You are on page 1of 11

PERKEMBANGAN TELEKOMUNIKASI DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN


EKONOMI INDONESIA

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN

PENYUSUN :

MUHAMMAD HAIKAL MAHARDHIKA L2F009029

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
1. Konsep Geostrategi dan Ketahanan Nasional

Definisi Geostategi adalah Suatu strategi memanfaatkan kondisi geografi Negara


dalam menentukan kebijakan, tujuan, sarana untuk mencapai tujuan nasional
(pemanfaatan kondisi lingkungan dalam mewujudkan tujuan politik).
Geostrategi Indonesia diartikan pula sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan dan UUD 1945.
Ini diperlukan utk mewujudkan dan mempertahankan integrasi bangsa dalam masyarakat
majemuk dan heterogen berdasarkan Pembukaan dan UUD 1945.
Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud Ketahanan Nasional.
Geostrategi Indonesia tiada lain adalah ketahanan nasional. Ketahanan Nasional
merupakan kondisi dinamik suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam menghadapi dan
mengatasi segala hambatan tantangan ancaman dan gangguan baik yang datang dari luar
maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas,
identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mengejar tujuan
nasional.
Ketahanan nasional diperlukan bukan hanya konsepsi politik saja melainkan sebagai
kebutuhan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintah, seperti Law and
order, Welfare and prosperity, Defence and security, Juridical justice and social justice,
freedom of the people.
Konsepsi dasar Ketahan Nasional Model Astagatra merupakan perangkat hubungan
bidang kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung diatas bumi dengan
memanfaatkan segala kekayaan alam. Terdiri 8 aspek kehidupan nasional :
1). Tiga aspek (tri gatra) kehidupan alamiah, yaitu :
a). Gatra letak dan kedudukan geografi
b). Gatra keadaan dan kekayaan alam
c). Gatra keadaan dan kemampuan penduduk

2). Lima aspek (panca gatra) kehidupan sosial, yaitu :

a). Gatra ideologi

b). Gatra Politik

c). Gatra ekonomi

d). Gatra sosial budaya

e). Gatra pertahanan dan keamanan.

Terdapat hubungan korelatif dan interdependency diantara ke-8 gatra secara


komprehensif dan integral.

2. Gambaran umum Telekomunikasi di Indonesia


Telekomunikasi sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dunia modern kita.
Masyarakat dunia umumnya dan masyarakat Indonesia khususnya kini tak bisa lagi hidup
tanpa telekomunikasi.
Pengembangan telekomunikasi di Indonesia adalah kepentingan nasional kita, juga
merupakan salah satu wahana untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, yakni
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual,
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Penyelenggaraan telekomunikasi juga mempunyai arti strategis dalam upaya
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintahan,
mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta
meningkatkan hubungan antar bangsa. Krisis ekonomi dan politik yang berlarut-larut,
ditambah ancaman perpecahan, disintegrasi, konflik antarwarga masyarakat, dan
sebagainya yang mengemuka akhir-akhir ini di Tanah Air, telah meningkatkan tuntutan
terhadap sektor telekomunikasi, untuk memberi kontribusi bagi penanggulangan masalah-
masalah di atas.
Saat ini, pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi telekomunikasi yang
sangat pesat juga mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan dan
cara pandang terhadap telekomunikasi. Akibatnya, cara kita dalam menata dan mengatur
penyelenggaraan telekomunikasi nasional juga selalu diperbarui, diselaraskan, dan
disesuaikan dengan perkembangan dinamis kondisi sektor telekomunikasi global.
Dengan latar belakang situasi dan kondisi seperti demikian, bisnis telekomunikasi
Indonesia umumnya dan bisnis telekomunikasi satelit khususnya menghadapi berbagai
tantangan. Namun bersamaan dengan itu, juga terdapat potensi dan peluang-peluang yang
masih bisa dieksplorasi lebih lanjut

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, muncul permasalahan sebagai berikut :


1. Bagaimana pengaruh perkembangan telekomunikasi terhadap perekonomian
Indonesia ?
2. Apa saja kendala yang dihadapi industri telekomunikasi di Indonesia?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Perkembangan Telekomunikasi Terhadap Perekonomian Indonesia

