaga pengangkut endapan daratan yang
sangat intensif.
4. Tenaga Es
Pengaruh tenaga es yang terpenting yaitu adanya pengkerutan es dan pemecahan atau
pencairan es. Air yang berasal dari bawah akan naik dan mengisi celah-celah dan
akhirnya akan membeku. Apabila terjadi perubahan iklim, maka es akan mencair
sehingga permukaan airnya akan bertambah besar.
5. Organisme
Jenis binatang laut yang sangat penting dalam proses pembentukan garis pantai beserta
perubahannya salah satunya yaitu binatang karang. Binatang karang yang paling banyak
membentuk batuan karang ialah golongan polyps. Polyps merupakan jenis binatang
karang yang sangat kecil yang hidup dengan subur pada air laut yang memiliki
kedalaman antara 35-45 meter.
Jenis makhluk hidup lain yang berpengaruh pada perkembangan pantai ialah tumbuh-
tumbuhan ganggang (algae). Ganggang merupakan jenis mikro flora yang dapat
membantu pengendapan dari larutan yang mengandung kalsium karbonat menjadi
endapan kapur.
• Home
• About

Resume Mata Kuliah Ekologi Laut Tropis


BAB I. SEJARAH EKOLOGI

Manusia tertarik pada ekologi dalam cara yang praktis sejak awal sejarahnya. Di dalam
masyarakat yang primitif setiap individu, untuk hidupnya, perlu memiliki pengetahuan
yang pasti tentang lingkungannya, yakni mengenai tenaga-tenaga alam dan mengenai
tumbuhan serta binatang di sekitarnya. Ekologi mempunyai ruang lingkup seperti halnya
dalam Kendeigh (1980) yaitu sebagai berikut :
1. Distribusi dan kelimpahan setempat dan secara geografis jenis makhluk (Habitat,
Relung, Komunitas Dan Biogeografi)

2. Perubahan menurut waktu dan keberdaan, kelimpahan serta aktivitas makhluk hidup
(Musiman, Tahunan, Seksional, Seologik)

3. Saling keterkaitan antara makhluk dalam populasi serta komunitas (Ekologi Populasi)

4. Adaptasi struktural dan penyesuaian fungsional oleh makhluk terhadap lingkungan


fisik mereka (Ekologi Fisiologi)

5. Perilaku hewan terhadap kondisi alam (Ethologi)

6. Perkembangan evolusioner semua saling berkaitan (Ekologi Evolusioner)

7. Produktivitas hayati alam bagaimanakah produktivitas ini berguna paling baik bagi
kemanusiaan (Ekologi Ekosistem)

8. Perkembangan model matematik untuk menghubungkan interaksi parameter dan


membuat perkiraan mengenai pengaruh (Analisis Sistem)

Ekologi Laut Tropis

Salah satu kajian menarik yaitu kajian tentang ekologi laut tropis. Habitat air laut
(oceanic) ditandai oleh salinitas yang tinggi dengan ion Cl- mencapai 55% terutama di
daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu
laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air
yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah
termocline. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.

1. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.


2. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai
bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
3. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
4. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-
10.000 m).

Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin
ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut :

1. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar


200 m.
2. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200 1000
m. Hewannya misalnya ikan hiu.
3. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m.
Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
4. Abisal pelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak
terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu
menembus daerah ini.
5. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari
6.000m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat
mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang
bersimbiosis dengan karang tertentu.

BAB II. ADAPTASI DAN EVOLUSI

Hampir semua makhluk hidup melakukan adaptasi untuk dapat bertahan hidup, begitu
juga makhluk hidup yang ada di laut. Bentuk adaptasi sendiri lama kelamaan akan
menghasilkan suatu perubahan pada makhluk hidup yang disebut proses evolusi. Kedua
hal ini akan saling berkaitan satu sama lainnya.Berikut ini pengertian lebih mendalam
tentang adaptasi dan evolusi dalam suatu ekosistem.

Adaptasi dapat juga dinyatakan sebagai kemampuan individu untuk mengatasi keadaan
lingkunggan dan menggunakan sumber-sumber alam lebih baik untuk mempertahankan
hidupnya dalam relung (nisia, niche) yang diduduki. Organisme yang mampu beradaptasi
terhadap lingkungannya mampu untuk:

1. memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).


2. mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.
3. mempertahankan hidup dari musuh alaminya.
4. bereproduksi.
5. merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.

Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu
beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis. Bentuk-bentuk adaptasi
antara lain, adaptasi morfologi, fisiologi, tingkah laku.
Dampak dari adaptasi sendiri adalah evolusi. Teori evolusi dikembangkan berdasarkan
ide (gagasan) dan fakta-fakta seperti; fosil, keanekaragaman, homologi, ontogeni dan
sebagainya. Ada dua teori yang sangat mendasar dalam mempelajari teori evolusi.
Pertama; Teori Lamarck tentang penurunan sifat suatu individu, bahwa modifikasi yang
diperoleh suatu organisme karena adaptasi terhadap lingkungan diwariskan kepada
keturunannya. Kedua; Teori Darwin; bahwa ada 3 kenyataan dalam mengembangkan
teori evolusi; pertama; bukti fosil yang memberi petunjuk kehidupan di masa lampau;
kedua; persamaan tumbuhan dan hewan peliharaan dengan tumbuhan dan hewan liar;
ketiga; setiap spesies cenderung untuk bertambah, sehingga timbul persaingan untuk
mempertahankan keberadaan.

BAB III. HABITAT, RELUNG (NICHE)

Pada dasarnya makhluk hidup secara alamiah akan memilih habitat dan relung
ekologinya sesuai dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal, tumbuh
berkembang dan melaksanakan fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan kondisi
lingkungan (misalnya di laut), nutrien, dan interaksi antara makhluk hidup yang ada.
Relung ekologi bukan konsep yang sederhana, melainkan konsep yang kompleks yang
berkaitan dengan konsep populasi dan komunitas. Relung ekologi merupakan peranan
total dari semua makhluk hidup dalam komunitasnya.

Suksesi

Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau
ekosistem, suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang
menuju ekosistem seimbang. Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu
bentuk komunitas klimaks Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis
atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan
komponennya dan dapat bertahan dan berbagai perubahan dalam sistem secara
keseluruhan. Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam
suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.

Lalu proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada
daerah hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun. Coba kalian
bandingkan kejadian suksesi pada daerah yang ekstrim (misalnya di puncak gunung atau
daerah yang sangat kering). Pada daerah tersebut proses suksesi dapat mencapai ribuan
tahun.

BAB IV. SIKLUS BIOGEOKIMIA

Di laut terdapat nutrien sebagai sumber makanan bagi biota laut,seperti nitrogen, fosfor,
silikat, karbon, dan oksigen. Ketersediaan nutrien tadi menjadi salah satu faktor pembatas
bagi organisme di laut dikarenakan jumlahnya yang terbatas. Keterbatasan tadi
dikarenakan siklus biogeokomia dari nutrien-nutrien tersebut yang melibatkan komponen
biotik dan abiotik. Siklus biogeokimia terdiri dari beberapa macam siklus ,siklus-silkus
tersebut antara lain silkus air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, siklus fosfor,
dan siklus sulfur. Tetapi bahasan yang akan kita bahas adalah hanya 3 macam siklus
yaitu, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus fosfor.

1. Siklus karbon dan oksigen

Sumber-sumber CO2 di atmosfer berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi
vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik.Di ekosistem air, pertukaran CO2
dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air
membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah
sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan
organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka
keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan
jumlah CO2 di air.

Pada atmosfer proses


timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab atas perubahan dan
pergerakan utama siklus karbon. Naik turunnya CO2 dan O2 atsmosfer secara musiman
disebabkan oleh penurunan aktivitas Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya CO2
dan O2 ke atmosfer melalui proses respirasi yang mnghasilkan CO2 dan proses
fotosintesis yang menghasilkan oksigen..

Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih banyak lagi CO2
ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer meningkat. CO2 dan O2 atmosfer
juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem akuatik, dimana CO2 dan O2 terlibat
dalam suatu keseimbangan dinamis dengan bentuk bahan anorganik lainnya.

2. Siklus Nitrogen

Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein, dan asam
nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan nitrat

Siklus Nitrogen adalah transfer nitrogen yang melibatkan komponen biotik dan abiotik,
proses awalnya adalah nitrogen yang ada di atmosfer ditransfer ke dalam tanah melalui
hujan secara tidak langsung dan fiksasi nitrogen secara langsung. Fiksasi nitrogen secara
biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-
polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air
juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.

Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah
menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai
merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air
(NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah
amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrit dan nitrat oleh Nitrobacter. Apabila
oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen
atau oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi.
3. Siklus Fosfor

Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan
dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Herbivora mendapatkan
fosfat dari tumbuhan yang dimakannya dan karnivora mendapatkan fosfat dari herbivora
yang dimakannya. Seluruh hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan feses. Selain itu
hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat
anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan
mengendap di sedimen laut. Sehingga, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil.
Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah
dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap dari air tanah oleh akar tumbuhan
lagi. Siklus ini berulang terus menerus.

