You are on page 1of 5

Nama : Ika Rizki Rahmawati

NIM : 107101000136

Tugas Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Pengelolaan Sampah

PUPUK KOMPOS

Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan – bahan organik atau proses


perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan
bantuan mikroorganisme. Kompos astau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang
telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau.
Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil.
Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi
tanaman.

Manfaat Kompos untuk Tanah dan Tanaman

Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki


sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah
keras akan menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam
akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih subur dan
kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa kompos. Manfaat dari
penggunaan pupuk kompos pada lahan pertanian adalah mampu menggantikan atau
mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (non organik) sehingga biaya pembelian
pupuk dapat ditekan. Selain itu manfaat yang lain adalah dapat menghasilkan
beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan olah tanaman, disamping itu juga dapat
menghasilkan unsur hara mikro yang lain seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo.
Sedangkan manfaat khusus bagi peternak, yaitu bahwa pola pemeliharaan ternak
(usaha budidaya) menjadi lebih sehingga pengelolaan ternak untuk tujuan produksi
dan reproduksi akan lebih optimal.

Pembuatan Kompos

Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan
organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan
sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa
dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk
kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi kompos. Ada bahan
yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak mudah, dan ada yang sulit
dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan. Bahan yang agak
mudah alias agak sulit dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan bambu.
Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat keras,
tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang.
Nama : Ika Rizki Rahmawati

NIM : 107101000136

Tugas Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Pengelolaan Sampah

Membuat kompos sangat mudah. Secara alami bahan organik akan mengalami
pelapukan menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah sampai satu tahun
tergantung bahan dan kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih
cepat perlu perlakuan tambahan. Pembuatan kompos dipercepat dengan
menambahkan aktivator atau inokulum atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad
renik (mikroba) yang bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi
kompos. Bahan organik yang lunak dan ukurannya cukup kecil dapat dikomposkan
tanpa harus dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar dan keras,
sebaiknya dicacah terlebih dahulu. Aktivator kompos harus dicampur merata ke
seluruh bahan organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat.

Bahan yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini
sangat dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos. Bahan
yang kering lebih sulit dikomposkan. Akan tetapi kandungan air yang terlalu banyak
juga akan menghambat proses pengomposan. Jadi basahnya harus cukup. Bahan juga
harus cukup mengandung udara. Seperti halnya air, udara dibutuhkan untuk
kehidupan jasad renik aktivator kompos.

Contoh Pembuatan Kompos Kotoran Sapi

BAHAN BAKU KOMPOS

Prinsip dasar dari pengomposan adalah mencampur bahan organik kering


yang kaya karbohidrat dengan bahan organik basah yang banyak mengandung N.
Pencampuran kotoran ternak dan karbon kering, misalnya serbuk gergaji, rumput sisa
ransum. atau jerami menghasilkan kompos yang berguna untuk meningkatkan
struktur tanah.

1. Kotoran Sapi Perah

Kotoran sapi perah umumnya banyak mengandung air dan nitrogen (N).
Karena itu, kotoran sapi perlu dicampur dengan bahan lain yang mengandung tinggi
karbon kering. Kompos yang dihasilkan berkualitas baik.

2. Serbuk Gergaji

Serbuk gergaji memiliki kandungan air kering sampai sedang. Sebagai bahan
baku kompos serbuk gergaji bernilai sedang hingga baik walau tidak seluruh
Nama : Ika Rizki Rahmawati

NIM : 107101000136

Tugas Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Pengelolaan Sampah

komponen bahan dirombak dengan sempurna. Serbuk gergaji ada yang berasal dari
kayu lunak dan ada pula kayu keras. Kekerasan jenis kayu menentukan lamanya
proses pengomposan karena kandungan lignin didalamnya. Kualitas serbuk gergaji
tergantung pada macam kayu, asal daerah penanaman, dan umur kayu. Makin halus
ukuran partikel serbuk gergaji makin baik daya serap air dan bau yang dimilikinya.

3. Rumput Sisa Ransum

Kandungan air rumput sisa ransum berada pada rentangan kering sampai
sedang. Rumput sisa yang masih panjang sebaiknya dicacah menjadi lebih pendek
agar fermentasi berjalan cepat. Rumput cacah sisa ransum mempunyai peluang
dirombak dengan cepat. Rumput sisa menjadi sumber N yang baik. Dalam proses
pengomposan timbunan dapat menjadi padat dan suasana menjadi anaerobik.

TEKNIK PENGOMPOSAN

Teknik pengomposan yang diuraikan dalam hal ini berkaitan dengan peralatan yang
digunakan dan alur kerja, penimbunan bahan baku, dan bagaimana cara mencampur
bahan baku dengan baik agar proses pengomposan memberi hasil memuaskan.

