You are on page 1of 19

MEDIUM - HIGH VOLTAGE SWITCHYARDS

SUPPORTING EQUIPMENT

Eko Prasetyo
(2205 100 092)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2009
1. CIRCUIT BREAKER
Circuit breaker (CB) atau Pemutus Daya (PMT) adalah peralatan
pada sistem tenaga listrik yang berfungsi untuk memutuskan hubungan
antara sisi sumber tenaga listrik dan sisi beban yang dapat bekerja secara
otomatis ketika terjadi gangguan atau secara manual ketika dilakukan
perawatan atau perbaikan.
Ketika kontak PMT dipisahkan, beda potensial di antara kontak
tersebut menimbulkan medan elektrik di antara kontak tersebut. Medan
elektrik ini akan menimbulkan ionisasi yang mengakibatkan terjadinya
perpindahan elektron bebas ke sisi beban sehingga muatan akan terus
berpindah ke sisi beban dan arus tetap mengalir. Karena hal ini
menimbulkan emisi thermis yang cukup besar, maka timbul busur api
(arc) di antara kontak PMT tersebut. Agar tidak mengganggu kestabilan
sistem, maka arc tersebut harus segera dipadamkan. Berdasarkan metode
dalam pemadaman arc tersebut, PMT dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
A. Air Circuit breaker (Pemutus Daya Udara)
PMT jenis ini menggunakan metode yang paling sederhana, yaitu
memperpanjang lintasan arc. Karena efek pemanjangan lintasan ini
diharapkan arc dapat segera dipadamkan. Adapun beberapa bentuk
pemanjangan lintasan pada kontak PMT yang umum dikenal adalah
sebagai berikut :
ƒ Kontak Sela Tanduk
Pada PMT ini arc dihilangkan dengan memperpanjang lintasan
arc hingga ujung terjauh kontak. PMT jenis ini biasa digunakan
pada instalasi listrik AC dan DC tegangan rendah dengan arus
pemutusan hingga ratusan ampere.

Gambar 1. Air CB Kontak Sela Tanduk


ƒ Kontak Tabir Konduktor
Pada PMT ini, konduktor metal yang terletak di antara kontak
memotong arc yang muncul sehingga hasil pemotongan arc pada
tiap tabir mengalami pemanjangan lintasan dan pendinginan dan
arc dapat segera dipadamkan. PMT jenis ini dapat digunakan
hingga tegangan beberapa ribu volt dan arus hingga beberapa
ribu ampere.

Gambar 2. Air CB Tabir Konduktor


ƒ Kontak Tabir Isolator
Pada PMT ini, tabir isolator yang terdapat di antara kontak
membuat arc terpaksa menelusuri permukaan tabir untuk bisa
mencapai kontak. Pada PMT jenis ini pemadaman arc terjadi
karena efek pemanjangan lintasan, pendinginan, dan peluang
partikel bermuatan untuk mengadakan rekombinasi. PMT jenis
ini dapat digunakan hingga tegangan 10kV dan arus hingga 50kA

Gambar 3. Air CB Tabir Isolator

B. Oil Circuit breaker (Pemutus Daya Minyak)


Pada PMT jenis ini, ketika kontak terbuka, arc akan terjadi dengan
media sekitar berupa minyak sehingga minyak menguap dan
menimbulkan gelembung gas yang menyelubungi arc di antara kontak.
Gelembung ini membuat minyak terdekomposisi sehingga
menimbulkan gas hidrogen yang menghambat arc. Dengan adanya
media minyak ini, diharapkan arc dapat segera dipadamkan.
Kelemahan dari penggunaan PMT minyak ini adalah karena minyak
mudah terbakar, kekentalan minyak menghambat pemisahan kontak,
dan dimensi PMT yang terlalu besar, karena alasan inilah PMT jenis ini
jarang dipergunakan untuk wilayah yang hanya menyediakan tempat
yang tidak cukup besar.

Gambar 4. Oil CB

C. Air blast Circuit breaker (Pemutus Daya Udara Tekan)


PMT jenis ini dirancang untuk mengatasi kelemahan dari PMT
minyak yaitu dengan menggunakan isolator kontak yang tidak mudah
terbakar dan tidak menghambat pergerakan kontak sehingga
pemadaman arc dapat dilakukan lebih cepat. Saat kontak terbuka dan
arc muncul, udara bertekanan tinggi ditiupkan di antara kontak untuk
menyingkirkan partikel bermuatan dari sela antara kedua kontak
sehingga membuat arc semakin cepat padam.
PMT jenis ini mampu bekerja hingga tegangan 765kV dan arus
40kA. Karena memiliki ukuran yang cukup kecil, maka PMT jenis ini
lebih dipilih daripada PMT minyak untuk dipergunakan pada wilayah
yang menyediakan tempat yang tidak terlalu besar.

