Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gunung Honje (620 m), Gunung Tilu (562 m) dan Gunung Raksa (320 m)
(Anonim, 2007).
tebing yang curam dan memiliki banyak air terjun dari mata air yang ada di
Gunung Pulosari.
terbentuk puluhan ribu tahun yang lalu akibat erosi gletser. Selain berbentuk-
curam dan ada juga yang datar. Lembah biasanya banyak di lewati oleh
ketinggian rendah. Maka dari itu, lembah lebih mempunyai aneka organisme
yang komplit baik yang mikro maupun yang makro. Di lembah juga banyak di
Lumut kerak atau lichen adalah organisme hasil simbiosis antara fungi
dan alga, sedemikian rupa sehingga dari hasil morfologi dan fisiologi lumut
yang terdiri dari alga atau cyanobacterium (ganggang hijau biru). Beberapa
gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi
merupakan satu kesatuan. Lumut ini hidup secara epifit pada pohon-
pohonan, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu
pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya, lumut kerak tidak memerlukan
syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka
waktu yang lama. Lumut kerak yang hidup pada batuan dapat menjadi kering
karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan
bisa sebagai bahan makanan, obat herbal dan juga bisa dijadikan sebagai
maka untuk itu patutlah ada sebuah informasi mengenai kekayaan lumut
sangat penting bagi ekosistem sekitar dan juga manfaatnya. Maka sebab
latar belakang di atas itulah peneliti ingin melakukan sebuah penelitian yang
B. Permasalahan
Banten.
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1). Pengertian
sebagai jumlah jenis dan jumlah individu dalam satu komunitas. Jadi
musiman atau secara periodik oleh manusia atau alam (Odum, 1971). Pada
karena organisme yang terbentuk baru sedikit dan tahap suksesi belum
begitu sempurna.
jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kekayaan jenis dapat
dihitung dengan indeks jenis atau area yakni jumlah jenis per satuan area.
diantara jenis. Namun pada kenyataan setiap jenis itu mempunyai jumlah
individu yang tidak sama. Satu jenis dapat diwakili oleh 100 hewan, yang lain
maksimum bila semua jenis mempunyai jumlah individu yang sama atau rata.
lumut kerak ini dapat ditentukan dengan menggunakan teknik formulasi dari
antara lain sebagai berikut (Odum, 1993; Soegianto, 1994; Indriyanto, 2006).
H= − ∑ Pi ln Pi
Keterangan :
H’ = indeks keanekaragaman
pi = n/N
keanekaragaman komunitas lumut kerak pada dua area yang dipelajari data
H
J = Log S
Keterangan :
J = Indeks Perataan
H = Indeks Keanekaragaman
S = Jumlah Individu
jenis (E) berkisar antara nilai 0 sampai 1, semakin mendekati 0, semakin kesil
jenis tidak sama (ada kcenderungan satu jenis mendominasi) dan sebaliknya.
Semakin mendekati 1 maka penyebaran individu tiap jenis merata (tidak ada
dalam komunitas bias terpusat pada satu spesies, beberapa spesies, atau
pada banyak spesies yang dapat diprakirakan dari tinggi rendahnya dari
2
ni
ID = N
Keterangan :
Suatu spesies akan dikatakan dominan jika >5% dan dikatakan sub
tidak ada jenis yang mendominasi, artinya tiap jenis menyebar merata,
semakin mendekati 1 berarti terdapat dominasi dari satu atau beberapa jenis.
