You are on page 1of 20

1

Analisa Kemampuan Co-branding Ades dengan Coca – Cola Dalam Meningkatkan


Citra Produk AMDK-nya Ditinjau Dari Kinerja Atribut – Atribut Produk
(Studi Eksperimen Mahasiswa Jurusan Manajemen)

Michael Adiwijaya
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Kristen Petra

S. Pantja Djati
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Kristen Petra

ABSTRAK
Co-branding adalah fenomena baru dalam dunia pemasaran, dimana dua perusahaan atau
lebih bergabung dan melakukan segala macam aktivitas untuk memberikan nilai tambah
atas produk hasil co-branding tersebut. Meningkatnya citra produk dalam persepsi
konsumen adalah salah satu efek dari co-branding. Citra produk hasil co-branding dapat
diukur melalui penilaian sikap konsumen terhadap kinerja dari atribut – atribut produk
tersebut. Apabila kinerja dari atribut – atribut produk tersebut sesuai atau bahkan
melebihi harapan konsumen, maka sikap konsumen positif yang berarti co-branding
tersebut mampu meningkatkan citra produk. Sebaliknya apabila kinerja atribut – atribut
tersebut tidak sesuai atau jauh di bawah harapan konsumen, maka sikap konsumen
negatif yang berarti co-branding tersebut tidak mampu meningkatkan citra produk.
Penelitian ini meneliti kegiatan co-branding antara PT Ades Alfindo Putra Setia tbk
(Ades) dengan PT Coca Cola Indonesia tbk (Coca – Cola), yang menghasilkan produk
Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) bermerek Ades. Pengukuran citra produk AMDK
Ades dalam persepsi konsumen dilakukan dengan studi eksperimen mahasiswa Jurusan
Manajemen Universitas Kristen Petra. Hasil dari studi eksperimen ini menghasilkan
penilaian sikap responden negatif. Sehingga dapat diketahui bahwa kinerja atribut –
atribut produk AMDK Ades tidak dapat memenuhi harapan responden. Dan dapat
diketahui bahwa co-branding antara Ades dengan Coca – Cola tidak mampu
meningkatkan citra produk AMDK-nya ditinjau dari atribut – atribut produk.
2

Kata kunci:
Co-branding Antara Ades Dengan Coca – Cola, Kinerja Atribut – Atribut Produk, Sikap
Konsumen, Citra Produk.

ABSTRACT

Co-branding in which two or more company joining together and doing any activity to
bring the co-branded product some added value, is a new phenomenon in the marketing
world. One of co-branding effects is increasing the product image in consumer’s
perception. The image of co-branded product is evaluated by measuring consumer’s
attitude toward the product attribute performance. If the product’s attribute performance
equal to or higher than consumer’s expectation, the result is positive consumer attitude,
it is mean that the co-branding capable in increasing the product image. On the other
hand if the product’s attribute performance not equal to or lower than consumer’s
expectation, the result is negative consumer attitude, it is mean that the co-branding not
capable in increasing the product image.
This research examine the co-branding between PT Ades Alfindo Putra Setia tbk and PT
Coca Cola Indonesia tbk that produce Ades mineral water in packages. Experimental
study of student majoring in management Petra Christian University had been done to
measure the product image of Ades, according to respondent’s perception. The result is a
negative respondent’s attitude toward the product’s attribute performance. It’s mean that
the product’s attribute performance of Ades mineral water in packages not capable to
exceed the respondent’s expectation. This research concludes that co-branding between
Ades and Coca-Cola not capable in increasing the image of Ades mineral water in
packages.
Key words:
Co-branding between Ades and Coca-Cola, Product’s Attribute Performance, Consumer
Attitude, Product Image.
3

PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu kebutuhan penting dalam hidup manusia, dimana
manusia membutuhkan air sekitar 2,1-3,4 liter per harinya. Air yang sehat dan bersih
akan membantu memperlancar metabolisme tubuh manusia. Bertolak belakang dengan
fakta tersebut di kota Surabaya kita melihat terjadinya pencemaran air seperti di Sungai
Kalimas, Sungai Jagir Wonokromo, Sungai Kedurus, Sungai Surabaya, dan Pantai
Kenjeran. (Kompas,2002). Melihat kondisi sungai – sungai yang ada di Surabaya,
tentunya hal tersebut akan berdampak dan mempengaruhi kualitas air Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Surabaya.
Fakta lain yang memprihatinkan adalah pada tahun 2002, tercatat sekitar
2.048.215 orang di Surabaya mengkonsumsi air yang dipasok oleh PDAM. Jumlah
konsumen tersebut setara dengan 70,6% dari total populasi masyarakat Surabaya.
(Website PDAM).
Kondisi yang ada tersebut mendorong tingginya permintaan akan air mineral
sebagai alternatif pengganti dari air PDAM. Jadi, tak heranlah kalau kebutuhan akan air
minum dalam kemasan, sebutan resminya AMDK, sudah tercipta dan berhasil terpelihara
sampai sekarang. Konsumsinya dari tahun ke tahun terus menanjak. Dari 4,18 miliar liter
di tahun 1999 merambat terus hingga 5 miliar liter di tahun 2000. Mengingat tingkat
konsumsi itu dibandingkan dengan orang Eropa masih sepersepuluhnya, peluang
tumbuhnya jelas masih terbuka lebar. (Website Megaone).
Peluang usaha ini dimanfaatkan oleh sekitar 250 perusahaan yang memasarkan
sekitar 300 merek AMDK yang memproduksi dan memasarkan produknya. Pasar AMDK
di Indonesia termasuk dalam pasar 10 terbesar di dunia yang selama ini dikuasai Aqua
dengan penguasaan pasar sebesar 40%. Persaingan antar perusahaan AMDK semakin
ketat dengan adanya co-branding antara Danone dan Aqua. Hal tersebut sangat
menguntungkan bagi pihak Aqua sebab Danone memiliki persepsi yang baik di mata
konsumen sebagai produsen makanan berkualitas. Menyusul co-branding Danone-Aqua,
PT Coca-Cola Indonesia (CCI) melakukan hal yang sama dengan membeli empat merek
AMDK yang diproduksi oleh PT Ades Alfilindo Putra Setia (AAPS) yaitu Ades, Desca,
Desta, dan Vica dengan harga US$ 19,9 juta. Dimana ke empat merek tersebut menguasai
pangsa pasar AMDK sebesar 10%.” (SWAsembada,2001).
4

Co-branding menurut Simon Jonathan, direktur pemasaran PT Bintang Toedjoe


produsen Extra Joss dapat meningkatkan citra produk dan hal ini dibuktikan dengan
adanya co-branding antara Extra Joss-Nokia-Mtv yang mengatrol citra Extra Joss
menjadi produsen untuk anak muda yang kreatif, dinamis, dan suka tantangan
(Marketing,2002). Penelitian ini memfokuskan pada produk AMDK Ades produksi
AAPS yang melakukan co-branding dengan CCI. Co-branding antara Ades dan Coca-
Cola tersebut memungkinkan adanya perubahan atribut produk AMDK Ades baik secara
langsung maupun tidak langsung. Keseluruhan tampilan dari atribut produk akan
mempengaruhi citra produk secara keseluruhan di benak konsumen, dengan melihat
kenyataan bahwa Coca-Cola sudah memiliki citra yang baik sebagai produsen minuman
berkarbonasi terkemuka di dunia.

LANDASAN TEORI
Pengertian Co-branding
Konsep co-branding menurut masyarakat umum adalah aktivitas pemasaran
yang cukup luas dan melibatkan penggunaan dua merek atau lebih. Sedangkan menurut
Rhenald Kasali doktor bidang consumer sciences-business administration, co-branding
adalah “segala aktivitas yang harus dapat meningkatkan nilai tambah, entah berupa
asosiasi baru yang positif, diferensiasi produk yang lebih cespleng, kepercayaan
konsumen yang lebih bagus karena kepastian terhadap kualitas yang lebih besar, atau
bahkan strategi-strategi pemasaran baru seperti jalur distribusi baru dan produk baru”.
(Marketing,2002)
Kemudian Kasali membagi co-branding menjadi tiga macam bentuk :
a. Ingredient branding dan host branding
Ingredient branding adalah suatu merek dengan asosiasi merek yang kurang kuat di
benak konsumen yang menjadi bagian dari merek lainnya yang disebut host branding,
dimana host branding adalah merek dengan asosiasi merek yang lebih kuat di benak
konsumen untuk mendukung ingredient branding.
5

b. Corporate branding
Bentuk dari co-branding dimana terdapat dua atau lebih merek yang bergabung
menjadi satu yang memiliki peran yang sama serta saling meminjam ekuitas merek.
Menurut Nickels, dkk (1999, 418) ekuitas merek adalah kombinasi dari faktor-faktor
seperti respon, loyalitas, persepsi kualitas, image, dan emosi masyarakat pada suatu
nama merek yang ada.
c. Complementary branding
Produk-produk yang ada dipasarkan atau diiklankan bersama-sama untuk
menunjukkan penggunaannya yang saling melengkapi