Secara singkat telekomunikasi dapat didefenisikan sebagai komunikasi jarak jauh. Pada
awal perkembangannya telekomunikasi menggunakan surat dan telegram, kemudian berkembang
lagi dengan ditemukannya telepon. Kemampuan manusia dalam berkomunikasi semakin terbantu
dengan adanya internet yang sangat dapat digunakan untuk mengakses informasi (surfing),
berkomunikasi langsung via pengguna (chatting), dan surat menyurat (mailing).
Seiring dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) hadirlah teknologi
telepon seluler yang lebih dikenal dengan istilah handphone yang sangat sesuai bagi manusia
yang aktif dan dinamis. Hadirnya teknologi ini dirasakan manfaatnya jauh lebih baik
dibandingkan telepon biasa yang masih menggunakan kabel dimana telepon seluler telah
menggunakan teknologi satelit yang memudahkan penggunanya (user) untuk membawanya
kemana-mana.
Di sisi lain, guna memenuhi kebutuhan pasar (market demands) yang terus berkembang
maka sistem telekomunikasi terus ditingkatkan dengan menciptakan sistem yang lebih canggih
dan modern. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan jasa telekomunikasi harus terus
meningkatkan kemampuannya agar dapat terus memuaskan para pelanggannya. Dengan
perkembangan sistem telekomunikasi yang sangat pesat dewasa ini, dunia terasa semakin kecil
dan jarak tidak menjadi suatu halangan.
Di Indonesia layanan jasa telekomunikasi telah dilakukan oleh perusahaan milik negara
mulai tahun 1961. Seperti halnya negara berkembang lainnya, pengembangan dan modernisasi
atas infrastruktur telekomunikasi menjadi faktor penting dalam pembangunan ekonomi secara
umum di Indonesia. Disamping itu jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang
signifikan telah menimbulkan permintaan yang tinggi akan layanan telekomunikasi. Kenyataan
ini mendorong Pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika untuk berperan
aktif dalam menciptakan pertumbuhan bisnis telekomunikasi yang berkesinambungan dengan
menerapkan seperangkat kebijakan, kewenangan dan fungsi pengawasan sebagaimana tertuang
dalam perundang–undangan dan peraturan di bidang telekomunikasi. Secara historis, implikasi
peran Pemerintah ini terlihat dimana bila semula layanan jasa telekomunikasi di Indonesia hanya
dipegang oleh perusahaan tertentu dengan diberikan hak eksklusif, kemudian hak eksklusifitas
tersebut mengalami degradasi secara gradual yang lebih diorientasikan pada sistem kompetisi,
seiring dengan reformasi kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No.36 tahun
1999 tentang telekomunikasi, beserta peraturan teknis dibawahnya.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat penetrasi layanan telekomunikasi
atau rasio teledensitas yang masih terbilang rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Pada akhir Desember 2006, tingkat penetrasi pelanggan telepon tetap dan telepon bergerak
masing-masing sebesar 4% dan 28% (sumber: Perseroan dan artikel Bisnis Indonesia, Maret
2007). Sejalan dengan pesatnya perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia sebagai
akibat dari meningkatnya jumlah populasi serta meningkatnya pendapatan per kapita pada
beberapa tahun terakhir ini, pasar telekomunikasi bergerak di Indonesia mengalami pertumbuhan
yang luar biasa selama periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 yaitu dari total 6,4 juta
pelanggan di tahun 2001 menjadi 69,8 juta di tahun 2006 atau CAGR 61,8% (sumber: riset
Perseroan berdasarkan publikasi para operator telekomunikasi).
Diperkenalkannya jasa prabayar telah memiliki pengaruh besar pada meningkatnya
jumlah pelanggan di Indonesia. Dibandingkan dengan negara Asia lainnya, sektor
telekomunikasi di Indonesia memiliki potensi yang signifikan untuk bertumbuh. Menurut
Gartner, sebuah lembaga riset independen menyatakan bahwa pendapatan agregat sektor industri
telekomunikasi di Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi USD 10 miliar per tahunnya
pada tahun 2010 sejalan dengan.peningkatan ekonomi sebesar 5%-6% per tahun dan
meningkatnya pendapatan per kapita yang berdampak pada naiknya tingkat teledensitas dan pola
pengeluaran dibandingkan sebelumnya. Kontribusi terbesar pendapatan diperkirakan berasal dari
percakapan (voice calls), yang mana sampai dengan saat ini tetap mendominasi pemakaian di
Indonesia meskipun adanya pengenalan mobile data seperti SMS dan GPRS, serta berbagai
