You are on page 1of 20

Hak Perempuan

Menurut Pandangan Islam


Dan Posisi Penguasaannya Terhadap Tanah Ulayat
di Minangkabau
Oleh : H. Mas’oed Abidin

Perjalanan Perempuan

1. Perempuan sering disebut dengan panggilan


'wanita'. Panggilan ini lazim dipakai di negeri kita. Seperti
darma wanita, karya wanita, wanita karir, korp wanita,
wanita Islam dsb. Kata-kata "wanita" (bhs.Sans), berarti
lawan dari jenis laki-laki, juga diartikan perempuan (lihat
:KUBI).1

2. Ada lagi yang memanggil wanita dengan sebutan


'perempuan.' (bhs.kawi,KUBI). Kata "empu" berasal dari Jawa
kuno, berarti pemimpin (raja), orang pilihan, ahli, yang
pandai, pintar dengan segala sifat keutamaan yang lain. Bila
istilah ini yang lebih mendekati kebenaran, saya lebih cen-
derung memakai kata perempuan selain wanita. Karena di
dalamnya tergambar banyak peran.2
1
Pada masa dahulu banyak penulisan cerita tentang wanita yang
dianggap hanya sejenis komoditi penggembira, penghibur, teman
bercanda.

2
Antara lain pemimpin, pandai, pintar, dan memiliki segala sifat
keutamaan rahim, penuh kasih sayang, juga dengan jelas mengungkapkan
citra perempuan sebagai makhluk pilihan, pendamping jenis kelamin lain
(laki-laki). Laki-laki yang kebanyakannya, dalam pandangan sebagian
wanita, memiliki sifat pantang kerendahan, pantang kalongkahan,
superiority complex, tak mau disalahkan dan tak mau dikalahkan, tidak
sedikit yang akhirnya bisa bertekuk lutut dihadapan perempuan.
1
3. Di masa jahiliyah berlaku pelecehan gender yang
terbukti dengan kelahirannya di sambut kematian.
Keberadaannya pada zaman jahiliyah sangat tidak diterima,
ada paham bahwa wanita pembawa aib keluarga. Jabang-
jabang bayi itu mesti dibunuh, begitu kesaksian Kitab suci
tentang perangai orang-orang jahiliyah.3

4. Kondisi ini sama dengan masa Fir’aun, terhadap


anak lelaki yang di lahirkan kaum Musa (keluarga ‘Imran)
harus dibunuh, yang pada masa sekarang mirip rasilalisme,
atau ethnic cleansing.

3
Firman Allah menyebutkan,

Dan apabila seseorang


dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah
padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari
orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah
dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan
menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya
apa yang mereka tetapkan itu. Jikalau Allah menghukum manusia karena
kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun
dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada
waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi
mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak
(pula) mendahulukannya. (QS.16,an-Nahl :57-60).
2
5. Kitab suci Alquran menyebut perempuan dengan
sebutan Annisa' atau Ummahat, artinya "Ibu" berakronim
"Ikutan Bagi Ummat." Annisa' sebenarnya adalah tiang bagi
suatu negeri 4.

Dalam bagian lain Nabi saw meungkapkan, dunia ini


indah berisikan pelbagai perhiasan (mata'un), perhiasan
yang paling indah adalah isteri-isteri yang saleh (perempuan
atau ibu yang tetap pada perannya dan konsekwen dengan
citranya) (Al Hadits).

Begitu penafsiran Islam tentang kedudukan


perempuan, yang diyakini seorang Muslim (walau ditolak
non Muslim yang menganggap Islam sebagai misunderstood
religion.)
6. Sejak hampir dua millenium berlalu,
menurut Alquranul Karim, perempuan telah
ditetapkan dalam derajat yang sama dengan
jenis laki-laki dengan penamaan azwajan atau
pasangan hidup.