BAB V. PENGELOLAAN SUMBER DAYA WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN


SECARA TERPADU

A.Wilayah Pesisir

Wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih
terkena pengaruh percikan air laut atau pasang, dan ke arah laut meliputi daerah papaan
benuaPerencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Sektoral: oleh satu instansi
pemerintah untuk tujuan tertentu misal perikanan, konflik kepentingan Perencanaan
Terpadu: mengkoordinasikan mengarahkan berbagai aktivitas kegiatan. Terprogram
untuk tujuan keharmonisan, optimal antara kepentingan lingkungan, pembangunan
ekonomi dan keterlibatan masyarakat, pengaturan tataruang.

B. Kerusakan Pesisir

Beberapa kerusakan yang telah terjadi di wilayah pesisir adalah :

1. Laju sedimentasi menyebabkan pendangkalan,


2. Konversi mangrove menjadi tambak udang, menjadi bahan bakar dan arang
3. Penambangan,Pembangunan pantai (pemukiman), perkebunan (kelapa sawit) dan
pertanian,
4. Reklamasi lahan pantai
5. Masuknya limbah yang tidak diolah,
6. Pembangunan pelabuhan dan bangunan laut ,
7. Eksploitasi sumberdaya perikanan,pengambilan karang untuk bahan bangunan
dan pembuangan limbah

C. Ekosistem Terumbu Karang

Salah satu penyangga ekosistem pesisir yaitu terumbu karang. Terumbu karang adalah
sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut
zooxanhellae. Zooxanthellae adalah suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan
karang. Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna
untuk kehidupan hewan karang.Terumbu karang memang unik sifatnya yang berasosiasi
dengan biota laut.Terumbu ini dibangun dari proses biologik, ang merupakan timbunan
masif dari kapur CaCO3 yang dihasilkan oleh hewan karang dan juga alga berkapur dan
organisme-organisme penghasil kapur lainnya.

Ekosistem terumbu karang ini umumnya terdapat pada perairan yang relatif dangkal dan
jernih serta suhunya hangat ( lebih dari 22 derjat celcius) dan memiliki kadar karbonat
yang tinggi. Binatang karang hidup dengan baik pada perairan tropis dan sub tropis serta
jernih karena cahaya matahari harus dapat menembus hingga dasar perairan. Sinar
matahari diperlukan untuk proses fotosintesis, sedangkan kadar kapur yang tinggi
diperlukan untuk membentuk kerangka hewan penyusun karang dan biota lainnya..

Manfaat Terumbu Karang :

1. Tempat tinggal ( Habitat ), berkembang biak ( nursery ground ) dan mencari


makan( Feeding ground ) ribuan jenis ikan, tempat mencari ikan ( fishing
ground ), dll
2. Ekosistem Terumbu karang memberi manfaat langsung kepada manusia dengan
menyediakan makanan, obat-obatan, bahan bangunan, dan bahan lain
3. Sebagai produktivitas primer di laut , satu terumbu dapat meenunjang 3.000 jenis
biota (Sri Juwana,2009)

Ancaman terhadap terumbu karang

• Pencemaran minyak dan industri,


• Sedimentasi akibat erosi, penebangan hutan, pengerukan serta penambangan
karang
• Peningkatan suhu permukaan laut (SPL)
• Pencemaran limbah domestik dan kelimpahan nutrien
• Penggunaan sianida dan bahan peledak untuk menangkap ikan
• Perusakan akibat aktivitas pelayaran

Upaya Pelestarian

• Mengendalikan/ meminimalkan penambangan karang untuk lahan bangunan


• Mencegah kegiatan pengerukan atau kegiatan lainnya yang menyebabkan
terjadinya endapan/ sedimentasi
• Penyuluhan terhada masyarakat tentang pentingnya peran terumbu karang bagi
ekosistem pesisir
• Kegiatan transplantasi terumbu karang untuk memulihkan ekosistem terumbu
karang yang telah rusak

D. Ekosistem Padang Lamun

Lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae),mempunyai akar,batang,daun sejati


yang hidup pada substrat berlumpur, berpasir sampai berbatu yang hidup terendam di
dalam air laut dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Padang lamun ini
merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas organik yang tinggi

Fungsi Ekologi
Fungsi ekologi yang penting dari padang lamun yaitu sebagai feeding ground, spawning
ground dan nursery ground beberapa jenis hewan yaitu udang dan ikan baranong, sebagai
peredam arus sehingga perairan dan sekitarnya menjadi tenang

