You are on page 1of 37

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

DI SMP

Oleh:
Didi Teguh Chandra 1

A. DASAR PEMIKIRAN
Sistem pendidikan tidak terpisahkan dari keseluruhan sistem tatanan
kehidupan manusia. Artinya, sistem pendidikan merupakan bagian
integral dalam keseluruhan sistem kehidupan, dan berperan penting
serta strategis dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia.

Dalam konteks nasional, kehidupan berbangsa dan bernegara di


Indonesia tengah memasuki babakan baru, yakni reformasi atau
pembaharuan tatanan yang ditujukan untuk meningkatkan harkat dan
martabat bangsa agar dapat sejajar dan mampu bersaing dalam
percaturan kehidupan dengan bangsa lain. Dalam mencapai tujuan
tersebut diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi; atau
pelbagai kompetensi yang berdaya dan berhasilguna demi membangun
diri dan bangsa.

Di samping memasuki tatanan reformasi, bangsa Indonesia juga tidak


dapat mengelak dari derasnya arus globalisasi yang berdampak terhadap
pelbagai dimensi kehidupan. Dalam masyarakat global, manusia hidup
di antara manusia lain yang bertekad kuat untuk berdaya-saing tinggi.
Bangsa Indonesia dalam masyarakat global harus berkompetisi dalam
standar dan pasar internasional, bukan hanya dalam produk materi,
melainkan dalam pikiran dan gagasan.

Kata kunci reformasi maupun globalisasi adalah perubahan dalam


pelbagai dimensi kehidupan manusia, pada masa ini menuntut agar
suatu bangsa dapat berperan serta aktif dan tidak menjadi obyek bangsa
lain adalah bangsa yang memiliki kulitas sumber daya manusia yang baik
yang dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan
masyarakat suatu bangsa menurut Alfin Tofler (1980) dapat
dikelompokkan menjadi 3 gelombang perubahan, yaitu:

Gelombang Pertama: Masyarakat Pertanian.


Teknologi mebantu transisi dari masyarakat berpindah menjadi
masyarakat pertanian. Salah satu teknologi yang dibutuhkan
adalah ”Bajak”

Gelombang Kedua: Masyarakat Industri

1
Dosen FPMIPA UPI, Konsultan Dit. PSMP
Industri-industri dikembangkan dalam skala besar dan mesin-mesin
dipergunakan dalam proses industri. Mesin membebaskan orang dari
kerja berat. Produksi barang menjadi lebih menonjol dibandingkan
produksi makanan

Gelombang Ketiga: Masyarakat Informasi


Merebaknya media masa seperti televisi dan surat kabar telah merubah
masyarakat secara dramatis. Masyarakat dunia saat ini sedang berubah
menjadi masyarakat informasi di mana pemrosesan informasi
merupakan aktifitas yang paling penting. Informasi yang paling muktahir
dapat diperoleh setiap saat di seluruh dunia. Kemungkinan-
kemungkinan komunikasi telah menciptakan suatu desa global

Kenyataan lain, dewasa ini dan masa yang akan datang, ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin meningkat peranannya dalam
kehidupan manusia serta memiliki peran dan kontribusi yang besar
dalam mengubah pola dan tatanan kehidupan modern. Seiring dengan
pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tersebut,
budaya masyarakat juga turut berubah dengan cepat. Pada era ini
masyarakat berhadapan dengan ragam perubahan jenis perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan tersebut antara lain sebagai
berikut:
ƒ Meningkatnya jaringan kerja/sistem (Contoh: sistem informasi,
Sistem Transfortasi, Sistem Bangunan Air).
ƒ Perubahan produk dari yang berukuran besar menjadi berukuran
kecil (Contoh: Komputer, telepon, Alat-alat AudioVisual).
ƒ Perkembangan dari alat-alat tangan manual /secaramekanis ke
alat-alat otomatis (Contoh: Alat-alat RumahTangga,Proses-
prosesProduksi).
ƒ Perkembangan dari produk dengan materi yang berat ke
pengunaan materi yang ringang (Contoh: Konstruksi/ Kendaraan
berat ke ringan).

Parlemen negera-negara Eropa sejak tahun 1972 menyadari bahwa pada


saat ini dan masa yang akan datang anak tumbuh dan berkembang
dalam dunia yang penuh dengan teknologi. derajat keterlibatan anak
dengan teknologi akan menentukan perkembangan pengetahuan dan
minat mereka terhadap teknologi. sementara itu pengetahuan tentang
teknologi telah menjadi gejala sosial budaya yang tidak mudah untuk
dibendung. perkembangan teknologi yang sangat cepat menyebabkan
bidang dan karakteristik pekerjaan masa mendatang tidak mudah
diprediksi. untuk itulah diperlukan pendidikan teknologi yang mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan mendatang.

Untuk menjawab tantangan perubahan tersebut tiada lain adalah


pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas yang memiliki
kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara
sistematis, terstruktur, dan rasional melalui jenjang pendidikan formal
yang prospektif, yakni pendidikan yang terfokus kepada pencapaian
suatu masyarakat yang berkualitas yang mempu menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mampu belajar sepanjang hayat se dini
mungkin.

Dalam fokus pendidikan yang seperti itu terkandung implikasi, bahwa


upaya pendidikan bukan hanya menyiapkan manusia untuk menguasai
pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja
pada saat kini; melainkan manusia yang mampu, sanggup, dan mau
belajar sepanjang hidupnya. Dengan kata lain, belajar bukan sekadar
aktivitas formal yang dibatasi oleh dinding kelas; tetapi belajar sebagai
visi, misi dan strategi atau ruh aktivitas kehidupan manusia sehari-hari
yang berhadapan dengan lingkungan, ilmu pengetahuan, dan teknologi
yang selalu berubah.

Satuan pendidikan SMP merupakan bagian dari jenjang pendidikan


dasar yang menghasilkan jumlah lulusan paling banyak. Lulusan SMP
memberikan sumbangan terhadap masalah penyiapan sumber daya
manusia berkulitas yang melek teknologi. Oleh karena itu program
pembelajaran di SMP perlu menerapkan pembelajaran tentang
teknologi.

UU RI No . 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal


37 ayat (1) huruf (i), Kurikulum Pendidikan Dasar dan menengah wajib
memuat keterampilan / kejuruan. Selain itu juga PP RI No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7 ayat (4), menyatakan
bahwa kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMP/ MTs/SMPLB/Paket B, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan,
dan/atau teknologi informasi dan komunikasi serta muatan lokal yang
relevan. Istilah kejuruan telah memberikan ruang bahwa di jenjang SMP,
bahkan di jenjang SD dan SMA dapat diberikan pendidikan kejuruan.

Dengan pertimbangan bahwa lulusan SMP diorientasikan untuk


melanjutkan pendidikan, maka penddikan kejuruan yang diberikan di
jenjang SMP harus berbasis luas (broad based) agar memberikan
kesempatan yang lebih luas bagi peserta didik untuk mengembangkan
minat, bakat, dan kemampuan dasarnya dalam bidang teknologi.
Berdasarkan pemahaman di atas, mata pelajaran yang tepat untuk
memenuhi tujuan tersebut adalah mata pelajaran Pendidikan Teknologi
Dasar (PTD).

B. PERSPEKTIF PENGEMBANGAN MUTU SUMBERDAYA MANUSIA


Kenyataan tentang pranata pendidikan yang berfungsi sebagai
pengembang sumberdaya manusia (human resources) bermutu yang
memiliki kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sudah
merupakan suatu keharusan dalam kehidupan masyarakat yang
majemuk (Bhinneka) seperti Indonesia. Kondisi seperti itu berdampak
tidak hanya terhadap pengayaan wawasan konseptual, melainkan
berimplikasi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara serta upaya
pengembangan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak
bukti empirik yang menunjukkan bahwa suatu negara yang lebih
memprioritaskan pembangunan pendidikan daripada pranata lainnya,
ternyata sanggup menghasilkan sumberdaya manusia yang lebih unggul,
produktif, inovatif dalam percaturan kehidupan global. Sebaliknya,
suatu negara atau bangsa yang mengecilkan pembangunan pranata
pendidikan lebih cepat mengalami keterpurukan, disebabkan
sumberdaya manusianya tidak berdayasaing tinggi dalam percaturan
kehidupan.

Pendidikan sebagai hajat hidup bangsa di negara manapun selalu


diorientasikan kepada pengembangan individu (manusia) agar mencapai
pribadi yang lebih bermutu, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perbedaan yang esensial antara satu negara dengan negara lainnya
terletak pada formulasi konsep pribadi yang bermutu itu serta praksis
pendidikan sebagai upaya pencapaiannya.
Dalam menempuh pembangunan pranata pendidikan yang berfungsi
seperti itu diperlukan kebijakan yang bervisi prospektif, yang ditunjang
oleh gagasan konseptual yang komprehensif dan manajemen praksis
pendidikan yang terintegrasi dan mutakhir. Dengan kata lain, pada
tingkat pemerintahan harus ada kemauan politik yang memihak
pendidikan, yang ditunjang oleh para pakar dan cendekiawan yang
kompeten dalam melahirkan gagasan kreatif dan inovatif, serta kalangan
praktisi di lapangan yang profesional.

1. Makna Manusia Bermutu


Hakikat individu yang lebih bermutu dalam dunia pendidikan di
Indonesia mengacu pada individu sebagai pribadi yang utuh. Pribadi
yang utuh sebagai hasil pendidikan, tertuang secara ideal dalam fungsi
dan tujuan pendidikan nasional yang berbunyi: mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas).

Tujuan tersebut memberikan acuan bahwa seluruh jenjang dan jalur


pendidikan di Indonesia seyogianya berupaya untuk mencapai manusia
yang cerdas dengan ciri-ciri sebagaimana disebutkan. Tujuan yang ideal
itu hendaknya ditransformasikan secara lebih operasional, baik pada
tataran institusi pendidikan, kurikulum atau program, maupun pada
tataran instruksional hingga lebih memungkinkan untuk dicapai.
Persoalan selanjutnya terletak pada rumusan tujuan pendidikan pada
tataran empirik dan proses pendidikan, serta keterkaitan pencapaian
hasil pendidikan dengan pemenuhan kebutuhan manusia pengisi masa
depan negara Indonesia. Secara operasional persoalannya dapat
diungkapkan ke dalam pertanyaan sebagai berikut: (1) Adakah rumusan
kriteria standar pencapaian tujuan untuk setiap jenjang dan jenis
pendidikan?; (2) Apakah rumusan tujuan tersebut sesuai dengan
tuntutan dan perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan?; (3)
Konsep strategi makro pendidikan seperti apa yang seyogianya
dijadikan acuan?; dan (4) Implikasi strategis seperti apa yang dapat
menunjang penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi
pengembangan individu seperti itu?

Pertanyaan pertama lebih mengacu kepada perlunya dilakukan


penelitian yang komprehensif tentang karakteristik manusia cerdas, yang
menghasilkan standar-standar minimal pencapaian tujuan pendidikan
untuk setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pertanyaan kedua merujuk
pada pemikiran rasional yang menjelaskan dan memprediksi tentang
perkembangan masyarakat Indonesia masa depan di tengah-tengah
kehidupan masyarakat dan bangsa lain di dunia ini. Dengan kata lain,
pertanyaan kedua mengarah kepada jawaban tentang skenario
masyarakat Indonesia masa depan, yang mencakup individu-individu
yang bermutu sebagaimana diharapkan oleh tujuan pendidikan.
Pertanyaan ketiga merupakan arahan implikatif bagi praksis pendidikan
yang berorientasi pengembangan pribadi berdasarkan skenario
masyarakat yang diprediksikan. Kemudian pertanyaan keempat lebih
menegaskan strategi mikro pendidikan.