Bila Annisa'-nya baik, baiklah negeri itu, dan bila Annisa'-nya rusak,
celakalah negeri itu (Al Hadits). Sorga di bawah telapak kaki ibu
(Ummahat) sesuai ajaran Islam. Kaidah Al-Qurani menyebutkan,
Nisa'-nisa' kamu adalah perladangan (persemaian) untukmu, kamupun
(para lelaki) menjadi benih bagi Nisa'-nisa' kamu. Kamu dapat mendatan-
gi ladang-ladangmu darimana (kapan saja). Karena itu kamu berkew-
ajiban memelihara eksistensi atau identitas (Qaddimu li anfusikum)
dengan senantiasa bertaqwa kepada Allah (Q.S.2:23).
3
Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak anak
dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari ni`mat
Allah?" (Q.S.16:72).

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia


menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(QS.30:21).

(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu


dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang
4
ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak
dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Kepunyaan-Nya-lah
perbendaharaan langit dan bumi; Dia melapangkan rezki bagi siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyempitkan (nya). Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.(QS.42:11).
Di abad pertengahan di Perancis, orang masih
mempertanyakan, apakah makhluk perempuan tergolong
jenis manusia yang punya hak dan kewajiban yang sama
dengan laki-laki? Atau hanya sekedar benda yang boleh
dipindah-tangankan sewaktu-waktu atau untuk
diperjual-belikan sebagai komoditi budak yang menjadi
sumber pendapatan bagi pemiliknya?
Kata woman dalam bahasa Inggris berasal dari
“womb man”, atau manusia berkantong, sebuah pemahaman
Eropa klasik tentang suatu makhluk setengah manusia yang
mempunyai kantong dan bertugas menjadi tempat tumbuh
calon manusia. Ah “dia” kan hanya womb man atau
manusia kantong (“manusia” yang hanya kantong tempat
manusia).
7. Dalam kebudayaan Minangkabau sejak lama yang
kemudian berkembang menjadi “adat bersendi syara’, syara’
bersendi kitabullah” menempatkan wanita sebagai ‘orang
rumah’ dan ‘pemimpin’ masyarakatnya dengan sebutan
“bundo kandung”, menyiratkan kokohnya kedudukan
perempuan Minangkabau pada posisi sentral.

Dalam budaya Minangkabau perempuanlah pemilik


seluruh kekayaan, rumah, anak, suku bahkan kaumnya.

Namun, laki-laki dalam oposisi-biner perannya


adalah sebagai pelindung dan pemelihara harta untuk
‘perempuan’-nya dan ‘anak turunan’-nya.

5
Maka generasi Minangkabau yang dilahirkan
senantiasa bernasab ayahnya (laki-laki) dan bersuku ibunya
(perempuan), suatu persenyawaan budaya yang sangat
indah.

Hak asasi perempuan

Hak asasi perempuan dalam rangkuman Hak Asasi


Manusia yang diperjuangkan hingga hari ini, sudah
diperlakukan sangat sempurna sejak 15 abad dalam ajaran
Islam. Itu berarti delapan abad mendahului pandangan
ragu-ragu mengakui perempuan.

Agama Islam melihat perempuan (ibu) sebagai


mitra yang setara (partisipatif) bagi jenis laki-laki.

Dalam konteks Islam ini, sesungguhnya tak perlu ada


emansipasi bila emansipasi diartikan perjuangan untuk
persamaan derajat.

Yang diperlukan adalah pengamalan sepenuhnya


peran perempuan sebagai mitra, yang satu dan lainnya
saling terkait, saling membutuhkan, dan bukan untuk
eksploatasi. Sebagai pemahaman azwaajan, pasangan atau
kesetaraan.

Tidak punya arti sesuatu kalau pasangannya tidak


ada.

Tidak jelas eksistensi sesuatu kalau tidak ada yang


setara di sampingnya.

“Pasangan”, mungkin tidak ada kata yang lebih tepat


dari itu.

6
Di barat, memang sudah ada kecenderungan
menguasai hak-hak wanita itu. Paling akhir adalah hilangnya
wewenang "ibu" dalam rumah tangga. Padah, ibu adalah
salah satu unit inti dalam keluarga besar (extended family).

a). Secara moral utuh, perempuan punya hak sebagai


IBU, adalah Ikutan Bagi Umat.