Ancaman Terhadap Ekosistem Padang Lamun

1. Pengerukan dan pengurugan dari aktivitas pembangunan (pemukiman pinggir


laut, pelabuhan, industri dan saluran navigasi)
2. Pencemaran limbah industri terutama logam berat dan senyawa organoklorin
3. Pembuangan sampah organik
4. Pencemaran limbah pertanian
5. Pencemaran minyak dan industri

Upaya Pelestarian

1. Mencegah terjadinya pengrusakan akibat pengerukan dan pengurugan kawasan


lamun
2. Mencegah terjadinya pengrusakan akibat kegiatan konstruksi di wilayah pesisir
3. Mencegah terjadinya pembuangan limbah dari kegiatan industri, buangan termal
serta limbah pemukiman
4. Mencegah terjadinya penangkapan ikan secara destruktif yang membahayakan
lamun
5. Memelihara salinitas perairan agar sesuai batas salinitas padang lamun
6. Mencegah terjadinya pencemaran minyak di kawasan lamun

E. Ekosistem Mangrove

Sebagai salah satu ekosistem yang ada di pesisir mangrove mempunyai ekosistem yang
unik, karena karakteristik daerahnya berbeda dengan ekosistem di laut maupun di darat,
Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan
mangrove antara lain:

• Sebagai pelindung garis pantai,


• Pencegah intrusi air laut,
• Tempat tinggal (habitat),
• Feeding ground, nursery ground, spawning ground
• Serta sebagai pengatur iklim mikro.

Sedangkan fungsi ekonominya antara lain sebagai penghasil keperluan rumah tangga,
industri, dan penghasil bibit. Mangrove merupakan produsen primer yang mampu
menghasilkan sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove dimana dari
sana tersedia banyak makanan bagi biota-biota yang mencari makan pada ekosistem
mangrove tersebut, dan fungsi yang lainnya adalah sebagai daerah pemijahan (spawning
ground) bagi ikan-ikan tertentu agar terlindungi dari ikan predator, sekaligus mencari
lingkungan yang optimal untuk memijah dan membesarkan anaknya. Selain itupun
merupakan pemasok larva udang, ikan dan biota lainnya.
Ancaman terhadap Hutan Mangrove

Perubahan hutan mangrove menyebabkan gangguan fungsi ekologi mangrove:

- Konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak, pemukiman, pertanian,


pelabuhan dan perindustrian

- Pencemaran limbah domestik dan bahan pencemar lainnya

- Penebangan ilegal

Metode Pengukuran dan Penentuan Kerusakan Mangrove

Metode Transek Garis atau Line Intercept Transect (LIT) dan Petak contoh (Transect
plot) yaitu metode pencuplikan contoh populasi suatu komunitas dengan pendekatan
petak contoh yang berada pada garis yang ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut

BAB VI. EKOSISTEM MANGROVE

Mangrove salah satu tanaman tropis dan komunitasnya yang tumbuh pada daerah
intertidal khususnya daerah laut tropis. Daerah intertidal seperti laguna, estuarin, pantai
dan river banks. Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya
hanya dijumpai pada pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari
ombak, di sepanjang delta dan estuarin yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur
dari daratan.

Jenis-jenis mangrove :

• Avicenniaceae (api-api, black mangrove, dll)


• Combretaceae (teruntum, white mangrove, zaragoza mangrove, dll)
• Arecaceae (nypa, palem rawa, dll)
• Rhizophoraceae (bakau, red mangrove, dll)
• Lythraceae (sonneratia, dll)
Fungsi mangrove secara umum dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Fungsi Fisik

a. menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil

b. mempercepat perluasan lahan

c. mengendalikan intrusi air laut

d. melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin


kencang

e. menguraikan/mengolah limbah organik

2. Fungsi Biologis/Ekologis

1. tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground) dan
tempat berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang dan
biota laut lainnya
2. tempat bersarang berbagai satwa liar, terutama burung
3. sumber plasma nutfah

3. Fungsi Ekonomis

a. hasil hutan berupa kayu

b. hasil hutan bukan kayu, seperti madu, bahan obat-obatan, minuman, makanan, tanin

c. lahan untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lain (pemukiman, pertambangan,
industri, infrastruktur, transportasi, rekreasi)

Jika dibandingkan dengan negara lain di dunia. Jumlah jenis mangrove yang ada di
Indonesia mencapai 89 yang terdiri dari 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9
jenis liana, 29 jenis epifit, dan 2 jenis parasit (Nontji, 1987). Dari 35 jenis pohon tersebut,
yang umum dijumpai di pesisir pantai adalah Avicennia sp,Sonneratia sp, Rizophora sp,
Bruguiera sp, Xylocarpus sp, Ceriops sp, dan Excocaria sp.

