You are on page 1of 74

Laterit

1. Formasi Laterit
Laterit didefinisikan sebagai produk yang dihasilkan dari pelapukan yang
kuat pada daerah-daerah tropis, lembab, dan hangat yang kaya akan lempung
kalolinit sebagai oksida dan oksihidroksida dari Fe dan Al. Laterit
penting secara ekonomi karena mengandung logam alumunium (bauksit). Berikut
merupakan kandungan unsur-unsur yang terdapat pada profil laterit.
Mineral utama Pencucian Mineral Sekunder
pada zona ferruginous K, Rb, Cs Si, Al (kaolinit)

Aluminosilikat (muskovit, mineral jejak : Au


kaolinit)
oksida besi; emas
pada saprolit bagian atas Cs, K, Rb Si, Al (kaolinit)

Aluminosilikat (muskovit) Mg, Li Fe, Ni, Co, Cr, Ga, Mn, Ti, V,
Ferromagnesia (klorit, talk, Ca, Mg, Na (Oksida Fe dan Mn)
amfibol) Si, Al (kaolinit)
Lempung smektit
pada saprolit bagian bawah Ca, Cs, K, Na, Rb Si, Al (kaolinit); Ba

Aluminosilikat Ca, Mg Fe, Ni, Co, Cr, Ga, Mn, Ti, V (Oksida
Ferromagnesia (piroksen, olivin, Fe dan Mn)
amfibol, klorit, biotit)
pada zona pelapukan sulfide As, Au, Cd, Co, Cu, As, Cu, Ni, Pb, Sb, Zn (oksida besi;
Mo, Ni, Zn, S sulfat, arsenat, karbonatan, alunit-
jasorit)
pada daerah karbonatan Ca, Mg, Fe, Mn, Sr
2. Formasi bauksit
Bijih bauksit, sebagai sumber utama logam alumunium, mengandung mineral
gibsit, boehmit, dan diaspor. Akumulasi dari residu kaya alumina, pada
bagian atas dari profil laterit, sebagai hasil dari curah hujan yang
tinggi, temperatur yang agak rendah (22°C), dengan kelembaban yang tinggi.
Proses yang berlangsung pada bagian atas dari profil laterit berupa
pelarutan inkongruen yaitu :
Feldspar – (kehilangan Si) → kaolinit – (kehilangan Si) → gibsit (Al(OH)3)
Variasi iklim musiman juga dianggap penting dalam pembentukan formasi
bauksit. Musim panas dan dingin membuat fluktuasi pada muka air tanah, yang
membuat terjadinya pelarutan dan transfer massa. Variasi pada profil
bauksit sebagai transformasi dari gibsit yang terdehidrasi menjadi versi
yang terhidrasi secara relatif, boehemit atau diaspor (ALO(OH)), dihasilkan
dari fluktuasi tersebut. Profil mineralogical untuk zona mineralisasi
bauksit dapat bervariabel.
3. Laterit Nikel
Laterit nikel berasal dari batuan ultramafik yang mengandung olivin dan
ortopiroksen dengan berlimpah, dan karenanya kaya akan nikel. Laterit nikel
mengandung konsentrasi nikel silikat atau nikel oksida yang mencapai 10
kali lipat dari konsentrasi aslinya. Penambangan laterit nikel jauh lebih
mudah daripada penambangan bijih sulfida magmatik. Bijih nikel berhubungan
dengan eluviasi nikel dari residu pada lapisan laterit teratas dan
konsenrasi di dasar illuvium saprolit sebagai talk nikeliferous, serpentin,
atau smektit, dan bersamaan dengan geotit meskipun jarang.
Mineral olivin dan ortopiroksen sebagai sumber nikel utama merupakan
penyusun utama dari batuan ultramafik mungkin berasal dari bagian kompleks
ofiolit obduksi atau berupa intrusi mafik. Alterasi olivin terjadi karena
proses hidrasi dari silika, serpentinit, dan limonit . Pada tanah laterit,
keasaman air tanah semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman
dan bikabornat bertindak sebagai anion utama dalam proses pelarutan ini.
Olivin bereaksi pada kondisi ini, diikuti dengan ortopiroksen, serpentin,
klorit, dan talk. Berikut ini merupakan contoh reaksi pada olivin.
4(Fe2,Mg3)SiO4 + 8H+ + 4O2 → (Fe2,Mg3)Si4O10(OH)2 + 6FeO(OH) + 5Mg2+
olivin smektit goetit
Konsentrasi nikel dipengaruhi oleh pertukaran kation, kemungkinan oleh
Mg2+. Hasilnya adalah suatu jenis mineral pilosilikat yang kaya nikel
seperti kerolit (Ni-talk), nepouit (Ni-serpentin), dan pimelit (Ni-
smektit). Salah satu contoh dari reaksi pertukaran kation adalah sebagai
berikut :
Mg2Si2O5(OH)4 + 3Ni2+(aq) → Ni3Si2O5(OH)4 + 3Mg2+(aq)
serpentin nepouit
Konsentrasi dari nikel juga sering berasosiasi dengan goetit, sekalipun
mekanismenya belum diketahui. Kemungkinan absorbs dari nikel pada koloid
goetit terjadi pada alam karena pH yang agak basa. Zona limonit yang ada
pada bagian atas dari profil laterit pada umumnya tidak mengandung nikel.
Laterit yang sangat tebal dan sangat kaya dengan garnierit terjadi pada
batuan dasar yang mengalami sirkulasi air tanah maksimum dan peran dari
interaksi air antar batuan. Konsentrasi nikel juga dikontrol oleh keadaan
topografi dan cenderung terjadi dibawah perbukitan atau pinggiran plato
atau teras. Hal ini dikarenakan deposit sensitif untuk mengalami erosi
permukaan dan fluktuasi muka air dikonrol oleh distribusi zona eluviasi dan
iluviasi.

Nikel laterit

Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan
ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel
tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin,
sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya
substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan
muatan ion yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses
serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan
hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau
batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara,
air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan
disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.

Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari
udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak
stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe,
Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika
yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai
ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit,
limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu
ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.

Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup
netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan
untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai
silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut
akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan
urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan
membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning
kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai
bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan
sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-
rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas
petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan
akar pelapukan (root of weathering).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:

a. Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk


terbentuknya endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan
ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut: - terdapat
elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya - mempunyai mineral-
mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan
piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan
lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

b. Iklim. Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana


terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan
terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur
yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan
terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau
reaksi kimia pada batuan.

c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-reagen


kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat
proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting
didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi
batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya
dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan: •
penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar
pohon-pohonan

• akumulasi air hujan akan lebih banyak

• humus akan lebih tebal. Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana
hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang
lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat
berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.

d. Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa


ini adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur
patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan
permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka
dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air
dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.

e. Topografi. Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi


air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan
bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan
penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan.
Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai
kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti
bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang
meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.

f. Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup
intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai


berikut :

• 1. Iron Capping : merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan


limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar
nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite,
chromiferous.

• 2. Limonite Layer : fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan


kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini
tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi.
Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese
oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite,
chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.

• 3. Silika Boxwork : putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang


fractured dan sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine
fragmen peridotite, sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari
batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi
dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel
ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang
serpentinized.

• 4. Saprolite : campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite,


saprolitic rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz,
mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari
suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat
mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang
terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi
sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous
serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.

• 5. Bedrock : bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas


bongkah yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar)
dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam
sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Zona ini
terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierite
dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root
zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.
4. Emas pada laterit
Telah diketahui dengan baik bahwa emas dapat terbentuk pada bagian
pedolitik atas pada zona pelapukan laterit. Bentuk emas yang dihasikan
bermacam-macam dari yang berukuran besar, partikel membundar seperti
nugget, dan dendritus emas pada celah dan retakan, sampai kristal-kristal
kecil pada pori-pori tanah. Sebenarnya sumber emas secara primer adalah
pada lingkungan yang juga kaya akan perak. Emas dapat berada pada profil
laterit karena proses kimiawi. Berbeda dengan proses mobilisasi dan
penghilangan perak, dimana Ag berperan sebagai air meteorik pada zona
pelapukan. Proses perpindahan Au dan Ag hanya terjadi pada kondisi spesifik
tertentu. Mungkin perpindahan tersebut berhubungan dengan asamnya air tanah
dekat permukaan pada lingkungan laterit. Kedua reaksi berikut merupakan
contoh dari proses pengasaman yang berlangsung pada profil laterit.
2FeS2 + 2H2O +7O2 → 2Fe2+ + 4SO42- + 4H+
2Fe2+ + 3H2O + O2 → 2 FeOOH + 4H+
Percobaan yang dilakukan menunjukan bahwa pada keadaan pH rendah, Eh
tinggi, dan keberadan ion Cl-, emas yang berada di dekat permukaan dapat
menjadi AuCl4-. Hal ini dikontrol oleh oksidasi dari Fe 2+ yang berhubungan
dengan ketersedian oksigen. Sebagai perbandingan, perak akan bereaksi
dengan lebih cepat, pada daerah reduksi, sebagai AgCl, AgCl2-, dan
AgCl32-. Reaksi berikut mengasilkan Au murni pada kondisi reduksi yang
terjadi pada bagian yang kaya akan ion Fe2+ dan Mg2+.
AuCl4- + 3Fe+ + 6H2O → Au + 3FeOOH + 4Cl- +9H+
Perlu diketahui bahwa mikroorganisme juga berhubungan dengan konsentrasi
emas pada tanah laterit. Emas sekunden yang berbentuk nugget dapat
ditemukan pada lingkungan yang berbeda dari tempat deposit emas terjadi.
Hal ini disebabkan oleh bakteri pada tanah yang memiliki kemampuan untuk
mengakumulasi emas melaluiproses difusi melewati dinding selnya dan masuk
ke dalam cytoplasmanya. Diagenesis subsekuen dari sedimen yang mengandung
mikroorganisme yang kaya akan emas akan menyebabkan terjadinya
rekristalisasi dari emas menjadi bentuk seperti nugget.
5. PGE pada laterit
Unsur-unsur kelompok platinum juga terdapat pada laterit. Kristal-kristal
Pt-Fe atau Os-Ir-Ru dapat ditemukan pada pedolith, sebagai hasil
perpindahan PGE pada zona pelapukan. Dipercaya bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi konsentrasi PGE juga sama dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi Au dam Ag. Pada daerah non laterit, PGE tidak akan

tertransportasi sebagai senyawa klorit (PdCl42- dan PtCl42-), tetapi

sebagai senyawa hidroksida (PdOH2 dan Pt OH2). Proses laterisasi

menyebabkan berpindahnya komponen-komponen bijih berpindah, dengan mineral


dasar terbentuk pada oksida Mn dan Au-Pt-Pd terbentuk bersamaan dengan
karbon nonkristal, dan oksida atau oksihidroksida dari De-Mn.
6. Deposit lempung
Mineral-mineral lempung merupakan produk pelapukan yang sangat berlimpah,
baik yang terdapat in situ maupun yang berpindah dan mengalami deposisi.
Mineral-mineral ini penting secara ekonomi pada industry kertas, keramik,
filtrasi, dan minyak pelumas. Mineral-mineral lempng yang penting ini
diantaranya adalah kaolinit, illit, dan kelompok smektit (termasuk
monmorilonit). Kaolinit berasal dari kondisi lembab yang mendukung
terjadinya hidrolisis asam pada batuan feldspar. Illit terjadi pada kondisi
basa dengan pelapukan feldspar dan mika. Sedangkan smektit merupakan hasil
pelapukan dari batuan intermediet sampai basa dibawah kondisi basa, dengan
lapisan-lapisan intrakristalin air dan kation-kation yang dapat berganti-
ganti. Mineral-mineral lempung tidak hanya dihasilkan dari pelapukan batuan
saja, tetapi dapat ditemukan sebagai produk dari alterasi hidrotermal
bertemperatur rendah.

Eksplorasi mineral merupakan salah satu kegiatan penting untuk mendapatkan


informasi dimana lokasi mineral berada, namun selama ini proses tersebut
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar terutama jika dilakukan
pada daerah yang luas. Di dalam penelitian ini penulis akan menyajikan
aplikasi penginderaan jauh diterapkan dalam pemetaan mineral deposit nikel
laterit. Dengan menggunakan metode defoliant technique dan citra sensor
ASTER, akan ditunjukkan bagaimana pemetaan potensi deposit mineral
dilakukan padawilayah tropis. Sorowako merupakan contoh menarik untuk
dikaji, wilayahnya yang merupakan bagian dari singkapan ultramafik terbesar
di dunia disertai lingkungan mendukung menjadikan sorowako kaya akan
deposit nikel laterit.
Report Preview

I. Pendahuluan
Nikel merupakan salah satu barang tambang penting di dunia. Manfaatnya yang
begitu besar bagi kehidupan sehari-hari, seperti pembuatan logam anti
karat, campuran dalam pembuatan stainless steel, baterai Nickel-metal
hybride, dan berbagai jenis barang lainnya. Keserbagunaan ini pula yang
menjadikan nikel sangat berharga dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran
dunia. Setidaknya sejak 1950 permintaan akan nikel rata-rata mengalami
kenaikan 4% tiap tahun, dan diperkirakan sepuluh tahun mendatang terus
mengalami peningkatan (Dalvi et al., 2004).
Bijih nikel diperoleh dari endapan nikel laterit yang terbentuk akibat
pelapukan batuan ultramafik yang mengandung nikel 0.2 - 0.4 % (Golightly,
1981). Jenis-jenis batuan tersebut antara lain olivine, piroksin, dan
amphibole (Rajesh, 2004). Nikel laterit umumnya ditemukan pada daerah
tropis, dikarenakan iklim yang mendukung terjadinya pelapukan, selain
topografi, drainase, tenaga tektonik, batuan induk, dan struktur geologi
(Elias, 2001).
Selama ini eksplorasi terhadap nikel laterit dilakukan dengan mencari
singkapan ultramafik, pemetaan lapangan, pengeboran, dan analisa
laboratorium untuk mengetahui kandungan mineral dan kimiawi nikel. Namun
salah satu hambatan besar dari kegiatan tersebut adalah pada tahap pemetaan
lapangan, dimana membutuhkan waktu yang lama dan berbiaya besar, terutama
untuk daerah baru, sehingga seringkali sulit untuk dilakukan pada wilayah
luas. Namun seiring berkembangnya teknologi dalam bidang pemetaan,
keterbatasan tersebut kini dapat diatasi dengan menggunakan aplikasi dari
teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Rajesh,
2004).
Aplikasi penginderaan jauh dan SIG dalam eksplorasi mineral memiliki banyak
keuntungan, antara lain cakupan wilayahnya luas, hemat biaya, data yang
mudah diperbaharui (up date) dan memungkinkan integrasi dengan berbagai
jenis data satelit, geofisika, geokimia, Digital Elevation Model (DEM), dan
sebagainya. Sehingga proses analisa semakin efisien, cepat, dan akurasi
yang meningkat.
Penggunaan penginderaan jauh dalam eksplorasi pertambangan telah lama
digunakan dan sudah berkembang luas, beberapa pendekatan yang banyak
diaplikasikan antara lain, pemetaan lithologi, struktur, dan alterasi
(Rajesh, 2004; Siegal dan Gillespie, 1991). Pemetaan lithologi merupakan
pemetaan sumberdaya mineral, dengan menarik kesimpulan dari beberapa
parameter utama yang diperoleh melalui observasi penginderaan jauh, seperti
mengidentifikasi nilai spektral batuan, penampakan struktural, pelapukan
dan bentuk daratan (landform), serta pola aliran sungai. Pemetaan struktur
didasarkan pada hubungan antara deposit mineral dengan beberapa tipe
deformasi, seperti patahan, lipatan atau struktur geologi lainnya.
Sedangkan pendekatan alterasi merupakan teknik pemetaan mineral yang
mengasosiasikan deposit mineral dengan alterasi hidrothermal dan batuan
sekitar, jenis dan luasnya zona alterasi menggambarkan tipe dari deposit
mineral (Rajesh, 2004). Distribusi spasial dari batuan hasil alterasi
hidrothermal merupakan kunci utama untuk mengetahui zona aliran dari
hidrothermal dan sebagai petunjuk penting untuk mengenali deposit mineral
(Pirajno, 1992 dalam Rajesh, 2004).
Identifikasi sebaran nikel laterit melalui teknologi penginderaan jauh
dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan alterasi, yaitu dengan
memetakan mineral permukaan hasil lapukan batuan ultramafik pada lapisan
limonite, antara lain mineral goethite, hematite dan chlorite. Metode yang
digunakan untuk mendeteksi mineral tersebut yaitu Defoliant Technique atau
Directed Principal Component (DPC). Pemilihan metode tersebut didasarkan
pada karakteristik wilayah tropis yang bervegetasi rapat, sehingga menjadi
hambatan tersendiri dalam mendeteksi deposit mineral. Untuk itu metode yang
mampu meminimalisir pengaruh vegetasi, seperti Defoliant Technique sangat
cocok untuk digunakan (Carranza, 2003; Rojas, 2003).
Defoliant Technique pada dasarnya adalah teknik penajaman yang dilakukan
dengan menggabungkan dua rasio saluran (Carranza, 2002; Fraser dan Green,
1987 dalam Rojas, 2003), adapun hasil dari proses ini adalah sebaran
mineral permukaan yang digambarkan dalam citra skala keabuan (grayscale).
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Defoliant Technique mampu
mengidentifikasi keberadaan alterasi hidrothermal di daerah bervegetasi,
seperti yang dilakukan oleh Carranza dan Hale pada tahun 2001 di wilayah
Baugio, Filipina. Kemudian untuk menguji tingkat akurasi, hasil pencitraan
akan diverifikasi dengan data titik bor.
Sensor yang digunakan untuk mengidentifikasi deposit mineral adalah
Advanced Spaceborne Thermal Emission Radiometer (ASTER). Salah satu
kelebihan citra ASTER dalam memetakan sebaran mineral permukaan adalah
ketersediaan saluran (band) yang lebih banyak (VNIR saluran 1 – 3, SWIR
saluran 4 – 9, dan TIR saluran 10 – 14) dan resolusi spasial yang lebih
baik dibandingkan citra Landsat, oleh karena itu ASTER cocok dalam
memetakan berbagai jenis batuan dan mineral. Kemudian harga citra ASTER
yang jauh lebih murah dibandingkan menggunakan satelit hyperspectral
ataupun pemetaan udara menjadikan ASTER menarik untuk digunakan lebih jauh.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan kemampuan ASTER yang baik dalam
pemetaan geologi, seperti yang dilakukan oleh Simpson, Mars, dan Rowan pada
tahun 2004 dalam pemetaan lithologic komplek ultramafik di Australia serta
Debgani dan Gingerich tahun 2005 untuk ekstrasi mineral di Iran.
Sorowako merupakan salah satu wilayah Sulawesi yang kaya akan kandungan
nikel laterit dalam jumlah besar. Hal ini didukung oleh bentukan geologi
yang terdiri atas volcano plutonic arc, methamorphic belt, ophiolite belt,
banggai-sula dan tukang besi disisi Barat dan Utara, Tengah, Timur, serta
beberapa pecahan fragmen di Timur dan Tenggara. Selain itu kondisi ini juga
tidak terlepas oleh iklim, reaksi kimia, struktur, dan topografi Sulawesi
yang cocok terhadap pementukan nikel laterit. Endapan nikel laterit di
Sorowako terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang
terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih
dari 120 km x 60 km, dimana sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi
Sulawesi Tengah dan Tenggara (Waheed, 2005).
Salah satu perusahaan yang melakukan eksplorasi dan penambangan nikel
laterit di beberapa wilayah Sulawesi bagian Tengah, Tenggara dan Selatan
adalah PT. International Nickel Indonesia, Tbk (PT INCO). Perusahaan
multinasional yang diakuisisi sahamnya sejak tahun 2007 oleh Companhia Vale
do Rio Doce (CVRD) yang kini bernama Vale, dan berubah menjadi Vale Inco,
ltd; telah beroperasi sejak tahun 1968, terutama di wilayah Sorowako. Nikel
laterit PT INCO diperoleh dengan mengambil mineral dari endapan nikel
laterit yang mengandung unsur nikel dalam jumlah besar, antara lain
limonite dan saprolite, kemudian diolah secara pyrometallurgical atau
hydrometallurgical dan dihasilkan nikel dalam bentuk matte.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran potensi, tingkat
akurasi pencitraan dan ASTER di areal eksplorasi tambang PT INCO blok
Sorowako. Hasil penelitian dapat menyediakan informasi sebaran potensi
nikel laterit secara spasial dengan metode yang lebih cepat dan efisien,
mempermudah dalam pemetaan awal (reconnaissance mapping) geologi dan
mineral pada daerah yang luas, serta sebagai decision maker support system
bagi kepentingan PT INCO dalam melakukan eksplorasi tambang nikel laterit.

II. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sebaran
potensi deposit nikel laterit di areal eksplorasi tambang PT INCO
berdasarkan interpretasi citra satelit dan kaitannya dengan variabel fisik
batuan induk, struktur geologi, dan lereng. Sehingga hasil penelitian
diharapkan dapat menyediakan informasi sebaran potensi nikel laterit secara
spasial dengan metode yang lebih cepat dan efisien, mempermudah dalam
pemetaan awal geologi (reconnaissance mapping) dan mineral pada daerah yang
luas, serta sebagai decision maker support system bagi kepentingan PT INCO
dalam melakukan eksplorasi tambang nikel laterit.

III. Kondisi Geologi


Beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai proses tektonik dan geologi
di daerah sulawesi, antara lain adalah Sukamto (1975) yang membagi pulau
Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari 3 Mandala Geologi yaitu :
1) Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api
paleogen, intrusi neogen dan sedimen mesozoikum.
2) Mandala Geologi Sulawesi Timur, dicirikan oleh batuan ofiolit yang
berupa batuan ultramafik peridotite, harzburgit, dunit, piroksenit dan
serpentinit yang diperkirakan berumur kapur.
3) Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan
metamorf permo-karbon, batuan plutonik yang bersifat granitis berumur trias
dan batuan sedimen mesozoikum.

Menurut Hamilton (1979) dan Simanjuntak (1991), Mandala Geologi banggai


Sula merupakan mikro kontinen yang merupakan pecahan dari lempeng New
Guinea yang bergerak kearah barat sepanjang sesar sorong.( Gambar 1 )

Gambar 3.1 Garis Besar Kondisi Lithologi dan Struktur Geologi Pulau
Sulawesi (Ahmad, 2006)
Geologi daerah Sorowako dan sekitarnya sudah dideskripsikan sebelumnya
secara umum oleh Brouwer, 1934; Van Bemmelen, 1949; Soeria Atmadja et al.,
1974; dan Ahmad, 1977 dalam Mustaring, 2006. Namun yang secara spesifik
membahas tentang geologi deposit nikel laterit adalah Golightly pada tahun
1979, dimana ia membagi geologi daerah Sorowako menjadi tiga bagian,
yaitu :
1) Satuan batuan sedimen yang berumur kapur, terdiri dari batu gamping laut
dalam dan rijang. Terdapat dibagian barat Sorowako dan dibatasi oleh sesar
naik dengan kemiringan kearah barat.
2) Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier, umumnya terdiri dari
jenis peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat yang
bervariasi dan umumnya terdapat dibagian timur. Pada satuan ini juga
terdapat intrusi-intrusi pegmatit yang bersifat gabroik dan terdapat
dibagian utara.
3) Satuan alluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur kuarter,
umumnya terdapat dibagian utara dekat desa Sorowako.

Batuan induk dari endapan nikel laterit adalah batuan ultrabasa dengan
kandungan mineral ferromagnesian (olivine, piroksin, dan amphibole) dalam
jumlah besar yang berasosiasi dengan struktur geologi yang terbentuk pada
masa Precambrian hingga Tersier (Ahmad, 2006). Batuan ultrabasa wilayah
Sorowako tersusun dari batuan peridotite yang dapat dibagi menjadi empat
satuan batuan, yang merupakan batuan induk pembawa nikel dengan kadar
sekitar 2 %. Batuan-batuan sejenis peridotite antara lain :
1) Dunite, yang mengandung olivine lebih dari 90% dan piroksen sekitar 5%.
2) High Serpentinized, yang mengandung olivine 85% dan piroksen 15%.
3) Low Serpentinized, yang mengandung olivine 65% dan piroksen 35%.

Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya di
daerah Sorowako termasuk ke dalam jenis nikel laterite dan bijih nikel
silikat (garnierit). Bijih nikel tersebut terbentuk akibat pelapukan dan
pelindihan (leaching) batuan ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit
dari rombakan batuan ultrabasa. Namun berdasarkan ciri fisik dan
kimiawinya, endapan nikel laterit di Sorowako dapat dibagi menjadi dua,
yaitu Blok Barat (West Block) dan Blok Timur (East Block) yang berbeda satu
sama lainnya (gambar 2).
Perbedaan topografi sangat menyolok, pada umumnya di East Block memiliki
topografi yang landai sedikit berbukit sedangkan di West Block pada umumnya
topografi terjal membentuk pegunungan. West Block meliputi 36 bukit dengan
luas sekitar 46,5 km persegi, secara umum merupakan batuan peridortite yang
tidak terserpentinisasi dengan bentuk morfologi yang relatif lebih terjal
dibandingkan East Block (karena pengaruh struktur yang kuat), banyak
dijumpai bongkah – bongkah segar peridotit (Boulder) sisa proses pelapukan
sehingga recovery menjadi kecil. Umumnya boulder dilapisi oleh zona
pelapukan tipis dibagian luarnya. Daerah West banyak mengandung urat-urat
kuarsa yang sulit dikontrol pola penyebarannya. Sedangkan East Block
meliputi 44 bukit menempati area seluas 36,3 km persegi. Topografi pada
daerah ini relatif lebih landai dari pada daerah West Block. Batuan dasar
dari tipe ini umumnya adalah serpentine peridotite, lherzolite, dengan
derajat serpentin yang bervariasi.

Estimasi dan pemodelan cadangan merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam tahap evaluasi penambangan, karena keputusan teknis yang berhubungan
dengan kegiatan penambangan sangat bergantung pada jumlah cadangan. Metode
estimasi cadangan yang berkembang saat ini cukup banyak, namun salah satu
metode estimasi yang terbaik yang berhubungan dengan pemodelan dan
perhitungan cadangan adalah metode geostatistik berupa kriging. Metode
kriging tersebut diterapkan dalam penelitian ini untuk melakukan estimasi
dan pemodelan cadangan nikel laterit daerah Pulau Gee, Halmahera timur,
Propinsi Maluku Utara.
Metode kriging yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ordinary
kriging blok 3 (tiga) dimensi karena mempertimbangkan penggunaan data dalam
aspek ruang tiga dimensi. Pemodelan dan perhitungan cadangan dilakukan
berdasarkan konsep model blok, dimana cadangan dibagi menjadi unit-unit
blok untuk memperoleh variabel taksiran cadangan secara detail. Adapun
variabel taksiran yang digunakan dalam melakukan estimasi
cadangan nikel laterit ini yaitu data kadar nikel (Ni) dan besi (Fe).
Dimensi unit-unit blok cadangan yang digunakan adalah 25 25 1 meter yang
disesuaikan dengan daerah pengaruh lubang bor dan spasi assay per meter
kedalaman yang dilakukan terhadap conto bor.
Berdasarkan analisis variogram, dapat diketahui karakterisik spasial antar
data. Dimana, data pada arah horizontal memiliki daerah pengaruh (range)
sebesar 35-43 meter dan pada arah vertikal memiliki daerah pengaruh sebesar
10-15 meter. Pada beberapa lokasi yaitu Blok Utara dan Blok Selatan A,
variogram memiliki nugget effect yang cukup tinggi yang menunjukkan adanya
data yang bersifat erratic.

Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit.


Menurut Vinogradov batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel
sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal
mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan
Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan
karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan di antara unsur-
unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit
akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi
batuan serpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses
kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja
kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari
udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak
stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe,
Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika
yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai
ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit,
limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu
ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup
netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan
untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai
silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut
akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan
urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan
membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning
kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai
bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan
sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-
rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas
petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan
akar pelapukan (root of weathering).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:
a. Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk
terbentuknya endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan
ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut: - terdapat
elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya - mempunyai mineral-
mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan
piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan
lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.
b. Iklim. Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana
terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan
terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur
yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan
terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau
reaksi kimia pada batuan.
c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-reagen
kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat
proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting
didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi
batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya
dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan: •
penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar
pohon-pohonan • akumulasi air hujan akan lebih banyak • humus akan lebih
tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada
lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan
kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga
hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
d. Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa
ini adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur
patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan
permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka
dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air
dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.
e. Topografi. Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi
air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan
bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan
penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan.
Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai
kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti
bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang
meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.
f. Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup
intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.
Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai
berikut :
1. Iron Capping : Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang
laterit. Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-
sisa organik lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat
gembur. Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam
penambangan. Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m.
berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron
capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah.
Terkadang terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.
2. Limonite Layer : Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku
ultrabasa. Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan
magnetit. Ketebalan lapisan ini rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat
dijumpai adanya akar tumbuhan, meskipun dalam persentase yang sangat kecil.
Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak
dominan atau hampir tidak ada, umumnya mineral-mineral di batuan beku basa-
ultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasil dari pelapukan yang
belum tuntas. fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi
dari limonit soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah
yang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona
ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang
terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.
3. Silika Boxwork : putih - orange chert, quartz, mengisi sepanjang
fractured dan sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen
peridotite, sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal.
Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-
pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika.
Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang serpentinized.
4. Saprolite : Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya
berupa oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur
batuan asal yang masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m.
Kemunculan bongkah-bongkah sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan
asal dijumpai magnesit, serpentin, krisopras dan garnierit. Bongkah batuan
asal yang muncul pada umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta
Ni dan Fe yang rendah. campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus
limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous
quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan
dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat
mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang
terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi
sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin.
Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.
5. Bedrock : bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah
yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara
umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati
atau sama dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan asal dari
nikel laterit yang umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit
dan dunit yang pada rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%,
garnierit minor dan silika > 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat
sebanding dengan intensitas serpentinisasi.Zona ini terfrakturisasi kuat,
kadang membuka, terisi oleh mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini
diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni,
akan tetapi posisinya tersembunyi.

Nikel laterite merupakan sumber bahan tambang yang sangat penting,


menyumbang terhadap 40% dari produksi nikel dunia. Endapan nikel laterite
terbentuk dari hasil pelapukan yang dalam dari batuan induk dari jenis
ultrabasa. Umumnya terbentuk pada iklim tropis sampai sub-tropis. Saat ini
kebanyakan nikel laterite memang terbentuk di daerah ekuator. Negara
penghasil nikel laterite di dunia diantaranya New Caledonia, Kuba,
Philippines, Indonesia, Columbia dan Australia.
yang kaya akan Nikel; Garnierite ( max. Ni 40%). Ni terlarut (leached) dari
fase limonite (Fe Oxyhydroxide) dan terendapkan bersama mineral silicate
hydrous atau mensubtitusi unsure Mg pada serpentinite yang teralterasi
(Pelletier,1996). Jadi, meskipun nikel laterite adalah produk pelapukan,
tapi dapat dikatakan juga bahwa proses enrichment supergene sangat penting
dalam pembentukan formasi dan nilai ekonomis dari endapan hydrous silicate
ini. Type ini dapat ditemui dibeberapa tempat seperti di New Caledonia,
Indonesia, Philippines.Dominika dan Columbia.
Istilah “laterite” bisa diartikan sebagai endapan yang kaya akan iron-
oxide, miskin unsure silica dan secara intensif ditemukan pada endapan
lapukan di iklim tropis (eggleton, 2001). Ada juga yang mengartikan nikel
laterite sebagai endapan lapukan yang mengandung nikel dan secara ekonomis
dapat di tambang.
Batuan induk dari endapan Nikel Laterite adalah batuan ultrabasa; umumnya
harzburgite (peridotite yang kaya akan unsur ortopiroksen), dunite dan
jenis peridotite yang lain.

