Professional Documents
Culture Documents
Michael Adiwijaya
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Kristen Petra
S. Pantja Djati
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Kristen Petra
ABSTRAK
Co-branding adalah fenomena baru dalam dunia pemasaran, dimana dua perusahaan atau
lebih bergabung dan melakukan segala macam aktivitas untuk memberikan nilai tambah
atas produk hasil co-branding tersebut. Meningkatnya citra produk dalam persepsi
konsumen adalah salah satu efek dari co-branding. Citra produk hasil co-branding dapat
diukur melalui penilaian sikap konsumen terhadap kinerja dari atribut – atribut produk
tersebut. Apabila kinerja dari atribut – atribut produk tersebut sesuai atau bahkan
melebihi harapan konsumen, maka sikap konsumen positif yang berarti co-branding
tersebut mampu meningkatkan citra produk. Sebaliknya apabila kinerja atribut – atribut
tersebut tidak sesuai atau jauh di bawah harapan konsumen, maka sikap konsumen
negatif yang berarti co-branding tersebut tidak mampu meningkatkan citra produk.
Penelitian ini meneliti kegiatan co-branding antara PT Ades Alfindo Putra Setia tbk
(Ades) dengan PT Coca Cola Indonesia tbk (Coca – Cola), yang menghasilkan produk
Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) bermerek Ades. Pengukuran citra produk AMDK
Ades dalam persepsi konsumen dilakukan dengan studi eksperimen mahasiswa Jurusan
Manajemen Universitas Kristen Petra. Hasil dari studi eksperimen ini menghasilkan
penilaian sikap responden negatif. Sehingga dapat diketahui bahwa kinerja atribut –
atribut produk AMDK Ades tidak dapat memenuhi harapan responden. Dan dapat
diketahui bahwa co-branding antara Ades dengan Coca – Cola tidak mampu
meningkatkan citra produk AMDK-nya ditinjau dari atribut – atribut produk.
2
Kata kunci:
Co-branding Antara Ades Dengan Coca – Cola, Kinerja Atribut – Atribut Produk, Sikap
Konsumen, Citra Produk.
ABSTRACT
Co-branding in which two or more company joining together and doing any activity to
bring the co-branded product some added value, is a new phenomenon in the marketing
world. One of co-branding effects is increasing the product image in consumer’s
perception. The image of co-branded product is evaluated by measuring consumer’s
attitude toward the product attribute performance. If the product’s attribute performance
equal to or higher than consumer’s expectation, the result is positive consumer attitude,
it is mean that the co-branding capable in increasing the product image. On the other
hand if the product’s attribute performance not equal to or lower than consumer’s
expectation, the result is negative consumer attitude, it is mean that the co-branding not
capable in increasing the product image.
This research examine the co-branding between PT Ades Alfindo Putra Setia tbk and PT
Coca Cola Indonesia tbk that produce Ades mineral water in packages. Experimental
study of student majoring in management Petra Christian University had been done to
measure the product image of Ades, according to respondent’s perception. The result is a
negative respondent’s attitude toward the product’s attribute performance. It’s mean that
the product’s attribute performance of Ades mineral water in packages not capable to
exceed the respondent’s expectation. This research concludes that co-branding between
Ades and Coca-Cola not capable in increasing the image of Ades mineral water in
packages.
Key words:
Co-branding between Ades and Coca-Cola, Product’s Attribute Performance, Consumer
Attitude, Product Image.
3
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu kebutuhan penting dalam hidup manusia, dimana
manusia membutuhkan air sekitar 2,1-3,4 liter per harinya. Air yang sehat dan bersih
akan membantu memperlancar metabolisme tubuh manusia. Bertolak belakang dengan
fakta tersebut di kota Surabaya kita melihat terjadinya pencemaran air seperti di Sungai
Kalimas, Sungai Jagir Wonokromo, Sungai Kedurus, Sungai Surabaya, dan Pantai
Kenjeran. (Kompas,2002). Melihat kondisi sungai – sungai yang ada di Surabaya,
tentunya hal tersebut akan berdampak dan mempengaruhi kualitas air Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Surabaya.
Fakta lain yang memprihatinkan adalah pada tahun 2002, tercatat sekitar
2.048.215 orang di Surabaya mengkonsumsi air yang dipasok oleh PDAM. Jumlah
konsumen tersebut setara dengan 70,6% dari total populasi masyarakat Surabaya.