Masyarakat yang baik terlahir dari Ibu yang baik.

Kaum Ibu pemelihara tetangga, dan perekat


silaturrahim.Walaupun tidak jarang, kaum Ibu bisa menjadi
perusak rumah tangga tetangganya.5

5
"Ibu (an-Nisak) adalah tiang negeri" (al Hadist). Jika kaum Ibu dalam
suatu negeri (bangsa) berkelakuan baik (shalihah), niscaya akan sejahtera
negeri itu. Sebaliknya, bila kaum Ibu disuatu negeri berperangai buruk
(fasad) akibatnya negeri itu akan binasa seluruhnya.
Banyak sekali hadist Nabi menyatakan pentingnya pemeliharaan
hubungan bertetangga, serta menanamkan sikap peduli dengan berprilaku
solidaritas tinggi dalam kehidupan keliling.
Diantaranya Rasulullah SAW bersabda; "Demi Allah, dia tidak
beriman”, "Siapakah dia wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,
"Yaitu, orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatan-
kejahatannya". (Hadist diriwayatkan Asy-Syaikhan).
Dalam Hadist lainnya disebutkan ;“Tidaklah beriman kepadaku orang
yang perutnya kenyang, sedangkan tetangganya (dibiarkan) kelaparan
disampingnya, sementara dia juga mengetahui (keadaan)nya”
(HR.Ath-Thabarani dan Al Bazzar).
Bimbingan Risalah ini menekankan pentingnya pendidikan akhlaq Islam
Satu bangsa akan tegak kokoh dengan akhlak (moralitas budaya dan
ajaran agama yang benar).
Tata krama pergaulan dimulai dari penghormatan di rumah tangga dan
dikembangkan kelingkungan tetangga dan ketengah pergaulan warga
masyarakat (bangsa). Sesuai bimbingan Al Quran (QS.41, Fush-shilat,
ayat 34).
7
b). Penghormatan kepada Ibu menempati urutan
kedua sesudah iman kepada Allah.

Bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada


Ibu, diwasiatkan sejalan untuk seluruh manusia.

Penghormatan kepada Ibu (kedua orang tua),


merupakan disiplin hidup yang tak boleh diabaikan. Disiplin
ini tidak terbatas kepada adanya perbedaan dari keyakinan
yang di anut.

Bahkan, dalam hubungan pergaulan duniawi sangat


ditekankan harus dipelihara jalinan yang baik (ihsan).6

6
Tuntunan Al Quran menjelaskan;

Dan Kami perintahkan


kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya
di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika
ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. 31, Luqman; ayat 14-
15).

8
c). Ibu menjadi pembentuk generasi berdisiplin dan
memiliki sikap mensyukuri segala nikmat Allah. Dari rahim
dalam Ibu dilahirkan manusia yang bersih (menurut fithrah,
beragama tauhid).

Maka, pembinaan sektor agama merupakan faktor


terpenting membantu keberhasilan pendidikan anak yang
didasarkan kepada akhlaq Islami.

Dibawah telapak kakinya terbentang jalan kepada


keselamatan (Sorga) Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.

Kebahagiaan menanti setiap insan yang berhasil


meniti jalan keselamatan yang di ajarkannya dengan baik,
penuh kepatuhan dan rasa hormat yang tinggi.7

7
Rasulullah SAW menyebutkan bahwa; “Sorga terletak dibawah telapak
kaki Ibu”(al Hadist). Sahabat Abu Hurairah RA., meriwayatkan ada
seseorang bertanya kepada Rasulullah;
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk aku
pergauli dengan cara yang baik?”. Beliau menjawab, “Ibumu”. (sampai
tiga kali), baru terakhir Beliau menjawab, “Bapakmu”. (HR.Asy-
Syaikhan).
Dalam hadist lainnya ditemui pula; Shahabat Abdullah Ibn
‘Umar menceritakan, “Berjihadlah dengan berbakti kepada
keduanya”. (HR.Asy-Syaikhan).
Disiplin tumbuh melalui pendidikan akhlak. Teladan paling ideal
dimata anak (generasi), diajarkan oleh sosok ibu.
Ibu juga menanamkan ajaran agama yang benar (syari’at).
Jangan berbuat kedurhakaan. Memperkenalkan hari akhirat, sebagai
tempat kembali terakhir.
9
Dari dalam lubuk hatinya yang tulus dan dengan
tangannya yang terampil dicetak generasi bertauhid yang
berwatak taqwa, selalu khusyuk dalam berkarya (amal) dan
kaya dengan rasa malu. Watak (karakter) yang manusiawi
akan menjadi inti masyarakat yang hidup dengan tamaddun
(budaya).

