You are on page 1of 4

‫بسم ال الرحمن الرحيم‬

JILBAB
Oleh : Ummul Hasanah

Nurul adalah seorang siswi kelas tiga sebuah SMP swasta di Makassar. Ia sangat
malas dan sifatnya seperti laki-laki alias tomboi. Berbeda dengan kedua kakak
perempuannya, Dian dan Fitri yang selalu nampak anggun dengan jilbabnya.
Di suatu pagi yang cerah…..
"Nuruuul….! Bangun !" terdengar jerit bunda.
Nurul yang nggak tidur semalaman karena nonton konser Mike Trump tidur
dengan gaya khasnya.
"Astaghfirullah, udah jam segini belum bangun juga, emangnya kamu tidak
sekolah?" tanya bunda dengan lembut.
"Bundaku yang manis dan cakep, ini kan hari Minggu!" jawab Nurul dengan
tenang yang nampaknya masih mencoba untuk tidur.
"Oh, iya! Bunda lupa, tapi kamu belum shalat subuh, kan?" bunda mencoba
mengalihkan pembicaraan karena merasa malu.
"Hiya nih, Nuhrul banghunnya helat meluhlu, hgak howat lahi !" kata Kak Fitri
yang ngomongnya nggak karuan karena lagi makan.
"Huu biarin! Daripada kakak yang ngomongnya kayak bayi gorilla." balas Nurul.
Keesokan harinya…..
"Nuruuul…!!!!" jerit bunda lagi-lagi terdengar di pagi ini.
"Waduh! Telat lagi, deh! Bunda sih nggak bangunin aku!" Nurul ngoceh melulu
dan nggak sadar kalau bunda sudah teriak seribu kali bangunin Nurul.
Nurul pun bergegas mandi, sampai-sampai dia lupa kalau dia belum shalat subuh.
"Nurul, sarapan dulu!" sahut bunda.
"Nggak deh! Aku udah terlambat." jawab Nurul sambil memakai sepatunya.
"Kalau gitu susunya diminum, supaya kamu nggak lemas di sekolah!" kata bunda
lagi.
Nurul pun meminumnya, lalu ia beranjak dari tempatnya dan mencium tangan
sang bunda dan ayahandanya.
…..
Sesampainya di gerbang sekolah.
"Citt…" Nurul hampir saja tertabrak sepeda motor.
"Hei, kamu punya mata nggak sih! Nabrak orang sembarangan!" kesal Nurul
sambil mengambil bukunya yang terjatuh. "Emangnya mata lo dipakai untuk a….pa…"
Nurul terhenti.
Ternyata pengendara sepeda motor itu adalah Muhammad Ridwan Kadir yang
biasa dipanggil Elfa (nyambung, nggak?) siswa di SMP itu juga yang kelasnya berada
di samping kelas Nurul. Nurul sudah lama mengagumi Elfa walaupun Nurul itu anaknya
tomboi. Jadi ketika ia melihat yang menabraknya adalah Elfa ia langsung menjadi salah
tingkah.
"Eh, maaf tadi aku nabrak kamu. Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Elfa dengan
suaranya yang lembut.
"Ng…nggak apa-apa, kok! Aku yang salah, kok! Soalnya tadi aku terburu-buru
jadinya nggak denger kalau ada motor di belakangku." jawab Nurul dengan terbata-bata.
"Astaghfirullah, udah hampir bel! Kita kan upacara. Hmm, kalau gitu aku duluan,
ya!" kata Elfa.
"Iya, kamu duluan aja!" balas Nurul sambil tersenyum-senyum.
Nurul merasa sangat senang karena bisa bicara langsung dengan pujaan hatinya.
Dia serasa terbang ke angkasa dan…."Ting tong!" terdengar suara bel ke telinganya.
"Hah, bunyi apa barusan? Gawat, aku juga harus bergegas kalau tidak aku akan
kena hukuman, nih!"
…..
Ketika waktu istirahat Nurul dan sahabatnya, Icha, terlihat lagi asyik ngumpul di
kantin.
"Eh, yang bener tadi kamu tabrakan sama si Elfa?" tanya Icha.
"Bener, deh! Aku nggak bohong, kok!" jawab Nurul.
"Trus..trus?" tanya Icha penasaran.
"Dia bilang 'Kamu nggak apa-apa?' Waduh… suaranya itu loh semakin
membuatku tergila-gila padanya!"
"Tapi yang membuat aku heran, bisa-bisanya kamu jatuh cinta sama laki-laki."
jelas Icha.
"Emangnya kenapa, nggak boleh?"
"Loh, pake nanya lagi! Kamu kan laki-laki!" jawab Icha ngeledek. "Tapi,
ngomong-ngomong Elfa itu kan anak Rohis, sukanya sama cewek alim yang pake jilbab
gitu…" jelas Icha lagi.
"Biarin lagi!"
"Hmm, besok ada pengajian kamu mau ikut, nggak? Kalau kamu mau ikut, kamu
harus pakai baju muslimah."
"Nggak, deh!" jawab Nurul.
"Tapi, ini kesempatan kamu buat ngedeketin si Elfa, Rul!" saran Icha.
"Iya juga sih, tapi kamu tahu sendiri aku tomboi, jadi aku nggak bisa make' yang
gitu-gituan, deh!" kata Nurul. "Mmm, tapi kalau kamu ikut, aku mau, Cha!" jelas Nurul
lagi.
"OK deh!" jawab Icha.
Malamnya…
"Bunda, di mana jilbab yang dulu dibeliin untuk aku?" teriak Nurul dari
kamarnya.
"Bukannya ada di lemari kamu!" jawab bunda.
Nurul nampak sibuk membongkar isi lemarinya untuk mencari pakaian yang
cocok buat pengajian besok.
"Nah, ini dia jilbabnya!" Nurul kegirangan. "Jilbab udah, baju udah, rok udah,
apalagi ya? Oh, iya aku kan nggak punya sendal cewek! Kak, aku pinjam sendalnya
dong!"
"Memangnya untuk apa, nggak biasanya deh! Kamu sakit, ya? Atau mungkin
dunia udah terbalik kali, ya?" kata Kak Dian.
"Besok ada pengajian di sekolah, jadi aku harus memakai pakaian muslimah.
Masa aku mesti ke sekolah dengan pakaian yang tomboi, sih!" jawab Nurul.
"Bagus deh kalau kamu mau berubah. Oh, iya sendalnya pakai aja, ada di rak
sepatu tuh!" kata Kak Dian.
"Terima kasih, Kak!"