Kerusakan Mangrove Saat Ini

Di Indonesia, mangrove tersebar hampir di seluruh pulau besar mulai dari Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua, dengan luas sangat bervariasi bergantung
pada kondisi fisik, komposisi substrat, kondisi hidrologi, dan iklim yang terdapat di
pulau-pulau tersebut Pada tahun 1982, hutan mangrove di Indonesia tercatat seluas 4,25
juta ha, sedangkan menurut Departemen Kehutanan (1997) dalam Onrizal dan Kusmana
(2008) pada tahun 1993 luas hutan mangrove menjadi 3,7 juta ha, sehingga terjadi
penurunan luas 0,55 juta ha dalam kurun waktu 11 tahun atau laju kerusakan 0,05 juta
ha/tahun.Penyebabnya salah satunya adalah konversi lahan mangrove menjadi lahan
tambak dan perkebunan kelapa sawit. Eksploitasi dan degradasi hutan mangrove yang
tidak terkontrol dikhawatirkan mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan ekosistem
kawasan pantai seperti intrusi air laut, abrasi pantai dan punahnya berbagai jenis flora dan
fauna. Kerusakan hutan mangrove yang berlangsung secara terus menerus berpotensi
merusak perekonomian lokal, regional dan nasional dalam sektor perikanan.Untuk jangka
panjang kerusakan mangrove dapat menurunkan produksi perikanan laut. Rusaknya hutan
mangrove juga dapat mengakibatkan terputusnya ekosistem (mata rantai kehidupan
mahluk hidup terganggu) dan sebagai akibatnya akan menimbulkan 3
ketidakseimbangan antara mahluk hidup dan alam.

Disusun Oleh :

Ramawijaya 230210080050

M. Indera G. S. P. 230210080051

Program Studi Ilmu Kelautan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Jatinangor

2010

April 15, 2010 Posted by Rama Wijaya | Marine Ecology | 1 Comment

RANTAI MAKANAN DAN ALIRAN ENERGI PADANG LAMUN

DI PULAU BIAWAK
Pulau Biawak di kabupaten Indramayu terletak pada posisi 06°56’022’’ LS dan
108°22’015’’ BT. Perairan pantai Pulau Biawak yang dikelilingi tubir pada saat pasang
tinggi hanya mencapai kedalaman 1,5 meter pada bagian tubir merupakan areal perairan
yang kaya dengan lamun. Beberapa spesies lamun yang umum ditemukan adalah
Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Enhalus acroides, dan Halophila ovalis.
Wilayah yang bersubstrat berlumpur di pesisir pulau biawak paling banyak ditumbuhi
lamun berada di bagian Barat Daya sampai Barat Laut dan Sisi Timur pulau dengan
kerapatan yang cukup tinggi.

Pengertian lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), mempunyai akar, batang,


daun sejati yang hidup pada substrat berlumpur, berpasir sampai berbatu yang hidup
terendam di dalam air laut dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Lamun
umumnya membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau
oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya (Asmus, 1985).

Lingkungan di Pulau Biawak

Di pulau Biawak padang lamun bersama-sama dengan mangrove dan terumbu karang
bertindak sebagai penyangga ekosistem pesisir.Indonesia terletak di wilayah beriklim
tropis, dan selalu mendapat penyinaran matahari sepanjang tahun, sehingga sangat baik
untuk petumbuhan lamun. Kebanyakan lamun terdapat di wilayah laut bersubstrat
lumpur dan dangkal seperti di pantai utara Jawa tepatnya Pulau Biawak dengan
kedalaman 5m-10m. Kondisi saat ini di hampir sepanjang kawasan pesisir kabupaten
Indramayu terkena abrasi, hal ini disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia yang
menyebabkan rusaknya ketiga penyangga ekosisitem pesisir. Faktor alam diantaranya
adalah pengaruh iklim yaitu isu global warming yang menyebabkan naiknya permukaan
air laut sehingga bibir pantai semakin terkikis oleh ombak. Naiknya permukaan laut ini
dapat mengganggu ekosistem lamun karena lamun hidup pada perairan yang dangkal,
dengan naiknya permukaan laut maka kedalaman habitat lamun pun bertambah dalam,
sehingga tidak baik lagi untuk pertumbuhan lamun.

