You are on page 1of 1

Bunyi dapat kita dengar di lingkungan sekitar. Ketika berbicara, kita menghasilkan bunyi.

Menggetarkan dawai gitar juga akan


menghasilkan bunyi. Bunyi merupakan energi. Suatu benda yang menghasilkan bunyi disebut sumber energi bunyi. Dapatkah
kamu menyebutkan sumber energi bunyi yang lainnya? Bunyi berasal dari getaran. Getaran itu diteruskan melalui udara hingga
sampai ke gendang telinga. Lalu, gendang telinga akan bergetar sehingga kita dapat mendengarkan bunyi. Pada saat kita
berbicara, pita suara kita akan bergetar. Getaran itu akan menghasilkan bunyi. Begitu juga jika kita menggetarkan tiang listrik
dengan cara memukulnya. Tiang listrik tersebut menghasilkan bunyi.

Bunyi dinyatakan dalam getaran. Banyak getaran yang terjadi dalam satu detik disebut kekerapan atau frekuensi. Tinggi
rendahnya bunyi tergantung pada tingginya rendahnya frekuensi. Bunyi yang frekuensinya teratur disebut nada. Bunyi yang
frekuensinya tidak teratur disebut desah. Telinga manusia memiliki keterbatasan untuk mendengarkan bunyi. Telinga manusia
bisa menerima bunyi yang frekuensinya berkisar antara 20 sampai 20.000 getaran per detik (hertz). Bunyi ini disebut audiosonik.
Bunyi yang frekuensinya kurang dari 20 getaran per detik (hertz) disebut infrasonik. Bunyi ini hanya didengar oleh hewan
tertentu misalnya jangkrik dan kecoa. Bunyi yang frekuensinya lebih dari 20.000 getaran per detik disebut ultrasonik. Bunyi ini
hanya dapat didengar oleh hewan tertentu misalnya kelelawar dan lumba-lumba.

Suara yang kita keluarkan bisa kuat dan bisa lemah. Jika kita berbisik, berarti kita mengeluarkan bunyi yang lemah. Jika kita
berteriak, berarti kita mengeluarkan bunyi yang kuat. Kuat lemahnya bunyi dipengaruhi oleh besar kecilnya simpangan getaran.
Besar kecilnya simpangan getaran disebut amplitudo. Bunyi tidak dapat merambat tanpa adanya udara. Seperti di luar angkasa,
para astronot tidak dapat mendengarkan bunyi apapun. Mereka dapat mendengarkan bunyi jika menggunakan alat. Alat itulah
yang membantu mereka berkomunikasi.

Bunyi dapat merambat pada benda padat, benda cair, dan benda gas. Bunyi merambat lebih cepat pada benda padat dibandingkan
dengan benda cair dan benda gas. Kecepatan perambatan bunyi disebut juga cepat rambat bunyi.

1. Bunyi Merambat Melalui Benda Padat

Pada zaman dahulu, orang-orang biasa menempelkan telinganya ke tanah. Tujuannya untuk mendengarkan derap langkah
pasukan berkuda. Dari bunyi derap langkahnya bisa diperkirakan jarak pasukan berkuda itu. Jika bunyinya semakin keras, berarti
pasukan berkuda sudah semakin dekat. Cobalah kamu tempelkan telingamu ke meja! Kemudian mintalah temanmu untuk
mengetukkan tangannya di meja pada ujung yang lain! Apa yang terjadi? Kamu akan dapat mendengarkan suara ketukan itu
dengan jelas, bukan? Tanah dan meja merupakan contoh benda padat. Dengan demikian, dua peristiwa di atas membuktikan
bahwa bunyi dapat merambat baik pada benda padat. Dapatkah kamu memberikan contoh yang lain?

2. Bunyi Merambat Melalui Benda Cair

Cobalah masukkan kedua tanganmu ke dalam bak air! Lalu tepukkan kedua tanganmu di dalamnya! Apa yang terjadi? Bisakah
kamu mendengarkan bunyi tepukan kedua tanganmu?

Apakah kamu suka berenang? Pernahkah kamu mendengarkan suara orang lain ketika sedang berada di dalam air? Suara itu tetap
terdengar meskipun tidak keras. Hal ini membuktikan bahwa bunyi dapat merambat melalui benda cair.

3. Bunyi Merambat Melalui Benda Gas

Bunyi dapat merambat melalui udara. Ketika kita berbicara, lawan bicara dapat mendengarkan suara kita. Hal ini menandakan
bahwa udara dapat merambatkan bunyi. Begitu juga ketika datang petir pada saat hujan. Suara petir dapat kita dengar karena
merambat melalui udara.

Info Sains

Anjing laut dapat mengeluarkan dan mendengarkan bunyi di dalam air. Anjing laut berteriak, menggonggong, merintih, dan
meraung di dalam air. Anjing laut mengeluarkan bunyi untuk menemukan pasangannya dan untuk menakut-nakuti musuhnya.
Beberapa jenis anjing laut dapat bernyanyi selama ± 1 menit.

Sumber :

Achyar, Aprilia Afifatul, 2009, Ilmu Pengetahuan Alam 4 : untuk SD dan MI Kelas 4, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional, h. 135 – 138.

You might also like