You are on page 1of 3

Perbedaan Ijtihad Dalam Hukum Islam

I. Pendahuluan
Islam adalah salah satu agama yang mana para umatnya dalam segi
muamalah dan Ubudiyah telah diatur dan diantumkan kitab suci al qur’an
akan tetapi al qur’an tidak menjelaskan secara detail hal tersebut. Oleh
karena nabi Muhammad lebih rinci melalui hadits – hadist beliau. Seiring
berkembangnya agama Islam masalah – masalah baru timbul dalm hokum
Islam. Untuk mencari pemecahan masalah itu para ulama yang terdahulu
sebagai penerus para nabi, mulai melakukan usaha untuk menemukan
penjelasan yang paling baik yang tidak betentangan dengan syar’i yang
biasa disebut dengan istilah ijtihad.
Ijtihad adalah mencurahkan segenap upaya untuk mendapatkan
hukum syariat dari sumber aslinya. Ijtihad dalam hukum Islam merupakan
bagian dari Islam, keduanya tidak dapat dilepaskan. Keduanya akan tetap
menyatu dan saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini perlu dilaksanakan
secara terus menerus guna mengisi kekosongan hukum. Hal ini disebabkan
ijtihad pada ulama terdahulu tidak dapat mencakup semua hal secara detail.
Sedangkan ijtihad yang dilaksanakan tidak boleh menyimpang dari prinsip –
prinsip kemaslahatan dan harus sesuai dengan syariat.1
II. Pembahasan
A. Definisi ijtihad
Ijtihad menurut bahasa berarti Al-jahd atau Al-juhd yang berarti
la-Masyaqat (kesulitan dan kesusahan) dan akth-thaqat (kesanggupan
dan kemampuan). Dalam al-quran disebutkan pada (QS. At-Taubah :79)
Kata al-jahd beserta seluruh turunan katanya itu menunjukkan
suatu pekerjaan yang dilakukan lebih sulit untuk dilaksanakan ataupun
disenangi. Sedangkan menurut istilah dikemukakan beberapa pendapat
antara lain:

1
Abdul Manan. Reformasi hukum islam di Indonesia,Jakart’a:PT.Raja Grafindo
Persada.2006,hlm.159
1. Menurut para ahli fiqh dan fuqaha mendifinisikan ijtihad adalah
mencurahkan segenap upaya untuk mendapatkan syariat dari
sumber aslinya.
2. Menurut para sahabat nabi ijtihad adalah penelitian dan pemikiran
untuk mendapatkan sesuatu yang terdapat pada kitab ‘ilah dan
sunnah rasul. Baik yang diperoleh dari nash yang terkenal dengan
qiyas atau diperoleh dari maksud dan tujuan umum dari hikmah
syariah yang terkenal dengan maslahat.2
3. Menurut ahli ushul fiqh darin kelompok mayoritas.
Menurut mereka ijtihad adalah pengerahan kesanggupan
dari seorang ahli fiqh/mujtahid untuk memperoleh pengertian
tingkat terhadap hukum islam
4. Menurut ahli ushul fiqh dan kelompok minoritas
Ijtihad adalah pengerahan segala kekuatan untuk mencari
hukum sesuatu peristiwa dalam nash al-quran dan hadist shahih
dirumuskan oleh ibnu Hazm.
Berdasarkan rumusan ini, jelas bagi kita perbedaan ijtihad
menurut kelompok mayoritas dan minoritas ushul fiqh. Dimana
kelompok mayoritas berprinsip bahwa tidak ada ijtihad dalam
menghadapi nash dan ijtihad menjadi tertolak manakala terdapat nash.
Sedangkan kelompok minoritas berprinsip bahwa sumber hukum
syar’i hanyalah al quran dan hadist shahih dan hukum yang tidak ada
al quran / hadist shahih tidak dapat diterima.3
B. Dasar Hukum Ijtihad dan Kedudukan Ijtihad
Dasar hukum keharusan ijtihad antara lain terdapat dalam QS.
Annisa ayat 59 dan hadist
1. QS. An-nisa ayat 59
2. Hadist
Kedudukan ijtihad terkait dengan ketentuan – ketentuan tertentu
antara lain :
2
http: // al manaar. W’ordpress. Com/2007/10/22 pengertian ijtihad/
3
Haidar Bagir, & Syafiq Basri. Ijtihad dalam sorot’an.Bandung: Mizan hlm 23-24
1. Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat
melahirkan keputusan yang mutlak, dikarenakan ijtihad merupakan
aktifitas yang berasal dari akal pikiran manusia yang relatif.
2. Suatu keputusan ijtihad berlaku bagi seseorang tetapi tidak
berlaku bagi seseorang tetapi tidak berlaku bagi orang lain
3. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan ibadah
4. Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al quran
dan sunnah.4

4
Http.//www.pgbtn. com/ajaran-islam/kedudukan ijtihad.htm

You might also like