You are on page 1of 13

KEHIDUPAN PEREMPUAN DALAM BUDAYA ISLAM

KEHIDUPAN PEREMPUAN DALAM BUDAYA ISLAM(1)


Oleh : H. Mas’oed Abidin

PENDAHULUAN
SELAMAT dan terimakasih kepada Pusat Kajian Sain, Teknologi
dan Kebudayaan Jepang UNAND bekerjasama dengan Nagoya
Meitoku University Japan, mengangkat tema “Minangkabau Women
in Modern Society” hari ini. Kata woman dalam bahasa Inggris
kabarnya berasal dari womb man sama artinya dengan manusia
berkantong, pemahaman klasik makhluk yang mempunyai kantong
tempat tumbuh calon manusia atau “manusia” yang hanya kantong
tempat manusia.
BUDAYA MINANGKABAU dalam adat bersendi syarak, syarak
bersendi kitabullah” menempatkan perempuan pada posisi peran;
orang rumah
(hiduik batampek,
mati bakubua,
kuburan hiduik dirumah gadang,
kuburan mati ditangah padang),
induak bareh
(nan lamah di tueh,
nan condong di tungkek,
ayam barinduak,
siriah bajunjuang),
pemimpin
(tahu di mudharat jo manfaat,
mangana labo jo rugi,
mangatahui sumbang jo salah,
tahu di unak kamanyangkuik,
tahu di rantiang ka mancucuak,
ingek di dahan ka mahimpok,
tahu di angin nan basiruik,
arih di ombak nan basabuang,
tahu di alamat kato sampai),
Artinya perempuan Minang sangat arif. Kearifan adalah menjadi asas
utama kepemipinan di tengah masyarakat.

1
H. MAS’OED ABIDIN

Anak Minangkabau memanggil ibunya dengan bundo karena


perempuan Minang umumnya menjaga martabat,
(1). Hati-hati (watak Islam khauf),
ingek dan jago pado adat,
ingek di adat nan ka rusak,
jago limbago nan kasumbiang,
(2). Yakin kepada Allah (iman bertauhid),
jantaruah bak katidiang, jan baserak bak amjalai,
kok ado rundiang ba nan batin,
patuik baduo jan batigo,
nak jan lahie di danga urang,
(3). Perangai berpatutan (uswah istiqamah),
maha tak dapek di bali, murah tak dapek dimintak,
takuik di paham ka tagadai, takuik di budi katajua,
(4). Kaya hati (Ghinaun nafs), sopan santun hemat dan khidmat,
(5). Tabah (redha),
haniang ulu bicaro,
naniang saribu aka,
dek saba bana mandatang,
(6). Jimek (hemat tidak mubazir),
dikana labo jo rugi,
dalam awal akia membayang,
ingek di paham katagadai,
ingek di budi katajua, mamakai malu dengan sopan.
Maka dalam ungkapan sehari-hari, perempuan Minang disebut
padusi artinya padu isi dengan lima sifat utama;
(a). benar,
(b).jujur lahir batin,
(c). cerdik pandai,
(d). fasih mendidik dan terdidik,
(e). bersifat malu
(Rarak kalikih dek mindalu,
tumbuah sarumpun jo sikasek,
kok hilang raso jo malu,
bak kayu lungga pangabek
Anak urang Koto Hilalang,
Handak lalu ka Pakan Baso,
malu jo sopan kalau lah hilang,
habihlah raso jo pareso).

2
KEHIDUPAN PEREMPUAN DALAM BUDAYA ISLAM

Falsafah hidup beradat memposisikan perempuan Minangkabau


pada sebutan bundo kandung
limpapeh rumah nan gadang,
umbun puro pegangan kunci,
umbun puruak aluang bunian,
hiasan di dalam kampuang,
sumarak dalam nagari,
nan gadang basa batauah,
kok hiduik tampek ba nasa,
kalau mati tampek ba niaik,
ka unduang-unduang ka madinah,
ka payuang panji ka sarugo,
Ungkapan ini sesungguhnya telah memperlihatkan dengan amat jelas
betapa kokohnya kedudukan perempuan Minang pada posisi sentral,
menjadi pemilik seluruh kekayaan, rumah, anak, suku bahkan
kaumnya.
Kalangan lebih awam dinagari dan taratak menggelari dengan
sebutan “biaiy, mandeh”, menempatkan laki-laki pada peran pelindung,
pemelihara dan penjaga harta dari perempuan-nya dan anak turunannya.
Dalam siklus ini generasi Minangkabau lahir bernasab ayah (laki-laki),
bersuku ibu (perempuan), bergelar mamaknya (garis matrilineal) ,
sehingga kemenakan berpisau tajam dan mamak berdaging tebal,
memperlihatkan egaliternya suatu persenyawaan budaya dan syarak yang
indah.(2)