Gambar 5. Air blast CB


Gambar 6. Air blast CB Rating 500kV

D. SF6 Circuit breaker (Pemutus Daya SF6)


PMT jenis ini memiliki prinsip kerja yang hampir sama dengan PMT
udara tekan. Perbedaannya terletak pada penggantian penggunaan
udara dengan gas SF6 dan sistem yang tertutup dari udara luar. Saat
kontak terbuka dan arc muncul, gas SF6 bertekanan tinggi ditiupkan di
antara kontak untuk menyingkirkan partikel bermuatan dari sela antara
kedua kontak sehingga membuat arc semakin cepat padam.
Gas SF6 dipilih karena sifat gas ini yang merupakan bahan isolasi
dan pendingin yang baik. Gas ini tidak boleh bocor dan bercampur
dengan udara luar, sehingga sistem dibuat tertutup dan gas SF6 yang
telah ditiupkan ditampung pada penampung tersendiri. Seperti halnya
PMT udara tekan, ukuran PMT SF6 ini juga mendukung PMT ini untuk
dapat ditempatkan pada wilayah yang menyediakan tempat yang tidak
terlalu besar.

Gambar 7. SF6 CB Rating 500kV


E. Vacuum Circuit breaker (Pemutus Daya Vakum)
Pada PMT jenis ini kontak ditempatkan pada suatu bilik yang
vakum. Tidak boleh terjadi kebocoran sedikitpun pada bilik ini. PMT
jenis ini umumnya tidak menggunakan kontak yang bergerak secara
mekanik seperti kontak yang lain. Kontak mekanik akan menyebabkan
pergeseran kontak yang memungkinkan terjadinya kebocoran.
Untuk mencegah kebocoran tersebut maka digunakan logam
fleksibel berbentuk gelombang yang dapat diperpanjang dan
diperpendek. Pada PMT vakum, pemadaman arc dilakukan dengan
memperpanjang lintasan serta menghilangkan molekul udara yang
dapat mengalami ionisasi. Untuk saat ini PMT jenis ini mempunyai
batas kerja hingga tegangan 38kV saja karena kendala dalam
pemakaian logam fleksibel yang digunakan. Pemakaian logam fleksibel
menyebabkan jarak antar kontak ketika lepas tidak terlalu jauh,
sehingga tegangan kerja-nya pun tidak dapat terlalu tinggi. Umumnya
ukuran PMT jenis ini sedikit lebih kecil dari PMT udara tekan dan PMT
SF6. Pada gambar 9 terdapat contoh produk PMT vakum berikut
karakteristiknya.

Gambar 8. Vacuum CB

Gambar 9. Vacuum CB Rating 12-24kV buatan VEI


Karakteristik :

2. DISCONNECTING SWITCH
Disconnecting switch (DS) atau Pemisah (PMS) adalah peralatan
pada sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah yang
dapat memutus dan menyambung rangkaian dengan arus yang rendah (±
5A), biasa dipakai ketika dilakukan perawatan atau perbaikan. PMS
terletak di antara sumber tenaga listrik dan PMT serta di antara PMT dan
beban.
Berdasarkan posisinya, PMS dibagi menjadi 3 macam yaitu PMS
jaringan, PMS bus, dan PMS trafo. Pada dasarnya PMS dipakai untuk
membebaskan PMT dari tegangan yang tersambung kepada PMT tersebut.
Agar dapat dilakukan perawatan ataut perbaikan pada PMT tersebut, maka
PMS harus dibuka agar pada PMT tidak terdapat tegangan dan PMT aman
bagi teknisi.