Pengaruh Co-branding Terhadap Atribut Produk


Co-branding yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan mempengaruhi
atribut produk perusahaan. Pengaruh dari co-branding terhadap suatu produk dapat
dilihat atau diamati melalui perubahan-perubahan yang terjadi pada atribut produk hasil
co-branding. Menurut Kotler dan Amstrong Atribut produk adalah segala sesuatu yang
melekat pada produk serta memberikan identitas pada suatu produk. (1996, 279)
Yang termasuk dalam atribut produk yaitu :
a. Kualitas produk
Kemampuan produk dalam menjalankan fungsi-fungsi yang dimilikinya yang
meliputi keseluruhan daya tahan, relibilitas, akurasi, mudah pengoperasian dan
perawatan serta beberapa manfaat lainnya.
b. Tampilan produk
Merupakan suatu alat kompetitif yang digunakan untuk membedakan produk suatu
perusahaan dengan produk pesaingnya. Dimana setiap model baru yang dihasilkan
perusahaan pada umumnya memiliki tambahan tampilan dibandingkan model
sebelumnya.
c. Desain produk
Suatu proses mendesain fungsi dan gaya produk yang meliputi penciptaan suatu
produk yang menarik, mudah, aman, dan murah, mudah penggunaan dan perawatan,
sederhana serta ekonomis untuk diproduksi dan didistribusikan
6

Pengaruh Co-branding Terhadap Harapan Konsumen


Adanya pengaruh co-branding terhadap atribut produk akan berdampak atau
mempengaruhi harapan dari konsumen. Menurut Zeithaml, harapan konsumen dibentuk
oleh pengalaman pembelian terdahulu, komentar teman dan kenalannya, kebutuhan
pribadi serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. (1990, 23)
Menurut Vijiyanto, harapan konsumen memiliki peranan yang sangat besar
sebagai suatu standar perbandingan dalam penilaian kualitas maupun kepuasan. Harapan
konsumen merupakan keyakinan konsumen sebelum mencoba atau membeli suatu
produk yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk tersebut.
(1998, 30).
Konsumen tentunya berharap dengan adanya co-branding membawa perubahan-
perubahan pada atribut produk yang dapat memberikan nilai tambah pada produk yang
ada, dalam memuaskan keinginan dan kebutuhan dari konsumen. Salah satu ukuran yang
dapat digunakan oleh pemasar dalam menilai pengaruh suatu co-branding terhadap suatu
produk ialah dengan menilai pengaruh atribut produk hasil co-branding dalam memenuhi
harapan konsumen
Kasali mengungkapkan ada empat hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan
yang melakukan co-branding agar dapat berhasil di pasar atau dapat diterima dan
memenuhi harapan konsumen yaitu :
a. Faktor partner
Perusahaan yang akan melakukan co-branding harus memperhatikan asosiasi merek
dari perusahaan yang bertindak sebagai ingredient branding maupun sebagai host
branding. Tidak selamanya co-branding antara perusahaan dengan asosiasi merek
yang sama-sama kuat selalu berhasil di pasar. Menurut riset yang ada suatu
perusahaan dengan asosiasi merek yang kuat dalam jangka panjang akan lebih
menguntungkan apabila melakukan co-branding dengan perusahaan yang memiliki
asosiasi merek yang lebih lemah.
b. Kampanye Iklan
Hasil kajian riset menyatakan bahwa host partner sebaiknya tidak mendukung
kegiatan kampanye iklan oleh ingredient partner apabila iklan menekankan pada
7

manfaat yang dimiliki oleh host partner sebelumnya. Selain itu co-branding
memerlukan sejumlah dana yang cukup besar untuk melakukan kampanye iklan.
c. Pengalaman dengan produk
Ada kalanya merek yang lebih kuat menciptakan harapan yang berlebihan atas
produk co-branded sehingga dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam mencoba
produk tersebut. Dimana kepuasan tersebut dapat diteruskan kepada merek ingredient
yang menyebabkan evaluation kualitas jadi semakin rendah.
d. Atribut kualitas
Bila atribut kualitas tidak bisa diamati terutama pada produk-produk experience
(produk yang membutuhkan pengalaman dari konsumen dalam mengkonsumsi
produk tersebut agar dapat memberikan penilaian produk), co-branding bisa
memberikan kepastian kualitas. Tetapi sebaliknya jika atribut kualitas dapat diamati
maka kehadiran merek yang kuat kurang berperan karena konsumen menilai secara
langsung.