KEHIDUPAN MAJU “modern society” membawa perubahan pandang


budaya dan tidak jarang menampilkan ketimpangan. Menjauhnya
keseimbangan pertumbuhan dan kesempatan agaknya berpengaruh
didalam meraih keberhasilan dibidang pendidikan, lapangan kerja,
hiburan, mass media, antara kota dan kampung, turut juga mengganggu
pertumbuhan masyarakat. Perpindahan penduduk dengan mobilitas
terpaksa besar-besaran ke kota menjadi penyakit menular di tengah
kemajuan negeri sedang berkembang.
Pergesekan keras tuntutan ekonomi, menyita perhatian utama
kaum perempuan, seringkali seorang wanita tidak mampu mengangkat
wajah apabila tidak memiliki pekerjaan di luar rumah, perempuan tidak
mesti bergelimang di dapur, sumur dan kasur, tetapi didorong keluar
rotasi masuk kedalam lingkaran kantor, mandor dan kontraktor.

3
H. MAS’OED ABIDIN

Saya berpendapat bahwa, apabila kearifan dan keseimbangan peran


memelihara budaya generasi tercerabut pula, maka tidak dapat tidak akan
ikut menyumbang lahirnya "Generasi Lemah Budaya".(3)
Social movement mestinya bergerak membuat generasi
berkemampuan tinggi berhadapan perubahan untuk mewujudkan
kemajuan (madaniyah) tanpa harus mengabaikan nilai-nilai moral
pergaulan (husnul-khuluq). Semestinya dipadu dengan penunaian
kewajiban bersama dalam pengawasan sepanjang masa terhadap tiga
prilaku tercela, yaitu dusta (bohong), mencuri dan mencela (caci maki),
sesuai tuntutan agama; “Jauhilah dusta, karena dusta itu membawa
kepada kejahatan, dan kejahatan membawa kepada neraka” (Hadist
Shahih).
PERAN PEREMPUAN SEBAGAI IBU, IBU inti rumah tangga dan
masyarakat (negara), guru pertama perkataan, pergaulan, penularan
tauladan, cinta kasih bagi anak-anaknya. Kehadiran manusia kepermukaan
bumi dengan satu legalitas yang disebut "keluarga".
Keluarga di bangun oleh insan berbeda jenis setaraf dalam martabat
kemanusiaan. Pembentukan satu keluarga di dalam Islam bermula pada
satu contract social disebut aqad nikah, kesediaan dua insan berlain jenis
mengikat diri hidup mu'asyarah bil ma'ruf dalam ikatan hak dan kewajiban
secara utuh dan optimal. Di mulai timbang terima dari generasi pendahulu
(orang tua, sebagai wali nasab) kepada penerus (anak dan menantu)
dengan aqadnikah ritual sakral.
Generasi mesti dipahamkan amanah Allah, tumbuh belajar dengan
contoh dari tengah lingkungan dengan pendidikan keteladanan. Teladan
yang baik menjadi landasan paling asas untuk membentuk watak
generasi.(4)

PERJALANAN PEREMPUAN
SAYA DIMINTA memperbincangkan KEHIDUPAN WANITA DALAM BUDAYA
ISLAM. 'Wanita' (bhs.Sans) artinya lawan dari jenis laki-laki, dan
perempuan (bhs. kawi) menyimpan kata "empu" artinya pemimpin
(raja), orang pilihan, ahli, yang pandai, pintar dengan segala sifat
keutamaan yang lain (lihat:KUBI).
Saya lebih senang memakai kata perempuan selain wanita, karena
padanya terkait banyak peran.(5)
Dimasa jahiliyah terjadi pelecehan jender kaum perempuan
dengan kelahirannya disambut kematian, keberadaannya tidak diterima,