Posisi perempuan dalam Al Quran

Alquran menempatkan perempuan pada posisi


azwajan (pasangan hidup kaum lelaki), mitra sejajar/setara,

Dalam rangka berbakti kepada dua orang tua (birrul walidaini)


diajarkan supaya jangan berkata keras. Harus bergaul dengan lemah
lembut, dan menyimak perintah kedua orang tua dengan cermat. Jangan
bermuka masam (cemberut) kepada keduanya, tidak memotong perkataan
keduanya, serta mengajarkan dialog (mujadalah) dengan cara baik
(ihsan).
Bimbingan Kitabullah menyebutkan dengan sangat jelas sekali.

Dan Tuhanmu telah


memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(QS.17, al-
Israk; ayat 23-24).
Dalam wahyu lainnya,
10
Kami perintahkan kepada
manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga
apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo`a: "Ya
Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni`mat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal
yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi
kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". Mereka itulah
orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka
kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-
penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.
(QS.46, al Ahqaaf; ayat 15-16).
Generasi yang menolak kebenaran (al-haq) dari Allah, akan
berkembang menjadi generasi permissif (berbuat sekehendak hati) dan
menjadi mangsa dari perilaku anarkisme dan hedonisme sepanjang masa.
Inilah generasi yang lemah (loss generation), yang tercerabut dari akar
budaya dan agama.
Allah SWT memperingatkan,
11
Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu,
dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari ni`mat Allah? Dan mereka
menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezki
kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa
(sedikit juapun). Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui." (QS.16:72-74).

Dan orang yang berkata


kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu
keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal
sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu
memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, "Celaka kamu,
berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini
tidak lain hanyalah dongengan orang-orang yang dahulu belaka". Mereka itulah
orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat
yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang merugi. Dan bagi masing-masing mereka derajat
menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi
mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.
(QS: 46, al-Ahqaaf, ayat 17-19).
Maka birrul walidaini (berbakti kepada dua orang tua), menjadi
pelajaran dasar generasi. Mesti di turunkan terus menerus kepada
generasi turun temurun. Nabi Muhammad SAW, bersabda; “Berbaktilah
kepada bapak-bapak (orang tua) kalian, niscaya anak-anak kalian akan
berbakti pula kepada kalian. Dan tahanlah diri kalian (dari hal-hal yang
hina), niscaya istri-istri kalian juga akan menahan diri (dari hal-hal yang
hina)”.(HR. Ath-Thabarani).
12
Perempuan berperan mencipta sakinah kebahagiaan,
mewujudkan rahmah yang tenteram, melalui mawaddah
berupa kasih sayang,

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(QS.30:21).

Citra perempuan ini diperankan secara sempurna


dengan posisi sentral sebagai IBU (Ikutan Bagi Ummat),
salah satu unit inti dalam keluarga besar (extended family,
bundo kanduang di Minangkabau). Perempuan adalah
“tiang negeri” (al Hadist).

