You are on page 1of 58

TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Pendahuluan
AIDS merupakan penyakit yang menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh
akibat terinfeksinya limfosit T oleh virus HIV. Sampai saat ini, obat untuk
menyembuhkan penyakit ini belum bisa ditemukan oleh para ahli sehingga masih
menjadi misteri di dunia kedokteran.

Penderita AIDS pun bukan berarti mendapat posisi “yang terasing” dalam
kehidupan masyarakat. Mereka juga sama seperti kita manusia yang memerlukan
perhatian sesamanya dan dukungan moril. Anggapan yang salah mengenai cara
penularan penyakit ini membangun “main set” pada masyarakat untuk menjauhi
mereka dari komunitas. Tindakan tersebut sungguh bertentangan dengan Hak
Asasi Manusia (HAM) yang akhir-akhir ini selalu didengungkan.

Dalam tugas ini akan dijelaskan beberapa hal yang mungkin dapat menjawab
sebagian pertanyaan kita seperti “Apa itu HIV dan AIDS?”, “Bagaimana
sejarahnya di dunia?”, “Bagaimana cara penularannya”, “Bagaimana
penyakit ini bekerja terhadap tubuh”, hingga pertanyaan, “Berapa jumlah
penyandang AIDS yang ada di Indonesia?”. Semua pertanyaan itu dapat
terjawab dalam tugas ini.

1
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

1. HIV, AIDS dan ASAL USUL AIDS


1.1. HIV
HIV berarti Human Immunodeficiency Virus. HIV hanya menular antar manusia. Ada virus
yang serupa yang menyerang hewan, tetapi virus ini tidak dapat menular pada manusia, dan
HIV tidak dapat menular hewan. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, yaitu sistem yang
melindungi tubuh terhadap infeksi.

Karena pada tahun-tahun pertama setelah terinfeksi tidak ada gejala atau tanda infeksi,
kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi.
Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama
beberapa minggu. Penyakit ini disebut sebagai infeksi HIV primer atau akut. Selain itu tidak
ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menular pada orang lain.

1.2. AIDS
AIDS berarti Acquired Immune Deficiency Syndrome. Mendapatkan infeksi HIV menyebabkan
sistem kekebalan menjadi semakin lemah. Keadaan ini akan membuat orang mudah diserang oleh
beberapa jenis penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak mempengaruhi orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang sehat. Penyakit tersebut disebut sebagai infeksi oportunistik. Infeksi
oportunistik termasuk jamur pada mulut, jenis kanker yang jarang, dan penyakit tertentu pada mata,
kulit dan sistem saraf.

1.3. Subtipe, Tipe, Golongan dan Jenis HIV


a. Apakah perbedaan antara HIV-1 dan HIV-2?

Saat ini ada dua tipe (type) HIV: HIV-1 dan HIV-2. Di seluruh dunia, virus yang utama
adalah HIV-1, dan umumnya bila orang terserang HIV tanpa ditentukan tipe virusnya,
maksudnya adalah HIV-1. Baik HIV-1 dan HIV-2 disebarkan melalui hubungan seksual,
darah, dan dari ibu-ke-bayi, serta keduanya terlihat mengakibatkan AIDS yang secara klinis
tidak dapat dibedakan.

Namun, HIV-1 lebih mudah disebarkan dibanding dengan HIV-2, dan jangka waktu antara
penularan dan penyakit yang timbul karena HIV-2 lebih lama.

b. Ada berapa banyak subtipe HIV-1?

2
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

HIV-1 adalah virus yang sangat berubah-ubah yang dapat bermutasi dengan sangat mudah.
Jadi ada banyak jenis (strain) HIV-1 yang berbeda-beda. Jenis ini digolongkan menurut
golongan (group) dan subtipe (subtype). Ada dua golongan, yaitu golongan M dan golongan
O.

Pada September 1998, peneliti dari Perancis mengumumkan penemuan jenis HIV baru pada
seorang wanita dari Kamerun di Afrika Barat. Jenis ini tidak termasuk dalam golongan M
atau pun golongan O, dan hanya ditemukan pada tiga orang lainnya, semua di Kamerun.

Saat ini dalam golongan M sedikitnya diketahui ada sepuluh subtipe HIV-1 yang secara
genetis berbeda. Subtipe ini terdiri dari A sampai J. Tambahan pula, golongan O terdiri dari
beberapa golongan yang berbeda dari virus yang sangat beraneka ragam. Subtipe di golongan
M dapat berbeda antar subtipe sebanyak perbedaan golongan M dengan golongan O.

c. Setiap subtipe ditemukan di mana?

Subtipe tersebar sangat tidak merata di seluruh dunia. Sebagai contoh, subtipe B kebanyakan
ditemukan di sekitar Amerika (utara dan selatan), Jepang, Australia, Karibia, dan Eropa;
subtipe A dan D adalah yang paling sering ditemukan di Afrika sub-Sahara; subtipe C di
Afrika Selatan dan India; dan subtipe E di Republik Afrika Tengah, Thailand, dan negara
lainnya di Asia Tenggara. Subtipe F (Brazil dan Rumania), G dan H (Rusia dan Afrika
Tengah), I (Siprus), dan golongan O (Kamerun) mempunyai prevalensi sangat rendah. Di
Afrika, sebagian besar subtipe ditemukan, walaupun subtipe B kurang umum.

d. Apakah perbedaan utama antara subtipe ini?

Perbedaan utama terletak pada susunan genetisnya; perbedaan yang bersifat sangat biologis
di tabung percobaan dan pada manusia dapat mencerminkan hal ini.

Juga dikesankan subtipe tertentu dapat dihubungkan dengan cara penyebaran tertentu pula:
misalnya, subtipe B dengan hubungan homoseksual dan penggunaan narkotik secara suntikan
(pada intinya, melalui darah) dan subtipe E dan C, melalui hubungan heteroseksual (melalui
jalur mukosal).

Penelitian di laboratorium yang dilakukan oleh Dr. Max Essex dari Harvard School of
Public Health di Boston, AS, menunjukkan subtipe C dan E menularkan dan menggandakan
diri lebih efisien dibandingkan dengan subtipe B pada sel Langerhans yang ada dalam
mukosa vagina, leher rahim, dan kulup penis, tetapi tidak pada dinding dubur. Data
memperlihatkan HIV subtipe E dan C lebih mudah menyebar secara heteroseksual
dibandingkan dengan subtipe B.

Namun diingatkan, haruslah berhati-hati dalam menerapkan penelitian dari tabung percobaan
ke keadaan hidup yang nyata. Faktor tidak tetap lain yang mempengaruhi risiko penyebaran,
seperti tahapan penyakit HIV, kekerapan terpajan, penggunaan kondom, dan adanya penyakit
menular seksual (PMS), juga harus dipertimbangkan sebelum kesimpulan yang pasti dapat
diambil.

3
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

e. Apakah beberapa subtipe lebih menular dibandingkan dengan lainnya?

Beberapa penelitian yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan subtipe E menyebar secara
lebih mudah dibanding dengan subtipe B. Pada satu penelitian yang dilakukan di Thailand
(Mastro dkk., The Lancet, 22 Januari 1994), ditemukan angka rata-rata penularan subtipe E
di antara pekerja seks wanita dan kliennya lebih tinggi dibandingkan dengan subtipe B yang
ditemukan di kelompok umum di Amerika Utara.

Pada penelitian kedua yang dilakukan di Thailand (Kunanusont, The Lancet, 29 April 1995),
antara 185 pasangan dengan satu pasangan yang terinfeksi HIV subtipe E atau B, ditemukan
bahwa kemungkinan penularan pada pasangan tersebut lebih tinggi pada yang terinfeksi
subtipe E (69%) dibandingkan dengan subtipe B (48%). Ini mengesankan subtipe E dapat
lebih mudah ditularkan.

Namun penting untuk dicatat, tidak ada satu penelitian pun yang dirancang untuk memantau
secara penuh terhadap berbagai faktor yang dapat mempengaruhi risiko penularan.

f. Apakah subtipe E adalah subtipe baru?

Subtipe E bukanlah subtipe baru. Contoh darah yang disimpan menunjukkan subtipe E telah
dikenal pada permulaan wabah di Afrika Tengah dan awal 1989 di Thailand.

g. Apakah tes antibodi HIV umum mampu mendeteksi semua subtipe?

Tes antibodi HIV rutin yang saat ini digunakan untuk skrining darah dan diagnosis
mendeteksi semua subtipe HIV. (Sebagian besar perusahaan telah mengubah tesnya,
sehingga tes dapat mendeteksi jenis O dari golongan HIV-1 yang baru diketahui.)

h. Apakah ada subtipe lagi yang mungkin "muncul?"

Hampir dapat dipastikan subtipe genetis HIV baru akan ditemukan di masa mendatang, dan
tentu subtipe baru akan berkembang sebagaimana virus terus bermutasi. Subtipe yang ada
saat ini juga akan terus menyebar ke daerah yang baru selama wabah berlanjut di seluruh
dunia.

Namun, di beberapa negara hanya ada sedikit pemantauan yang dilakukan untuk mendeteksi
subtipe. Misalnya, di Inggris, Public Health Laboratory Service (pelayanan laboratorium
kesehatan masyarakat) milik pemerintah yang bertanggung jawab untuk memantau
penyebaran HIV di negara tersebut, dalam sebulan hanya menganalisis dua infeksi baru
untuk informasi subtipe.

i. Apakah dampak keragaman HIV terhadap penelitian pengobatan dan vaksin?

Diperlu lebih banyak penelitian. Beberapa subtipe HIV yang telah diteliti di laboratorium
mempunyai sifat pertumbuhan dan imunologi yang berbeda; perbedaan ini perlu ditunjukkan
pada manusia.

4
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Tidak diketahui apakah perbedaan genetis pada subtipe E atau subtipe lain sebenarnya
membuat perbedaan pada risiko penyebaran, reaksi terhadap terapi antiretroviral, atau
pencegahan oleh vaksin. Jika perbedaan genetis ini membuat perbedaan dalam efektivitas
vaksin, tentu ini menunjukkan hambatan penting terhadap pengembangan vaksin HIV yang
efektif secara luas atau cocok untuk seluruh dunia. Vaksin influenza kadang-kadang harus
diubah dan diperbaharui karena adanya perbedaan genetis dalam virus influenza. Mungkin
tindakan yang sama perlu dilakukan pada vaksin HIV.

Apa perbedaan antara HIV dan AIDS?

Seorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada tanda fisik atau gejala
infeksi. Orang yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah ‘HIV-positif’ atau
mempunyai ‘penyakit HIV tanpa gejala.’

Apabila gejala mulai muncul, orang disebut mempunyai ‘infeksi HIV bergejala’ atau ‘penyakit
HIV lanjutan.’ Pada stadium ini seseorang kemungkinan besar akan mengembangkan infeksi
oportunistik. ‘AIDS’ merupakan definisi yang diberikan kepada orang terinfeksi HIV yang
masuk pada stadium infeksi berat.

AIDS didefinisi sebagai:

 jumlah sel CD4 di bawah 200; dan/atau


 terjadinya satu atau lebih infeksi oportunistik tertentu

Istilah AIDS terutama dipakai untuk kepentingan kesehatan masyarakat, sebagai patokan untuk
laporan kasus. Sekali kita dianggap AIDS, berdasarkan gejala dan/atau status kekebalan, kita
dimasukkan pada statistik sebagai kasus, dan status ini tidak diubah walau kita menjadi sehat
kembali. Oleh karena itu, istilah AIDS tidak penting buat kita sebagai individu.

Orang terinfeksi HIV (atau disebut Odha) yang mempunyai semakin banyak informasi,
dukungan dan perawatan medis yang baik dari tahap awal penyakitnya akan lebih berhasil
menangani infeksinya. Terapi antiretroviral (ART) yang sekarang semakin terjangkau dapat
memperlambat kecepatan penggandaan HIV; obat lain dapat mencegah atau mengobati infeksi
yang disebabkan HIV.

Apa stadium infeksi itu?

WHO, organisasi kesehatan sedunia, membentuk sistem untuk menggolongkan tahap penyakit
HIV berdasarkan tanda dan gejala dalam empat stadium:

 Stadium 1: tanpa gejala


 Stadium 2: penyakit ringan
 Stadium 3: penyakit lanjutan
 Stadium 4: penyakit berat

Apa terapi antiretroviral itu?

5
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Dulu AIDS dan penyakit HIV dikenal sebagai penyakit yang mematikan dan yang tidak ada
obatnya. Sekarang zaman sudah berubah! Walaupun infeksi HIV masih belum dapat
disembuhkan, ada obat yang dapat menekan penggandaan virus itu dalam darah kita sehingga
jumlah virus menjadi sangat rendah. Obat tersebut dikenal sebagai antiretroviral (ARV), dan
umumnya kita harus memakai tiga macam obat bersamaan, yang disebut sebagai terapi
antiretroviral (ART).

ART yang tersedia saat ini di Indonesia umumnya harus dipakai dua kali sehari dengan
kepatuhan tinggi. Karena HIV tetap ada di tubuh kita, dan tanpa obat akan mulai menggandakan
diri lagi, ART harus dipakai untuk seumur hidup. Namun ada harapan dalam beberapa tahun,
kita hanya harus memakai obat sekali sehari, dan kemudian (mungkin 15 tahun lagi?) akan
berbentuk satu suntikan sebulan sekali.

Walaupun kita memakai ART, dan walaupun jumlah virus dalam darah kita menjadi sangat
rendah (di bawah tingkat yang dapat diukur), kita masih dapat menularkan HIV kita pada orang
lain melalui perilaku berisiko.

Dari mana asalnya HIV?

Tidak ada seorang pun yang tahu asal HIV, cara kerja yang sesungguhnya atau bagaimana HIV
dapat diberantas dari tubuh seseorang. Di setiap negara, waktu laporan infeksi HIV pertama
muncul, orang menyalahkan kelompok yang sudah terpinggirkan (dan oleh karena itu pada
umumnya lebih mudah diserang infeksi HIV, karena kemiskinan dan tidak terjangkau oleh
layanan dan informasi). Biasanya yang disalahkan adalah orang ‘dari luar’ atau yang
penampilannya atau perilakunya ‘berbeda’. Semua itu membawa masalah saling menyalahkan
dan prasangka. Artinya juga bahwa banyak orang menganggap bahwa hanya orang dalam
kelompok ini berisiko tertular HIV dan bahwa ‘itu tidak mungkin terjadi pada saya.’
Ketidakpastian mengenai asal usulnya HIV dan siapa yang terpengaruh oleh HIV juga membuat
orang bahkan siap menyangkal bahwa HIV sebetulnya ada di antaranya.

Apa tes HIV itu?

Tes HIV menemukan antibodi terhadap HIV dalam darah. Antibodi itu dibuat oleh sistem
kekebalan tubuh sebagai reaksi terhadap infeksi oleh virus tersebut. Apabila tidak ada antibodi,
seseorang disebut sebagai antibodi negatif (seronegatif atau HIV-negatif). Hasil tes dapat negatif
(atau disebut ‘non-reaktif’) apabila seseorang baru saja terinfeksi, karena setelah terinfeksi
pembentukan antibodi makan waktu sampai tiga bulan. Masa antara infeksi dan terbentuknya
cukup banyak antibodi untuk menunjukkan hasil tes positif disebut ‘masa jendela’.

Bila hasil tes HIV adalah negatif, tetapi yang bersangkutan sudah berperilaku berisiko terinfeksi
HIV dalam tiga bulan sebelum dites, dia mungkin masih dalam masa jendela, dan hasil tes
mungkin tidak benar. Oleh karena itu, dalam keadaan ini, orang tersebut harus dites ulang, paling
cepat tiga bulan setelah peristiwa berisiko terakhir.

6
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Kalau kita berminat untuk melakukan tes HIV, kita harus diberikan penyuluhan (konseling)
sebelum dan setelah tes HIV. Tes HIV tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan berdasarkan
informasi lengkap (informed consent) dari yang bersangkutan.

Bagaimana HIV menular?

HIV terdapat di darah seseorang yang terinfeksi (termasuk darah haid), air susu ibu, air mani dan
cairan vagina.

 Pada saat berhubungan seks tanpa kondom, HIV dapat menular dari darah, air mani atau
cairan vagina orang yang terinfeksi langsung ke aliran darah orang lain, atau melalui
selaput lendir (mukosa) yang berada di vagina, penis, dubur atau mulut.
 HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV; saat ini darah donor
seharusnya diskrining oleh Palang Merah Indonesia (PMI), sehingga risiko terinfeksi
HIV melalui transfusi darah seharusnya rendah, walau tidak nol.
 HIV dapat menular melalui alat suntik (misalnya yang dipakai secara pergantian oleh
pengguna narkoba suntikan), melalui alat tindakan medis, atau oleh jarum tindik yang
dipakai untuk tato, bila alat ini mengandung darah dari orang yang terinfeksi HIV.
 HIV dapat menular pada bayi saat kehamilan, kelahiran, dan menyusui. Bila tidak ada
intervensi, kurang lebih sepertiga bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu dengan HIV akan
tertular.

