You are on page 1of 9

Mencegah ‘Bencana Lingkungan Buatan Manusia’

 
Bisa dibayangkan betapa kering dan gersangnya Pulau Buton tanpa kehadiran Hutan
Lambusango. Kerimbunan Hutan Lambusango yang menutupi pungung-pungung bukit dan
lembah-lembah sungai yang umumnya terjal ini berperan sebagai pengendali erosi, sedimentasi
dan banjir.  Kerusakan hutan akan berdampak pada kehancuran fungsi resapan air yang bukan
saja berdampak pada ekosistem daratan melainkan juga berakibat pada rusaknya ekosistem
perairan laut sekitar Pulau Buton. Kerusakan hutan akan berdampak pada tingginya sedimentasi
perairan. Tingginya sedimentasi perairan laut akan merusak karang dan seluruh ekosistem laut
yang ada disekitarnya.  Akibatnya bukan hanya hasil bumi yang merosot, melainkan kelimpahan
sumberdaya baharipun (terumbu karang, ikan, rumput laut, kerang mabe dsb.) akan hancur
seiring dengan kerusakan hutan.
 
Sayangnya mereka yang sedang terbuai rejeki emas hijau (kayu) dari Hutan Lambusango
mungkin belum tahu bahwa nilai kayu sebenarnya hanya memiliki persentase yang sangat kecil
apabila dibandingkan dengan kekayaan Hutan Lambusango secara keseluruhan. Berdasarkan
berbagai penelitian tentang nilai ekonomis sumberdaya hutan, diketahui bahwa nilai kayu hanya
sebesar 2 persen dari keseluruhan nilai intrinsik sumberdaya hutan.
 
Sungguh sayang, apabila demi mengambil nilai manfaat yang kecil harus merusak keseluruhan
tatanan ekosistem. Walaupun kayu hanya bernilai kecil dibandingkan keseluruhan nilai hutan,
namun kayu adalah penopang utama ekosistem hutan. Ekosistem hutan akan hancur, dan seluruh
kekayaan yang luar biasa tersebut akan sirna seiring dengan lenyapnya kerimbunan pohon. 
Ibarat hutan adalah sebuah pabrik rokok, maka tumbuhan berkayu adalah pabriknya. ‘Rokok’
ibaratnya adalah sumberdaya, manfaat atau fungsi hutan yang bisa diambil atau dinikmati. Agar
sang pabrik dapat secara menerus memproduksi rokok berkualitas prima, masyarakat pemangku
kepentingan Hutan Lambusango harus mengambil rokoknya saja, tanpa merusak pabriknya. 
 
Mereka yang sedang asyik merusak hutan (destructive logging), banyak juga yang mungkin
belum tahu (atau bisa jadi pura-pura tidak tahu), bahwa kerimbunan hutan alam di Pulau Buton
ini tercipta melalui proses suksesi (pertumbuhan hutan) yang sangat panjang dan memakan
waktu ratusan bahkan ribuan tahun. Tidak  benar bahwa hutan alam merupakan sumberdaya
yang terbarui (renewable resources), sekali hutan alam rusak hampir dapat dipastikan tidak akan
pulih dan terbarukan!
 
Mungkin merekapun belum banyak tahu, bahwa ekosistem Hutan Lambusango memiliki nilai
keragaman hayati endemik yang tinggi dan merupakan salah satu pewakil terbaik dari Zona
Wallacea. Mereka bahkan lupa, bahwa Hutan Lambusango menjadi sumber air utama yang
mereka minum setiap hari. Mereka mungkin lupa bahwa Hutan Lambusango menjadi sumber
pembangkit listrik yang mendukung kenyamanan hidupnya setiap hari. Mereka lupa bahwa
Hutan Lambusango memasok udara segar yang mereka hirup setiap detik.  Sungguh mereka lupa
bahwa merusak Hutan Lambusango berarti menggali lubang bagi masa depan anak-cucunya
nanti. Mereka lupa bahwa hutan adalah habitat dari ratusan bahkan mungkin ribuan jenis
tumbuhan dan satwa yang diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia. Mereka lupa bahwa
sebagai khalifatullah manusia berkewajiban  untuk menjaga eksistensi, keseimbangan dan
keharmonian mahluk lain di luar dirinya!
 
