Professional Documents
Culture Documents
1. Formasi Laterit
Laterit didefinisikan sebagai produk yang dihasilkan dari pelapukan yang
kuat pada daerah-daerah tropis, lembab, dan hangat yang kaya akan lempung
kalolinit sebagai oksida dan oksihidroksida dari Fe dan Al. Laterit
penting secara ekonomi karena mengandung logam alumunium (bauksit). Berikut
merupakan kandungan unsur-unsur yang terdapat pada profil laterit.
Mineral utama Pencucian Mineral Sekunder
pada zona ferruginous K, Rb, Cs Si, Al (kaolinit)
Aluminosilikat (muskovit) Mg, Li Fe, Ni, Co, Cr, Ga, Mn, Ti, V,
Ferromagnesia (klorit, talk, Ca, Mg, Na (Oksida Fe dan Mn)
amfibol) Si, Al (kaolinit)
Lempung smektit
pada saprolit bagian bawah Ca, Cs, K, Na, Rb Si, Al (kaolinit); Ba
Aluminosilikat Ca, Mg Fe, Ni, Co, Cr, Ga, Mn, Ti, V (Oksida
Ferromagnesia (piroksen, olivin, Fe dan Mn)
amfibol, klorit, biotit)
pada zona pelapukan sulfide As, Au, Cd, Co, Cu, As, Cu, Ni, Pb, Sb, Zn (oksida besi;
Mo, Ni, Zn, S sulfat, arsenat, karbonatan, alunit-
jasorit)
pada daerah karbonatan Ca, Mg, Fe, Mn, Sr
2. Formasi bauksit
Bijih bauksit, sebagai sumber utama logam alumunium, mengandung mineral
gibsit, boehmit, dan diaspor. Akumulasi dari residu kaya alumina, pada
bagian atas dari profil laterit, sebagai hasil dari curah hujan yang
tinggi, temperatur yang agak rendah (22°C), dengan kelembaban yang tinggi.
Proses yang berlangsung pada bagian atas dari profil laterit berupa
pelarutan inkongruen yaitu :
Feldspar – (kehilangan Si) → kaolinit – (kehilangan Si) → gibsit (Al(OH)3)
Variasi iklim musiman juga dianggap penting dalam pembentukan formasi
bauksit. Musim panas dan dingin membuat fluktuasi pada muka air tanah, yang
membuat terjadinya pelarutan dan transfer massa. Variasi pada profil
bauksit sebagai transformasi dari gibsit yang terdehidrasi menjadi versi
yang terhidrasi secara relatif, boehemit atau diaspor (ALO(OH)), dihasilkan
dari fluktuasi tersebut. Profil mineralogical untuk zona mineralisasi
bauksit dapat bervariabel.
3. Laterit Nikel
Laterit nikel berasal dari batuan ultramafik yang mengandung olivin dan
ortopiroksen dengan berlimpah, dan karenanya kaya akan nikel. Laterit nikel
mengandung konsentrasi nikel silikat atau nikel oksida yang mencapai 10
kali lipat dari konsentrasi aslinya. Penambangan laterit nikel jauh lebih
mudah daripada penambangan bijih sulfida magmatik. Bijih nikel berhubungan
dengan eluviasi nikel dari residu pada lapisan laterit teratas dan
konsenrasi di dasar illuvium saprolit sebagai talk nikeliferous, serpentin,
atau smektit, dan bersamaan dengan geotit meskipun jarang.
Mineral olivin dan ortopiroksen sebagai sumber nikel utama merupakan
penyusun utama dari batuan ultramafik mungkin berasal dari bagian kompleks
ofiolit obduksi atau berupa intrusi mafik. Alterasi olivin terjadi karena
proses hidrasi dari silika, serpentinit, dan limonit . Pada tanah laterit,
keasaman air tanah semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman
dan bikabornat bertindak sebagai anion utama dalam proses pelarutan ini.
Olivin bereaksi pada kondisi ini, diikuti dengan ortopiroksen, serpentin,
klorit, dan talk. Berikut ini merupakan contoh reaksi pada olivin.
4(Fe2,Mg3)SiO4 + 8H+ + 4O2 → (Fe2,Mg3)Si4O10(OH)2 + 6FeO(OH) + 5Mg2+
olivin smektit goetit
Konsentrasi nikel dipengaruhi oleh pertukaran kation, kemungkinan oleh
Mg2+. Hasilnya adalah suatu jenis mineral pilosilikat yang kaya nikel
seperti kerolit (Ni-talk), nepouit (Ni-serpentin), dan pimelit (Ni-
smektit). Salah satu contoh dari reaksi pertukaran kation adalah sebagai
berikut :
Mg2Si2O5(OH)4 + 3Ni2+(aq) → Ni3Si2O5(OH)4 + 3Mg2+(aq)
serpentin nepouit
Konsentrasi dari nikel juga sering berasosiasi dengan goetit, sekalipun
mekanismenya belum diketahui. Kemungkinan absorbs dari nikel pada koloid
goetit terjadi pada alam karena pH yang agak basa. Zona limonit yang ada
pada bagian atas dari profil laterit pada umumnya tidak mengandung nikel.
Laterit yang sangat tebal dan sangat kaya dengan garnierit terjadi pada
batuan dasar yang mengalami sirkulasi air tanah maksimum dan peran dari
interaksi air antar batuan. Konsentrasi nikel juga dikontrol oleh keadaan
topografi dan cenderung terjadi dibawah perbukitan atau pinggiran plato
atau teras. Hal ini dikarenakan deposit sensitif untuk mengalami erosi
permukaan dan fluktuasi muka air dikonrol oleh distribusi zona eluviasi dan
iluviasi.
Nikel laterit
Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan
ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel
tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin,
sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya
substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan
muatan ion yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses
serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan
hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau
batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara,
air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan
disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari
udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak
stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe,
Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika
yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai
ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit,
limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu
ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup
netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan
untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai
silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut
akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan
urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan
membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning
kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai
bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan
sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-
rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas
petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan
akar pelapukan (root of weathering).
• humus akan lebih tebal. Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana
hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang
lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat
berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
f. Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup
intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.
I. Pendahuluan
Nikel merupakan salah satu barang tambang penting di dunia. Manfaatnya yang
begitu besar bagi kehidupan sehari-hari, seperti pembuatan logam anti
karat, campuran dalam pembuatan stainless steel, baterai Nickel-metal
hybride, dan berbagai jenis barang lainnya. Keserbagunaan ini pula yang
menjadikan nikel sangat berharga dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran
dunia. Setidaknya sejak 1950 permintaan akan nikel rata-rata mengalami
kenaikan 4% tiap tahun, dan diperkirakan sepuluh tahun mendatang terus
mengalami peningkatan (Dalvi et al., 2004).