METODE PENELITIAN
Batasan Penelitian dan Gambaran Populasi
Obyek yang akan diteliti adalah konsumen AMDK Ades dengan batasan
mahasiswa UK Petra Jurusan Manajemen. Pembatasan penelitian ini didasarkan pada
asumsi penulis bahwa sebagian besar mahasiswa UK Petra merupakan konsumen
AMDK Ades dan pada umumnya mahasiswa manajemen dapat memikirkan dan dapat
memahami konsep co-branding lebih baik dibandingkan mahasiswa jurusan lain.
Populasi mahasiswa manajemen yang menjadi responden penelitian sebesar 1643
(BAAK,2001).

Teknik Pengambilan Sampel


Teknik penarikan sampel yang digunakan mengacu pada eksperimen yang
dilakukan oleh Aaker dan Keller (1990,30) yang menggunakan mahasiswa kelas mata
kuliah mereka sebagai sampel eksperimen. Penelitian ini mengambil sampel mahasiswa
yang mengikuti mata kuliah Strategi Pemasaran kelas A dan kelas B semester genap
periode akademik 2001 – 2002, dimana mahasiswa tersebut akan menjadi sampel
8

responden kelompok eksperimen. Untuk sampel responden kelompok kontrol, dipilih


dari mahasiswa Jurusan Manajemen yang diambil secara acak.

Metode dan Prosedur Pengumpulan Data


Ada dua metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data yaitu: metode
kelas eksperimen dan metode survey melalui penyebaran kuesioner. Metode kelas
eksperimen diterapkan kepada para mahasiswa mata kuliah Strategi Pemasaran yang
menjadi responden penelitian (kelompok eksperimen). Sedangkan metode survey
diterapkan kepada mahasiswa manajemen yang diambil secara acak. (kelompok kontrol).
Kuesioner yang dibagikan merupakan kuesioner tertutup berupa pernyataan dalam bentuk
skala pernyataan sikap. Metode skala pernyataan sikap yang digunakan dalam kuesioner
adalah berupa skala Likert.

Metode Kelas Eksperimen


Menurut Maholtra, eksperimen adalah teknik yang biasa digunakan dalam
penelitian kausal. Sedangkan pengertian eksperimen adalah suatu proses menentukan satu
atau lebih variabel independen dan mengukur efek yang ditimbulkan pada satu atau lebih
variabel dependen, dengan tetap mengontrol variabel-variabel ekstra lainnya. (2002,224)
Jenis eksperimen yang digunakan adalah eksperimen laboratorium yaitu
eksperimen yang dilakukan dengan menciptakan suatu kondisi sesuai kehendak dari
peneliti dimana penulis menciptakan suatu kondisi atas responden kelas eksperimen demi
tercapainya tujuan dari eksperimen tersebut.
Sedangkan jenis desain eksperimen yang dimplementasikan dalam eksperimen ini
adalah pre-experimental design-static group yaitu desain eksperimen yang tidak
mengontrol variabel-variabel ekstra melalui randomisasi. Desain eksperimen ini terbagi
dalam dua kelompok yaitu: kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dimana
pengukuran kedua kelompok tersebut dilakukan hanya setelah kedua kelompok tersebut
mendapatkan perlakuan dalam eksperimen. dan unit tes tidak dipilih secara acak
9

Bagian – Bagian Dalam Eksperimen:


a. Variabel independen
Variabel yg ditentukan oleh peneliti dimana efek dari variabel tersebut diukur dan
dibandingkan. Dalam hal ini, pemahaman akan konsep co-branding antara Ades
dengan Coca – Cola merupakan variabel independen eksperimen.
b. Variabel dependen
Variabel yang mengukur efek dari variabel independent pada unit tes. Dalam
eksperimen ini, variabel tersebut adalah kesan kualitas terhadap citra produk AMDK
Ades berdasarkan penilaian sikap konsumen ditinjau dari atribut – atribut produknya.
c. Unit tes / kelompok eksperimen
Individu, organisasi, atau lainnya yang memberikan respon pada variabel independen
atau studi eksperimen yang sedang dilakukan. Dalam eksperimen ini, mahasiswa
mata kuliah Strategi Pemasaran kelas A dan kelas B semester genap periode
akademik 2001 – 2002 menjadi kelompok eksperimen.
d. Control group / Kelompok kontrol
Kelompok yang tidak ditentukan untuk memberikan respon terhadap variabel-
variabel independen, kelompok ini menyediakan poin perbandingan ketika menilai
efek dari respon terhadap variabel-variabel independen yang telah ditentukan
terhadap variabel dependen. Dalam eksperimen ini, mahasiswa jurusan manajemen
yang diambil secara acak menjadi kelompok kontrol.