layanan nilai tambah seperti content download dan ring back tone.
Masyarakat sebagai konsumen sekaligus pengguna (user) teknologi kini semakin terbantu
dengan meningkatnya kemampuan sistem telekomunikasi. Hal ini dirasakan sangat besar
pengaruhnya terhadap kondisi perekonomian masyarakat.
Teknologi telekomunikasi yang tepat guna memiliki tiga ciri utama, yaitu:
a. praktis, yaitu sistem telekomunikasi yang mengedepankan kemudahan dalam sistem
layanan dan perangkat pendukungnya bagi para penggunanya.
b. ekonomis, yaitu sistem telekomunikasi yang memberi keringanan kepada penggunanya
dari segi nominal sehingga dapat dijangkau oleh segala lapisan ekonomi masyarakat.
c. dinamis, yaitu sistem telekomunikasi harus terus berkembang seiring dengan kemajuan
zaman dan kebutuhan masyarakat.
Pada kondisi sekarang ini, pertumbuhan ekonomi masyarakat yang cukup pesat adalah
kontribusi dari sistem telekomunikasi yang semakin canggih. Dengan perkembangan sistem
telekomunikasi, aktivitas ekonomi seperti jual-beli kini menjadi jauh lebih mudah. Sebagai
contoh, dulu penjual pulsa atau voucher sedikit sekali kita temukan, sekarang, dengan
munculnya terobosan seperti dompet pulsa dari XL, M- Tronik dari Indosat, dan M-Kios dari
telkomsel, hamper di setiap gan kita dapat menemukan penjual pulsa, karena dengan teknologi
itulah pulsa di jual secara elektronik, sehingga tidak perlu modal besar untuk membuka sebuah
usaha kecil di bidang jasa telekomunikasi. Contoh lain jika dahulu penjual dan pembeli harus
bertemu di satu tempat untuk melakukan transaksi, maka sekarang tidak perlu lagi. Pembeli dan
penjual kini dapat bertransaksi melalui telepon atau menggunakan internet sebagai media
perantara.
Sebagai tolak ukur kemajuan sistem telekomunikasi dalam mempercepat pertumbuhan
ekonomi masyarakat, salah satu caranya adalah dengan melihat perbedaan pertumbuhan ekonomi
pada satu daerah dengan daerah lain dari segi ketersediaan sarana telekomunikasinya. Sebagai
contoh; masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman yang kurang sarana komunikasinya, maka
laju pertumbuhan ekonominya akan sangat lambat. Hal ini disebabkan karena masyarakat di
daerah itu hanya melaksanakan aktivitas ekonomi sebatas pada kemampuan mereka untuk
memenuhi kebutuhannya saja dan interaksi dengan dunia luar sangat terbatas sekali. Sedangkan
pada masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan yang terbilang lengkap sarana komunikasinya,
maka laju pertumbuhan ekonominya juga sangat pesat. Hal ini disebabkan karena mudahnya
untuk melaksanakan segala aktivitas dengan bantuan sarana telekomunikasi.
B. Kendala yang dihadapi Industri Telekomunikasi di Indonesia
Perkembangan telekomunikasi yang begitu pesat di Indonesia bukan tanpa kendala.
Banyak sekali kendala yang dihadapi perkembangan telekomunikasi Indonesia, salah satunya
adalah masalah ketenagakerjaan.
Yang perlu diperhatikan, industri manufaktur telekomunikasi adalah industri padat modal
dan padat teknologi. Dalam hal ketenagakerjaan, kebijakan mengembangkan industry
manufaktur telekomunikasi dirasa belum dikasji secara mendalam terkit dengan berapa besar
jumlah tenaga kerja yang dapat diserap. Coba saja kita liat jumlah tenaga kerja lokal yang terlibat
dalam pengembangan WiMAX versi Indonesia di dua perusahaan Hariff dan TRG. Katakan saat
ini masing – masing di dua perusahaan tersebut mempekerjakan tidak lebih dari 50 orang, berarti
saat ini praktis hanya 100 orang yang terlibat untuk pengembangan WiMAX versi Indonesia. Ini
memang masih dalam tahap R&D, kalaupun akan dilakukan proses perakitan dan pabrikasi di
Indonesia berapa banyak lagi tenaga kerja lokal yang dilibatkan? Nyatanya dengan pertimbangan
cost, beberapa pekerjaan pabrikasi tetap dilakukan diluar negeri.
Kembali ke keterlibatan tenaga kerja lokal, yang memprihatinkan di industri selular saat
ini adalah serangan vendor negeri tirai bambu baik di operator CDMA dan GSM yang ternyata
selain membawa perangkat – perangkat yang “murah” ternyata juga diikuti dengan
berdatangannya ratusan tenaga kerja asing. Jika tenaga kerja asing ini adalah tenaga ahli yang
mendatangkan ilmu buat kita mungkin tidak akan menjadi masalah buat kita. Nyatanya menurut
informasi dari rekan yang bekerja di vendor dari negeri tirai bambu tersebut, tenaga – tenaga