4
KEHIDUPAN PEREMPUAN DALAM BUDAYA ISLAM

ada paham wanita pembawa aib keluarga, jabang bayi berjender


wanita mesti dibunuh (QS.16,an-Nahl :57-60).(6)
ALQURAN menyebut perempuan dengan Annisa' atau Ummahat,
artinya sama dengan ibu, saya menyebutnya Ikutan Bagi Umat, dan
Annisa' adalah tiang suatu negeri. (7)
Sunnah Nabi menyebutkan, dunia indah dengan berbagai perhiasan
(mata'un), perhiasan paling indah adalah perempuan saleh, artinya istri
atau ibu yang tetap pada perannya dan konsekwen dengan citranya.
Tafsir Islam tentang kedudukan perempuan menjadi konsep utama
keyakinan Muslim bermu’amalah.
Alquran mendudukkan perempuan pada derajat sama dengan jenis
laki-laki di posisi azwajan atau pasangan hidup (Q.S.16:72, 30:21, 42:11),
amat berbeda dengan masa sebelumnya yang masih bertanya apakah
makhluk perempuan tergolong makhluk punya hak dan kewajiban sama
dengan laki-laki, dianggap benda yang boleh dipindah-tangankan
sewaktu-waktu diperjual-belikan sebagai komoditi budak menjadi sumber
pendapatan bagi pemiliknya?
Kesimpulan Alquran ini menempatkan perempuan pada posisi
azwajan, pasangan, mitra sejajar/setara, (QS.16:72), factor sumber
sakinah (kebahagiaan), perwujudan rahmah dan mawaddah kasih sayang
(QS.30:21).
Citra perempuan sempurna pada posisi IBU (Ikutan Bagi Umat), inti
keluarga besar, di Minangkabau disebut bundo kanduang, menjadi “tiang
negeri” (al Hadist) dan penghormatan termulia, “sorga terletak di bawah
telapak kakinya” (al Hadist).(8)

HAK ASASI PEREMPUAN


HAK ASASI perempuan dalam konsep Islam sudah berlaku sempurna
15 abad lalu, kendatipun dizaman maju masih ada beberapa kawasan
negeri berpandangan ragu mengakui perempuan.
Agama Islam menempatkan perempuan (ibu) menjadi mitra
setara (partisipatif) bagi jenis laki-laki. Dan lelaki menjadi pelindung
wanita (qawwamuuna 'alan-nisaa'). Lahiriyah dan bathiniyah (fisik dan
mental) satu sama lain memiliki kelebihan pada kekuatan, badan, fikiran,
keluasaan, penalaran, kemampuan, ekonomi, kecerdasan, ketabahan,
kesigapan dan anugerah (QS. An Nisa' 34).

5
H. MAS’OED ABIDIN

Wanita dibina menjadi mar'ah shalihah (= perempuan shaleh yang


ceria (hangat/warm) dan lembut, menjaga diri, memelihara kehormatan,
patuh (qanitaat) kepada Allah, hafidzaatun lil ghaibi bimaa hafidzallahu (=
memelihara kesucian faraj di belakang pasangannya, karena Allah
menempatkan faraj dan rahim perempuan terjaga, pintar dan cerdik,
sehingga tidak ada keindahan yang melebihi perhiasan "indahnya wanita
shaleh" (Al Hadist).
KODRAT PEREMPUAN memiliki peran ganda; penyejuk hati, pendidik
utama, menempatkan sorga terhampar dibawah telapak kakinya
(ummahat).
Dibawah naungan konsep Islam, perempuan berpribadi sempurna,
bergaul ma'ruf, ihsan, kasih sayang, cinta, lembut dan lindung,
berkehormatan, berpadu hak dan kewajiban.
Dalam konteks Islam ini, dua jenis jender ini sudah mendapatkan
kesetaraan hak dengan wajar, tidak melebihi dan tidak melewati kodrat
fitrah masing-masing. Pemahaman padu pemeranan perempuan sebagai
mitra saling terkait, saling memerlukan bukan untuk eksploatasi.
Konsep azwaajan mengandung makna pasangan dengan kedudukan
setara/sejajar. Penggunaan kata pasangan (azwajan) terpatri pada tidak
punya arti sesuatu kalau pasangannya tidak ada dan tidak jelas
eksistensi sesuatu kalau tidak ada yang setara di sampingnya.
“Pasangan”, mungkin tidak ada kata yang lebih tepat untuk azwajan itu.
Mungkin di belahan dunia lainnya (entah di barat atau di timur), memang
ada gejala penguasaan hak-hak perempuan dan paling akhir hilangnya
wewenang "ibu" di rumah tangga sebagai unit inti keluarga besar
(extended family).(9)
a). Secara moral, perempuan punya hak utuh menjadi IBU = Ikutan
Bagi Umat. Masyarakat baik lahir dari Ibu baik, dengan relasi
kemasyarakatan pemelihara tetangga dan perekat silaturrahim.(10)
b). Dalam Ajaran Islam, penghormatan kepada Ibu menempati urutan
kedua sesudah iman kepada Allah (konsep tauhidullah). Bersyukur
kepada Allah, berterima kasih (penghormatan) kepada Ibu, diwasiatkan
sejalan untuk seluruh manusia, menjadi disiplin hidup yang tidak boleh
diabaikan dan tidak dibatas oleh adanya perbedaan anutan keyakinan.
Hubungan hidup duniawi wajib dipelihara baik dengan jalinan ihsan (lihat
QS. 31, Luqman : 14-15).
Universalitas (syumuliyah) Alquran menjawab tantangan zaman (QS.
Al Baqarah, 2 dan 23), menerima petunjuk berasas taqwa (memelihara
diri), tidak ragu kepada Alquran menjiwai hidayah, karena Allah telah
6
KEHIDUPAN PEREMPUAN DALAM BUDAYA ISLAM

