Professional Documents
Culture Documents
“IBUNDA TERCINTA”
TEMA
MAKNA KESELURUHAN
DIKSI
Diksi sekaligus kata kunci puisi Ibunda Tercinta yaitu ungkapan “perempuan
tua” karena diulang tiga kali dan terdapat pada baris pertama awal kata tiap bait. Makna
“perempuan tua” berarti perempuan yang sudah tua, kulitnya keriput, rambut mulai
memutih, dan biasanya ditujukan pada perempuan yang hidupnya tidak lama lagi.
Diksi “perempuan tua” pada bait pertama, kedua dan ketiga menggambarkan
kehidupan perempuan yang sudah mengalami asam garam kehidupan, kadang kala
mendapat hinaan dan pujian dalam hidupnya serta tetap memberikan cinta kasih yang
kekal demi anak-anaknya berhasil menggapai impian.
Kata ‘abadi’ dalam puisi di atas artinya kekal tidak pernah pudar atau dimakan
usia. Kata ‘puisi’ melambangkan suatu sajak yang merdu penuh alunan seolah-olah ibu
diibaratkan sebuah puisi yang berharga atau mulia. Kata ‘ampunan’ bermakna suatu
pengampunan atas suatu kesalahan yang diperbuat demi suatu tujuan yang lebih mulia.
Kata ‘melahirkan’ bermakna seorang perempuan yang pada akhirnya menjadi seorang
ibu bagi anak-anaknya.
Pada larik /duka derita dan senyum abadi/, kata “duka derita” melambangkan
derita diterima oleh ibu. Kata “senyum” melambangkan suatu kegembiraan. Dalam
penggabungannya larik /duka derita dan senyum abadi/ dapat melambangkan susah
senang yang dialami oleh seorang ibu.
Larik /tertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisi/ melambangkan ibu seperti sajak
yang bertemakan kasih sayang yang tulus kepada anaknya.
Larik /korban, terima kasih, restu, dan ampunan/ melambangkan ibu yang dalam
hidupnya selalu menderita dan ada saatnya mendapat pujian. Ibu selalu berdoa demi
anaknya dan memaafkan kesalahan yang dilakukan anaknya agar bisa berhasil mencapai
tujuan.
MAJAS
Gaya bahasa atau majas yang digunakan dalam puisi Ibunda Tercinta merupakan
majas perbandingan (metafora) yang membandingkan dua hal benda secara singkat dan
padat ditemukan dalam baris ”perempuan tua itu senantiasa bernama” pada bait ke-1,
ke-2, ke-3, dan baris ke-1 masing-masing bait. Dalam pengulangan kalimat dalam baris
ke-1 pada setiap bait menandakan bahwa majas yang digunakan juga majas repetisi.
Dalam puisi di atas juga terdapat kata “duka derita”, “tulus setia”, “kasih
sayang” yang merupakan padanan kata dan juga mengandung majas asosiasi.
Pada kata “di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri /
menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya” yang terdapat pada larik 3
dan 4 bait ke-3 mengandung majas hiperbola.
Asosiasi pengindraan juga terkandung dalam puisi di atas antara lain terdapat
pada kata “senyum yang abadi / tertulis dan terbaca ... / dari ujung rambut sampai
telapak kakinya” yang terdapat pada bait pertama.
ASPEK BUNYI
Rima
Persamaan rima juga terdapat dalam kata ‘abadi’ baris ke-2 dan kata ‘puisi’ pada
baris ke-3 demikian juga pada baris ke-6 kata ‘ampunan’ dan kata ‘melahirkan’ pada
baris ke-7.
Aliterasi
Asonansi
Puisi Ibunda Tercinta terdapat asonansi pada baris ke-1 dan bait ke-1, baris ke-1
dan bait ke-2, serta baris ke-1 bait ke-3. Asonansi puisi berupa bunyi vokal “a” dalam
larik “perempuan tua itu bernama”.
Efoni dalam puisi Ibunda Tercinta dapat ditemukan kata “senyum” yang terdapat
pada bait ke-1 baris ke-2 dengan lambang bunyi “u”. Efoni juga terdapat dalam kata
“cinta kasih” pada bait ke-3 baris ke-2 dengan lambang bunyi “a”.
Kakafoni dalam puisi Ibunda Tercinta dapat ditemukan dalam kata “duka” pada bait ke-
1 baris ke-2, dan kata ‘korban’ pada bait ke-2 baris ke-2.
Irama
Pada puisi di atas dapat diperoleh irama yang berbeda tergantung kepada arti dan
maksud dari puisi yang akan dibacakan. Metrum adalah bagian dari irama. Puisi Ibunda
Tercinta di atas yang merupakan metrum adalah terdapat pada pola persajakannya. Serta
ada pemenggalan dalam membacakannya ( pemberian jeda).
Dapat kita temukan metrum atau jeda setelah kata /perempuan tua/ kemudian
dilanjutkan kata /senantiasa bernama/ bisa juga kata /perempuan tua itu/ kemudian
dilanjutkan dengan kata yang kedua yaitu kata /senantiasa bernama/ dan kemudian
seterusnya pada bait dan baris selanjutnya. Pemenggalan larik /perempuan itu senantiasa
bernama/ terdapat kata “itu” yang merupakan kata tunjuk dasar atau demonstrativa.
Jadi, pemenggalan kata menjadi tiga bagian kata yaitu kata “perempuan tua”, “itu” dan
“senantiasa bernama”.
ISI PUISI
Seorang ibu yang telah melewati berbagai warna hidup dunia dengan tulus tanpa
mengharap apapun baik dari keluarga atau anak-anaknya.. Beliau pun merasakan
cercaan, cacian, pujian dan penghormatan dari orang lain namun semua itu hanya
dibalas dengan senyuman abadi. Ibu juga turut serta mengisi rona emas sejarah bangsa
dengan melahirkan tokoh-tokoh, pemimpin, dan orang-orang yang berpengaruh di dunia
ini. Semua kasih sayang beliau hanya untuk mencapai satu tujuan yakni keberhasilan
putra-putrinya.
AMANAT
UNSUR EKSTRINSIK
Puisi di atas mengandung aspek psikologis dan sosial. Aspek sosial dalam puisi
tersebut diketahui melalui gambaran nyata seorang ibu sesuai kondisi nyata di
masyarakat. Puisi tersebut juga mempunyai pengaruh psikologis
XII IPA 4 - 08
KEMARAU
Karya : D. Zawawi Imron
XII IPA 4 - 08
BERSATULAH PELACUR-PELACUR KOTA JAKARTA
Sarinah,
Perusahaan-perusahaan macet
XII IPA 4 - 08