2. Skenario Masyarakat Masa Depan


Skenario masyarakat masa depan merupakan gambaran masyarakat hari
ini dan sesudahnya, yang inklusif dengan individu-individu sebagai
pribadi yang bermutu sebagaimana menjadi orientasi pendidikan.
Asumsi yang melandasinya adalah, bahwa proses pendidikan yang
diselenggarakan hari ini pada hakikatnya diarahkan kepada pengisi
kehidupan masa depan. Tidak ada proses pendidikan yang ditujukan
untuk mengembangkan pengisi masa lampau yang telah lewat. Dengan
kata lain, tujuan pendidikan yang diformulasikan ke dalam pernyataan
yang akan dicapai berkaitan erat dengan masyarakat masa depan yang
diproyeksikan.

Apa masa depan itu? Masa depan itu adalah sekarang, saat ini, detik ini,
dan dia mencakup seluruh masa sesudahnya (Ziauddin Sardar, 1979).
Dikarenakan dipandang dari saat ini, maka masa depan terbentuk dari
beberapa alternatif masa depan yang dituju oleh masyarakat Indonesia.
Selanjutnya alternatif masa depan itu dapat dianggap sebagai horizon
rencana yang dapat dipilih dan akan mendatangkan hasil.

Sardar (1979) membagi horizon rencana itu ke dalam lima periode dasar,
yaitu sebagai berikut: (1) Masa depan terdekat, dimulai sejak saat ini
sampai tahun depan. Sebagai suatu horizon rencana, masa depan ini
mengetengahkan pilihan yang agak terbatas, sebab masih bergantung
kepada masa lampau. Keputusan atau tindakan yang diambil saat ini
hanya memberi pengaruh kecil, bahkan mungkin tidak berpengaruh
sama sekali; (2) Masa depan yang dekat, dimulai dari tahun ini sampai
lima tahun mendatang dan merupakan jangka waktu yang banyak
dipilih untuk rencana-rencana perkembangan dari hampir semua negara
berkembang. Keputusan dan pilihan kebijaksanaan dapat dibuat dan
dapat menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan besar dalam
jangka waktu ini; tapi tidak benar-benar menyuguhkan perubahan yang
sifatnya revolusioner dalam jangka waktu yang sesingkat itu; (3) Masa
depan satu generasi, yakni masa depan yang berkisar dari lima sampai
dua puluh tahun, yang merupakan waktu yang diperlukan untuk
menumbuhkan dan mematangkan satu generasi. Dalam kerangka ini,
keputusan dan kebijaksanaan yang diambil sekarang dapat
mempengaruhi masa depan generasi berikutnya. Dengan wawasan ke
muka dan diciptakannya keadaan yang sesuai, hampir semua rencana
dapat dijadikan kenyataan dalam jangka waktu ini; (4) Masa depan
multigenerasi/jangka panjang, yakni jangka waktu yang mencakup
beberapa generasi, berkisar dari lima puluh sampai enam puluh tahun.
Meskipun pada umumnya merupakan masa depan yang tak dapat
dikendalikan (dari sekarang), tidaklah mustahil untuk melihat/merebut
kesempatan/krisis di muka; dan (5) Masa depan yang jauh berkisar dari
lima puluh tahun dan seterusnya. Dalam jangka waktu ini hanya
mungkin untuk membuat spekulasi.
Skenario masyarakat masa depan bukanlah ramalan masa depan
masyarakat itu sendiri, melainkan suatu gambaran pelbagai alternatif
yang dapat timbul sebagai akibat dari keputusan dan tindakan yang
diambil pada masa sekarang, serta memungkinkan untuk dilakukan.
Dengan demikian, di dalam skenario masyarakat masa depan terlingkup
baik subjek pelaksana, objek sasaran, maupun tujuan dan nilai
perencanaan; yang didasarkan atas pengalaman kritis masa lampau dan
analisis terhadap fenomena-fenomena faktual masa kini.

Masyarakat masa depan seperti apa yang dapat dijadikan orientasi dan
intervensi pendidikan? Dalam pertanyaan lain, karakteristik manusia
macam mana yang seyogianya dikembangkan oleh pendidikan sekarang
dan sesuai dengan kebutuhan kehidupan di masa depan? Para ahli
memprediksikan, bahwa di masa depan itu akan terwujud suatu
masyarakat: (1) modern yang berbeda dengan masyarakat tradisional;
dan (2) global yang berhadapan dengan masyarakat dalam adegan
lokal/nasional.
a. Karakteristik Masyarakat dan Manusia Modern
Perubahan lingkungan alam yang dialami manusia modern dapat
diringkaskan dengan mempergunakan beberapa istilah pokok berikut:
urbanisasi, pendidikan, politikisasi, komunikasi massa, dan industrialisasi.
Istilah-istilah tersebut menunjukkan perbedaan antara manusia modern
dengan nenek moyangnya yang hidup dalam masyarakat tradisional;
yang banyak bekerja di ladang sebagai petani, sementara manusia
modern lebih banyak dipekerjakan dalam suatu perusahaan besar dan
produktif berdasarkan pemakaian sumber tenaga secara besar-besaran
dan teknologi yang telah maju.

Pelbagai kegiatan perekonomian yang timbul karena pemusatan industri


di tempat-tempat tertentu dan tuntutan-tuntutan dari pemusatan itu
menyebabkan manusia modern cenderung untuk hidup dalam kota-kota
atau dalam bentuk pengelompokkan sejenis kota. Di sini orang tidak
saja akan hidup berjejal-jejal, tetapi juga terbuka bagi segala macam hal
dan dorongan-dorongan yang merupakan ciri khas dari kehidupan kota.
Salah satu dari rangsangan itu adalah alat komunikasi massa, baik
berbentuk cetak maupun elektronik. Pengalaman orang akan ide-ide
baru akan bertambah lagi dengan pengaruh sekolah, bila tidak langsung
pada dirinya sendiri, maka anak-anaknyalah yang akan membawa
pengaruh itu di rumahnya.

Besar kemungkinan bahwa manusia modern berhubungan dengan


politik terutama pada tingkat nasional, karena ia lebih terbuka bagi
komunikasi massa, lebih bergerak dalam arus kehidupan kota, dan lebih
banyak dibujuk oleh paham-paham politik yang bersaing untuk
mendapat dukungannya. Ciri lain dari manusia kontemporer ialah,
mereka tidak lagi hidup di tengah-tengah suatu jaringan keluarga
terdekat atau ikatan penduduk desa, melainkan lebih tertarik ke dalam
suatu lingkungan yang lebih impersonal dan birokratis; atau
berhubungan dengan orang secara formal dan kurang akrab (Inkeles,
1983).

Ciri-ciri lingkungan hidup yang dapat dialami oleh manusia modern di


atas bagi Inkeles bukanlah merupakan kemodernan; sebab kota-kota
yang terpadat pun mungkin mempunyai jaringan manusiawi yang paling
tradisional; alat-alat komunikasi massa dapat saja menyebarkan ide-ide
kearifan dari desa; pabrik-pabrik dapat saja berjalan berdasarkan
prinsip-prinsip yang tidak jauh dari persawahan dan perladangan; dan
politik dapat saja dijalankan seolah-olah suatu dewan desa yang
diperluas.

Inkeles melukiskan manusia modern itu berdasarkan serangkaian sikap


dan nilai yang diuji pada suatu penelitian, yang mencakup sembilan
karakteristik sebagai berikut: (1) Sedia untuk menerima pengalaman-
pengalaman yang baru dan terbuka bagi pembaharuan dan perubahan;
(2) Berkesanggupan untuk membentuk atau mempunyai pendapat
mengenai sejumlah persoalan, baik yang timbul di sekitarnya maupun di
luar. Tanggapan terhadap dunia opini tersebut lebih bersifat demokratis;
(3) Pandangan tentang persoalan waktu ditujukan pada masa kini dan
masa depan, bukan ke masa lampau; menghargai ketepatan waktu dan
keteraturan; (4) Beranggapan wajar apabila dalam hidupnya
berkeinginan dan terlibat dalam perencanaan dan organisasi; (5)
Berkemampuan untuk meyakini kemampuan manusia dapat belajar;
dalam batas-batas tertentu menguasai alam, bukan dikuasai seluruhnya
oleh alam; (6) Berkeyakinan bahwa keadaan dapat diperhitungkan,
bukan menyerahkan diri sepenuhnya kepada nasib atau keadaan; (7)
Menyadari akan harga diri orang-orang lain dan bersedia untuk
menghargainya; (8) Mempercayai ilmu dan teknologi sekalipun dalam
bentuk yang paling primitif; dan (9) Mempercayai keadilan yang
distributif.

Dengan memperhatikan karakteristik manusia modern tersebut


tampaknya konsepsi sumberdaya manusia yang bermutu ke depan
perlu mengalami perubahan. Koentjaraningrat (1993) menyatakan
bahwa perubahan itu diperlukan dari orientasi nilai budaya (mentalitas)
agraris ke mentalitas berkebudayaan industri. Kebijakan-kebijakan untuk
mencapainya lebih banyak bersifat kebijakan sosial-budaya (terlingkup
pendidikan) daripada kebijakan ekonomi dalam arti khusus.
Pengembangan mentalitas yang dimaksud bukan berarti penghilangan,
tetapi memperhalus dan lebih memfokuskan pada upaya peningkatan
atas karakteristik manusia berkualitas yang dibutuhkan untuk menjalani
kehidupan masa depan yang modern.

b. Masyarakat Global dan Tantangannya


Masyarakat abad ini adalah masyarakat global, yang ditandai dengan
kesaling-bergantungan, keberkaitan dan penciptaan jaringan-jaringan
kerja (networking). Tanda-tanda tersebut terjadi dalam pelbagai aspek
kehidupan, politik, sosial-budaya, ekonomi, dan teknologi. Satu hal
yang amat menakjubkan dalam masyarakat global adalah jaringan
informasi yang sangat luas, cepat, mudah diakses oleh siapapun,
kapanpun dan di manapun. Pergeseran informasi dari untuk didengar
kepada informasi untuk dilihat, menyebabkan jutaan byte informasi
datang setiap detik, sehingga manusia dapat mengalami oversupply
informasi yang penuh dengan ketidakpastian dan bahkan kesemrawutan.
Kehidupan global telah meningkatkan ekspektasi manusia akan status
dan kualitas kehidupan yang lebih baik, menempatkan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan berkomunikasi sebagai
piranti utama untuk mewujudkan ekspektasi itu. Informasi menjadi hal
yang amat penting bagi manusia dalam menguasai pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas
kehidupannya. Kultur kehidupan telah semakin cenderung bergeser ke
arah lebih banyak mencurahkan waktu untuk kepentingan kerja dan
upaya mencapai hasil kerja sebaik-baiknya (excellencies). Orientasi kerja
adalah orientasi layanan yang tidak terlalu terikat lagi oleh hari kerja,
tetapi lebih bergantung kepada kebutuhan layanan itu untuk diberikan.
Kecenderungan ini merupakan dampak positif dari proses globalisasi
yang mendorong manusia untuk terus berpikir dan meningkatkan
kualitas kemampuan, dan tidak puas terhadap apa yang telah
dicapainya pada saat ini (Sunaryo Kartadinata, 2000).