Bijih nikel diperoleh dari endapan nikel laterit yang terbentuk akibat
pelapukan batuan ultramafik yang mengandung nikel 0.2 - 0.4 % (Golightly,
1981). Jenis-jenis batuan tersebut antara lain olivine, piroksin, dan
amphibole (Rajesh, 2004). Nikel laterit umumnya ditemukan pada daerah
tropis, dikarenakan iklim yang mendukung terjadinya pelapukan, selain
topografi, drainase, tenaga tektonik, batuan induk, dan struktur geologi
(Elias, 2001).
Selama ini eksplorasi terhadap nikel laterit dilakukan dengan mencari
singkapan ultramafik, pemetaan lapangan, pengeboran, dan analisa
laboratorium untuk mengetahui kandungan mineral dan kimiawi nikel. Namun
salah satu hambatan besar dari kegiatan tersebut adalah pada tahap pemetaan
lapangan, dimana membutuhkan waktu yang lama dan berbiaya besar, terutama
untuk daerah baru, sehingga seringkali sulit untuk dilakukan pada wilayah
luas. Namun seiring berkembangnya teknologi dalam bidang pemetaan,
keterbatasan tersebut kini dapat diatasi dengan menggunakan aplikasi dari
teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Rajesh,
2004).
Aplikasi penginderaan jauh dan SIG dalam eksplorasi mineral memiliki banyak
keuntungan, antara lain cakupan wilayahnya luas, hemat biaya, data yang
mudah diperbaharui (up date) dan memungkinkan integrasi dengan berbagai
jenis data satelit, geofisika, geokimia, Digital Elevation Model (DEM), dan
sebagainya. Sehingga proses analisa semakin efisien, cepat, dan akurasi
yang meningkat.
Penggunaan penginderaan jauh dalam eksplorasi pertambangan telah lama
digunakan dan sudah berkembang luas, beberapa pendekatan yang banyak
diaplikasikan antara lain, pemetaan lithologi, struktur, dan alterasi
(Rajesh, 2004; Siegal dan Gillespie, 1991). Pemetaan lithologi merupakan
pemetaan sumberdaya mineral, dengan menarik kesimpulan dari beberapa
parameter utama yang diperoleh melalui observasi penginderaan jauh, seperti
mengidentifikasi nilai spektral batuan, penampakan struktural, pelapukan
dan bentuk daratan (landform), serta pola aliran sungai. Pemetaan struktur
didasarkan pada hubungan antara deposit mineral dengan beberapa tipe
deformasi, seperti patahan, lipatan atau struktur geologi lainnya.
Sedangkan pendekatan alterasi merupakan teknik pemetaan mineral yang
mengasosiasikan deposit mineral dengan alterasi hidrothermal dan batuan
sekitar, jenis dan luasnya zona alterasi menggambarkan tipe dari deposit
mineral (Rajesh, 2004). Distribusi spasial dari batuan hasil alterasi
hidrothermal merupakan kunci utama untuk mengetahui zona aliran dari
hidrothermal dan sebagai petunjuk penting untuk mengenali deposit mineral
(Pirajno, 1992 dalam Rajesh, 2004).
Identifikasi sebaran nikel laterit melalui teknologi penginderaan jauh
dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan alterasi, yaitu dengan
memetakan mineral permukaan hasil lapukan batuan ultramafik pada lapisan
limonite, antara lain mineral goethite, hematite dan chlorite. Metode yang
digunakan untuk mendeteksi mineral tersebut yaitu Defoliant Technique atau
Directed Principal Component (DPC). Pemilihan metode tersebut didasarkan
pada karakteristik wilayah tropis yang bervegetasi rapat, sehingga menjadi
hambatan tersendiri dalam mendeteksi deposit mineral. Untuk itu metode yang
mampu meminimalisir pengaruh vegetasi, seperti Defoliant Technique sangat
cocok untuk digunakan (Carranza, 2003; Rojas, 2003).
Defoliant Technique pada dasarnya adalah teknik penajaman yang dilakukan
dengan menggabungkan dua rasio saluran (Carranza, 2002; Fraser dan Green,
1987 dalam Rojas, 2003), adapun hasil dari proses ini adalah sebaran
mineral permukaan yang digambarkan dalam citra skala keabuan (grayscale).
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Defoliant Technique mampu
mengidentifikasi keberadaan alterasi hidrothermal di daerah bervegetasi,
seperti yang dilakukan oleh Carranza dan Hale pada tahun 2001 di wilayah
Baugio, Filipina. Kemudian untuk menguji tingkat akurasi, hasil pencitraan
akan diverifikasi dengan data titik bor.
Sensor yang digunakan untuk mengidentifikasi deposit mineral adalah
Advanced Spaceborne Thermal Emission Radiometer (ASTER). Salah satu
kelebihan citra ASTER dalam memetakan sebaran mineral permukaan adalah
ketersediaan saluran (band) yang lebih banyak (VNIR saluran 1 – 3, SWIR
saluran 4 – 9, dan TIR saluran 10 – 14) dan resolusi spasial yang lebih
baik dibandingkan citra Landsat, oleh karena itu ASTER cocok dalam
memetakan berbagai jenis batuan dan mineral. Kemudian harga citra ASTER
yang jauh lebih murah dibandingkan menggunakan satelit hyperspectral
ataupun pemetaan udara menjadikan ASTER menarik untuk digunakan lebih jauh.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan kemampuan ASTER yang baik dalam
pemetaan geologi, seperti yang dilakukan oleh Simpson, Mars, dan Rowan pada
tahun 2004 dalam pemetaan lithologic komplek ultramafik di Australia serta
Debgani dan Gingerich tahun 2005 untuk ekstrasi mineral di Iran.
Sorowako merupakan salah satu wilayah Sulawesi yang kaya akan kandungan
nikel laterit dalam jumlah besar. Hal ini didukung oleh bentukan geologi
yang terdiri atas volcano plutonic arc, methamorphic belt, ophiolite belt,
banggai-sula dan tukang besi disisi Barat dan Utara, Tengah, Timur, serta
beberapa pecahan fragmen di Timur dan Tenggara. Selain itu kondisi ini juga
tidak terlepas oleh iklim, reaksi kimia, struktur, dan topografi Sulawesi
yang cocok terhadap pementukan nikel laterit. Endapan nikel laterit di
Sorowako terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang
terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih
dari 120 km x 60 km, dimana sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi
Sulawesi Tengah dan Tenggara (Waheed, 2005).