menciptakan alam semesta amat sempurna, tidak ditemui mislijk


kesiasiaan (QS. 3, Ali 'Imran, ayat 191), diatur dengan lurus (hanif) sesuai
fithrah yang tetap (QS. 30, Ar Rum, ayat 30) dalam ikatan natuur-wet
atau sunnatullah dan tidak berjalan sendiri, namun saling terkait agar satu
sama lain tidak berbenturan.
Kandungan nilai filosofi ini terikat kokoh kasih sayang, hakikinya semua
datang dan akan berakhir dengan menghadapNya, maka kewajiban asasi
insani menjaga diri dan keluarga dari bencana (QS. At Tahrim :6) dengan
memakai hidayah religi (agama).
c). Dalam alih generasi, perempuan menjadi pembentuk generasi
berdisiplin. Dari rahim Ibu lahir manusia bersih menurut fithrah beragama
tauhid.
Pembinaan sisi keyakinan agama dan kebiasaan hidup istiadat dan
budaya amat penting membantu meraih keberhasilan pendidikan generasi
berakhlak Islami.
Makhluk manusia berkeyakinan haqqul yaqin kepada Khaliq tumbuh
menjadi pribadi kokoh (exist) dengan karakter teguh (istiqamah,
konsisten) dan tegar (shabar, optimis) menapak hidup. Rohaninya, rasa,
fikiran, dan kemauan dibimbing keyakinan hidayah iman. Jasmaninya,
gerak, amal perbuatan dibina aturan syari'at Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah.
‫ن مَا َوصّى ِب ِه نُوحًا‬
ِ ‫ن الدّي‬
ْ ‫ع َل ُك ْم ِم‬
َ ‫ش َر‬
َ
‫ن َو َل َت َت َف ّرقُوا فِي َِه‬
َ ‫ن َأقِيمُوا الدّي‬
ْ ‫ص ْينَا بِه ِإ ْبرَاهِي َم َومُوسَى َوعِيسَىَِأ‬
ّ ‫ك َومَا َو‬
َ ‫ح ْينَا ِإَل ْي‬
َ ‫وَاّلذِي َأ ْو‬
“Allah telah menyari’atkan dasar hidup “ad-din” bagi kamu seperti
telah diwasiatkanNya kepada Nuh, dan telah dipesankan kepadamu
(Muhammad). Agama yang telah dipesankan kepada Ibrahim, Musa, Isa
dengan perintah agar kalian semua mendaulatkan agama ini dan jangan
kalian berpecah dari mengikutinya…” (QS.Syura : 13).
Perilaku kehidupan menurut mabda' (konsep) Alquran, bahwa makhluk
diciptakan dalam rangka pengabdian kepada Khaliq (QS. 51, Adz Dzariyaat
: 56), memberi warning peringatan agar tidak terperangkap kebodohan
dan kelalaian sepanjang masa. Manusia adalah makhluk pelupa (Al
Hadist).
d). Konsep Islam, “dibawah telapak kaki perempuan, terbentang jalan
keselamatan (Sorga)”. Kebahagiaan menanti setiap insan yang berhasil
meniti jalan keselamatan yang diajarkan perempuan (ibu) dengan baik,
penuh kepatuhan dan rasa hormat yang tinggi.(11)
Dari lubuk hati perempuan (ibu) yang tulus dan tangan yang lembut
terampil dicetak generasi tauhidik berwatak taqwa, khusyuk (telaten)