Metode Fishbein
Metode Fishbein atau biasa dikenal dengan model sikap Fishbein menurut
Santoso pada prinsipnya menghitung Ao (Attitude toward the object), yaitu sikap
seseorang terhadap sebuah obyek yang dikenali lewat atribut-atribut yang melekat pada
obyek tersebut. (2000,148). Sikap konsumen terhadap suatu obyek / produk yang biasa
mereka konsumsi akan menimbulkan sejumlah keyakinan yang menimbulkan harapan
atas produk tersebut. Konsumen dapat merasa kecewa ataupun justru merasa puas atas
suatu produk yang mereka konsumsi, tergantung apakah sejumlah harapan mereka atas
produk tersebut terpenuhi atau tidak pada saat mereka mengkonsumsi produk tersebut.
10

Variabel – variabel pengukuran metode fishbein,yaitu:


Sailent Belief
Yang dimaksud dengan sailent belief adalah sejumlah atribut yang melekat atau yang
relevan pada suatu produk yang dapat menentukan sikap konsumen.
Pengukuran sailent belief dilakukan untuk mendapatkan penilaian harapan dan keyakinan
konsumen terhadap kinerja atribut – atribut produk.
Evaluation
Yang dimaksud dengan evaluation adalah penilaian sikap konsumen terhadap kinerja
atribut – atribut produk.
Variabel – variabel atribut produk yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
pengukuran rata-rata sikap konsumen adalah:
• Variabel kualitas produk
- Kejernihan air mineral
- Kesegaran rasa air mineral
• Variabel tampilan produk
- Gambar logo produk
- Warna desain kemasan
- Bentuk desain kemasan
- Kelengkapan informasi produk
• Variabel desain produk
- Daya tahan kemasan produk
- Kemudahan membuka segel kemasan produk
- Keamanan kemasan dari kuman, debu dan bakteri
- Harga produk

Rumus pengukuran yang digunakan:


a. Rata – rata tiap variabel
Nilai rata – rata tiap variabel = nilai total tiap variabel / jumlah responden
b. Nilai rata – rata sikap responden
Ao = ∑Bi . Ei

Keterangan:
11

Ao = Sikap terhadap produk


Bi = Belief atau harapan konsumen terhadap atribut i dari suatu produk
Ei = Evaluation konsumen terhadap atribut i dari suatu produk
∑ = Penjumlahan dari sejumlah atribut

KERANGKA BERPIKIR

Adanya potensi pasar


AMDK yang besar dengan
kendala masuk yang rendah
(SWAsembada,2001:

PT Ades Alfindo Putra Setia The Coca Cola Company


produsen AMDK no 2 di Indonesia produsen minuman berkarbonasi
(SWAsembada,2001) sebagai no 1 dunia (SWAsembada,2001)
Ingredient Branding sebagai Host Branding

Co-branding

Produk hasil
co-branding

Evaluation Konsumen
berdasarkan Metode
Fishbein

Belief Evaluation

Sikap konsumen

HIPOTESA
12

Bentuk co-branding Ades dengan Coca-Cola adalah ingredient branding dan


host branding. Pada co-branding tersebut Coca-Cola berperan sebagai host branding dan
Ades berperan sebagai ingredient branding. Kegiatan co-branding tersebut menghasilkan
produk hasil co-branding berupa AMDK bermerek Ades. Perubahan terhadap atribut –
atribut produk AMDK Ades sebagai bentuk dari kegiatan co-branding, tentunya
menyebabkan munculnya harapan konsumen akan produk hasil co-branding.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut:
“Co-branding antara Ades dengan Coca-Cola, memberikan pengaruh dan mampu
meningkatkan citra produk AMDK Ades ditinjau dari sikap konsumen terhadap atribut-
atribut produknya”

PENGUJIAN HIPOTESA
Penulis menggunakan metode sikap Fisbhein untuk mengukur hasil rata – rata
sikap dari dua kelompok responden yaitu hasil rata – rata sikap kelompok eksperimen
dengan hasil rata – rata sikap kelompok kontrol. Responden kelompok eksperimen
mendapatkan treatment (perlakuan) berupa pemahaman mengenai konsep co-branding
dan proses co-branding Ades dengan Coca-Cola, serta mendapatkan alat peraga berupa
AMDK Ades ukuran gelas untuk dilihat, diamati, dipegang, dan dirasakan. Sedangkan
responden kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan sama sekali.
Apabila hasil rata - rata sikap kelompok eksperimen sama atau identik dengan
hasil rata – rata sikap kelompok kontrol, maka co-branding antara Ades dengan Coca-
Cola tidak berdampak apapun terhadap kesan kualitas akan citra produk AMDK Ades.
Dan sebaliknya jika rata – rata sikap kelompok eksperimen tidak sama atau tidak identik
dengan rata – rata sikap kelompok kontrol, maka co-branding memberikan pengaruh
terhadap kesan kualitas akan citra produk AMDK Ades.
Untuk melihat pengaruh kemampuan co-branding dalam meningkatkan citra
produk hasil co-branding dari penilaian kesan kualitas oleh responden, dapat diketahui
melalui hasil rata – rata sikap total responden, baik responden kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol. Dimana hasil rata – rata sikap total responden diperoleh
dengan membandingkan nilai rata – rata belief dengan nilai rata – rata evaluation.
13