HIV agak sulit menular, dan tidak menular setiap kali terjadi peristiwa berisiko yang melibatkan
orang terinfeksi HIV. Misalnya, walau sangat berbeda-beda, rata-rata hanya akan terjadi satu
penularan HIV dari laki-laki yang terinfeksi pada perempuan yang tidak terinfeksi dalam 500
kali berhubungan seks vagina. Namun penularan satu kali itu dapat terjadi pada kali pertama.

Risiko penularan HIV dari seks melalui dubur adalah lebih tinggi, dan penularan melalui
penggunaan jarum suntik bergantian lebih tinggi lagi. Risiko penularan dari seks oral lebih
rendah, tetapi tetap ada.

Bagaimana HIV tidak dapat ditularkan?

HIV hanya dapat hidup di dalam tubuh manusia yang hidup dan hanya bertahan beberapa jam
saja di luar tubuh.

 HIV tidak dapat menular melalui air ludah, air mata, muntahan, kotoran manusia dan air
kencing, walaupun jumlah virus yang sangat kecil terdapat di cairan ini. HIV tidak
ditemukan di keringat.
 HIV tidak dapat menembus kulit yang utuh dan tidak menyebar melalui sentuhan dengan
orang yang terinfeksi HIV, atau sesuatu yang dipakai oleh orang terinfeksi HIV; saling
penggunaan perabot makan atau minum; atau penggunaan toilet atau air mandi
bergantian.
 Perawatan seseorang dengan HIV tidak membawa risiko apabila tindakan pencegahan
diikuti seperti membuang jarum suntik secara aman dan menutupi luka.

7
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

 HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga pengisap darah yang lain.
Kebanyakan serangga tidak membawa darah dari satu orang ke orang lain ketika mereka
menggigit manusia. Parasit malaria memasuki aliran darah dalam air ludah nyamuk,
bukan darahnya.

Apa yang dimaksud dengan perilaku berisiko tinggi?

Yang dimaksud adalah melakukan sesuatu yang membawa risiko tinggi terkena infeksi pada
dirinya atau orang lain. Kita biasanya tidak tahu siapa terinfeksi HIV dan siapa yang tidak, jadi
kegiatan berikut termasuk berisiko tinggi:

 berhubungan seks dengan memasuki vagina, dubur atau mulut tanpa memakai kondom.
Laki-laki dengan HIV dapat menulari baik pasangan laki-laki maupun perempuan saat
berhubungan seks melalui dubur tanpa perlindungan
 memakai jarum suntik dan semprit (insul), atau alat tindakan medis yang tidak steril,
yang mungkin tercemar oleh darah orang lain, baik pada dirinya maupun orang lain
 menerima transfusi darah yang terinfeksi

Apa artinya seks yang lebih aman?

Seks yang lebih aman adalah setiap hubungan seks yang tidak berkaitan dengan air mani, cairan
vagina dan darah yang masuk tubuh orang lain atau menyentuh kulit terluka, misalnya:

 kegiatan seks tanpa penetrasi – dengan merangsang alat kelamin kita atau pasangan kita
(onani), seks paha, memijat atau mencium
 memakai kondom dengan pelicin berbahan dasar air (misalnya KY Jelly atau Pelicin
Sutra, dari awal sampai akhir waktu berhubungan seks melalui vagina atau dubur
 risiko seks oral (kontak mulut dengan alat kelamin laki-laki atau perempuan) lebih rendah
dibandingkan hubungan seks dengan penetrasi vagina atau dubur tanpa kondom
 tidak berhubungan seks (menahan nafsu) adalah aman

Apa artinya pengurangan dampak buruk narkoba?

Pengurangan dampak buruk narkoba (harm reduction) adalah tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi risiko terjadinya penularan melalui penggunaan narkoba. Dasar pemikirannya
adalah:

 Sebaiknya kita tidak memakai narkoba sama sekali. Namun bila penggunaan narkoba
tidak dapat dihindari:
 Sebaiknya kita tidak memakai narkoba dengan cara suntik (termasuk memanfaatkan
program terapi rumatan metadon/PTRM). Namun bila penggunaan dengan menyuntik
tidak dapat dihindari:
 Sebaiknya kita selalu memakai jarum suntik yang baru setiap kali kita menyuntik. Namun
bila tidak tersedia jarum suntik baru:
 Sebaiknya kita tidak memakai jarum suntik bergantian – hanya kita sendiri yang
memakai jarum milik sendiri. Namun bila harus memakai jarum suntik bergantian:
8
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

 Membersihkan jarum dan semprit dengan pemutih sebelum dipakai oleh orang lain.

Apa yang dimaksud dengan ‘HIV Stop di Sini’?

Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV sangat tidak ingin orang lain juga mengalami nasib yang
sama. Oleh karena itu, apabila kita terinfeksi HIV, adalah sangat penting kita mempraktekkan
seks yang lebih aman, serta tindakan pengurangan dampak buruk narkoba, yang secara
keseluruhan disebut sebagai ‘HIV Stop di Sini’, agar:

 mencegah penularan HIV ke orang yang HIV-negatif atau yang tidak tahu status HIV-nya
 menjauhkan diri dari infeksi menular seksual (IMS) lain, seperti kencing nanah (gonore)
atau sifilis, atau infeksi lain yang menular melalui darah
 mencegah penularan HIV ulang (reinfection), yaitu ditulari jenis atau subtipe HIV yang
lain atau dengan HIV yang sudah resistan (kebal) terhadap obat

1.4. Asal-Usul AIDS


Oleh Annabel Kanabus & Sarah Allen, AVERT, 10 Februari 1999

Perdebatan seputar asal usul AIDS telah sangat menarik perhatian dan sengketa sejak awal
epidemi. Namun, bahaya mencoba mengenali dari mana AIDS berasal. Orang-orang dapat
menggunakan nya sebagai bahan perdebatan untuk menyalahkan kelompok tertentu atau gaya
hidup.

Kasus AIDS pertama ditemukan di AS pada 1981, tetapi kasus tersebut hanya sedikit memberi
informasi tentang sumber penyakit ini. Sekarang ada bukti jelas bahwa AIDS disebabkan oleh
virus yang dikenal dengan HIV. Jadi untuk menemukan sumber AIDS kita perlu mencari asal
usul HIV.

Asal usul HIV bukan hanya menyangkut masalah akademik, karena tidak hanya memahami dari
mana asal virus tersebut tetapi juga bagaimana virus ini berkembang menjadi penting sekali
untuk mengembangkan vaksin HIV dan pengobatan yang lebih efektif. Juga, pengetahuan
tentang bagaimana epidemi AIDS timbul menjadi penting dalam menentukan bentuk epidemi di
masa depan serta mengembangkan pendidikan dan program pencegahan yang efektif.

Sejarah 1926

Beberapa ilmuwan menganggap HIV menyebar dari kera ke manusia antara 1926-1946.
Penelitian sekarang menunjukkan bahwa HIV kemungkinan pertama meloncat dari simpanse ke
manusia pada 1675 tetapi jenis virus itu tidak menetapkan diri sebagai epidemi hingga 1930.

Sejarah 1959

9
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Seorang laki-laki meninggal dunia di Kongo dengan apa yang dianggap peneliti sebagai
kematian AIDS pertama yang terbukti.

Sejarah 1978

Laki-laki gay di AS dan Swedia – dan laki-laki heteroseks di Tanzania dan Haiti – mulai
menunjukkan tanda apa yang nantinya akan disebut gejala AIDS.

Sejarah 1980

Kematian karena AIDS di AS: 31 (termasuk semua kasus sebelum 1981).

Sejarah 1981

Sarkoma Kaposi (KS) adalah bentuk kanker kulit yang jarang dan umumnya relatif tidak ganas,
yang cenderung dialami hanya oleh orang lanjut usia. Tetapi pada Maret sedikitnya delapan
kasus yang lebih ganas sudah dilaporkan di antara laki-laki muda yang gay di New York, AS.

Seorang teknisi obat di Centers for Disease Control (CDC), AS, mencatat sejumlah permintaan
yang luar biasa tinggi untuk obat pentamidin, obat yang dipakai untuk mengobati pneumonia
Pneumocystis carinii (PCP). Ini mengakibatkan laporan ilmiah tentang PCP yang luar biasa pada
lima laki-laki gay dari Los Angeles, AS.

Penelitian yang dimulai mencari penyebab PCP di Los Angeles dan KS di New York, AS. Calon
utama penyebab yang timbul adalah popper atau penghirup nitrat. Penyebab lain yang mungkin
adalah unsur menular.

Ada berbagai teori mengenai kemungkinan penyebab kasus infeksi oportunistik (IO) ini. Tetapi
karena hanya sangat sedikit yang diketahui mengenai penyakit baru ini, ada kekhawatiran
mengenai daya menularnya, dan apakah penyakit dapat disebarkan oleh orang tanpa gejala.
Pengetahun mengenai penyakit ini berubah begitu cepat sehingga asumsi yang diambil sering
dibuktikan salah setelah hanya beberapa bulan. Contohnya, pada Juli CDC beranggapan bahwa
orang bukan gay tidak rentan terhadap penyakit ini.

Namun, sebelum akhir tahun, kasus PCP pertama tampak di antara pengguna narkoba. Pada saat
yang sama, kasus pertama dilaporkan dari Inggris.

422 kasus AIDS didiagnosis di AS; 159 meninggal dunia.

Sejarah 1982

Penyakit masih belum diberi nama, dengan berbagai kelompok memakai istilah yang berbeda-
beda. CDC AS umumnya mengacunya dengan nama IO, contohnya limfadenopati, walau kadang
dipakai istilah “Kaposi’s Sakoma and Opportunistic Infections (KSOI)”. Sebaliknya beberapa
kelompok masih mengkaitkan penyakit ini dengan kejadian pertama di antara laki-laki gay,

10
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

dengan surat pada The Lancet memakai nama “gay compromise syndrome”. Yang lain memakai
nama GRID (Gay-Related Immune Deficiency – penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan
dengan kaum gay), AID (acquired immunodeficiency disease), “kanker gay” atau “community-
acquired immune dysfunction.

Pada Juni, ada laporan mengenai sekelompok kasus di antara laki-laki gay di California Selatan,
yang memberi kesan bahwa penyakit disebabkan oleh suatu unsur yang menular melalui
hubungan seks.

Nanti, pada bulan yang sama, laporan pertama muncul mengenai penyakit yang terjadi di antara
orang Haiti, serta juga orang dengan hemofilia. Ada yang menganggap bahwa ini adalah bukti
bahwa epidemi berawal dari Haiti.

Kejadian penyakit pada orang non-gay berarti nama seperti GRID tidak cocok lagi. Pada Juli,
akronim AIDS, kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome (sindrom dapatan yang
disebabkan oleh penurunan sistem kekebalan tubuh) dianjurkan pada pertemuan di AS. Istilah
SIDA dipakai dalam bahasa Prancis dan Spanyol.

Pada Agustus, nama AIDS mulai dipakai oleh surat kabar dan jurnal ilmiah, tetapi sindrom baru
didefinisikan secara resmi oleh CDC pada September.

Beberapa organisasi layanan AIDS sukarela mulai didirkan di AS, termasuk San Francisco AIDS
Foundation (SFAF), serta Gay Men’s Health Crisis (GMHC) di New York. Pada November,
organisasi AIDS pertama didirikan di Inggris, yaitu Terrence Higgins Trust, yang mengenang
orang pertama yang diketahui meninggal karena AIDS di negara itu.

Pada Desember, seorang bayi berusia 20 bulan meninggal karena infeksi terkait AIDS, setelah
menerima beberapa transfusi darah. Kasus ini memberi bukti jelas bahwa AIDS disebabkan oleh
unsur menular dalam darah, dan menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan transfusi
darah.

Pada Desember, CDC juga melaporkan kasus pertama penularan yang kemungkinan terjadi dari
ibu-ke-bayi. Oleh karena beberapa kasus ini, semakin banyak orang mulai sadar terhadap
penyakit baru ini, karena semakin jelas bahwa kelompok orang yang terpengaruh jauh lebih luas.

AIDS dilaporkan terdapat di 14 negara di seluruh dunia.

Sejarah 1983

Pada Januari, mulai muncul laporan mengenai AIDS di antara perempuan tanpa faktor risiko
lain, yang memberi kesan bahwa penyakit dapat menular melalui hubungan heteroseksual.

11
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

AIDS Candlelight Memorial pertama dilaksanakan di San Francisco, AS.

Pada Mei, para dokter di Institute Pasteur di Prancis memisahkan sebuah virus baru yang
mungkin penyebab AIDS. Virus ini disebut virus terkait limfadenopati (lymphadenopathy-
associated virus/LAV). Contoh dikirim ke CDC dan National Cancer Institute (NCI) di AS.

Di Eropa, ada dua epidemi AIDS, satu berhubungan dengan Afrika, sementara yang lain
berhubungan dengan laki-laki gay yang pernah mengunjungi AS. Laporan resmi pertama tentang
AIDS di Inggris dibuat oleh Departemen Kesehatan Inggris. Tiga orang di Inggris telah
meninggal. Kematian orang Australia pertama karena AIDS dicatat di Melbourne.

Pada saat ini, dokter yang bekerja di bagian Zambia dan Zaire mengamati munculnya bentuk KS
yang sangat ganas. Kanker ini adalah endemik di Afrika Tengah, tetapi sebelumnya hanya
berlanjut secara perlahan dan menanggapi pengobatan dengan baik, sementara kasus baru
tampaknya jauh berbeda, dan sering mematikan.

CDC AS coba memberi penenteram hati dengan mengumumkan bahwa penyebab AIDS tidak
diketahui, tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh unsur yang disebarkan oleh hubungan seks
dan melalui jarum suntik yang tercemar. Tidak ada bukti bahwa AIDS dapat menyebar melalui
udara, atau melalui kontak sehari-hari.

Nanti dalam tahun ini, jumlah anak AIDS meningkat, dan ada kesepakatan bahwa anak itu
memperoleh infeksi dari ibunya di dalam rahim atau saat persalinan. Juga, jelas virus penyebab
AIDS dapat disebarkan melalui transfusi darah.

Konferensi AS pertama tentang AIDS dilaksanakan di Denver pada Juli. Sekelompok aktivis
dengan AIDS masuk konferensi tersebut tanpa undangan, dan menyatakan pernyataan yang
sekarang diketahui sebagai Asas Denver. Asas mulai dengan desakan agar “Kami menolak
ditandai sebagai “korban”, istilah yang berbau kegagalan.”

12
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Dr. Zubairi Djoerban melaksanakan penelitian terhadap 30 waria di Jakarta. Karena rendahnya


tingkat limfosit dan gejala klinis, Dr. Zubairi pastikan dua di antaranya terinfeksi.

Pada September, CDC menerbitkan anjuran pertamanya mengenai kewaspadaan untuk petugas
layanan kesehatan untuk mencegah penyebaran AIDS. Di Inggris, orang yang mungkin rentan
terhadap AIDS diminta agar tidak mendonasi darah.

AIDS telah dilaporkan di 33 negara. 3.000 orang AS AIDS, di antaranya 1.283 telah meninggal.

Sejarah 1984

Dr. Robert
Gallo

Pada April, pemerintah AS mengumumkan bahwa Dr. Robert Gallo di NCI telah memisahkan
retrovirus penyebab AIDS dan itu diberi nama HTLV-III. Diumumkan bahwa sebentar lagi akan
tersedia tes darah yang dapat menemukan antibodi terhadap virus.

Sekretaris Health and Human Service AS, Margareth Heckler, meramalkan secara yakin bahwa
epidemi akan cepat selesai. Dia berkata “akan ada vaksin dalam beberapa tahun dan obat yang
menyembuhkan AIDS sebelum 1990.”

Ada kemungkinan besar bahwa HTLV-III adalah sama dengan LAV yang ditemukan oleh
Pasteur Institute.

Gaetan Dugas, yang disebut “pasien nol”, meninggal dunia. Dia dianggap orang yang
“membawa” AIDS ke Amerika Utara. Sebetulnya istilah pasien nol timbul akibat
kesalahpahaman; pada awal dia disebut “pasien O’ untuk ‘Out of California (di luar California)’,
tetapi dibaca ‘pasien 0’.

Di San Francisco, AS, semua “tempat pemandian” kaum gay ditutup.

Para peneliti yang mengunjungi Afrika Tengah melaporkan ditemukannya 26 pasien dengan
AIDS di Kigali, Rwanda, dan 38 di Kinshasa, Zaire. Penelitian di Rwanda menyimpulkan bahwa
keterkaitan antara lingkungan perkotaan, penghasilan yang relatif tinggi, dan ‘seks bebas’ adalah

13
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

faktor risiko untuk AIDS di Afrika. Penelitian di Zaire menemukan kemungkinan besar ada
kaitan dengan penyebaran heteroseksual.