7
H. MAS’OED ABIDIN

berkarya (amal) dan kaya dengan rasa malu, berkarakter hidup dengan
tamaddun (budaya), yakin dengan norma agama (Islam) disisi Allah (QS.Ali
'Imran:19) yang kamal, lengkap, diredhai (QS.Al Maidah:3), bila tidak
demikian maka dunia akhirat merugi (QS.Ali 'Imran:85).
Wahyu membimbing hidayah Islam (QS.AsySyu'ara:13) bersambung
kehadiran Muhammad menjadi bata terakhir bangunan kehidupan dan
Alquran menyelesaikannya (Al Hadist). Penyempurnaan hidayah Iman
yang haq (QS. Al Fath :28), membekali umat satu toleransi tinggi, tidak
boleh memaksakan keyakinan kepada orang lain yang belum mau
menerima kebenaran Islam (QS. Al Baqarah :256), diperintah
berdada-lapang menerima kenyataan adanya fanatisme turun temurun
(QS.Al Kafiruun :6), wajib menda'wahkan amar ma'ruf dan nahi munkar
(QS. Ali 'Imran :104), dimulai dari diri sendiri agar terhindar dari celaan
(QS. Al Baqarah :44 dan QS. Ash-Shaf :3), maka amar ma'ruf nahi munkar
adalah tiang kemashlahatan hidup manusia dengan Iman billah (QS. Ali
'Imran :110) satu bangunan umat yang berkualitas (khaira ummah).
POSISI PEREMPUAN didalam Islam ada dalam bingkai (frame)
menjadi sumber sakinah yakni bahagia dan ketenangan. Disini di tuntut
sifat kreatif, ulet, tabah, sabar, teguh, konsistensi, jujur, hanif dan mampu
menghidangkan keindahan dalam rumah tangga, seperti sudah
dipesankan Nabi Muhammad SAW,

Allah itu indah dan sangat menyenangi keindahan

PROFIL PEREMPUAN MANDIRI


KAUM PEREMPUAN harus memaksimalkan perannya menampilkan
citra perempuan mandiri, memastikan terpenuhinya hak dan
terlaksananya kewajiban. Maka perempuan semestinya tampil dengan
berpendidikan.
Akan tetapi seorang budayawan perempuan bernama Haniah
mengkritik pula, katanya; "Pendidikan formal yang dapat membuat wanita
sejajar dengan laki-laki, bila tidak didampingi dengan penunaian hak dan
kewajiban yang tegas, berpeluang menjadikan wanita kehilangan jati
dirinya sebagai perempuan. Secara tidak sadar perempuan terpelajar
menjadi lebih maskulin daripada laki-laki. Ujung proses ini adalah
ancaman kehidupan rumah tangganya. "Sifat feminim yang menjadi
sumber kasih sayang, kelembutan, keindahan, dan sumber cahaya ilahi