Proses Kimia Pembentukan Nikel


Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg (ex;olivin).
Olivin adalah jenis mineral yang tidak stabil selama pelapukan berlangsung.
Saprolite adalah produk pelapukan pertama, meninggalkan sedikitnya 20%
fabric dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan dasar,
saprolite dan wathering front tidak jelas dan bahkan perubahannya
gradasional. Endapan nikel laterite dicirikan dengan adanya speroidal
weathering sepanjang joints dan fractures ( boulder saprolite). Selama
pelapukan berlangsung, Mg larut dan Silika larut bersama groundwater. Ini
menyebabkan fabric dari batuan induknya is totally change. Sebagai
hasilnya, Fe-Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal diatas
saprolite yang sekarang kita kenal sebagai Limonite. Benar bahwa Nikel
berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis Goethite. Rata-rata nikel
berjumlah 1.2 %.
Kondisi Mineralogy
Endapan nikel laterite terbentuk baik pada mineral jenis silicate atau
oxide. Kemiripan radius ion Ni2+ dan Mg2+ memungkinkan substitusi ion
diantara keduanya. Umumnya, mineral bijih dari jenis hidrous silicate
seperti talc, smectite, sepiolite, dan chlorite terbentuk selama proses
metamorphisme temperature rendah dan selama proses pelapukan dari batuan
induk. Umumnya, mineral – mineral tersebut mempunyai variasi ratio Mg dan
Ni. Mineral garnierite dari jenis silicate mempunyai ciri poor kristalin,
texture afanitik, dan berstuktur seperti serpentinite (Brindley,1978).
Genesis of Nikel Laterite
Umunya Nikel deposit terbentuk pada batuan ultrabasa dengan kandungan Fe di
olivine yang tinggi dan Nikel berkadar antara 0.2% – 0.4% wt. Secara
mineralogi nikel laterite dapat dibagi kedalam tiga kategori (Brand et
all.,1998)
1.Hydrous Silicate Deposits
Profil dari type ini dari vertical dari bawah ke atas : Ore horizon pada
lapisan saprolite (Mg-Ni silicate), grade Nikel antara 1.8% – 2.5%. Pada
zona ini berkembang box-works (apa tuh..), veining, relic structure,
fracture dan grain boundaries dan dapat terbentuk mineral
1.Clay Silicate Deposits
Pada jenis endapan ini, Si hanya sebagian terlarut oleh melalui
groundwater. Si yang tersisa akan bergabung dengan Fe,Ni,dan Al untuk
membentuk mineral lempung (clay minerals) seperti Ni-rich Notronite pada
bagian tengah profil saprolite (see profile). Ni-rich serpentine juga dapat
di replace oleh smectite atau kuarsa jika profile deposit ini tetap kontak
dalam waktu lama dengan groundwater. Ni grade pada endapan ini lebih rendah
dari Hydrosilicate deposit (1.2%;Brand et all,1998).
1.Oxide Deposits
Type terakhir adalah Oxide. Profile bawah menunjukkan Protolith dari jenis
harzburgitic peridotites (mostly mineral olivine,serpentine, piroksen),
sangat rentan terhadap pelapukan terutama di daerah tropis. Diatasnya
terbentuk saprolite dan mendekati permukaan terbentuk limonite dan
ferricrete (dipermukaan) ( see profile). Pada tipe deposit oxide ini, Nikel
berasosiasi dengan Goethite (FeOOH) dan Mn Oxide.
Sebagai tambahan, Nikel laterite sangat jarang atau tidak sama sekali
terbentuk pada batuan carbonate mengandung mineral talc.
Tektonik Setting
Nikel laterite berkembang di kompleks Ophiolite pada rentang waktu
Phanerozoic, terutama Cretaseous-Miosen. Ophiolite ini telah mengalami
fault dan joint sebagai efek dari tectonic uplift yang dapat memicu
intensitas pelapukan dan perubahan pada water table level. Deposit Nikel
lainnya ditemukan pada Archean Craton yang tergolong stabil berasosiasi
dengan layer mafic complexes and komatiite (Butt,1975). Semakin banyak zona
shear dan steep fault ( normal??), semakin tinggi pula tingkat enrichment
proses untuk menghasilkan grade Nikel yang tinggi. Sebaliknya, zona thrust
fault berasosiasi dengan emplacement kompleks ophiolite dan bersama dengan
greenstone membentuk zona serpentine milonite atau talc-carbonates-altered
ultramafic rocks. Komposisi seperti itu tidak memungkinkan terbentuknya
Nikel pada endapan residu (regolith/lapukan).
Kondisi Topografi dan Morfologi
Dua faktor tersebut sangat penting dalam endapan nikel laterit karena
kaitannya dengan posisi water table, stuktur dan drainage. Zona enrichment
nikel laterite berada di topografi bagian atas (upper hill slope,crest,
plateau, atau terrace). Kondisi water table pada zona ini dangkal,apalagi
ditambah dengan adanya zona patahan n shear or joint. In consequence, akan
mempercepat proses palarutan kimia (leaching processes) yang pada akhirnya
akan terbentuk endapan saprolite mengandung nikel yang cukup tebal. Kondisi
seperti ini dapat dijumpai di beberapa tempat sepeti Indonesia,New
Caledonia, Ural (Russia) dan Columbia. Sebaliknya, pada topografi yang
rendah, water table yang dalam akan menghambat proses pelarutan unsur –
unsur dari batuan induk (baca:enrichment proses).
Iklim
Tempat – tempat yang beriklim tropis seperti Indonesia, Columbia
memungkinkan untuk terjadinya endapan Nikel laterite. Kondisi curah hujan
yang tinggi,temperatur yang hangat ditambah dengan aktivitas biogenic akan
mempercepat proses pelapukan kimia, dimana Nikel laterite bisa mudah
terbentuk.
4. NIKEL
Sifat-sifat nikel :
• Putih mengkilat
• Sangat keras
• Tidak berkarat
• Tahan terhadap asam encer
Bijih nikel yang utam adalah nikel sulfida . Nikel-nikel yang diekspor
dalam bentuk 3 macam yaitu bijih, nikel kasar, dan ferronikel. Daerah
penambangan nikel ada di Koala, Soroako, Maluku Utara. Cara penambangan
nikel melalui berbagai cara , antara lain ;
• Penebangan pohon dan semak
• Pengupasan tanah permukaan
• Penggalian dengan sistem tangga (benching system) yaitu dimulai dari
bawah ke atas mengikuti garis kontur dengan alat gali power shovel atau
dozer shovel
Pengolahan nikel melalui beberapa tahap , yaitu :
• Pemanggangan
• Peleburan
• Elektrolisis
Penggunaan Nikel
• Untuk melapisi barang yang terbuat dari besi, tembaga, baja karena nikel
mempunyai sifat keras, tahan korosi dan mudah mengkilap jika digosok.
• Untuk membuat baja tahan karat (stailess stell)
• Untuk membuat aliase dengan tembaga dan beberapa logam lain seperti :
a. Monel (Ni, Cu, Fe)
Digunakan untuk membuat instrumen tranmisi listrik
b. Nikrom(Ni,Fe,Cr)
Digunakan sebagai kawat pemanas
c. Alniko (Al, Ni, fe, Co)
Untuk membuat magnet.
d. Palinit dan Invar yaitu paduan nikel yang mempunyai koefisien muai yang
sama dengan gelas yang digunakan sebagai kawat listrik yang ditanam dalam
kaca, misalnya pada bolam lampu pijar.
e. Serbuk nikel digunakan sebagai katalisator, misalnya pada hidrogenansi
(pemadatan) minyak kelapa, juga pada cracking minyak bumi.
Genesa Endapan Nikel Akibat Replacement
Unsure logam Ni dan Co sebagai penyusun utama magma basa hadir dalam
Kristal olivine dan enstatite karena adanya kesamaan jari-jari ion (Ni=
0,78 A dan Co = 0,82 A) dengan jari-jari mg dan Fe sehingga Ni dan Co dapat
bertukar (proses replacement) dengan Mgf dan Fe pada jaringan mineral asli.
Ni dan Co menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam batuan peridotit,
dimana dalam keadaan segar mengandung Ni sebesar 0,1% sampai 0,3 %
( Prijono, 1977)

Genesa Endapan Nikel Laterit


Tubuh endapan nikel laterit terbentuk setelah tubuh batuan beku tersingkap
di permukaan dan mengalami pelapukan secara terus – menerus yang
mengakibatkan batuan menjadi
Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan
ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel
tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin,
sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya
substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan
muatan ion yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses
serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan
hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau
batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara,
air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan
disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari
udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak
stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe,
Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika
yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai
ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit,
limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu
ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup
netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan
untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai
silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut
akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan
urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan
membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning
kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai
bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan
sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-
rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas
petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan
akar pelapukan (root of weathering).

EKSPLORASI ENDAPAN NIKEL LATERIT

Pendahuluan
Secara umum endapan nikel laterit dibedakan menjadi beberapa bagian
lapisan (Elias, et al., 1981) yaitu :
a. Tanah penutup (Overburden).
Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit.
Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa
organik lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat
gembur. Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam
penambangan. Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m.
b. Limonit
Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa.
Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit.
Ketebalan lapisan ini rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai
adanya akar tumbuhan, meskipun dalam persentase yang sangat kecil.
Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak
dominan atau hampir tidak ada, umumnya mineral-mineral di batuan beku
basa-ultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasil dari
pelapukan yang belum tuntas.
c. Saprolit
Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida
besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal
yang masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m. Kemunculan
bongkah-bongkah sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal
dijumpai magnesit, serpentin, krisopras dan garnierit. Bongkah batuan
asal yang muncul pada umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi
serta Ni dan Fe yang rendah.
c. Batuan dasar (Bedrock).
Batuan dasar merupakan batuan asal dari nikel laterit yang umumnya
merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pada
rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan
silika > 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat sebanding dengan
intensitas serpentinisasi.

KE KANDUNGAN UNSUR
WARNA
ZONA DALAM (% berat total)
PROFIL
AN (m) Ni Co Fe MgO SiO2
Tanah 0.3-6 <0.8 <0.1 >50 <0.5 <7
Penutu
p
Limoni 8-15 0.8- 0.1- 40-50 0.5- 7-10
t 1.5 0.2 5
Saprol 5-18 1.5- 0.02- 10-25 15- 33-
it 3 0.1 35 35
Batuan 0.3 0.01 5 35- >35
Dasar 45

Profil lapisan endapan nikel laterit (Elias M., et. al., 1981)
Exercise :
Dari peta dasar yang telah tersedia pada Lapangan “SDW”, terdapat
lokasi/titik-titik pengeboran dangkal. Analisa kimia terhadap sampel batuan
hasil pengeboran dilakukan untuk mengetahui persentase dari unsur Ni, Co,
Fe, MgO, SiO2, dan CaO. Berdasarkan data-data yang tersedia, maka tugas
anda adalah:
Berdasarkan data pengeboran:
Tentukanlah zona/profil lapisan endapan nikel laterit! (Gunakan klasifikasi
Elias, et. al., (1981)).
Buatlah korelasi zona/profil lapisan endapan nikel laterit berdasarkan
pekerjaan 1 yang telah anda kerjakan sebelumnya, yang melewati:
Section 1: GBR1 - PX3 – PX2 – HGT11 – HGT5 – SPT1 – SPT4 – DNT4
Section 2: HGT3 – HGT4 – HGT9 – HGT10 – HGT11 – HGT6 – HGT7
Section 3: DNT1 – DNT3 – DNT2 – DBS1
PETUNJUK:
• Untuk membuat penampang gunakan data elevasi masing-masing
sumur, jarak antar sumur dan kedalaman harus refresentatif!!!)
• Dalam melakukan korelasi perhatikan topografi!!! Karena endapan
ini berhubungan dengan proses pelapukan.
Berdasarkan data kandungan Ni, Co, Fe, MgO, SiO2, dan CaO:
Buatlah grafik yang menggambarkan variasi kandungan unsur Fe, MgO, dan SiO 2
terhadap kedalaman untuk setiap sumur. Berikan analisa anda mengenai
kondisi endapan nikel laterit di daerah ”SDW”!! Dan tentukan tipe dari
endapan nikel laterit tersebut (laterit lempungan, laterit silikaan,
atau laterit oksida???).
Buatlah grafik yang menggambarkan variasi kandungan Ni dan Co terhadap
kedalaman. Bagaimanakah hubungan antara kandungan Ni dan Co untuk setiap
batuan yang berbeda dan masing-masing profil endapan nikel laterit?
(Catatan: kode sumur menunjukkan komposisi batuan, GBR: Gabro – PX:
Piroksenit – HGT: Harzburgit – SPT: Serpentinit – DNT: Dunit – DBS:
Diabas).
Jika akan dilakukan penambangan, daerah dengan batuan dan pada zona apa
yang akan anda usulkan untuk penambangan Ni dan Co? (dengan anggapan cut
off grade untuk Ni 1.5% dan Co 0.1%)
(Data pengeboran menggunakan interval kedalaman, untuk pengeplotan
kandungan unsur gunakan nilai bottom dari masing-masing interval kedalaman
tersebut!!!)

Genesa endapan bijih tembaga secara garis besar dapat dibagi 2 (dua)
kelompok, yaitu genesa primer dan genesa sekunder.

1.Genesa Primer
Logam tembaga, proses genesanya berada dalam lingkungan magmatik, yaitu
suatu proses yang berhubungan langsung dengan intrusi magma. Bila magma
mengkristal maka terbentuklah batuan beku atau produk-produk lain. Produk
lain itu dapat berupa mineral-mineral yang merupakan hasil suatu
konsentrasi dari sejumlah elemen-elemen minor yang terdapat dalam cairan
sisa.
Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke permukaan bumi melalui rekahan-
rekahan (bagian lemah dari batuan) membentuk terowongan (intrusi). Ketika
mendekati permukaan bumii, tekanan magma berkurang yang menyebabkan bahan
volatile terlepas dan temperatur yang turun menyebabkan bahan non volatile
akan terinjeksi ke permukaan lemah dari batuan samping (country rock)
sehingga akan terbentuk pegmatite dan hidrotermal.
Endapan pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan plutonik tapi
umumnya granit yang kaya akan unsur alkali, aluminium, kuarsa dan beberapa
muskovit dan biotit.
Endapan hidrotermalmerupakan endapan yang terbentuk dari proses pembentukan
endapan pegmatite lebih lanjut, dimana larutan bertambah dingin dan encer.
Cirri khas endapan hidrotermal adalah urat yang mengandung sulfida yang
terbentuk karena adanya pengisian rekahan (fracture) atau celah pada batuan
semula.
Endapan bijih tembaga porfiri merupakan suatu endapan bijih tembaga yang
mempunyai kadar rendah, tersebar relatif merata dengan jumlah cadangan yang
besar. Endapan bahan galian ini erat hubungannya dengan intrusi
batuan Complex Subvolcanic Calcaline yang bertekstur porfitik. Pada umumnya
berkomposisi granodioritik, sebagian terdeferensiasi ke batuan granitik dan
monzonit. Bijih tersebar dalam bentuk urat-urat sangat halus yang
membentuk meshed network sehingga derajat mineralisasinya merupakan fungsi
dari derajat retakan yang terdapat pada batuan induknya (hosted rock).
Mineralisasi bijih sulfidanya menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan
pola ubahan hidrotermal.
Zona pengayaan pada endapan tembaga porfiri:
• Zona pelindian.
• Zona oksidasi.
• Zona pengayaan sekunder.
• Zona primer.
Reaksi yang terjadi pada proses pengayaan tersebut adalah :

5FeS2 + 14Cu2+ + 14SO42- + 12H2O 7Cu2S + 5Fe2+ + 2H+ + 17SO42-

Sifat susunan mineral bijih endapan tembaga porfiri adalah:


-Mineral utama terdiri : pirit, kalkopirit dan bornit.
-Mineral ikutan terdiri : magnetit, hematite, ilmenit, rutil, enrgit,
kubanit, kasiterit, kuebnit dan emas.
-Mineral sekunder terdiri : hematite, kovelit, kalkosit, digenit dan
tembaga natif.
Akibat dari pembentukannya yang bersal dari intrusi hidrotermal maka
mineralisasi bijih tembaga porfiri berasosiasi dengan batuan metamorf
kontak seperti kuarsit, marmer dan skarn.
2.Genesa Sekunder
Dalam pembahasan mineral yang mengalami proses sekunder terutama akan
ditinjau proses ubahan (alteration) yang terjadi pada mineral-mineral urat
(vein). Mineral sulfida yang terdapat di alam mudah sekali mengalami
perubahan. Mineral yang mengalami oksidasi dan berubah menjadi mineral
sulfida kebanyakan mempunyai sifat larut dalam air. Akhirnya didapatkan
suatu massa yang berongga terdiri dari kuarsa berkarat yang disebut Gossan
(penudung besi). Sedangkan material logam yang terlarut akan mengendap
kembali pada kedalaman yang lebih besar dan menimbulkan zona pengayaan
sekunder.
Pada zona diantara permukaan tanah dan muka air tanah berlangsung sirkulasi
udara dan air yang aktif, akibatnya sulfida-sulfida akan teroksidasi
menjadi sulfat-sulfat dan logam-logam dibawa serta dalam bentuk larutan,
kecuali unsur besi. Larutan mengandung logam tidak berpindah jauh sebelum
proses pengendapan berlangsung. Karbon dioksit akan mengendapkan unsur Cu
sebagai malakit dan azurit. Disamping itu akan terbentuk mineral lain
seperti kuprit, gunative, hemimorfit dan angelesit. Sehingga terkonsentrasi
kandungan logam dan kandungan kaya bijih.
Apabila larutan mengandung logam terus bergerak ke bawah sampai zona air
tanah maka akan terjadi suatu proses perubahan dari proses oksidasi menjadi
proses reduksi, karena bahan air tanah pada umumnya kekurangan oksigen.
Dengan demikian terbentuklah suatu zona pengayaan sekunder yang dikontrol
oleh afinitas bermacam logam sulfida.
Logam tembaga mempunyai afinitas yang kuat terhadap belerang, dimana
larutan mengandung tembaga (Cu) akan membentuk seperti pirit dan kalkopirit
yang kemudian menghasilkan sulfida-sulfida sekunder yang sangat kaya dengan
kandungan mineral kovelit dan kalkosit. Dengan cara seperti ini terbentuk
zona pengayaan sekunder yang mengandung konsentrasi tembaga berkadar tinggi
bila dibanding bijih primer.
Sumber : Diktat Kuliah - Mineralogi Endapan Bijih Tembaga (Cu)

Bijih adalah sejenis batu yang mengandung mineral penting, baik


itu logam maupun bukan logam. Bijih diekstraksi melalui penambangan,
kemudian hasilnya dimurnikan lagi untuk mendapatkan unsur-unsur yang
bernilai ekonomis.

Kandungan atau kadar mineral, atau logam, juga bentuk keujudannya, secara
langsung akan memengaruhi ongkos pertambangan bijih. Ongkos ekstraksi harus
diberi pembobotan untuk dibandingkan dengan nilai ekonomis logam yang
terkandung untuk menentukan bijih yang mana yang lebih menguntungkan dan
bijih yang mana yang kurang atau tidak menguntungkan. Bijih logam secara
umum merupakan persenyawaan oksida, sulfida, silikat, atau logam "murni"
(misalnya tembaga murni yang biasanya tidak terkumpul di dalam kerak Bumi
atau logam "mulia" (biasanya tidak berbentuk persenyawaan) seperti emas.
Bijih harus diolah untuk mengekstraksi logam-logam dari "batuan sampah" dan
dari mineral bijih. Tubuh bijih dibentuk oleh berbagai macam
proses geologis. Di dalam bahasa Inggris, proses "pembentukan bijih"
disebut sebagai ore genesis.