Masa depan yang global yang tengah dihadapi mengandung situasi-


situasi baru, yang sebelumnya tidak terduga dan tidak akan dapat
dihadapi dengan pola-pola perilaku yang telah dikuasai selama ini.
Artinya, sebagian dari situasi-situasi yang selama ini dan sampai sekarang
ini seolah-olah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, akan
hilang digantikan oleh situasi-situasi baru yang sampai saat ini belum
pernah muncul dalam sejarah kehidupan umat manusia.

Kondisi atau situasi global menuntut manusia untuk mampu memilih,


menimbang, mengarifi, merekonstruksi, dan memaknai informasi untuk
kepentingan pemilihan alternatif dan pengambilan keputusan. Dengan
kata lain, kompleksitas, ketakpastian, paradoks yang dapat
menimbulkan kebingungan, kecemasan dan frustrasi manusia pada
hakikatnya adalah wahana belajar sepanjang hayat bagi manusia untuk
menampilkan eksistensi dirinya di dalam dunia global ini.

Untuk melihat tantangan adanya globalisasi, Naisbit (1995)


menyebutkan ada 10 kecenderungan besar yang akan terjadi pada
pendidikan di abad 21, yaitu : (1) dari masyarakat industri ke masyarakat
informasi, (2) dari teknologi yang dipaksakan ke teknologi tinggi, (3)
dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia, (4) dari perencanaan jangka
pendek ke perencanaan jangka panjang, (5) dari sentralisasi ke
desentralisasi, (6) dari bantuan institusional ke bantuan diri, (7) dari
demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatoris, (8) dari hierarki-
hierarki ke penjaringan, (9) dari utara ke selatan, dan (10) dari atau/atau
ke pilihan majemuk.

Khusus di lingkungan Asia, Naisbitt (1995) menyebutkan ada 8


kecenderungan besar di Asia yang ikut mempengaruhi dunia, yitu : (1)
dari negara bangsa ke jaringan, (2) dari tuntutan eksport ke tuntutan
konsumen, (3) dari pengaruh Barat ke cara Asia, (4) dari kontol
pemerintah ke tuntutan pasar, (5) dari desa ke metropolitan, (6) dari
padat karya ke teknologi canggih, (7) dari dominasi kaum pria ke
munculnya kaum wanita, (8) dari Barat ke Timur, (Naisbitt, 1995).

Kedelapan kecenderungan itu akan mempengaruhi tata nilai dalam


berbagai aspek, pola dan gaya hidup masyarakat baik di daerah
pedesaan maupun di daerah perkotaan. Selanjutnya, ke delapan
kecenderungan itu akan mempengaruhi pola pendidikan yang lebih
disukai dengan tuntutan kecenderungan tersebut. Dalam hubungan
dengan ini pendidikan ditantang untuk mampu menyiapkan sumber
daya manusia yang mampu menghadapi tantangan kecenderungan itu
tanpa kehilangan nilai-nilai kepribadian dan budaya bangsa Indonesia.

C. PENDIDIKAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) di SMP

1. Latar Belakang
Upaya memperkenalkan teknologi secara dini kepada para siswa
telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, yaitu dalam persiapan
pengembangan kurikulum tahun 1994, pada waktu itu
dipertimbangkan apakah materi teknologi itu berdiri sendiri atau
terintegrasi kedalam mata pelajaran lain, tetapi diputuskan bahwa
materi teknologi terintegrasi dalam kurikulum IPA SMP. Dengan
demikian dalam GBPP mata pelajaran Fisika dan Biologi SMP
Kurikulum 1994 terdapat 10%-15% materi teknologi dalam bentuk
aplikasi dari konsep IPA yang relevan. Dalam implementasinya di
lapangan materi tersebut tidak tercapai, sehingga dalam Suplemen
Kurikulum 1994 yang dikeluarkan pada tahun 1999, materi teknologi
dihilangkan.

Kenyataannya, teknologi adalah dewasa ini adalah sesuatu yang


sangat dengan kehidupan manusia khususnya anak-anak. Anak-anak
akan sangat antusias dan lupa waktu kalau bermain dengan
teknologi, teknologi sangat menyenangkan untuk anak-anak.
Mengapa kelebihan ini tidak dimanfaatkan dalam dunia pendidikan
Indonesia untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri?

Sejak tahun 1997 Pendidikan Teknologi diperkenalkan di Indonesia


mulai pada jenjang SMP sebagai pendidikan umum dengan nama
Pendidikan Teknologi Dasar (PTD). Sejumlah studi tentang
Pendidikan Teknologi di beberapa negara menunjukkan bahwa: (1)
Pendidikan Teknologi mampu meningkatkan keterampilan berpikir
siswa (Dlamini, 1996), (2) Pendidikan Teknologi bukan hanya
mempersiapkan siswa memiliki pengetahuan, tetapi juga memiliki
kemampuan khusus agar dapat hidup mandiri di masa depannya
(Hendley & Lyle, 1996), (3) Pelajaran Fisika di beberapa negara
berkembang di Asia tidak dilengkapi dengan pengetahuan dan
kemampuan yang membuat mereka mampu memecahkan masalah
kehidupan sehari-hari untuk memperbaiki kualitas kehidupannya
meskipun tentang teknologi sudah dibelajarkan ketika mereka
memasuki sekolah menengah dan ternyata siswa juga tidak mampu
memecahkan masalah, lemah dalam proses penemuan, siswa tidak
dapat pengembangkan inovasi, serta tidak dapat mentransfer
teknologi (Ferrer, 1996), dan (4) Griffits & Health (1996) dalam
studinya menunjukkan bahwa proses Fisika adalah discovering dan
uncovering, sedangkan proses teknologi adalah disigning, making,
dan inventing dan tujuan pembelajaran Fisika adalah menemukan
sesuatu, sedangkan tujuan teknologi adalah membuat kehidupan
menjadi lebih mudah dan membuat barang lebih cepat dan lebih
baik.

Beberapa studi tentang Pendidikan Teknologi atau pendekatan


teknologi yang dilakukan di Indonesia, menunjukkan: (a) adanya
apresiasi yang lebih positif terhadap mata kuliah termodinamika
yang disampaikan guru kepada siswa dengan menggunakan
pendekatan teknologi (Budikase, 2000), (b) studi lain dilakukan
Mudiany (2000) menunjukkan bahwa Pendidikan Teknologi Dasar
dapat menumbuhkan sikap-sikap ilmiah siswa, (c) Studi yang pernah
dilakukan (Nurfitrianiek,2000) adalah studi untuk mengetahui motif
dibalik prestasi dan persepsi siswa terhadap mata pelajaran Fisika di
SLTP menunjukkan bahwa Pembelajaran Pendidikan Teknologi
Dasar (PTD) dapat memberikan motif berprestasi dan persepsi yang
baik terhadap pelajaran fisika di SLTP, (d) studi yang dilakukan oleh
Cahyaningsih (2000) mengenai pengaruh PTD terhadap hasil belajar
fisika, menunjukkan bahwa PTD tidak berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar siswa jika yang diukur adalah aspek kognitif.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh McCunie
(1992), Stever & Small (1992), dan Mulyati (1997).

Secara umum upaya rekayasa pembelajaran di sekolah adalah untuk


meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sehingga pembelajaran
seharusnya medorong dan mengembangkan cara berpikir logis dan
kemampuan untuk membangkitkan penjelasan ilmiah untuk alasan
yang bersifat hakiki dan praktis. Menurut Cullingford (Rohandi,
1998) transfer belajar bukan hanya terletak pada aplikasi prinsip dan
konsep saja, tetapi juga pada kemampuan untuk menciptakan
hubungan antara apa yang telah diketahui dan apa yang dibutuhkan
untuk mengetahui sesuatu hal. Dalam hal ini siswa diharapkan
menggunakan berbagai tipe berpikir untuk memahami dunia mereka
dan dengan lebih banyak menggunakan model berpikir kreatif akan
sangat menolong mereka dalam memberikan alasan yang
menunjukkan sikap ilmiah. Oleh karena itu pembelajaran fisika tidak
hanya sekedar hapalan dan pemahaman konsep, tetapi siswa diberi
kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai
penjelasan logis, karena akan mendorong siswa dalam
mengekspresikan kreativitasnya.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pengembangan model


pembelajaran Fisika melalui Pendidikan Teknologi Dasar diarahkan
untuk dapat meningkatkan kreativitas siswa dimana kemudian dapat
dilihat para prestasi belajar mereka. Hal ini dilandasi oleh
argumentasi sebagai berikut : (1) adanya upaya pemerintah untuk
memberi perlakuan khusus pada siswa cerdas dengan memberikan
kurikulum khusus yang disebut dengan kurikulum berdiferensiasi
yang menekankankan pada peningkatan kreativitas siswa, (2)
kreativitas merupakan kekuatan sumber daya manusia yang handal
untuk menggerakkan pembangunan nasional melalui perannya
dalam penelusuran, pengembangan, dan penemuan IPTEK
(Ruindungan, 1996), (3) menurut Jellen dan Urban (Supriadi, 1994)
kreativitas siswa Indonesia cenderung rendah dibandingkan dengan
beberapa negara lain yang diteliti, (4) hakikat dan peranan
Kreativitas dalam pendidikan adalah sebagai dimensi yang memberi
ciri keunggulan bagi pertumbuhan diri yang sehat, efektif, dan
produktif (Ruindungan, 1996). Tetapi kenyataannya hal ini belum
sepenuhnya teraktualisasi dalam berbagai lingkup, satuan dan
kegiatan pendidikan, hal ini didukung: (a) Hasil penelitian
Ruindungan, dkk (1990) bahwa 70 % guru fisika di Menado
cenderung evaluatif, kurang peduli terhadap gagasan-gagasan yang
tidak biasa yang diajukan siswa, (b) pengamatan B.J. Habibie
(Sukmadinata,1990) bahwa Sistim Pendidikan Indonesia belum
memberi ruang yang lebih luas bagi pengembangan kemampuan
kreatif, khususnya berpikir kreatif siswa, (c) studi yang dilakukan oleh
Munandar (1977) mengenai upaya pengembangan kreativitas di
sekolah menunjukkan bahwa perhatian sekolah terhadap potensi
belajar siswa masih terbatas pada aspek berpikir konvergen dan
masih kurang memperhatikan proses berpikir kreatif dalam proses
belajar mengajar.

2. Definisi teknologi.
Teknologi merupakan konsep yang sangat luas, kompleks, dan
komprehensif. Konsep teknologi selalu berhubungan dengan
teknologi modern dan teknologi tradisional serta berhubungan
dengan perubahan sosial dan budaya masyarakat. Webber (1997)
menyatakan bahwa teknologi adalah suatu hal yang berkaitan
dengan perancangan, pembuatan/ konstruksi dan penggunaan suatu
peralatan benda kerja sebagai pemecahannya.