8
KEHIDUPAN PEREMPUAN DALAM BUDAYA ISLAM

berpotensi menyerap dan mengubah kekuatan kasar menjadi sensitivitas,


rasionalitas menjadi intuisi, dan dorongan seksual menjadi spiritualitas
sehingga memiliki daya tahan terhadap kesakitan, penderitaan dan
kegagalan."(12)
Saya berpendapat bahwa perempuan mandiri dibentuk oleh
pemahaman mendalam tentang keyakinan (anutan agamanya),
kekentalan budayanya dan latar belakang pendidikannya.
Tidak hanya ajaran Agama Islam yang mengungkapkan secara jelas
peran dan citra perempuan. Penulis sastera mengungkapkan peran
perempuan Melayu (Timur) dengan pendirian kokoh, dalam Syair Siti
Zubaidah Perang China ; "Daripada masuk agama itu, baiklah mati
supaya tentu, menyembah berhala bertuhankan batu, kafir laknat
agama tak tentu."(13)
Perempuan Melayu dengan sifat-sifat mulia diantaranya lembut
hatinya, penyabar, penyayang sesama, keras dalam
mempertahankan harga diri, tegas, teguh dan kuat iman dalam
melaksanakan suruhan Allah, pendamai, suka memaafkan dan
mampu menjadi pemimpin masyarakatnya. Wanita Melayu juga
mempergunakan akal di dalam berbuat dan bertindak, bahkan
terkadang terlalu keras dan berani, seperti ditunjukkan dalam syair
Siti Zubaidah, kata H. Ahmad Samin Siregar.(14)
KHULASAH
KEHIDUPAN KEPEMILIKAN PEREMPUAN DALAM ISLAM
PEREMPUAN menjadi pemilik dari apa yang dimiliki pasangannya.
(1). Hak kepribadian
(a). Dipergauli dengan ma'ruf (QS.An-Nisa'4),
(b). Dinafkahi menurut kelapangan dan kemampuan (QS. At-Thalaq, 7),
(c). Dijaga rahasia dari kepribadian perempuan yang amat karakteristik,
(d). Dalam rumah tangga suami istri adalah ibarat pakaian (QS. Al
Baqarah, 187),
(e). Menghormati nasab bapaknya,
(f). Perempuan mendapat hak perlindungan dari azwajnya.

(2). Hak kepemilikan


(a). Lelaki tidak boleh menguasai harta istri,
(b). Perempuan ada hak bagian dari harta peninggalan keluarganya (QS
An Nisa' 7),
(c). Kewajiban lelaki (suami) menyerahkan mahar kepada istri dengan
kerelaan dari pihak perempuan (nihlah) (QS. An Nisa' 4),
9
H. MAS’OED ABIDIN

(d). Mahar tidak boleh diambil lagi, tidak boleh dirampas oleh keluarga
(lihat Tafsirul Khazin, I : 477), artinya apa yang sudah diberikan kepada
perempuannya secara ikhlas (nihlah) tidak boleh dirampas kembali.
(e). Haram mengeksploitasi perempuan untuk berbuat
serong/pelacuran (QS. An Nuur, 33),
(f). Tidak boleh menyulitkan perempuan,
(g). Wajib lelaki memberikan hak-hak perempuan secara penuh
(memberi makan, pakaian) menurut kemampuan,
(h). Tidak boleh memukul wajahnya, tidak boleh mencelanya,
(i). Tidak boleh memisahkan dari tempat tidurnya kecuali dalam rumah
sendiri (HR. Abu Daud).

(3). Hak kewenangan mengatur sirkulasi ekonomi rumah tangga


(a). "Jika seorang isteri memberikan infaq dari makanan rumahnya
dengan tidak menimbulkan kerusakan, dia akan mendapatkan pahala
dari infaknya, sedangkan suaminya juga mendapatkan pahala atas
usahanya, dan bagi penyimpan juga mendapatkan pahala. Sebahagian
mereka tidak mengurangi bahagian yang lainnya (HR. Muslim).
(b). Seorang perempuan (istri) dapat membelanjakan harta suaminya
dengan tidak berlebihan, dan dalam hal ini suami mendapatkan pahala
dari Allah.
(c). Tetap amanah dalam pengaturannya, sesuai sabda Rasulullah SAW
; "Apabila seorang isteri melaksanakan shalat lima kali (waktu), shaum
(Ramadhan) satu bulan penuh, memelihara kemaluan (farajnya), dan
mentaati suaminya, akan dikatakan kepadanya "UDKHULIL JANNATA
MIN AYYIL ABWAAB" artinya "Masuklah kamu ke dalam syorga dari
segala pintu" (HR. Ahmad).
(d). Perempuan mempunyai kewajiban menjaga kepemilikan dibelakang
pasangannya. Dan semuanya terlihat dalam hukum perkawinan
menurut Islam.

DARI PANDANGAN AGAMA ISLAM disimpulkan bahwa yang tidak mau


mengindahkan hak-hak perempuan, sebenarnya adalah mereka yang tidak
beriman atau lebih halus lagi, kurang mengamalkan ajaran agama
Islam.
Di Minangkabau lebih jauh lagi, kemandirian perempuan terlihat
nyata, kadang-kala sangat tegar, mereka tidak takut ditinggal suami
dengan beban berat menghidupi dan mendidik anak kandungannya, dan
umumnya selalu berhasil., semata karena hukum adat dikuasai lini
materilineal, hukum garis keibuan. Sungguhpun dimana-mana dapat saja
10
KEHIDUPAN PEREMPUAN DALAM BUDAYA ISLAM

ditemui ada kerancuan, semata disebabkan oleh hilangnya kepatuhan


orang beradat, karena hakikat sesungguh dari adat basandi syarak,
syarak basandi Kitabullah adalah aplikatif, bukan simbolis.