Pusat pertukaran jarum suntik pertama dalam skala kecil di buka di Amsterdam, Belanda.

Menjelang akhir 1984 7.699 kasus AIDS di antara orang AS, dengan 3.655 di antaranya sudah
meninggal. Di Eropa, dilaporkan 762 kasus.

Sejarah 1985

Food and Drug Administration (FDA) di AS menyetujui tes diagnosis AIDS dari Gallo yang
didasarkan teknik Western blot. Segera setelah itu perangkat tes antibodi komersial pertama
disetujui. Nanti dalam tahun ini Institute Pasteur mengajukan tuntutan perkara melawan NCI,
menuntut pembagian royalti dari tes darah AIDS yang telah dipatenkan oleh NCI.

Ada kekhawatiran mengenai beberapa masalah sosial dan etika terkait tes baru. Terutama adalah
masalah terkait kerahasiaan dan artinya/dampak hasil tes yang positif.

RSCM dan FK-UI membentuk satuan tugas untuk mengkaji masalah AIDS, yang dikenal
sebagai POKDISUS AIDS.

Konferensi internasional pertama tentang AIDS dilaksanakan di Atlanta, AS, dihadiri oleh 2.000
peserta. Segera setelah konferensi ini, WHO melakukan pertemuan internasional untuk
membahas pandemi AIDS dan memulai tindakan sedunia yang terkordinasi.

Banyak orang diketahui terinfeksi di Afrika Tengah. Di Uganda AIDS dikenal sebagai “penyakit
kurus,” karena efek wasting yang diakibatkannya.

Aktor Rock Hudson meninggal karena AIDS. Ia adalah tokoh masyarakat pertama yang
diketahui meninggal karena AIDS. Juga di AS, Ryan White, seorang hemofilia berusia 13 tahun
yang AIDS, dikeluarkan dari sekolah.

Pada awal, WHO memakai definisi AIDS pertama yang dikembangkan di AS pada 1982 untuk
surveilans. Tetapi definisi ini membutuhkan sarana laboratorium yang tidak tersedia di sebagian
besar negara di Afrika. Jadi pada 1985 definisi klinis baru dari World Health Organisation
(WHO) tentang AIDS di Afrika disetujui, disebut sebagai definisi Bangui.

Pada tahun ini, pengetahuan mengenai cara penularan berkembang lagi, dengan laporan pertama
mengenai penularan dari ibu-ke-bayi melalui menyusui.

Menteri Kesehatan RI, Dr. Soewandjono Soerjaningrat, menjawab pertanyaan wartawan, “Kalau


kita taqwa pada Tuhan, kita tidak perlu khawatir terjangkit penyakit AIDS.”

Menjelang akhir tahun, AIDS dilaporkan terdapat di 51 negara, di semua benua.

Sejarah 1986

14
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Program pertukaran jarum suntik pertama dibuka di Inggris.

Seorang wanita berusia 25 tahun, meninggal dunia di RSCM, tes darahnya memastikan bahwa
dia terinfeksi HTLV-III, dan dengan gejala klinis yang menunjukkan AIDS. Kasus ini tidak
dilaporkan oleh Depkes.

Menjadi jelas virus LAV dan HTLV-III sebenarnya sama. Suatu panitia internasional
menyatakan bahwa kedua nama tersebut sebaiknya dibatalkan dan diganti dengan nama baru,
yaitu Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Pada Konferensi AIDS Internasional kedua di Paris, Prancis, ada laporan awal tentang
penggunaan obat zidovudine (AZT) untuk mengobati AIDS. Tetapi Direktur WHO melaporkan
pada konferensi bahwa sampai 10 juta orang di seluruh dunia mungkin sudah terinfeksi HIV.

WHO meluncurkan strategi AIDS sedunia. Pada pertemuan WHO mengenai penyebaran AIDS
di antara pengguna narkoba, dianjurkan penyediaan jarum suntuk yang steril pada pengguna
narkoba sebaiknya di antara tindakan pencegahan oleh negara-negara sendiri untuk mencegah
penyebaran AIDS.

Menteri Kesehatan (Surgeon General) AS menerbitkan laporan utama tentang AIDS. Laporan ini
adalah pernyataan besar pertama mengenai apa yang harus dilakukan di AS untuk mencegah
AIDS.

Menteri Kesehatan Uganda mengatakan bahwa negaranya terserang AIDS, dan negara Afrika
lain mengikuti dengan mengajukan permintaan untuk mendapatkan bantuan WHO. Departemen
Kesehatan Zambia meluncurkan program pendidikan nasional tentang AIDS, membawa
pendidikan AIDS ke sekolah dan kelompok masyarakat melalui tarian, sandiwara, dan lagu.

Seperti di negara maju, AIDS di Afrika ditemukan terutama pada orang muda dan usia
pertengahan, sering yang belum nikah. Juga diakui bahwa sebagian infeksi terjadi akibat
penggunaan jarum suntik secara bergantian dalam sarana kesehatan.

Di Inggris, pemerintah membentuk Panitia Kabinet tentang AIDS.

Pada akhir 1986, 85 negara sudah melaporkan 38.401 kasus AIDS pada WHO, dengan 84 di
antaranya di Asia.

15
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Tipe virus apakah HIV itu?

HIV adalah bagian dari keluarga atau kelompok virus yang disebut lentivirus. Lentivirus seperti
HIV ditemukan dalam lingkup luas primata non-manusia. Lentivirus yang lain, diketahui secara
kolektif sebagai virus monyet yang dikenal dengan SIV (simian immunodeficiency virus) di
mana tulisan di bawah garis menunjukkan asal spesiesnya.

Jadi dari mana HIV berasal? Apakah HIV berasal dari SIV?

Sekarang secara umum diterima bahwa HIV merupakan keturunan dari SIV. Jenis SIV tertentu
mirip dengan HIV-1 dan HIV-2, dua tipe HIV.

Sebagai contoh, HIV-2 dapat disamakan dengan SIV yang ditemukan pada monyet sooty
mangabey (SIVsm), kadang-kadang dikenal sebagai monyet hijau yang berasal dari Afrika barat.

Jenis HIV yang lebih mematikan, yaitu HIV-1, hingga akhir-akhir ini sangat sulit untuk
digolongkan. Sampai 1999, yang paling mirip adalah SIV yang diketahui menginfeksi simpanse
(SIVcpz), tetapi ada perbedaan yang berarti antara SIVcpz dan HIV.

Jadi apa yang terjadi pada 1999? Apakah sekarang simpanse diketahui sebagai asal HIV?

Pada Februari 1999 diumumkan bahwa kelompok peneliti dari University of Alabama, di AS,
telah meneliti jaringan yang dibekukan dari seekor simpanse dan menemukan jenis virus (SIV cpz)
yang nyaris sama dengan HIV-1. Simpanse ini berasal dari sub-kelompok simpanse yang disebut
Pan troglodyte troglodyte, yang dahulu umum di Afrika tengah-barat.

Peneliti menegaskan bahwa ini menunjukkan simpanse adalah sumber HIV-1, dan virus ini pada
suatu ketika menyeberang dari spesies simpanse ke manusia. Namun, belum jelas apakah
simpanse merupakan sumber asli HIV-1 karena simpanse jarang terinfeksi SIV cpz. Oleh karena
ada kemungkinan baik simpanse maupun manusia terinfeksi dari pihak ketiga, yaitu suatu
spesies primata yang masih belum dikenali. Bagaimana pun keadaannya, sedikitnya perlu dua
perpindahan terpisah ke manusia.

Bagaimana HIV dapat menyeberangi spesies?

Telah lama diketahui bahwa virus tertentu dapat menyeberang dari hewan kepada manusia, dan
proses ini dikenal dengan zoonosis.

Peneliti dari University of Alabama mengesankan bahwa HIV dapat menyeberang dari
simpanse karena manusia membunuh simpanse dan memakan dagingnya.

16
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Beberapa teori lain yang diperdebatkan berpendapat bahwa HIV berpindah secara iatrogenik
(diakibatkan kealpaan pihak medis), misalnya melalui percobaan medis. Satu teori yang
disebarluaskan secara baik adalah bahwa vaksin polio yang memainkan peranan dalam
perpindahan ini, karena vaksin tersebut dibuat dengan menggunakan ginjal monyet.

Tetapi yang penting pada berbagai macam teori ini adalah pertanyaan tentang kapan perpindahan
itu terjadi.

Apakah ada fakta kapan perpindahan itu terjadi?

Selama beberapa tahun terakhir memungkinkan bukan hanya menentukan apakah HIV ada di
dalam darah, tetapi juga menentukan subtipe virus. Penelitian terhadap subtipe virus, dari infeksi
HIV pada kasus-kasus awal dapat memberi petunjuk mengenai kapan HIV pertama kali
menyerang manusia dan perkembangan berikutnya.

Tiga infeksi HIV yang paling awal adalah sebagai berikut:

Contoh plasma (cairan darah) yang diambil dari seorang pria dewasa yang hidup di Republik
Demokratik Kongo tahun 1959.

HIV ditemukan pada contoh jaringan tubuh dari seorang pemuda Amerika-Afrika yang
meninggal dunia di St. Louis, AS, tahun 1969.

HIV ditemukan pada contoh jaringan tubuh dari seorang pelaut Norwegia yang meninggal dunia
sekitar tahun 1976.

Analisis yang dilakukan pada 1998 tentang contoh plasma dari 1959 mengesankan bahwa HIV-1
memasuki manusia sekitar 1940-an atau awal 1950-an, lebih awal daripada yang diperkirakan
sebelumnya. Ilmuwan lain memperkirakan lebih lama lagi, mungkin sekitar 100 tahun yang lalu
atau lebih.

Apakah diketahui di mana HIV pada manusia muncul?

Sekarang banyak orang menganggap karena HIV terlihat berkembang dari satu jenis SIV yang
ditemukan pada tipe simpanse di Afrika Barat, ini berarti HIV pertama muncul pada manusia di
sana. Kemudian dianggap bahwa HIV menyebar dari Afrika ke seluruh dunia.

Bagaimana pun, seperti yang dibahas di atas, belum tentu simpanse adalah sumber asli HIV dan
ada kemungkinan virus ini menyeberang ke manusia, lebih dari satu kesempatan. Jadi mungkin
juga HIV timbul pada waktu yang bersamaan baik di Amerika Selatan dan Afrika, atau bahkan
muncul di benua Amerika sebelum muncul di Afrika.

17
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Kita mungkin tidak akan pernah tahu secara pasti kapan dan di mana virus ini muncul pertama
kali, tetapi yang jelas pada suatu waktu di pertengahan abad 20-an ini, infeksi HIV pada manusia
berkembang menjadi epidemi penyakit di seluruh dunia yang saat ini lebih dikenal sebagai
AIDS.

Apa yang menyebabkan epidemi ini menyebar secara tiba-tiba?

Ada beberapa faktor yang dapat mendukung penyebaran begitu mendadak termasuk perjalanan
internasional, industri darah, dan penggunaan narkoba yang meluas.

a. Perjalanan Internasional

Peranan yang dimainkan oleh perjalanan internasional dalam penyebaran HIV disorot pada kasus
yang sekarang dikenal sebagai ‘Patient Zero’ (pasien asli). Patient Zero adalah seorang
pramugara pesawat terbang berkebangsaan Kanada dan bernama Gaetan Dugas yang sering
mengadakan perjalanan ke seluruh dunia. Analisis terhadap beberapa kasus AIDS awal
menunjukkan bahwa orang terinfeksi tersebut adalah orang yang berhubungan seksual baik
langsung atau pun tidak langsung dengan pramugara ini. Kasus-kasus ini yang ditemukan di
beberapa kota di AS ini menunjukkan peranan perjalanan internasional dalam penyebaran HIV.
Ini juga mengesankan bahwa penyakit ini mungkin diakibatkan oleh satu zat penyebar.

b. Industri Darah

Sewaktu transfusi darah menjadi bagian yang rutin dari tindakan medis, industri darah untuk
memenuhi permintaan darah juga meningkat. Di beberapa negara seperti AS, orang yang
menyumbangkan darahnya dibayar, termasuk pengguna narkoba suntikan. Darah yang diperoleh
kemudian dikirim ke seluruh dunia. Juga, pada akhir 1960-an penderita hemofilia mulai
memanfaatkan pembeku darah yang disebut Factor VIII.

Untuk memproduksi zat pembeku itu, darah dari ribuan donor dikumpulkan yang meningkatkan
kemungkinan produk ini tercemar HIV. Karena Factor VIII disebarkan ke seluruh dunia, ada
kemungkinan banyak penderita hemofilia terpajan infeksi baru.

c. Penggunaan Narkoba

Pada 1970-an ditemukan peningkatan ketersediaan heroin seiring dengan perang Vietnam dan
konflik lain di Timur-Tengah, yang mendorong pertumbuhan penggunaan narkoba suntikan.
Peningkatan penyediaan beserta pengembangan alat semprit plastik sekali pakai dan
pembangunan shooting gallery (tempat menyuntik narkoba) di mana orang dapat membeli obat
terlarang dan menyewakan perlengkapan menjadi cara lain penyebaran virus.

18
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Apa teori lain tentang asal usul HIV?

Teori lain yang diajukan tentang asal usul HIV termasuk banyaknya teori konspirasi. Beberapa
orang mengesankan HIV dibuat oleh CIA, meskipun yang lain menganggap bahwa HIV
direkayasa secara genetik.

2.HIV STOP DISINI


Apa yang Dimaksud dengan ‘HIV Stop di Sini’?

Hampir tidak ada satu pun orang yang terinfeksi HIV yang ingin orang lain mengalami nasib
yang sama. Hampir semuanya ingin supaya virus yang ada di tubuh dirinya sendiri tidak menular
pada orang lain, baik pasangannya, temannya atau bayinya. Oleh karena itu, Spiritia
mencanangkan prakarsa “HIV Stop di Sini”, yang bertujuan untuk memotong rantai penularan.

Terus terang, setiap penularan membutuhkan satu Odha. Namun ini masalah yang cukup peka
dan rumit, antara lain karena banyak orang tidak tahu dirinya telah terinfeksi HIV.

Semenjak awal epidemi HIV/AIDS, upaya pencegahan dipusatkan pada orang HIV-negatif. Bila
Odha juga menjadi sasaran, ada yang takut bahwa ini akan menstigmatisasikan kelompok yang
sudah menghadapi diskriminasi. Namun akhir-akhir ini, kemajuan dalam sarana hukum dan
sosial menghasilkan dukungan yang lebih besar untuk Odha, dan kemajuan sejajar dalam
perawatan dan pencegahan mendesak kita untuk membahas peranan Odha dalam upaya
pencegahan.

Oleh karena itu, Spiritia mencanangkan prakarsa “HIV Stop di Sini”, yang bertujuan untuk
memotong rantai penularan. Terus-terang, setiap penularan membutuhkan satu Odha. Namun ini
masalah yang cukup peka dan rumit, antara lain karena banyak orang tidak tahu dirinya telah
terinfeksi HIV.

Tanggung jawab
Salah satu kerumitan berawal dari istilah ‘tanggung jawab’. Kebanyakan kita ingin agar perilaku
kita dianggap bertanggung jawab. Namun, kita menolak anggapan bahwa kita bertanggung
jawab atas ledakan pada epidemi HIV/AIDS belakangan ini. Kita pasti tidak ingin pasangan kita
terinfeksi, atau orang lain mengalami nasib seperti kita. Ada sedikit orang yang ingin ‘balas
dendam’, tetapi ini agak jarang, dan biasanya diakibatkan oleh diskriminasi yang berat, atau tes
HIV yang dilakukan tanpa proses semestinya. Jelas orang jahat tidak menjadi ‘baik’ akibat
infeksi HIV.

19
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Dampak ART pada pencegahan


Penyediaan terapi antiretroviral (ART) mengubah keadaan secara bermakna. Ada ketakutan
bahwa masyarakat akan beranggapan bahwa AIDS tidak masalah lagi karena ada obat, dan akan
kembali berperilaku berisiko. Dengan adanya ART, Odha bertahan hidup lebih lama, lebih sehat,
dengan lebih banyak kesempatan untuk menularkan orang lain. Lagi pula, viral load yang tidak
terdeteksi dalam darah bukan berarti kita tidak dapat menulari orang lain, antara lain karena,
jumlah virus dalam air mani dapat lebih tinggi dibandingkan dalam darah. Dan bila kita
melakukan hubungan seks secara sembarangan, kita dapat terinfeksi ulang dengan virus yang
resistan terhadap obat yang kita pakai.

Selain itu, dengan semakin banyak orang yang membutuhkan ART, ada risiko bahwa dana yang
sekarang disediakan untuk program pencegahan dikurangi, dan dialihkan pada pengobatan. Kita
diberikan ART secara gratis, sementara orang dengan penyakit lain tetap harus bayar sendiri.
Bukankah pantas agar kita ‘berterima kasih’ atas ketersediaan ART gratis, dengan imbalan
sesuai?

Mengapa Odha harus terlibat dalam pencegahan?