Sebagai orangtua yang mencintai masa depan kehidupan anaknya, sudah saatnya untuk tidak
menjemput rejeki dengan cara merusak hutan.  Bagi mereka yang sadar akan pentingnya
kelestarian hutan sudah saatnya untuk bergandeng tangan untuk mencegah dan mengendalikan
kerusakan Hutan Lambusango. Hutan memang diciptakan untuk manusia, hutan memang boleh
diambil kayunya, dibawah hutan memang ada bahan tambang yang bisa diambil, namun
mengingat fungsi hutan bagi kehidupan sebagaimana tergambar di atas, semuanya harus
dilakukan dengan penuh perhitungan, secara terukur, terkontrol dan bijaksana.
 
Merusak Hutan Lambusango berarti merusak habitat Anoa, Andoke dan kawan-kawanya.
Merusak hutan berarti menghancurkan ekosistem kehidupan yang terbangun melalui proses yang
sangat panjang. Merusak hutan berarti menghancurkan kenyamanan dan menistakan fungsi hutan
sebagai penyangga kehidupan. Merusak hutan adalah menghancurkan kehidupan.
 
Maraknya bencana banjir, tanah longsor akhir-akhir ini sebagian disebabkan oleh lemahnya
perhatian kita semua dalam menjaga kelestarian hutan. Kita sungguh prihatin dengan penderitaan
saudara-saudara kita yang sedang ditimpa bencana lingkungan. Namun bencana lingkungan yang
selalu terjadi di musim hujan ini sekaligus harus kita manfaatkan untuk berinstropeksi (mawas
diri) untuk menghindarkan bencana yang sama menimpa diri kita dan anak-cucu kita. Kita harus
menyelamatkan lingkungan  yang masih nyaman dan aman ini dari peluang timbulnya bencana
yang sama di kemudian hari.
 
Sebagai manusia bijak, sebagai khalifatullah, manusia harus menghindar dari bencana yang
pencegahannya masih dapat dikelola. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna
harus dapat menghindar dari bencana yang disebabkan oleh ulah manusia sendiri, manusia harus
dapat belajar dan tidak ingin terantuk batu yang sama untuk kesekian kalinya. Manusia harus
dapat mencegah ‘Bencana Lingkungan Buatan Manusia! 
Refleksi Lingkungan Hidup Kampus Terbersih yang Tidak
Ada Habisnya
Fakultas Kedokteran Hewan atau biasa disebut dengan FKH IPB merupakan fakultas yang paling
“eksklusif”. Letaknya cukup terpisah dari konsentrasi massa IPB.  Civitas FKH jumlahnya paling
sedikit dibandingkan dengan fakultas lain. Dengan jumlah yang lebih sedikit tersebut, penjagaan
lingkungan hidup di FKH relatif mudah. Tidak heran jika selama beberapa tahun terakhir FKH
mendapat akreditasi Fakultas Bersih. Sering kali lingkungan hidup di FKH menjadi perconohan
bagi fakultas lain di IPB.

Membahas mengenai lingkungan hidup memang tidak sempit. Hal yang dibicarakan meliputi
komponen abiotik dan biotic. Dari segi biotic pasti menyangkut manusia, hewan dan tumbuhan.
Sedangkan abiotik meliputi komponen penyusun tanah, udara, air, bangunan dan segala sesuatu
yang tidak hidup di sekitar kita.  Pengkritisian lingkungan hidup bisa dilihat dari kedua
komponen tersebut.

Dari segi komponen biotik, civitas FKH memang selalu menjadi percontohan bagi fakultas lain. 
Civitas FKH terkenal akan kedisiplinan dan kerapihannya. Tuntutan profesi medis kedokteran
hewan memang telah dilatih sejak awal perkuliahan. Selain itu pihak kemahasiswaan dan bidang
lingkungan hidup sangat kritis atas penegakan kedisiplinan dan kereapihan mahasiswa FKH.

FKH Secara civitas memang sedikit unggul dan sesuai dengan keinginan awal Institusi kita
dalam pencitraan kehidupan kampus yang ideal. Dari segi kondisi komponen biotik lainnya yaitu
tumbuhan. Pencitraan tumbuhan dalam hal ini adalah titik ruang hijau. Ruang hijau FKH tersebar
di setiap node bangunan yang ada.KOndisinya pun terawat. Memang cukup gersang di musim
panas. Setidaknya penataan ini setidaknya memberi ruang hijau di tengah dominasi bangunan.
Namun penanaman di lahan kosong perlu dilakukan.beberapa titik hanyalah berupa lapangan
berumput tanpa peneduh yang cukup. Pertanyaannya bisakah kita menanam di sana? Bagaimana
izinnya? Birokrasi selalu menjadi masalah. Menanam perkara mudah bagaimana perizinannya,
merawatnya?