Posisi ini adalah penghormatan mulia, “sorga


terletak di bawah telapak kaki ibu” (al Hadist).8

8
Walau tidak jarang terjadi, kalangan liberal seringkali merendahkan
bahkan menolak peran perempuan sebagai ibu di dalam rumah tangga.
Melahirkan dan mengasuh anak dilihat sebagai suatu peran ketinggalan
zaman (out of date).
Bila seseorang memerlukan anak, banyak jalan dapat ditempuh. Tidak
perlu harus melahirkan. Dapat dengan jalan mengadopsi anak orang lain
yang tidak mampu. Dengan demikian, ada pembagian tugas. Yang
mampu tidak perlu beranak, tapi dapat memiliki anak. Yang kurang
mampu dapat berproduksi membuat anak, dan tidak perlu sibuk
mengasuh anak. Atau, mungkin juga ditempuh jalan pintas, mungkin satu
ketika dengan teknologi kloning (?).

13
Tuntutan ekonomi mengumpulkan materi menjadi
perhatian utama yang perlu disegerakan. Dampaknya,
seorang wanita tidak mampu mengangkat wajah jika ia tidak
memiliki pekerjaan di luar rumah. Perempuan sekarang
mestinya tidak bergelimang dalam dapur, sumur dan kasur.
Tapi dia harus keluar dari rotasi ini, dan masuk ke dalam
lingkaran kantor, mandor dan kontraktor.9

Kondisi ini telah menyumbang lahirnya "X


Generation", generasi yang sangat dicemasi masuk
kelingkungan Asia dimasa depan.10

Pemelihara budaya dan Generasi

Generasi berbudaya memiliki prinsip yang teguh,


elastis dan toleran bergaul, lemah lembut bertutur kata, tegas
dan keras melawan kejahatan, kokoh menghadapi setiap
percabaran budaya dan tegar menghadapi percaturan
kehidupan dunia.

Generasi yang siap menghadapi pergolakan dan


pertarungan budaya kesejagatan (global), hanyalah yang
mampu menghindari teman buruk, sanggup membuat

9
Akibat nyata adalah anak-anak dirawat baby-sitter, paling-paling
dititipkan di TPA (tempat penitipan anak), atau dikurung di rumahnya
sendiri sampai orang tua kembali ke rumah.
10
Satu generasi yang bertumbuh tanpa aturan, jauh dari moralitas,
berkecendrungan meninggalkan tamaddun budayanya. Tercermin pada
perbuatan suka bolos sekolah, memadat, menenggak minuman keras,
pergaulan bebas, morfinis, dan perbuatan tak berakhlak. "X", mereka
hilang dari akar budaya masyarakat yang melahirkannya. Disinilah
pentingnya peran ibu. Semestinya para perempuan (ibu) yang
memelihara perannya sebagai ibu berhak mendapatkan "medali" sebagai
pengatur rumahtangga dan ibu pendidik bangsa. Inilah darma ibu yang
sesungguhnya, yang sebenar-benar darma.
14
lingkungan sehat serta bijak menata pergaulan baik, penuh
kenyamanan, tahu diri, hemat, dan tidak malas.

Sesuai pesan Rasulullah SAW;”Jauhilah hidup ber-


senang-senang (foya-foya), karena hamba-hamba Allah bukanlah
orang yang hidup bermewah-mewah (malas dan lalai)”
(HR.Ahmad).

Generasi yang memiliki kemampuan tinggi


menghadapi setiap perubahan dalam upaya mewujudkan
kebaikan tanpa harus mengabaikan nilai-nilai moral dan
tatanan pergaulan. Maka, kedua orang tua wajib melakukan
pengawasan melekat terhadap anak-anaknya sepanjang
masa. Terutama terhadap tiga prilaku tercela (buruk), yaitu
dusta (bohong), mencuri dan mencela (caci maki). Sesuai
sabda Rasulullah SAW; “Jauhilah dusta, karena dusta itu
membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa kepada
neraka” (Hadist Shahih).

Pendidik Utama Bangsa

Peran Perempuan sebagai Ibu adalah inti di tengah


rumah tangga dan masyarakat (negara). Ibu merupakan
guru pertama dalam perkataan, pergaulan dan penularan
tauladan cinta kasih terhadap anak-anaknya.