Harus ada perubahan dalam program pencegahan, yang sampai saat ini dipusatkan pada
‘kelompok berisiko’ seperti gay, waria, pekerja seks dan pengguna narkoba, dan tidak pada
Odha. Namun jelas program pencegahan tidak berhasil, dengan jumlah orang yang terinfeksi
terus meningkat. Kita yang dapat – dan harus – memotong rantai penularan.

Tidak semua Odha mendukung perubahan ini, sebagian karena takut haknya akan dibatasi.
Namun, ada semakin banyak Odha dan organisasi Odha yang mendukung pendapat bahwa Odha
harus juga menjadi sasaran. Sampai saat ini, kita diharapkan akan berperilaku ‘aman’, tetapi
jarang kita didukung dalam hal ini:

“Perilaku berisiko bukan kebiasaan untuk Odha.


 
Sebagian besar di antara kami berupaya agar meyakinkan pasangan kami tidak tertular, dan kami
melakukannya tanpa banyak dukungan.
 
Tidak ada kampanye besar-besaran yang mendukung kami agar tetap aman dalam hubungan
kami. Kami melakukannya sendiri.”

Terje Anderson, NAPWA (Asosiasi Nasional Odha AS)

Kita manusia...

...dengan semua kekuatan dan kelemahan manusia lain

20
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Perubahan perilaku tidak mudah untuk siapa pun, walaupun diberi dukungan. Seperti orang lain,
kita juga manusia, dan tidak dapat berjanji bahwa kita tidak akan mengalah pada godaan. Dan
pada zaman ini, memang semuanya harus terlibat dalam upaya melindungi dirinya dari infeksi,
dengan memakai kondom atau menghindari penggunaan jarum suntik bergantian. Kita juga
punya hak untuk hidup...

Tantangan
Ada berbagai tantangan yang kita hadapi saat ingin menghidupkan “HIV Stop di Sini”. Seperti
dibahas di atas, ‘Kita melakukannya sendiri’, dengan hanya sedikit dukungan dari masyarakat
umum, yang biasanya kurang informasi. Oleh karena itu, Odha sering dilihat dengan kacamata
moral, dan mengalami diskriminasi. Banyak di antara kita kurang kepercayaan diri (PD), dan
tidak berdaya untuk membujuk pasangan kita untuk melakukan seks aman.

Walau kita menerima kewajiban untuk membuka status pada pasangan, tidak ada jaminan dia
akan menghormati kerahasiaan kita. Ketersediaan kondom kurang, apa lagi jarum suntik dan
program rumatan metadon buat kita yang ketagihan narkoba. Akhirnya, kita yang tergantung
pada seks sebagai penghasilan jelas menghadapi dilema (buah simalakama): bila kita
mengharuskan klien memakai kondom, kemungkinan dia akan lari ke orang lain, dengan akibat
kita tidak mendapat penghasilan untuk menghidupi keluarga kita.

Mungkin kita dapat menghindari tantangan ini sekali-kali. Tetapi bagaimana terus-menerus
untuk seumur hidup? Sulit!

Manfaat untuk kita


Namun ada banyak manfaat bila kita dapat menghidupkan “HIV Stop di Sini”. Mungkin yang
paling penting, bila jumlah infeksi terus meningkat, akhirnya masyarakat akan menolak
penyediaan dana untuk pengobatan gratis buat kita. Sebaliknya, dengan upaya yang pantas, kita
dapat mengubah sikap masyarakat, dan mengurangi stigma dan diskriminasi, dengan harapan
bahwa AIDS dapat menjadi penyakit yang ‘normal’.

Kesimpulan
Sebagian besar kita beranggap bahwa kewajiban kita untuk mendukung dan mendorong “HIV
Stop di Sini”. Walaupun prakarsa ini dianggap kontroversial oleh banyak Odha, diharapkan kita
dapat mendukung upaya ini, dan membahas pencegahan dalam kelompok kita. Pasti kita
membutuhkan dukungan, melalui ketersediaan kondom, pertukaran jarum suntik, dan program
metadon.

21
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

2.1. Pemberdayaan Odha


Pemberdayaan Odha adalah asas dari semua program dan kegiatan Yayasan Spiritia sejak
pertama Spiritia didirikan pada 1995. Asas tersebut dibahas dalam beberapa dokumen berikut:

GIPA
(Greater Involvement of People Living with HIV/AIDS
atau
Keterlibatan Lebih Luas oleh Odha)

“Dengan hati terbuka,


Mari bangkit dan bicara pada dunia...”

Philly Bongole Lutaaya

Philly adalah musisi Uganda yang merupakan orang Afrika pertama yang mengungkapkan status
HIV-positifnya dan ikut dalam kampanye melawan AIDS. Pembela hidup secara “positif” dan
memerangi stigma, dia dianggap sebagai salah satu “Bapak” GIPA. Philly Lutaaya meninggal
tahun 1989.

GIPA menggunakan pengalaman Odha yang hidup dengan atau terpengaruh oleh HIV/AIDS
dalam upaya penanggulangan epideminya, dan memberi wajah dan suara manusia pada
HIV/AIDS di dalam benak orang yang tidak tersentuh langsung. Tetapi keterlibatan harus secara
berarti, bukan hanya sebagai pengamat atau simbol, dan harus menganggap Odha sebagai subjek,
bukan objek atau penerima layanan; sebagai bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah.

Asal usul GIPA


Asas Denver 1983

Pada masa awal AIDS, kesehatan dianggap sekadar masalah dokter dan perawat, dan orang yang
terkena penyakit harus menyerahkan dirinya pada layanan kesehatan. Sekelompok aktivis
dengan AIDS tanpa undangan masuk konferensi AIDS pertama, di Denver, AS, pada Juni 1983,
saat belum ditemukan penyebab AIDS. Aktivis tersebut membaca pernyataan, yang sekarang
dikenal sebagai ‘Denver Principles’ atau ‘Asas Denver’. Asas tersebut menjadi landasan untuk
semua aktivisme oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS (Odha) sejak itu. Asas Denver tetap
menjadi dasarnya asas keterlibatan Odha, agar Odha diberdayakan dan diberi peranan dalam
penanganan kesehatannya sendiri. Berikut adalah kutipan dari deklarasinya, yang mendesak agar
suaranya didengar:

22
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Kami menolak ditandai sebagai korban, istilah yang berbau kegagalan. Hanya kadang kami
pasien, istilah yang berbau ketidakberdayaan, mati kutu, dan ketergantungan pada orang lain.
Kami adalah “Orang dengan AIDS.”

Kami mendesak agar Odha dilibatkan dalam semua tingkat pengambilan keputusan

Keterlibatan Odha dalam semua forum terkait AIDS dengan kredibilitas yang sama dengan
peserta lain

Odha mempunyai hak untuk meninggal dan hidup dengan bermartabat

Kata kunci dari Asas Denver: kesamarataan.

Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan 1986

Asas keterlibatan ‘pasien’ dalam penyakitnya baru pertama kali didukung oleh ‘dunia’ pada
Konferensi Internasional tentang Promosi Kesehatan pertama, di Ottawa, November 1986. Asas
utama adalah pemberdayaan komunitas agar dapat terlibat dalam semua tindakan terkait
kesehatannya, dari pembuatan kebijakan hingga penerapan. Berikut adalah kutipan dari Piagam
Ottawa (Ottawa Charter for Health Promotion):

“Promosi kesehatan bekerja melalui tindakan konkret dan efektif oleh komunitas untuk
penentuan prioritas, pengambilan keputusan, perencanaan strategi, dan penerapannya untuk
mencapai kesehatan yang lebih baik... Intinya proses ini adalah pemberdayaan komunitas –
kepemilikan dan penguasaan terhadap upaya dan takdirnya sendiri.”

Kata kunci dari Piagam Ottawa: pemberdayaan.

Deklarasi KTT AIDS Paris 1994

Pada Hari AIDS Sedunia 1994, 42 negara dari seluruh dunia yang berkumpul pada Konferensi
AIDS Tingkat Tinggi di Paris, Perancis, menyetujui Deklarasi Paris. Deklarasi ini menyatakan
bahwa keterlibatan Odha adalah penting untuk penanggulangan nasional terhadap epidemi
HIV/AIDS secara etis dan efektif. Indonesia ikut serta menandatangani Deklarasi Paris. Ini
menjadi pendekatan resmi pemerintah, yang berjanji akan mendukung keterlibatan Odha dalam
“penanggulangan bersama terhadap pandemi ini di semua tingkat – nasional, wilayah dan dunia.”
Berikut adalah kutipan dari Deklarasi Paris:

“...mendukung keterlibatan Odha melalui prakarsa untuk memperkuat kemampuan dan kerja
sama antara jaringan Odha dan organisasi komunitas. Dengan meyakinkan keterlibatan penuh
mereka dalam penanggulangan kami terhadap HIV/AIDS pada semua tingkat – nasional,
wilayah, dan global, prakarsanya khususnya akan merangsang penciptaan suasana dukungan
politik, hukum dan sosial.”

Kata kunci dari Deklarasi Paris: keterlibatan.

23
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Apa maknanya GIPA?

GIPA bukan program, tetapi asas atau landasan yang harus mendasari semua kegiatan kita,
dengan menjadikan pemberdayaan Odha sebagai upaya utama. Namun GIPA tidak bertujuan
agar harus seseorang membuka status HIV-nya. Kita harus mendesak agar hambatan terhadap
pembukaan status dihapus, tetapi Odha mempunyai hak memilih terlibat tanpa harus membuka
statusnya. GIPA mengenal keahlian Odha yang dapat dimanfaatkan tanpa Odha sendiri terbuka.
Dan penting ditekankan bahwa ‘Odha’ dalam hal ini juga mencakup yang terpengaruh (keluarga,
pasangan, teman) yang juga punya keahlian khusus.

Keahlian Odha

Dalam hal ini, kita tidak membidik terhadap keahlian atau keterampilan biasa. Maksudnya dalam
hal ini adalah untuk mengenal bahwa hanya orang yang mempunyai HIV dalam darahnya dapat
memahami apa yang dirasakan oleh seseorang yang terinfeksi dengan virus tersebut. Demikian
juga, hanya seorang orang tua yang pernah dengar anak menyatakan, “Ma, saya HIV-positif”
dapat menyadari apa yang dirasakan si ibu saat itu.

Adanya keahlian ini tidak berarti kita istimewa, bukan berarti kita pahlawan. Melainkan,
keahlian tersebut memberi kesempatan untuk menyadarkan masyarakat bahwa kita semua
tersentuh oleh HIV.

Piramida GIPA Versi UNAIDS

Keterlibatan ini dapat (dan memang seharusnya!) mencakup berbagai peranan pada berbagai
tingkat. Odha sudah terlibat pada tingkat internasional, di tingkat nasional dalam program AIDS,
dan juga di tingkat lokal dalam kegiatan pencegahan, perawatan dan dukungan. Tetapi peranan
Odha sering kali dibatasi sebagai pengamat atau pendidik saja. Gambar berikut merupakan
model bagaimana Odha dapat berperan pada tingkatan yang jauh lebih luas. Semakin naik dalam
piramida, semakin tinggi peranan, tetapi juga semakin sedikit orang yang terlibat.

24
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Piramida GIPA Versi Spiritia

Menurut kami di Spiritia, model UNAIDS tidak menggambarkan bagian GIPA yang penting:
usaha individu di tingkat pribadinya. Yang tidak kalah penting adalah upaya pribadi oleh orang
yang peduli untuk mendukung anggota keluarga dan teman-teman Odha, seperti digambarkan
pada Piramida GIPA versi Spiritia yang berikut. Upaya oleh individu yang menjadi panutan,
sekaligus membalikkan stigma dan penangkalan, dengan “hidup secara positif” dan berinteraksi
secara terbuka. Dalam hal ini, langkah pertama dan utama adalah keterlibatan Odha dalam
kehidupan dan kesehatan sendirinya, dan kita harus bersyukur bila sebagian besar Odha sudah
dapat mengambil langkah ini.

Mengapa GIPA?

“Kok, orang dengan malaria atau TB tidak terlibat dalam penyakitnya. Mengapa harus

25
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

melibatkan Odha?”

Kita sering dengar pertanyaan serupa dengan ini.Ada berbagai alasan mengapa Odha harus
terlibat (masalah sosial, kepatuhan pada ART, dukungan sebaya), tetapi juga kita dapat menjadi
panutan untuk keterlibatan pasien dengan penyakit lain, seperti yang didorong oleh Piagam
Ottawa.

Mungkin alasan utama untuk keberadaan GIPA termasuk yang berikut:

Memberi wajah manusia pada AIDS

AIDS tidak hanya masalah kesehatan

Kebutuhan akan kepatuhan terhadap terapi

Kegiatan pendukung GIPA

Sesuai dengan piramida, ada kegiatan pada berbagai tingkat dari keterlibatan dalam
kesehatan/kehidupan sendiri, hingga keterlibatan dalam pembuatan kebijakan, seumpamanya di
KPA, atau pun di UNAIDS:

Dukungan sebaya

Pendidikan sebaya

Advokasi

Pendidikan masyarakat

Konseling/dorong kepatuhan

Perencanaan dan penerapan program

Kebijakan dan perundang-undangan kesehatan masyarakat

“HIV Stop di Sini”

Tantangan penerapan GIPA

Namun ada beberapa tantangan terhadap penerapan kegiatan yang mendukung GIPA:

Diagnosis terlambat<
>Bila seseorang baru tahu status HIV-nya waktu sekarat, atau tidak dapat ART waktu
membutuhkannya, jelas sulit melibatkan dia

Ketahanan hidup<
>Bila Odha tidak mendapat keberhasilan untuk hidup, selalu lapar, bagaimana mungkin dia dapat
terlibat?
26
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Perbedaan sosio-ekonomi<
>Odha kebanyakan usia muda, dan pendidikannya tidak tinggi, dan karena itu sering mengalami
kesulitan bicara pada pertemuan dengan ‘Bapak-Bapak’ (mis. pejabat yang terlibat dalam
KPAD). Walaupun diharapkan Odha tidak hanya terlibat sebagai simbol, juga Odha harus diberi
bimbingan dan dukungan agar dapat mengikuti rapat KPAD, misalnya

Stigma dan diskriminasi<


>Kalau Odha takut akan menghadapi diskriminasi pada dirinya atau keluarga, mana mungkin dia
akan membuka status?

Mutu konseling<
>Bila tes HIV-nya melanggar haknya, dan konseling yang diberikan tidak memadai, bukan tidak
mungkin dia akan enggan untuk terlibat?

IDU aktif<
>Kadang melibatkan Odha yang masih aktif memakai narkoba dalam kehidupan dan kesehatan
sendiri dapat menjadi tantangan, apa lagi dalam upaya lebih luas

Lebih dari simbol<


>Sering kali kita mendengarkan kasus Odha hanya dilibatkan untuk memberi kesaksian atau
‘testimoni’, hanya diundang untuk menjadi tontonan

Bangun PD dan kemampuan<


>Proses mengetahui dirinya terinfeksi HIV sering sangat mendorong kepercayaan diri (PD),
sehingga Odha merasa sendiri, tidak berharga, hidupnya tidak mempunyai arti lagi. Sebelum
dapat terlibat, PD harus dibangkit kembali

Kesinambungan<
>Ada Odha yang juga ingin bekerja atau kuliah seperti yang lain, dan keinginan ini harus
dihargai, tetapi langkah ini akan berpengaruh pada kesinambungan

Sikap pemerintah, tokoh masyarkat, tokoh agam<


>Kalau Odha tetap dipandang dengan kacamata moral, jelas sulit melibatkannya dengan cara
yang menghormati keahliannya

Kesimpulan

Tindakan apa yang harus kita lakukan untuk mendukung dan mendorong agar asas GIPA
menjadi nyata? Mungkin yang paling penting adalah kita sendiri ‘menghidupkan’ GIPA,
bersepakat untuk menempatkan GIPA, dan pemberdayaan diri sendiri, sebagai asas dasar dalam
hidup kita sendiri. Kita juga harus siap menjawab pertanyaan ‘mengapa Odha harus terlibat?’,
serta menjadi panutan yang baik, sedikitnya dalam hal “HIV Stop di Sini”.

27
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

2.2. ASAS DENVER


(Pernyataan dari panitia penasihat Orang dengan AIDS)

Kami menolak ditandai sebagai “korban”, istilah yang berbau kegagalan. Hanya kadang kami
“pasien”, istilah yang berbau ketidakberdayaan, mati kutu, dan ketergantungan pada orang lain.
Kami adalah “Orang dengan AIDS.”

Usulan Untuk Semua Orang

Mendukung kami dalam perjuangan kami melawan mereka yang ingin memecat kami dari
pekerjaan kami, mengusir kami dari rumah kami, menolak menyentuh kami atau memisahkan
kami dari orang yang kami cintai, dari komunitas kami atau dari sebaya kami, karena semua
bukti yang tersedia tidak mendukung pendapat bahwa AIDS dapat disebarkan melalui kontak
sosial dan sembarangan.