Salah satu perusahaan yang melakukan eksplorasi dan penambangan nikel
laterit di beberapa wilayah Sulawesi bagian Tengah, Tenggara dan Selatan
adalah PT. International Nickel Indonesia, Tbk (PT INCO). Perusahaan
multinasional yang diakuisisi sahamnya sejak tahun 2007 oleh Companhia Vale
do Rio Doce (CVRD) yang kini bernama Vale, dan berubah menjadi Vale Inco,
ltd; telah beroperasi sejak tahun 1968, terutama di wilayah Sorowako. Nikel
laterit PT INCO diperoleh dengan mengambil mineral dari endapan nikel
laterit yang mengandung unsur nikel dalam jumlah besar, antara lain
limonite dan saprolite, kemudian diolah secara pyrometallurgical atau
hydrometallurgical dan dihasilkan nikel dalam bentuk matte.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran potensi, tingkat
akurasi pencitraan dan ASTER di areal eksplorasi tambang PT INCO blok
Sorowako. Hasil penelitian dapat menyediakan informasi sebaran potensi
nikel laterit secara spasial dengan metode yang lebih cepat dan efisien,
mempermudah dalam pemetaan awal (reconnaissance mapping) geologi dan
mineral pada daerah yang luas, serta sebagai decision maker support system
bagi kepentingan PT INCO dalam melakukan eksplorasi tambang nikel laterit.
Gambar 3.1 Garis Besar Kondisi Lithologi dan Struktur Geologi Pulau
Sulawesi (Ahmad, 2006)
Geologi daerah Sorowako dan sekitarnya sudah dideskripsikan sebelumnya
secara umum oleh Brouwer, 1934; Van Bemmelen, 1949; Soeria Atmadja et al.,
1974; dan Ahmad, 1977 dalam Mustaring, 2006. Namun yang secara spesifik
membahas tentang geologi deposit nikel laterit adalah Golightly pada tahun
1979, dimana ia membagi geologi daerah Sorowako menjadi tiga bagian,
yaitu :
1) Satuan batuan sedimen yang berumur kapur, terdiri dari batu gamping laut
dalam dan rijang. Terdapat dibagian barat Sorowako dan dibatasi oleh sesar
naik dengan kemiringan kearah barat.
2) Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier, umumnya terdiri dari
jenis peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat yang
bervariasi dan umumnya terdapat dibagian timur. Pada satuan ini juga
terdapat intrusi-intrusi pegmatit yang bersifat gabroik dan terdapat
dibagian utara.
3) Satuan alluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur kuarter,
umumnya terdapat dibagian utara dekat desa Sorowako.
Batuan induk dari endapan nikel laterit adalah batuan ultrabasa dengan
kandungan mineral ferromagnesian (olivine, piroksin, dan amphibole) dalam
jumlah besar yang berasosiasi dengan struktur geologi yang terbentuk pada
masa Precambrian hingga Tersier (Ahmad, 2006). Batuan ultrabasa wilayah
Sorowako tersusun dari batuan peridotite yang dapat dibagi menjadi empat
satuan batuan, yang merupakan batuan induk pembawa nikel dengan kadar
sekitar 2 %. Batuan-batuan sejenis peridotite antara lain :
1) Dunite, yang mengandung olivine lebih dari 90% dan piroksen sekitar 5%.
2) High Serpentinized, yang mengandung olivine 85% dan piroksen 15%.
3) Low Serpentinized, yang mengandung olivine 65% dan piroksen 35%.
Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya di
daerah Sorowako termasuk ke dalam jenis nikel laterite dan bijih nikel
silikat (garnierit). Bijih nikel tersebut terbentuk akibat pelapukan dan
pelindihan (leaching) batuan ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit
dari rombakan batuan ultrabasa. Namun berdasarkan ciri fisik dan
kimiawinya, endapan nikel laterit di Sorowako dapat dibagi menjadi dua,
yaitu Blok Barat (West Block) dan Blok Timur (East Block) yang berbeda satu
sama lainnya (gambar 2).
Perbedaan topografi sangat menyolok, pada umumnya di East Block memiliki
topografi yang landai sedikit berbukit sedangkan di West Block pada umumnya
topografi terjal membentuk pegunungan. West Block meliputi 36 bukit dengan
luas sekitar 46,5 km persegi, secara umum merupakan batuan peridortite yang
tidak terserpentinisasi dengan bentuk morfologi yang relatif lebih terjal
dibandingkan East Block (karena pengaruh struktur yang kuat), banyak
dijumpai bongkah – bongkah segar peridotit (Boulder) sisa proses pelapukan
sehingga recovery menjadi kecil. Umumnya boulder dilapisi oleh zona
pelapukan tipis dibagian luarnya. Daerah West banyak mengandung urat-urat
kuarsa yang sulit dikontrol pola penyebarannya. Sedangkan East Block
meliputi 44 bukit menempati area seluas 36,3 km persegi. Topografi pada
daerah ini relatif lebih landai dari pada daerah West Block. Batuan dasar
dari tipe ini umumnya adalah serpentine peridotite, lherzolite, dengan
derajat serpentin yang bervariasi.
Estimasi dan pemodelan cadangan merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam tahap evaluasi penambangan, karena keputusan teknis yang berhubungan
dengan kegiatan penambangan sangat bergantung pada jumlah cadangan. Metode
estimasi cadangan yang berkembang saat ini cukup banyak, namun salah satu
metode estimasi yang terbaik yang berhubungan dengan pemodelan dan
perhitungan cadangan adalah metode geostatistik berupa kriging. Metode
kriging tersebut diterapkan dalam penelitian ini untuk melakukan estimasi
dan pemodelan cadangan nikel laterit daerah Pulau Gee, Halmahera timur,
Propinsi Maluku Utara.
Metode kriging yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ordinary
kriging blok 3 (tiga) dimensi karena mempertimbangkan penggunaan data dalam
aspek ruang tiga dimensi. Pemodelan dan perhitungan cadangan dilakukan
berdasarkan konsep model blok, dimana cadangan dibagi menjadi unit-unit
blok untuk memperoleh variabel taksiran cadangan secara detail. Adapun
variabel taksiran yang digunakan dalam melakukan estimasi
cadangan nikel laterit ini yaitu data kadar nikel (Ni) dan besi (Fe).
Dimensi unit-unit blok cadangan yang digunakan adalah 25 25 1 meter yang
disesuaikan dengan daerah pengaruh lubang bor dan spasi assay per meter
kedalaman yang dilakukan terhadap conto bor.