Jika hasil nilai rata – rata belief lebih tinggi dibandingkan nilai rata – rata
evaluation maka nilai hasil rata – rata sikap total responden positif. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa kinerja atribut-atribut produk AMDK Ades dapat memenuhi harapan
responden sehingga dapat diketahui bahwa co-branding Ades dengan Coca-Cola mampu
meningkatkan citra produk AMDK Ades. Jika nilai rata – rata belief lebih rendah
dibandingkan nilai rata – rata evaluation maka hasil nilai rata – rata sikap total responden
negatif. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kinerja atribut-atribut produk AMDK Ades
tidak dapat memenuhi harapan responden sehingga dapat diketahui bahwa co-branding
Ades dengan Coca-Cola tidak mampu meningkatkan citra produk AMDK Ades.
Dari penjelasan tersebut diatas, dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Rata – rata sikap responden kelompok eksperimen, terhadap produk AMDK Ades
identik dengan sikap responden kelompok kontrol.
H1 : Rata – rata sikap responden kelompok eksperimen, terhadap produk AMDK Ades
tidak identik dengan rata – rata sikap responden kelompok kontrol.

ANALISA DATA
Hasil nilai rata – rata sikap responden
- Responden kelompok eksperimen 233,429
- Responden kelompok kontrol 231,974
Dari hasil nilai rata – rata sikap responden dapat diambil keputusan untuk
menerima H1 dan menolak H0, yang berarti rata – rata sikap responden kelompok
eksperimen, terhadap AMDK Ades adalah tidak identik dengan rata – rata sikap
responden kelompok kontrol.
Jika demikian dapat diketahui bahwa co-branding antara Ades dan Coca – Cola
memberikan pengaruh terhadap produk AMDK merek Ades.
14

Tabel 1. Sikap responden kelompok eksperimen

Variabel Atribut Produk Belief Evaluation Sikap


Kualitas Produk
Kejernihan air mineral 5.238 5.889 negatif
Kesegaran air mineral 4.889 5.714 negatif
Tampilan Produk
Gambar logo produk 4.079 4.651 negatif
Warna desain kemasan 4.19 4.206 negatif
Bentuk desain kemasan 3.714 4.333 negatif
Kelengkapan Informasi Produk 5.254 5.381 negatif
Desain Produk
Daya tahan kemasan 4.302 5.206 negatif
Kemudahan membuka segel kemasan 3.794 4.762 negatif
Keamanan kemasan dari kuman, debu, dan bakteri 4.921 5.873 negatif
Harga produk 4.651 5.159 negatif

Rata-rata belief atas kesepuluh variabel atribut produk yang ditanyakan kepada
responden kelompok eksperimen melalui kuesioner, menunjukkan nilai rata-rata di
bawah nilai rata-rata evaluation responden atas kesepuluh variabel atribut produk
tersebut. Dengan demikian dapat diketahui sikap kelompok eksperimen terhadap produk
AMDK Ades negatif. Yang berarti kinerja dari kesepuluh atribut produk tersebut masih
di bawah harapan responden atau dengan kata lain belum mampu memenuhi harapan
responden

Tabel 2. Sikap responden kelompok kontrol


Variabel Atribut Produk Belief Evaluation Sikap
Kualitas Produk
Kejernihan air mineral 5.048 5.667 negatif
Kesegaran air mineral 4.413 5.683 negatif
Tampilan Produk
Gambar logo produk 4.063 4.73 negatif
Warna desain kemasan 4.095 4.571 negatif
Bentuk desain kemasan 3.841 4.746 negatif
Kelengkapan informasi produk 4.302 5.556 negatif
Desain Produk
Daya tahan kemasan 4.238 5.365 negatif
Kemudahan membuka segel kemasan 4.27 5.159 negatif
Keamanan kemasan dari kuman,debu, dan bakteri 4.587 5.746 negatif
Harga produk 4.714 5.571 negatif
15

Rata-rata belief atas kesepuluh variabel atribut produk yang ditanyakan kepada
responden kelompok kontrol melalui kuesioner, menunjukkan nilai rata-rata di bawah
nilai rata-rata evaluation responden atas kesepuluh variabel atribut produk tersebut.
Dengan demikian dapat diketahui sikap kelompok kontrol terhadap produk AMDK Ades
negatif. Yang berarti kinerja dari kesepuluh atribut produk tersebut masih di bawah
harapan responden atau belum mampu memenuhi harapan responden.