Dalam Standards for technological Literacy (ITEA, 2000) dinyatakan


bahwa teknologi berhubungan dengan bagaimana manusia
memodifikasi alam sesuai dengan kebutuhan dan maksudnya.
Hutchinson & Kartnitzigh (dalam Annette Thijs, Basic Technology
Education, 2000), mengemukakan, bahwa teknologi adalah proses
yang dilakukan manusia untuk membuat hidupnya lebih nyaman,
dimana dalam proses tersebut keinginan manusia dipenuhi dengan
cara memecahkan masalah, menerapkan pengetahuan,
mengembangkan peralatan serta menghasilkan suatu karya teknologi.
Sedangkan Ploegmakers (dalam Doornekamp, 1995) menyatakan
bahwa teknologi adalah suatu bidang aktivitas manusia (di dalamnya
terdapat produk dan proses) yang didasarkan pada akumulasi
pengetahuan dan ketrampilan.

Definisi teknologi secara komprehensif disimpulkan oleh Iskandar


Alisyahbana (Sukmadinata, 1997), yaitu: cara melalukan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal
(hardware dan software) sehingga seakan-akan memperpanjang,
memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh,
pancaindera dan otak manusia.

3. Pengertian Dasar Teknologi dan Teknologi Dasar.


Terdapat kecenderungan dalam masyarakat yang menyamakan atau
menyatukan teknologi dengan ilmu pengetahuan. Pada saat ini ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti dua belahan mata uang yang
tidak terpisahkan, sehingga muncul istilah “ilmu pengetahuan saat ini
teknologi esok harinya” atau sebaliknya. Tetapi bila dicermati lebih
teliti teknologi dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang berbeda,
teknologi sebagai suatu sistem ketrampilan praktis sedangkan ilmu
pengetahuan sebagai suatu sistem pengetahuan rasional. Ilmu
pengetahuan dengan teknologi dapat dibedakan berdasarkan:
1). Tujuan
2). Hasil
3). Lingkungan
4). Sumber
5). Komponen aktivitas
6). Proses control

Secara lebih rinci, intisari perbedaan antara teknologi dengan ilmu


pengetahuan ditunjukkan dalam tabel 2-1 berikut ini:

Perbedaan Ilmu Penetahuan dengan Teknologi

No Segi Ilmu Pengetahuan Teknologi


Menurut kerangka sistem
1. Tujuan Mencari pengetahuan Menciptakan barang
Memperoleh pengertian Mengusahakan
perubahan
2. Hasil Karya tulis ilmiah Produk teknologis
3. Lingkungan Kebudayan umumnya Kebudayaan umumnya
khususnya teknologi khususnya ilmu
pengetahuan
4. Sumber Pengetahuan yang ada Sumber alam, SDM dan
pengetahuan.
5. Aktivitas Penelitian Pembuatan sampai
produksi
6. Kontrol Berdasarkan umpan balik Berdasarkan umpan balik
peralatan keilmuan pengetahuan ilmiah
Pokok perbedaan diluar kerangka sistem
1 Motivasi Keingintahuan Pemanfaatan
Pengembangan ilmu Pengembangan produk
baru.
2. Fokus Pemahaman Penggunaan
Pengetahuan Efektivitas tindakan
3. Ideal Kebenaran Efisiensi
4. Ciri keluasan Supranasional Terikat keadaan
setempat
5. Status Penyebaran secara Pendaftaran sebagai hak
terbuka paten
6. Komunikasi Publikasi karya tulis Pemberitahuan iklan
Sumber : The Liang Gie, 1996.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sifat dasar teknologi berbeda


dengan sifat dasar ilmu pengetahuan, perbedaan itu karena corak
kemajuan masing-masing memang berbeda. Ilmu pengetahuan
bertujuan memperluas pengetahuan dengan jalan menyusun teori-
teori yang semakin baik, sedang teknologi bertujuan menciptakan
produk-produk baru dengan jalan membuat sarana untuk
meningkatkan efektivitas.

4. Technologycal Literacy Sebagai Kebutuhan Masyarakat.


Teknologi pada saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan
manusia, dan pada tahun-tahun mendatang intensitas keterlibatan
teknologi dalam kehidupan manusia akan semakin tinggi. Pada tahun
1968 The European Council (Dewan Eropa) telah menyimpulkan
bahwa suatu pendidikan umum yang baik harus mencakup orientasi
kearah teknologi mutakhir. Gagasan ini telah dianggap sebagai titik
awal perkembangan pendidikan teknologi secara internasional
sebagai suatu mata pelajaran baru di dalam pendidikan umum bagi
seluruh siswa.

Ada tiga alasan mengapa orientasi teknologi mutakhir dimasukkan


ke dalam kurikulum inti, yaitu :

a. Technological Literacy.
Technology literacy adalah kegiatan untuk menambah ilmu
pengetahuan dan kemampuan teknologi. Bagaimanapun, proses
teknologi dan sistem teknologi telah menjadi sedemikan rumit
sehingga pendekatan untuk memperkenalkan teknologi melalui
kejadian yang tidak disengaja, yang merupakan efek sampingan
tidak lagi efektif.
Siswa yang memiliki technology literacy memiliki kesadaran
teknologi, antara lain sebagai berikut:
1) Menjadi problem solver yang dapat melihat permasalahan
teknologi dari segala sudut pandang yang berbeda dan
menghuungkanya kepada beragam situasi yang terjadi.
2) Mengerti dampak dari teknologi dan konsekwensinya.
3) Memiliki system-oriented yang kuat, kreatif, dan pendekatan
produktif untuk memikirkan dan menyelesaikan
permasalahan tentang teknologi.
4) Dapat menggunakan konsep berdasarkan IPA, matematik,
ilmu sosial, seni berbahasa dan lainnya sebagai alat untuk
memahami dan mengelola sistem teknologi.
5) Menghargai hubungan diantara teknologi dan individu,
masyarakat dan lingkungan.

Technology literacy dalam standar Technology for All


Americans (1996) adalah anatara lain sebagai berikut:
1) Siswa mengembangkan pemahaman mengenai karakteristik
dan lingkup teknologi.
2) Siswa mengembangkan pemahaman mengenai inti dari
konsep teknologi.
3) Siswa mengembangkan pemahaman mengenai relasi sekitar
teknologi dan hubungan antara teknologi dan bidang
pendidikan lainnya
4) Siswa mengembangkan pemahaman mengenai budaya,
sosial, eknomi, dan dampak politik dari teknologi.
5) Siswa mengembangkan pemahaman mengenai dampak
teknologi pada lingkungan
6) Siswa mengembangkan pemahaman mengenai peran
masyarakat dalam pengembangan dan penggunaan
teknologi
7) Siswa mengembangkan pemahaman mengenai sejarah
pengaruh teknologi.
8) Siswa mengembangkan pemahaman mengenai perlengkapan
perancangan
9) Siswa mengembangkan pemahaman mengenai teknik
perancangan
10) Siswa mengembangkan pemahaman mengenai peran
pemecahan masalah, penelitian dan pengembangan,
investasi dan inovasi, dan pengalaman dalam problem
solving.
11) Siswa mengembangkan kemampuan untuk
mengimplementasikan proses perancangan
12) Siswa mengembangkan kemampuan untuk menggunakan
dan memelihara produk teknologi
13) Siswa mengembangkan kemampuan untuk menilai pengaruh
dari produk teknologi dan sistem

b. Persiapan menyongsung masyarakat masa depan.


Untuk mempersiapkan para siswa agar dapat berperan di
masyarakat di masa yang akan datang, mereka harus diberi
pemahaman tentang teknologi, yakni suatu aspek penting dalam
masyarakat kita dimasa yang akan datang. Teknologi ikut
menentukan standar hidup seseorang dan telah mempengaruhi
cara mereka berinteraksi dengan dunia atau lingkungan yang
ada disekitar mereka. Setiap orang perlu mengetahui teknologi
agar dapat memahami masyarakat modern dan akan lebih baik
lagi jika mereka dapat berperan aktif dalam masyarakat modern
tersebut. Selain itu orang juga harus mampu menangani
berbagai macam peralatan teknologi yang mereka pergunakan
dalam kehidupan sehari-harinya. Pendidikan teknologi
memungkinkan para siswa memperoleh ketrampilan untuk
menangani peralatan teknnologi, merancang, serta memecahkan
persoalan teknologi dan memungkinkan mereka
mengembangkan kemampuan teknologinya.

Akhirnya pendidikan teknologi dasar dapat merangsang siswa


untuk berpikir secara kritis tentang teknologi (Eggleson, 1994).
Disatu pihak, teknologi telah memberikan hasil yang positif,
namun di pihak lain teknologi juga mempunyai dampak negatif
terhadap masyarakat. Pendidikan teknologi akan
memberdayakan siswa dalam berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan ini sesuai dengan cara teknologi tersebut
dikembangkan dan diterapkan.

c. Orientasi yang berkenaan dengan pendidikan dan profesi di


masa depan

Para siswa harus mengembangkan kemampuan teknologi


sebagai bagian dari persiapan umum untuk menempuh
pendidikan yang lebih tinggi serta dapat melakukan aktivitas
produktif dimasa depan. Karena sebagian aktivitas produktif di
abad ke-21 ini akan selalu melibatkan teknologi, dimana
teknologinya itu sendiri terus berkembang dengan pesat. Oleh
karena itu para siswa memerlukan ketrampilan umum yang
dapat diterapkan dalam berbagai jenis pekerjaan dan situasi di
masa yang akan datang dimana pada saat ini perkembangan
teknologi dimasa depan belum diketahui.

Dalam masyarakat informasi dimana teknologi informasi


berkembang sangat pesat, untuk itu para siswa harus dibekali
ketrampilan umum untuk memecahkan masalah serta
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan persyaratan-
persyaratan yang berubah-ubah serta kemampuan untuk bekerja
dalam tim. Pendidikan teknologi dasar memberikan kesempatan
yang amat baik untuk mengembangkan ketrampilan yang
diperlukan untuk dapat melakukan aktivitas produktif dimasa
depan di dalam masyarakat teknologi yang berkembang dengan
pesat dan dinamis.

d. Tujuan-tujuan pendidikan secara umum

Dimasukkannya pendidikan teknologi dasar sebagai bagian dari


pendidikan umum mempunyai manfaat bagi pendidikan secara
umum. Pendidikan teknologi memberikan jalan untuk belajar
dan mengembangkan ketrampilan yang secara umum.
Pendidikan teknologi secara alamiah mengembangkan
kemampuan para siswa untuk memecahkan persoalan dalam
kehidupan nyata, menumbuhkan pemikiran yang reflektif, serta
memelihara keterlibatan aktif para siswa dalam proses belajar
mengajar.

Dengan memusatkan pada pemecahan masalah-masalah yang


nyata, pendidikan teknologi dasar memberi kesempatan pada
siswa untuk mengembangkan suatu pandangan yang
menyeluruh serta memadukan pengetahuan yang diperoleh dari
berbagai disiplin dengan mengabaikan batasan-batasan yang
bersifat artifisial.