(Website PDAM).
Kondisi yang ada tersebut mendorong tingginya permintaan akan air mineral
sebagai alternatif pengganti dari air PDAM. Jadi, tak heranlah kalau kebutuhan akan air
minum dalam kemasan, sebutan resminya AMDK, sudah tercipta dan berhasil terpelihara
sampai sekarang. Konsumsinya dari tahun ke tahun terus menanjak. Dari 4,18 miliar liter
di tahun 1999 merambat terus hingga 5 miliar liter di tahun 2000. Mengingat tingkat
konsumsi itu dibandingkan dengan orang Eropa masih sepersepuluhnya, peluang
tumbuhnya jelas masih terbuka lebar. (Website Megaone).
Peluang usaha ini dimanfaatkan oleh sekitar 250 perusahaan yang memasarkan
sekitar 300 merek AMDK yang memproduksi dan memasarkan produknya. Pasar AMDK
di Indonesia termasuk dalam pasar 10 terbesar di dunia yang selama ini dikuasai Aqua
dengan penguasaan pasar sebesar 40%. Persaingan antar perusahaan AMDK semakin
ketat dengan adanya co-branding antara Danone dan Aqua. Hal tersebut sangat
menguntungkan bagi pihak Aqua sebab Danone memiliki persepsi yang baik di mata
konsumen sebagai produsen makanan berkualitas. Menyusul co-branding Danone-Aqua,
PT Coca-Cola Indonesia (CCI) melakukan hal yang sama dengan membeli empat merek
AMDK yang diproduksi oleh PT Ades Alfilindo Putra Setia (AAPS) yaitu Ades, Desca,
Desta, dan Vica dengan harga US$ 19,9 juta. Dimana ke empat merek tersebut menguasai
pangsa pasar AMDK sebesar 10%.” (SWAsembada,2001).
4
LANDASAN TEORI
Pengertian Co-branding
Konsep co-branding menurut masyarakat umum adalah aktivitas pemasaran
yang cukup luas dan melibatkan penggunaan dua merek atau lebih. Sedangkan menurut
Rhenald Kasali doktor bidang consumer sciences-business administration, co-branding
adalah “segala aktivitas yang harus dapat meningkatkan nilai tambah, entah berupa
asosiasi baru yang positif, diferensiasi produk yang lebih cespleng, kepercayaan
konsumen yang lebih bagus karena kepastian terhadap kualitas yang lebih besar, atau
bahkan strategi-strategi pemasaran baru seperti jalur distribusi baru dan produk baru”.
(Marketing,2002)
Kemudian Kasali membagi co-branding menjadi tiga macam bentuk :
a. Ingredient branding dan host branding
Ingredient branding adalah suatu merek dengan asosiasi merek yang kurang kuat di
benak konsumen yang menjadi bagian dari merek lainnya yang disebut host branding,
dimana host branding adalah merek dengan asosiasi merek yang lebih kuat di benak
konsumen untuk mendukung ingredient branding.
5
b. Corporate branding
Bentuk dari co-branding dimana terdapat dua atau lebih merek yang bergabung
menjadi satu yang memiliki peran yang sama serta saling meminjam ekuitas merek.
Menurut Nickels, dkk (1999, 418) ekuitas merek adalah kombinasi dari faktor-faktor
seperti respon, loyalitas, persepsi kualitas, image, dan emosi masyarakat pada suatu
nama merek yang ada.
c. Complementary branding
Produk-produk yang ada dipasarkan atau diiklankan bersama-sama untuk
menunjukkan penggunaannya yang saling melengkapi
manfaat yang dimiliki oleh host partner sebelumnya. Selain itu co-branding
memerlukan sejumlah dana yang cukup besar untuk melakukan kampanye iklan.
c. Pengalaman dengan produk
Ada kalanya merek yang lebih kuat menciptakan harapan yang berlebihan atas
produk co-branded sehingga dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam mencoba
produk tersebut. Dimana kepuasan tersebut dapat diteruskan kepada merek ingredient
yang menyebabkan evaluation kualitas jadi semakin rendah.
d. Atribut kualitas
Bila atribut kualitas tidak bisa diamati terutama pada produk-produk experience
(produk yang membutuhkan pengalaman dari konsumen dalam mengkonsumsi
produk tersebut agar dapat memberikan penilaian produk), co-branding bisa
memberikan kepastian kualitas. Tetapi sebaliknya jika atribut kualitas dapat diamati
maka kehadiran merek yang kuat kurang berperan karena konsumen menilai secara
langsung.
