You are on page 1of 2

Tunjangan Fungsional Guru Kacau

Disdik semestinya bisa mencari alternatif dari alokasi APBD. BANDUNG -- Kebijakan
anggaran belum berpihak kepada kalangan pendidik di Kota Bandung. Fenomena itu bisa
dilihat dari tunjangan fungsional guru sebesar Rp 100 ribu per bulan, yang belum
dibayarkan pemerintah. Dari 17 bulan tunggakan tunjangan tersebut, mereka baru
menikmatinya selama lima bulan.

Seharusnya, pemerintah membayar tunjangan fungsional dari Januari 2007 hingga Mei
2008. Namun yang dibayarkan baru Januari hingga Mei 2008. ''Saya sudah menunggu
lama, ternyata yang turun baru Rp 500 ribu,'' ujar guru SDN Merdeka, Akhmad Taufan,
kepada Republika, di Bandung, Senin (30/6). Uang itu diterimanya Sabtu (28/6), namun
sebagian guru baru menerima pada Senin (31/6) karena banyak yang libur.

Taufan mengaku kecewa atas tindakan pemerintah ini. Padahal, kebanyakan guru sangat
membutuhkan uang itu untuk persiapan menghadapi tahun ajaran baru. Saat ini, kedua
anaknya mendaftar di SMP dan SMA Kota Bandung, sehingga membutuhkan uang dalam
jumlah besar. ''Walau Depdiknas sudah menginstruksikan tidak memperbolehkan ada
pungutan penerimaan siswa baru (PSB), namun tetap saja guru membutuhkan seragam
baru buat anak-anaknya masuk sekolah,'' ungkap dia. Karena ketidakcukupan itu,
akhirnya sejumlah guru memilih meminjam ke koperasi sekolah. Namun, untuk
mendapatkan pinjaman itu, mereka mengaku harus mengantrenya terlebih dulu.

Kenaikan gaji guru pada April 2008 sebesar 20 persen, menurut dia, tidak banyak
membantu, karena BBM pun turut naik 30 persen pada Mei 2008. Kehidupan minimal
guru di Kota Bandung, membutuhkan Rp 3,5 juta per bulan. Saat ini, rata-rata guru
mendapatkan penghasilan Rp 2,5 juta, sehingga masih ada kekurangan Rp 1 juta.

Guru SMAN 9 Bandung, Iwan Hermawan menambahkan, kepala Disdik Kota Bandung
beralasan uang yang turun dari pusat baru cukup untuk membayar tunjangan selama lima
bulan. Bahkan jika ada guru yang tidak percaya, menurut dia, Disdik mempersilakannya
untuk langsung rekening lembaga tersebut. ''Lalu kenapa di Cimahi, tak ada tunggakan
kenaikan tunjangan fungsional?'' ujar dia mempertanyakan.

Di Cimahi, sambung Iwan, pemerintah setempat menyediakan dana talangan untuk


menutupi kekurangan keuangan dari pusat. Lalu, ia mempertanyakan sikap Pemerintah
Kota Bandung yang tidak bisa melakukan hal serupa. Saat ini, menurut dia, sebanyak 17
ribu guru PNS di Kota Bandung sangat membutuhkan uang tersebut.

Untuk menyelesaikan masalah kenaikan tunjangan fungsional yang belum dibayarkan


lebih dari setahun, kalangan anggota DPRD justru minta Disdik berinisiatif. Menurut
Anggota Komisi D DPRD Kota Bandung, Arif Ramdani, dengan kebutuhan hidup yang
semakin mendesak, pembayaran kenaikan tunjangan fungsional sangat dibutuhkan semua
guru.
Oleh karena itu, kata dia, Disdik atau Pemkot Bandung harus bekerja sama dengan
kabupaten/kota yang lain, mendesak pencairan dana itu. Kalau ternyata masih sulit, dia
menilai, Disdik bisa berinisiatif mencari anggaran dari APBD yang bisa dialokasikan
untuk menalangi pembayaran tunjangan fungsional itu.

''Pemkot dan Disdik Kota Bandung harus menunjukkan political will-nya untuk
membantu menyelesaikan masalah tunjangan fungsional ini membantu semua guru,'' ujar
Arif terpisah. Menyinggung kemampuan Kota Cimahi untuk menalangi tunjangan itu,
Arif mengaku dirinya tidak tahu rinciannya. ''Yang jelas, selama tidak menyalahi aturan,
bisa saja untuk membayarkan dana tunjangan fungsional diambil dari APBD dulu,'' kata
dia menambahkan. Untuk bisa memberikan talangan, diakuinya, memang perlu
dipikirkan proses pengembalian dana itu secara optimal.

Menurut Arif, untuk membicarakan semua itu, Disdik Kota Bandung dan Pemkot
Bandung seharusnya mendiskusikan dengan DPRD. Karena, ujar dia, bisa saja alokasi
dana tersebut dimasukkan dalam perubahan anggaran tahun ini. n ren/kie

You might also like