Sebagai kesimpulannya, Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) telah


dimasukkan sebagai bagian dari kurikulum inti pada pendidikan
umum di banyak negara barat, karena mereka merasa sangat
memerlukan mata pelajaran tersebut untuk para siswa mereka
sebagai persiapan yang memadai agar di masa depan dapat
berperan di masyarakat serta sebagai orientasi pendidikan dan
pekerjaan dimasa yang akan datang. Terlebih lagi pelajaran
tersebut dapat memberi sumbangan bagi pendidikan secara
umum dengan cara memberikan kesempatan untuk
mengembangkan ketrampilan yang sangat diperlukan yang
berpusat pada situasi kehidupan yang nyata.

5. Ruang lingkup PTD.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum menentukan


kerangka pikir dalam pengembangan kurikulum dan bahan belajar
PTD, antara lain: sistem dan tujuan pendidikan dan kurikulum yang
sedang berlaku di Indonesia serta arah pembangunan masyarakat
global. Selain itu pengembangan kurikulum PTD mendatang yang
berbasis kompetensi (KBK) perlu diantisipasi. (perhatikan diagram
berikut ini)

PILAR/ UNSUR
TEKNOLOGI Komp

KOMPE-
DOMAIN PENDIDIKAN TENSI HASIL INDIKATOR
TEKNOLOGI DASAR HASIL
DSR BELAJAR BELAJAR

AREA TEKNOLOGI

Silabus
KEGIATAN KOMPE- INDIKATOR
TOPIK BELAJAR TENSI HASIL HASIL
DSR BELAJAR BELAJAR

BAHAN BELAJAR/
MODUL

Diagram-1. Keterkaitan Komponen-komponen PTD

Komponen lain yang paling penting ada tiga, yaitu area teknologi
adalah apa yang akan dipelajari, pilar teknologi adalah apa yang
diproses dan apa yang digunakan untuk memproses area teknologi.

Domain PTD adalah apa yang menjadi dasar pengembangan


kemampuan siswa. Bagan di atas menunjukan keterkaitan ketiga
komponen dengan kurikulum berbasis kompetensi PTD. Dari
domain teknologi akan menghasilkan kemampuan (kompetensi) dan
sub kemampuan (sub kompetensi). Pilar teknologi akan
menggambarkan hasil belajar dari setiap kemampuan atau sub
kemampuan, sedangkan area teknologi akan meghasilkan tema-tema
teknologi sebagai bahan kajian teknologi yang akan menurunkan
bahan Belajar PTD.

a. Area Teknologi
Area teknologi menyangkut berbagai teknologi sesuai dengan
kebutuhan manusia, Area teknologi yang dipelajari di dalam
PTD dapat digolongkan dalam 6 macam, yaitu :
1) Teknologi konstruksi
2) Teknologi industri
3) Teknologi komunikasi dan informasi
4) Teknologi transportasi
5) Teknologi enerji
6) Teknologi bio (termasuk di dalamnya teknologi pertanian
dan lingkungan)

b. Pilar Pendidikan Teknologi Dasar


Pilar teknologi yang berkaitan dengan apa yang diolah dan
diproses di dalam area teknologi mencakup 3 komponen, yaitu
: Materi, energi dan informasi. Yang dimaksud dengan ketiga
komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1) Materi.
Materi adalah bahan-bahan yang digunakan dalam suatu
produk teknologi karena untuk membuat suatu produk
teknologi, apapun itu bentuk dan fungsinya maka produk
teknologi itu memerlukan bahan.

Materi atau bahan dalam suatu produk teknologi memegang


peran yang penting serta merupakan wilayah yang dapat
dijadikan inovasi dari produk teknologi tersebut. Pemilihan
penggunaan bahan dalam suatu produk teknologi dapat
membuat produk teknologi tersebut mungkin menjadi lebih
murah, lebih ringan, lebih efisien, lebih ergonomis, dan
sebagainya. Misalnya penggunaan plastik dan rekayasanya
saat ini sangat mendominasi berbagai jenis produk teknologi,
hal-hal yang tadinya tidak dapat kita percaya dapat
digantikan dengan plastik, pada saat ini hal itu sudah terjadi,
tetapi selain memberi keuntungan yang sangat besar dalam
dunia teknologi, plastik juga kalau tidak dikelola dengan
baik meninggalkan limbah yang berbahaya bagi manusia

Oleh karena itu meteri adalah salah satu pilar dalam


program Pendidikan Teknologi Dasar. Materi atau bahan
selain menjadi komponen dasar kajian juga menjadi
kebutuhan untuk pembuatan produk teknologi sederhana
dalam proses belajar mengajar PTD. Materi atau bahan yang
pada saat ini digunakan langsung dalam proses belajara
mengajar PTD adalah bahan logam, kayu, plastik, dan kertas.

Demikian pentingnya materi atau bahan di dalam membuat


suatu produk teknologi, maka materi atau bahan ini menjadi
salah satu pilar dari pengembangan teknologi

2) Energi.
Suatu produk teknologi, secanggih apapun produk teknologi
tersebut tidak akan berfungsi tanpa ada energi yang
memfungsikannya, artinya tanpa ada energi produk
teknologi itu menjadi tidak berguna dan hanya menjadi
suatu benda yang tidak bermakna.

Dengan demikian energi menjadi salah satu bagian yang


sangat penting di dalam suatu produk teknologi. Energi baik
dilihat dari kebutuhan produk teknologi tersebut akan suplai
energinya maupun sumber energinya merupakan sesuatu
yang dapat menjadi inovasi sehingga produk teknologi itu
menjadi lebih murah, lebih ringan, fungsinya lebih baik, lebih
ergonomis, dan sebagainya. Misalnya suplai energi dalam
suatu produk teknologi diupayakan sekecil mungkin, tetapi
kinerja dan fungsi alat tersebut tidak berubah bahkan kalau
bisa semakin baik, selain berpengaruh terhadap kinerja dan
fungsi, alat tersebut menjadi lebih ringan, lebih murah, lebih
ergonomis, dan lebih efisien

Oleh karena itu, sedemikian pentingnya energi dalam suatu


produk teknologi maka energi dijadikan salah satu pilar
pengembangan teknologi. Sehingga dalam program
Pendidikan Teknologi Dasar energi dan perubahannya
menjadi bahan kajian dan sokoguru dari setiap topik
program ini.

3) Informasi.
Selain materi dan energi, produk teknologi itu juga
membutuhkan informasi, baik pada saat perencanaan,
pembuatan, maupun penggunaan produk tersebut. Artinya
tanpa informasi, produk teknologi itu fungsinya menjadi
tidak optimal atau bahkan malah menjadi rusak.

Informasi itu harus menggambarkan keadaan, kemampaun


dan cara menggunakan atau mengoperasikan produk
teknologi tersebut, bahkan kalau memungkinkan cara
merawatnya. Sedemikian pentingnya informasi ini dalam
suatu produk teknologi sehingga produk teknologi tersebut
dapat difungsikan secara optimal, maka informasi ini
menjadi salah satu pilar dalam pengembangan teknologi.
Pada saat ini rasanya tidak ada suatu produk teknologi
mutakhir yang tidak memiliki buku yang isinya ber bagai
informasi tentang produk teknologi tersebut termasuk
bagaimana cara menggunakannya, buku yang berisi
informasi itu disebut juga Buku Manual.

c. Domain Pendidikan Teknologi Dasar


Ada tiga domain yang menjadi acuan dalam pengembangan
kemampuan/ kompetensi yang harus dimiliki siswa setelah
mempelajari PTD, yaitu :
Domain A : Teknologi dan Masyarakat.
Domain B : Penanganan Produk Teknologi.
Domain C : Perancangan dan Pembuatan Produk Teknologi

Muara dari ketiga domain tersebut adalah peningkatan dan


penajaman “Keterampilan berfikir” khususnya dalam bidang
teknologi,disamping menambah pengetahuan baru serta
mengembangkan “sikap positif terhadap hasil teknologi",
sebagai kemampuan dasar untuk dapat hidup mandiri dan
sukses di masa depan.

Domain A : Teknologi dan Masyarakat.


Teknologi sebagai suatu alat untuk memecahkan permasalahan
manusia, oleh karena itu terdapat hubungan yang erat antara
teknologi dengan ilmu pengetahuan lain di masyarakat. Pada
bagian ini para siswa belajar melalui pemecahan masalah
tentang teknologi dalam hubungannya dengan masyarakat, alur
produksi, bekerja tematis, dan melakukan kunjungan industri.

Domain B : Penanganan produk teknologi.


Para siswa dapat menggunakan produk teknologi dengan baik
dan benar sesuai dengan fungsinya, baik berupa alat untuk
memproduksi, maupun alat-alat ukur (instrumen) sehingga
memberi kesempatan kepada para siswa untuk memahami
kemampuan dan minatnya dalam bidang teknologi. Pada
bagian ini para siswa belajar tentang teknologi dengan praktek
dan praktikum dengan metoda pemecahan masalah dan
pendekatan sistim.

Domain C : Perancangan dan Pembuatan produk Teknologi.

Para siswa diharapkan dapat menyadari bahwa teknologi


sebagai suatu proses kegiatan yang dapat membuat sesuatu
benda kerja yang dapat berfungsi dan bermanfaat baik bagi
dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Dalam bagian ini para
siswa belajar begaimana membuat produk teknologi berupa
benda kerja yang dapat berfungsi dengan cara terlibat langsung
dalam proses pembuatannya melalui proses PGBU (berPikir,
mengGambar, memBuat, dan mengUji)

Mengacu pada acuan dan tujuan pengembangan teknologi, yaitu


manusia, dengan demikian terknologi dikembangkan pada
prinsipnya adalah untuk mempermudah hidup manusia, dengan
teknologi manusia dapat mengerjakan pekerjaannya lebih cepat,
lebih efektif, lebih efisien, dan lebih bertenaga.
Berikut ini adalah bangunan model pengembangan Pendidikan
Teknologi Dasar di SMP. Landasan pengembangan teknologi adalah
manusia dan lingkungan manusia dimana didalamnya ada teknologi
yang dapat dikelompokkan menjadi area-area teknologi. Dengan
menggunakan tiga pilar yang ada serta domain 3, maka Pendidikan
Teknologi Dasar itu dikembangkan.

PROGRAM PTD
DOMAIN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DASAR

Teknologi Penggunaan Pembuatan


dan produk Produk
Masyarakat Teknologi Teknologi

6. Pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) di SMP


Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) merupakan suatu studi atau
kajian yang mengacu pada sains dan teknologi dimana siswa
mempunyai kesempatan untuk mendiskusikan isu-isu tentang
teknologi dan masyarakat. Disamping itu siswa juga belajar
memahami dan menangani alat-alat teknologi dan menghasilkan
atau membuat peralatan teknologi sederhana melalui aktivitas
mendisain dan membuat. Sesuai definisi yang dikemukakan oleh
International Technology Education Association (2001), Pendidikan
teknologi adalah : Suatu studi tentang teknologi yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar tentang proses dan
pengetahuan yang berhubungan dengan teknologi yang diperlukan
untuk memecahkan masalah dan memperluas kemampuan manusia.

Dalam aktivitas pembelajaran PTD, siswa mempunyai kesempatan


untuk mengenal dunia teknologi dan memperoleh pengetahuan
teknologi dan ketrampilan. PTD dapat meningkatkan sikap positif
para siswa terhadap teknologi dan mempersiapkan mereka untuk
menuju masyarakat teknologi.

Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) lebih mengembangkan


ketrampilan berpikir daripada ketrampilan vocational. Ketrampilan
berpikir, pengetahuan kontemporer, mengembangkan sikap positif
terhadap alat-alat teknologi sebagaimana kompetensi dasar untuk
hidup dan berhasil di masa yang akan datang merupakan kunci dari
PTD. Ketrampilan berpikir teknologi dasar adalah kemampuan untuk
mengakui suatu permasalahan, mengaplikasikan pengetahuan,
memecahkan masalah melalui pencarian berbagai macam alternatif
jawaban, membuat keputusan, mengkomunikasikan temuan/fakta-
fakta baru, menguji dan mengevaluasi hasil kerja. Oleh karena itu
PTD lebih berorientasi pada proses daripada produk.

a. Tujuan Pendidikan Teknologi Dasar.


1) Tujuan Umum
Tujuan umum Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) pada SMP
adalah menanamkan kesadaran dan kemampuan siswa
tentang teknologi, yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-
hari dan masa depan peserta didik. Kemampuan teknologi
yang dikembangkan dalam PTD merupakan bagian integral
dari kehidupan manusia, agar siswa dapat terus meningkatkan
kemandirian dan tanggungjawabnya sebagai pribadi dan
anggota masyarakat, dan menjadi dasar tumbuhnya
kesadaran siswa untuk menjadi pembelajar sepanjang
hidupnya. Oleh karena itu kemampuan yang dikembangkan
harus dapat menciptakan motivasi untuk belajar teknologi
secara berkelanjutan. Selain itu siswa pun memperoleh
metode belajar secara mandiri dan terbiasa untuk mencari
ilmu pengetahuan sendiri dan bertanggung jawab pada diri
sendiri.

Kompetensi-kompetensi dalam PTD diantaranya kemampuan


untuk merasakan adanya masalah; memecahkan masalah
teknik melalui pencarian berbagai macam solusi alternatif;
kemampuan mengambil keputusan; mengaplikasikan
pengetahuan ke dalam situasi praktis; kemampuan merancang
dan membuat produk teknologi dan sistem; kemampuan
menilai karya teknologi dan hasil kerja mereka sendiri;
menemukan dan mengkomunikasikan fakta-fakta baru; serta
kemampuan bekerja secara tim,

Dengan demikian PTD lebih menekankan pada ketrampilan


berpikir, baik berpikir kritis, kreatif maupun inovatif dari pada
ketrampilan kejuruan. Jika dalam pelaksanaannya PTD
menyangkut keterampilan kejuruan, hal ini semata-mata agar
siswa dapat mengaplikasikan gagasannya. Dengan kata lain
Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) lebih berorientasi pada
proses, walaupun tidak mengabaikan hasil produk.
Beberapa batasan Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) yang
berbeda berdasarkan fungsinya adalah: (1). PTD sebagai
proses transportasi budaya; (2). PTD sebagai proses
pembentukan pribadi; (3). PTD sebagai proses penyiapan
warga negara; (4). PTD sebagai penyaiapan tenaga kerja.

2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus PTD sebagai bagian dari pendidikan umum
adalah memberikan pandangan tentang teknologi bagi semua
siswa dan bagaimana siswa memperlakukan produk-produk
teknologi. PTD ditujukan untuk mempertajam pemahaman
siswa terhadap proses teknologi dan membuat mereka
mampu menangani berbagai produk teknologi yang ada
diseputar mereka sehari-hari. Perhatian diberikan pada
pengembangan kemampuan teknik, yang mencakup
kemampuan memahami teknologi dan kemampuan untuk
secara aktif terlibat dalam merancang teknologi (Kimbel dkk,
1996). Jadi fokus PTD adalah pada mempelajari teknologi
dan merancang teknologi.

Dengan mempelajari prinsip-prinsip konstruksi dan


pengembangan teknologi, para siswa mengembangkan
pemahaman tentang proses dan kerja produk teknologi yang
lebih dalam dan luas. Dengan merancang teknologi siswa
memperoleh wawasan tentang tahapan yang diperlukan
untuk menyelesaikan permasalahan teknologi dan
menggunakan bahan dan alat dalam pembuatannya. Tujuan-
tujuan yang lebih khusus dari kedua fokus PTD diuraikan di
bawah ini

a) Mempelajari teknologi: berorientasi terhadap teknologi


masa kini

Tujuan khusus yang berorientasi terhadap teknologi masa


kini terdiri atas tiga hal, yaitu : Tujuan khusus pertama
Pendidikan Teknologi Dasar sebagai bagian dari
pendidikan umum adalah untuk memberikan orientasi
mengenai teknologi masa kini kepada siswa. Dalam PTD
para siswa dilatih untuk memahami aspek-aspek teknologi
yang penting agar dapat memahami budaya kita dengan
benar. Juga memahami pengembangan teknologi lanjut,
yang diperlukan juga untuk pekerjaannya dimasa yang
akan datang di dalam masyarakat (Ploegmakers dkk,
1994). Para siswa harus memperoleh pengetahuan dan
mengembangkan pemahaman tentang produk-produk dan
proses teknologi yang ada di dalamnya. PTD
memungkinkan mereka memperoleh wawasan tentang
fenomena fisik dan pola-pola dalam sistem dan produk
teknologi.

Tujuan khusus kedua PTD adalah para siswa harus


mengetahui hubungan yang dekat antara teknologi dan
masyarakat (Ploegmakers dkk, 1994). Para siswa harus
memperoleh wawsan mengenai implikasi sosial dan arti
pengembangan teknologi serta mengembangkan
pemahaman tentang pikiran pengembangan yang
berkelanjutan.. Para siswa harus belajar bagaimana
berhubungan dengan sistem-sistem dan produk-produk
teknik secara aman dan bersifat teknologis, serta
memahami bagaimana bagaimana teknologi dapat
memenuhi semua persyaratan lingkungan, kesehatan dan
ergonomi (lingkungan kerja yang baik).

Tujuan khusus ketiga, para siswa harus didorong untuk


mengembangkan sikap kritis terhadap teknologi (Conway
and Riggs, 1994; Kimbel dkk, 1996). Teknologi
melibatkan banyak sekali pembuatan keputusan, dimana
konflik faktor-faktor dan nilai-nilai harus dipertimbangkan.
Para siswa harus mampu mempertanyakan rasional dan
esensi utama dibalik suatu teknologi Mereka harus diberi
kesempatan untuk menilai, memberi perhatian, komitmen
dan kepercayaan yang mendasari suatu perbedaan nilai
dan pendapat. Mereka harus ditantang unjtuk
menjelaskan kebenaran pilihan-pilihan mereka dan
menyampaikan pendapat pribadi mereka mengenai hasil-
hasil yang berhubungan dengan teknologi (Conway dan
Riggs, 1994).

b) Merancang Teknologi
Tujuan PTD sebagai bagian dari pendidikan umum adalah
untuk memungkinkan para siswa dapat mengatasi makin
bertumbuhnya masyarakat teknologi kita. Siswa harus
mampu menggunakan peralatan yang ada secara efektif
dan meningkatkan serta memperpanjang masa
penggunaan produk-produk yang ada dalam kehidupan
mereka sehari-hari (Kombel dkk, 1996). Dalam hal ini
pemahaman dan kesadaran terhadap dampak dan proses
teknologi tidaklah cukup. Para siswa sebaiknya juga
memperoleh wawasan tentang langkah-langkah yang
harus diikuti di dalam memecehkan masalah teknologi dan
secara aktif terlbat dalam aplikasi teknologi dan proses
perancangan teknologi (Eggleston, 1994; Ploegmakers dkk,
1994; Kimbell dkk, 1996). Keterlibatan secara aktif ini
membolehkan siswa mengembangkan wawasannya dalam
penggunaan bahan dan alat, demikian pula pemahaman
yang mendalam tentang proses teknologinya. Kegiatan-
kegiatan merancang teknologi merupakan suatu alat untuk
mendukung pemahaman siswa tentang teknologi dan
bagaimana menghadapi produk-produk teknologi.

7. Memilih materi Pendidikan Teknologi Dasar (PTD).

Teknologi merupakan suatu bidang ilmu dan konsep yang luas dan
mendalam. Banyak masalah dan produk teknologi yang dapat diuji
di dalam pendidikan teknologi dasar. Di dalam menentukan pilihan
muatan yang relevan untuk pendidikan teknologi dasar sebagai
bagian dari pendidikan umum, ada tiga hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu : (1) harus berorientasi pada kenyataan
teknologi masa kini; (2) harus disesuaikan dengan lingkungan dan
pengalaman siswa; (3) Harus memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menggali kemampuan dan minat masing-masing individu.

a. Berorientasi pada teknologi masa kini


Pertama-tama Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) sebagai bagian
dari kurikulum pendidikan umum, sebaiknya memberikan
gambaran yang baik tentang teknologi masa kini. Para siswa
menjumpai banyak teknologi, menggunakan banyak sistem
teknologi, serta menggunakan peralatan teknologi di dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Suatu sistem teknik, misalnya
sistem pemanas sentral, sistem penyediaan air, sistem alarm,
sistem pendingin, dan sebagainya. Di dalam sistem-sistem tersebut
input-input diproses menjadi output tertentu. Berbagai input di
dalam suatu sistem meliputi : materi, Energi, dan informasi,
sedangkan outputnya berkisar antara lain produk-produk nyata
seperti pensil , energi panas sampai pesawat terbang (Hutchinson
& Karsnitz, 1994).

Para siswa sering tidak menyadari akan keterlibatan proses


teknologi di dalam setiap sendi kehidupannya. Mengembangkan
wawasan siswa tentang fungsi-fungsi suatu sistem yang mereka
jumpai di dalam kehidupan mereka sehari-hari merupakan salah
satu tujuan utama pendidikan teknologi. Menggunakan
pendekatan sistem merupakan pilihan yang baik untuk
mengembangkan wawasan ini. Pendekatan sistem dapat
membantu cara berpikir siswa terhadap proses teknologi yang
termasuk ke dalam sistem keteknikan. Penekanannya adalah pada
pembentukan pemahaman tentang bagaimana sistem-sistem
tersebut berfungsi.

Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) sebagai bagian dari


pendidikan umum, harus mempunyai kurikulum yang dinamis
yang harus terus menerus disesuaikan dengan perkembangan
teknologi masa kini, karena perkembangan teknologi ini berubah
dengan cepat. Misalnya, telepon genggam, beberapa tahun yang
lalu belum ada, kalaupun ada mahal sekali, tetapi sekarang
banyak orang tidak dapat bekerja tanpa telepon genggam
tersebut. Kurikulum teknologi seharusnya dibuat sefleksibel
mungkin mengikuti perkembangan yang akan datang dan alat-
alat yang dapat dibicarakan.

b. Disesuaikan dengan pengalaman dan lingkungan siswa.


Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) sebagai bagian dari
pendidikan umum sebaiknya disesuaikan dengan pengalaman
dan lingkungan para siswa, hal ini dapat meningkatkan motivasi
siswa untuk belajar teknologi. Dari teori psikologi pendidikan hal
ini diketahui bahwa para siswa lebih termotivasi untuk belajar
jika mereka diberi tugas-tugas perseorangan yang bermanfaat
bagi dirinya.

Fokus dari materi pendidikan teknologi harus pada produk-


produk teknologi yang digunakan di dalam kehidupan sehari-hari
siswa dan pada konteks yang akrab dengan siswa.