Anak adalah amanah Allah, yang tumbuh melalui


belajar dari lingkungannya. Melalui pendidikan keteladanan.
Teladan yang baik adalah landasan paling fundamental bagi
pembentukan watak generasi.11

11
Anak-anaknya (generasi pelanjutnya) senantiasa akan berkembang
menyerupai ibu dan bapaknya. Peran pendidikan amat menentukan,
15
Dalam perkembangan masa yang mengikuti gerak
globalisasi terjadi perubahan cuaca budaya. Perubahan yang
seringkali melahirkan ketimpangan-ketimpangan.

Bahkan kepincangan yang diperbesar oleh tidak


adanya keseimbangan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan kesempatan serta terdapatnya perbedaan
kesempatan yang sangat mencolok (fasilitas, pendidikan,
lapangan kerja, hiburan, penyiaran mass-media,) antara kota
dan kampung. Akibat nyatanya adalah mobilitas terpaksa
yang pada akhirnya sangat mengganggu pertumbuhan
masyarakat (social growth).

Perpindahan penduduk secara besar-besaran ke kota


sebenarnya merupakan penyakit menular di tengah-tengah
kemajuan negeri yang tengah berkembang.

Dusun-dusun mulai ditinggalkan, kota-kota menjadi


sempit untuk tempat tinggal pendatang baru. Kehidupan
yang keras menyebabkan orang terpaksa menjual diri.
Dasar-dasar kehidupan menjadi rapuh, akhlak karimahpun
hilang.12
karena pendidikan adalah teladan paling ideal dimata anak (lihat Nashih
‘Ulwan, dalam Tarbiyatul Aulaad). Jika ibu menegakkan hukum-hukum
Allah, begitu pula generasi yang di lahirkannya. Urgensi pelatihan ibadah
untuk anak sedari kecil dengan membiasakan mengerjakan shalat dan
ibadah (puasa, shadaqah, mendatangi masjid, menghafal al-Quran) akan
menjadi alat bantu utama melatih disiplin anak dari dini.
Sabda Rasulullah SAW. membimbingkan; “Suruhlah anak-anak kamu
mengerjakan shalat, selagi mereka berumur tujuh tahun, dan pukulllah
mereka (dengan tidak mencederai) karena meninggalkan shalat ini,
sedang mereka telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat
tidur mereka” (HR.Abu Daud dan Al Hakim).
12
Peran orangtua menjadi tumpul karena ketegangan-ketegangan antara
ayah dan ibu yang umumnya timbul karena tekanan ekonomi dan desakan
materi. Ujungnya, anak-anak terlantar dan keluarga menjadi berantakan.
16
Materi dan uang sudah menjadi buruan. Kehidupan
terancam bahaya, karena kesinambungannya berubah oleh
meluasnya keluarga nomaden modern. Beban resikonya
tidak mudah diperhitungkan lagi. Kerusakan yang sulit
menghindarinya adalah hilangnya jati diri. Mentalitas
mengarah pada materialistik, permisivistik, bahkan hedonis-
tik. Biaya untuk perbaikannya niscaya lebih besar dari biaya
yang telah dikeluarkan untuk pertumbuhan ekonomi.

Perempuan Minangkabau Profil Perempuan Mandiri

Dalam keadaan seperti itu, kaum perempuan harus


memaksimalkan peran keperempuanannya, sebagai ibu di
rumahtangganya dan pendidik di tengah bangsanya. Peran
dan citra perempuan mandiri terlihat jika pembedaan jenis
kelamin berlaku secara jelas dan pasti. Perbedaan kewajiban
dan hak serta kedudukan itu, memastikan berlakunya
dual-sex.13

"Pendidikan formal yang dapat membuat wanita


sejajar dengan laki-laki berpeluang menjadikan wanita
kehilangan jati dirinya sebagai wanita. Secara tidak sadar

Efisiensi sebagai kaidah produktifitas mulai diterapkan secara salah


dalam kehidupan keluarga modern. Orangtua lanjut usia (Lansia) mulai
tak dihiraukan, dan tempat mereka adalah Panti Jompo. Suatu tempat
yang tak memungkinkan para lansia mewariskan nilai-nilai luhur pada
anak dan cucunya.
13
Gejala yang mulai meruyak dalam kehidupan modern sekarang, atau
setidaknya dalam masyarakat liberal, adalah keinginan diterapkannya
uni-sex (terlihat pada pakaian, asessories, pergaulan, kesempatan,
pekerjaan dan jamahan keseharian sosial budaya).