Pembentukan

Proses terbentuknya bijih sangatlah kompleks. Sering lebih dari satu proses
bekerja bersama-sama. Meskipun dari satu jenis bijih, apabila terbentuk
oleh proses yang berbeda-beda, maka akan menghasilkan tipe endapan yang
berbeda-beda pula.

Proses pembentukan

Konsentrasi magmatik > deposit magmatik

1.Sublimasi > sublimat


2.Kontak metasomatisme > deposit kontak metasomatik
3.Konsentrasi hidrotermal > pengisian celah-celah terbuka (pertukaran
ion pada batuan)
4.Sedimentasi lapisan sedimenter (evaporit)
5.Pelapukan Konsentrasi residual
6.Metamorfisme > deposit metamorfik
7.Hidrologi > air tanah

Contoh proses pengendapan bijih besi

1.Diferensiasi magmatik
2.Larutan hidrotermal
3.Proses sedimentasi
4.Proses pelapukan

Kategorisasi endapan bijih besi

1.Mutu
2.Besar cadangan
3.Jenis mineral ikutan
Manfaat pengenalan proses pembentukan

1.Membantu dalam proses pencarian


2.Membantu dalam proses penemuan
3.Membantu dalam proses pengembangan bahan galian

Cadangan bijih

Cadangan bijih" atau "cebakan bijih" adalah timbunan bijih pada satu
kawasan yang ditentukan batas-batasnya. Ini berbeda dengan sumber daya
mineral yang didefinisikan menurut kriteria penggolongan sumber daya
mineral. Cadangan bijih adalah kenampakan satu jenis bijih tertentu.
Sebagian besar cadangan bijih dinamai menurut lokasinya (misalnya,
Witswatersrand, Afrika Selatan), atau menurut penemunya (misalnya cadangan
nikel kambalda dinamakan menurut pengebor perintisnya), atau menurut
lelucon, tokoh sejarah, tokoh terkemuka, mitologi (phoenix, kraken,
serepentleopard, dll) atau nama sandi perusahaan sumber daya yang
mendirikannya (misalnya MKD-5 adalah nama singkatan untuk perusahaan
tambang nikel Mount Keith).

Mineral bijih penting

• Argenit :Ag2S untuk menghasilkan perak

• Barit: BaSO4

• Bauksit Al2O3 untuk menghasilkan aluminium

• Beril: Be3Al2(SiO3)6

• Bornit: Cu5FeS4

• Kasiterit: SnO2

• Kalkosit: Cu2S untuk menghasilkan tembaga

• Kalkopirit: CuFeS2

• Kromit: (Fe, Mg)Cr2O4 untuk menghasilkan kromium

• Sinabar: HgS untuk menghasilkan Raksa


• Kobaltit: (Co, Fe)AsS
• Kolumbit-Tantalit atau Koltan: (Fe, Mn)(Nb, Ta)2O6

• Galena: PbS
• Emas: Au, biasanya berserikat dengan kuarsa atau sebagai cadangan
utama
• Hematit: Fe2O3

• Ilmenit: FeTiO3

• Magnetit: Fe3O4

• Molibdenit: MoS2

• Pentlandit:(Fe, Ni)9S8

• Pirolusit:MnO2

• Skeelit: CaWO4

• Sfalerit: ZnS
• Uraninit: UO2 untuk menghasilkan uranium

• Wolframit: (Fe, Mn)WO4

BAHAN GALIAN LOGAM


Bahan galian logam (bijih) atau ore dapat merupakan senyawa
Misal: Calaverite AuTe2
Sylvanite (Ag.Au)Te2
Atau dalam bentuk unsur logam tunggal
Misal: Native gold (Au)

Ore adalah batuan dan mineral, tidak hanya metal atau mineral yang mengan-
dung metal, tetapi beberapa non-metalik seperti sulfur dan flourite juga
termasuk disebut ore.
Yang tidak termasuk ore: batuan, pasir untuk bangunan, lempung, garam. Ini
adalah batuan dan mineral industri atau mineral-mineral ekonomis. Sehingga
kita dengan mudah dapat memisahkan yang mana material industri atau mineral
bijih.

Teori modern mengenai ore diformulasikan oleh:


1. Georg Bauer atau Georgius Agricola pada abad 16, mengamati dan
mengobser-vasi ore deposit. Beliau juga disebut sebagai BAPAK EKONOMI
GEOLOGI. Buku yang diterbitkan berjudul: De re Metallica (tahun 1556)
2. Nicolaus Steno pada pertengahan abad 18: memberikan pandangan mengenai
tanggung jawab dan kontribusi seorang ahli geologi yang berhubungan
dengan geologi umum harus dihubungkan dengan mineral bijih; di mana
sebagai produksi/ kondensasi dari uap/gas yang naik melalui rekahan-
rekahan (fisures).
3. Henkel (tahun 1725 dan 1727) dan Zimmerman (tahun 1746) memberi masukan
tentang pentingnya hydrothermal solution atau uap yang berasal dari
bagian paling dalam (deep seated origin) yang menghasilkan endapan bijih
karena proses metasomatisme (replacement).
4. Von Oppel (tahun 1749) membuat perbedaan antara urat kuarsa (vein) dan
lapisan endapan (bedded deposits), yaitu cross cutting features adalah
sekunder dan open fissure adalah origin (primer), dan kemudian
menyesuaikan diri dengan lapisan interbedded sedimen.
5. Delius (tahun 1770 dan 1773) mempelajari tentang alterasi batuan/bijih
oleh agen atmosfer, beliau juga mengamati perkembangan mineral sekunder
pada zone alterasi sebagai zone supergen.
6. Charpenter seorang profesor dari Jerman (tahun 1778 dan 1779) yakin
bahwa urat kuarsa (vein) terbentuk oleh alterasi dari batuan induk
(country rock) dan memotong batuan-batuan dinding yang di antaranya
terjadi silifikasi.
7. Gerhard (tahun 1781) menulis bahwa urat kuarsa (vein) membuka dan terisi
oleh sisa cairan magma atau mineral-mineral yang terbawa (mineral
leached) atau open fissure fillid dari dalam bumi.

Teori lateral secretion (batuan ore deposits berasal dari mineral cucian
(mineral leached) dari wall rock oleh air (meteoric origin) dari
Charpenter dan Gerhard ini bertahan + 100 tahun (tahun 1882)

8. James Huton, a Scot dan Abraham Gottlob Wenner dari Jerman, mempredik-
sikan pengaruh yang luas tentang ore deposits. Huton seorang plutonist
(tahun 1888 dan 1895) terkenal dengan teorinya: yaitu magma yang
berhubungan dengan endapan mineral logam, berasal dari perputaran cairan
sisa magma.
9. Joseph Bruneur (1801), Scipione Breaslak (1811) ahli geologi Italia
menyebutkan bahwa proses segregasi magma dapat menjelaskan bagaimana
mineral hadir terkonsentrasi dalam lapisan batuan beku.
10. Spurr (1923) memodifikasi bahwa magma bijih (ore magma) diterima
sebagai pembawa/mengandung bodi bijih (ore bodies).
11. Werner seorang Neptunist menerangkan bahwa basalt, sandstone,
limestone, ore deposit terbentuk sebagai sedimen awal dalam lautan.
Dalam bukunya yang berjudul: New teory of the formation of veins.
Diterangkan bahwa vein berasal dari dasar laut. Bermula dari
terbentuknya sebagai rekahan/crack yang disebabkan oleh slumping atau
gempa bumi, kemudian crack terisi oleh proses resapan kimia.

Hutton dan Werner yang terkenal dengan plutonist dan neptunist selama
bertahun-tahun mengadakan observasi dan menghasilkan bahwa lava bukan
suatu formasi sedimen, karena mereka melihat bahwa terdapat mineral-
mineral (termasuk mineral bijih) larut dan tertranspot serta terendapkan
dari media air/cairan. Sehingga dapat diketahui bahwa magmatisme dan
singenetis tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.

Sebagai contoh:
nikel selalu berasosiasi dengan norites (batuan beku basa) dan
peridotit.
Kehadiran monsonit dan atau quartz monzonite stock) akan ditemukan
dissemi-nated copper.
Timah akan ditemukan berasosiasi dengan siliceous plutonic rock (granit)
Hal ini merupakan bukti dari hubungan bijih dengan aktivitas volkanik
yaitu adanya fumarol atau mataair panas/hot spring.
12. Pada abad 19 banyak ilmuan terkenal yang menyumbangkan teori tentang
trans-portasi bijih dan pengendapannya. Di antaranya: Von Cotta,
Sandberger dan Stelzner dari Jerman, Danbree dan Launay dari Perancis,
Poepny dari Bohemia, Phillips dari Inggris, Vogt dari Norwegia dan
Emmons dari amerika Serikat.

Secara umum banyak ilmu pengetahuan yang dikemukakan, tetapi para ahli
geologi masih belum mengetahui secara jelas, bahwa tidak ada teori
single yang dapat menjelaskan genesis endapan bijih secara keseluruhan.
13. Pada abad 20, klasifikasi endapan bijih sangat meningkat dengan pesat,
dan Lindgren (tahun 1907, 1913 dan 1922) mempopulerkan Genetic
Classification atau klasifikasi deposit dari produk mekanika atau
konsentrasi kimia dan klasifikasi urat-urat hidrotermal (hydrothermal
vein). Dalam group Lindgren termasuk pirometa-somatik (batuan beku
metamorpik) dan deposit hidrotermal.

Berdasarkan atas proses cara terbentuknya bahan galian logam/mineral


bijih/ore dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Bijih primer = bijih hipogen
Bijih yang diendapkan pada saat terjadinya proses metalisasi
2. Bijih sekunder = supergen
Bijih yang diendapkan sebagai akibat alterasi dari bijih primer, oleh
proses pelapuk-an dari air permukaan yang meresap ke dalam tanah.

Proses pembentukan bahan galian:


Proses terbentuknya bahan galian adalah sangat komplek. Sering lebih dari
satu proses bekerja bersama-sama.
Meskipun dari satu jenis bahan galian logam, apabila terbentuk oleh proses
yang berbeda-beda, maka akan menghasilkan tipe endapan yang berbeda pula.

Contoh endapan bijih besi dapat dihasilkan oleh:


1. Diferensiasi magmatik
2. Larutan hidrotermal
3. Proses sedimentasi
4. Proses pelapukan

Tiap-tiap proses akan menghasilkan endapan bijih besi yang berbeda dalam:
1. Mutu
2. Besar cadangan
3. Jenis mineral ikutan

Mengenal proses yang membentuk endapan bahan galian akan sangat membantu di
dalam:
1. pencarian
2. Penemuan
3. Pengembangan bahan galian

DaFINISI DAN KONSEP DASAR

Dasar dasar Geokimia :


Ada banyak definisi tentang geokimia, tetapi definisi yang dilakukan oleh
Goldschmidt menekankan pada dua aspek yaitu:
1. Distribusi unsur dalam bumi (deskripsi)
2. Prinsip-prinsip yang mengatur distribusi tersebut di atas (interpretasi)

Pada dasarnya definisi ini menyatakan bahwa geokimia mempelajari jumlah dan
distribusi unsur kimia dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan
atmosfer. Tidak terbatas pada penyelidikan unsur kimia sebagai unit
terkecil dari material, juga kelimpahan dan distribusi isotop-isotop dan
kelimpahan serta distribusi inti atom.

Eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada pengukuran kelimpahan,


distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau unsur-unsur yang berhubungan
erat dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan bijih. Dalam pengertian
yang lebih sempit eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara sistematis
satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai aktif,
vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan anomali geokimia, yaitu
konsentrasi abnormal dari unsur tertentu yang kontras terhadap
lingkungannya (background geokimia).

A.1 Prinsip Dasar Prospeksi/Eksplorasi Geokimia


Prospeksi/eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari dua metode :
1. Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis diterapkan pada mineral
yang relatif stabil pada kondisi permukaan bumi (seperti: emas, platina,
kasiterit, kromit, mineral tanah jarang). Cocok digunakan di daerah yang
kondisi iklimnya membatasi pelapukan kimiawi.
2. Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi kimiawi. Pola ini
dapat diperoleh baik pada endapan bijih yang tererosi ataupun yang tidak
tererosi, baik yang lapuk ataupun yang tidak lapuk. Pola ini kurang
terlihat seperti pada pola dispersi mekanis, karena unsur-unsurnya yang
membentuk pola dispersi bisa :
a. Memiliki mineralogi yang berbeda pada endapan bijihnya (contohnya:
serussit dan anglesit terbentuk akibat pelapukan endapan galena)
b. Dapat terdispersi dalam larutan (ion Cu2+ dalam airtanah berasal dari
endapan kalkopirit)
c. Bisa tersembunyi dalam mineral lain (contohnya Ni dalam serpentin dan
empung yang berdekatan dengan sutu endapan pentlandit)
d. Bisa teradsorbsi (contohnya Cu teradsosbsi pada lempung
atau material organik pada aliran sungai bisa dipasok oleh airtanah yang
melewati endapan kalkopirit)
e. Bisa bergabung dengan material organik (contohnya Cu dalam umbuhan atau
khewan)

A.2. Daur Geologi


Semua endapan bijih adalah produk dari daur yang sama di dalam proses-
proses geologi yang mengakibatkan terjadinya tanah, sedimen dan batuan.
Gambar merupakan ringkasan dari daur geologi dan contoh-contoh tipe bijih
yang dihasilkan pada berbagai stadia daur :

A.3. Dispersi
Dispersi geokimia adalah proses menyeluruh tentang transpor dan atau
fraksinasi unsur-unsur. Dispersi dapat terjadi secara mekanis (contohnya
pergerakan pasir di sungai) dan kimiawi (contohnya disolusi, difusi dan
pengendapan dalam larutan). Tipe dispersi ini mempengaruhi pemilihan metode
pengambilan conto, pemilihan lokasi conto, pemilihan fraksi ukuran dsb.
Contohnya dalam survey drainage pertanyaan muncul apakah conto diambil dari
air atau sedimen ; jika sedimen yang dipilih, haris diketahui apakah
pengendapan unsur yang dicari sensitif terhadap variasi pH (contohnya
adsorpsi Cu oleh lempung) atau kecepatan aliran sungai (contohnya dispersi
Sn sebagai butiran detrital dari kasiterit). Jika adsorpsi dari ion-ion
yang ikut diendapkan dicari dalam tanah atau sedimen, maka fraksi yang
halus yang diutamakan; jika unsur yang dicari hadir dalam mineral yang
resisten, maka fraksi yang kasar kemungkinan mengandung unsur yang dicari.

A.4. Lingkungan Geokimia


Lingkungan geokimia primer adalah lingkungan di bawah zona pelapukan yang
dicirikan oleh tekanan dan temperatur yang besar, sirkulasi fluida yang
terbatas, dan oksigen bebas yang rendah. Sebaliknya, lingkungan geokimia
sekunder adalah lingkungan pelapukan, erosi, dan sedimentasi, yang
dicirikan oleh temperatur rendah, tekanan rendah, sirkulasi fluida bebas,
dan melimpahnya O2, H2O dan CO2. Pola geokimia primer menjadi dasar dari
survey batuan sedangkan pola geokimia sekunder merupakan target bagi survey
tanah dan sedimen.

A.5. Mobilitas Unsur


Mobilitas unsur adalah kemudahan unsur bergerak dalam lingkungan geokimia
tertentu. Beberapa unsur dalam proses dispersi dapat terpindahkan jauh dari
asalnya, ini disebut mudah bergerak atau mobilitasnya besar, contohnya:
unsur gas mulia seperti radon. Rn dipakai sebagai petunjuk dalam prospeksi
endapan Uranium. Mobilias unsur akan berbeda dalam lingkungan yang berbeda,
contohnya : F bersifat sangat mobil dalam proses pembekuan magma
(pembentukan batuan beku), cebakan pneumatolitik dan hidrotermal, namun
akan sangat tidak mobil (stabil sekali) dalam proses metamorfose dan
pembentukan tanah. Bila F masuk ke air akan menjadi sangat mobil kembali.

Unsur yang berbeda yang ditemukan dalam suatu endapan bisa memiliki
mobilitas yang sangat berbeda, sehingga mungkin tidak memberikan anomali
yang sama secara spasial. Misalnya: Pb dan Zn sangat sering terdapat
bersama-sama (berasosiasi) di dalam endapan bijih (di dalam lingkungan
siliko-alumina), sedangkan dalam lingkungan pelapukan Zn yang jauh lebih
mobil daripada Pb akan mudah mengalami pelindian, sehingga Pb yang
tertinggal akan memberikan anomali pada zona mineralisasinya. Contoh
lainnya :

1. Emas yang tahan terhadap larutan akan tertinggal dalam gossan


2. Galena terurai perlahan dan menghasilkan serusit dan anglesit yang
relatif tidak larut. oleh karena itu Pb cenderung tahan dalam gossan
3. Mineral sulfida Cu, Zn dab Ag mudah terurai dan bermigrasi ke level yang
lebih rendah membentuk bijih oksida yang kaya atau bijih supergen

A.6. Unsur Penunjuk


Karena unsur-unsur memperlihatkan mobilitas yang berbeda (dikontrol oleh
perbedaan stabilitas dan oleh lingkungan tempat mereka bermigrasi) sering
dilakukan penggunaan unsur penunjuk dalam prospeksi suatu unsur. Unsur
penunjuk adalah suatu unsur yang jumlahnya atau pola penyebarannya dapat
dipakai sebagai petunjuk adanya mineralisasi. Alasan penggunaan unsur
penunjuk antara lain :
1. Unsur ekonomis yang diinginkan sulit dideteksi atau dianalisis
2. Unsur yang diinginkan deteksinya mahal
3. Unsur yang diinginkan tidak terdapat dalam materi yang diambil (akibat
perbedaan mobilitas)
Contohnya : Emas kelimpahannya kecil dalam bijih, oleh karena itu pola
dispersinya hanya mengadung kadar emas yang sangat rendah, kurang dari
batas minimal yang dapat dianalisis. Di lain pihak, Cu, As, atau Sb dapat
berasosiasi dengan emas dalam kelimpahan yang relatif besar.