KESIMPULAN
Berdasarkan seluruh analisis data yang ada, dapat disimpulkan sebagai berikut:
• Nilai rata-rata sikap responden kelompok eksperimen tidak sama dengan nilai rata -
rata sikap responden kelompok kontrol. Sehingga dapat diambil keputusan untuk
menerima H1 dan menolak H0, yang berarti rata - rata sikap responden kelompok
eksperimen, terhadap AMDK merek Ades adalah tidak identik dengan rata - rata sikap
responden kelompok kontrol.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa co-branding antara Coca – Cola dan Ades
memberikan pengaruh terhadap produk AMDK merek Ades.

• Analisa belief responden kelompok eksperimen


Dari hasil analisa belief, dapat diketahui urutan tiga besar atribut produk dengan
penilaian tertinggi dan urutan tiga besar atribut produk dengan penilaian terendah.
Tiga besar atribut produk dengan penilaian tertinggi maksudnya adalah bahwa atribut
produk tersebut diyakini atau diharapkan oleh responden memiliki kinerja yang baik.
Sedangkan tiga besar atribut produk dengan penilaian terendah maksudnya adalah
bahwa atribut produk tersebut diyakini oleh responden memiliki kinerja yang buruk
atau kinerja atribut produk tersebut tidak terlalu diharapkan baik oleh responden.
Adapun urutan dari hasil analisa belief sebagai berikut:
 Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian tertinggi adalah:
- Atribut kelengkapan informasi produk (5.254)
- Atribut kejernihan air mineral (5.238)
- Atribut keamanan kemasan dari kuman, debu, dan bakteri (4.921)
16

 Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian terendah adalah:


- Atribut bentuk desain kemasan (3.714)
- Atribut kemudahan membuka segel kemasan (3.794)
- Atribut gambar logo produk (4.079)

• Analisa belief responden kelompok kontrol


Dari hasil analisa belief, dapat diketahui urutan tiga besar atribut produk dengan
penilaian tertinggi dan urutan tiga besar atribut produk dengan penilaian terendah.
Tiga besar atribut produk dengan penilaian tertinggi maksudnya adalah bahwa atribut
produk tersebut diyakini atau diharapkan oleh responden memiliki kinerja yang baik.
Sedangkan tiga besar atribut produk dengan penilaian terendah maksudnya adalah
bahwa atribut produk tersebut diyakini oleh responden memiliki kinerja yang buruk
atau kinerja atribut produk tersebut tidak terlalu diharapkan baik oleh responden.
Adapun urutan dari hasil analisa belief sebagai berikut:
 Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian tertinggi adalah:
- Atribut kejernihan air mineral (5.048)
- Atribut harga produk (4.714)
- Atribut keamanan kemasan dari kuman, debu, dan bakteri (4.587)
 Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian terendah adalah:
- Atribut bentuk desain kemasan (3.841)
- Atribut gambar logo produk (4.063)
- Atribut warna desain kemasan (4.095)

• Analisa evaluation responden kelompok eksperimen


Dari hasil analisa evaluation, dapat diketahui urutan tiga besar atribut produk dengan
penilaian tertinggi dan urutan tiga besar atribut produk dengan penilaian terendah.
Tiga besar atribut produk dengan penilaian tertinggi maksudnya adalah bahwa atribut
produk tersebut dinilai oleh responden memiliki kinerja yang baik. Sedangkan tiga
besar atribut produk dengan penilaian terendah, maksudnya adalah bahwa atribut
produk tersebut dinilai oleh responden memiliki kinerja yang buruk. Adapun urutan
dari hasil analisa evaluation sebagai berikut:
17

 Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian tertinggi adalah:


- Atribut kejernihan air mineral (5.889)
- Atribut keamanan kemasan dari kuman, debu, dan bakteri (5.873)
- Atribut kesegaran air mineral (5.714)
 Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian terendah adalah:
- Atribut warna desain kemasan (4.206)
- Atribut bentuk desain kemasan (4.333)
- Atribut gambar logo produk (4.651)