di mana,
SP = Saklar Pemutus
PD = Pemutus Daya
SB = Saklar Bumi

Gambar 10. Diagram Sistem PMS


Pada PMS terdapat mekanisme interlocking yang befungsi untuk
mengamankan pembukaan dan penutupan PMS. Mekanisme interlocking
tersebut adalah :
ƒ PMS tidak dapat ditutup ketika PMT dalam posisi tertutup.
ƒ Saklar pembumian (Earthing Switch) dapat ditutup hanya ketika
PMS dalam keadaan terbuka.
ƒ PMS dapat ditutup hanya ketika PMT dan ES terbuka.
ƒ PMT dapat ditutup hanya ketika PMS dalam kondisi telah terbuka
atau telah tertutup.
Beberapa macam PMS yang umum digunakan pada sistem jaringan
listrik :
• PMS Dua Isolator Pemisah Tunggal

Gambar 11. PMS Dua Isolator Pemisah Tunggal

• PMS Tiga Isolator Pemisah Ganda

Gambar 12. PMS Tiga Isolator Pemisah Ganda


Contoh PMS yang digunakan pada jaringan sistem tenaga listrik :
• Vertical Rotary Center-break Disconnecting switch

Gambar 13. Vertical Rotary Center-break DS Rating 420kV


buatan Electroputere
Karakteristik :
Rated voltage: 420 kV

Rated current: 2500-3150 A

Rated frequency: 50Hz or optionally 60 Hz

Power frequency / lightning impulse (1.2/50ms) / switching impulse (250/2500 ms)


insulation level:

to earth and between phases 520/1425/1050kV


to the sectioning distance: 610/1425 (+240)/900 (+345)kV

Rated permissible current for 1 sec.: 40 ; 50 kA

Peak value of rated permissible current: 100 ; 125 kA

Specific creepage distance of insulators: 25 mm/kV ; 31 mm/kV

Climate: temperate or tropical

Construction: single-pole

Reference standards: SR EN 60129; IEC 129

• Vertical Rotary Disconnecting switch

Gambar 14. Vertical Rotary Disconnecting switch Rating 12-36kV


buatan Electroputere
Karakteristik :
Rated power frequency withstand voltage
Rated lightning impulse withstand voltage
Rated for 1 minute
voltage to earth and between the contacts of to earth and between the contacts of
(kV) between pole the same pole between poles the same pole
(kV) (kV) (kV) (kV)

12 75 85 28 32

24 125 145 50 60

36 170 195 70 80

Continuous duty rated current: 400; 630; 800 A

Peak value of rated permissible current (including the earthing knives): 80 kA

Rated short-time permissible current (including the earthing knives): 31.5 kA

Rated short-circuit time: 1s

3. CURRENT TRANSFORMER
Current transformer (CT) atau Trafo Arus adalah peralatan pada
sistem tenaga listrik yang berupa trafo yang digunakan untuk pengukuran
arus yang besarnya hingga ratusan ampere dan arus yang mengalir pada
jaringan tegangan tinggi. Di samping untuk pengukuran arus, trafo arus
juga digunakan untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak
jauh, dan rele proteksi. Kumparan primer trafo dihubungkan seri dengan
rangkaian atau jaringan yang akan dikur arusnya sedangkan kumparan
sekunder dihubungkan dengan meter atau dengan rele proteksi.

Gambar 15. Rangkaian Konstruksi Trafo Arus

Prinsip kerja trafo arus sama dengan trafo daya satu fasa. Bila pada
kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan timbul gaya
gerak magnet sebesar N1I1. Gaya gerak ini memproduksi fluks pada inti,
dan fluks ini membangkitkan gaya gerak listrik pada kumparan sekunder.
Bila terminal kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder
mengalir arus I1. Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada
kumparan sekunder. Pada trafo arus biasa dipasang burden pada bagian
sekunder yang berfungsi sebagai impedansi beban, sehingga trafo tidak
benar-benar short circuit. Apabila trafo adalah trafo ideal, maka berlaku
persamaan :
N1I1 = N2I2
I1/I2 = N2/N1
di mana, N1 : Jumlah belitan kumparan primer
N2 : Jumlah belitan kumparan sekunder
I1 : Arus kumparan primer
I2 : Arus kumparan sekunder
Dalam pemakaian sehari-hari, trafo arus dibagi menjadi jenis-jenis
tertentu berdasarkan syarat-syarat tertentu pula, adapun pembagian jenis
trafo arus adalah sebagai berikut :

ƒ Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Kumparan Primer


a. Jenis Kumparan (Wound)
Biasa digunakan untuk pengukuran pada arus rendah, burden yang
besar, atau pengukuran yang membutuhkan ketelitian tinggi.
Belitan primer tergantung pada arus primer yang akan diukur,
biasanya tidak lebih dari 5 belitan. Penambahan belitan primer akan
mengurangi faktor thermal dan dinamis arus hubung singkat.
b. Jenis Bar (Bar)
Konstruksinya mampu menahan arus hubung singkat yang cukup
tinggi sehingga memiliki faktor thermis dan dinamis arus hubung
singkat yang tinggi. Keburukannya, ukuran inti yang paling
ekonomis diperoleh pada arus pengenal yang cukup tinggi yaitu
1000A.

