Professional Documents
Culture Documents
Perjalanan Perempuan
2
Antara lain pemimpin, pandai, pintar, dan memiliki segala sifat
keutamaan rahim, penuh kasih sayang, juga dengan jelas mengungkapkan
citra perempuan sebagai makhluk pilihan, pendamping jenis kelamin lain
(laki-laki). Laki-laki yang kebanyakannya, dalam pandangan sebagian
wanita, memiliki sifat pantang kerendahan, pantang kalongkahan,
superiority complex, tak mau disalahkan dan tak mau dikalahkan, tidak
sedikit yang akhirnya bisa bertekuk lutut dihadapan perempuan.
1
3. Di masa jahiliyah berlaku pelecehan gender yang
terbukti dengan kelahirannya di sambut kematian.
Keberadaannya pada zaman jahiliyah sangat tidak diterima,
ada paham bahwa wanita pembawa aib keluarga. Jabang-
jabang bayi itu mesti dibunuh, begitu kesaksian Kitab suci
tentang perangai orang-orang jahiliyah.3
3
Firman Allah menyebutkan,
Bila Annisa'-nya baik, baiklah negeri itu, dan bila Annisa'-nya rusak,
celakalah negeri itu (Al Hadits). Sorga di bawah telapak kaki ibu
(Ummahat) sesuai ajaran Islam. Kaidah Al-Qurani menyebutkan,
Nisa'-nisa' kamu adalah perladangan (persemaian) untukmu, kamupun
(para lelaki) menjadi benih bagi Nisa'-nisa' kamu. Kamu dapat mendatan-
gi ladang-ladangmu darimana (kapan saja). Karena itu kamu berkew-
ajiban memelihara eksistensi atau identitas (Qaddimu li anfusikum)
dengan senantiasa bertaqwa kepada Allah (Q.S.2:23).
3
Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak anak
dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari ni`mat
Allah?" (Q.S.16:72).
5
Maka generasi Minangkabau yang dilahirkan
senantiasa bernasab ayahnya (laki-laki) dan bersuku ibunya
(perempuan), suatu persenyawaan budaya yang sangat
indah.
6
Di barat, memang sudah ada kecenderungan
menguasai hak-hak wanita itu. Paling akhir adalah hilangnya
wewenang "ibu" dalam rumah tangga. Padah, ibu adalah
salah satu unit inti dalam keluarga besar (extended family).
5
"Ibu (an-Nisak) adalah tiang negeri" (al Hadist). Jika kaum Ibu dalam
suatu negeri (bangsa) berkelakuan baik (shalihah), niscaya akan sejahtera
negeri itu. Sebaliknya, bila kaum Ibu disuatu negeri berperangai buruk
(fasad) akibatnya negeri itu akan binasa seluruhnya.
Banyak sekali hadist Nabi menyatakan pentingnya pemeliharaan
hubungan bertetangga, serta menanamkan sikap peduli dengan berprilaku
solidaritas tinggi dalam kehidupan keliling.
Diantaranya Rasulullah SAW bersabda; "Demi Allah, dia tidak
beriman”, "Siapakah dia wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,
"Yaitu, orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatan-
kejahatannya". (Hadist diriwayatkan Asy-Syaikhan).
Dalam Hadist lainnya disebutkan ;“Tidaklah beriman kepadaku orang
yang perutnya kenyang, sedangkan tetangganya (dibiarkan) kelaparan
disampingnya, sementara dia juga mengetahui (keadaan)nya”
(HR.Ath-Thabarani dan Al Bazzar).
Bimbingan Risalah ini menekankan pentingnya pendidikan akhlaq Islam
Satu bangsa akan tegak kokoh dengan akhlak (moralitas budaya dan
ajaran agama yang benar).
Tata krama pergaulan dimulai dari penghormatan di rumah tangga dan
dikembangkan kelingkungan tetangga dan ketengah pergaulan warga
masyarakat (bangsa). Sesuai bimbingan Al Quran (QS.41, Fush-shilat,
ayat 34).
7
b). Penghormatan kepada Ibu menempati urutan
kedua sesudah iman kepada Allah.
6
Tuntunan Al Quran menjelaskan;
8
c). Ibu menjadi pembentuk generasi berdisiplin dan
memiliki sikap mensyukuri segala nikmat Allah. Dari rahim
dalam Ibu dilahirkan manusia yang bersih (menurut fithrah,
beragama tauhid).