asing yang datang bukanlah benar-benar tenaga ahli namun sebagian dari mereka adalah para
“fresh graduate” dan ini tentunya menjadi permasalahan tersendiri buat kita. Kita ribut – ribut
berbicara penciptaan lapangan kerja baru tapi kita malah membiarkan lapangan kerja kita
diserobot oleh orang lain.
Masalah lain dalam dunia telekomunikasi Indonesia adalah mengenai pemerataan
pengimplementasian teknologi. Industri telekomunikasi seluler di Indonesia sedang sibuk
berwacana, akan meluncurkan layanan seluler (GSM) generasi ke-4, yang lebih dikenal dengan
nama LTE, long term evolution. Kalau ini terwujud, pelanggan operator GSM mendapatkan
peluang untuk transmisi data yang sangat cepat, 80 megabit per second (Mbps) untuk upload dan
360 Mbps untuk download. Kecepatan yang masih dalam hitungan di laboratorium ini masih
jauh lebih bagus dari yang bisa disajikan WiMax (wireless interoperability microwave access)
yang baru mencapai 35 Mbps upload dan 144 Mbps download.
Seberapa cepat, masih belum terbayangkan, sementara operator yang mengklaim bisa
memberi layanan kecepatan tertinggi saat ini di Asia, PT Indosat, baru mampu menyediakan pita
lebar nirkabel (mobile broadband) yang berkapasitas sampai 42 Mbps lewat HSPA+. Prasarana
yang sama, yang digunakan PT Telkomsel di 24 kota di Indonesia baru bisa mencapai kecepatan
tertinggi 21 Mbps.
Bagaimana cepatnya LTE ini bisa digambarkan dengan perkiraan bahwa file yang
berukuran sekitar 700 mega byte, bisa diunduh dalam waktu kurang dari satu menit dengan
kecepatan 100 Mbps. Walau kapasitas maksimal LTE – hitungan saat ini – 360 Mbps, namun
rata-rata layanannya hanya maksimal sekitar 100 Mbps, angka tertinggi yang bisa disajikan oleh
operator.
Wacana di atas memang sangat luar biasa apabila berhasil direalisasikan. Akan tetapi
sangat di sayangkan apabila teknologi semacam itu hanya dapat direalisasikan di kota- kota besar
di Indonesia. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang terjadi di Indonesia saat ini dirasa
kurang merata, teknologi HSDPA yang sudah berhasil diterapkan oleh Telkomsel pun baru
melingkupi 24 kota besar saja. Oleh karena itu banyak masyarakat di kota- kota kecil yag belum
bisa menikmati adanya teknologi ini. Padahal tentu saja apabila pengembangan teknologi lebih
merata, pertumbuhan ekonomi pun akan jauh lebih merata.
Dua masalah dunia telekomunikasi Indonesia di atas hanya segelintir dari banyaknya
masalah telekomunikasi yang ada di negeri kita.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan permasalahan pada bab sebelumnya, dapat di ambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Indonesia merupakan salah satu Negara di asia yang memiliki perkembangan
teknologi telekomunikasi dan perkembangan industry telekomunikasi yang terbilang
cepat, hal ini di dukung oleh besarnya populasi penduduk Indonesia dan pengguna
jasa telekomunikasi dari tahun ke tahun meningkat pesat.
2. Perkembangan teknologi telekomunikasi sangat berpengaruh dalam meningkatan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terlihat dari meningkatnya daya beli masyarakat
serta semakin mudahnya aktivitas ekonomi seperti jual beli.
3. Masih banyak kendala yang di hadapi Indonesia dalam mengembangkan sektor
teknologi dan bisnis telekomunikasi, di antaranya adalah masalah ketenagakerjaan
dan kurangnya pemerataan pengimplementasin teknologi.

B. Saran
Melihat berbagai permasalahan yang telah di bahas pada bab sebelumnya, saran saya
untuk dunia telekomunikasi di Indonesia adalah :
1. Pemerintah dan vendor- vendor telekomunikasi harus lebih memperhatikan
pemerataan pengimplementasian teknologi, karena dengan meratanya teknologi,
pertumbuhan ekonomi di daerah- daerah pun akan jadi semakin baik
2. Pemerintah harus lebih memikirkan dan menata ulang masalah ketenagakerjaan yang
berkaitan dengan industri telekomunikasi
3. Perkembangan teknologi yang begitu pesat jangan sampai juga di ikuti dengan
demoralisasi bangsa, agar ketahanan nasional semakin kuat bangsa Indonesia tetap
harus menjaga identitas nasional dan tetap menjunjung tinggi Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

apadefinisinya.blogspot.com/geostrategi_dan_geopolitik
wahyuharyadi.or.id/tenaga_kerja_lokal_di_industri_telekomunikasi_kita
tabloidsinyal.com/kendala_implementasi_4g
PERANAN TELEKOMUNIKASI DALAM PEMBANGUNAN oleh Totok S Soegandi,
Puslitbang TELKOMA-LIPI Bandung.

You might also like