A.7. Anomali Geokimia


Bijih mewakili akumulasi dari satu unsur atau lebih diatas kelimpahan yang
kita anggap normal. Kelimpahan dari unsur khusus di dalam batuan barren
disebut background. Penting untuk disadari bahwa tak ada unsur yang
memiliki background yang seragam, beberapa unsur memiliki variasi yang
besar bahkan dalam jenis batuan yang sama. Contohnya background nikel :
1. Dalam granitoid kira-kira 8 ppm dan relatif seragam
2. Dalam shale berkisar antara 20 - 100 ppm
3. Dalam batuan beku mafik Ni rata-rata sekitar 160 ppm dan relatif
tidak seragam
4. Dalam batuan beku ultramafik Ni rata-rata sekitar 1200 ppm dengan
variasi yang besar.

Tujuan mencari nilai background adalah untuk mendapatkan anomali


geokimia, yaitu nilai di atas background yang sangat diharapkan
berhubungan dengan endapan bijih. Karena sejumlah besar conto bisa
saja memiliki nilai di atas background, maka ada nilai ambang/nilai
batas yang digunakan untuk menentukan anomali, yang dikenal dengan
sebutan threshold, yaitu nilai rata-rata plus dua standar deviasi
dalam suatu populasi normal. Semua nilai di atas nilai threshold
didefinisikan sebagai anomali. Teknik-teknik interpretasi baru
melibatkan grafik frekuensi kumulatif, analisis rata-rata yang
bergerak, analisis regresi jamak banyak menggantikan konsep klasik
background dan threshold.
Mineral dan Bijih
Proses dan aktivitas geologi bisa menimbulkan terbentuknya batuan dan
jebakan mineral. Yang dimaksud dengan jebakan mineraladalah endapan bahan-
bahan atau material baik berupa mineral maupun kumpulan mineral (batuan)
yang mempunyai arti ekonomis (berguna dan mengguntungkan bagi kepentingan
umat manusia).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan pengusahaan jebakan dalam arti
ekonomis adalah :
1.Bentuk Jebakan
2.Besar dan volume cadangan
3.Kadar
4.Lokasi geografis
5.Biaya Pengolahannya
Dari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis mineral yang terdapat
didalam kulit bumi menunjukkan bahwa hanya beberapa unsure logam dan
mineral saja yang mempunyai prosentasi relative besar, karena pengaruh
proses dan aktivitas geologi yang berlangsung cukup lama, prosentase unsur
– unsur dan mineral-mineral tersebut dapat bertambah banyak pada bagian
tertentu karenaProses Pengayaan, bahkan pada suatu waktu dapat terbentuk
endapan mineral yang mempunyai nilai ekonomis.
Proses pengayaan ini dapat disebabkan oleh :
1.Proses Pelapukan dan transportasi
2.Proses ubahan karena pengaruh larutan sisa magma
Proses pengayaan tersebut dapat terjadi pada kondisi geologi dan
persyaratan tertentu.
Kadar minimum logam yang mempunyai arti ekonomis nilainya jauh lebih besar
daripada kadar rata-ratadalam kulit bumi. Faktor perkalian yang bisa
memperbesar kadar mineral yang kecil sehingga bisa menghasilkan kadar
minimum ekonomis yang disebut faktor pengayaan (” Enrichment Factor” atau
”Concentration Factor”).
Dari sejumlah unsur atau mineral yang terdapat didalam kulit bumi, ternyata
hanya beberapa unsur atau mineral saja yang berbentuk unsur atau elemen
tunggal (”native element”). Sebagian besar merupakan persenyawaan unsur-
unsur daaan membentuk mineral atau asosiasi mineral.
Mineral yang mengandung satu jenis logam atau beberapa asosiasi logam
disebut mineral logam(Metallic mineral). Apabila kandungan logamnya
trelatif besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain maka mineral
tersebut disebut Mineral Bijih (ore mineral). Yang disebut bijih/ore adalah
material/batuan yang terdiri dari gabungan mineral bijih dengan komponen
lain (mineral non logam) yang dapat diambil satu atau lebih logam secara
ekonomis. Apabila bijih yang diambil hanya satu jenis logam saja maka
disebut single ore. Apabila yang bisa diambil lebih dari satu jenis bijih
maka disebut complex-ore.
Mineral non logam yang dikandung oleh suatu bijih pada umumnya tidak
menguntungkan bahkan biasanya hanya mengotori saja, sehingga sering
dibuang. Kadang-kadang apabila terdapatkan dalam jumlah yang cukup banyak
bisa dimanfaatkan sebagai hasil sampingan (”by-product’), misalnya mineral
kuarsa, fluorit, garnet dan lain-lain. Mineral non logam tersebut disebut
”gangue mineral” apabila terdapat bersama-sama mineral logam didalam suatu
batuan. Apabila terdapat didalam endapan non logam yang ekonomis, disebut
sebagai ’waste mineral”.
Yang termasuk golongan endapan mineral non logam adalah material-material
berupa padat, cairan atau gas. Material-material tersebut bisa berbentuk
mineral, batuan, persenyawaan hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh
endapan ini adalah mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi,
halit dan lain-lain.
Kadar (prosentase) rata-rata minimum ekonomis suatu logam didalam bijih
disebut ”cut off grade”. Kandungan logam yang terpadat didalam suatu bijih
disebut ”tenor off ore”. Karena kemajuan teknologi, khususnya didalam cara-
cara pemisahan logam, sering menyebabkan mineral atau batuan yang pada
mulanya tidak bernilai ekonomis bisa menjadi mineral bijih atau bijih yang
ekonomis.
Jenis logam tertentu tidak selalu terdapat didalam satu macam mineral saja,
tetapi juga terdapat pada lebih dari satu macam mineral. Misalnya
logam Cu bisa terdapat pada mineral kalkosit, bornit atau krisokola.
Sebaliknya satu jenis mineral tertentu sering dapat mengandung lebih dari
satu jenis logam. Misalnya mineral Pentlandit mengandung logam nikel dan
besi. Mineral wolframit mengandung unsur-unsur logam Ti, Mn dan Fe. Keadaan
tersebut disebabkan karena logam-logam tertentu sering terdapat bersama-
sama pada jenis batuan tertentu dengan asosiasi mineral tertentu pula, hal
itu erat hubungannya dengan proses kejadian (genesa) mineral bijih.
1.2. Hubungan antara Konsep Geologi dengan proses mineralisasi
Konsep geologi adalah konsep mengenai proses-proses geologi yang
berlangsung secara menerus dan berulang sepanjang sejarah geologi. Proses-
proses tersebut sering diikuti dengan pembentukan endapan mineral. Pada
saat-saat dan tempat-tempat tertentu pembentukkan endapan mineral terutama
bijih bisa efektif dan terdapat dalam jumlah yang cukup banyak.
Konsep geologi yang mula-mula muncul adalah konsep geoloi klasik yang
dikemukakan oleh STILLE.Kemudian atas dasar penemuan bukti-bukti lapangan
dan hipotesa serta sintesa yang dilakukan para penyelidik, maka
muncullan konsep geologi modern/ Konsep Tektonik Lempeng. Konsep geologi
modern ini makin lama makin berkembang dan bertambah banyak penganutnya.

Unsur-unsur Tektonik Lempeng :

• Cekungan Laut Dalam (deep ocean) : Potensi ekonominya relative kecil


(Mn,Co,Ni,Cu). Jenis jebakan yang mungkin ada berupa sulfide Cu – Pb –
Zn, seperti di P. Cyprus
• Palung (trench) : Kecil sekali ditemukan jebakan mineral ekonomis
• Busur Palung Terpisah (Arctrench Gap) : Jebakan mungkin pada batuan
sedimen, akibat intrusi dan arus panas, kemungkinan Pb – Zn dan
endapan Placer.
• Busur Kepulauan (Island Arc) : Daerah mineralisasi paling intensif
(Cu, Mn, Au)
• Cekungan Tepian (Marginal Basin) : apabila merupakan daerah kerak
benua yang mengalami ”Oceanization”, maka asosiasinya berupa Cu, Sn –
Pb – Zn – Au
• Tepian Benua (Continental Margin) : Jebakan Timah dan Tungsten dari
granit

Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses


pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan
faktor-faktor pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls).
Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai
pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan
sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu dalam penentuan
(penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta membantu dalam
penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut
dengan endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah
melalui pelapukan atau proses-proses luar (superficial processes) disebut
dengan endapan sekunder (supergen).
A. KETERDAPATAN MINERAL BIJIH
Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan beku, sedimen, dan
metamorfik.Pengertian bijih adalah endapan bahan galian yang dapat
diekstrak (diambil) mineral berharganya secara ekonomis, dan bijih dalam
suatu endapan ini tergantung pada dua faktor utama, yaitu tingkat
terkonsentrasi (kandungan logam berharga pada endapan), letak serta ukuran
(dimensi) endapan tsb.
Untuk mencapai kadar yang ekonomis, mineral-mineral bijih atau komponen
bahan galian yang berharga terkonsentrasi secara alamiah pada kerak bumi
sampai tingkat minimum yang tertentu tergantung pada jenis bijih atau
mineralnya.
Batuan merupakan suatu bentuk alami yang disusun oleh satu atau lebih
mineral, dan kadang-kadang oleh material non-kristalin. Kebanyakan batuan
merupakan heterogen (terbentuk dari beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya
beberapa yang merupakan homogen. Deret reaksi Bowen (deret pembentukan
mineral pada batuan) telah dimodifikasi oleh Niggli, V.M. Goldshmidt, dan
H. Schneiderhohn.

Gambar Diagram urutan pengendapan mineral

Sedangkan proses pembentukan mineral berdasarkan komposisi kimiawi larutan


(konsentrasi suatu unsur/mineral), temperatur, dan tekanan pada kondisi
kristalisasi dari magma induk telah didesign oleh Niggli.
Gambar Diagram Temperatur-Konsentrasi-Tekanan (Diagram Niggli)

Jika pembentukan endapan mineral dikelompokkan menurut proses


pembentukannya, maka salah satu pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut
:

Klasifikasi Lindgren (Modifikasi)


1. Endapan yang terbentuk melalui proses konsentrasi kimia (Suhu dan
Tekanan Bervariasi)
a. Dalam magma, oleh proses differensiasi
*) Endapan magmatik (segresi magma, magmatik cair); T 700-15000C; P sangat
tinggi.
*) Endapan Pegmatit; T sedang-sangat tinggi; P sangat tinggi
b. Dalam badan batuan
*) Konsentrasi karena ada penambahan dari luar (epigenetik)

*) Asal bahan tergantung dari erupsi batuan beku


- Oleh hembusan langsung bekuan (magma)
+ Dari efusif; sublimat; fumarol, T 100-6000C; P atmosfer-sedang
+ Dari intrusif, igneous metamorphic deposits; T 500-8000C, P sangat tinggi
- Oleh penambahan air panas yang terisi bahan magma
+ Endapan hipothermal; T 300-5000C, P sangat tinggi
+ Endapan mesothermal; T 200-3000C, P sangat tinggi
+ Endapan epithermal; T 50-2000C, P sangat tinggi
+ Endapan telethermal; T rendah, P rendah
+ Endapan xenothermal; T tinggi-sedang, P sedang-atmosfer

*) Konsentrasi bahan dalam badan batuan itu sendiri :


- Konsentrasi oleh metamorfosis dinamik dan regional, T s/d 4000C; P
tinggi.
- Konsentrasi oleh air tanah dalam; T 0-1000C; P sedang
- Konsentrasi oleh lapukan batuan dan pelapukan residu dekat permukaan; T
0-1000C; P sedang-atmosfer

c. Dalam masa air permukaan


*) Oleh interaksi larutan; T 0-700C; P sedang
- Reaksi anorganik
- Reaksi organik

*) Oleh penguapan pelarut


2. Endapan-endapan yang dihasilkan melalui konsentrasi mekanis; T & P
sedang.

B. PENGERTIAN MENDALA METALOGENIK

Istilah Mendala Metalogenik atau Metallogenic Province memiliki pengertian


suatu area yang dicirikan oleh kumpulan endapan mineral yang khas, atau
oleh satu atau lebih jenis-jenis karakteristik mineralisasi. Suatu mendala
metalogenik mungkin memiliki lebih dari satu episode mineralisasi yang
disebut dengan Metallogenic Epoch.

Beberapa contoh mendala metalogenik antara lain ; segregasi lokal dari


kromium dan nikel di bagian yang paling dalam dari kerak samudera, dan
pengendapan sulfida-sulfida masif dari tembaga dan besi di tempat-tempat
yang panas, metal-bearing brine menuju samudra melalui zona regangan,
endapan-endapan mineral magmatik-hidrotermal berhubungan dengan proses-
proses subduksi. Tumbukan dan subduksi membentuk gunung-gunung yang besar
seperti di Andes, yang mana endapan-endapan mineral dibentuk oleh
diferensiasi magma.
Gambar Diagram Skematis yang Menggambarkan
Setting Geologi Endapan-endapan Mineral, dan Hubungannya dengan
Proses-proses Tektonik Lempeng (Gocht, Zantop, Eggert; 1988)

Contoh mendala metalogenik yang terdapat di Indonesia antara lain: mendala


metalogenik Malaya (terdiri dari batuan beku asam dengan mineral berharga
kasiterit), manda metalogenik Sunda (terdiri dari batuan intermediet dengan
mineral berharga elektrum (Au, Ag)), serta mendala metalogenik Sangihe-
Talaut (terdiri dari batuan ultrabasa dengan mineral berharga nikel).

C. PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN MINERAL PRIMER

Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi


lima jenis endapan, yaitu :
a. Fase Magmatik Cair
b. Fase Pegmatitil
c. Fase Pneumatolitik
d. Fase Hidrothermal
e. Fase Vulkanik
Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat
endapan yang berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan :
1. Kristalisasi magmanya

2. Jarak endapan mineral dengan asal magma


a. intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku
b. peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
c. crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak
jelas
d. apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan
beku
e. tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat)
batuan beku

3. Bagaimana cara pengendapan terjadi


a. terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma
b. terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada
c. metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang telah
ada dengan larutan pembawa bijih

4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan

5.Waktu terbentuknya endapan


a. syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan
batuan
b. epigenetic, jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan
pembentukan batuan.

a. Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)

Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral
terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara
gravitational settling (Gambar 6). Mineral yang banyak terbentuk dengan
cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan petlandit (lihat juga Gambar 4).
Fase magmatik cair ini dapat dibagi atas :
1. Komponen batuan, mineral yang terbentuk akan tersebar merata diseluruh
masa batuan. Contoh intan dan platina.
2. Segregasi, mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya
kurang terkonsentrasi di dalam batuan.
Injeksi, mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan
beku), tetapi telah terdorong keluar dari magma.
b. Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)

Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma.
Sebagai akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling
magma, maka cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos
batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.
Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras
tekanan dan temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga
pembekuan berjalan dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain :
logam-logam ringan (Li-silikat, Be-silikat (BeAl-silikat), Al-rich
silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo), unsur-unsur jarang
(Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby,
sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz, rock
crystal).
Gambar Skematik proses differensiasi magma pada fase magmatik cair

Keterangan untuk Gambar :


1. Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air
(H2O), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), sulfur (S) dan klorin
(Cl). Pada saat magma naik kepermukaan bumi, unsur-unsur ini membentuk
gelombang gas, seperti buih pada air soda. Gelombang (buih) cenderung naik
dan membawa serta unsur-unsur yang lebih volatile seperti sodium dan
potasium.
2. Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan
material dari batuan yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang
sangat lambat. Proses diffusi tidak seselektif proses-proses mekanisme
differensiasi magma yang lain. Walaupun demikian, proses diffusi dapat
menjadi sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu pencaran (convection)
dan disirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan beberapa
unsurnya dan mendapatkan unsur yang lain dari dinding reservoar.
3. Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan potasium
cenderung untuk memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar
dengan unsur-unsur sodium dan potasium.
4. Gravitational Settling, Mineral-mineral berat yang mengandung kalsium,
magnesium dan besi, cenderung memperkaya resevoir magma yang terletak
disebelah bawah reservoir dengan unsur-unsur tersebut. Proses ini mungkin
menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk perlapisan. Lapisan paling
bawah diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat seperti mineral-
mineral silikat dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral
silikat yang lebih ringan.
5. Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement magma, batu yang jatuh
dari dinding reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi
dengan magma atau secara sempurna terlarut dalam magma, sehingga merubah
komposisi magma. Jika batuan dinding kaya akan sodium, potasium dan
silikon, magma akan berubah menjadu komposisi granitik. Jika batuan dinding
kaya akan kalsium, magnesium dan besi, magma akan berubah menjadi
berkomposisi gabroik.
6. Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses
differensiasi magmatik asli yang membeku karena kontak dengan dinding
reservoirl Jika bagian sebelah dalam memebeku, terjadi Crystal Settling dan
menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang lebih berat terletak pada
lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.
c. Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma
dalam lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut
kontak-metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih
tua dengan magma yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap
panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding yang
reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit
(CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz,
aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.

Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan
beku intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking
(pemanggangan) dan hardening (pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang
berhubungan dengan penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa
batuan pada umumnya akan ter-rekristalisasi, terubah (altered), dan
tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan oleh panas dan fluida-
fluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi. Oleh karena itu
endapan ini tergolong pada metamorfisme kontak.
Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas
uap air. Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur
sedangkan pirometasomatisme pada reaksi penggantian (replacement), dan
metamorfisme kontak pada sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di
kedalaman bumi, pada lingkungan tekanan dan temperatur tinggi.
Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana
dan oksida misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa
molibdenit. Sedikit endapan jenis ini yang betul-betul tanpa adanya besi,
pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit atau bahkan magnetit dan
hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (Singkep-
Indonesia).

d. Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)


Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai
hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang
relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan
endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan
hidrothermal, yaitu :
1. Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di
dalam batuan.
2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan
unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan
hidrothermal, antara lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-
3500C), dan Hipothermal (T 3000C-5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal
diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu (spesifik), berikut
altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi minera-
mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-
florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.
Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au),
magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit
(FeAsS), pirrotit (FeS), galena (PbS), pentlandit (NiS), wolframit : Fe
(Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co
sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue
antara lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat,
karbonat-karbonat

Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah :


stanite (Sn, Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu
sulfida, Sb sulfida, stibnit (Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit
(Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit (CuFeS2), dengan mineral-mineral
ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper
(Cu), argentit (AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2),
pirit (FeS2), cinabar (HgS), realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit
(CuFeSn), dengan mineral-mineral ganguenya : kalsedon (SiO2), Mg karbonat-
karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Al-silikat).
Gambar Endapan bijih perak berupa endapan hidrothermal tipe epithermal
dengan pengkayaan bijihdi sepanjang rekahan-rekahan dan urat-urat di Pachuca Meksiko (Dari Park, 1975 p
349)

e. Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)

Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan


bijih secara primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
1. Lava flow
2. Ekshalasi
3. Mata air panas
Ekshalasi dibagi menjadi : fumarol (terutama terdiri dari uap air H2O),
solfatar (berbentuk gas SO2), mofette (berbentuk gas CO2), saffroni
(berbentuk baron). Bentuk (komposisi kimia) dari mata air panas adalah air
klorida, air sulfat, air karbonat, air silikat, air nitrat, dan air fosfat.
Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan ekonomis dari phase
vulkanik adalah : belerang (kristal belerang dan lumpur belerang), oksida
besi (misalnya hematit, Fe2O3). Sulfida masif volkanogenik berhubungan
dengan vulkanisme bawah laut, sebagai contoh endapan tembaga-timbal-seng
Kuroko di Jepang, dan sebagian besar endapan logam dasar di Kanada.
Gambar Model Geologi Endapan Tembaga-Timbal-Seng volkanogenik
(After Horikoshi & Sato, 1970; Sato,1981)

D. PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN SEDIMENTER

Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan
batuan sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama
sedimentasi, atau pelapukan maupun dibentuk oleh proses hidrotermal.
Mineral bijih sedimenter umumnya mengikuti lapisan (stratiform) atau
berbatasan dengan litologi tertentu (stratabound). Endapan sedimenter yang
cukup terkenal karena proses mekanik seperti endapan timah letakan di
daerah Bangka-Belitung dan endapan emas placer di Kalimantan Tengah maupun
Kalimantan Barat. Endapan sedimenter karena pelapukan kimiawi seperti
endapan bauksit di Pulau Bintan dan laterit nikel di Pomalaa/Soroako
Sulawesi Tengah/ Selatan.
Y. B. Chaussier (1979), membagi pembentukan mineral sedimenter berdasarkan
sumber metal dan berdasarkan host rock-nya. Berdasarkan sumber metal dibagi
dua yaitu endapan supergen endapan yang metalnya berasal dari hasil
rombakan batuan atau bijih primer), serta endapan hipogen (endapan yang
metalnya berasal dari aktivitas magma/epithermal). Sedangkan berdasarkan
host-rock (dengan pengendapan batuan sedimen) dibagi dua, yaitu endapan
singenetik (endapan yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan)
serta endapan epigenetik (endapan mineral terbentuk setelah batuan ada).

Terjadinya endapan atau cebakan mineral sekunder dipengaruhi empat faktor


yaitu : sumber dari mineral, metal atau metaloid, supergene atau hypogene
(primer atau sekunder), erosi dari daerah mineralisasi yang kemudian
diendapkan dalam cekungan (supergene), dari biokimia akibat bakteri,
organisme seperti endapan diatomae, batubara, dan minyak bumi, serta dari
magma dalam kerak bumi atau vulkanisme (hypogene).
1. Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai
Hasil Pelapukan Permukaan dan Transportasi

Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan


akan mengalami transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan
bercampur dengan material lain. Proses dimana unsur-unsur berpindah menuju
lokasi dan lingkungan geokimia yang baru dinamakan dispersi geokimia.
Berbeda dengan dispersi mekanis, dispersi kimia mencoba mengenal secara
kimia penyebab suatu dispersi.

Dalam hal ini adanya dispersi geokimia primer dan dispersi geokimia
sekunder. Dispersi geokimia primer adalah dispersi kimia yang terjadi di
dalam kerak bumi, meliputi proses penempatan unsur-unsur selama pembentukan
endapan bijih, tanpa memperhatikan bagaimana tubuh bijih terbentuk.
Dispersi geokimia sekunder adalah dispersi kimia yang terjadi di permukaan
bumi, meliputi pendistribusian kembali pola-pola dispersi primer oleh
proses yang biasanya terjadi di permukaan, antara lain proses pelapukan,
transportasi, dan pengendapan. Bahan terangkut pada proses sedimentasi
dapat berupa partikel atau ion dan akhirnya diendapkan pada suatu tempat.
Mobilitas unsur sangat mempengaruhi dispersi. Unsur dengan mobilitas yang
rendah cenderung berada dekat dengan tubuh bijihnya, sedangkan unsur-unsur
dengan mobilitas tinggi cenderung relatif jauh dari tubuh bijihnya. Selain
itu juga tergantung dari sifat kimianya Eh dan Ph suatu lingkungan seperti
Cu dalam kondisi asam akan mempunyai mobilitas tinggi sedangkan dalam
kondisi basa akan mempunyai mobilitas rendah.

Sebagai contoh dapat diberikan pada proses pengkayaan sekunder pada endapan
lateritik. Dari pelapukan dihasilkan reaksi oksidasi dengan sumber oksigen
dari udara atau air permukaan. Oksidasi berjalan ke arah bawah sampai batas
air tanah. Akibat proses oksidasi ini, beberapa mineral tertentu akan larut
dan terbawa meresap ke bawah permukaan tanah, kemudian terendapkan (pada
zona reduksi). Bagian permukaan yang tidak larut, akan jadi berongga,
berwarna kuning kemerahan, dan sering disebut dengan gossan. Contoh endapan
ini adalah endapan nikel laterit.
2. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik
Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan
pemecahan dari residu. Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan
tergantung oleh besar butir dan berat jenis disebut sebagai endapan plaser.
Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au, kasiterit, magnetit, monasit,
ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb.

Berdasarkan tempat dimana diendapkan, plaser atau mineral letakan dapat


dibagi menjadi :
1. Endapan plaser eluvium, diketemukan dekat atau sekitar sumber mineral
bijih primer. Mereka terbentuk dari hanya sedikit perjalanan residu
(goresan), material mengalami pelapukan setelah pencucian. Sebagai contoh
endapan platina di Urals.

2. Plaser aluvium, ini merupakan endapan plaser terpenting. Terbentuk di


sungai bergerak kontinu oleh air, pemisahan tempat karena berat jenis,
mineral bijih yang berat akan bergerak ke bawah sungai. Intensitas
pengayaan akan didapat kalau kecepatan aliran menurun, seperti di sebelah
dalam meander, di kuala sungai dsb. Contoh endapan tipe ini adalah Sn di
Bangka dan Belitung. Au-plaser di California.

3. Plaser laut/pantai, endapan ini terbentuk oleh karen aktivitas gelombang


memukul pantai dan mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umum
di sini adalah ilmenit, magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan,
tergantung dari batuan terabrasi.

4. Fossil plaser, merupakan endapan primer purba yang telah mengalami


pembatuan dan kadang-kadang termetamorfkan. Sebagai contoh endapan ini
adalah Proterozoikum Witwatersand, Afrika Selatan, merupakan daerah emas
terbesar di dunia, produksinya lebih 1/3 dunia. Emas dan uranium terjadi
dalam beberapa lapisan konglomerat. Mineralisasi menyebar sepanjang 250 km.
Tambang terdalam di dunia sampai 3000 meter, ini dimungkinkan karena
gradien geotermis disana sekitar 10 per 130 meter.
Gambar Sketsa mekanisme endapan bijih sedimenter

3. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia


a. Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah
akibat oksidasi Fe dan umumnya dalam literatur disebut “ red beds”. Kalau
konsentrasi elemen logam dekat permukaan tanah atau di bawah tanah tempat
pengendapan tinggi memungkinkan terjadi konsentrasi larutan logam dan
mengalami pencucian (leaching/pelindian) meresap bersama air tanah yang
kemudian mengisi antar butir sedimen klastik. Koloid bijih akan alih tempat
oleh penukaran kation antara Fe dan mineral lempung atau akibat penyerapan
oleh mineral lempung itu sendiri.

b. Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan
darat yang umumnya mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang
tinggi dibandingkan kandungan di laut. Kadar air laut mempunai elemen yang
rendah. Sebagai contoh kadar air laut untuk Fe 2 x 10-7 % yag membentuk
konsentrasi mineral logam yang berharga hal ini dapat terjadi kalau
mempunyai keadaan yang khusus (terutama Fe dan Mn) seperti :
a. Adanya salah satu sumber logam yang berasal dari pelapkan batuan di
daratan atau dari sistem hidrotermal bawah permukaan laut.
b. Transport dalam larutan, mungkin sebagai koloid. Besi adalah logam yang
dominan dan terbawa sebagai Fe(OH) soil partikel.
c. Endapan di dalam cebakan sedimenter, sebagai Fe(OH)3, FeCO3 atau Fe-
silikat tergantung perbedaanpotensial reduksi (Eh).

Bijih dalam lingkungan laut ini dapat berupa oolit, yang dibentuk oleh
larutan koloid membungkus material lain seperti pasir atau pecahan fosil.
Bentuk kulit yang simetris disebabkan perubahan komposisi (Fe, Al, SiO2).
Dengan pertumbuhan yang terus menerus, oolit tersebut akan stabil di dasar
laut dimana tertanam dalam material lempungan karbonatan yang mengandung
beberapa besi yang bagus. Di dasar laut mungkin oolit tersebut reworked.
Dengan hasil keadaan tersebut bijih besi dan mangan sebagai contoh
ferromanganese nodules yang sekarang ini menutupi daerah luas lautan.
E. CONTOH BEBERAPA ENDAPAN MINERAL YANG PENTING

1. Endapan mineral yang berhubungan dengan proses-proses magmatik


Tergantung pada kedalaman dan temperatur pengendapan, mineral-mineral dan
asosiasi elemen yang berbeda sangat besar , sebagai contoh oksida-oksida
timah dan tungsten di kedalaman zona-zona bertemperatur tinggi; sulfida-
sulfida tembaga, molibdenum, timbal, dan seng dalam zona intermediet;
sulfida-sulfida atau sulfosalt perak dan emas natif di dekat permukaan pada
zona temperatur rendah. Mineral-mineral dapat mengalami disseminated dengan
baik antara silikat-silikat, atau terkonsentrasi dalam rekahan yang baik
dalam batuan beku, sebagai contoh endapan tembaga porfiri Bingham di Utah.
Gambar Model Geologi Jenis Endapan Tembaga Porfiri di Amerika Selatan
(After Sillitoe,1973)

Batugamping di dekat intrusi bereaksi dengan larutan hidrotermal dan


sebagian digantikan oleh mineral-mineral tungsten, tembaga, timbal dan seng
(dalam kontak metasomatik atau endapan skarn). Jika larutan bergerak
melalui rekahan yang terbuka dan logam-logam mengendap di dalamnya (urat
emas-kuarsa-alunit epithermal), sehingga terbentuk cebakan tembaga, timbal,
seng, perak, dan emas.
Gambar Model Geologi Endapan Urat Logam Mulia (After Buchanan,1981)

Larutan hidrotermal yang membawa logam dapat juga bermigrasi secara lateral
menuju batuan yang permeabel atau reaktif secara kimia membentuk endapan
blanket- shaped sulfida, atau bahkan mencapai permukaan dan mengendapkan
emas, perak, dan air raksa dalam pusat mata air panas silikaan atau
karbonatan, seperti kadar emas tinggi yang terdapat dalam beberapa lapangan
geotermal aktif di New Zealand. Jika larutan volkanik yang membawa logam
memasuki lingkungan laut, maka akan terbentuk kumpulan sedimen-volkanik
dari tembaga- timbal-seng.
2. Endapan mineral yang berhubungan dengan proses sedimentasi

Erosi benua dan pengisian cekungan sedimen di samudera memerlukan siklus


geologi dan kimia yang dapat berhubungan dengan formasi dari jenis endapan
mineral selama pelapukan, perombakan menjadi unsur-unsur pokok berupa
fragmental (sebagai contoh kwarsa atau kadang-kadang emas atau mineral-
mineral berat), dan menjadi elemen-elemen yang larut secara kimiawi
(sebagai contoh adalah kalsium, sodium, atau elemen-elemen metalik
pembentuk bijih yang potensial seperti besi, tembaga, timbal, dan seng).
Unsur-unsur pokok fragmental tertransportasi oleh air permukaan diendapkan
sebagai batuan.

Klastik-klastik sedimen di benua dan di lingkungan tepi laut cenderung


berbutir kasar dan bisa mengisi pengkayaan lokal mineral-mineral berharga
yang telah tertransportasi dengan fraksi klastik, sebagai contoh
konsentrasi emas placer pada endapan Witwatersrand di Afrika Selatan dan
timah placer di Asia bagian selatan.

Seringkali formasi endapan sulfida stratiform tidak tampak berhubungan


dengan proses magmatisme atau vulkanisme, tetapi agak berhubungan dengan
sirkulasi larutan hidrotermal dari sumber-sumber yang lain, sebagai contoh
penirisan dari cekungan sedimen yang dalam. Endapan-endapan yang dihasilkan
sangat mirip dengan beberapa asal-usul volkanogenik karena mekanisme
traping yang sama. Hanya mineral-mineral sulfida yang dapat mengalami
presipitasi pada sediment-water interface atau dalam batuan yang tidak
terkonsolidasi, waktu dari formasi bijih berhubungan terhadap waktu
pengendapan sedimen, terhadap waktu kompaksi dan konsolidasinya, atau
terhadap waktu-waktu berikutnya saat sedimen-sedimen mengalami indurasi
penuh dan dapat termineralisasi oleh larutan yang bergerak melalui batuan
yang porous atau struktur-struktur geologi. Untuk proses ini, contoh yang
bagus adalah endapan timbal-seng di Mississippi Valley.
Gambar Model Geologi Endapan Sediment-Ekshalatif Timbal-Seng (After Lydon,
1983)

Proses-proses sedimentasi juga membentuk akumulasi fosil-fosil bahan bakar,


batu bara, minyak dan gas alam. Untuk membentuk batu bara, gambut
terkompaksi dan mengalami pemanasan akibat penurunan dan proses burial.
Demikian juga, minyak dan gas terbentuk oleh maturasi unsur-unsur organik
dalam batuan sedimen oleh peningkatan temperatur dan tekanan. Minyak dan
gas dapat bermigrasi melalui batuan yang porous membentuk reservoir yang
besar dalam struktur yang baik, atau tetap di dalam batuan sumber membentuk
oil shale.

3. Endapan Mineral Yang Berhubungan Dengan Proses Metamorfisme


Metamorfisme yaitu proses rekristalisasi dan peleburan akhir dari batuan
beku atau batuan sedimen, yang disebabkan oleh intrusi dari magma baru atau
oleh proses burial yang dalam . Endapan hidrotermal kontak metasomatik
terbentuk di sekitar magma yang mengalami intrusi, seperti yang digambarkan
di atas. Metamorfisme burial yang dalam dapat menimbulkan overprinting
terhadap akumulasi mineral yang ada sebelumnya, sebagai contoh yang besar
adalah endapan sediment-hosted lead-zinc di Broken Hill, Australia.
Metamorfisme burial juga membebaskan sebagian besar larutan hidrotermal
yang melarutkan logam-logam dari country rock, diendapkan saat larutan
bertemu dengan suatu lingkungan dengan kondisi temperatur, tekanan, dan
kimia yang tepat untuk formasi bijih. Formasi endapan emas di beberapa
jalur metamorfik Precambrian berhubungan terhadap transportasi emas oleh
metamorfic water menuju urat kwarsa yang mengandung emas. Kecuali jenis
endapan tersebut, metamorfisme regional tidak terlalu banyak membentuk
formasi dari endapan bijih metalik.