METODE PENELITIAN
Batasan Penelitian dan Gambaran Populasi
Obyek yang akan diteliti adalah konsumen AMDK Ades dengan batasan
mahasiswa UK Petra Jurusan Manajemen. Pembatasan penelitian ini didasarkan pada
asumsi penulis bahwa sebagian besar mahasiswa UK Petra merupakan konsumen
AMDK Ades dan pada umumnya mahasiswa manajemen dapat memikirkan dan dapat
memahami konsep co-branding lebih baik dibandingkan mahasiswa jurusan lain.
Populasi mahasiswa manajemen yang menjadi responden penelitian sebesar 1643
(BAAK,2001).
Metode Fishbein
Metode Fishbein atau biasa dikenal dengan model sikap Fishbein menurut
Santoso pada prinsipnya menghitung Ao (Attitude toward the object), yaitu sikap
seseorang terhadap sebuah obyek yang dikenali lewat atribut-atribut yang melekat pada
obyek tersebut. (2000,148). Sikap konsumen terhadap suatu obyek / produk yang biasa
mereka konsumsi akan menimbulkan sejumlah keyakinan yang menimbulkan harapan
atas produk tersebut. Konsumen dapat merasa kecewa ataupun justru merasa puas atas
suatu produk yang mereka konsumsi, tergantung apakah sejumlah harapan mereka atas
produk tersebut terpenuhi atau tidak pada saat mereka mengkonsumsi produk tersebut.
10
Keterangan:
11
KERANGKA BERPIKIR
Co-branding
Produk hasil
co-branding
Evaluation Konsumen
berdasarkan Metode
Fishbein
Belief Evaluation
Sikap konsumen
HIPOTESA
12
PENGUJIAN HIPOTESA
Penulis menggunakan metode sikap Fisbhein untuk mengukur hasil rata – rata
sikap dari dua kelompok responden yaitu hasil rata – rata sikap kelompok eksperimen
dengan hasil rata – rata sikap kelompok kontrol. Responden kelompok eksperimen
mendapatkan treatment (perlakuan) berupa pemahaman mengenai konsep co-branding
dan proses co-branding Ades dengan Coca-Cola, serta mendapatkan alat peraga berupa
AMDK Ades ukuran gelas untuk dilihat, diamati, dipegang, dan dirasakan. Sedangkan
responden kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan sama sekali.
Apabila hasil rata - rata sikap kelompok eksperimen sama atau identik dengan
hasil rata – rata sikap kelompok kontrol, maka co-branding antara Ades dengan Coca-
Cola tidak berdampak apapun terhadap kesan kualitas akan citra produk AMDK Ades.
Dan sebaliknya jika rata – rata sikap kelompok eksperimen tidak sama atau tidak identik
dengan rata – rata sikap kelompok kontrol, maka co-branding memberikan pengaruh
terhadap kesan kualitas akan citra produk AMDK Ades.
Untuk melihat pengaruh kemampuan co-branding dalam meningkatkan citra
produk hasil co-branding dari penilaian kesan kualitas oleh responden, dapat diketahui
melalui hasil rata – rata sikap total responden, baik responden kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol. Dimana hasil rata – rata sikap total responden diperoleh
dengan membandingkan nilai rata – rata belief dengan nilai rata – rata evaluation.
13
Jika hasil nilai rata – rata belief lebih tinggi dibandingkan nilai rata – rata
evaluation maka nilai hasil rata – rata sikap total responden positif. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa kinerja atribut-atribut produk AMDK Ades dapat memenuhi harapan
responden sehingga dapat diketahui bahwa co-branding Ades dengan Coca-Cola mampu
meningkatkan citra produk AMDK Ades. Jika nilai rata – rata belief lebih rendah
dibandingkan nilai rata – rata evaluation maka hasil nilai rata – rata sikap total responden
negatif. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kinerja atribut-atribut produk AMDK Ades
tidak dapat memenuhi harapan responden sehingga dapat diketahui bahwa co-branding
Ades dengan Coca-Cola tidak mampu meningkatkan citra produk AMDK Ades.