Segi ruang hijau dan civitas cukup untuk member pembuktian akan predikat FKH sebagai
kampus yang paling bersih dan nyaman. Bukti terjaganya lingkungan hidup FKh tampah dari
indicator beberapa hewan yang mampu hidup di lingkungan tersebut. Tercatat setidaknya
beberapa jenis burung mampu bertahan di lingkungan FKH. Burung  cuccak kutilang (Pynonotus
aurigaster), bondol jawa(Lonchura leucogastroides), burung gereja(Passer montanus) bahkan
Tyto alba javanica atau raptor malam Serak Jawa mampu bertahan di lingkungan FKH dan
membua sarangnya di sana. Terbukti keseimbangan lingkungan bisa kita lihat dari komponen
indah ini. Bhkan sedikit ynag menyadari hewan di sekitar kita adalah indicator jitu keseimbangan
alam. Manusia mampu mengakali ketidakseimbangan alam. Hewan lah yang paling rentan.

Ada permasalahan mengenai komponen hewan di kampus ini. Mungkn ini adalah masalah
bersama. Kucing liar, anjing liar. Apakah mereka masalah bagi kita? Apakah mereka
pengganggu kenyamanan kita? Apakah keberadaan mereka biasa saja? Pertanyaan ini sukar
dijawab. Namun jika perikehewanan bermain perilaku kasar kita kepada mereka adalah dosa.
Civitas FKH tidak akan berlaku semena-mena pada hewan. Tahukah anda Kasus beberapa waktu
lalu. Seekor anjing yan bernama Kibo, atau bisa disebut Pulgoso, anjing Marimar , Ciripa entah
apa ia disebut. Sadarkah anda tingkahnya sudah tidak bisa kita temukan di lingkungan IPB lagi?
Benar kini dia diadopsi setelah kejadian yang cukup mencengangkan bagi civitas FKH
khususnya

Beberapa bulan lalu anjing tersebut diperlakukan tidak manusiawi. Entah siapa yang tega
menusuk bagian pelipis anjing tersebut dengan benda tumpul. Itu merupakan puncak dari
perilaku tak berhati yang sering dialami Kibo. Bahkan setingkat mahasiswa. Beri penekanan
pada kata ‘maha’. Beberapa dari kita sering melontarkan kata-kata kasar seperti umpatan dan
kutukan mati. Contohnya “ Dasar anjing jelek, gua tending sekali aja lo palingan mati”. Menurut
anda biasakah? Lupakan cerita umpatan kasar. Setidaknya Kibo kini telah diadopsi manusia
pintar, tidak seperti mahasiswa/I yang mengumpat kasar.  Bagaimanakah pilihan kita untuk
memperlakukan kucing liar, anjing liar atau hewan liar yang ada? Tentukan perilaku yang baik
untuk lingkungan hidup yang baik.

Membahas lingkungan hidup tidak aka nada habisnya. Sesempurna apapun pasti ada yang perlu
dipelajari dan diperbaiki. Beralih mengenai sampah. Salah satu teman kami Afdi Pratama Duta
lingkungan hidup FKH 2010 melakukan sebuah survey mengenai sampah kaitannya keberadaan
tempat sampah. Hasilnya mencengangkan. Mayoritas responden mahasiswa FKH menyatakan
bahwa tempat sampah susah ditemui di FKH. Kali ini mungkin saya akan sedikit mementahkan
pernyataan sebagaian responden. Tidak hanya untuk FKH, IPB memang luas, ratusan temapat
sampah mungkin belum c cukup untuk menyadarkan civitasnya untuk menjaga kebersihan.

Ramah tamah di pasar Andir Bandung

Kebanyakan dari kita sudah jarang atawa mungkin tidak pernah sama sekali pergi berbelanja
untuk memenuhi kebutuhan sehari hari kita di pasar tradisional. Hal ini bisa jadi karena kita
sudah dimanjakan dengan keberadaan pasar pasar modern yang makin menjamur di jaman ini.

Di Bandung ada beberapa pasar tradisional yang cukup besar arealnya, salah satunya pasar andir
yang kita sambangi ini. Pasar ini mulai buka saat matahari mulai meninggalkan kursi
singgasananya dan akan berakhir pada saat matahari kembali menyirami kita dengan cahayanya.
Layaknya pasar tradisional, di sini dijual bermacam macam kebutuhan sehari hari dari mulai
sayuran, daging, ayam, telur, ikan, buah buahan dan lainnya. Ga seperti pasar pasar modern yang
ga boleh nawar, di sini kita bisa ngotot sama penjual soal harga barang dagangannya.
Ramah tamah ala pasar tradisional sangat terasa di sini, misal saja ibu yang sedang menunggu
pembeli ini menawarkan tempat duduk ala kadarnya untuk kita yang sedang menunggu barang
belanjaan selesai dibungkus. Sambil menikmati kopi dan sebatang rokok, mata kita asyik
memperhatikan hiruk pikuk yang terjadi disekitar kita.