Lingkungan dan keadaan siswa dapat juga berbeda dalam satu


negara. Satu sekolah dapat terletak di daerah pedesaan,
sedangkan sekolah lainnya terletak di bagian kota metropolitan
dengan daerah industrinya yang luas. Para siswa juga dapat
mengalami dan memandang lingkungan mereka dengan cara
pandang yang berbeda-beda. Pendidikan teknologi dapat
membuat siswa pada lingkungan yang berbeda dengan
mempertimbangkan akan perkembangan pengalaman utama dan
persepsi mereka terhadap teknologi.

c. Kesempatan untuk menelusuri minat dan kemampuan


Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) memberi siswa kemungkinan
untuk mewujudkan minatnya, sehingga dapat mendorong
motivasi mereka untuk belajar, dan dengan demikian dapat
merangsang mereka untuk mengembangkan suatu sikap positif
terhadap teknologi. Oleh karena itu, merupakan hal penting
memiliki wawasan tentang minat siswa tentang teknologi, karena
minat siswa dapat berubah dan berkembang bersamaan dengan
berlalunya waktu, pengembangan dan implementasi kurikulum
pendidikan teknologi harus bersifat luwes dan dinamis yang siap
berubah seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan
masyarakat.

Mengijinkan para siswa menggali minat mereka sendiri berarti


kurikulum teknologi harus menarik bagi siswa baik putra maupun
putri, memang terdapat perbedaan dalam cara siswa putra dan
putri di dalam mengalami pendidikan teknologi. Umumnya siswa
putri memiliki sedikit kurang pengalaman terhadap teknologi,
mereka juga sedikit kurang percaya diri dan sedikit kurang minat
terhadap teknologi.

Kesimpulannya, pendidikan teknologi dasar sebagai bagian dari


pendidikan umum harus diselaraskan dengan perkembangan
teknologi mutakhir dan disesuaikan dengan minat, lingkungan,
dan pengalaman para siswa secara individual. Hal ini berarti
kurikulumnya harus bersifat luwes dan selalu mengacu pada
perkembangan teknologi mutakhir. Oleh karena itu
pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dasar
merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan dinamis.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengembangan program PTD di SMP

Program Pendidikan Teknologi Dasar di SMP di Indonesia


dikembangkan sejak tahun 1997 dan sampai dengan tahun 2008
terdiri dari lima tahap pengembangan, yaitu:

Tahap Pertama.
Pada tahap ini program Pendidikan Teknologi Dasar (PTD)
mulai dikembangkan di Indonesia. Pada tahap awal
pengembangannya dilakukan di Direktorat Sekolah Swasta
bekerja sama dengan Pemerintah Belanda. Sebagai ujicoba
dipilih 4 sekolah Swasta, yaitu: SMP Al-Kautsar Bandar Lampung,
SMP Taruna Bakti Bandung, SMP Hang Tuah Makasar, dan SMP
Santa Theresia Ambon.

Kajian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum Belanda (SLO)


terhadap pelaksanaan program PTD di Indonesia menunjukkan
hasil yang menggembirakan dengan indikator antara lain
sebagai berikut:
a. Program PTD dapat diterima dengan baik di sekolah-
sekolah ujicoba.
b. Program PTD dapat berjalan dengan baik di sekolah
ujicoba, dalam arti pembelajaran program PTD berjalan
sesuai dengan yang diprogramkan.
c. Guru-guru PTD yang telah dilatih memiliki kemampuan
yang cukup baik dalam menerapkan pembelajaran
program PTD
d. Seluruh stake holders di sekolah ujicoba program PTD
dapat menerima dan mengembangkan PTD.
Tahap Kedua
Berdasarkan hasil kajian tersebut, maka pada tahun 2000
program PTD dikembangkan pada 10 sekolah yang lain yang
tersebar di beberapa provinsi. Pada pengembangan program
PTD tahap kedua ini dilakukan dengan dana rupiah murni
(APBN).

Kajian yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap sekolah


ujicoba tahap pertama dan tahap kedua mmenujukkan hasil
yang memuaskan, anatar lain:
a. Program PTD di sekolah ujicoba tahap pertama masih
berjalan dengan baik, dan sekolah ujicoba tahap kedua
sangat antusias mengembangkan program PTD.
b. Seluruh bantuan kepada sekolah ujicoba dimanfaatkan
sepenuhnya untuk pengembangan program PTD.
c. Kemampuan guru-guru PTD dalam mengelola
pembelajaran cukup baik.
d. Sekolah dan seluruh stake holders merasakan manfaat dari
program ini.

Tahap Ketiga
Tahap ketiga merupakan tahap selanjutnya pengembangan
program PTD di sekolah-sekolah swasta, hal ini dilakukan
berdasarkan hasil kajian dan analisis dua tahap sebelumnya.
Tahap ketiga dikembangan pada tahun 2001, pada tahap
pengembangan program PTD tahap ketiga ini dilakukan pada
15 sekolah yang lain yang tersebar di beberapa provinsi.

Dari tiga tahap pengembangan program PTD maka terdapat


29 sekolah ujicoba program PTD. Hasil kajian terhadap 29
SMP ujicoba PTD dihasilkan informasi sebagai berikut:
a. Seluruh sekolah (100%) masih menyelenggarakan program
PTD dengan baik.
b. Manajemen sekolah, Yayasan, Orang tua siswa, dan siswa
100 % mendukung pelaksanaan program PTD, bahkan
sangat mendukung pelaksanaan program ini di sekolahnya
masing-masing.
c. Atmosfer akademik sekolah meningkat secara signifikan.
d. Guru PTD memiliki kebanggaan sebagai guru PTD.
e. Motivasi anak untuk belajar, khususnya belajar PTD cukup
tinggi.

Tahap ke empat.
Kajian umum yang dilakukan terhadap ke 29 SMP ujicoba
PTD pada awal tahun 2003 menujukkan hasil sebagai berikut:
a. Beberapa sekolah, khususnya sekolah ujicoba PTD tahap-1
dan tahap-2 sudah tidak memperoleh bantuan dari
Pemerintah Pusat, tetapi pada sekolah-sekolah tersebut
98 % masih menyelenggarakan program PTD dengan baik
sesuai dengan program tujuan awal pengembangan
program PTD.
b. Pada beberapa sekolah metodologi pembelajaran program
PTD di sekolah ujicoba berimbas pada mata pelajaran lain.
c. Peralatan pendukung program PTD masih utuh, layak
digunakan untuk pembelajaran, bahkan beberapa sekolah
menambah peralatan tersebut dengan swadaya.
d. Siswa sebagai pusat pembelajaran sangat senang belajar
PTD

Berdasarkan hasil kajian tersebut makan Direktorat


Pendidikan Lanjutan Pertama (Dit. PLP) pada tahun 2003
mengembangkan program PTD pada 10 SMP Negeri di
beberapa provinsi, ini merupakan pertama kali program PTD
di kembangkan di SMP negeri

Tahap ke Lima
Pengembangan program PTD tahap kelima dilakukan pada
tahun 2006 dan implementasinya ke sekolah dilakukan pada
tahun 2007 didasarkan atas beberapa alasan, antara lain
sebagai berikut:
a. Kajian-kajian yang telah dilakukan pada 39 sekolah
ujicoba program PTD menujukkan hasil yang positif.
b. Kajian teoritis pentingnya diperkenalkan pendidikan
teknologi sedini mungkin untuk mempersiapkan SDM
Bangsa Indonesia yang unggul dalam rangka
menyongsong era globalisasi.
c. Kajian empiris pada beberapa kurikulum pendidikan dasar
di beberapa negara menujukkan bahwa memperkenalkan
teknologi secara dini kepada anak-anak merupakan bagian
dari kurikulum inti mereka.
d. Kemajuan teknologi di segala bidang yang sangat pesat
dewasa ini.
e. Intersitas keterlibatan teknologi terhadap manusia
Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Atas dasar beberapa pertimbangan tersebut makan sejak


tahun 2007, teknologi merupakan salah satu ciri
keinternasionalan suatu sekolah maka pendidikan teknologi
diintegrasikan dalam kurikulum 2006 plus kedalam mata
pelajaran TIK.

2. Dokumen Pengembangan dan Implementasi program PTD SMP


Selama pengembangan dan implementasi program Pendidikan
Teknologi Dasar (PTD) mulai dari tahun 1997 sampai dengan
tahun 2008, Pemerintah telah menghasilkan berbagai dokumen
sebagai beriku:
a. Standar Kompetensi Mata Pelajaran.
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
c. Model Kurikulum PTD.
d. Pedoman Penyusunan Silabus.
e. Pedoman Penyusunan RPP.
f. Bahan ajar PTD (Modul yang terdiri dari buku kerja siswa,
buku guru dan buku teori) terdiri dari 17 modul..
g. Buku Konsep PTD.
h. Panduan Penyelenggaran program PTD.
i. Panduan Pengembangan program PTD
j. Standar Sarana dan prasarana pembelajaran PTD.
k. Mekanisme pelatihan guru
l. Kurikulum dan materi pelatihan guru

Dokumen-dokumen ini dikembangkan untuk membantu


sekolah-sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas
Pendidikan Provinsi mengembangkan dan mengimplemen-
tasikan program Pendidikan Teknologi Dasar. Pada awalnya
pengembangannya, dokumen-dokumen tersebut mengacu pada
kurikulum tahun 1994, pada tahun 2006 Direktorat Pembinaan
SMP mengkaji ulang dokumen-dokumen tersebut dan
menyesuaikannya dengan kurikulum 2006.

Selain itu dekomen-dokumen tersebut telah dikkaji dan ditelaah


oleh para ahli dari berbagai instituasi, antara lain Perguruan
Tinggi antara lain: ITB, UI, UPI, GAMA, UNESA, UM, ITS, dan
UNIBRAW, P3G Teknologi Bandung, P3G IPA, P3G Pertanian
Cianjur, PUSKUR, dan BPPT. Hasil dari telaahan para pakar
tersebut digunakan untuk memperbaiki dan melengkapi
dokumen-dokumen yang ada sehingga menjadi lebih lengkap
dan lebih baik

Sesuai dengan pengembangan sekolah bertaraf internasional


dimana program Pendidikan menjadi salah satu ciri
keinternasionalan, tetapi struktur kurikulum SMP yang ada tidak
memungkinkan pengembangan mata pelajaran baru dan
menghilangkan mata pelajaran yang ada maka Pendidikan
Teknologi diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang ada
yaitu TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Dengan
demikian untuk SBI dan RSBI, dokumen kurikulum dan
perangkatnya untuk mata pelajaran TIK di kaji ulang dimana
Pendidikan Teknologi masuk di dalam nya.
E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan.

Teknologi pada saat ini dan saat yang akan merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan
intensitas keterlibatan teknologi dalam kehidupan manusia dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Suka tidak suka, mau tidak
mau, siap tidak siap, teknologi akan hadir dalam setiap saat
kehidupan manusia.