Tidak mengkambinghitamkan orang dengan AIDS, menyalahkan kami untuk epideminya atau
menyamaratakan pola hidup kami.

Usulan untuk Orang dengan AIDS

Membentuk kelompok untuk memilih wakil sendiri, untuk mengahadapi media massa, memilih
kepentingan sendiri dan merencanakan strategi sendiri.

Melibatkan diri di semua tingkat pengambilan keputusan dan khususnya menjabat pada direksi
organisasi pemberian layanan.

Menyertakan diri dalam semua forum terkait AIDS dengan kredibilitas yang sama dengan
peserta lain, untuk membagi pengalaman dan pengetahuan sendiri.

Mengganti perilaku yang dapat membahayakan dirinya sendiri atau pasangannya dengan
perilaku seksual yang berisiko rendah; kami menganggap orang dengan AIDS mempunyai
tanggung jawab etis untuk memberi tahu calon pasangan seksual mengenai status kesehatannya.

Hak Orang dengan AIDS

Hak atas kehidupan seksual dan emosional yang penuh dan memuaskan seperti semua orang lain.

Hak atas pengobatan medis dan pemberian layanan sosial bermutu tanpa diskriminasi (perlakuan
tidak adil) jenis apa pun termasuk orientasi seksual, diagnosis, status ekonomi atau ras.

Hak atas penjelasan penuh mengenai semua tindakan medis dan risikonya, untuk memilih atau
menolak cara pengobatan, untuk menolak dilibatkan dalam penelitian tanpa dampak buruk pada
pengobatan dan untuk mengambil keputusan bersasarkan informasi mengenai kehidupan dirinya
sendiri.

28
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Hak atas keleluasaan pribadi, kerahasiaan untuk rekam medis, untuk kehormatan manusia dan
untuk memilih pasangan hdiupnya.

Hak untuk meninggal – dan hidup – dengan martabat.

2.3. Deklarasi Paris


1 Desember 1994

(Catatan: pernyataan yang berhubungan langsung dengan GIPA telah dicetak miring)

Kami, Kepala Negara atau Perwakilan dari 42 negara berkumpul di Paris pada tanggal 1
Desember 1994:

I. MEMAHAMI bahwa pandemi AIDS, dengan nilai dari besarnya, merupakan ancaman bagi
kemanusiaan, bahwa penyebaran mempengaruhi semua kalangan masyarakat, bahwa pandemi
ini menghambat perkembangan sosial dan ekonomi, terutama dalam negara yang paling
terpengaruh, dan meningkatkan perbedaan di dalam dan di antara negara, bahwa kemiskinan dan
diskriminasi merupakan faktor yang berperan dalam penyebaran pandemi, bahwa HIV/AIDS
menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada keluarga dan komunitas, bahwa
walaupun pandemi ini mengenai semua orang tanpa penecualian, perempuan, anak dan remaja
semakin cepat tertular, bahwa pendemi tidak hanya menyebabkan penderitaan fisik dan emosi,
tetapi sering kali digunakan sebagai alasan bagi pelanggaran besar terhadap hak asasi manusia
(HAM).

MEMAHAMI JUGA bahwa segala bentuk hambatan – budaya, hukum, ekonomi dan politik –
merintangi upaya informasi, pencegahan, perawatan dan dukungan, bahwa strategi pencegahan
dan perawatan HIV/AIDS tidak dapat dipisahkan, dan oleh karena itu harus menjadi unsur
terpadu dalam pendekatan yang efektif dan komprehensif untuk melawan pandemi AIDS, bahwa
bentuk solidaritas lokal, nasional dan internasional yang baru yang sedang muncul, yang
mencakap terutama orang yang hidup dengan HIV/AIDS dan organisasi komunitas.

II. MENYATAKAN kewajiban kami sebagai pimpinan politik untuk membuat perlawanan
terhadap HIV/AIDS sebagai prioritas, kewajiban kami untuk bertindak dengan rasa iba dalam
solidaritas/kesetiakawanan dengan mereka yang terinfeksi HIV atau yang berisiko menjadi
tertular, baik dalam masyarakat kami maupun internasional, ketetapan kami untuk memastikan
bahwa semua orang yang hidup dengan HIV/AIDS dapat mewujudkan kenikmatan hak dan
kebebasan mereka yang mendasar secara penuh dan sejajar tanpa kecuali dan dalam segala
keadaan, ketetapan kami untuk melawan kemiskinan, stigma, dan diskriminasi, ketetapan kami
untuk menggerakan semua masyarakat – sektor pemerintah dan swasta, organisasi komunitas
dan orang yang hidup dengan HIV/AIDS – dalam semangat kemitraan sejati, penghargaan dan
dukungan kami untuk kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan oleh lembaga multilateral,
antarpemerintah, komunitas dan LSM, dan pengakuan kami atas peranan penting mereka dalam
melawan pandemi AIDS, keyakinan kami bahwa tindakan yang lebih tangguh dan terkoordinasi

29
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

di seluruh dunia, bertahan terus-menerus – seperti yang dilakukan oleh UNAIDS – dapat
menghentikan pandemi AIDS.

III. BERJANJI DALAM KEBIJAKAN NASIONAL KAMI UNTUK melindungi dan


mendorong hak individu, khususnya mereka yang hidup dengan atau rentan terhadap
HIV/AIDS, melalui lingkungan sosial dan hukum, melibatkan secara penuh organisasi LSM dan
organisasi komunitas serta Odha/Ohidha dalam perumusan dan penerapan kebijakan umum,
meyakinkan perlindungan hukum yang sederajat bagi Odha/Ohidha dengan memperhatikan
pemerolehan perawatan kesehatan, pekerjaan, perjalanan, tempat tinggal dan kesejahteraan
sosial, meningkatkan rangakaian pendekatan esensial untuk pencegahan HIV/AIDS sebagai
berikut:

 mendorong dan memudahkan penjangkauan produk dan strategi pencegahan yang sesuai
dengan budaya, termasuk kondom dan pengobatan infeksi menular seksual,
 mendorong pendidikan pencegahan yang sesuai, termasuk pendidikan seks dan jender,
untuk remaja di dalam maupun di luar sekolah,
 meningkatkan status, pendidikan dan kondisi kehidupan perempuan,
 melakukan kegiatan untuk mengurangi risiko untuk dan dengan kerja sama dengan
kelompok yang rentan, seperti kelompok berisiko tinggi terhadap penularan seksual dan
kelompok pendatang,
 keamanan penyediaan darah dan produk darah,
 memperkuatkan sistem perawatan kesehatan primer sebagai dasar pencegahan dan
perawatan, dan memadukan kegiatan HIV/AIDS ke dalam sistem tersebut, agar meyakinkan
penjangkauan yang sejajar bagi perawatan yang terpadu,
 menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk melawan pandemi HIV/AIDS secara
lebih baik, termasuk dukungan yang cukup untuk Odha, LSM, dan organisasi komunitas yang
bekerja dengan kelompok rentan.

IV. MENETAPKAN AGAR MENINGKATKAN KERJA SAMA MELALUI LANGKAH DAN


PRAKARSA YANG BERIKUT. Kami akan melakukannya dengan menyediakan perjanjian dan
dukungan kami pada UNAIDS, sebagai kerangka yang pantas dan sesuai untuk menggalang
kemitraan antara semua yang terlibat dan memberi bimbingan dan kepemimpinan di seluruh
dunia dalam perlawanan terhadap HIV/AIDS. Ruang lingkup masing-masing prakarsa harus
dijelaskan lebih jauh dan dikembangkan sesuai dengan UNAIDS dan forum lain yang terkait:

1. Mendukung keterlibatan Odha/Ohidha melalui prakarsa untuk memperkuat kemampuan dan


kerja sama antara jaringan Odha/Ohidha dan organisasi komunitas. Dengan meyakinkan
keterlibatan penuh mereka dalam penanggulangan kami terhadap HIV/AIDS pada semua
tingkat – nasional, wilayah, dan global, prakarsanya khususnya akan merangsang penciptaan
suasana dukungan politik, hukum dan sosial.

2. Mendorong kerja sama global untuk penelitian HIV/AIDS dengan mendukung kemitraan
antara sektor pemerintah dan swasta, agar memacu perkembangan teknologi pencegahan dan
pengobatan, termasuk vaksin dan mikrobisida, dan untuk menyediakan langkah-langkah untuk
membantu meyakinkan kemudahan penjangkauan di negara berkembang. Upaya kerja sama ini
harus memasukkan penelitian sosial dan perilaku yang bersangkutan.

30
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

3. Memperkuat kerja sama internasional untuk keamanan penyediaan darah melalui


mengkoordinasi informasi teknis, mengajukan standar praktik pembuatan semua produk darah,
serta mendorong didirkan dan diterapkan kemitraan untuk meyakinkan keamanan penyediaan
darah di semua negara.

4. Memacu prakarsa perawatan global untuk memperkuat kemampuan nasional, terutama di


negara yang paling membutuhkan, untuk meyakinkan penjangkauan layanan perawatan dan
dukungan sosial secara terpadu, obat esensial dan cara pencegahan yang ada.

5. Menggerakan organisasi lokal, nasional dan internasional yang membantu remaja dan anak
sebagai bagian kegiatan, termasuk yatim piatu, yang berisiko terinfeksi atau terpengaruh oleh
HIV/AIDS, agar mendorong kemitraan global untuk mengurangi dampak pandemi HIV/AIDS
pada remaja dan anak di seluruh dunia.

6. Mendukung prakarsa untuk mengurangi kerentanan perempuan terhadap HIV/AIDS: dengan


mendorong upaya nasional dan internasional yang bertujuan pemberdayaan perempuan; dengan
meningkatkan status perempuan dan menghilangkan faktor sosial, ekonomi dan budaya yang
merugikannya; dengan menciptakan keterlibatan perempuan dalam semua proses pembuatan
kebijakan dan pelaksanaan yang penting buat mereka; serta membentuk hubungan dan
memperkuat jaringan yang mendorong hak perempuan.

7. Memperkuat mekanisme nasional dan internasional yang berhubungan dengan HAM dan
etika terkait HIV/AIDS, termasuk penggunaan dewan penasihat dan jaringan nasional dan
wilayah yang menyediakan kepemimpinan, advokasi dan bimbingan agar meyakinkan bahwa
asas non-diskriminasi, HAM dan etika merupakan bagian terpadu dalam penanggulangan
pandemi HIV/AIDS.

Kami mendesak semua negara dan komunitas internasional untuk menyediakan sumber daya
yang dibutuhkan untuk langkah dan prakarsa yang dicatat di atas.

Kami mendesak semua negara, UNAIDS dan penyokongnya untuk mengambil semua langkah
yang mungkin untuk menerapkan Deklarasi ini sesuaidengan program multilateral dan bilateral,
serta organisasi antarpemerintah dan LSM.

Negara-negara yang terwakili pada Konferensi Tingkat Tinggi Paris dan menandatangani
Deklarasi:

Amerika Serikat, Argentina, Australia, Bahama, Belanda, Belgia, Brasil, Burundi, Cina,
Denmark, Federasi Rusia, Filipina, Finlandia, India, Indonesia, Inggris, Itali, Jepang, Jerman,
Jibuti, Kamboja, Kameroon, Kanada, Maroko, Meksiko, Mozambik, Norwegia, Pantai Gading,
Perancis, Portugal, Rumania, Senegal, Spanyol, Swedia, Swiss, Tanzania, Thailand, Tunisia,
Uganda, Vietnam, Zambia, Zimbabwe.

2.4 Dari Prinsip


31
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

ke Praktik
Keterlibatan Lebih Besar
Orang yang Hidup dengan
HIV/AIDS (GIPA)
Dari Prinsip ke Praktik:
Keterlibatan Lebih Besar Orang yang
Hidup dengan HIV/AIDS (GIPA)
Sebuah dokumen yang menjelaskan makna dan
pelaksanaan Keterlibatan Orang dengan HIV/AIDS
dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS. Beberapa
negara menyokong asas ini melalui Deklarasi Paris
1994, termasuk Indonesia sebagai salah satu
penandatangan.

Dari Prinsip ke Praktik:


Keterlibatan Lebih Besar Orang yang Hidup
dengan HIV/AIDS (GIPA)

Dari Prinsip ke Praktik:


Keterlibatan Lebih Besar Orang yang Hidup
dengan HIV/AIDS (GIPA)
“Dengan hati terbuka,
Mari bangkit dan bicara pada dunia…”
Philly Bongole Lutaaya1
Pada Konferensi AIDS Tingkat Tinggi di Paris tahun 1994,
pemerintahan dari 42 negara menyatakan bahwa asas
keterlibatan orang yang hidup dengan HIV/AIDS (Odha) serta
orang yang terpengaruh HIV (Ohidha), yang disebut sebagai
GIPA (Greater Involvement of People with HIV/AIDS) adalah
penting untuk penanggulangan nasional terhadap epidemi
secara etis dan efektif (baca ulasan lengkap Deklarasi Paris ini di
akhir tulisan ini, terutama Bagian IV.1). Oleh karenanya, ini
menjadi pendekatan resmi pemerintah tersebut, yang menjanji
akan mendukung keterlibatan Odha/Ohidha2 dalam
“penanggulangan bersama terhadap pandemi ini di semua
tingkat—nasional, wilayah dan dunia.”
1 Musisi Uganda yang merupakan orang Afrika pertama yang mengungkapkan
status HIV-positifnya dan ikut dalam kampanye melawan AIDS. Pembela hidup
secara “positif” dan memerangi stigma, dia dianggap sebagai salah satu “Bapak”
GIPA. Philly Lutaaya meninggal tahun 1989.
2 The Global Network of Persons Living with HIV/AIDS (GNP+) dan The
32
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

International Community of Women Living with HIV/AIDS (ICW) secara resmi


mengambil istilah PWHA untuk pengertian orang dengan atau terpengaruh oleh
HIV/AIDS. Ini termasuk orang yang HIV-positif dan orang di sekitarnya (pasangan,
orang tua, dan teman). Di Indonesia, ada kesepakatan untuk memakai istilah
Odha (orang dengan HIV/AIDS) untuk orang yang terinfeksi HIV, dan Ohidha
(orang yang hidup dengan HIV/AIDS) untuk yang terpengaruh oleh HIV/AIDS,
yaitu pasangan, keluarga dan sebagainya.
4 seri buku kecil
Namun, saat ini baru sedikit yang dilakukan untuk
mewujudkan asas ini. Daripada dilanjutkan oleh mereka yang
bertanggung jawab untuk penanggulangan di tingkat nasional
terhadap HIV/AIDS, GIPA justru lebih kuat didorong oleh
Odha/Ohidha sendiri, dengan membuka status HIV-nya di
depan umum agar memberikan wajah dan suara manusia pada
epidemi HIV/AIDS.
Di banyak tempat, terdapat beberapa hambatan besar:
• GIPA tidak tercermin dalam kebijakan dan program
nasional dengan cara yang benar atau berskala besar, dan
hampir tidak ada mekanisme yang memungkinkan atau
mendukung pertimbangan pengalaman, anggapan atau
keterampilan Odha/Ohidha, apalagi menggunakannya. Hal
ini sebagian disebabkan belum dilakukan kampanye besar di
tingkat dunia, wilayah atau nasional untuk meningkatkan
kepedulian dan pengertian tentang GIPA.
• Lingkungan sosial, budaya dan politik, yang sering kali
bernuansa penolakan, ketakutan dan stigma (cap buruk),
sama sekali tidak mendukung keterlibatan Odha/Ohidha.
• Odha/Ohidha sering kali berada dalam keadaan sulit, lemah
secara ekonomi, dan tidak memiliki bentuk yang
memungkinkan mereka ikut menyumbang pada perubahan
kebijakan.
• Baik Odha/Ohidha maupun staf dan pimpinan program
AIDS yang ada memerlukan pendidikan dan peningkatan
keterampilan agar GIPA dapat memberikan dampak yang
optimal.
Dengan adanya hambatan ini, ditambah hambatan lokal yang
khas di setiap daerah, tidak ada satu pun pendekatan yang
berhasil untuk melaksanakan GIPA. Walaupun begitu,
pengalaman yang cukup telah dikumpulkan dari seluruh dunia
untuk memberi kita panduan tentang bagaimana GIPA dapat
secara efektif dijadikan tindakan yang nyata.
Dari Prinsip ke Praktik: Keterlibatan Lebih Besar Odha 5
Apa Definisi GIPA?
Pada dasarnya, GIPA berarti dua hal penting:
• mengenali sumbangan penting yang dapat diberikan Odha/
Ohidha dalam penanggulangan HIV/AIDS; dan