ƒ Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Rasio


a. Jenis Rasio Tunggal
Rasio tunggal adalah trafo arus dengan satu kumparan primer dan
satu kumparan sekunder.
b. Jenis Rasio Ganda
Rasio ganda diperoleh dengan membagi kumparan primer menjadi
beberapa kelompok yang dihubungkan seri atau paralel.
Gambar 16. Ilustrasi Trafo Arus Rasio Ganda

ƒ Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Inti


a. Inti Tunggal
Digunakan apabila sistem membutuhkan salah satu fungsi saja,
yaitu untuk pengukuran atau proteksi.
b. Inti Ganda
Digunakan apabila sistem membutuhkan arus untuk pengukuran
dan proteksi sekaligus.

Gambar 17. Ilustrasi Trafo Arus Inti Ganda

ƒ Jenis Trafo Arus Menurut Konstruksi Isolasi


a. Isolasi Epoksi-Resin
Biasa dipakai hingga tegangan 110KV. Memiliki kekuatan hubung
singkat yang cukup tinggi karena semua belitan tertanam pada
bahan isolasi. Terdapat 2 jenis, yaitu jenis bushing dan pendukung.

Gambar 18. Jenis Trafo Arus dengan Isolasi Epoksi-Resin

b. Isolasi Minyak-Kertas
Isolasi minyak kertas ditempatkan pada kerangka porselen.
Merupakan trafo arus untuk tegangan tinggi yang digunakan pada
gardu induk dengan pemasangan luar. Dibedakan menjadi jenis
tangki logam, kerangka isolasi, dan jenis gardu. Kelebihannya,
penyulang pada sisi primer lebih pendek, digunakan untuk arus
pengenal dan arus hubung singkat yang besar.

Gambar 19. Jenis Trafo Arus dengan Isolasi Minyak-Kertas

c. Isolasi Koaksial
Jenis trafo arus dengan isolasi koaksial biasa ditemui pada kabel,
bushing trafo, atau pada rel daya berisolasi gas SF6. Sering
digunakan inti berbentuk cincin dengan belitan sekunder yang
dibelit secara seragam pada cincin dan dimasukkan pada isolasi,
dengan demikian terbuka jalan untuk membawa lapisan terluar
bagian yang di-ground keluar dari trafo arus.

Gambar 20. Trafo Arus Inti Cincin dalam Rel Daya Isolasi SF6

Contoh Trafo Arus yang digunakan pada jaringan sistem tenaga


listrik :
Gambar 21. CT buatan Kuhlman tipe wound, oil filled

4. CAPACITIVE VOLTAGE TRANSFORMER


Capacitive Voltage Transformer (CVT) atau Trafo Tegangan Kapasitif
adalah peralatan pada sistem tenaga listrik yang berupa trafo satu fasa
step down yang mentransformasi tegangan pada jaringan ke suatu sistem
tegangan rendah yang layak untuk perlengkapan indikator, alat ukur, rele,
dan alat sinkronisasi dengan pembagi tegangan kapasitif.
CVT akan lebih ekonomis lagi bila digunakan secara multifungsi,
yaitu keperluan pengukuran tegangan tinggi, pembawa signal komunikasi
(power line carrier - PLC), dan kendali jarak jauh (remote control).

Gambar 22. Rangkaian Kompleks CVT

Secara umum, beberapa kapasitor gulung dielektrik kertas-minyak


dihubungkan seri dan disusun dalam kerangka porselen. Belitan resonansi
dan trafo magnetik intermediasi diletakkan dalam bejana logam. Terminal
K dapat langsung dibumikan atau dihubungkan dengan alat komunikasi
(PLC). Agar efektif sebagai koupling kapasitansi, maka Ct dan C2 harus
memiliki nilai minimum 4400pF. CVT akan menjadi lebih ekonomis untuk
rating tegangan 110kV dan di atasnya, terutama apabila digunakan untuk
PLC. Keburukan metode ini adalah osilasi resonansi besi yang
menyebabkan tegangan lebih yang cukup besar yang dapat menimbulkan
rugi panas pada inti magnetik dan belitan.