17
wanita yang terpelajar itu menjadi lebih maskulin daripada
laki-laki.

Ujung dari proses itu adalah ancaman kehidupan


rumah tangganya", kata Hani'ah.

Selanjutnya, "Sifat feminim yang merupakan sumber


kasih sayang, kelembutan, keindahan, dan sumber cahaya
ilahi mempunyai potensi untuk menyerap dan mengubah
kekuatan kasar menjadi sensitivitas, rasionalitas menjadi
intuisi, dan dorongan seksual menjadi spiritualitas
sehingga memiliki daya tahan terhadap kesakitan, pen-
deritaan dan kegagalan."14

Sebenarnya tidak hanya ajaran Agama Islam yang


mengungkapkan secara jelas peran dan citra perempuan itu.

Para penulis sastera juga mengungkapkan peran


perempuan Melayu (Timur) dengan pendirian yang kokoh,
seperti terungkapkan dalam Syair Siti Zubaidah Perang
China ; "Daripada masuk agama itu, baiklah mati supaya
tentu, menyembah berhala bertuhankan batu, kafir laknat
agama tak tentu,"15

Perempuan Melayu dengan sifat-sifat mulia


diantaranya lembut hatinya, penyabar, penyayang kepada
sesama, keras dalam mempertahankan harga diri, tegas,
teguh dan kuat iman dalam melaksanakan suruhan Allah,
pendamai, suka memaafkan dan mampu menjadi
pemimpin masyarakatnya.

14
(Hani'ah, "Wanita Karir dalam Karya Sastra: Ada Apa Dengan
Mereka?", makalah Munas IV dan Pertemuan Ilmiah Nasional VIII,
HISKI 12-14 Desember 1997 di Padang).
15
(Syair Siti Zubaidah Perang China, Edisi Abdul Muthalib Abdul Ghani,
hal. 230).
18
Wanita Melayu juga mempergunakan akal di dalam
berbuat dan bertindak, bahkan terkadang terlalu keras dan
berani, seperti ditunjukkan dalam syair Siti Zubaidah
itu,kata H. Ahmad Samin Siregar. 16

Kepemilikan Perempuan menurut Islam

1). Menjadi pemilik dari apa yang dimiliki


pasangannya.

2). Apa yang sudah diberikan kepadanya secara


ikhlas (nihlah) tidak boleh dirampas kembali.

3). Perempuan mempunyai hak perlindungan dari


pasangannya.

4). Perempuan mempunyai kewajiban menjaga


kepemilikan dibelakang pasangannya.

Dan semuanya terlihat dalam hukum perkawinan


menurut Islam.

Kepemilikan tanah ulayat

Sebagai pusako tinggi, sesuai hukum adat dikuasai


oleh lini materilineal, hukum garis keibuan. Kadang ditemui
kerancuan dalam pelaksanaannya. Bahwa gender lelaki dari
garis ibu menjadi penguasa dari harta pusaka, baik dalam

Ibid. Pendapatnya diketengahkan pada Munas PIN VIII, HISKI 12-14


16

Desember 1997 di Padang.


19
penyerahan kepada pihak lain, menjualnya, menggadainya,
tanpa mengindahkan hak-hak kaum perempuan.

Kenapa ini terjadi. Jawabannya terserah kepada


kepatuhan orang beradat. Dari pandangan agama Islam, bisa
disimpulkan bahwa yang tidak mau mengindahkan hak-hak
perempuan, sebenarnya adalah mereka yang tidak beriman
atau lebih halus lagi, kurang mengamalkan ajaran agama
Islam.

Sebenar hakikat dari adat basandi syara’, syara’


basandi Kitabullah itu, adalah aplikatif, bukan simbolis.

Padang, 18 Oktober 1999.

20

You might also like