Dari mulai suara mobil, motor, delman yang lalu lalang dan argumentasi antara pedagang dan
pembeli yang sedang tawar menawar harga, hingga teriakan para pedagang yang meminta
temannya untuk mengambilkan sesuatu atawa sekedar memesan kopi di warung terdekat. Semua
itu makin menyemarakkan suasana pasar andir ini.

Saat kopi mulai dingin, kebutuhan yang kita belipun sudah selesai dibungkus dan siap dibawa
pulang. Di sini kita bisa beli melon dengan harga kurang dari 6000 rupiah perkilogramnya, beda
dengan supermarket kita harus mengeluarkan 2000 hingga 3000 rupiah lebih besar. Memang
untuk pembelian satuan ga ada salahnya kita pergi ke pasar pasar modern, tetapi klo belinya
banyak kan lumayan menghemat. Lagi pula di dalem supermaket ga bisa ngopi sambil ngerokok.
Rumah Sakit Anak & Bunda - Jantung "HARAPAN KITA" also called
as National Heart Centre (Pusat Jantung Nasional)
RSAB Harapan Kita RSAB Harapan Kita merupakan gagasan dan dibangun oleh Yayasan Harapan
Kita yang diketuai oleh Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini didasarkan kepada pemikiran naluriah
seorang ibu yang berkeyakinan bahwa anak-anak adalah tunas bangsa dan generasi penerus yang
dapat mengangkat bangsa Indonesia dimasa yang akan datang ke tingkat yang lebih terhormat dan
dikagumi oleh bangsa lain.
Mesjid Istiqlal (Istiqlal Mosque)

Ini masjid mewah yang indah duduk di sembilan dan setengah hektar lahan. Ironisnya, Presiden
Soekarnoto memilih seorang arsitek Kristen untuk desain itu. Konstruksi berlangsung 1961-
1967, tetapi pembukaan resmi perusahaan tidak terjadi sampai 1978. Salah satu masjid terbesar
di Asia Tenggara, Mesjid Istiqlal bisa menampung lebih dari 10.000 orang dan 800 kendaraan.
Ini terdiri dari lima tingkat, dan dinding, trotoar dan lantai yang hampir seluruhnya tertutup
dengan marmer dari Tulungagung, Jawa Timur. Dress sederhana, dan melepas sepatu sebelum
masuk. Perempuan harus memakai kepala syal.
Tugu Monas: Monumen Nasional
Menunggu itu menjemukan! Beberapa minggu lalu tiba di Gambir pukul sembilan pagi untuk
keperluan bisnis sedangkan acara baru dimulai siang hari, karena masih ada waktu satu sampai
dua jam nganggur akhirnya berjalan-jalanlah ke taman Monumen Nasional. Dengan lagak turis
berputar-putar di sekeliling monumen tersebut sambil jeprat-jepret sana sini, masuk ke diorama
museum sejarah, naik ke puncak monumen serta turun lagi ke bagian cawan.

Di bagian informasi tidak ditemukan booklet atau informasi yang berguna tentang monumen ini.
Akhirnya mencari-cari di internet juga, ketemu artikel berikut dari cybertravel CBN, itu pun
merupakan kutipan dari majalah tertentu. Gemana sih ni Pemda punya aset sejarah susah dicari
informasinya?

Monumen Nasional yang biasanya disebut Monas adalah landmark-nya Jakarta. Layaknya
patung Liberty di Amerika Serikat, Monas menunjukkan keagungan negara Indonesia tak hanya
kota Jakarta. Gagasan untuk mendirikan Monas terwujud pada tanggal 17 Agustus 1961, saat
perayaan 16 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Ketika itu dilakukan pemancangan tiang
pertama oleh Bung Karno, Presiden RI pertama.

Monumen ini dibuka secara resmi pada tanggal 12 juli 1975. Monas melambangkan semangat
juang bangsa Indonesia dalam perang kemerdekaan, yang dilambangkan pada tugu dan api abadi
di puncaknya. Desain dan rencana Monas dibuat oleh arsitek Indonesia terkemuka saat itu,
Soedarsono. Sedangkan penasihat konstruksi adalah Prof. Dr. Ir. Roosseno.

You might also like