Berdasarkan analisis variogram, dapat diketahui karakterisik spasial antar
data. Dimana, data pada arah horizontal memiliki daerah pengaruh (range)
sebesar 35-43 meter dan pada arah vertikal memiliki daerah pengaruh sebesar
10-15 meter. Pada beberapa lokasi yaitu Blok Utara dan Blok Selatan A,
variogram memiliki nugget effect yang cukup tinggi yang menunjukkan adanya
data yang bersifat erratic.
Pendahuluan
Secara umum endapan nikel laterit dibedakan menjadi beberapa bagian
lapisan (Elias, et al., 1981) yaitu :
a. Tanah penutup (Overburden).
Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit.
Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa
organik lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat
gembur. Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam
penambangan. Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m.
b. Limonit
Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa.
Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit.
Ketebalan lapisan ini rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai
adanya akar tumbuhan, meskipun dalam persentase yang sangat kecil.
Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak
dominan atau hampir tidak ada, umumnya mineral-mineral di batuan beku
basa-ultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasil dari
pelapukan yang belum tuntas.
c. Saprolit
Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida
besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal
yang masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m. Kemunculan
bongkah-bongkah sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal
dijumpai magnesit, serpentin, krisopras dan garnierit. Bongkah batuan
asal yang muncul pada umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi
serta Ni dan Fe yang rendah.
c. Batuan dasar (Bedrock).
Batuan dasar merupakan batuan asal dari nikel laterit yang umumnya
merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pada
rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan
silika > 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat sebanding dengan
intensitas serpentinisasi.
KE KANDUNGAN UNSUR
WARNA
ZONA DALAM (% berat total)
PROFIL
AN (m) Ni Co Fe MgO SiO2
Tanah 0.3-6 <0.8 <0.1 >50 <0.5 <7
Penutu
p
Limoni 8-15 0.8- 0.1- 40-50 0.5- 7-10
t 1.5 0.2 5
Saprol 5-18 1.5- 0.02- 10-25 15- 33-
it 3 0.1 35 35
Batuan 0.3 0.01 5 35- >35
Dasar 45
Profil lapisan endapan nikel laterit (Elias M., et. al., 1981)
Exercise :
Dari peta dasar yang telah tersedia pada Lapangan “SDW”, terdapat
lokasi/titik-titik pengeboran dangkal. Analisa kimia terhadap sampel batuan
hasil pengeboran dilakukan untuk mengetahui persentase dari unsur Ni, Co,
Fe, MgO, SiO2, dan CaO. Berdasarkan data-data yang tersedia, maka tugas
anda adalah:
Berdasarkan data pengeboran:
Tentukanlah zona/profil lapisan endapan nikel laterit! (Gunakan klasifikasi
Elias, et. al., (1981)).
Buatlah korelasi zona/profil lapisan endapan nikel laterit berdasarkan
pekerjaan 1 yang telah anda kerjakan sebelumnya, yang melewati:
Section 1: GBR1 - PX3 – PX2 – HGT11 – HGT5 – SPT1 – SPT4 – DNT4
Section 2: HGT3 – HGT4 – HGT9 – HGT10 – HGT11 – HGT6 – HGT7
Section 3: DNT1 – DNT3 – DNT2 – DBS1
PETUNJUK:
• Untuk membuat penampang gunakan data elevasi masing-masing
sumur, jarak antar sumur dan kedalaman harus refresentatif!!!)
• Dalam melakukan korelasi perhatikan topografi!!! Karena endapan
ini berhubungan dengan proses pelapukan.
Berdasarkan data kandungan Ni, Co, Fe, MgO, SiO2, dan CaO:
Buatlah grafik yang menggambarkan variasi kandungan unsur Fe, MgO, dan SiO 2
terhadap kedalaman untuk setiap sumur. Berikan analisa anda mengenai
kondisi endapan nikel laterit di daerah ”SDW”!! Dan tentukan tipe dari
endapan nikel laterit tersebut (laterit lempungan, laterit silikaan,
atau laterit oksida???).
Buatlah grafik yang menggambarkan variasi kandungan Ni dan Co terhadap
kedalaman. Bagaimanakah hubungan antara kandungan Ni dan Co untuk setiap
batuan yang berbeda dan masing-masing profil endapan nikel laterit?
(Catatan: kode sumur menunjukkan komposisi batuan, GBR: Gabro – PX:
Piroksenit – HGT: Harzburgit – SPT: Serpentinit – DNT: Dunit – DBS:
Diabas).
Jika akan dilakukan penambangan, daerah dengan batuan dan pada zona apa
yang akan anda usulkan untuk penambangan Ni dan Co? (dengan anggapan cut
off grade untuk Ni 1.5% dan Co 0.1%)
(Data pengeboran menggunakan interval kedalaman, untuk pengeplotan
kandungan unsur gunakan nilai bottom dari masing-masing interval kedalaman
tersebut!!!)
Genesa endapan bijih tembaga secara garis besar dapat dibagi 2 (dua)
kelompok, yaitu genesa primer dan genesa sekunder.
1.Genesa Primer
Logam tembaga, proses genesanya berada dalam lingkungan magmatik, yaitu
suatu proses yang berhubungan langsung dengan intrusi magma. Bila magma
mengkristal maka terbentuklah batuan beku atau produk-produk lain. Produk
lain itu dapat berupa mineral-mineral yang merupakan hasil suatu
konsentrasi dari sejumlah elemen-elemen minor yang terdapat dalam cairan
sisa.
Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke permukaan bumi melalui rekahan-
rekahan (bagian lemah dari batuan) membentuk terowongan (intrusi). Ketika
mendekati permukaan bumii, tekanan magma berkurang yang menyebabkan bahan
volatile terlepas dan temperatur yang turun menyebabkan bahan non volatile
akan terinjeksi ke permukaan lemah dari batuan samping (country rock)
sehingga akan terbentuk pegmatite dan hidrotermal.
Endapan pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan plutonik tapi
umumnya granit yang kaya akan unsur alkali, aluminium, kuarsa dan beberapa
muskovit dan biotit.
Endapan hidrotermalmerupakan endapan yang terbentuk dari proses pembentukan
endapan pegmatite lebih lanjut, dimana larutan bertambah dingin dan encer.
Cirri khas endapan hidrotermal adalah urat yang mengandung sulfida yang
terbentuk karena adanya pengisian rekahan (fracture) atau celah pada batuan
semula.