Dari penjelasan tersebut diatas, dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Rata – rata sikap responden kelompok eksperimen, terhadap produk AMDK Ades
identik dengan sikap responden kelompok kontrol.
H1 : Rata – rata sikap responden kelompok eksperimen, terhadap produk AMDK Ades
tidak identik dengan rata – rata sikap responden kelompok kontrol.
ANALISA DATA
Hasil nilai rata – rata sikap responden
- Responden kelompok eksperimen 233,429
- Responden kelompok kontrol 231,974
Dari hasil nilai rata – rata sikap responden dapat diambil keputusan untuk
menerima H1 dan menolak H0, yang berarti rata – rata sikap responden kelompok
eksperimen, terhadap AMDK Ades adalah tidak identik dengan rata – rata sikap
responden kelompok kontrol.
Jika demikian dapat diketahui bahwa co-branding antara Ades dan Coca – Cola
memberikan pengaruh terhadap produk AMDK merek Ades.
14
Rata-rata belief atas kesepuluh variabel atribut produk yang ditanyakan kepada
responden kelompok eksperimen melalui kuesioner, menunjukkan nilai rata-rata di
bawah nilai rata-rata evaluation responden atas kesepuluh variabel atribut produk
tersebut. Dengan demikian dapat diketahui sikap kelompok eksperimen terhadap produk
AMDK Ades negatif. Yang berarti kinerja dari kesepuluh atribut produk tersebut masih
di bawah harapan responden atau dengan kata lain belum mampu memenuhi harapan
responden
Rata-rata belief atas kesepuluh variabel atribut produk yang ditanyakan kepada
responden kelompok kontrol melalui kuesioner, menunjukkan nilai rata-rata di bawah
nilai rata-rata evaluation responden atas kesepuluh variabel atribut produk tersebut.
Dengan demikian dapat diketahui sikap kelompok kontrol terhadap produk AMDK Ades
negatif. Yang berarti kinerja dari kesepuluh atribut produk tersebut masih di bawah
harapan responden atau belum mampu memenuhi harapan responden.
KESIMPULAN
Berdasarkan seluruh analisis data yang ada, dapat disimpulkan sebagai berikut:
• Nilai rata-rata sikap responden kelompok eksperimen tidak sama dengan nilai rata -
rata sikap responden kelompok kontrol. Sehingga dapat diambil keputusan untuk
menerima H1 dan menolak H0, yang berarti rata - rata sikap responden kelompok
eksperimen, terhadap AMDK merek Ades adalah tidak identik dengan rata - rata sikap
responden kelompok kontrol.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa co-branding antara Coca – Cola dan Ades
memberikan pengaruh terhadap produk AMDK merek Ades.
Nilai rata-rata belief atas kesepuluh atribut produk yang ditanyakan kepada responden
kelompok eksperimen, menunjukkan nilai rata-rata di bawah nilai rata-rata evaluation
responden atas kesepuluh atribut produk tersebut. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa sikap responden terhadap produk AMDK Ades negatif. Sehingga dapat
diartikan bahwa kinerja dari kesepuluh atribut produk tersebut masih di bawah
harapan responden atau belum dapat memenuhi harapan responden.
Daftar Pustaka
19
Aaker A.D., Keller K.L, January 1990. Consumer Evaluations of Brand Extentions.
Journal of Marketing
Kotler P., Armstrong G, 1996. Principles of Marketing, 7th edition. Prentice Hall Inc,
Saddle New Jersey
Mason R.D., Lind D. A, 1996. Teknik Statistika untuk Bisnis & Ekonomi. Jilid Pertama
Edisi Sembilan. Erlangga, Surabaya
Nickel., Mc Hugh J.M., Mc Hugh S.M, 1999. Understanding Business. 5th Edtion -
International Edition. The Mc Graw Hill Co
Santoso S, 2000. Aplikasi Excel dalam Marketing dan Riset Konsumen. Elex Media
Komputindo, Jakarta
20
Wijoyo S., Mari Menakar Kinerja Ekologi Wali Kota Bambang DH. Kompas, 10 Oktober
2002