Padang, 7 Agustus 2001.

Catatan

1
Disampaikan dalam rangka Lustrum Universitas Andalas yang ke IX pada
Seminar sehari digelar oleh Pusat Kajian Teknologi, Sains dan Kebudayaan
Jepang dengan tema “Minangkabau Women ini Modern Society”, pada
tanggal 7 Agustus 2001 atas kerjasama antara Univrsitas Andalas dengan
Nagoya Meitoku University, Japan
2
Kata Buya Hamka, alangkah malangnya jadi laki-laki di Minangkabau, dia
sejak lahir berada dibawah bayang-bayang perempuannya.
3
Generasi berbudaya memiliki prinsip teguh, elastis, toleran bergaul,
lemah lembut bertutur kata, tegas, keras melawan kejahatan, kokoh
menghadapi percabaran budaya, tegar dalam percaturan kehidupan,
menghindari ekses buruk, membuat lingkungan sehat, bijak menata
pergaulan baik, penuh kenyamanan, tahu diri, hemat, dan tidak malas,
semuanya dibentuk dari keteladanan. Konsep Rasul SAW; ”Jauhilah hidup
ber-senang-senang (foya-foya), karena hamba Allah bukan yang hidup
bermewah-mewah (malas dan lalai)” (HR.Ahmad).
4
Anak-anak (generasi) senantiasa tumbuh menyerupai ibu dan bapaknya.
Peran pendidikan amat menentukan. Pendidikan teladan paling ideal
dimata anak (Nashih ‘Ulwan, dalam Tarbiyatul Aulaad). Jika ibu
menegakkan hukum Allah, begitu pula generasi yang di lahirkannya.
Pelatihan ibadah anak sedari kecil dengan membiasakan (shalat, puasa,
shadaqah, mendatangi masjid, menghafal Alquran) menjadi alat bantu
utama melatih disiplin anak dari dini. Sabda Rasulullah SAW.
membimbingkan; “Suruhlah anak-anak kamu mengerjakan shalat, selagi
mereka berumur tujuh tahun, dan pukulllah mereka (dengan tidak
mencederai) karena meninggalkan shalat ini, sedang mereka telah
berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka” (HR.Abu
Daud dan Al Hakim).
5
Antara lain pemimpin, pandai, pintar, dan memiliki segala sifat
keutamaan rahim, penuh kasih sayang, makhluk pilihan, pendamping
jenis kelamin lain (laki-laki).
11
H. MAS’OED ABIDIN