Gambar 23. Rangkaian Umum CVT

Gambar 24. CVT 500kV buatan Ritz


5. LIGHTNING ARRESTER
Lightning arrester (LA) adalah peralatan pada sistem tenaga listrik
yang berfungsi sebagai pengaman terhadap tegangan surja yang terjadi
ketika terjadi sambaran petir. Sambaran petir pada jaringan hantaran
udara sistem tenaga listrik merupakan suntikan muatan listrik yang
menimbulkan kenaikan tegangan sesaat yang cukup besar pada jaringan.
Agar tegangan lebih tersebut tidak merusak isolasi peralatan pada
jaringan, maka dipasang pelindung yang akan mengalirkan surja petir
tersebut ke tanah. Terdapat dua macam arrester yang umum
dipergunakan, yaitu :
ƒ Jenis Ekspulsi
Arrester jenis ini mempunyai dua jenis sela, yaitu sela luar dan sela
dalam. Sela dalam diletakkan di dalam tabung serat. Ketika pada
terminal arrester tiba suatu surja petir, maka kedua sela tepercik. Arus
susulan memanaskan permukaan dalam tabung serat, sehingga tabung
akan mengeluarkan gas. Arus tersebut merupakan arus yang
berbentuk sinusoidal, sehingga suatu saat pasti akan mencapai siklus
dengan nilai nol. Ketika mencapai nol, maka gas pada tabung akan
menjadi isolasi yang akan memadamkan arus tersebut. Arrester jenis
ini mampu melindungi trafo distribusi dengan rating tegangan 3-15kV,
tetapi belum mampu melindungi trafo daya yang memiliki rating daya
lebih besar. Arrester jenis ekspulsi ini dapat juga dipasang pada
saluran transmisi hantaran udara untuk mengurangi gangguan surja
petir yang masuk ke gardu induk.

Gambar 25. Arrester Jenis Ekspulsi


ƒ Jenis Katup
Arrester jenis ini berupa beberapa sela percik yang dihubungkan
seri dengan resistor tak linier. Resistor tak linier akan memiliki tahanan
yang rendah ketika dialiri arus besar dan tahanan akan menjadi besar
ketika arus kecil. Resistor yang umum digunakan berasal dari bahan
silikon karbid. Sela percik dan resistor tak linier ditempatkan pada
tabung isolasi sehingga arrester ini tak dipengaruhi udara luar.
Metode pengamanan pada arrester ini adalah, ketika terjadi surja
petir dan sela arrester akan tepercik maka akan ada arus masuk yang
cukup besar pada arrester. Karena resistor yang digunakan adalah
resistor tak linier, maka ketika awal surja nilai tahanan akan mengecil
karena arus yang membesar. Hal ini akan membatasi tegangan
maksimal pada terminal arrester, namun ketika arus mulai turun maka
tahanan resistor membesar, sehingga arus susulan dapat dihambat
oleh nilai tahanan yang besar ini. Biasanya arus dapat dikendalikan
hingga mencapai arus nominal yang dikenal sebagai arus kendali
sebesar 50A. Saat tegangan sesaat sistem nol, percikan akan padam
dan arus kendali menjadi nol serta arus susulan tidak berlanjut lagi.
Secara umum arrester jenis katup dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
a. Jenis Gardu
b. Jenis Saluran (15-39kV)
c. Jenis Gardu untuk Mesin (2,4-15kV)
d. Jenis Distribusi untuk Mesin (120-750V)

Gambar 26. Arrester Jenis Katup


Gambar 26. Lightning arrester Jenis Gardu Rating 150kV
DAFTAR PUSTAKA

• http://www.wikipedia.org
• http://www.elektroindonesia.com
• http://www.electroputere.ro
• http://www.ritz-international.de
• http://www.www.vei.it
• http://www.kuhlman.com
• Sihombing, JM. Sistem Penyaluran Tenaga Listrik, PUSAT PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI BARU TERBARUKAN, 2006.
• Tobing, Bonggas L. Peralatan Tegangan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta, 2003.
• Marsudi, Djiteng. Pembangkitan Energi Listrik, Erlangga: Jakarta, 2005.
• _.Diktat Perlengkapan Pusat Tenaga Listrik, JTE-FTI ITS: Surabaya.

You might also like