1. Alat-alat Pengomposan

Alat yang digunakan dalam proses pengomposan skala kecil adalah cangkul, sekop,
kotak atau ruang pengomposan, kantung plastik, dan alat perekat kantung plastik.
Berdasarkan pengalaman, pembuat kompos yang baik dapat mengetahui kira-kira
berapa temperatur kompos saat itu dengan memegang dan meremas bahan kompos.
Berdasarkan hal tersebut, seandainya itu pun ada, thermometer dapat digunakan
hanya pada pertama kali pengomposan. Naungan dan tempat yang tidak dilalui aliran
air patut mendapat perhatian dari pembuat kompos. Kantung plastik dan alat
perekatnya digunakan pembuat kompos jika ingin menjual kompos hasil produksinya
dalam bentuk bukan curah.

2. Alur Kerja Pengomposan

Mulai dari penanganan bahan baku sampai dengan penyimpanan kompos sebelum
dijual mempunyai alur kerja pada bahan baku, proses campuran, dan hasil kompos.
Alur kerja secara rinci diuraikan menjadi penyimpanan, penghalusan, dan
pencampuran bahan baku; penumpukan campuran, pengukuran temperatur dan
Nama : Ika Rizki Rahmawati

NIM : 107101000136

Tugas Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Pengelolaan Sampah

kelembaban, penghentian proses; dan pematangan, pengayakan, pengeringan,


pengepakan, serta penyimpanan hasil kompos seperti berikut ini.

Mula-mula bahan baku yang belum digunakan disimpan di tempat aman agar
tidak menimbulkan peluang terjadinya kebakaran. Yang dimaksudkan dengan
penghalusan bahan baku adalah pengurangan ukuran bentuk, misalnya pencacahan
rumput. Pencampuran dan penumpukan bahan baku dapat menjadi satu atau bagian
yang terpisah. Kotoran sapi perah dicampur dengan serbuk gergaji atau rumput sisa
ransum dengan perbandingan volume 1:1 atau 1:2. Pengukuran volume dapat
memakai ember air atau alat tampung lainnya. Bahan baku diaduk atau langsung
ditumpuk berlapis-lapis di tempat pengomposan. Tempat pengomposan mungkin
menggunakan kotak, ember, atau permukaan lahan.

Tumpukan jangan dipadatkan. Keesokan harinya tumpukan dibalik-balik.


Pengukuran temperatur dan kelembaban dilakukan sebelum pembalikan, terutama
temperatur, jika alat tersedia. Pembalikan dikerjakan tiap hari selama minggu pertama
dan setelah itu dapat dilaksanakan seminggu sekali. Campuran diremas untuk
mengetahui kelembaban. Kelembaban rendah campuran ditandai dengan tidak adanya
bagian bahan baku kompos yang melekat di telapak tangan. Jadi, ke dalam tumpukan
harus ditambahkan air secukupnya. Penghentian proses dihentikan setelah temperatur
stabil dan selanjutnya diikuti oleh proses pematangan. Kompos dibiarkan di udara
terbuka selama seminggu. Setelah itu kompos diayak untuk memisahkan bagian kasar
dan halus. Bagian kasar diikutsertakan lagi dalam pengomposan berikutnya.
Nama : Ika Rizki Rahmawati

NIM : 107101000136

Tugas Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Pengelolaan Sampah

Pengomposan selanjutnya mungkin menggunakan campuran hasil kompos sebanyak


10% dari total bahan baku untuk mempercepat proses pengomposan. Kompos hasil
yang akan dijual dikeringkan, dipak, dan disimpan.

HASIL KOMPOS
Pembuatan kompos mempunyai sangat banyak manfaat, walau tidak terlepas dari
kekurangannya juga. Kegunaan kompos telah sering dibahas pada berbagai tulisan dan
kesempatan. Sementara itu mengetahui kelemahan pengomposan dapat digunakan untuk
mengatasinya. Harga jual kompos berkisar antara Rp500,00- Rp2.500,00/kg dengan
biaya produksi Rp440,00/kg. Berdasarkan harga curah saja produsen kompos sudah
mendapat pendapatan kotor sebesar Rp60,00/kg. Proses pengemasan membutuhkan biaya
sebesar Rp1.000,00/kg dan ternyata usaha ini menaikkan harga jual kompos dan
memberikan pendapatan Rp1.060,00/kg

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF BAGI LINGKUNGAN

Dampak Positif

Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan
kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur.

Dampak Negatif

Bau acapkali timbul saat proses pengomposan berlangsung, berasal dari bahan baku dan
prosesnya.

You might also like