- Kerapatan ( Densitas )
Xn
∑ n
X=
Keterangan :
adalah Erik Acharius (1757–1819). Oleh karena itu, dia dipandang sebagai
biasanya disusun oleh pasangan fungi (mikobion) dan oleh satu atau lebih
fotobion yaitu yang alga hijau atau cyianobacterium (alga hijau biru) (Nash,
1993).
merupakan organisme ganda yang khas, yang dihsilkan oleh asosiasi erat
antara dua organisme, suatu cendawan dengan suatu alga atau tumbuhan
kerak, simbiosis antara alga dan cendawan terjadi penafsiran yang berbeda,
dan sebaliknya cendawan memberikan air dan mineral kepada alga. Dapat
juga hubungan antara alga dan cendawan pada lumut kerak sebagai
tunggal soliter atau dapat pula yang berkoloni, dapat berupa : khusus
bagi ganggang.
e) Jika panas terik, lichens yang hidup di batu menjadi kering, namun
f) Pertumbuhan thallus ini sangat lambat, dalam satu tahun jarang lebih
bertahun-tahun.
Lumut kerak juga bisa sebagai bioindikator yang telah digunakan sejak
lama dengan cara membuat peta penyebaran lumut kerak. Sistem Skala
Polusi Lumut kerak Hawkssworth & Rose pada tahun 1970 menggunakan
ada atau tidak adanya spesies sensitif tertentu untuk mengetahui konsentrasi
sulfur dioksida dalam udara ambien. Begitu juga dibuat skala untuk zat-zat
dan air dari atmosfer (Bungartz). Hal ini menjelaskan mengapa lumut kerak
pemilihan bioindikator.
kerak yang paling sensitif terhadap pencemaran udara dan merupakan jenis
lumut kerak yang akan pertama kali hilang ketika terpapar pada udara
kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu
kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau
secara selluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus
atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichens.
a. Crustose
Lichens yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan
selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah
tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di
longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis disebut leprose.
b. Foliose
Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus
lobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Thallusnya
datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian
permukaan atas dan bawah berbeda. Lichens ini melekat pada batu, ranting
dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi
makanan.
c. Fruticose
seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-
d. Squamulose
squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering
Struktur morfologi dalam diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini
mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu.
Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa
jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin. Bagian
• Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak
dibawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang
bagiantengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini
Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu
yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan
pembuluh.
• Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat
sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa
korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang
melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines
putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang disebut medulla. Struktur
pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia dan lapisan coklat
• Soredia, terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit.
pada kulit luar. Diamaternya 0,01 – 0,03 mμ dan tingginya antara 0,5 –
sering dihasilkan di sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat
dengan isidia.
yang mengikat thallus ke bagian dalam. Ada dua jenis rhizines yaitu
bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak
besar serta terdapat pada korteks bawah dan hanya dijumpai pada
crustose lain.
gabungan dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda.
Para ahli seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956),
dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang berbeda dari alga dan
peritesium, yang berumur pendek dan dapat hidup bebas, tubuh buah
Verrucaria.
Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari
Cladophora dll.
b). Basidiolichens
tersusun dari hifa atau massa padat yang seringklali terlihat menyerupai
a). Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga
b). Heteromerous
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen
Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas batu, tanah atau
kulit pohon. Seperti Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan Graphis pada kulit
kayu. Lumut kerak tersebut terlihat sedikit berbeda antara bagian permukaan
Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti pita dengan beberapa
ada yang pendek dan panjang, rata, silindris atau seperti janggut atau
benang yang menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti telinga
a. Secara Vegetatif
• Fragmentasi
tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi
fragmen. Pada beberapa fruticose lichens, bagian tubuh yang lepas tadi,
dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichens yang
baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling
• Isidia
kondisinya sesuai.
• Soredia
soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichens
baru. Lichens yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
b. Secara Aseksual
motil, yang diproduksi dalam jumlah yang besar disebut pygnidia. Pygnidia
ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah
kecil yang terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari
hifa yang subur dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap
pycnidiospore menghasilkan satu hifa jamur. Jika bertemu dengan alga yang
c. Secara Seksual
lain:
secara luas, karena lichens memiliki suatu asam yang rasanya pahit dan
harus dibuang terlebh dahulu dengan merebusnya dalam soda. Contoh yang
paru karena Lobaria dapat membentuk lapisan tipis pada paru-paru. Selain
itu lichens juga digunakan sebagai ekspektoran dan obat liver. Senyawa
asam usnat (yang terdapat dalam ekstrak spesis Usnea) saat ini telah
asam lecanoric. Ekstrak lichens dapat juga dibuat sebagai bahan pewarna
berlangsung.