Esoknya…
"Wah, aku nggak tahu pake jilbab, bantuin aku dong, Bunda!" terdengar suara
Nurul berkicau di pagi hari
"Begini caranya!" kata bunda sambil membalut kapala Nurul dengan jilbab itu.
"Cantik juga kalau begini, ya Bunda?"
"Tentu saja! Jilbab itu kan pelindung aurat perempuan dan hal itu telah
diperintahkan sejak dulu. Jadi, kamu harus sadar tentang wajibnya memakai jilbab bagi
seorang wanita!" jelas bunda.
"Iya deh, iya! Tapi aku belum siap, bagaimana kalau aku udah tua aja baru pakai
jilbab?" kata Nurul.
"Kamu sadar apa tidak sih! Kalau umur kamu sudah di cabut Allah gimana? Apa
kamu bisa mempertanggung jawabkan hal itu?" jelas bunda.
Nurul terdiam dan ia segera mengalihkan pembicaraan.
"Aku udah terlambat, nih! Aku pergi dulu Bunda, Assalamu 'alaikum!"
"Eh, Bunda belum selesai ngomong! Nurul! Ya…udah ngilang dia Hmm… dasar
anak itu. Wa 'alaikum salam." jawab bunda.
….
"Hai Icha! Gimana penampilanku, bagus nggak?" tanya Nurul.
"Lumayan." jawabnya.
"Eh, Elfa mana, kok nggak keliatan?" Nurul penasaran.
"Ada tuh di mushalla lagi nyiapin keperluan pengajian."
"Kalau gitu, kita ke sana, yuk!" ajak Nurul.