Penguasaan substansi teknologi sangat diperlukan oleh setiap


manusia, masyarakat, bahkan suatu bangsa untuk dapat
berperan aktif dalam era globalisasi. Pada sisi lain teknologi
sangat akrab dengan anak-anak serta sangat disukai oleh mereka.
anak bisa berlama-lama memainkan teknologi bahkan mungkin
sampai lupa waktu

Latar belakang teoritis, latar belakang psikologis, serta latar


belakang empirik yang telah dikemukakan diatas menunjukkan
bahwa program Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) di SMP
memiliki cukup fakta bahwa:
a. Program PTD dapat di replikasi dan dikembangkan pada
sekolah-sekolah lain. Bahkan sejak tahun 2002, PTD telah
mulai dikembangkan dan diimplementasikan di Sekolah
Dasar (SD) oleh Direktorat Pembinaan TKSD.
b. Pembelajaran yang berpusat pada konteks nyata
(kontekstual), PTD di dalam dapat membuat pendidikan
menjadi lebih sesuai, lebih bermanfaat, lebih responsif
terhadap kebutuhan di dunia kerja. Hal ini dapat membuat
pendidikan menengah lebih menarik serta lebih menggugah
minat para siswa, karena mereka dapat langsung dan lebih
mudah menerapkan apa yang telah mereka ketahui dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian PTD dapat
meningkatkan relevansi pendidikan terhadap tuntutan dunia
kerja.
c. Pendidikan Teknologi Dasar dapat memberdayakan para
siswa untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Hal ini sesuai dengan cara teknologi dikembangkan dan
diterapkan serta akan memungkinkan para siswa menjadi
warga negara yang memiliki pendapat dan gagasan tentang
teknologi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Dengan kata lain Pendidikan Teknologi Dasar layak
dikembangkan dan dimasukkan dalam kurikulum inti
pendidikan menengah pertama.
2. Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat dikemukakan berdasarkan paparan


diatas adalah sebagai berikut:

a. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, Pasal 37 ayat (1) huruf (i), menyebutkan
Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah wajib memuat
keterampilan/kejuruan. Selain itu juga PP RI No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7 ayat (4),
menyatakan bahwa kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada SMP/MTs/SMPLB/ Paket
B, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui
muatan dan/ atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
keterampilan/kejuruan, dan/atau teknologi informasi dan
komunikasi serta muatan lokal yang relevan.

Dengan pertimbangan bahwa lulusan SMP disiapkan untuk


melanjutkan pendidikan, maka pendidikan kejuruan yang
diberikan di jenjang SMP harus berbasis luas (broad-based)
agar memberikan kesempatan yang lebih luas bagi peserta
didik untuk mengembangkan minat, bakat, dan
kemampuan dasarnya dalam bidang teknologi.

Berdasarkan pandangan di atas, mata pelajaran yang tepat


untuk memenuhi tujuan tersebut adalah mata pelajaran
Pendidikan Teknologi Dasar (PTD).

b. Memperhatikan alasan-alasan utama tersebut di atas, PTD


sangat penting untuk dimasukkan ke dalam kurikulum inti
pilihan pada pendidikan menengah pertama di Indonesia.
Sebagai kurikulum inti pilihan, PTD sejajar dengan mata
pelajaran Keterampilan/TIK, sehingga struktur kurikulum
SMP diusulkan menjadi: 10. Keterampilan/TIK/Pendidikan
Teknologi Dasar. Idealnya PTD sebagai mata pelajaran ke
sepuluh yang di dalamnya telah mencakup Keterampilan
dan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Setidak-tidaknya,
kedudukan PTD di dalam kurikulum Pendidikan Menengah
Pertama adalah beridiri sendiri sebagai mata pelajaran No.
11 Pendidikan Teknologi Dasar, yaitu mata pelajaran yang
dikembangkan sekolah dengan mengambil kelebihan
alokasi waktu 2-4 jam pelajaran.

c. Kegiatan pembelajaran PTD dilaksanakan antara 2-4 jam


pelajaran yang terjadwal secara reguler setiap minggunya.
PTD diberikan kepada seluruh siswa mulai dari kelas satu
hingga kelas tiga.

d. PTD adalah sebuah mata pelajaran, sehingga gurunya pun


adalah guru mata pelajaran. Seorang guru mata pelajaran
PTD seharusnya berlatar belakang pendidikan D4/ S1 PTD.
Akan tetapi karena belum ada satu LPTK pun yang
membuka program studi PTD, maka pengadaan guru PTD
dilakukan melalui pelatihan. Sebagai sebuah mata pelajaran
baru dengan guru bidang studi baru, maka kedalaman dan
keluasan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru PTD
akan sangat mempengaruhi lama waktu pelatihan.

Pelatihan guru PTD dapat dirancang secara dinamis dengan


memperhatikan aspek efektivitas dan efisiensi. Pelatihan
guru PTD yang selama ini dilaksanakan 3 kali dengan lama
masing-masing 2, 1.5, dan 1 bulan. Pelatihan dapat dibuat
lebih efisien dengan desain pelatihan yang padat yang
dilaksanakan di beberapa pusat pelatihan.

Agar penyediaan guru dapat dilaksanakan dengan lebih


baik, perguruan tinggi perlu menyelenggarakan pendidikan
guru PTD pada jenjang D4/S1.

e. Keberlanjutan (sustainability) program PTD sangat mungkin


diwujudkan apabila kedudukan PTD di dalam struktur
kurikulum SMP minimal seperti yang kami usulkan.
Selanjutnya didukung dengan kebijakan nasional yang tegas
mengenai rintisan PTD hingga ke tingkat kota/kabupaten,
penyelenggaraan PTD akan lebih mantap. Perluasan
implementasi PTD di tingkat kota/kabupaten perlu
didukung dengan kebijakan partisipatif pemerintah daerah
antara lain melalui alokasi dana APBD. Selain itu,
keberlanjutan akan tetap terjaga apabila kegiatan
monitoring dan evaluasi serta sosialisasi oleh pemerintah
pusat dan daerah terhadap implementasi dan
pengembangan PTD dilakukan secara teratur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Weber, Ruud, Basic Technology Education (BTE) Curriculum


Indonesia, Educaplan, Kennisspecialisten, Enschede, The Netherlands,
1997.

2. Kitano, M K & Kirby, D F, Gifted Education a Comprehensive View,


Little Brown & Co, Canada, 1986.
3. Evans, James R, Creative Thinking, Colledge Division, South-Western
Publishing Co, Cincinnati, 1991.

4. Semiawan, Conny R, Kurikulum Berdiferensiasi, Puskur, Jakarta 1997

5. Dahar, Ratna Willis, Teori-Teori Belajar, Penerbit Erlangga, Jakarta,


1996.

6. Slimming, David, Implementasi Pelaksanaan Kurikulum 1994, SSEP,


1998

7. Gagne, E D, The Cognitive Psychology of School Learning, Boston,


Little Brown, 1985.

8. Soepangkat, Hariadi P, Dimensi Kemampaun yang Dituntut dari


Tenaga Kependidikan Berkenaan Dengan Perkembangan IPTEK dan
UUSPN No.2, 1989, Makalah, 1991.

9. Hinduan, Achmad A, Pembelajaran IPA SLTP Sebagai Wahana


Pendidikan Umum, Lokakarya Nasional Pembelajaran IPA,
Bandung, 1998.

10. Soekamto, Toeti & Winataputra, Udin S, Teori Belajar dan Model-
model Pembelajaran, Ditjen Dikti, Depdikbud, 1994.

12. Worell, Judith & Stiwell, William E, Psychology for Teacher and
Student, New York, Mc Graww-Hill Book Co, 1981.

13. Ibrahim, M Djamil, Kurikulum 1994 IPA Pendidikan Dasar dan


Menengah : Peluang dan Kendala, Lokakarya Nasional Pembelajaran
IPA, Bandung, 1998.

14. John, J A & Quenouwille M H, Ekaperimen : Disain and Analysis 2nd


ed, Charles Griffin and Company, Ltd, London, 1977.

15. Pedhazur Elazar J, Multiple Regression in Behavioral Research,


Second Edition, Holt, Rinehart and Winston, New York, 1982.

16. Fraenkel, Jack R & Wallen Norman E, How to Design and Evaluate
Research in Education, Mc Graw-Hill, Inc, New York, 1993.
17. …………., GBPP SLTP, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Depdikbud,
Jakarta, 1993.

18. …………, GBPP SLTP, Pendidikan Teknologi Dasar, Draft 07


Depdikbud, Jakarta, 1999.
19. Costa. Arthur L. Developing Mind : Resource Book for Teaching
Thinking. Association for Supervision and Curriculum Development.
Virginia, 1986.

20. Padri, I. Made, Profil Pembelajaran MIPA di Sekolah. Ditjen Dikti.


JICA-IMSTEP. IKIP Bandung, 1999.

21. Sumaji. Dimensi Pendidikan IPA dan Pengembangannya Sebagai Ilmu.


Universitas Sanata Dharma. Penerbit Kanisius. Yogyakarta, 1998.

22. Yager, Robert E. Defining Science Education As A Dicipline (Editorial).


Journal of Research in Science Teaching. 20 (3). March 1983.

23. Winarno F.G. Prof.Dr.Ir. dalam Analisis Permasalahan Kurikulum


1994 dan Elaborasi Kemampuan dasar Peserta Didik.
Pusbangkurandik. Balitbang. Dikbud. 1994.

24. Dlamini Betty, at all, Liked and Disliked Learning Activities : Respon
of Swazi Student to Science Material With a Technological Approach.
Journal Research in Science & Technological Education. Vol. 14. No.
2. 1996.

25. Handley, Dave & Lyle Sue. Pupils Perceptions of Design and
Technology : a Case-study of Pupils in South Wales. Journal Research
in Science & Technological Education. Vol. 14. No. 2. 1996.

26. Joyce, Bruce & Weil, Marsha (1992). Models of Teaching. Allyn and
Bacon. Boston, USA.

27. Supriadi, Dedi (1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan


Iptek. Penerbit Alfabeta. Bandung.

28. Rohandi, R dan Sinaradi, F (1997). Pendidikan Sains yang Humanistis.


Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

29. Sukmadinata, Nana Syaodih, Prof. Dr. (1997). Pengembangan


Kurikulum, Teori dan Praktek. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.

30. Ruindungan, Max G. (1996). Model Bimbingan Peningkatan


Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Umum. Disertasi. PPS IKIP
Bandung.

31. Meeker, Mary Nacol (1969). The Structure of Intellect, Its


Interpretation and Uses. Charles E. Merrill Publishing Company, A
Bell & Howell Company. Columbus, Ohio.
32. Munandar, S.C.U. (1977). Creativity and Education. Dissertation.
Fakultas Psikologi. UI. Jakarta. Tidak diterbitkan.

33. Naisbitt, J. 1995. Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang


Mengubah Dunia, (Alih bahasa oleh Danan Triyatmoko dan Wandi S.
Brata): Jakarta: Gramedia.

34. Sardar, Z. (1979). The Future of Muslim Civilization. London: Croom


Helm. A.b. Rahmani Astuti (1993). Rekayasa Masa Depan Peradaban
Muslim. Bandung: Mizan.

35. Inkeles, A. (1983). “Modernisasi Manusia”, dalam Myron Weiner


(Ed). Modernisasi; Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

36. Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link
Between Computer-Based Technology and Future Skill Sets.
Educational Technology Nopember-Desember 1999. Hlm. 14-22.

37. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem


Pendidikan Nasional ) 2003Beserta Penjelasannya. Bandung:
Fokusmedia.

You might also like