wilayahnya merupakan hutan produksi yang diawasi dan dikelola oleh pihak
mempengaruhi antara faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor biotik meliputi
lumut (bryophyta) dan faunanya seperti babi hutan, aneka jenis burung, kera
cahaya, air, suhu, udara maupun keadaan tanah. Keadaan faktor lingkungan
oleh erosi tanah baik oleh sungai maupun gletser tetapi juga bisa di bentuk
itu terlihat dari banyaknya pohon-pohon serta tanaman thallus seperti lumut
maupun lumut kerak yang ditemukan disana. Dataran lembah ini sangatlah
subur, karena adanya aliran zat hara yang dibawa oleh aliran sungai ke
daerah lembah. Untuk itu, biasanya dataran rendah seperti ini banyak sekali
BAB III
METODE PENELITIAN
permukaan laut (dpl). Lembah ini di apit oleh Gunung Pulosari dan bukit
sekitar yang berbentuk huruf U yang tidak begitu curam. Di lembah ini ada
spesies.
1. Populasi
(Lichen) yang hidup di lembah Gunung Pulosari sebelah barat dengan luas
2. Sampel
sebelah barat dengan luas daerah penelitian ± 1,5 Ha dan panjang lembah ±
1 km.
3. Teknik Sampling
atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan
Cara ini dilakukan agar sampel yang dilalui meteran tersebut dapat diambil,
mewakili daerah penelitian maka, daerah yang akan diambil sampel adalah
pada bagian barat Gunung Pulosari, dengan dibuat garis tegak lurus garis
lembah dan dibuat jarak 250 meter, serta dibuat garis transek sebanyak 5
antara panjang sisi lembah adalah kurang lebih 30 meter, maka dapat dibuat
plot sebanyak 5 buah dengan ukuran 5 x 5 meter dengan jarak antar plot
bantu.
dilakukan.
Cara peletakan garis transek atau plot dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
C. Variabel Penelitian
1. Variabel utama dalam penelitian ini adalah jenis lumut kerak (lichens)
dan jumlah individu setiap jenis yang ada di transek yang telah
ditentukan.
1. Alat-alat
b) Kompas
c) Kamera
d) Tali rafia
e) Pisau
f) Alat tulis
g) Pita meter
2. Bahan
sebagai berikut :
3. Mencatat faktor biotik pada area yang di tentukan yaitu jenis lumut
Pulosari.
ditemukkan.
pada plot.
F. Analisis Data
Analisis data adalah cara pengolahan data yang diperoleh dari hasil
pengujian. Analisis data dilakukan dengan cara statistik agar hasil penelitian
ni ni
− ∑ N
Log
N atau H = - pi Log pi
H=
Keterangan :
H H
J = H Max = Log S
Keterangan :
J = Indeks Perataan
H = Indeks Keanekaragaman
s = Jumlah Spesies
2
ni
C= ∑
N
Keterangan :
ni = Jumlah Individu
Xn
∑ n
X =
BAB IV
lumut kerak (lichen) dari hasil penelitian yang sudah dilakukan di kawasann
A. Hasil Penelitian
yang terdiri dari 3 kelas, 7 ordo dan 8 suku (family). Jumlah total individu
kerak antara lain Thomas H. Nash (1996) dan Vernon Ahmadjian (1993).