Endapan bijih tembaga porfiri merupakan suatu endapan bijih tembaga yang
mempunyai kadar rendah, tersebar relatif merata dengan jumlah cadangan yang
besar. Endapan bahan galian ini erat hubungannya dengan intrusi
batuan Complex Subvolcanic Calcaline yang bertekstur porfitik. Pada umumnya
berkomposisi granodioritik, sebagian terdeferensiasi ke batuan granitik dan
monzonit. Bijih tersebar dalam bentuk urat-urat sangat halus yang
membentuk meshed network sehingga derajat mineralisasinya merupakan fungsi
dari derajat retakan yang terdapat pada batuan induknya (hosted rock).
Mineralisasi bijih sulfidanya menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan
pola ubahan hidrotermal.
Zona pengayaan pada endapan tembaga porfiri:
• Zona pelindian.
• Zona oksidasi.
• Zona pengayaan sekunder.
• Zona primer.
Reaksi yang terjadi pada proses pengayaan tersebut adalah :
Kandungan atau kadar mineral, atau logam, juga bentuk keujudannya, secara
langsung akan memengaruhi ongkos pertambangan bijih. Ongkos ekstraksi harus
diberi pembobotan untuk dibandingkan dengan nilai ekonomis logam yang
terkandung untuk menentukan bijih yang mana yang lebih menguntungkan dan
bijih yang mana yang kurang atau tidak menguntungkan. Bijih logam secara
umum merupakan persenyawaan oksida, sulfida, silikat, atau logam "murni"
(misalnya tembaga murni yang biasanya tidak terkumpul di dalam kerak Bumi
atau logam "mulia" (biasanya tidak berbentuk persenyawaan) seperti emas.
Bijih harus diolah untuk mengekstraksi logam-logam dari "batuan sampah" dan
dari mineral bijih. Tubuh bijih dibentuk oleh berbagai macam
proses geologis. Di dalam bahasa Inggris, proses "pembentukan bijih"
disebut sebagai ore genesis.
Pembentukan
Proses terbentuknya bijih sangatlah kompleks. Sering lebih dari satu proses
bekerja bersama-sama. Meskipun dari satu jenis bijih, apabila terbentuk
oleh proses yang berbeda-beda, maka akan menghasilkan tipe endapan yang
berbeda-beda pula.
Proses pembentukan
1.Diferensiasi magmatik
2.Larutan hidrotermal
3.Proses sedimentasi
4.Proses pelapukan
1.Mutu
2.Besar cadangan
3.Jenis mineral ikutan
Manfaat pengenalan proses pembentukan
Cadangan bijih
Cadangan bijih" atau "cebakan bijih" adalah timbunan bijih pada satu
kawasan yang ditentukan batas-batasnya. Ini berbeda dengan sumber daya
mineral yang didefinisikan menurut kriteria penggolongan sumber daya
mineral. Cadangan bijih adalah kenampakan satu jenis bijih tertentu.
Sebagian besar cadangan bijih dinamai menurut lokasinya (misalnya,
Witswatersrand, Afrika Selatan), atau menurut penemunya (misalnya cadangan
nikel kambalda dinamakan menurut pengebor perintisnya), atau menurut
lelucon, tokoh sejarah, tokoh terkemuka, mitologi (phoenix, kraken,
serepentleopard, dll) atau nama sandi perusahaan sumber daya yang
mendirikannya (misalnya MKD-5 adalah nama singkatan untuk perusahaan
tambang nikel Mount Keith).
• Barit: BaSO4
• Beril: Be3Al2(SiO3)6
• Bornit: Cu5FeS4
• Kasiterit: SnO2
• Kalkopirit: CuFeS2
• Galena: PbS
• Emas: Au, biasanya berserikat dengan kuarsa atau sebagai cadangan
utama
• Hematit: Fe2O3
• Ilmenit: FeTiO3
• Magnetit: Fe3O4
• Molibdenit: MoS2
• Pentlandit:(Fe, Ni)9S8
• Pirolusit:MnO2
• Skeelit: CaWO4
• Sfalerit: ZnS
• Uraninit: UO2 untuk menghasilkan uranium
Ore adalah batuan dan mineral, tidak hanya metal atau mineral yang mengan-
dung metal, tetapi beberapa non-metalik seperti sulfur dan flourite juga
termasuk disebut ore.
Yang tidak termasuk ore: batuan, pasir untuk bangunan, lempung, garam. Ini
adalah batuan dan mineral industri atau mineral-mineral ekonomis. Sehingga
kita dengan mudah dapat memisahkan yang mana material industri atau mineral
bijih.
Teori lateral secretion (batuan ore deposits berasal dari mineral cucian
(mineral leached) dari wall rock oleh air (meteoric origin) dari
Charpenter dan Gerhard ini bertahan + 100 tahun (tahun 1882)
8. James Huton, a Scot dan Abraham Gottlob Wenner dari Jerman, mempredik-
sikan pengaruh yang luas tentang ore deposits. Huton seorang plutonist
(tahun 1888 dan 1895) terkenal dengan teorinya: yaitu magma yang
berhubungan dengan endapan mineral logam, berasal dari perputaran cairan
sisa magma.
9. Joseph Bruneur (1801), Scipione Breaslak (1811) ahli geologi Italia
menyebutkan bahwa proses segregasi magma dapat menjelaskan bagaimana
mineral hadir terkonsentrasi dalam lapisan batuan beku.
10. Spurr (1923) memodifikasi bahwa magma bijih (ore magma) diterima
sebagai pembawa/mengandung bodi bijih (ore bodies).
11. Werner seorang Neptunist menerangkan bahwa basalt, sandstone,
limestone, ore deposit terbentuk sebagai sedimen awal dalam lautan.
Dalam bukunya yang berjudul: New teory of the formation of veins.
Diterangkan bahwa vein berasal dari dasar laut. Bermula dari
terbentuknya sebagai rekahan/crack yang disebabkan oleh slumping atau
gempa bumi, kemudian crack terisi oleh proses resapan kimia.
Hutton dan Werner yang terkenal dengan plutonist dan neptunist selama
bertahun-tahun mengadakan observasi dan menghasilkan bahwa lava bukan
suatu formasi sedimen, karena mereka melihat bahwa terdapat mineral-
mineral (termasuk mineral bijih) larut dan tertranspot serta terendapkan
dari media air/cairan. Sehingga dapat diketahui bahwa magmatisme dan
singenetis tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.
Sebagai contoh:
nikel selalu berasosiasi dengan norites (batuan beku basa) dan
peridotit.
Kehadiran monsonit dan atau quartz monzonite stock) akan ditemukan
dissemi-nated copper.
Timah akan ditemukan berasosiasi dengan siliceous plutonic rock (granit)
Hal ini merupakan bukti dari hubungan bijih dengan aktivitas volkanik
yaitu adanya fumarol atau mataair panas/hot spring.