7
Rasulullah SAW menyebutkan bahwa; “Sorga terletak dibawah telapak
kaki Ibu”(al Hadist). Sahabat Abu Hurairah RA., meriwayatkan ada
seseorang bertanya kepada Rasulullah;
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk aku
pergauli dengan cara yang baik?”. Beliau menjawab, “Ibumu”. (sampai
tiga kali), baru terakhir Beliau menjawab, “Bapakmu”. (HR.Asy-
Syaikhan).
Dalam hadist lainnya ditemui pula; Shahabat Abdullah Ibn
‘Umar menceritakan, “Berjihadlah dengan berbakti kepada
keduanya”. (HR.Asy-Syaikhan).
Disiplin tumbuh melalui pendidikan akhlak. Teladan paling ideal
dimata anak (generasi), diajarkan oleh sosok ibu.
Ibu juga menanamkan ajaran agama yang benar (syari’at).
Jangan berbuat kedurhakaan. Memperkenalkan hari akhirat, sebagai
tempat kembali terakhir.
9
Dari dalam lubuk hatinya yang tulus dan dengan
tangannya yang terampil dicetak generasi bertauhid yang
berwatak taqwa, selalu khusyuk dalam berkarya (amal) dan
kaya dengan rasa malu. Watak (karakter) yang manusiawi
akan menjadi inti masyarakat yang hidup dengan tamaddun
(budaya).
8
Walau tidak jarang terjadi, kalangan liberal seringkali merendahkan
bahkan menolak peran perempuan sebagai ibu di dalam rumah tangga.
Melahirkan dan mengasuh anak dilihat sebagai suatu peran ketinggalan
zaman (out of date).
Bila seseorang memerlukan anak, banyak jalan dapat ditempuh. Tidak
perlu harus melahirkan. Dapat dengan jalan mengadopsi anak orang lain
yang tidak mampu. Dengan demikian, ada pembagian tugas. Yang
mampu tidak perlu beranak, tapi dapat memiliki anak. Yang kurang
mampu dapat berproduksi membuat anak, dan tidak perlu sibuk
mengasuh anak. Atau, mungkin juga ditempuh jalan pintas, mungkin satu
ketika dengan teknologi kloning (?).
13
Tuntutan ekonomi mengumpulkan materi menjadi
perhatian utama yang perlu disegerakan. Dampaknya,
seorang wanita tidak mampu mengangkat wajah jika ia tidak
memiliki pekerjaan di luar rumah. Perempuan sekarang
mestinya tidak bergelimang dalam dapur, sumur dan kasur.
Tapi dia harus keluar dari rotasi ini, dan masuk ke dalam
lingkaran kantor, mandor dan kontraktor.9
9
Akibat nyata adalah anak-anak dirawat baby-sitter, paling-paling
dititipkan di TPA (tempat penitipan anak), atau dikurung di rumahnya
sendiri sampai orang tua kembali ke rumah.
10
Satu generasi yang bertumbuh tanpa aturan, jauh dari moralitas,
berkecendrungan meninggalkan tamaddun budayanya. Tercermin pada
perbuatan suka bolos sekolah, memadat, menenggak minuman keras,
pergaulan bebas, morfinis, dan perbuatan tak berakhlak. "X", mereka
hilang dari akar budaya masyarakat yang melahirkannya. Disinilah
pentingnya peran ibu. Semestinya para perempuan (ibu) yang
memelihara perannya sebagai ibu berhak mendapatkan "medali" sebagai
pengatur rumahtangga dan ibu pendidik bangsa. Inilah darma ibu yang
sesungguhnya, yang sebenar-benar darma.
14
lingkungan sehat serta bijak menata pergaulan baik, penuh
kenyamanan, tahu diri, hemat, dan tidak malas.
11
Anak-anaknya (generasi pelanjutnya) senantiasa akan berkembang
menyerupai ibu dan bapaknya. Peran pendidikan amat menentukan,
15
Dalam perkembangan masa yang mengikuti gerak
globalisasi terjadi perubahan cuaca budaya. Perubahan yang
seringkali melahirkan ketimpangan-ketimpangan.
17
wanita yang terpelajar itu menjadi lebih maskulin daripada
laki-laki.
14
(Hani'ah, "Wanita Karir dalam Karya Sastra: Ada Apa Dengan
Mereka?", makalah Munas IV dan Pertemuan Ilmiah Nasional VIII,
HISKI 12-14 Desember 1997 di Padang).
15
(Syair Siti Zubaidah Perang China, Edisi Abdul Muthalib Abdul Ghani,
hal. 230).
18
Wanita Melayu juga mempergunakan akal di dalam
berbuat dan bertindak, bahkan terkadang terlalu keras dan
berani, seperti ditunjukkan dalam syair Siti Zubaidah
itu,kata H. Ahmad Samin Siregar. 16
20