Struktur Khusus Endapan Mineral :


a. Struktur Banded

Struktur banded dalam suatu batuan menunjukkan adanya perlapisan mineral -


mineral terang dan gelap yang yang umumnya dibentuk oleh pengaruh panas
dari source rock yang relatif tidak stabil sehingga memungkinkan
pembentukan mineral yang heterogen yang menunjukkan perlapisan
b. Struktur Comb

c. Struktur Colloform

d. struktur Vug
vug adalah struktur mineral yang menampakkan suatu rongga kecil dalam suatu
batuan dimana rongga ini (Cavity Filling) terisi oleh kristal mineral -
mineral yang terbentuk dari berbagai proses, umumnya rekahan ini dibentuk
oleh aktifitas tektonik yang kemudian terisi oleh larutan sisa kristalisasi
magma primer yang kemudian karena sifat dari magma yang terus mencari celah
atau rekahan menuju ke permukaan menembus batuan samping dan batuan
sumbernya, proses ini biasa disebut Metasomatisme kontak.

Struktur mineral deposit merupakan salah satu ciri fisik yang sangat
berhubungan dengan genesa pembentukan suatu mineral.

Beberapa endapan bahan galian dijumpai tersusun dan terdapat pada tubuh
batuan beku, sedimen ataupun batuan metamorf. Bahan galian industri umumnya
dijumpai seperti demikian, misalnya bahan galian batugamping
(limestone).Bahan galian lainnya, misalnya beberapa tubuh bijih besi
merupakan bagian dari suatu sekuen stratigrafi yang terbentuk pada
bersamaan dengan proses sedimentasi, yang kemudian dikenal dengan istilah
endapan syngenetic. Adapula bahan galian yang berbentuk seperti tubuh
batuan beku yang berbentuk dykes, yang memotong batuan sekitarnya dan
terbentuk setelah batuan induknya yang dikenal dengan istilan
endapan epigenetic.

Bentuk dan morfologi badan bijih


Secara umum parameter dimensional dari suatu badan bijih yaitu ukuran,
bentuk (pola) sebaran dan keberadaannya merupakan akibat dari variasi dan
distribusi kadar mineral bijih. Bentuk sebaran suatu badan bijih akan
mempengaruhi teknik penambangan yang akan digunakan untuk menambangnya.
Bahan galian yang tersebar luas dan berkadar rendah (low grade) yang
terdapat pada permukaan bumi dapat ditambang dengan metoda tambang terbuka,
sementara endapan bahan galian yang berbentuk urat (vein-veinlets) dengan
kadar yang relatif lebih tinggi (high grade) dapat ditambang dengan metode
tambang bawah tanah. Dalam hal bentuk (pola) sebaran, endapan bahan galian
dengan badan bijih yang teratur (terkumpul) akan lebih mudah ditambang
daripada endapan bahan galian dengan badan bijih yang mempunyai bentuk
(pola) yang tersebar (disseminated).
Strike dan dip badan bijih
Pengetahuan dasar struktur geologi seperti strike dan dip batuan sangat
penting untuk mengetahui dimensi suatu badan bijih. Bidang suatu badan
bijih yang memiliki dimensi yang lebih panjang jika dibandingkan dengan
arah lainnya merupakan arah jurus (strike) badan bijih tersebut (Gambar
2.1) Inklinasi (penunjaman) bidang badan bijih dalam arah tegak lurus
bidang strike merupakan arah kemiringannya (dip). Jika terdapat suatu
struktur geologi (misalnya sesar), maka informasi
arah pitchdan plunge menjadi sangat penting.
Bentuk-bentuk badan bijih
Berdasarkan bentuk (morfologi) badan bijih dan pola sebaran mineral
bijihnya jika dihubungkan dengan batuan sekitarnya (batuansamping/induk),
tubuh endapan bijih dapat dikelompokkan atas 2, yaitu: badan bijih
berbentuk discordant dan badan bijih yang
berbentuk concordant. Discordant yaitu jika bada bijih memotong perlapisan
batuan sekitarnya. Sedangkan concordant yaitu jika badan bijih membentuk
pola yang tidak memotong perlapisan batuan sekitarnya.
Badan bijih diskordan (discordant ore bodies)
Badan bijih diskordan dapat dijumpai mempunyai bentuk yang beraturan
(regular shapes) maupun dengan bentuk yang tidak beraturan
(irregular shapes). Badan bijih yang bentuknya beraturan dapat dibedakan
atas:
1.Badan bijih yang berbentuk tabular (Gambar 2.2 dan 2.3), dengan ciri antara
lain:
• badan bijih dengan pola penyebaran yang menerus dalam arah 2D (panjang dan
lebar), tetapi terbatas dalam arah 3D (tipis),
• berbentuk urat (vein-fissure veins- Gambar 2.4) dan lodes,
• urat-urat umumnya terbentuk di zona rekahan sehingga menunjukkan bentuk
yang teratur dalam orientasinya (Gambar 2.5),
• mineralisasi pada umumnya berupa asosiasi dari beberapa kombinasi mineral
bijih dan pengotor (gangue) dengan komposisi yang sangat bervariasi, dan
• batas dari penyebaran urat ini umumnya jelas, yaitu langsung dibatasi
dengan dinding urat.
Gambar 2.2. Badan bijih yang berbentuk tabular berupa vein yang mengalami
sesar normal.
Gambar 2.3 Contoh badan bijih yang berbentuk tabular berupa vein dan
veinlets.

Gambar 2.4. Pembentukan vein.


1.badan bijih yang berbentuk tubular (Gambar 2.6), dengan ciri antara lain:
• badan bijih dengan pola penyebaran relatif pendek (terbatas) dalam arah 2D
namun relatif dalam kearah 3D (arah vertikal),
• jika penyebaran badan bijih ini relatif vertikal-sub vertikal biasanya
disebut sebagai pipes atauchimneys, jika penyebarannya horizontal atau
subhorisontal disebut mantos.
Salah satu contoh badan bijih yang berbentuk tubular adalah badan bijih
yang ditemukan di timur Asutralia, sepanjang 2400 km, memanjang dari
Queensland sampai New South Wales, yang terdiri dari ratusan pipa di dalam
dan dekat dengan intrusi granit. Sebagian besar terisi mineralisasi kuarsa
dan beberapa diantaranya termineralisasi dengan bismuth, molybdenum,
tungstehn dan tin (Gambar 2.7). Badan bijih
berbetnuk mantos dan pipes dapat dijumpai memiliki percabangan (Gambar
2.8). Mantos dan pipes umumnya dijumpai berasosiasi, pipes umumnya
bertindak sebagai sumber (feeders) terhadap mantos. Terkadang mantos saling
berhubungan diantara lapisan batuan dengan perantaraan pipes, namun ada
pula yang dijumpai sebagai percabangan dari pipes, contohnya pada
Providencia Mine di Mexico dijumpai sebuah badan bijih berbentuk pipa jauh
di kedalaman sebagai sumber dari duapuluh mantos yang dekat dengan
permukaan.Pada beberapa tubuh bijih yang berbentuk tubular terbentuk oleh
aliran larutan mineralisasi secara subhorisontal sehingga tubuh bijih dapat
dijumpai diskontinyu membentuk tubuh bijih yang berbentuk pod
Badan bijih bentuknya tidak beraturan (irregular shapes) dibedakan atas:
1. Badan bijih disseminated:
• Badan bijih dengan pola penyebaran mineral bijih yang tersebar di
dalam host rock (Gambar 2.10).
• Mineral-mineral bijih tersebut tersebar merata di dalama host rock berupa
(dalam bentuk)veinlets yang saling berpotongan menyeruapai jarring-jaring
yang saling berkaitan membentuk sistem veinlets yang sering
disebut stockwork.
• Stockwork ( Gambar 2.11) dijumpai dalam bentuk tubuh endapan yang besar
pada lingkungan intrusi batuan beku asam sampai intermedit, akan
tetapi stockwork juga dapat dijumpai memotong kontak country rocks dan
beberapa dijumpai sebagian atau seluruhnya berada padacountry rocks.

2.
Badan bijih irregular replacement (Gambar 2.12):
• Merupakan badan bijih yang terbentuk melalui pergantian unsur-unsur yang
sudah ada sebelumnya.
• Proses replacement ini umumnya terjadi pada temperatur rendah sampai sedang
(<400oC), contohnya endapan magnesit pada carbonate-rich sediments.
• Proses replacement lainnya dapat juga terjadi pada suhu tinggi pada kontak
intrusi batuan beku yang membentuk endapan skarn. Tubuh endapannya
dicirikan dengan pembentukan mineral-mineral calc-silicate seperti
diopside, wollastonite, andradite, garnet dan actinolite. Endapan bahan
galian ini umumnya berbentuk sangat tidak beraturan (Gambar 2.12).
• Disebut juga endapan metasomatisme kontak (pirometasomatik).

Badan bijih konkordan (concordant ore bodies)


Badan bijih konkordan umumnya terbentuk pada batuan induk (host rock)
sebagai endapan hasil proses pelapukan. Endapan-endapan yang mempunyai
badan bijih berbentuk konkordan ini dikelompokkan sesuai dengan jenis
batuan induknya:
1. Sedimentary host rock:
• Merupakan endapan dengan batuan induk adalah batuan sedimen (Gambar 2.13).
• Endapan-endapan bijih yang tekonsentrasi dalam batuan sedimen cukup
penting, terutama endapan-endapan logam dasar dan besi.
• Di dalam batuan sedimen, mineral-mineral bijih terbentuk (terkonsentrasi)
sebagai suatu bagian yang integral dari urutan stratigrafi, yang dapat
terbentuk secara epigenetic filling ataureplacement pada rongga-rongga
(pori-pori).
• Tubuh endapan umumnya menunjukkan perkembangan kearah 2D dan kurang
berkembang kearah tegak lurusnya (Gambar 2.14 dan 2.15).
• Endapan-endapan seperti ini pada umumnya tersebar sejajar pada batuan
induknya dengan bidang perlapisan batuan sekitarnya.

Gambar 2.13. Bentuk endapan konkordan pada batuan sedimen


Mangan

Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih
mangan utama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi
oksida dan terbentuk dalam cebakan-cebakan sedimenter dan residu. Mangan
mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai sub-metalik,
tingkat kekerasan 2 – 6, memiliki berat jenis 4.8, massif, reniform,
botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous dan radial.
Mangan berkomposisi oksida lainnya namun memiliki peran bukan sebagai
mineral utama dalam cebakan bijih adalah bauksit, manganit, hausmanit, dan
lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat adalah rhodokrosit, serta
rhodonit yang berkomposisi silika.

Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan


hidrotermal, cebakan sedimenter, cebakan yang berasosiasi dengan aliran
lava bawah laut, cebakam metamorfosa, cebakan laterit dan akumulasi
residu. Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu
untuk proses produksi besi baja, sedangkan penggunaan mangan untuk
tujuan non-metalurgi antara lain adalah untuk produksi baterai kering,
keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain.

Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia cukup besar, namun terdapat


di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Potensi tersebut
terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Pulau
Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Menurut data statistic dari Central Bureau of Statistics


memperlihatkan bahwa konsumsi atau penggunaan mangan sangat besar dengan
total 43,579.26 ton pada tahun 2002 dan meningkat pada tahun 2003
sebesar 52,242.67 ton dengan konsumsi terbesar pada industri besi dan
baja yang bisa mencapai 90%.

Secara geologi, daerah Sumbawa masi memiliki potensi terdapatnya


mineral logam dan mineral-mineral lainnya. Batuan vulkanik dan batuan
terobosan sebagai pembawa mineral logam yang merupakan batuan utama di
daerah ini mempunyai prospek terdapatnya endapan mineral logam.
Ditinjau dari tatanan tektonik terbentuknya Pulau Sumbawa erat
kaitannya dengan penunjaman lempeng Hindia yang berarah utara-timurlaut
di bawah daratan Sunda yang menerus mulai dari Pulau Sumatera hingga
Pulau Jawa dan menerus ke arah timur membentuk busur kepulauan Banda
yang terbentuk pada masa Kenozoikum, yang dilandasi oleh batuan gunung
api kalk alkalin dari busur dalam Banda yang masih aktif hingga sekarang
oleh batuan sediment pinggiran benua yang beralaskan batuan metamorf.

Geologi daerah Sumbawa disusun oleh terbentuknya batuan gunung api


tersier (miosen awal) breksi-tuff bersifat andesit dengan sisipan tuff
pasiran, tuff batuapung dan batupasir tuffan. Satuan breksi tuff ini
menjemari dengan batuan sediment yaitu satuan batu pasir tuffan dan juga
satuan batugamping. Yang kemudian diterobos oleh batuan andesit, basalt,
dasit, dan batuan yang tak teruraikan, diperkirakan berumur Miosen
Tengah. Diatasnya terdapat batu gamping koral yang diendapkan pada jaman
Miosen Akhir, lalu dilanjutkan oleh batulempung tuffan dari jaman
Pliosen dengan sisipan batupasir dan kerikil hasil rombakan gunung api,
menindih tidak selaras batuan yang lebih tua, kemudian diendapkan batuan
gunung api kuarter yang diendapkan mulai dari satuan breksi tanah merah,
batuan breksi andesit basalt dan satuan lava breksi, juga diendapkan
batuan sedimen kuarter yaitu terumbu koral yang terangkat, terakhir pada
jaman Holosen diendapkan alluvium dan endapan pantai.

Oksida besi manganese yang berupa bongkah-bongkah ini diduga terbentuk


akibat proses pelapukan/oksidasi residual dari mineral-mineral mafik
yang terkandung dalam tufa andesitik-dasitik yang berkomposisi besi-
magnesium-aluminium silika.

Hidrotermal
Sumber larutan magma mengandung Mn, bentuk urat-urat, lensa tak beraturan,
berlapis. Mineral rodonit (MnSiO3) atau rodokrosit (MnCO3).

Pengayaan sekunder
Pelarutan dari mangan primer, fasa koloidal, bentuk konkresi/nodul, lensa,
urat dalam retakan batuan. Mineral pirolusit (MnO2), psilomelan
(MnO.MnO22H2O), mangaanit (Mn2O3.H2O).

Sedimenter
Mangan berlapis dalam sediment marin, sebaran lateral luas, tebal, pra
tersier, bantuan bakteri dan ganggang, lingkungan craton yang stabil.

Marine-nodule
Relasi dengan kegiatan gunung api bawah laut, pelarutan unsur-unsur logam
membentuk polimetalik-nodule. Mineral pirolusit, psilomelane.

Laterit dan elluvial


Pengayaan dari konsentrasi kimia dan mekanik dari bijih mangan dan batuan.

Pada tahun 1859 ada suatu teori kuno yang dikemukakan oleh Van Cotta
yang menjelaskan proses terjadinya bijih di alam yaitu :
a.Teori disensionis
Bahwa endapan bijih berasal dari air permukaan yang meresap ke dalam
bumi lalu dipanaskan oleh panas alami, mengakibatkan logam yang terdapat
pada batuan larut dan masuk ke dalam celah-celah batuan.

b.Teori sensionis
Bahwa endapan bijih berasal dari liquid atau cairan yang berhubungan
dengan kegiatan magma yang naik mendekati permukaan, kemudian
mengendapkan bijih-bijih pada dinding celah-celah.

c.Teori pemisahan sekresi lateral


Bahwa bijih terbentuk karena adanya sekresi yang berjalan secara
mendatar.

Kemudian bermunculan teori-teori baru yang telah membrikan konsep


dasar mengenai proses terbentuknya bijih, yaitu selalu berkaitan dengan
batuan. Proses-proses tersebut melibatkan pemisahan bijih atau injeksi
gas-gas dan uap bermineral, air bermineral pada suhu tinggi.Logam-logam
yang berguna biasanya terikat di dalam mineral bijih bersama-sama dengan
unsur kimia lainnya. Mineral-mineral ini biasanya tersebar dalam batuan
dan terdiri dari mineral pembentuk batuan yang tidak atau sedikit sekali
mengandung unsur logam. Biasanya mineral-mineral non logam dikenal
sebagai gangue. Campuran mineral bijih dan mineral gangue akan membentuk
mineral bijih. Mineral bijih dapat dikelompokkan menjadi :
·Mineral hipogene, mineral yang terbentuk bersama-sama dengan
mineral lain dan belum mengalami pelapukan.
·Mineral supergene, mineral yang merupakan hasil proses pelapukan.
Proses-proses pembentukan bahan galian logam adalah sebagai berikut :
Kristalisasi magma
Magma yang merupakan larutan silikat berasal dari perut bumi mengandung
berbagai unsur kimia, baik berbentuk logam, semi logam dan bukan logam
ataupun unsur-unsur volatil (pembentuk gas). Magma yang memiliki sifat
mobilitas akan melalui celah-celah pada kulit bumi bila ada kesempatan dan
membentuk intrusi. Magma akan mengalami penurunan tekanan dan temperatur
kemudian akan mengalami kristalisasi mineral-mineral silikat.

Sublimasi
Merupakan proses pengendapan langsung dari uap dan gas. Pembentukan bahan
galian ini relatif sangat kecil dibandingkan dengan proses lainnya. Konsep
kerja proses tersebut sebagai akibat terjadinya penurunan tekanan.
Terbentuknya endapan mineral ini sebagai akibat terjadinya reaksi antara
dua gas atau lebih.