12. Pada abad 19 banyak ilmuan terkenal yang menyumbangkan teori tentang
trans-portasi bijih dan pengendapannya. Di antaranya: Von Cotta,
Sandberger dan Stelzner dari Jerman, Danbree dan Launay dari Perancis,
Poepny dari Bohemia, Phillips dari Inggris, Vogt dari Norwegia dan
Emmons dari amerika Serikat.
Secara umum banyak ilmu pengetahuan yang dikemukakan, tetapi para ahli
geologi masih belum mengetahui secara jelas, bahwa tidak ada teori
single yang dapat menjelaskan genesis endapan bijih secara keseluruhan.
13. Pada abad 20, klasifikasi endapan bijih sangat meningkat dengan pesat,
dan Lindgren (tahun 1907, 1913 dan 1922) mempopulerkan Genetic
Classification atau klasifikasi deposit dari produk mekanika atau
konsentrasi kimia dan klasifikasi urat-urat hidrotermal (hydrothermal
vein). Dalam group Lindgren termasuk pirometa-somatik (batuan beku
metamorpik) dan deposit hidrotermal.
Tiap-tiap proses akan menghasilkan endapan bijih besi yang berbeda dalam:
1. Mutu
2. Besar cadangan
3. Jenis mineral ikutan
Mengenal proses yang membentuk endapan bahan galian akan sangat membantu di
dalam:
1. pencarian
2. Penemuan
3. Pengembangan bahan galian
Pada dasarnya definisi ini menyatakan bahwa geokimia mempelajari jumlah dan
distribusi unsur kimia dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan
atmosfer. Tidak terbatas pada penyelidikan unsur kimia sebagai unit
terkecil dari material, juga kelimpahan dan distribusi isotop-isotop dan
kelimpahan serta distribusi inti atom.
A.3. Dispersi
Dispersi geokimia adalah proses menyeluruh tentang transpor dan atau
fraksinasi unsur-unsur. Dispersi dapat terjadi secara mekanis (contohnya
pergerakan pasir di sungai) dan kimiawi (contohnya disolusi, difusi dan
pengendapan dalam larutan). Tipe dispersi ini mempengaruhi pemilihan metode
pengambilan conto, pemilihan lokasi conto, pemilihan fraksi ukuran dsb.
Contohnya dalam survey drainage pertanyaan muncul apakah conto diambil dari
air atau sedimen ; jika sedimen yang dipilih, haris diketahui apakah
pengendapan unsur yang dicari sensitif terhadap variasi pH (contohnya
adsorpsi Cu oleh lempung) atau kecepatan aliran sungai (contohnya dispersi
Sn sebagai butiran detrital dari kasiterit). Jika adsorpsi dari ion-ion
yang ikut diendapkan dicari dalam tanah atau sedimen, maka fraksi yang
halus yang diutamakan; jika unsur yang dicari hadir dalam mineral yang
resisten, maka fraksi yang kasar kemungkinan mengandung unsur yang dicari.
Unsur yang berbeda yang ditemukan dalam suatu endapan bisa memiliki
mobilitas yang sangat berbeda, sehingga mungkin tidak memberikan anomali
yang sama secara spasial. Misalnya: Pb dan Zn sangat sering terdapat
bersama-sama (berasosiasi) di dalam endapan bijih (di dalam lingkungan
siliko-alumina), sedangkan dalam lingkungan pelapukan Zn yang jauh lebih
mobil daripada Pb akan mudah mengalami pelindian, sehingga Pb yang
tertinggal akan memberikan anomali pada zona mineralisasinya. Contoh
lainnya :
Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral
terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara
gravitational settling (Gambar 6). Mineral yang banyak terbentuk dengan
cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan petlandit (lihat juga Gambar 4).
Fase magmatik cair ini dapat dibagi atas :
1. Komponen batuan, mineral yang terbentuk akan tersebar merata diseluruh
masa batuan. Contoh intan dan platina.
2. Segregasi, mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya
kurang terkonsentrasi di dalam batuan.
Injeksi, mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan
beku), tetapi telah terdorong keluar dari magma.
b. Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma.
Sebagai akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling
magma, maka cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos
batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.
Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras
tekanan dan temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga
pembekuan berjalan dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain :
logam-logam ringan (Li-silikat, Be-silikat (BeAl-silikat), Al-rich
silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo), unsur-unsur jarang
(Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby,
sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz, rock
crystal).
Gambar Skematik proses differensiasi magma pada fase magmatik cair
Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan
beku intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking
(pemanggangan) dan hardening (pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang
berhubungan dengan penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa
batuan pada umumnya akan ter-rekristalisasi, terubah (altered), dan
tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan oleh panas dan fluida-
fluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi. Oleh karena itu
endapan ini tergolong pada metamorfisme kontak.
Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas
uap air. Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur
sedangkan pirometasomatisme pada reaksi penggantian (replacement), dan
metamorfisme kontak pada sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di
kedalaman bumi, pada lingkungan tekanan dan temperatur tinggi.
Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana
dan oksida misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa
molibdenit. Sedikit endapan jenis ini yang betul-betul tanpa adanya besi,
pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit atau bahkan magnetit dan
hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (Singkep-
Indonesia).
Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan
batuan sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama
sedimentasi, atau pelapukan maupun dibentuk oleh proses hidrotermal.
Mineral bijih sedimenter umumnya mengikuti lapisan (stratiform) atau
berbatasan dengan litologi tertentu (stratabound). Endapan sedimenter yang
cukup terkenal karena proses mekanik seperti endapan timah letakan di
daerah Bangka-Belitung dan endapan emas placer di Kalimantan Tengah maupun
Kalimantan Barat. Endapan sedimenter karena pelapukan kimiawi seperti
endapan bauksit di Pulau Bintan dan laterit nikel di Pomalaa/Soroako
Sulawesi Tengah/ Selatan.
Y. B. Chaussier (1979), membagi pembentukan mineral sedimenter berdasarkan
sumber metal dan berdasarkan host rock-nya. Berdasarkan sumber metal dibagi
dua yaitu endapan supergen endapan yang metalnya berasal dari hasil
rombakan batuan atau bijih primer), serta endapan hipogen (endapan yang
metalnya berasal dari aktivitas magma/epithermal). Sedangkan berdasarkan
host-rock (dengan pengendapan batuan sedimen) dibagi dua, yaitu endapan
singenetik (endapan yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan)
serta endapan epigenetik (endapan mineral terbentuk setelah batuan ada).
Dalam hal ini adanya dispersi geokimia primer dan dispersi geokimia
sekunder. Dispersi geokimia primer adalah dispersi kimia yang terjadi di
dalam kerak bumi, meliputi proses penempatan unsur-unsur selama pembentukan
endapan bijih, tanpa memperhatikan bagaimana tubuh bijih terbentuk.