33
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

• menciptakan suasana dalam masyarakat bagi keterlibatan


secara aktif oleh Odha/Ohidha dalam segala aspek
penanggulangan tersebut.
Keikutsertaan ini dapat diberikan pada setiap tingkatan dari
individu sampai organisasi, dan dalam segala sektor dari sosial
budaya sampai ekonomi dan politik. Secara khusus, Deklarasi
Paris menekankan peranan jaringan Odha/Ohidha dan
organisasi komunitas.
Apa yang kita maksudkan dengan Odha/Ohidha?
Istilah yang digunakan dalam Deklarasi Paris yaitu “people
living with HIV/AIDS” telah diluaskan berdasarkan
kesepakatan yang luas menjadi orang yang hidup dengan, atau
terpengaruh oleh, HIV/AIDS (Odha/Ohidha). Perlu dicatat
bahwa Odha/Ohidha bukanlah kategori tunggal melainkan
sebuah continuum atau rangkaian. Rangkaian ini meliputi orang
dengan gejala AIDS dari satu sisi, hingga pasangan yang HIVnegatif,
anggota keluarga dan teman-teman dekat orang HIVpositif
pada sisi lain.
Apa yang kita maksud dengan “keterlibatan Odha/
Ohidha”?
Tidak ada tandingan untuk pengalaman langsung, yang bisa
dianggap sebagai semacam keahlian jika dibarengi dengan
kemampuan berkomunikasi yang baik. Pada dasarnya
keterlibatan Odha/Ohidha berarti menciptakan ruang bagi
individu untuk:
• menggunakan pengalaman mereka hidup dengan, atau
terpengaruh oleh, HIV/AIDS dalam penanggulangan
epidemi HIV/AIDS yang lebih luas; dan
6 seri buku kecil
• memberi wajah dan suara manusia pada epidemi HIV/AIDS
di dalam benak orang yang tidak tersentuh langsung oleh
HIV/AIDS.
Dalam pengamatan operasional, keterlibatan ini dapat (dan
memang seharusnya!) memasukkan bermacam-macam peranan
pada tingkat yang berbeda-beda. Sebagai contoh, keterlibatan
Odha/Ohidha sudah lumayan diterima pada tingkat
internasional dalam lembaga multilateral, pada konferensi
internasional dan wilayah, di tingkat nasional dalam program
AIDS nasional, dan juga di tingkat lokal dalam organisasi/
kelompok komunitas yang sering mengadakan kegiatan
pencegahan, perawatan dan dukungan. Walaupun demikian,
peranan yang tersedia untuk Odha/Ohidha sering kali dibatasi
sebagai pengamat atau pendidik saja. Gambar 1 merupakan
model bagaimana Odha/Ohidha dapat berperan pada tingkatan
yang jauh lebih luas.
Perlu dicatat bahwa model tersebut tidak menjelaskan bagian

34
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

GIPA yang penting: usaha individu di tingkat pribadinya


masing-masing (lihat lampiran II untuk piramida yang
menggambarkan peranan ini). Walaupun bukan bagian dari
bentuk formal, bagian tanggapan yang bermakna terhadap
HIV/AIDS secara mendunia merupakan pekerjaan pribadi oleh
orang yang peduli—dengan berbagai cara—untuk anggota
keluarga dan teman-teman yang HIV-positif. Adalah juga upaya
oleh individu yang, dengan “hidup secara positif” dan
berinteraksi secara terbuka dengan Odha/Ohidha, bertindak
sebagai panutan bagi orang lain, sekaligus membalikkan stigma
dan penolakan yang mengelilingi epidemi di banyak komunitas.
Namun, perlu ditekankan bahwa GIPA tidak bermaksud
seseorang dipaksa membuka status HIV-nya. Meskipun
seharusnya tidak ada hambatan untuk Odha/Ohidha yang ingin
mengungkapkan statusnya kepada rekan-rekan dan komunitas,
Odha/Ohidha juga mempunyai hak memilih terlibat tanpa
membuka statusnya. Dengan kata lain, GIPA tidak dapat
disederhanakan dengan pernyataan “tidak terbuka berarti tidak
boleh terlibat”.
Dari Prinsip ke Praktik: Keterlibatan Lebih Besar Odha 7
Gambar 1. Piramida keterlibatan Odha/Ohidha
Piramida ini menggambarkan tingkat keterlibatan yang
didorong oleh GIPA, dengan tingkat tertinggi menggambarkan
penerapan total asas GIPA. Idealnya, GIPA diterapkan pada
semua tingkatan organisasi.
PENGAMBIL KEPUTUSAN:
Odha/Ohidha terlibat dalam badan
pengambil keputusan atau pembuat
kebijakan, dan masukan mereka
dihargai sederajat dengan anggota
lainnya dalam badan itu.
TENAGA AHLI: Odha/Ohidha dianggap
sebagai sumber informasi, pengetahuan dan
keterampilan yang terlibat—setingkat dengan
para profesional—dalam perencanaan,
penyesuaian dan evaluasi intervensi.
PELAKSANA: Odha/Ohidha berperan nyata dalam
intervensi, misalnya sebagai perawat, pendidik
kelompok sebaya atau petugas penjangkauan. Namun
demikian Odha/Ohidha tidak ikut merancang program.
PEMBICARA: Odha/Ohidha digunakan sebagai pembicara
dalam kampanye perubahan perilaku, atau diajak ke pertemuan
untuk membagi pandangannya tetapi tidak terlibat. (Biasanya ini
dianggap keterlibatan “token”, dengan penyelenggara ingin
dilihat melibatkan Odha/Ohidha, tetapi tidak memberi mereka
kekuasaan atau tanggung jawab yang nyata).
PENYOKONG: Keterlibatan Odha/Ohidha sangat tipis, umumnya jika
35
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Odha/Ohidha yang bersangkutan sudah terkenal. Misalnya memakai


poster bintang pop yang HIV-positif, atau meminta saudara orang yang
baru saja meninggal karena AIDS berbicara di depan umum.
SASARAN PENDENGAR: Kegiatan lebih diarahkan pada atau dilakukan untuk
Odha/Ohidha, atau menghadapinya secara massal daripada secara individu.
Namun Odha/Ohidha harus dianggap lebih dari: (a) sosok tak dikenal dalam
poster, selebaran atau dalam kampanye informasi, edukasi, komunikasi; (b) orang
yang hanya menerima pelayanan; atau (c) sebagai ‘pasien’ pada tingkat ini
mereka dapat mempengaruhi atau membimbing penyedia informasi.
Tingkatan Keterlibatan
8 seri buku kecil
Mengapa melibatkan Odha/Ohidha?
Ada banyak alasan mengapa GIPA sangat penting bagi
penanggulangan epidemi HIV/AIDS. Pada tingkat sosial,
keterlibatan yang diumumkan membantu mengurangi stigma
dan diskriminasi, serta memberi tanda bagi masyarakat tentang
penerimaan dan pengenalan pentingnya Odha/Ohidha.
Di dalam organisasi, keterlibatan dapat menjadi alat yang
ampuh dalam merobohkan batasan-batasan, baik subjektif
maupun objektif. Organisasi terdiri dari individu, dan individu
yang tidak terinfeksi HIV dan tidak terpengaruh oleh AIDS
sering kali mempunyai prasangka yang sangat salah tentang
Odha/Ohidha. Tidaklah mengejutkan, prasangka ini dapat
tercermin pada kebijakan dan praktek organisasi, bahkan jika
organisasi yang bersangkutan justru adalah peserta aktif dalam
penanggulangan, misalnya departemen pemerintah, lembaga
internasional atau LSM.
Diskriminasi terhadap Odha/Ohidha sudah menyebar luas,
walaupun secara halus atau tersembunyi, dan bahkan sering kali
tidak disadari oleh yang mereka melakukan diskriminasi itu.
Bekerja dengan orang HIV-positif dalam kehidupan sehari-hari,
dan mengkaitkan wajah dan nama dengan konsep “orang yang
hidup dengan HIV/AIDS”—padahal kaitan sebelumnya adalah
dengan virus atau penyakit yang mengerikan—dapat membantu
mengatasi ketakutan dan prasangka orang, dan mengubah
pandangan mereka terhadap Odha/Ohidha. Dengan
menyediakan dasar hubungan kemitraan, saling hormati dan
mengerti, GIPA melenyapkan konsep “pemberi layanan” (yaitu
yang tidak HIV-positif) dan “penerima layanan” (yaitu orang
yang HIV-positif).
Selain mengurangi diskriminasi, GIPA dapat memperkuat
sebuah organisasi atau kegiatan dengan memaparkannya pada
sudut pandang yang diberikan secara khas oleh pengalaman
Odha/Ohidha. Penguatan ini dapat terjadi pada tingkat
pembentukan tim dan peningkatan semangat, atau dapat juga
Dari Prinsip ke Praktik: Keterlibatan Lebih Besar Odha 9

36
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

mencakap perkembangan bermakna pada cara kerja organisasi


yang bersangkutan. Sebagai contoh, Odha/Ohidha dapat
memberikan fungsi dukungan yang berharga dalam organisasi
atau kegiatan yang telah menggunakan “petugas AIDS” sebagai
pendidik kesehatan masyarakat, dokter, psikolog dan pekerja
sosial. Walaupun para pekerja biasanya menerima sedikit
dukungan praktek dan emosional dalam kegiatan pencegahan
dan pendidikan AIDS, Odha/Ohidha dapat memberi mereka
wawasan, membantu meningkatkan rasa percaya diri dan juga
meyakinkan betapa berharganya sumbangan mereka.
Akhirnya, GIPA juga mempunyai manfaat yang penting bagi
Odha/Ohidha secara individu. Pengalaman menunjukkan
bahwa keterlibatan jenis ini (terutama jika dilakukan setelah
merasa putus asa dan depresi) dapat membangun semangat
seseorang. Odha/Ohidha (seperti orang pada umumnya) perlu
merasa berharga atas apa yang mereka berikan. Keterlibatan
dapat mendukung dan memberdayakan orang HIV-positif
dengan cara yang meningkatkan nilai sumbangannya pada suatu
organisasi atau kegiatan.
10 seri buku kecil
Tantangan dalam Penerapan GIPA pada
Tingkat yang Lebih Tinggi
Dalam menjanjikan sekian keuntungan yang mungkin, GIPA
menghadapi beberapa tantangan, terutama pada tingkat
organisasi yang lebih tinggi. Termasuk sebagai tantangan
tersebut adalah:
Sulitnya mengungkapkan status HIV seseorang di
depan umum
Kesulitan akan keterbukaan tentang status seseorang terhadap
keluarga, komunitas/masyarakat atau pun tempat kerja adalah
berbeda-beda pada tiap negara atau budaya. Pada kasus tertentu,
kewaspadaan diperlukan untuk melindungi orang yang
mengungkapkan status HIV-positifnya, karena hal ini dapat
menciptakan tanggapan yang buruk terhadap diri yang
bersangkutan di lingkungan pekerjaannya, keluarga atau
komunitasnya. Diskriminasi tampil dalam berbagai bentuk, dari
yang hampir tak tampak sampai kekerasan fisik. Begitu pun,
ketakutan Odha/Ohidha dapat berkisar dari persepsi (yang
tidak selalu benar) akan diskriminasi pribadi sampai penolakan
dan kekerasan yang bersifat objektif.
Kurangnya organisasi yang siap melibatkan Odha/
Ohidha
Saat ini sangatlah sedikit organisasi yang melibatkan atau pun
bekerja sama dengan Odha/Ohidha dalam pekerjaan sehari-hari.
Ini dapat dikarenakan kurangnya kesadaran atau informasi
antara mereka yang “berkuasa” dalam organisasi, atau mungkin

37
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

karena diskriminasi aktif dan praduga tanpa sadar. Kurangnya


kesadaran atau informasi adalah masalah utama dalam sektor
swasta: pimpinan organisasi sering kali tidak sadar akan dampak
dari epidemi HIV/AIDS yang mungkin terjadi pada kinerja
ekonomi mereka, serta tidak paham akan manfaat yang
mungkin dari GIPA.
Dari Prinsip ke Praktik: Keterlibatan Lebih Besar Odha 11
Kurangnya keterampilan dan persiapan Odha/Ohidha
Kekurangan keterampilan dapat membuat berbagai rintangan.
Pertama, tidak semua orang lahir dengan bakat alam untuk
berbicara di depan umum mengenai masalah seperti seksualitas
dan kesehatan—keterampilan inilah yang sering kali harus
dipelajari. Kedua, menghadapi lingkungan yang asing dan tidak
bersahabat dapat mengarahkan kepada kejenuhan kecuali jika
seseorang sangat kuat pada awal atau sudah melalui proses
pemberdayaan. Untuk kedua alasan ini, konseling tentang
komunikasi dan pemberdayaan pribadi harus menjadi bagian
dari paket pelatihan untuk orang yang terlibat dalam prakarsa
GIPA. Tambahannya, pelatihan tersebut harus diperkuatkan
dengan dukungan secara terus-menerus pada Odha/Ohidha jika
efektifitas mereka dapat tetap tinggi dan semangatnya tetap
kuat.
Ketiga, pengarahan khusus atau pelatihan khusus pekerjaan
mungkin dibutuhkan untuk mengatasi kurangnya keterampilan
dan pengetahuan teknis tertentu. Bagian ini menimbulkan
masalah mengenai keterlibatan secara pantas. Jelasnya,
keterlibatan hanya semata-mata karena mereka HIV-positif, dan
tanpa pertimbangan kemampuan dan keterampilannya, bersifat
perlambang, yang hanya memusatkan perhatian pada virus
daripada kemampuan dan sifat seseorang. Sebaliknya, pihak
yang bertanggung jawab atas keterlibatan harus mengakui nilai
kemampuan dan pengalaman Odha/Ohidha dan sekaligus
memasukkannya dalam proses pengambilan keputusan.
Kurangnya keadaan yang layak untuk Odha/Ohidha di
dalam organisasi
Organisasi mungkin tidak memiliki kebijakan untuk
mengupahkan atau melibatkan Odha/Ohidha. Atau mungkin
juga mereka kekurangan fasilitas dan suasana yang penting bagi
terlibatnya Odha/Ohidha, seperti sarana kesehatan, tunjangan
kesehatan dan dukungan psikologis.
12 seri buku kecil
Keraguan tentang kesinambungan
Harus diakui bahwa Odha dapat jatuh sakit karena infeksinya
dan penyakit terkait, dan beberapa di antara mereka mungkin
akan meninggal dunia. Masalah ini adalah rintangan terutama
pada sektor swasta, karena majikan merasa terancam karena

38
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

berkurangnya jam kerja karena sakit atau kehilangan sumber


daya manusia karena kematian.
Jelas, semua tenaga kerja atau anggota organisasi berisiko jatuh
sakit atau meninggal tanpa menghiraukan status HIV-nya,
risiko ini lebih besar (dan benar-benar lebih diumumkan) pada
Odha/Ohidha dibandingkan kelompok orang lain. Masalah ini
tidak dapat disangkal, karena memang hal ini nyata. Sebaliknya,
hal tersebut harus dibahas agar dapat menghadapi kesulitan ini.
Dari Prinsip ke Praktik: Keterlibatan Lebih Besar Odha 13
Tanggapan
Pengalaman telah menunjukkan bahwa ada berbagai cara yang
efektif untuk mengatasi tantangan/rintangan dalam
menerapkan GIPA yang dijelaskan di atas.
Dokumentasikan pengalaman dan gunakan pelajaran
yang didapat
Hasil beberapa penerapan GIPA yang berhasil sudah pernah
diterbitkan. Hasil ini sangat berguna untuk menjelaskan konsep
dan manfaat GIPA, serta menyediakan contoh nyata bagaimana
intervensi dapat diterapkan. Contoh yang menonjol termasuk
yang berikut:
• The AIDS Service Organisation ( TASO ), Uganda.
Semangat untuk membentuk TASO berasal dari seorang
perempuan yang suaminya telah meninggal dunia karena
AIDS. “Kemampuan” utamanya bukan terletak pada
pelatihan resmi, melainkan pada semangat yang kuat, yang
dihasilkan dari pengalaman pribadi dalam merawat orang
dengan AIDS dan terpaparnya pada stigma terkait HIV.
Sejak awal berdirinya pada 1988, TASO berkembang
menjadi salah satu kelompok terkemuka dan inovatif di
bidang AIDS secara internasional.
• Asia Pacific Network of People living with HIV/AIDS
(APN+). Organisasi advokasi ini berawal pada Februari
1994 ketika 42 Odha/Ohidha dari delapan negara di wilayah
Asia Pasifik berkumpul di Kuala Lumpur, Malaysia. Mereka
bersepakat untuk beradvokasi agar Odha/Ohidha diterima
secara lebih baik di wilayah tersebut, dan untuk melawan
stigma dan diskriminasi. Sekarang APN+ mencakup sepuluh
negara.
• The “UNV Support to People Living with HIV/AIDS”
Project. Ini adalah proyek percobaan antara United Nations
Development Programme (UNDP), United Nations
Volunteer (UNV), UNAIDS dan Network of African
14 seri buku kecil
People Living with HIV and AIDS (NAP+). Sekarang pada
tahun kedua dari operasinya di Malawi dan Zambia, dan
tidak lama lagi akan diperluas ke Asia, proyek mencari,

