Professional Documents
Culture Documents
untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin yang biasa dipakai untuk
mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah mati. Pemakaian pengawet formalin untuk
mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko
kesehatan. Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh diperguna kan untuk mengawetkan makanan.
Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam
menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan
sehingga lebih kenyal (perhatikan gambar berikut).
gambar 12. makanan yang mengandung pengawet gambar 13. dulu boraks digunakan pada bakso
Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri
kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah
efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia.
Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini;
b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan;
c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.
Manusia Punah Karena Ciptaannya
Posted on April 17th, 2009 Agung Wibowo 3 comments
Sangat dilematis dan ironis ketika penggunaan formalin ini ternyata telah dikonsumsi ribuan
umat manusia dan telah berlangsung selama berpuluh tahun, selama berpuluh tahun itu juga kita
telah mengkonsumsi bahan-bahan kimia yang berlahan-lahan menggerogoti kesehatan tubuh
kita, formalin bisa menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, mengganggu fungsi hati, ginjal,
dan sistem reproduksi.
Yang menarik dari permasalahan yang telah berlangsung ini adalah dari prespektif konsumen
ataupun dari produsen sendiri bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisah, dari perspektif
produsen, produsen berusaha untuk menyajikan produknya sesempurna mungkin dan juga untuk
menekan biaya produksi yang semakin membengkak sebagai akibat kenaikan harga bahan-bahan
dasar, sedangkan dari perspektif konsumen, konsumen mencari produk yang berkualitas dengan
mutu yang baik. Tampilan yang menarik, tidak mudah rusak, dan tidak cepat basi menjadikan
alasan produsen makanan untuk menggunakan formalin sebagai bahan pengawet makanan,
karena konsumen menyukai tampilan-tampilan yang bersih dan menarik tersebut.
Penggunaan teknologi yang tidak bijaksana ini menjadikan bumerang bagi kelangsungan
peradaban manusia. Temuan-temuan pengetahuan oleh manusia seperti formalin ditemukan
awalnya sebagai upaya menaklukkan alam, yaitu melawan proses pembusukan sebagai hukum
alam, telah ternodakan oleh ulah manusia sendiri, dengan menggunakan sebagai bahan
konsumsi. Spirit Kapitalisme untuk semakin memperkaya diri sendiri dengan meraih keuntungan
sebesar besarnya merupakan salah satu bentuk keserakahan manusia. Keserakahan dan kebutaan
terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan menjadikan manusia semakin terlepas dari sisi
humanisme. Dalam pemikiran Marzab Frankfrut manusia telah terjebak dalam satu dimensi (one
man dimention), dimana manusia hanya terjebak dalam dimensi teknologi, melupakan dimensi
sosialnya dimana harus mempertanggungjawabkan kepada publik apa yang menjadi karyanya
dan apa yang telah dilakukannya.
Manusia menaklukkan alam dengan pengetahuan dan teknologinya, sedangkan manusia hancur
karena ciptaannya sendiri. Formalin diciptakan untuk mempermudah bukan untuk membunuh
generasi manusia. Kebijaksanaan atas penggunaan formalin menjadi benteng kepunahan
peradaban manusia di muka bumi.