Ketika pengajian Nurul sama sekali tidak memperhatikan apa yang dibawakan
oleh penceramahnya, tapi dia sibuk mandangin Elfa. Dan ketika pengajian selesai…
"Aduh, Cha! Kok dia nggak ngeliat aku sih, aku kan udah pakai jilbab begini."
kesal Nurul.
"Nggak tahu deh! Mungkin dia sudah ada yang punya."
"Mungkin aja sih."
"Kamu coba aja tanya sama dia untuk memastikannya." saran Icha.
"Tapi…"
"Nggak ada tapi-tapian, ayo gih sana!" kata Icha.
Nurul pun mendekati Elfa.
"Elfa, aku boleh nanya nggak?" kata Nurul.
"Boleh, emangnya kamu mau nanya apaan?" jawab Elfa.
"Gini, aku mo' nanya. Anu…eh, anu.." Nurul dengan terbata-bata. Aduh… kok
gugup gini sih. Nurul, tenang Nurul kamu pasti bisa! kata Nurul dalam hati.
"Kok kamu gugup sih, aku nggak bakalan makan kamu tahu! Kalau gitu kamu
mau tanya apaan?" tanya Elfa lagi.
"Hmmm.. ka..kamu udah pu..punya pacar belum?" tanya Nurul gugup.
"Astaghfirullah, jadi kamu mau nanya soal gituan!"
"Emangnya kenapa?" tanya Nurul lagi.
"Begini, dalam Islam itu tidak ada yang namanya pacaran. Pacaran itu bisa
mengantarkan kita ke lembah maksiat dan itu adalah dosa. Memang sih, banyak yang
bilang kalo dalam islam dikenal pacaran islami, tapi kalo menurutku nggak ada tuh.
Asal tahu aja Rasulullah bersabda dalam salah satu hadisnya : diharamkan bagi dua
orang yang bukan muhrim saling berdua-duan, karena orang ketiga adalah setan. Dan
kadang kala di saat kita melakukan sesuatu, kadangkala kita teringat pada sang kekasih
sehingga membuat konsentrasi pada pekerjaan kita terpecah. Yang jelas, cinta kita harus
diutamakan kepada Allah dan Rasul-Nya. Belum saatnya bagi kita untuk melakukan
semua itu. Kamu mengerti, kan?" jelas Elfa.
Nurul menjadi malu atas pertanyaannya tadi begitu pula dengan sahabatnya, Icha.
"El, maaf atas pertanyaanku yang tadi, karena aku tidak mengetahui hal itu sama
sekali. Tapi, aku berterima kasih atas ilmu yang baru saja kau berikan kepada kami."
kata Nurul dengan sangat malu.
"Sesama manusia kan harus saling mengingatkan satu sama lain" kata Elfa.
"Kalau begitu, kamu masih mau berteman denganku, kan?" tanya Nurul.
"Tentu saja!" jawab Elfa sambil tersenyum. "Eh, ngomong-ngomong kamu cantik
kalau pakai jilbab deh! Selain itu, jilbab kan wajib atas wanita yang sudah mengerti
tentang hal itu. Bagaimana kalau kamu mulai mengenakannya sejak saat ini!" tambah
Elfa.
"Oh, ya! Aku jadi malu, tapi aku mau belajar pakai jilbab deh!" kata Nurul dengan
suara yang lebih lembut.
"Tapi pake jilbabnya harus yang ikhlas dong!" sahut Icha.
"Yeee.. kamu sendiri juga belum pakai jilbab!" balas Nurul.
"Tapi aku juga kan mau berubah!" kata Icha lagi.
"Bagus deh kalau kalian berdua sadar. Eh, aku pergi dulu ya, sudah ditungguin
temen-temen nih! Assalamu 'alaikum!" kata Elfa sambil beranjak pergi.
"Wa alaikum salam!" jawab keduanya.
Sejak saat itu, Nurul pun bersikap lebih matang dari sebelumnya dan dia tidak
mau lagi bertingkah seperti cowok. Kini dia sudah nampak anggun seperti kakak-
kakaknya dengan memakai jilbab.

SELESAI

You might also like