keanekaragam (H’) berkisar antara 3,16 sampai 3,47, indeks dominasi antara
0,0016 sampai 0.0023, indeks kemerataan antara 2,59 sampai 3,29 dan
2,6 0,005
5. Hypogymnia physodes 4 7 3 6 4 24 1,91 0.96
3 2
2,8 0,003
6. Lobaria pulmonaria 0 2 6 4 6 18 2,25 0.72
3 5
1 2,5 0,005
7. Lepraria incana 1 1 5 9 29 1,77 1.16
3 8 8
3,1 0,001
8. Menegazzia subsimilis 2 5 2 1 4 14 2,74 0.56
5 9
2,9 0,002
9. Parmelia sulcata 0 2 3 6 3 14 2,56 0.56
4 8
1 2,6 0,005
10. Parmotrema sp. 4 7 2 2 27 1,83 1.08
2 2 3
2,9 0,002
11. Staurothele sp. 1 5 2 4 4 16 2,45 0.64
4 8
1 2 1 1 1,8 0,026
12. Verrucaria sp. 8 72 0,98 2.88
5 1 2 6 2 2
3,2 0,001
13. Xanthoparmelia 0 1 4 4 2 11 3,10 0.44
2 6
1 2,7 0,004
14 Xanthoria elegans 4 5 1 0 21 2,09 0.84
1 6 0
9 9 9 9 9
39. 0,097
Jumlah 7 7 7 7 7 379 32.26 15.16
14 8
8 8 8 8 8
Spesies yang dominan pada penelitian ini adalah Crusta sp. Sekitar 84
komposisi keberadaan kelas lumut kerak yang ditemukan dapat dilihat pada
Le c Transek I Transek II
28%
Le c
41%
Eur
48% Eur
55%
Pe l Pe l
24% 4%
Transek V Keterangan :
Le c
48% = Lecanoromycetes
Eur
50% = Eurotiomycetes
Pe l
2%
= Peltigerales
48% sampai 62%, komposisi kedua yaitu kelas eurotiomycetes yang tidak
50% dan komposisi yang paling sedkit yaitu kelas peltigerales sekitar 2%
sampai 7%.
diantaranya adalah suhu udara yang relatif rendah yang berkisar antara 21 -
230 C, keadaan sekitar penelitian yang cukup lembab dan ada beberapa
Banten.
B. Pembahasan
yaitu berkisar antara 2,65 sampai 3,91 untuk tiap plotnya dan berkisar antara
3,16 sampai 3,47 unutk tiap transeknya karena menurut Odum (1993), jika
nilai H’ antara 1,6 – 3 maka termasuk kategori tinggi dan nilai H’ > 3 termasuk
kategori sangat tinggi. Hal tersebut disebabkan karena lumut kerak mampu
hidup tanpa memerlukan syarat hidup yang cukup tinggi sehingga lumut
pegunungan yang tingkat polusinya hampir tidak ada atau cukup rendah.
Selain itu, menurut Beschel (1961), dalam Nash (1996), dalam suatu kondisi
tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya suatu
disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang
3,47 dan diikuti oleh transek III dan V yang memliki nilai keanekaragaman
3,26. Sedangkan transek terendah adalah transek II yaitu 3.16 dan transek IV
yaitu 3.17. Keanekaragman pada tiap transek ini perbedaannya tidak begitu
signifikan, karena kawasan pada lembah ini tidak berbeda jauh kondisi alam
biasanya hidup secara epifit pada pohon atau tanaman lain, permukaan batu
atau di tempat lain manapun baik di kutub maupun di subkutub (Nash, 1996).