• Analisa evaluation responden kelompok kontrol


Dari hasil analisa evaluation, dapat diketahui urutan tiga besar atribut produk dengan
penilaian tertinggi dan urutan tiga besar atribut produk dengan penilaian terendah.
Tiga besar atribut produk dengan penilaian tertinggi maksudnya adalah bahwa atribut
produk tersebut dinilai oleh responden memiliki kinerja yang baik. Sedangkan tiga
besar atribut produk dengan penilaian terendah, maksudnya adalah bahwa atribut
produk tersebut dinilai oleh responden memiliki kinerja yang buruk. Adapun urutan
dari hasil analisa evaluation sebagai berikut:
 Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian tertinggi adalah:
- Atribut keamanan kemasan dari kuman, debu, dan bakteri (5.746)
- Atribut kesegaran air mineral (5.683)
- Atribut kejernihan air mineral (5.667)

 Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian terendah adalah:


- Atribut warna desain kemasan (4.571)
- Atribut gambar logo produk (4.73)
- Atribut bentuk desain kemasan (4.746)

• Analisa sikap responden kelompok eksperimen


18

Nilai rata-rata belief atas kesepuluh atribut produk yang ditanyakan kepada responden
kelompok eksperimen, menunjukkan nilai rata-rata di bawah nilai rata-rata evaluation
responden atas kesepuluh atribut produk tersebut. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa sikap responden terhadap produk AMDK Ades negatif. Sehingga dapat
diartikan bahwa kinerja dari kesepuluh atribut produk tersebut masih di bawah
harapan responden atau belum dapat memenuhi harapan responden.

• Analisa sikap responden kelompok kontrol


Nilai rata-rata belief atas kesepuluh atribut produk yang ditanyakan kepada responden
kelompok kontrol, menunjukkan nilai rata-rata di bawah nilai rata-rata evaluation
responden atas kesepuluh atribut produk tersebut. Dengan demikian dapat diketahui
sikap responden terhadap produk AMDK Ades negatif. Sehingga dapat diartikan
bahwa kinerja dari kesepuluh atribut produk tersebut masih di bawah harapan
responden atau belum dapat memenuhi harapan responden.

• Analisa sikap keseluruhan responden, baik responden kelompok eksperimen dan


responden kelompok kontrol
Baik responden kelompok eksperimen maupun responden kelompok kontrol memiliki
sikap negatif terhadap produk AMDK Ades. Sehingga dapat diketahui bahwa kinerja
dari atribut-atribut produk AMDK Ades belum dapat memenuhi harapan responden
dan dengan kata lain dapat diartikan bahwa kegiatan co-branding antara Coca – Cola
dan Ades belum mampu meningkatkan citra produk AMDK-nya.

Daftar Pustaka
19

Aaker A.D., Keller K.L, January 1990. Consumer Evaluations of Brand Extentions.
Journal of Marketing

Aaker., David A. 1997. Manajemen Ekuitas Merek. Mitra Utama, Jakarta

Kotler P., Armstrong G, 1996. Principles of Marketing, 7th edition. Prentice Hall Inc,
Saddle New Jersey

Kotler P., Armstrong G, 1999. Principle of Marketing, International Edition. Prentice


Hall Inc, Saddle New Jersey

Maholtra N K., 2002. Basic Marketing Research: Application to Contemporary Issues,


International Edition. Prentice Hall Inc, Saddle New Jersey

Mason R.D., Lind D. A, 1996. Teknik Statistika untuk Bisnis & Ekonomi. Jilid Pertama
Edisi Sembilan. Erlangga, Surabaya

Nickel., Mc Hugh J.M., Mc Hugh S.M, 1999. Understanding Business. 5th Edtion -
International Edition. The Mc Graw Hill Co

PDAM Website, http://mailsvr.pdam-sby.go.id/

Racoi., Wulandari., Mahimza., Jahari. Strategi Jitu Co-Branding. Majalah Marketing


No. 25/I/17-30 Januari 2002: 6-10

Rianty., Tantry. Manuver Akrobatik Coca-Cola. Majalah SWAsembada.


No: 02/XVII/25 Januari – 7 Februari 2001: 82-83

Santoso S, 2000. Aplikasi Excel dalam Marketing dan Riset Konsumen. Elex Media
Komputindo, Jakarta
20

Vijayanto R. M, 1998. Analisis Motivasi dan Kepuasan Nasabah PT Asuransi Jiwa


perwakilan Surabaya Selatan.

Wibisono L.,Yudana I. G. A, Juni 2001. Mencari Mutu Air Kemasan.


http://www.megaone.com/tauyhaw/tauyhaw/air_udara.htm

Wijoyo S., Mari Menakar Kinerja Ekologi Wali Kota Bambang DH. Kompas, 10 Oktober
2002

Zeithaml V. A., Parasuraman., Leonard L. B, 1990. Delivering Quality Service Balancing


Costumer Perception and Expectation. The Free Press, New York

You might also like