Selain itu faktor manusia yang merusak ekosistem padang lamun melalui aktivitas
penangkapan ikan di daerah kabupaten indramayu misal di pulau biawak, selain itu
belakangan ini wilayah pesisir Indramayu dan Pulau Biawak sering ditemukan adanya
ceceran minyak mentah (crude oil) yang disebabkan oleh bocornya pipa pertamina di
lepas pantai, ini terjadi di sepanjang pantai Pabean Udik dan Brondong, ceceran minyak
yang masih fresh. Minyak mentah ini jelas sangat mengganggu ekosistem pesisir, salah
satunya ekosistem padang lamun yang ada di pulau biawak, indramayu Jawa Barat.
Karena minyak mentah yang tercecer di satu lokasi ,dapat terdistribusi menyebar ke
lautan akibat adanya energy gelombang dan arus, laut lalu bisa mencemari ekosistem
padang lamun yang terdapat di wilayah pesisir, ceceran minyak mentah ini bersifat racun
bagi tumbuhan lamun dan menyebabkan matinya organisme laut lainnya. Rusaknya
ekosistem padang lamun akan berdampak pada rantai makanan dan aliran energi juga
materi pada ekosistem lamun.

Rantai Makanan

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan


keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam
biota laut seperti ikan, krustacea, moluska ( Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp),
Echinodermata (Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp, Arcbaster sp, Linckia sp) dan
cacing ( Polichaeta) (Kikuchi and Peres, 1977).

Rantai Makanan Ekosistem Padang Lamun

Lamun bertindak sebagai produsen yang menggunakan sinar matahari, air, nutrient, dan
CO2 untuk memproduksi energi, proses ini dinamakan fotosintesis yang menghasilkan
O2. Dalam rantai makanan lamun sebagai produsen primer mempunyai peranan yang
sangat penting bagi biota laut lainnya.
Bagian makro dan mikro yang didekomposisi dari lamun akan digunakan oleh
mikroorganisme dan sangat memegang peranan penting sebagai sumber makanan untuk
beberapa konsumen primer, seperti organisme planktonik.Padang lamun merupakan
produsen primer dalam komunitas di laut, sedangkan yang bertindak sebagai konsumen
primer yaitu pemakan tumbuhan lamun dan pemakan fitoplankton contoh : penyu,
dugong, gastropoda kecil yaitu trochidae, rissodae, dan centhiidae,serta beberapa
krustacea dekapoda, polichaeta , dan echinodermata.

Untuk konsumen sekunder yaitu ditempati oleh karnivora, yang memangsa herbivora
sebagai makanannya, mereka bertindak sebagai predator moluska, crustacean, dan ikan-
ikan kecil. Beberapa jenis ikan predator yang ditemukan pada ekosistem lamun di
perairan P. Biawak antara lain : Bumphead parrotfish, angelfish, longfin bannerfish,
butterfly, kerapu dan clown fish. Selain jenis ikan tersebut terdapat juga udang, lobster
dan binatang laut pemakan karang (crown of thorn). Sekarang ini ikan-ikan tersebut
jarang ditemukan lagi akibat telah rusaknya ekosistem padang lamun akibat aktivitas
masyarakat pesisir sekitar Selanjutnya konsumen tersier yaitu memangsa konsumen
primer dan konsumen sekunder, seperti ikan pemangsa besar dan beberapa burung
pemakan ikan, misal : hiu, burung pelikan dsb.

Selain yang dijelaskan tadi dalam rantai makanan terdapat dekomposer, seperti bakteri
dan mikroorganisme yang menguraikan daun yang telah mati yang disebut proses
dekomposisi. Dekomposer mengubah jasad tumbuhan lamun menjadi partikel kecil dan
sejumlah gas yang dilepaskan kedalam air laut. Proses daur ulang oleh dekomposer ini
sangat penting dalam menyediakan nutrient bagi biota yang hidup di ekosistem padang
lamun.

Aliran Energi
Gambar aliran energy ekosistem padang lamun

Aliran energi pada ekosistem padang lamun (padang zostera) relatif tinggi dikarenakan
adanya proses sedimentasi, pencahayaan dan adanya pasang surut pada ekosistem padang
lamun (Kiswara , 1999).

Aliran Energi Dapat Disederhana Pada Gambar di Bawah Ini :


Siklus energi ini diawali dari energi matahari yang ditangkap oleh produsen dalam hal ini
tumbuhan lamun, kemudian terus berputar tiada henti pada konsumen dan semua
komponen ekosistem padang lamun, hal ini karena menurut hukum termodinamika
bahwa energi dapat berubah bentuk, tidak dapat dimusnahkan serta diciptakan.