Dispersi geokimia sekunder adalah dispersi kimia yang terjadi di permukaan
bumi, meliputi pendistribusian kembali pola-pola dispersi primer oleh
proses yang biasanya terjadi di permukaan, antara lain proses pelapukan,
transportasi, dan pengendapan. Bahan terangkut pada proses sedimentasi
dapat berupa partikel atau ion dan akhirnya diendapkan pada suatu tempat.
Mobilitas unsur sangat mempengaruhi dispersi. Unsur dengan mobilitas yang
rendah cenderung berada dekat dengan tubuh bijihnya, sedangkan unsur-unsur
dengan mobilitas tinggi cenderung relatif jauh dari tubuh bijihnya. Selain
itu juga tergantung dari sifat kimianya Eh dan Ph suatu lingkungan seperti
Cu dalam kondisi asam akan mempunyai mobilitas tinggi sedangkan dalam
kondisi basa akan mempunyai mobilitas rendah.
Sebagai contoh dapat diberikan pada proses pengkayaan sekunder pada endapan
lateritik. Dari pelapukan dihasilkan reaksi oksidasi dengan sumber oksigen
dari udara atau air permukaan. Oksidasi berjalan ke arah bawah sampai batas
air tanah. Akibat proses oksidasi ini, beberapa mineral tertentu akan larut
dan terbawa meresap ke bawah permukaan tanah, kemudian terendapkan (pada
zona reduksi). Bagian permukaan yang tidak larut, akan jadi berongga,
berwarna kuning kemerahan, dan sering disebut dengan gossan. Contoh endapan
ini adalah endapan nikel laterit.
2. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik
Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan
pemecahan dari residu. Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan
tergantung oleh besar butir dan berat jenis disebut sebagai endapan plaser.
Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au, kasiterit, magnetit, monasit,
ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb.
b. Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan
darat yang umumnya mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang
tinggi dibandingkan kandungan di laut. Kadar air laut mempunai elemen yang
rendah. Sebagai contoh kadar air laut untuk Fe 2 x 10-7 % yag membentuk
konsentrasi mineral logam yang berharga hal ini dapat terjadi kalau
mempunyai keadaan yang khusus (terutama Fe dan Mn) seperti :
a. Adanya salah satu sumber logam yang berasal dari pelapkan batuan di
daratan atau dari sistem hidrotermal bawah permukaan laut.
b. Transport dalam larutan, mungkin sebagai koloid. Besi adalah logam yang
dominan dan terbawa sebagai Fe(OH) soil partikel.
c. Endapan di dalam cebakan sedimenter, sebagai Fe(OH)3, FeCO3 atau Fe-
silikat tergantung perbedaanpotensial reduksi (Eh).
Bijih dalam lingkungan laut ini dapat berupa oolit, yang dibentuk oleh
larutan koloid membungkus material lain seperti pasir atau pecahan fosil.
Bentuk kulit yang simetris disebabkan perubahan komposisi (Fe, Al, SiO2).
Dengan pertumbuhan yang terus menerus, oolit tersebut akan stabil di dasar
laut dimana tertanam dalam material lempungan karbonatan yang mengandung
beberapa besi yang bagus. Di dasar laut mungkin oolit tersebut reworked.
Dengan hasil keadaan tersebut bijih besi dan mangan sebagai contoh
ferromanganese nodules yang sekarang ini menutupi daerah luas lautan.
E. CONTOH BEBERAPA ENDAPAN MINERAL YANG PENTING
Larutan hidrotermal yang membawa logam dapat juga bermigrasi secara lateral
menuju batuan yang permeabel atau reaktif secara kimia membentuk endapan
blanket- shaped sulfida, atau bahkan mencapai permukaan dan mengendapkan
emas, perak, dan air raksa dalam pusat mata air panas silikaan atau
karbonatan, seperti kadar emas tinggi yang terdapat dalam beberapa lapangan
geotermal aktif di New Zealand. Jika larutan volkanik yang membawa logam
memasuki lingkungan laut, maka akan terbentuk kumpulan sedimen-volkanik
dari tembaga- timbal-seng.
2. Endapan mineral yang berhubungan dengan proses sedimentasi
c. Struktur Colloform
d. struktur Vug
vug adalah struktur mineral yang menampakkan suatu rongga kecil dalam suatu
batuan dimana rongga ini (Cavity Filling) terisi oleh kristal mineral -
mineral yang terbentuk dari berbagai proses, umumnya rekahan ini dibentuk
oleh aktifitas tektonik yang kemudian terisi oleh larutan sisa kristalisasi
magma primer yang kemudian karena sifat dari magma yang terus mencari celah
atau rekahan menuju ke permukaan menembus batuan samping dan batuan
sumbernya, proses ini biasa disebut Metasomatisme kontak.
Struktur mineral deposit merupakan salah satu ciri fisik yang sangat
berhubungan dengan genesa pembentukan suatu mineral.
Beberapa endapan bahan galian dijumpai tersusun dan terdapat pada tubuh
batuan beku, sedimen ataupun batuan metamorf. Bahan galian industri umumnya
dijumpai seperti demikian, misalnya bahan galian batugamping
(limestone).Bahan galian lainnya, misalnya beberapa tubuh bijih besi
merupakan bagian dari suatu sekuen stratigrafi yang terbentuk pada
bersamaan dengan proses sedimentasi, yang kemudian dikenal dengan istilah
endapan syngenetic. Adapula bahan galian yang berbentuk seperti tubuh
batuan beku yang berbentuk dykes, yang memotong batuan sekitarnya dan
terbentuk setelah batuan induknya yang dikenal dengan istilan
endapan epigenetic.
2.
Badan bijih irregular replacement (Gambar 2.12):
• Merupakan badan bijih yang terbentuk melalui pergantian unsur-unsur yang
sudah ada sebelumnya.
• Proses replacement ini umumnya terjadi pada temperatur rendah sampai sedang
(<400oC), contohnya endapan magnesit pada carbonate-rich sediments.
• Proses replacement lainnya dapat juga terjadi pada suhu tinggi pada kontak
intrusi batuan beku yang membentuk endapan skarn. Tubuh endapannya
dicirikan dengan pembentukan mineral-mineral calc-silicate seperti
diopside, wollastonite, andradite, garnet dan actinolite. Endapan bahan
galian ini umumnya berbentuk sangat tidak beraturan (Gambar 2.12).
• Disebut juga endapan metasomatisme kontak (pirometasomatik).
