You are on page 1of 5

Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh dipergunakan

untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin yang biasa dipakai untuk
mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah mati. Pemakaian pengawet formalin untuk
mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko
kesehatan. Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh diperguna kan untuk mengawetkan makanan.
Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam
menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan
sehingga lebih kenyal (perhatikan gambar berikut).

                          
                         gambar 12. makanan yang mengandung pengawet      gambar 13. dulu boraks digunakan pada bakso

Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri
kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah
efek samping bagi kesehatan, di antaranya:

a. gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit;

b. gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;

c. terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan

d. menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.

4. Zat Penyedap Cita Rasa


Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempah-rempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa
makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain.
Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu sebab yang mendorong penjajah Belanda dan
Portugis tempo dulu ingin menguasai Indonesia. Jika rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah,
dapat menimbulkan cita rasa tertentu pada makanan.

Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia.
Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:

a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini;

b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada  makanan;

c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah  apel.
Manusia Punah Karena Ciptaannya
Posted on April 17th, 2009 Agung Wibowo 3 comments

Oleh : Agung Wibowo


Tingginya biaya operasional melaut para nelayan sebagai akibat kenaikan harga BBM memaksa
nelayan untuk mengatur strateginya supaya kelangsungan hidup keluarganya tetap berjalan
dengan mengambil jalan pintas yang dapat membahayakan orang lain dengan menggunakan
Formalin (CHOH) sebagai bahan pengawet ikannya (Kompas, 29/12/05).
Berdasarkan sampel yang diambil secara acak oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM), penggunaan formalin tidak hanya terdapat di produk tangkapan hasil laut saja, tetapi
terdapat juga di Bakso, Mie basah, dan Tahu. Makanan tersebut merupakan produk makanan
yang menjadi favorit penggunaan formalin bagi para produsen, karena makanan-makanan
tersebut laris dikonsumsi oleh seluruh kalangan masyarakat, terutama strata menegah dan kelas
menengah kebawah. Formalin dalam penggunaan sebenarnya digunakan sebagai bahan pengawet
mayat, dimana fungsinya sebagai penghambat tumbuhnya bakteri.

Sangat dilematis dan ironis ketika penggunaan formalin ini ternyata telah dikonsumsi ribuan
umat manusia dan telah berlangsung selama berpuluh tahun, selama berpuluh tahun itu juga kita
telah mengkonsumsi bahan-bahan kimia yang berlahan-lahan menggerogoti kesehatan tubuh
kita, formalin bisa menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, mengganggu fungsi hati, ginjal,
dan sistem reproduksi.

Yang menarik dari permasalahan yang telah berlangsung ini adalah dari prespektif konsumen
ataupun dari produsen sendiri bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisah, dari perspektif
produsen, produsen berusaha untuk menyajikan produknya sesempurna mungkin dan juga untuk
menekan biaya produksi yang semakin membengkak sebagai akibat kenaikan harga bahan-bahan
dasar, sedangkan dari perspektif konsumen, konsumen mencari produk yang berkualitas dengan
mutu yang baik. Tampilan yang menarik, tidak mudah rusak, dan tidak cepat basi menjadikan
alasan produsen makanan untuk menggunakan formalin sebagai bahan pengawet makanan,
karena konsumen menyukai tampilan-tampilan yang bersih dan menarik tersebut.

Penggunaan teknologi yang tidak bijaksana ini menjadikan bumerang bagi kelangsungan
peradaban manusia. Temuan-temuan pengetahuan oleh manusia seperti formalin ditemukan
awalnya sebagai upaya menaklukkan alam, yaitu melawan proses pembusukan sebagai hukum
alam, telah ternodakan oleh ulah manusia sendiri, dengan menggunakan sebagai bahan
konsumsi. Spirit Kapitalisme untuk semakin memperkaya diri sendiri dengan meraih keuntungan
sebesar besarnya merupakan salah satu bentuk keserakahan manusia. Keserakahan dan kebutaan
terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan menjadikan manusia semakin terlepas dari sisi
humanisme. Dalam pemikiran Marzab Frankfrut manusia telah terjebak dalam satu dimensi (one
man dimention), dimana manusia hanya terjebak dalam dimensi teknologi, melupakan dimensi
sosialnya dimana harus mempertanggungjawabkan kepada publik apa yang menjadi karyanya
dan apa yang telah dilakukannya.

Manusia menaklukkan alam dengan pengetahuan dan teknologinya, sedangkan manusia hancur
karena ciptaannya sendiri. Formalin diciptakan untuk mempermudah bukan untuk membunuh
generasi manusia. Kebijaksanaan atas penggunaan formalin menjadi benteng kepunahan
peradaban manusia di muka bumi.

You might also like