Aliran energi di alam atau ekosistem tunduk kepada hukum-hukum termodinamika


tersebut. Dengan proses fotosintesis energi cahaya matahari ditangkap oleh tumbuhan,
dan diubah menjadi energi kimia atau makanan yang disimpan di dalam tubuh tumbuhan.

Proses aliran energi berlangsung dengan adanya proses rantai makanan. Tumbuhan
dimakan oleh herbivora, dengan demikian energi makanan dari tumbuhan mengalir
masuk ke tubuh herbivora. Herbivora dimakan oleh karnivora, sehingga energi makanan
dari herbivora masuk ke tubuh karnivora.

Cahaya matahari sebagai sumber energi utama tumbuhan lamun untuk proses fotosintesis
yang menghasilkan energi bagi beberapa biota laut. Aliran energy dilihat dan dihitung
dari produksi primer, aliran materi seperti O2, CO2, Fosfor, Nitrogen, biomassa, produksi
dan konsumsi makrofauna dalam rantai makanan. Dapat dilihat total suplai makanan dan
nutrient pada ekosistem padang lamun didapat dari ekosistem lamun sendiri, kemudian
fitoplankton, dan dekomposer. Kemudian energy yang dihasilkan oleh produsen
dimanfaatkan oleh beberapa biota yang bertindak sebagai konsumen melalui proses
memangsa dan dimangsa dalam rantai makanan.

Disusun Oleh :
SHIFA DINI FITRIANI 230210080004
RAMAWIJAYA 230210080050

Rujukan Bacaan :

- Asmus, H. 1985. The importance of grazing food chain for energy flow and
production in three intertidal sand bottom communities of the northern Wadden Sea.
Helgolander Meeresunters. 39:273-301
- Kikuchi dan JM. Peres. 1977. Consumer ecology of segrass bed, pp 147-93.In P
McRoy and C Helferich(eds) Sea grass Ecosystem.A scientific Perspective.Marc.Sci.Vol
4.Marcel Dekker Inc.New York

- Kiswara , Wawan. 1999. Perkembangan Penelitian Ekosistem Padang Lamun di


Indonesia. Puslitbang Oseanologi – LIPI, Jakarta.

March 31, 2010 Posted by Rama Wijaya | Marine Ecology | Leave a Comment

GEOMORFOLOGI
Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap permukaan Bumi dan poses yang
terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan dengan landform (bentuk lahan)
tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan
batuan, dan terkadang oleh perolaku organisme di tempat mereka hidup. “Surface”
(permukaan) jangan diartikan secara sempit; harus termasuk juga bagian kulit bumi
yang paling jauh. Kenampakan subsurface terutama di daerah batugamping sangat
penting dimana sistem gua terbentuk dan merupakan bagian yang integral dari
geomorfologi.

Pengaruh dari erosi oleh: air, angin, dan es, berkolaborasi dengan latitude, ketinggian
dan posisi relatif terhadap air laiut. Dapat dikatakan bahwa tiap daerah dengan iklim
tertentu juga memiliki karakteristik pemandangan sendiri sebagai hasil dari erosi yang
bekerja yang berbeda terhadap struktur geologi yang ada.

Torehan air terhadap lapisan batugamping yang keras dapat berupa aliran sungai yang
permanen dan periodik, dapat juga merupakan alur drainase yang melewati bagian-
bagian yang lemah. Sehingga membentuk cekungan-cekungan pada bagian yag tererosi
dan meninggalkan bagian yang lebih tinggi yang susah tererosi. Ukuran dari cekungan
dan tinggian ini bisa beberapa centimeter sampai beberapa kilometer.

Morfologi makro

Dibawah ini adalah beberapa bentuk morfologi permukaan karst dalam ukuran meter
sampai kilometer:

• Swallow hole : Lokasi dimana aliran permukaan seluruhnya atau sebagian mulai
menjadi aliran bawah permukaan yang terdapat pada batugamping. Swallow
hole yang terdapat pada polje sering disebut ponor. (Marjorie M. Sweeting,
1972). Pengertian ini dipergunakan untuk menandai tempat dimana aliran air
menghilang menuju bawah tanah.
• Sink hole : disebut juga doline, yaitu bentukan negatif yang dengan bentuk
depresi atau mangkuk dengan diameter kecil sampai 1000 m lebih. (William B.
White, 1988)
• Vertical shaft : pada bentuk ideal, merupakan silinder dengan dinding vertikal
merombak perlapisan melawan inclinasi perlapisan. (William B. White, 1988)
• Collapse : runtuhan
• Cockpit : bentuk lembah yang ada di dalam cone karst daerah tropik yang
lembab. Kontur cockpit tidak melingkar seperti pada doline tetapi seperti
bentuk bintang dengan sisi-sisi yang identik, yang menunjukkan bahwa formasi
cone merupakan faktor penentunya. (Alfred Bogli, 1978)
• Polje : depresi aksentip daerah karst, tertutup semua sisi, sebagian terdiri dari
lantai yang rata, dengan batas-batas terjal di beberapa bagian dan dengan
sudut yang nyata antara dasar/ lantai dengan tepi yang landai atau terjal itu.
(Fink, Union Internationale de Speleologie)
• Uvala : cekungan karst yang luas, dasarnya lebar tidak rata (Cjivic, 1901) :
lembah yang memanjang kadang-kadang berkelak-kelok, tetapi pada umumnya
dengan dasar yang menyerupai cawan. (Lehman, 1970)
• Dry valley: terlihat seperti halnya lembah yang lainnya namun tidak ada aliran
kecuali kadang-kadang setelah adanya es yang hebat diikuti oleh pencairan es
yang cepat. (G.T. Warwick, 1976).
• Pulau Jawa memiliki kawasan karst yang cukup spesifik yaitu karst Gunung
Sewu, dimana bentukan bukit-bukit seperti cawan terbalik (cone hill) dan
kerucut (conical hill) begitu sempurna dengan lembah-lembahnya. Bukit
merupakan residu erosi dan lembahnya adalah merupakan daerah diaman
terjadi erosi aktif dari dulu sampai sekarang. Bagian-bagian depresi atau
cekungan merupakan titik terendah dan menghilangnya air permukaan ke
bawah permukaan. Erosi memperlebar struktur (lihat geologi gua dan teori
terbentuknya gua), kekar, sesar, dan bidang lapisan, dan membentuk gua-gua,
baik vertikal maupun horisontal.
• Gua-gua juga dapat terbentuk karena adanya mata air karst. Mata air (spring)
karst ini ada beberapa jenis:
• Bedding spring, mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi pelebaran
bidang lapisan,
• Fracture spring, mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi
pelebaran bidang rekahan,
• Contact spring, mata air yang terbentuk karena adanya kontak antara batu
gamping dan batu lain yang impermiabel.
• Disamping itu secara khusus ada jenis mata air yang berada di bawah
permukaan air laut disebut dengan vrulja.

Morfologi mikro

Ada kawasan karst dengan sudut dip yang kecil dan permukaannya licin. Area ini
dipisah-pisahkan dalam bentuk blok-blok oleh joint terbuka, disebut dengan grike-Bhs.
Inggris, atau Kluftkarren-Bhs. Jerman. Bentukan-bentukan minor ini dalam bahasa
Jerman memiliki akhiran karren (lapies-Bhs Perancis). Sering permukaan blok itu
terpotong menjadi sebuah pola dendritic dari runnel dengan deretan dasar (round)
dipisahkan oleh deretan punggungan (ridge) yang mengeringkannya kedalam grike
terlebih dahulu. Juga terkadang mereka memiliki profil panjang yang hampir mulus.
Bentukan ini disebut Rundkarren. Tipe lain adalah Rillenkarren yang memiliki saluran
yang tajam, ujung punggungan dibatasi oleh deretan saluran berbentuk V. Biasanya
nampak pada permukaan yag lebih curam daripada rundkarren, dengan saluran sub-
paralel dan beberapa cabang. Microrillenkarren merupakan bentuk gabungan tetapi
hanya memiliki panjang beberapa centimeter dan lebarnya 10-20 mm. Pseudo karren,
memiliki bentuk sama dengan rundkarren dan rinnenkarren. Tetapi hanya terjadi pada
granit di daerah tropik yang lembab.

GUA

Torehan air dan es adalah faktor utama yang memperlebar zonal lemah dilapisan batu
gamping, sehingga terbentuk gua-gua. Ada banyak teori yang menjelaskan asal muasal
terjadinya gua (teori klasik), namun sekarang sudah ada teori yang menjelaskan dan
diterima secara umum. Perbedaan teori tersebut dikeluarkan oleh orang yang berasal
dari kawasan karst yang berbeda, sesuai dengan karakteristik daerah tersebut. Lihat
teori terbaru mengenai proses terlahirnya gua. Lihat juga speleogenesis.

SUMBER

Explore posts in the same categories: Caving

You might also like