6
Ditemui pula dizaman Fir’aun terhadap anak lelaki kaum Musa (keluarga
‘Imran) mesti dibunuh (rasilalisme, atau ethnic cleansing).
7
Bila Annisa'-nya baik, baiklah negeri itu, dan kalau sudah rusak,
celakalah negeri itu (Al Hadits). Kaidah Alqurani menyebutkan, Nisa'-nisa'
kamu adalah perladangan (persemaian) untukmu, kamupun (para lelaki)
menjadi benih bagi Nisa'-nisa' kamu. Kamu dapat mendatangi
ladang-ladangmu darimana (kapan saja). Karena itu kamu berkewajiban
menjaga anfus (diri, eksistensi dan identitas) sesuai perintah Qaddimu li
anfusikum, dengan selalu bertaqwa kepada Allah (Q.S.2:23).
8
Kalangan yang ingin bebas acapkali merendahkan peran perempuan
sebagai ibu di rumah tangganya. Melahirkan dan mengasuh anak dilihat
mereka sebagai suatu yang out of date. Bila seseorang memerlukan anak
bisa ditempuh jalan pintas melalui adopsi atau mungkin satu ketika
dengan teknologi kloning (?).
9
Umar bin Khattab, mendifinisikan perempuannya, sebagai ibu dari anak-
anak, teman bermusyawarah, pembantu yang meringankan, pemberi
semangat dan harapan, pendorong (motivator) kearah sukses (jihad),
penjaga harta kekayaan, pemegang anak kunci amanah, orang paling
dekat penyimpan rahasia. Karenanya setiap kali aku dapati ada
kekurangan pada perempuan itu aku maafkan, karena banyak hak-
haknya yang mungkin tidak terpenuhi.
10
"Ibu (an-Nisak) adalah tiang negeri" (al Hadist). Jika kaum Ibu dalam
suatu negeri (bangsa) berkelakuan baik (shalihah), niscaya akan
sejahtera negeri itu. Sebaliknya, bila kaum Ibu disuatu negeri
berperangai buruk (fasad) akibatnya negeri itu akan binasa seluruhnya.
Selain itu, banyak hadist Nabi menyatakan pentingnya pemeliharaan
hubungan bertetangga, menanamkan sikap peduli, berprilaku mulia,
solidaritas tinggi dalam kehidupan keliling. Diantaranya sabda SAW;
"Demi Allah, dia tidak beriman”, "Siapakah dia wahai Rasulullah?" Beliau
menjawab, "Yaitu, orang yang tetangganya tidak merasa aman dari
kejahatan-kejahatannya". (Hadist diriwayatkan Asy-Syaikhan). Hadist
lainnya; “Tidaklah beriman kepadaku orang yang perutnya kenyang,
sedangkan tetangganya (dibiarkan) kelaparan disampingnya, sementara
dia juga mengetahui (keadaan)nya” (HR.Ath-Thabarani dan Al Bazzar).
Pentingnya pendidikan akhlak Islam, “Satu bangsa akan tegak kokoh
dengan akhlak (moralitas budaya dan ajaran agama yang benar)”. Tata
krama pergaulan dimulai dari penghormatan di rumah tangga,
dikembangkan kelingkungan tetangga dan ketengah pergaulan warga
masyarakat (bangsa), sesuai QS.41, Fush-shilat, ayat 34.
11
Rasulullah SAW bersabda ; “Sorga terletak dibawah telapak kaki Ibu”(al
Hadist). Sahabat Abu Hurairah RA., meriwayatkan seseorang bertanya
12
KEHIDUPAN PEREMPUAN DALAM BUDAYA ISLAM

kepada Rasulullah; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling


berhak untuk aku pergauli dengan cara yang baik?”. Beliau menjawab,
“Ibumu”. (sampai tiga kali), baru terakhir, “Bapakmu”. (HR.Asy-
Syaikhan). Shahabat Abdullah Ibn ‘Umar menceritakan, “Berjihadlah
dengan berbakti kepada keduanya”. (HR.Asy-Syaikhan). Disiplin tumbuh
melalui pendidikan akhlak, keteladanani, menanamkan ajaran agama
yang benar (syari’at). Jangan berbuat kedurhakaan. Meyakini hari
akhirat. Bakti kepada dua orang tua (birrul walidaini), jangan berkata
keras, bergaul lemah lembut, menyimak perintah dengan cermat. Jangan
bermuka masam (cemberut), tidak memotong perkataan keduanya,
mengajarkan dialog (mujadalah) dengan cara baik dan ihsan (lihat QS.17,
al-Israk; ayat 234-24). Wahyu QS. 46, al Ahqaaf : 15-16, generasi yang
menolak kebenaran (al-haq) dari Allah, akan menjadi generasi permissif
(berbuat sekehendak hati), anarkis dan hedonisme sepanjang masa.
Inilah generasi lemah (loss generation), tercerabut dari akar budaya dan
agama (QS. 46, al-Ahqaaf :17-18). Maka birrul walidaini (berbakti kepada
dua orang tua), pelajaran dasar generasi, harus di turunkan terus
menerus,“Berbaktilah kepada bapak-bapak (orang tua) kalian, niscaya
anak-anak kalian akan berbakti pula kepada kalian. Dan tahanlah diri
kalian (dari hal-hal yang hina), niscaya istri-istri kalian juga akan
menahan diri (dari hal-hal yang hina)”.(HR. Ath-Thabarani).
12
Hani'ah, "Wanita Karir dalam Karya Sastra: Ada Apa Dengan Mereka?",
makalah Munas IV dan Pertemuan Ilmiah Nasional VIII, HISKI 12-14
Desember 1997 di Padang.
13
Syair Siti Zubaidah Perang China, Edisi Abdul Muthalib Abdul Ghani, hal.
230.
14
Ibid. Pendapatnya diketengahkan pada Munas PIN VIII, HISKI 12-14
Desember 1997 di Padang.

13

You might also like