Metasomatisme kontak
Intrusi magma yang telah menjadi padatan, mempunyai sisa magma yang berupa
cairan dan gas yang bersuhu tinggi. Apabila cairan dan gas ini masuk dan
bersentuhan pada celah-celah batuan lainnya dapat mengadakan reaksi kimia
dan menghasilkan mineral-mineral baru. Dalam hal ini perlu dibedakan antara
metamorphose kontak dan metasomatisme kontak. Pada metamorphose kontak,
suhu memiliki peranan penting dan hanya mengakibatkan terjadi pemanggangan
(baking effect). Sedangkan pada metasomatisme kontak, tekanan juga memegang
peranan penting selain suhu, terjadi penambahan tekanan pada sisa cairan
magma yang mampu mengadakan reaksi dan menghasilkan mineral baru.

Hidrothermal
Semua cairan, terutama
Klasifikasi hidrotermal :

 Hipothermal, untuk cairan yang berada ditempat yang dalam dengan


suhu berkisar antara 300o hingga 500o C.
 Mesothermal, untuk cairan yang berada ditempat yangtidak begitu
dalam dengan suhu berkisar antara 150o hingga 300o C.
 Epithermal, untuk cairan yang berada ditempat yang dangkal dengan
suhu berkisar antara 50o hingga 150o C.

Iron Ore

Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dari
endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun
seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi
terdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang
memiliki nilai ekonomis tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnya
berupaMagnetite,Hematite,Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat berupa
mineral:Pyrite,Pyrhotite,Marcasite, dan Chamosite.

Beberapa jenis genesa dan endapan yang memungkinkan endapan besi bernilai
ekonomis antara lain :

1. Magmatik:Magnetite dan Titaniferous Magnetite

2. Metasomatik kontak: Magnetite dan Specularite

3. Pergantian/replacement: Magnetite dan Hematite

4. Sedimentasi/placer:Hematite,Limonite, dan Siderite

5. Konsentrasi mekanik dan residual: Hematite,Magnetite dan Limonite

6. Oksidasi: Limonite dan Hematite

7. Letusan Gunung Api

Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan


Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit
merupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi. Mineral-
mineral pembawa besi dengan nilai ekonomis dengan susunan kimia, kandungan
Fe dan klasifikasi komersil dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis

Mineral Susunan kimia Kandungan Fe Klasifikasi komersil


(%)

Magnetit FeO, Fe2O3 72,4 Magnetik atau bijih hitam

Hematit Fe2O3 70,0 Bijih merah

Limonit Fe2O3.nH2O 59 – 63 Bijih coklat

Siderit FeCO3 48,2 Spathic, black band, clay ironstone

Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Bafeman, 1981;
Economic Mineral Deposits, P. 392.
Besi primer ( ore deposits )

Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan
adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik,
terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang
memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan
tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi,
alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak
magma dengan batuan yang diterobosnya.

Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang
berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona
lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak
metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair
(fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung
bijih.

Besi sekunder ( endapan placer )

Cebakan mineral alochton dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui


proses sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu
pergerakan media cair, padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-
mineral berat tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber,
berat jenis, ketahanan kimiawi hingga lamanya pelapukan dan mekanisma.
Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya para ahli geologi menyebut
endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer.

Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi,

tetapi kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan
cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat karena
tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang karena
berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran; dimana
pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan relatif murah.
Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan metoda
penambangan termurah.

Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya:

G e n e s a J e n i s

Terakumulasi in situ selama pelapukan Placer residual

Terkonsentrasi dalam media padat yang bergerak Placer eluvial

Terkonsentrasi dalam media cair yang bergerak · Placer aluvial atau


(air) sungai
· Placer pantai

Terkonsentrasi dalam media gas/udara yang Placer Aeolian (jarang)


bergerak

Placer residual. Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi


langsung di atas batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas atau
kasiterit) yang telah mengalami pengrusakan/peng-hancuran kimiawi dan
terpisah dari bahan-bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya
terbentuk pada permukaan tanah yang hampir rata, dimana didalamnya dapat
juga ditemukan mineral-mineral ringan yang tahan reaksi kimia (misal :
beryl).

Placer eluvial. Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan ini


diendapkan di atas lereng bukit suatu batuan sumber. Di beberapa daerah
ditemukan placer eluvial dengan bahan-bahan pembentuknya yang bernilai
ekonomis terakumulasi pada kantong-kantong (pockets) permukaan batuan
dasar.

Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama yang
berkaitan dengan bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih besi,
dimana konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijihmenjadi
faktor-faktor penting dalam pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi
mineral berat dalam cebakan ini berukuran lebih kecil daripada fraksi
mineral ringan, sehubungan : Pertama, mineral berat pada batuan sumber
(beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil daripada mineral
utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahan dan susunan endapan sedimen
dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel (rasio hidraulik).

Placer pantai. Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan
gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan
partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali
membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah
besar dan berat partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian
terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan
menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan
dasar berukuran halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke bagian atas
berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat.

Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang
disebabkan oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan
mineral berat berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai
terbuka. Konsentrasi partikel mineral/bijih juga dimungkinkan
pada terrace hasil bentukan gelombang laut. Mineral-mineral terpenting yang
dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit,
intan, monazit, rutil, xenotim dan zirkon.

Mineral ikutan dalam endapan placer. Suatu cebakan pasir besi selain
mengandung mineral-mineral bijih besi utama tersebut dimungkinkan
berasosiasi dengan mineral-mineral mengandung Fe lainnya diantaranya :
pirit (FeS2), markasit (FeS), pirhotit (Fe1-xS), chamosit [Fe2Al2 SiO5(OH)4],

ilmenit (FeTiO3), wolframit [(Fe,Mn)WO4], kromit (FeCr2O4); atau juga

mineral-mineral non-Fe yang dapat memberikan nilai tambah seperti : rutil


(TiO2), kasiterit (SnO2), monasit [Ce,La,Nd, Th(PO4, SiO4)], intan, emas

(Au), platinum (Pt), xenotim (YPO4), zirkon (ZrSiO4) dan lain-lain.

Eksplorasi bijih besi

Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak


dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman
teknis eksplorasi bijih besi. Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan
berbagai pihak dalam melakukan kegiatan penyelidikan umum dan eksplorasi
bijih besi primer, agar ada kesamaan dalam melakukan kegiatan tersebut
diatas sampai pelaporan.

Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi
sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan
lapangan. Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi
studi literatur dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara
lain peta topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi,
palu dan kompas geologi, loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali,
magnetometer, kappameter dan peralatan geofisika.

Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi


meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi,
survei geofisika dan pemboran inti.

Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalah


analisis laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi
analisis kimia dan fisika. Unsur yang dianalisis kimia antara lain :
Fetotal, Fe2O3, Fe3O4, TiO2, S, P, SiO2, MgO, CaO, K2O, Al2O3, LOI. Analisis

fisika yang dilakukan antara lain : mineragrafi, petrografi, berat jenis


(BD). Sedangkan pengolahan data adalah interpretasi hasil dari penyelidikan
lapangan dan analisis laboratorium.

Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya


dilakukan melalui empat tahap sbb : Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi
umum, eksplorasi rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk
mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral
pada skala regional. Prospeksi, tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit
daerah yg mengandung endapan mineral yg potensial. Eksplorasi umum, tahap
eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang
teridentifikasi .

Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn


3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan
singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.

Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-aspek


geologi diantaranya : pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pemetaan
adalah pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan dengan aspek geologi
dilapangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi,
mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan
conto berupa batuan terpilih.

Penyelidikan Geofisika adalah penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik


batuan, untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan, geometri cebakan
mineral, serta sebarannya secara horizontal maupun secara vertical yang
mendukung penafsiran geologi dan geokimia secara langsung maupun tidak
langsung.

Pemboran inti dilakukan setelah penyelidikan geologi dan penyelidikan


geofisika. Penentuan jumlah cadangan (sumberdaya) mineral yang mempunyai
nilai ekonomis adalah suatu hal pertama kali yang perlu dikaji, dihitung
sesuai standar perhitungan cadangan yang berlaku, karena akan berpengaruh
terhadap optimasi rencana usaha tambang, umur tambang dan hasil yang akan
diperoleh.

Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang perlu diperhatikan antara lain :

- Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.

- Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi seluruh


data eksplorasi seperti pemboran, analisis conto, dll.

– Kelayakan penentuan batasan cadangan, seperti Cut of Grade, Stripping


Ratio, kedalaman maksimum penambangan, ketebalan minimum dan sebagainya
bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan sebaran bijih besi bawah
permukaan.
Metode penambangan ada 2 metode :

• Open Pit ( Tambang Terbuka )

1. Truck and Shovel

2. Dragline

• Underground ( Tambang Bawah Tanah )

Metode tambang bawah tanah terbagi mejadi:

·Open Stope Methodes


·Supported Stope Methodes
·Caving Methodes
·Coal Mining Methodes

Berdasarkan pembagian metode penambangan di atas, dapat kita ketahui bahwa


penambangan metode penambangan batubara dipisahkan dari metode-metode yang
lain.

Hal ini dikarenakan :

·Batubara berupa lapisan sedimen.


·Penyusunnya berupa Karbon, dan banyak mengandung Methane (gas beracun).

Selanjutnya, metode tambang bawah tanah tersebut dapat dijelaskan sebagai


berikut:

1.Open Stope Methodes


Open Stope Methodes adalah sistem tambang bawah tanah dengan ciri-ciri
:
a.Sedikit memakai penyangga, atau hampir tidak tidak ada.
b.Umumnya merupakan cara penambangan sederhana, atau tradisional.
c.Bisa menggunakan buruh-buruh yang tidak terlatih.
d.Cocok untuk endapan bijih dengan ciri-ciri:
-Endapan bijih dan batuan induk relative keras, sehingga tidak
mudah runtuh.
-Endapan bijih memiliki kemiringan lapisan (dip) lebih dari 70o.
-Ukuran bijih tidak terlalu besar.
-Tebal endapan bijih kurang dari 5 m.
-Antara batuan induk dan bijih mudah dibedakan atau terlihat jelas.
Sedangkan metode Open Stope Methode sendiri dibedakan menjadi:
a.Gophering Coyoting
b.Glory Hole Methode
c.Shrinkage Stoping
d.Sublevel Stoping
Berdasarkan pembagian di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.Gophering Coyoting
Metode Gophering Coyoting mempunyai ciri-ciri:
-Arah penambangan hanya mengikuti arah endapan bijih.
-Cara pengerjaannya tidak sistematis.
-Alat dan cara penambangnya sangat sederhana.
-Tanpa perencanaan rinci, karena dalam penambangnya hanya
mengikuti arah endapan.
b.Glory Hole Methode
Metode Glory Hole Methode merupakan system penambangan dengan
cara bebas membuat lubang bukaan, dikarenakan baik batuan induk
maupun endapan bijih relative kuat. mempunyai ciri-ciri:
-Metode ini cocok untuk endapan yang sempit atau relative
sedikit.
-Lebar endapan antara 1 – 5 m, tetapi dengan arah memanjang ke
bawah berbentuk bulat atau elips.
-Endapan bijih dan batuan induk kuat.
c.Shrinkage Stoping
Metode Shrinkage Stoping mempunyai syarat atau ciri-ciri:
-Cocok untuk batuan kuat.
-Endapan mempunyai kemiringan lebih dari 70o.
-Tebal endapan tidak lebih dari 3 m.
-Endapan bijih memiliki nilai yang tinggi baik kadar maupun
harganya.
-Endapan bijih harus homogen atau uniform.
-Penambangan tidak selektif.
-Bukan merupakan endapan Sulfida (Fe), karena endapan Sulfida
harus dengan metode selective mining, hal ini guna menghindari
pengaruhnya pada asam tambang.
d.Sublevel Stoping
Sublevel Stoping adalah penambangan bawah tanah dengan cara
membuat level-level, kemudian dibagi menjadi sublevel-sublevel.
Sedangkan syarat-syaratnya sebagai berikut:
-Ketebalan cebakan antara 1 – 20 m.
-Kemiringan lereng sebaiknya lebih dari 30o.
-Baik endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan keras.
-Batas endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan tidak ada
retak-retak ketika dilakukan penambangan. Hal ini diperlukan
agar tidak terjadi dilusi atau pencampuran dua material. Dalam
hal ini pencampuran endapan bijih dengan batuan induk.
-Penyebaran kadar bijih sebaiknya homogen.
2.Supported Stope Methode
Supported Stope Methode adalah metode penambangan bawah tanah yang
menggunakan penyangga dalam proses penambangannya. Secara umum ciri-
ciri Supported Stope Methode antara lain:
·Cocok untuk endapan bijih serta batuan induk yang lunak.
·Cara penambangannya secara sistematis.
Penyangga dalam tambang bawah tanah dibedakan menjadi dua, antara
lain:
a.Penyangga Alamiah
Penyangga alamiah adalah penyangga yang menggunakan material yang
berada atau dihasilkan dari proses penambangan itu sendiri.
Penyangga alamiah dibagi menjadi:
-Endapan bijih yang ditinggalkan atau tidak ditambang.
-Endapan bijih kadar rendah. Setelah dinilai tidak ekonomis,
endapan bijih ini ditinggalkan sebagai penyangga.
-Waste
-Batuan samping, atau material lain yang tidak ditambang.
b.Penyangga Buatan (Artificial Support)
Artificial support adalah penyangga buatan yang dimasukan ke dalam
tamang bawah tanah, agar tidak runtuh. Bahan penyangga buatan ini
disebut juga Material Filling, dapat berupa tailing, pasir, tanah,
semen, baja, kayu, maupun baut batuan.
Supported Stope Methode dibedakan menjadi:
a.Shrink and Fill Stoping
Merupakan metode penambangan dengan cara membuat level-level,
dimana level-level tersebut merupakan endapan bijih yang ditambang.
Di dalam level-level tersebut dibuat Stope-stope atau ruangan-
ruangan. Setelah selesai menambang dalam satu level, maka level
tersebut diisi kembali dengan material lalu dilanjutkan dengan
membuat level baru. Arah tambang pada metode ini relative
horizontal.
b.Cut and Fill Stoping
Merupakan metode penambangan dengan cara memotong batuan untuk
membuat stope dalam level. Setelah selesai menambang dalam satu
stope, maka stope tersebut diisi kembali tanpa menunggu selesai
dalam satu level. Ini yang membedakan dengan Shrink and Fill
Stoping. Syarat Cut and Fill Stoping antara lain:
-Endapan bijih tebalnya antara 1 – 6 m.
-Arah endapan relative mendatar tapi cukup tebal.
-Sebaiknya untuk endapan vein, kemiringannya harus lebih dari
45o.Dan untuk endapan yang bukan vein kurang dari 45o
-Endapan bijih keras, tapi batuan induknya lunak.
-Endapan bijih bernilai tinggi baik kadar maupun harganya.
c.Square Set Stoping
Pada dasarnya, system penambangan ini dengan cara membuat penyangga
yang lebih sistematis, dimana penyangganya berbentuk ruang (tiga
dimensi). Baik berupa kubus ataupun balok. Penyangganya sendiri
dapat berupa kayu maupun besi.
Ciri-ciri Square Set Stoping antara lain:
-Ongkos penyangganya sangat mahal.
-Kemiringan endapan lebih dari 45o
-Ketebalan bijih minimal 3,5 m.
-Baik endapan bijih maupun batuan induk mudah runtuh.
-Endapan tidak perlu memiliki batasan yang jelas antara endapan
bijih dan batuan induknya.
d.Stull Stoping
System penambangan ini meruapkan system penambangan yang memasang
penyangga dari footwall ke hanging wall. Stull sendiri berarti
kayu, sehingga pada system penambangan ini penyangganya menggunakan
kayu.
Ciri-ciri system penambangan ini antara lain:
-Bijih cukup kuat, sehingga tidak perlu langsung disangga, tapi
batuan induk mudah pecah menjadi bongkahan-bongkahan.
-Kemiringan endapan bijih tidka terlalu berpengengaruh.
-Ketebalan endapan bijih antara 1 – 5 m.
-Bijih harus bernilai tinggi.
-Recovery harus tinggi. Dan looses factor harus rendah,
mengingat biaya yang dibutuhkan untuk penyangga sangat mahal.
*Cara pemasangan penyangga dibedakan menjadi:

·Raise Set
Raise set merupakan cara pemasangan penyangga dari bawah ke atas.
·Lead Set
Lead set merupakan cara pemasangan penyangga maju, searah dengan
penambangan endapan bijih.
·Corner
Corner set merupakan cara pemasangna penyangga ke arah samping atau
juga menyudut.

*Vein atau urat batuan adalah intrusi batuan lain ke dalam batuan induk.
Intusi terjadi melalui rekahan-rekahan batuan induk, dan lebih keras
daripada batuan induk.

* Endapan bijih dalam sebuah cebakan relative berbeda kadarnya pada masing-
masing bagiannya. Mengenai kadarnya dapat dihitung dengan menggunakan
metode IMD dan juga IDW yang diperlajari di matakuliah Geostatik.

*Drift adalah lubang bukaan yang menghubungkan antar level secara vertikal.

*Raise adalah lubang bukaan horizontal yang berfungsi sebagai jalan keluar-
masuk pekerja dan juga mengeluarkan endapan bijih.

*Level adalah lubang bukaan yang bertingkat-tingkat.

You might also like