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih
mangan utama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi
oksida dan terbentuk dalam cebakan-cebakan sedimenter dan residu. Mangan
mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai sub-metalik,
tingkat kekerasan 2 – 6, memiliki berat jenis 4.8, massif, reniform,
botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous dan radial.
Mangan berkomposisi oksida lainnya namun memiliki peran bukan sebagai
mineral utama dalam cebakan bijih adalah bauksit, manganit, hausmanit, dan
lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat adalah rhodokrosit, serta
rhodonit yang berkomposisi silika.
Hidrotermal
Sumber larutan magma mengandung Mn, bentuk urat-urat, lensa tak beraturan,
berlapis. Mineral rodonit (MnSiO3) atau rodokrosit (MnCO3).
Pengayaan sekunder
Pelarutan dari mangan primer, fasa koloidal, bentuk konkresi/nodul, lensa,
urat dalam retakan batuan. Mineral pirolusit (MnO2), psilomelan
(MnO.MnO22H2O), mangaanit (Mn2O3.H2O).
Sedimenter
Mangan berlapis dalam sediment marin, sebaran lateral luas, tebal, pra
tersier, bantuan bakteri dan ganggang, lingkungan craton yang stabil.
Marine-nodule
Relasi dengan kegiatan gunung api bawah laut, pelarutan unsur-unsur logam
membentuk polimetalik-nodule. Mineral pirolusit, psilomelane.
Pada tahun 1859 ada suatu teori kuno yang dikemukakan oleh Van Cotta
yang menjelaskan proses terjadinya bijih di alam yaitu :
a.Teori disensionis
Bahwa endapan bijih berasal dari air permukaan yang meresap ke dalam
bumi lalu dipanaskan oleh panas alami, mengakibatkan logam yang terdapat
pada batuan larut dan masuk ke dalam celah-celah batuan.
b.Teori sensionis
Bahwa endapan bijih berasal dari liquid atau cairan yang berhubungan
dengan kegiatan magma yang naik mendekati permukaan, kemudian
mengendapkan bijih-bijih pada dinding celah-celah.
Sublimasi
Merupakan proses pengendapan langsung dari uap dan gas. Pembentukan bahan
galian ini relatif sangat kecil dibandingkan dengan proses lainnya. Konsep
kerja proses tersebut sebagai akibat terjadinya penurunan tekanan.
Terbentuknya endapan mineral ini sebagai akibat terjadinya reaksi antara
dua gas atau lebih.
Metasomatisme kontak
Intrusi magma yang telah menjadi padatan, mempunyai sisa magma yang berupa
cairan dan gas yang bersuhu tinggi. Apabila cairan dan gas ini masuk dan
bersentuhan pada celah-celah batuan lainnya dapat mengadakan reaksi kimia
dan menghasilkan mineral-mineral baru. Dalam hal ini perlu dibedakan antara
metamorphose kontak dan metasomatisme kontak. Pada metamorphose kontak,
suhu memiliki peranan penting dan hanya mengakibatkan terjadi pemanggangan
(baking effect). Sedangkan pada metasomatisme kontak, tekanan juga memegang
peranan penting selain suhu, terjadi penambahan tekanan pada sisa cairan
magma yang mampu mengadakan reaksi dan menghasilkan mineral baru.
Hidrothermal
Semua cairan, terutama
Klasifikasi hidrotermal :
Iron Ore
Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dari
endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun
seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi
terdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang
memiliki nilai ekonomis tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnya
berupaMagnetite,Hematite,Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat berupa
mineral:Pyrite,Pyrhotite,Marcasite, dan Chamosite.
Beberapa jenis genesa dan endapan yang memungkinkan endapan besi bernilai
ekonomis antara lain :
Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Bafeman, 1981;
Economic Mineral Deposits, P. 392.
Besi primer ( ore deposits )
Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan
adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik,
terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang
memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan
tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi,
alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak
magma dengan batuan yang diterobosnya.
Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang
berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona
lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak
metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair
(fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung
bijih.
tetapi kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan
cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat karena
tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang karena
berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran; dimana
pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan relatif murah.
Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan metoda
penambangan termurah.
G e n e s a J e n i s
Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama yang
berkaitan dengan bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih besi,
dimana konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijihmenjadi
faktor-faktor penting dalam pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi
mineral berat dalam cebakan ini berukuran lebih kecil daripada fraksi
mineral ringan, sehubungan : Pertama, mineral berat pada batuan sumber
(beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil daripada mineral
utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahan dan susunan endapan sedimen
dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel (rasio hidraulik).
Placer pantai. Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan
gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan
partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali
membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah
besar dan berat partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian
terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan
menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan
dasar berukuran halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke bagian atas
berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat.
Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang
disebabkan oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan
mineral berat berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai
terbuka. Konsentrasi partikel mineral/bijih juga dimungkinkan
pada terrace hasil bentukan gelombang laut. Mineral-mineral terpenting yang
dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit,
intan, monazit, rutil, xenotim dan zirkon.
Mineral ikutan dalam endapan placer. Suatu cebakan pasir besi selain
mengandung mineral-mineral bijih besi utama tersebut dimungkinkan
berasosiasi dengan mineral-mineral mengandung Fe lainnya diantaranya :
pirit (FeS2), markasit (FeS), pirhotit (Fe1-xS), chamosit [Fe2Al2 SiO5(OH)4],
Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi
sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan
lapangan. Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi
studi literatur dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara
lain peta topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi,
palu dan kompas geologi, loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali,
magnetometer, kappameter dan peralatan geofisika.
Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang perlu diperhatikan antara lain :
2. Dragline
·Raise Set
Raise set merupakan cara pemasangan penyangga dari bawah ke atas.
·Lead Set
Lead set merupakan cara pemasangan penyangga maju, searah dengan
penambangan endapan bijih.
·Corner
Corner set merupakan cara pemasangna penyangga ke arah samping atau
juga menyudut.
*Vein atau urat batuan adalah intrusi batuan lain ke dalam batuan induk.
Intusi terjadi melalui rekahan-rekahan batuan induk, dan lebih keras
daripada batuan induk.
* Endapan bijih dalam sebuah cebakan relative berbeda kadarnya pada masing-
masing bagiannya. Mengenai kadarnya dapat dihitung dengan menggunakan
metode IMD dan juga IDW yang diperlajari di matakuliah Geostatik.
*Drift adalah lubang bukaan yang menghubungkan antar level secara vertikal.
*Raise adalah lubang bukaan horizontal yang berfungsi sebagai jalan keluar-
masuk pekerja dan juga mengeluarkan endapan bijih.