Karena lumut kerak mampu hidup di tempat manapun sehingga lumut kerak
banyak pohon yang bisa dijadikan substrat pada kulit kayu ataupun pada
permukaan batu. Lumut kerak bisa sangat baik berkembang pada wilayah
yang memliki oksigen tinggi, dan ini sangat cocok sekali di wilayah sekitar
lumut kerak di lembah Gunung Pulosari dapat dilihat pada gambar diagram di
bawah ini :
Trans e k Trans e k
V V
Trans e k I Trans e k I
20% 18%
22% 21%
Trans e k
Trans e k
IV
IV
Trans e k 20%
19% Trans e k
II
Trans e k Trans e k II
19%
III III 24%
20% 17%
Trans e k Trans e k
IV IV Trans e k
18% Trans e k 23% II
II 23%
Trans e k Trans e k
18%
III III
20% 18%
untuk tiap transeknya tidak begitu jauh berbeda antara transek satu dengan
transek lainnya. Ini disebabkan karena wilyah lembah lebih cenderung sama
dalam hal kondisi topografi dan floranya. Lumut kerak yang ditemukan pada
pohon kebanyakan jenis foliose dan pada batu berjenis crustose. Beberapa
jenis lumut kerak dapat berkembang memasuki bagian dalam batu dan oleh
karang atau batuan besar diikuti oleh penghancuran dengan cepat bagian
batu di bawahnya. Banyak lumut kerak yang tumbuh subur dan berkembang
biak di habitat yang tak memungkinkan vegetasi lain hidup. Nilai Indeks
jenis yang mendominasi dan sebaran antar jenis merata, jika mendekati 1
berarti ada jenis tertentu yang mendominasi. Dari kisaran yang diperoleh
menunjukkan bahwa sebaran jenis tiap individu pada tiap individu hampir
dikatakan rata, tetapi ada beberapa spesies yang cukup menonjol yaitu
crusta sp. dan verrucaria sp. Keadaan ini menunjukkan bahwa masih
Spesies ini merupakan kelompok crustose dengan talus berwarna putih pada
semua bagian talus. Talus yang berkembang pada bagian batang terlindung
talus yang tumbuh di bagian batang yang lebih tinggi. Warna talus yang
tumbuh pada bagian batang yang terbuka terhadap cahaya matahari terlihat
besar talus daan berwarna putih pada bagian pinggir talus. Warna putih
melingkari bagian pinggir talus tanpa terputus seperti cincin, sehingga terlihat
seperti batas talus. Pada talus yang ukurannya lebih besar warna putih tidak
jelas terlihat sehingga batas talus terlihat samar-samar. Talusnya sangat tipis
dibandingkan dengan lumut kerak lain yang menempel pada kulit kayu.
Koloni talus verrucaria sp. Lebih sering ditemukan tertindih oleh koloni jenis
Caloplaca marina ini sering dijimpai pada permukaan batu yang keras. Lumut
kerak ini sebenarnya banyak ditemukan di wilayah pesisir pantai atau daerah
Lecanorales ini memiliki tubuh buah hijau pucat, apabila terkena sinar
Lumut kerak ini menempel pada bagian bawah pohon seperti daun kecil.
Batas talus lumut kerak ini cukup jelas dan biasanya ditemukan pada
permukaan batu dan kulit kayu pada pohon. Keberaradaan lumut kerak
cukup air dan penuh dengan unsur hara serta dengan kadar oksigen tinggi
dan juga daerahnya tanpa terkontaminasi polusi udara yang tinggi. Batu
sekitar lembah hasil letusan terdahulu juga menjadi suatu substrat yang
penting bagi lumut kerak. Karena lumut kerak mampu mendegradasi batuan
yang cukup keras dengan bantuan zat asamnya sehingga membuka peluang
bagi tumbuhan lain untuk hidup dan berkembang yang tadinya tidak
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
spesies lumut kerak yang terdiri dari 3 kelas, 7 ordo dan 8 suku (family).
Jumlah total individu spesies yang ditemukan adalah 379 individu. Nilai
banyak ditemukan adalah golongan crustose yaitu crusta sp. dan verrucaria
B. Saran
data yang lebih lengkap dan akurat mengenai jenis lumut kerak karena
Ahmadjian, Vernon. 1993. The Lichen Symbiosis. John Wiley. New York.
Alzwar, Muzil, Samodra H. dan Tarigan, J.J. 1988. Pengantar Dasar Ilmu
Gunung Api. Nova. Bandung.
Istam, C. Yeane. 2007. Respon Lumut Kerak Pada Vegetasi Pohon Sebagai
Indikator Pencemaran Udara Di Kebun Raya Bogor Dan Hutan Kota
Manggala Wana Bakti. Skripsi, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Tidak
Diterbitkan.
49
SEMINAR
Disusun oleh :
NIM : G.15.06.0028
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR
2010