39
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

melatih dan mendukung orang HIV-positif, yang bertempat


sebagai Relawan PBB Nasional dalam berbagai lembaga
induk.
Menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan
memberdayakan
GIPA tidak dapat menjadi efektif secara penuh atau diterapkan
secara luas kecuali ada perubahan pada masyarakat yang lebih
luas, dengan diskriminasi dan stigma diubah menjadi toleransi
dan penerimaan melalui kampanye informasi dan kepedulian.
Tokoh politik, adat dan agama mempunyai peranan penting
dalam perubahan sosial ini. Sebagai contoh, anggota parlemen/
wakil rakyat dapat membantu membuat undang-undang
antidiskriminasi dan kebijakan nasional dalam tentang AIDS di
tempat kerja. Pada tingkatan yang lain, para penegak hukum
dapat membatasi kekerasan fisik dan bentuk lain terhadap
Odha/Ohidha. Kegiatan resmi oleh tokoh masyarakat ini, serta
keterlibatannya yang non-resmi dalam prakarsa setempat
berhubungan dengan AIDS dalam komunitasnya, memiliki
dampak yang bermakna pada sikap sosial keseluruhan tehadap
Odha/Ohidha.
Perubahan sosial harus sejajar dengan perubahan kelembagaan
pada organisasi di tingkat internasional, nasional maupun lokal.
Berbagai prakarsa (lihat di bawah) dapat diambil agar orang
HIV-positif dapat mengambil bagian dalam penanggulangan
epidemi HIV/AIDS. Namun, seperti disebutkan sebelumnya,
setiap orang mempunyai hak mutlak memilih untuk tidak
mengungkapkan status HIV-nya atau hubungannya dengan
seorang Odha.
Memahami kebutuhan dan keraguan sektor swasta
Di belahan dunia yang paling terpukul oleh epidemi HIV/
AIDS, beberapa perusahaan telah memiliki cukup banyak
Dari Prinsip ke Praktik: Keterlibatan Lebih Besar Odha 15
karyawan yang terinfeksi HIV atau terpengaruh oleh AIDS.
Oleh karena ini, sektor swasta mempunyai kepentingan dan
peranan besar dalam penanggulangan HIV/AIDS. Demikian
pula, adalah sangat penting agar perusahaan dan pimpinannya
mengerti bahwa, kendati AIDS di antara karyawan dan
masyarakat umum dapat mempengaruhi produktivitas dan
keuntungannya, langkah-langkah konstruktif dapat diambil
untuk memperkecil dampak buruk ini. GIPA-lah yang menjadi
inti dari langkah-langkah tersebut.
Pesan penting untuk pemimpin sektor swasta adalah bahwa
Odha/Ohidha dapat menjadi rekan ideal untuk merencanakan
kegiatan pencegahan, perawatan dan dukungan di tempat kerja.
Sebagai contoh, pendidikan sebaya oleh orang yang terinfeksi
HIV atau seseorang “dengan AIDS dalam keluarganya” (yaitu

40
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Odha atau Ohidha) dapat menjadi bagian dari rencana tindakan


perusahaan.
Kegiatan lain yang berhubungan dengan GIPA yang juga dapat
dilakukan atau didukung oleh sektor swasta termasuk:
tempelkan iklan yang menyatakan bahwa orang HIV-positif
boleh mengajukan lamaran kerja kepada perusahaannya;
menyediakan layanan konseling di tempat kerja; bekerja sama
secara berkala dan terbuka antara pimpinan dan Odha/Ohidha
untuk membuat rencana HIV/AIDS di tempat kerja;
menyediakan pelatihan dan penyesuaian pekerjaan bagi Odha/
Ohidha yang telibat dalam rencana HIV/AIDS di tempat kerja.
Semua kegiatan yang demikian membutuhkan biaya dan harus
dianggarkan, tetapi tidak ada yang mahal sekali dan umumnya
manfaatnya lebih besar daripada biayanya.
Semua yang dapat dianggap lebih menguntungkan suatu
kelompok dapat menjadi kontroversial. Dalam sektor swasta—
seperti halnya pada sektor pemerintah dan LSM—
mempekerjakan sebaiknya berdasarkan kemampuan untuk
pekerjaan yang bersangkutan. Namun, ini tidak boleh
digunakan sebagai alasan untuk menolak memperkerjakan
16 seri buku kecil
seorang Odha/Ohidha yang memenuhi syarat suatu pekerjaan
dan memberikan keuntungan penting dari GIPA.
Pengalaman telah menunjukkan bahwa Odha/Ohidha sering
kali memiliki semangat yang sangat kuat yang dapat
membenarkan memperkerjakan mereka sebelum mereka
memiliki semua keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk
pekerjaannya (walaupun, jelasnya, keterampilan teknis ini
lambat laun harus didapat melalui pelatihan maupun
pengalaman langsung). Contoh dapat ditemukan dalam
pekerjaan orang tua dan pasangan orang HIV-positif: tanpa ada
pelatihan administrasi dan kepemimpinan, dan dengan sumber
daya yang sangat terbatas, orang yang terpengaruh AIDS ini
telah mampu mengatur dan menjalankan ribuan kelompok
dukungan dan advokasi di seluruh dunia. Semangat kuat jenis
ini, yang dapat juga menyalakan atau meningkatkan karisma
pribadi dari orang tertentu, dapat menjadi sumber daya yang
berharga ketika dihubungkan oleh GIPA kepada organisasi dan
kegitan lain.
Pelatihan dan dukungan terus-menerus bagi individu
Namun, kegiatan GIPA tidak dapat tergantung terus-menerus
pada semangat dan karisma individual. Yang paling penting
adalah bagaimana menyediakan pelatihan dan dukungan pada
Odha/Ohidha yang terlibat secara aktif dalam penanggulangan
epidemi.
Organisasi dan lembaga internasional Odha/Ohidha dapat

41
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

membantu menyediakan paket pelatihan bagi individu yang


ingin mengungkapkan hubungan mereka dengan AIDS. Selain
pelatihan untuk pekerjaan tertentu, paket pelatihan GIPA
layaknya memasukkan hal-hal berikut:
• Pemberdayaan diri pribadi
• Keterampilan komunikasi dan pengkajian
• Pengetahuan tentang HIV/AIDS
• Aspek hukum terkait HIV/AIDS
Dari Prinsip ke Praktik: Keterlibatan Lebih Besar Odha 17
• Keterampilan untuk mengatur dan memimpin perbahasan
tentang kebijakan
Jika si pekerja akan mengambil tanggung jawab administratif
untuk kegiatan GIPA, maka pelatihan sebaiknya memasukkan
dasar perencanaan dan pemantauan program.
Pelatihan dan pengarahan untuk organisasi
Tidak kalah penting adalah meyakinkan bahwa anggota
organisasi, baik pejabat tinggi maupun stafnya, menerima
manfaat pelatihan dan pengarahan tentang dasar pemikiran
GIPA. Di antara hal ini, organisasi induk harus menyadari
bahwa dengan memperkerjakan seorang dengan HIV, maka
berarti mereka mengambil tanggung jawab tambahan dengan
dampak etisnya. Namun, tanggung jawab ini bukanlah hal yang
sulit, apabila disertai persiapan yang sesuai.
Pelatihan ini setidaknya memasukan tiga komponen yang
berikut:
• tantangan dan manfaat dari melembagakan GIPA dan
memperkerjakan Odha/Ohidha, termasuk menyusun
kebijakan,
• tanggung jawab untuk, dan penerapan strategi oleh
organisasi induk, dan
• pelajaran yang dipelajari dari upaya perwujudan GIPA yang
ada.
Semua ini harus diarahkan pada penciptaan suasana yang
mendukung serta bentuk organisasi yang membolehkan
penerapan GIPA secara penuh pada tingkat yang tertinggi.
18 seri buku kecil
Dari Prinsip ke Praktik: Keterlibatan Lebih Besar Odha 19
Lampiran I
Deklarasi Pertemuan AIDS Tingkat Tinggi
Paris
1 Desember 1994
(Catatan: pernyataan yang berhubungan langsung dengan GIPA
telah dicetak miring)
Kami, Kepala Negara atau Perwakilan dari 42 negara
berkumpul di Paris pada tanggal 1 Desember 1994:
I. MEMAHAMI bahwa pandemi AIDS, dengan nilai dari

42
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

besarnya, merupakan ancaman bagi kemanusiaan, bahwa


penyebaran mempengaruhi semua kalangan masyarakat, bahwa
pandemi ini menghambat perkembangan sosial dan ekonomi,
terutama dalam negara yang paling terpengaruh, dan
meningkatkan perbedaan di dalam dan di antara negara, bahwa
kemiskinan dan diskriminasi merupakan faktor yang berperan
dalam penyebaran pandemi, bahwa HIV/AIDS menimbulkan
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada keluarga dan
komunitas, bahwa walaupun pandemi ini mengenai semua
orang tanpa penecualian, perempuan, anak dan remaja semakin
cepat tertular, bahwa pendemi tidak hanya menyebabkan
penderitaan fisik dan emosi, tetapi sering kali digunakan sebagai
alasan bagi pelanggaran besar terhadap hak asasi manusia
(HAM).
MEMAHAMI JUGA bahwa segala bentuk hambatan—budaya,
hukum, ekonomi dan politik—merintangi upaya informasi,
pencegahan, perawatan dan dukungan, bahwa strategi
pencegahan dan perawatan HIV/AIDS tidak dapat dipisahkan,
dan oleh karena itu harus menjadi unsur terpadu dalam
pendekatan yang efektif dan komprehensif untuk melawan
pandemi AIDS, bahwa bentuk solidaritas lokal, nasional dan
internasional yang baru yang sedang muncul, yang mencakap
20 seri buku kecil
terutama orang yang hidup dengan HIV/AIDS dan organisasi
komunitas.
II. MENYATAKAN kewajiban kami sebagai pimpinan politik
untuk membuat perlawanan terhadap HIV/AIDS sebagai
prioritas, kewajiban kami untuk bertindak dengan rasa iba dalam
solidaritas/kesetiakawanan dengan mereka yang terinfeksi HIV
atau yang berisiko menjadi tertular, baik dalam masyarakat kami
maupun internasional, ketetapan kami untuk memastikan bahwa
semua orang yang hidup dengan HIV/AIDS dapat mewujudkan
kenikmatan hak dan kebebasan mereka yang mendasar secara
penuh dan sejajar tanpa kecuali dan dalam segala keadaan,
ketetapan kami untuk melawan kemiskinan, stigma, dan
diskriminasi, ketetapan kami untuk menggerakan semua
masyarakat—sektor pemerintah dan swasta, organisasi komunitas
dan orang yang hidup dengan HIV/AIDS—dalam semangat
kemitraan sejati, penghargaan dan dukungan kami untuk
kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan oleh lembaga
multilateral, antarpemerintah, komunitas dan LSM, dan
pengakuan kami atas peranan penting mereka dalam melawan
pandemi AIDS, keyakinan kami bahwa tindakan yang lebih
tangguh dan terkoordinasi di seluruh dunia, bertahan terusmenerus—
seperti yang dilakukan oleh UNAIDS—dapat
menghentikan pandemi AIDS.

43
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

III. BERJANJI DALAM KEBIJAKAN NASIONAL KAMI


UNTUK melindungi dan mendorong hak individu, khususnya
mereka yang hidup dengan atau rentan terhadap HIV/AIDS,
melalui lingkungan sosial dan hukum, melibatkan secara penuh
organisasi LSM dan organisasi komunitas serta Odha/Ohidha
dalam perumusan dan penerapan kebijakan umum, meyakinkan
perlindungan hukum yang sederajat bagi Odha/Ohidha dengan
memperhatikan pemerolehan perawatan kesehatan, pekerjaan,
perjalanan, tempat tinggal dan kesejahteraan sosial, meningkatkan
rangakaian pendekatan esensial untuk pencegahan HIV/AIDS
sebagai berikut:
Dari Prinsip ke Praktik: Keterlibatan Lebih Besar Odha 21
• mendorong dan memudahkan penjangkauan produk dan
strategi pencegahan yang sesuai dengan budaya, termasuk
kondom dan pengobatan infeksi menular seksual,
• mendorong pendidikan pencegahan yang sesuai, termasuk
pendidikan seks dan jender, untuk remaja di dalam maupun
di luar sekolah,
• meningkatkan status, pendidikan dan kondisi kehidupan
perempuan,
• melakukan kegiatan untuk mengurangi risiko untuk dan
dengan kerja sama dengan kelompok yang rentan, seperti
kelompok berisiko tinggi terhadap penularan seksual dan
kelompok pendatang,
• keamanan penyediaan darah dan produk darah,
• memperkuatkan sistem perawatan kesehatan primer sebagai
dasar pencegahan dan perawatan, dan memadukan kegiatan
HIV/AIDS ke dalam sistem tersebut, agar meyakinkan
penjangkauan yang sejajar bagi perawatan yang terpadu,
• menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk melawan
pandemi HIV/AIDS secara lebih baik, termasuk dukungan
yang cukup untuk Odha, LSM, dan organisasi komunitas
yang bekerja dengan kelompok rentan.
IV. MENETAPKAN AGAR MENINGKATKAN KERJA
SAMA MELALUI LANGKAH DAN PRAKARSA YANG
BERIKUT. Kami akan melakukannya dengan menyediakan
perjanjian dan dukungan kami pada UNAIDS, sebagai kerangka
yang pantas dan sesuai untuk menggalang kemitraan antara
semua yang terlibat dan memberi bimbingan dan
kepemimpinan di seluruh dunia dalam perlawanan terhadap
HIV/AIDS. Ruang lingkup masing-masing prakarsa harus
dijelaskan lebih jauh dan dikembangkan sesuai dengan
UNAIDS dan forum lain yang terkait:
1. Mendukung keterlibatan Odha/Ohidha melalui prakarsa untuk
memperkuat kemampuan dan kerja sama antara jaringan Odha/
Ohidha dan organisasi komunitas. Dengan meyakinkan

44
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

keterlibatan penuh mereka dalam penanggulangan kami terhadap


HIV/AIDS pada semua tingkat—nasional, wilayah, dan global,
22 seri buku kecil
prakarsanya khususnya akan merangsang penciptaan suasana
dukungan politik, hukum dan sosial.
2. Mendorong kerja sama global untuk penelitian HIV/AIDS
dengan mendukung kemitraan antara sektor pemerintah dan
swasta, agar memacu perkembangan teknologi pencegahan dan
pengobatan, termasuk vaksin dan mikrobisida, dan untuk
menyediakan langkah-langkah untuk membantu meyakinkan
kemudahan penjangkauan di negara berkembang. Upaya kerja
sama ini harus memasukkan penelitian sosial dan perilaku yang
bersangkutan.
3. Memperkuat kerja sama internasional untuk keamanan
penyediaan darah melalui mengkoordinasi informasi teknis,
mengajukan standar praktik pembuatan semua produk darah,
serta mendorong didirkan dan diterapkan kemitraan untuk
meyakinkan keamanan penyediaan darah di semua negara.
4. Memacu prakarsa perawatan global untuk memperkuat
kemampuan nasional, terutama di negara yang paling
membutuhkan, untuk meyakinkan penjangkauan layanan
perawatan dan dukungan sosial secara terpadu, obat esensial dan
cara pencegahan yang ada.
5. Menggerakan organisasi lokal, nasional dan internasional
yang membantu remaja dan anak sebagai bagian kegiatan,
termasuk yatim piatu, yang berisiko terinfeksi atau terpengaruh
oleh HIV/AIDS, agar mendorong kemitraan global untuk
mengurangi dampak pandemi HIV/AIDS pada remaja dan anak
di seluruh dunia.
6. Mendukung prakarsa untuk mengurangi kerentanan
perempuan terhadap HIV/AIDS: dengan mendorong upaya
nasional dan internasional yang bertujuan pemberdayaan
perempuan; dengan meningkatkan status perempuan dan
menghilangkan faktor sosial, ekonomi dan budaya yang
merugikannya; dengan menciptakan keterlibatan perempuan
dalam semua proses pembuatan kebijakan dan pelaksanaan yang
Dari Prinsip ke Praktik: Keterlibatan Lebih Besar Odha 23
penting buat mereka; serta membentuk hubungan dan
memperkuat jaringan yang mendorong hak perempuan.
7. Memperkuat mekanisme nasional dan internasional yang
berhubungan dengan HAM dan etika terkait HIV/AIDS,
termasuk penggunaan dewan penasihat dan jaringan nasional dan
wilayah yang menyediakan kepemimpinan, advokasi dan
bimbingan agar meyakinkan bahwa asas non-diskriminasi, HAM
dan etika merupakan bagian terpadu dalam penanggulangan
pandemi HIV/AIDS.

45
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Kami mendesak semua negara dan komunitas internasional


untuk menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk
langkah dan prakarsa yang dicatat di atas.
Kami mendesak semua negara, UNAIDS dan penyokongnya
untuk mengambil semua langkah yang mungkin untuk
menerapkan Deklarasi ini sesuaidengan program multilateral
dan bilateral, serta organisasi antarpemerintah dan LSM.
Negara-negara yang terwakili pada Konferensi Tingkat Tinggi
Paris dan menandatangani Deklarasi:
Amerika Serikat, Argentina, Australia, Bahama, Belanda, Belgia,
Brasil, Burundi, Cina, Denmark, Federasi Rusia, Filipina,
Finlandia, India, Indonesia, Inggris, Itali, Jepang, Jerman, Jibuti,
Kamboja, Kameroon, Kanada, Maroko, Meksiko, Mozambik,
Norwegia, Pantai Gading, Perancis, Portugal, Rumania, Senegal,
Spanyol, Swedia, Swiss, Tanzania, Thailand, Tunisia, Uganda,
Vietnam, Zambia, Zimbabwe.
24 seri buku kecil
Dari Prinsip ke Praktik: Keterlibatan Lebih Besar Odha 25
Lampiran II
Piramida Keterlibatan Alternatif
Pirimida ini buatan Yayasan Spiritia menggambarkan tingkat
keterlibatan yang meningkat sesuai dengan GIPA, dengan
Odha/Ohidha sendiri memilih tingkat keterlibatan yang
nyaman. Pendidikan, pelatihan, keterampilan dan semangat
harus diberikan pada Odha/Ohidha agar mereka dapat
meningkat dalam piramida sampai tingkat sesuai dengan
keinginan dan kemampuannya.
PENGAMBIL KEPUTUSAN:
Odha/Ohidha terlibat dalam badan
pengambil keputusan atau pembuat
kebijakan, dan masukan mereka
dihargai sederajat dengan anggota
lainnya dalam badan itu.
PENCEGAHAN/PERAWATAN: Dorong
penyatukan perawatan dengan pencegahan
melalui keterlibatan dengan organisasi di
bidang pencegahan.
PENYELENGGARA DUKUNGAN SEBAYA:
Mendorong bentuknya kelompok dukungan sebaya
yang baru, mencari sumber daya termasuk
menggalang dana dan mendorong kesinambungan.
Menawarkan dukungan pada pimpinan kelompok
dukungan sebaya.
PIMPINAN KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA: Ambil
kepemimpinan dalam pengelolaan kelompok dukungan sebaya.
Merangsang keterlibatan oleh anggota baru dan mencari
sumber daya dari luar.
46
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

ANGGOTA KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA: Ikuti kelompok


dukungan sebaya sebagai anggota aktif, membagi pengalaman dan
pengetahuan dengan orang lain.
KETERLIBATAN PRIBADI: Terlibat secara aktif dalam kesehatan dan
kesejahteraan diri sendiri. Belajar tentang terapi, termasuk terapi penunjang.
Ambil peranan aktif dalam keputusan tentang pengobatan. Menjadi subjek, bukan
objek, bukan hanya sebagai penerima layanan.

3. HAM dan HIV


Memajukan hak asasi manusia dalam konteks HIV dan AIDS berarti:

 mendorong orang agar menghormati hak masing-masing, dan memperlakukan orang lain
dengan cara mereka ingin diperlakukan sendiri
 menjamin bahwa penyuluhan dan akses terhadap layanan kesehatan tersedia untuk semua
 membimbing orang untuk membantu mereka mengatasi rasa takut, ketidaktahuan dan
prasangka yang akan mendorong mereka menginjak hak orang lain

Melindungi hak asasi manusia berarti:

 mendukung dan membela orang yang haknya terancam atau terinjak


 memperbaiki dan mengimbangi pelanggaran apabila terjadi
 mengupayakan mengubah kondisi kemiskinan, ketidakberdayaan dan ketergantungan
yang membuat orang rentan terhadap pelanggaran hak mereka

Hak asasi manusia yang diakui pada tingkat internasional

Hak asasi manusia yang tercantum di bawah ini diikuti (huruf miring) oleh pelanggaran yang
umumnya terjadi berkaitan dengan Odha atau kelompok rentan:

Kebebasan, keamanan dan kebebasan gerak

 tes HIV yang dipaksakan


 karantina, pengasingan/isolasi dan pemisahan

Kebebasan dari perlakuan yang tidak manusiawi atau penghinaan

 isolasi, misalnya pada narapidana yang HIV-positif


 keterlibatan dalam uji coba klinis tanpa persetujuan berdasarakan informasi yang
lengkap

Perlindungan oleh hukum yang sama

47
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

 tidak diberikan nasihat atau layanan hukum

Hak pribadi

 hasil tes tidak dirahasiakan atau diumumkan tanpa persetujuan


 nama Odha wajib dilaporkan ke instansi kesehatan yang berwenang (yang membuat HIV
penyakit yang wajib dilaporkan)

Penentuan nasib sendiri

 orang yang rentan terhadap atau terpengaruh oleh HIV dilarang berkumpul

Hak untuk menikah, mempunyai keluarga dan menjalin hubungan

 aborsi atau sterilisasi yang dipaksakan


 tes HIV yang diwajibkan sebelum menikah
 diskriminasi terhadap hubungan sesama jenis

Ketersediaan yang sama terhadap layanan kesehatan

 kekurangan obat yang sesuai, kondom dll.


 penolakan untuk merawat atau mengobati Odha

Pendidikan

 tidak tersedianya informasi yang memungkinkan orang membuat pilihan yang


berdasarkan informasi lengkap
 penolakan untuk memberikan pendidikan karena status HIV

Kesejateraan sosial dan perumahan

 penolakan ketersediaan perumahan atau layanan sosial

Pekerjaan

 pemecatan dari, atau diskriminasi di tempat kerja


 asuransi atau tunjangan lain yang terbatas atau tidak tersedia sama sekali
 tes HIV sebagai prasyarat untuk pekerjaan

4.STATISTIK

4.1. Statistik Kasus Cases of


48
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

HIV/AIDS di HIV/AIDS in
Indonesia Indonesia
Dilapor s/d Desember Reported thru'
2009 December 2009
Sumber : Ditjen PPM & PL Depkes RI Source: Directorate General CDC
& EH
Ministry of Health, Republic of
Indonesia

Dalam triwulan Oktober s.d. Desember 2009 dilaporkan tambahan kasus AIDS
During quarter October thru' December 2009, AIDS cases were reported as follows:
¤ AIDS 1531
Provinsi melaporkan perubahan kasus AIDS sebagaimana berikut:
Provinces reporting changes in number of AIDS cases as follows:
¤ NAD/Ace ¤ Jawa Timur/East
h: +7 Java: +94
¤ Sumatera Barat/W. Sumatra: ¤ Bali:
+37 +109
¤ Bengkulu: ¤ Nusa Tenggara Barat/W. Nusa
+6 Tenggara: +12
¤ Riau: ¤ Kalimantan Barat/W.
+104 Kalimantan: +64
¤ DKI Jakarta: +17 ¤ Kalimantan Tengah/C.
Kalimantan: +6
¤ Banten: ¤ Sulawesi Selatan/S.
+43 Sulawesi: +448
¤ Jawa Barat/West ¤ Sulawesi Tenggara/SE.
Java: +365 Sulawesi: +1
¤ DI ¤ Papua:
Yogykarta/Jogjakart +127
a +43
¤ Jawa Tengah/Central Java: +48
Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan 1 Januari s.d. 31 Desember 2009 adalah:
Total AIDS cases reported from 1 January through 31 December 2009 are:
¤ AIDS 3863
Secara kumulatif kasus AIDS 1 Januari 1987 s.d. 31 Desember 2009, adalah:
Cumulative AIDS cases from 1 January 1987 through 31 December 2009:
Jumlah AIDS kemati
Total AIDS an:
19973 3846
of whom
died:
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut
Jenis Kelamin
Cumulative AIDS
Cases by Sex

49
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Jenis Kelamin/Sex AIDS AIDS/ID


U
Laki-laki/Male 14720 7312
Perempuan/Female 5163 605
Tak Diketahui/Unknown 90 49
Jumlah/Total 19973 7966
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut
Faktor Risiko
Cumulative AIDS Cases by
Mode of Transmission
Faktor Risiko/Mode of AIDS
Transmission
Heteroseksual/Heterosexual 10036
Homo-Biseksual/Homo-Bisexual 659
IDU 8020
Transfusi Darah/Blood Transfusion 20
Transmisi Perinatal/Perinatal 519
Trans.
Tak Diketahui/Unknown 719
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut
Golongan Umur
Cumulative AIDS Cases by Age
Group
Gol Umur/Age Group AIDS AIDS/ID
U
<1 184 0
1-4 228 0
5 - 14 116 8
15 - 19 609 135
20 - 29 9801 5106
30 - 39 6020 2159
40 - 49 1762 279
50 - 59 498 48
> 60 102 8
Tak Diketahui/Unknown 653 223
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Berdasarkan
Provinsi
Cumulative AIDS Cases by
Province
N Provinsi/Province AIDS AIDS/ID Mati/
o. U Death
s
1 Jawa Barat/West Java 3598 2628 634
2 Jawa Timur/East Java 3227 1022 691
3 DKI Jakarta 2828 2002 426

50
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

4 Papua 2808 2 371


5 Bali 1615 261 283
6 Kalimantan Barat/West 794 132 107
Kalimantan
7 Jawa Tengah/Central Java 717 152 246
8 Sulawesi Selatan/South 591 209 62
Sulawesi
9 Sumatera Utara/North Sumatra 485 209 93
10 Riau 475 135 131
11 Kepulauan Riau/Riau 333 30 130
Archipelago
12 Sumatera Barat/West Sumatra 330 224 81
13 Banten 318 199 54
14 DI Yogyakarta/Jogjakarta 290 132 81
15 Sumatera Selatan/South 219 104 38
Sumatra
16 Maluku/Moluccas 192 79 70
17 Sulawesi Utara/North Sulawesi 173 40 62
18 Jambi 165 96 50
19 Lampung 144 112 42
20 Nusatenggara Timur/East Nusa 138 12 25
Tenggara
21 Nusatenggara Barat/West Nusa 119 46 63
Tenggara
22 Bangka Belitung 117 40 18
23 Bengkulu 91 47 21
24 Papua Barat/West Papua 58 5 19
25 NAD/Aceh 43 17 11
26 Kalimantan Selatan/South 27 9 5
Kalimantan
27 Sulawesi Tenggara/SE 21 1 5
Sulawesi
28 Kalimantan Tengah/Central 21 7 2
Kalimantan
29 Sulawesi Tengah/Central 12 6 6
Sulawesi
30 Kalimantan Timur/East 11 4 10
Kalimantan
31 Maluku Utara/North Moluccas 10 2 8
32 Gorontalo 3 2 1
33 Sulawesi Barat/West Sulawesi 0 0 0
  Jumlah/Total 19973 7966 3846

Prevalensi Kasus AIDS per 100.000 Penduduk


Berdasarkan Propinsi

51
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

Prevalence of AIDS Cases per 100,000


population by Province
N Propinsi/Province Prevalens
o. i/
Prevalenc
e
1 Papua 133.07
2 Bali 45.45
3 DKI Jakarta 31.67
4 Kepulauan Riau/Riau 22.23
Archipelago
5 Kalimantan Barat/West 16.91
Kalimantan
6 Maluku/Moluccas 14.21
7 Bangka Belitung 11.36
8 Papua Barat/West Papua 8.93
9 Jawa Timur/East Java 8.93
1 Jawa Barat/West Java 8.60
0
1 DI Yogyakarta/Jogjakarta 8.51
1
1 Riau 8.36
2
1 Sulawesi Utara/North Sulawesi 7.69
3
1 Sumatera Barat/West Sumatra 7.32
4
1 Sulawesi Selatan/South 6.65
5 Sulawesi
1 Jambi 5.77
6
1 Bengkulu 5.20
7
1 Sumatera Utara/North Sumatra 3.71
8
1 Nusatenggara Timur/East Nusa 3.17
9 Tenggara
2 Banten 3.06
0
2 Sumatera Selatan/South 3.04
1 Sumatra
2 Nusatenggara Barat/West Nusa 2.57
2 Tenggara
2 Jawa Tengah/Central Java 2.22
3

52
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

2 Lampung 1.86
4
2 NAD/Aceh 1.05
5
2 Maluku Utara/North Moluccas 1.04
6
2 Sulawesi Tenggara/SE 0.91
7 Sulawesi
2 Kalimantan Selatan/South 0.78
8 Kalimantan
2 Kalimantan Tengah/Central 0.88
9 Kalimantan
3 Sulawesi Tengah/Central 0.46
0 Sulawesi
3 Kalimantan Timur/East 0.35
1 Kalimantan
3 Gorontalo 0.33
2
3 Sulawesi Barat/West Sulawesi 0.00
3
  Nasional/National 8.66

Jumlah Kasus Baru AIDS/HIV Berdasarkan


Tahun Pelaporan
Number of New HIV/AIDS Cases
by Year Reported
Tahun/Year AIDS AIDS/ID
U
1987 5 0
1988 2 0
1989 5 0
1990 5 0
1991 15 0
1992 13 0
1993 24 1
1994 20 0
1995 23 1
1996 42 1
1997 44 0
1998 60 0
1999 94 10
2000 255 65
2001 219 62
2002 345 97

53
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

2003 316 122


2004 1195 822
2005 2638 1420
2006 2873 1517
2007 2947 1437
2008 4969 1255
2009 3863 1156

4.2. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia – dilapor


s/d Desember 2008
Sumber : Ditjen PPM & PL Depkes RI

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin AIDS AIDS/IDU


Laki-laki 12061 6258
Perempuan 3970 509
Tak Diketahui 79 43
Jumlah 16110 6810

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Faktor Risiko

Faktor Risiko AIDS


Heteroseksual 7730
Homo-Biseksual 609
Penasun 6811
Transfusi Darah 0
Transmisi Perinatal 351
Tak Diketahui 609

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Golongan Umur

Golongan AIDS AIDS/IDU


Umur
<1 116 0
1-4 166 0
5 - 14 84 6
15 - 19 495 122

54
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

20 - 29 8187 4439
30 - 39 4730 1790
40 - 49 1369 237
49 - 59 383 39
>60 89 14
Tak Diketahui 491 163

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Provinsi

No Provinsi AIDS AIDS/IDU Mati


.
1 Jawa Barat 2888 2192 544
2 DKI Jakarta 2781 1978 419
3 Jawa Timur 2591 878 584
4 Papua 2382 1 351
5 Bali 1177 234 228
6 Kalimantan Barat 730 124 103
7 Jawa Tengah 530 126 221
8 Sumatera Utara 487 213 95
9 Riau 364 97 116
10 Kepulauan Riau 277 22 115
11 DI Yogyakarta 246 119 70
12 Sumatera Barat 204 147 65
13 Maluku 187 79 69
14 Sulawesi Utara 161 39 53
15 Sumatera Selatan 153 83 31
16 Sulawesi Selatan 143 91 62
17 Lampung 143 111 42

55
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

18 Nusatenggara Timur 110 11 23


19 Jambi 106 67 30
20 Bangka Belitung 95 36 13
21 Nusatenggara Barat 80 39 47
22 Banten 74 55 12
23 Papua Barat 58 5 19
24 Bengkulu 46 28 13
25 NAD 26 7 7
26 Kalimantan Selatan 22 9 5
27 Kalimantan Timur 11 4 10
28 Sulawesi Tenggara 11 1 1
29 Kalimantan Tengah 9 5 2
30 Sulawesi Tengah 8 5 4
31 Maluku Utara 7 2 7
32 Gorontalo 3 2 1
33 Sulawesi Barat 0 0 0
  Jumlah 1611 6810 3362
0

Prevalensi Kasus AIDS per 100.000 Penduduk Berdasarkan Provinsi

No Provinsi Prevalensi
.
1 Papua 129.35
2 Bali 33.75
3 DKI Jakarta 30.52
4 Kepulauan Riau 23.11
5 Kalimantan Barat 17.90

56
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

6 Maluku 14.05
7 Papua Barat 10.24
8 Bangka Belitung 9.33
9 Riau 8.01
10 DI Yogyakarta 7.50
11 Sulawesi Utara 7.45
12 Jawa Barat 7.38
13 Jawa Timur 6.99
14 Sumatera Barat 4.48
15 Sumatera Utara 3.95
16 Jambi 3.93
17 Bengkulu 2.86
18 Nusatenggara Timur 2.64
19 Sumatera Selatan 2.25
20 Lampung 2.00
21 Nusatenggara Barat 1.92
22 Sulawesi Selatan 1.91
23 Jawa Tengah 1.35
24 Banten 0.81
25 Maluku Utara 0.77
26 Kalimantan Selatan 0.68
27 NAD 0.67
28 Sulawesi Tenggara 0.56
29 Kalimantan Tengah 0.47
30 Kalimantan Timur 0.37
31 Sulawesi Tengah 0.34
32 Gorontalo 0.33

57
TUGAS BIOLOGI : AARON CHRISTOPHER RAMBI (XI IPA 2)

33 Sulawesi Barat 0.00


  Nasional 7.12

58

You might also like